MEMAHAMI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK AGRIBISNIS PRODI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of MEMAHAMI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK AGRIBISNIS PRODI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA...
TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN PRODUKSI DALAM AGRIBISNIS
MEMAHAMI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIAUNTUK AGRIBISNIS
Dr. Alimudin Laapo, SP., MP.
Oleh Kelompok 5 :
MOHAMMAD RIZKIDEWI ASTUTIWIDARNI
1
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNISPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS TADULAKO
PALU2014BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi merupakan suatu sistem yang saling
mempengaruhi antar anggota dalam kelompok yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi adalah
proses penggabungan pekerjaan yang harus dilakukan
individu atau kelompok-kelompok dengan bakat-bakat yang
diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian rupa,
memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang
efisien, sistematis, positif, dan terkoordinasi dari
usaha yang tersedia.
Organisasi pasti memiliki sumber daya manusia
sebagai elemen penting yang ada di organisasi tersebut,
yang didalamnya pun terdapat kinerja dari pekerja yang
bekerja di organisasi tersebut. Banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja pekerjaan. Keterampilan dan
2
kemampuan, persepsi, sikap, karakteristik kepribadian
merupakan beberapa contoh dari perbedaan individu yang
memainkan peran dalam pembentukan kinerja. Sebagai
tambahan, arah, intensitas, dan ketekunan dari motivasi
individu memainkan suatu peranan penting, demikian juga
dengan sistem evaluasi dan sistem penghargaan yang
digunakan.
Saat ini kita ketahui bahwa pekerja sering
berpindah tempat kerja dan kurang produktif dalam
bekerja. Hal ini salah satunya karena banyak pekerjaan
yang bersifat monoton. Pekerjaan yang dilakukan orang
dalam organisasi merupakan pembentuk semua struktur
organisasi. Kita perlu menjelaskan tugas apa yang
seharusnya dilakukan oleh masing-masing individu. Akan
tetapi kita juga tertarik untuk melakukan pekerjaan
secara efektif dan kita perlu memahami penyebab dari
kinerja pekerjaan yang efektif dan tidak efektif.
Suatu penyebab utama kinerja pekerjaan yang
efektif adalah perancangan pekerjaan apa yang kita
dapatkan ketika kita memperjelas apa yang seharusnya
setiap karyawan lakukan. Dalam pengertian yang lebih
3
teknis, perancangan pekerjaan atau biasa dikenal dengan
job design merujuk pada proses dimana manajer menetapkan
tugas dan otoritas karyawan. Pekerjaan dapat menjadi
sumber stres psikologis dan bahkan ketidakseimbangan
mental dan fisik. Oleh karena itu,kesejahteraan
organisasi dan orang di dalamnya berhubungan dengan
seberapa baik manajemen merancang pekerjaan (job design).
Perancangan pekerjaan (job design) merujuk pada
tahap pertama saat manajemen menciptakan suatu
pekerjaan dengan merinci tugas dan tanggung jawabnya.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan berkembangnya
alat dan proses yang baru, ekspektasi manajemen dalam
pekerjaan tersebut akan berubah (sehingga pekerjaan
tersebut akan dirancang ulang). Kita harus memahami
perancangan pekerjaan sebagai proses yang dinamis. Oleh
karena itu digunakannya istilah perancangan pekerjaan
untuk merujuk pada setiap dan semua usaha manajemen
untuk menciptakan pekerjaaan, baik di tahap awal maupun
tahap selanjutnya.
Dalam pembahasan ini, konsep job design
diimplementasikan melalui pendekatan job enlargement dan
4
job enrichment. Job enrichment merupakan sebuah konsep yang
merujuk pada pengembangan pekerjan secara vertikal.
Sedangkan job enlargement merupakan konsep pekerjaan yang
lebih kearah horizontal. Untuk lebih jelasnya mengenai
konsep-konsep dari job design, job enlargement dan job enrichment
akan dibahas pada bab selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun pokok bahasan yang dibahas dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan desain pekerjaan (job
design) secara umum?
2. Apa saja komponen desain pekerjaan (job design)?
3. Apa yang dimaksud pengukuran kinerja?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan desain
pekerjaan (job design) secara umum.
5
2. Untuk mengetahui apa saja komponen desain pekerjaan
(job design).
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengukuran
kinerja.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Sumber Daya Manusia
2.1.1 Pengertian Sumber Daya Manusia
6
Menurut Nawawi (2001) ada tiga pengertian Sumber
daya manusia yaitu :
a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja
dilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil
tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
b. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan
aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non
finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat
mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik
dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa sumber daya manusia adalah suatu proses
mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara
manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang
dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan
organisasi (lembaga).
7
Disamping itu, manusia adalah makhluk Tuhan yang
kompleks dan unik serta diciptakan dalam integrasi dua
substansi yang tidak berdiri sendiri yaitu tubuh
( fisik / jasmani) sebagai unsur materi, dan jiwa yang
bersifat non materi. Hubungan kerja yang paling
intensif dilingkungan organisasi adalah antara pemimpin
dengan para pekerja (staf) yang ada di bawahnya.
Hubungan kerja semakin penting artinya dalam usaha
organisasi mewujudkan eksistensinya dilingkungan tugas
yang lebih luas dan kompetetif pada masa yang akan
datang.
Sumber daya manusia memiliki keinginan, harga
diri, pikiran, hak asasi, ingin dihormati dan lain-
lain. Oleh karena itu sumber daya manusia harus
diperlakukan sama secara hatihati dan penuh kearifan.
Sumber daya manusia adalah ujung tombak pelayanan,
sangat diandalkan untuk memenuhi standar mutu yang
diinginkan oleh perusahaan. Untuk mencapai standar mutu
tersebut, maka harus diciptakan situasi yang mendukung
pelayanan yang memuaskan. Upaya-upaya manusia itu bukan
sesuatu yang statis, tetapi terus berkembang dan
8
berubah, seirama dengan dinamika kehidupan manusia,
yang berlangsung dalam kebersamaan sebagai suatu
masyarakat. Oleh karena itu salah satu situasi yang
mendukung adalah seluruh peraturan pengelolaan sumber
daya manusia yang berdampak pada perlakuan yang sama
kepada tenaga kerja.
Pada dasarnya kebutuhan umum yang dituntut oleh
manusia terdiri dari dua macam, yaitu kebutuhan
material dan kebutuhan spritual. Pembagian kebutuhan
seperti ini terlalu umum untuk dijadikan pedoman dalam
memotivasi bawahan, Oleh karena itu, Maslow (dalam
Siagian, 2008) menyebutkan 5 tingkatan kebutuhan
manusia, yang secara umum dapat dijelaskan sebagi
berikut :
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs), yang
termasuk dalam kebutuhan ini, misalnya sandang,
pangan, papan, dan tempat berlindung. Kebutuhan ini
termasuk kebutuhan primer dan mendesak sifatnya.
Untuk itu seorang pimpinan yang ingin insruksi dan
perintahnya dilaksanakan hendaknya dapat memenuhi
kebutuhan tersebut.
9
b. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs), yang termasuk dalam
kebutuhan ini, misalnya kebutuhan akan keamanan jiwa
terutama dalam jam-jam kerja. Kebutuhan akan
keamanan kantor ditempat kerja, termasuk jaminan
hari tua.
c. Kebutuhan social (Social Needs), yang termasuk pada
tingkatan kebutuhan ini, misalnya kebutuhan untuk
dihormati, kebutuhan untuk bisa diterima
dilingkungan kerja, keinginan untuk maju dan tidak
ingin gagal, kebutuhan akan perasaan untuk turut
serta memajukan organisasi.
d. Kebutuhan Prestise (Esteem Needs). Pada umumnya tenaga
kerja akan mempunyai prestise setelah mempunyai
prestasi. Dengan demikian prestasi tenaga kerja
perlu diperhatikan oleh pimpinan organisasi.
Biasanya, tenaga kerja yang telah mempunyai prestasi
yang lebih tinggi akan terus berupaya untuk
meningkatkan prestasinya secara maksimal.
e. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (Self
Actualization). Setiap karyawan pasti ingin
mengembangkan kapasitas kerjanya secara optimal,
10
misalnya melalui pendidikan latihan, seminar, dan
sebagainya. Kebutuhan - kebutuhan untuk
mengembangkan kapasitas kerja tersebut perlu
mendapatkan perhatian pimpinan.
2.1.2 Strategi Sumber Daya Manusia
Randall Schuler (1994), mendefinisikan strategi
sumber daya manusia sebagai berikut:
.......... getting the strategy of the bussiness implemented
effectively .......... getting everybody from the top of the human
organization to the bottom doing things that make the business
successful.
Mengacu pada definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa strategi sumber daya manusia berkaitan dengan
misi, visi, strategi perusahaan, SBU (Strategy Business Unit)
dan juga strategi fungsional. Penentuan strategi sumber
daya manusia perlu memperhatikan dan mempertimbangkan
misi, visi, serta strategi korporat, serta perlu
dirumuskan secara logis, jelas dan aplikabel. Strategi
sumber daya manusia mendukung pengimplementasian
11
strategi korporat dan perlu diterjemahkan dalam
aktivitas-aktivitas SDM, kebijakan-kebijakan, program-
program yang sejalan dengan strategi perusahaan.
Ketidaksesuaian antara strategi SDM dan strategi
perusahaan akan mempengaruhi pencapaian sasaran
perusahaan. Sebaliknya kesesuaian antara strategi
perusahaan dan strategi SDM perlu diupayakan mendorong
kreativitas dan inovasi karyawan dalam mencapai sasaran
perusahaan.
Strategi SDM berkaitan antara lain dengan
pembentukan suatu budaya perusahaan yang tepat,
perencanaan SDM, mengaudit SDM baik dari segi
kuantitatif maupun kualitatif, serta mencakup pula
aktivitas SDM seperti pengadaan SDM (dari rekrutmen
sampai pada seleksi), orientasi, pemeliharaan,
pelatihan dan pengembangan SDM, penilaian SDM. Dalam
menentukan strategi SDM, faktor-faktor eksternal perlu
dipertimbangkan mengacu pada future trends and needs, demand
and supply, peraturan pemerintah, kebutuhan manusia pada
umumnya dan karyawan pada khususnya, potensi pesaing,
perubahan-perubahan sosial, demografis, budaya maupun
12
nilai-nilai, teknologi. Kecenderungan perubahan
lingkungan akan mempengaruhi perubahan strategi
perusahanan yang juga berarti bahwa strategi SDM pun
perlu dipertimbangkan ulang, dan kemungkinan besar
perlu disesuaikan. Perubahan strategi SDM bukanlah
sesuatu yang tabu namun perlu dilakukan dengan
pertimbangan yang matang.
Perusahaan harus memilih strategi bisnis yang tepat
supaya mampu memanfaatkan peluang bisnis dan
mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi sebagai
dampak dari perubahan lingkungan yang cepat. Salah
kunci yang sangat penting dalam meraih keuntungan
kompetitif adalah melalui pengelolaan sumber daya
manusia secara efektif. Pengembangan dan pengimple-
mentasian strategi Sumber Daya Manusia yang dicerminkan
pada kegiatan-kegiatan SDM seperti pengadaan,
pemeliharaan dan pengembangan harus sejalan dengan
strategi bisnis dan budaya perusahaan. Kemitraan dengan
perusahaan lain merupakan karakteristik untuk
meningkatkan produktivitas dan prestasi perusahaan.
Sebab itu network structure dan budaya perusahaan yang
13
mengacu pada inovasi, kreativitas dan belajar
berkesinambungan (continous learning) akan merupakan
pilihan yang tepat bagi perusahaan-perusahaan yang
ingin survive dan berkembang.
Desain ulang SDM (Redesigning Human Resource) acapkali
perlu dilakukan dengan seksama dan bijak agar sasaran
perusahaan dapat dicapai. Desain SDM berkaitan dengan
desain pekerjaan yang mengacu pada JCM (Job Characteristic
Model). Hackman dan Oldham (1976) mengemukakan bahwa
JCM terdiri dari task identity, task significance, task variety,
authority dan feedback yang berimplikasi pada struktur
organisasi. Dengan perkataaan lain, desain ulang
pekerjaan dapat dilakukan dengan mangacu pada
peningkatan kelima karakteristik tersebut. Dalam
mendesain pekerjaan perlu juga dipertimbangkan
kompentensi, motivasi dan nilai-nilai karyawan.
Perusahaan perlu mengkaji dan menganalisis
kebutuhan dan kesenjangan SDM terhadap strategi
perusahaan masa kini dan masa mendatang. Aset SDM yang
perlu dievaluasi adalah bobot/kualitas dan potensi SDM
yang dimiliki saat ini, kebijakan-kebjakan SDM, sistem
14
pengadaan, pemeliharaan dan pelatihan pengembangan,
nilai-nilai yang ada baik yang positif maupun yang
negatif serta kemampuan mengelola keragaman SDM.
Berkaitan dengan aset SDM suatu perusahaan, dalam
menyusun strategi SDM perlu dievaluasi sejauh mana
elemen-elemen organisasi sudah sesuai dengan strategi
korporat, SBU, visi, misi, sasaran perusahaan.
Disamping perlu dirancang suatu alat ukur (human resource
measurement) untuk mengetahui mutu dan kuantitas SDM,
potensi SDM serta keterkaitan strategi SDM dengan
performance perusahaan. IGM Mantera, misalnya
mengemukakan pengukuran keberhasilan karyawan
berdasarkan jenis ketrampilan yaitu a) untuk
ketrampilan profesional dipergunakan vitality index dan b)
untuk ketrampilan manajerial diukur dari kesiapan
suksesi.
Untuk mengevaluasi SDM perlu dipertimbangkan empat
faktor sebagai berikut:
a. Tingkat strategis, antara lain yaitu misi, visi dan
sasaran organisasi.
15
b. Faktor Internal SDM , antara lain yaitu aset SDM,
kualifikasi SDM, aktivitas SDM (pengadaan,
pemeliharaan, pelatihan dan pengembangan, serta
kebijakan-kebijakan SDM).
c. Faktor-faktor eksternal, antara lain yaitu
demografis, perubahan sosial, budaya, teknologi,
politik, peraturan pemerintah, pasar tenaga kerja
dan isu Internasional (misalnya: HAM dan ekologi).
d. Faktor organisasional, antara lain struktur,
strategi perusahaan, budaya perusahaan, dan strategi
SDM.
2.2 Desain Pekerjaan (Job Design)
2.2.1 Pengertian Desain pekerjaan (Job Design)
Suatu penyebab utama kinerja pekerjaan yang
efektif adalah perancangan pekerjaan. Dalam pengertian
tekhnis, perancangan pekerjaan merujuk pada proses
dimana manajer menetapkan tugas dan otoritas karyawan.
Perancangan pekerjaan berusaha mengidentifikasikan
kebutuhan karyawan dan organisasi yang paling penting,
16
menyingkirkan penghalang di tempat kerja yang membuat
kebutuhan tersebut menemui jalan buntu (Ivancevich et
al, 2007).
Desain pekerjaan dihubungkan dengan proses dimana
manajer menspesifikasikan isi, metode dan hubungan
pekerjaan untuk memiliki kepentingan organisasi dan
individu, serta harus menjelaskan isi dan tugas serta
posisi pimpinan unit serta hubungan posisi masing-
masing anggota timnya. Kemudian yang dimaksud dengan
desain pekerjaan adalah cara tugas-tugas digabungkan
untuk menciptakan pekerjaan individu, tingkat
fleksibilitas (keluwesan) yang dimiliki karyawan dalam
pekerjaan mereka, dan ada atau tidaknya sistem
pendukung organisasi (seperti perawatan di tempat kerja
dan cuti keluarga). Semuanya berpengaruh langsung pada
kinerja dan kepuasan karyawan (Rivai dan Sagala, 2010).
Pengertian desain pekerjaan (job design) adalah
suatu pendekatan didalam suatu pekerjaan yang dilakukan
dengan sedemikian rupa untuk memetik minat pekerjaan
yang dilakukan dengan mengandalkan, mempertimbangkan job
enlargment yaitu praktek untuk memperluas isi daripada
17
suatu pekerjaan yang meliputi jenis dan tugas dalam
tingkat yang sama dan job enrichment yaitu praktek yang
memberikan karyawan tingkat kebebasan yang lebih tinggi
terhadap perencanaan dan pengorganisasian melalui
implementasi kerja dan evaluasi kerja (Baron dan
Greenberg,1996).
Handoko (2011) menyatakan desain pekerjaan adalah
fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang
individu atau kelompok karyawan secara organisasional.
Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-penugasan
kerja yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi,
tekhnologi dan keprilakuan. Sejalan dengan Rivai (2004)
rancang pekerjaan adalah proses penentuan tugas-tugas
yang akan dilaksanakan, metode-metode yang digunakan
untuk melaksanakan tugas ini, dan bagaimana pekerjaan
tersebut berkaitan dengan pekerjaan lainnya di dalam
perusahaan. Menurut Irawan (2003) desain pekerjaan
adalah struktur bangunan pekerjaan yang disusun
sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat
dikerjakan dengan cara yang efisien dan efektif. Desain
pekerjaan yang ideal selalu memperhatikan :
18
1. Tanggung jawab
Serentetan pernyataan tertulis tentang tugas yang
akan dikerjakan oleh karyawan atau tenaga kerja yang
berisi informasi tentang tanggung jawab yang diemban
oleh karyawan atau pekerja yang bersangkutan.
2. Urutan kegiatan/ prosedur kerja (SOP)
Informasi yang rinci tentang urutan kegiatan atau
prosedur kerja, yang dilengkapi dengan informasi
yang lebih rinci seperti langkah-langkah tekhnis,
alternatif jalan keluar yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Standar kualitas pekerjaan
Merupakan derajat ukur kerja, dengan derajat inilah
suatu kinerja dinilai baik atau buruk, sesuai dengan
prosedur atau tidak, sah atau melanggar aturan,
layak jual atau tidak. Standar kualitas kerja
biasanya mengacu pada produk akhir suatu pekerjaan,
tetapi kadangkala standar kualitas ini dibuat untuk
menilai suatu proses pekerjaan.
19
Desain pekerjaan atau rancang pekerjaan merupakan
pengembangan dari analisis pekerjaan terkait dengan
upaya untuk memperbaiki efisiensi, efektifitas,
produktifitas, dan kinerja perusahaan. Dalam merancang
pekerjaan hendaknya memperhatikan hubungan antara
teknologi dengan manusia. Selain itu juga harus
memfasilitasi pencapaian tujuan perusahaan serta
mengetahui kapasitas dan kebutuhan karyawan yang
melaksanakan pekerjaan tersebut.
Desain pekerjaan menguraikan cakupan, kedalaman,
dan tujuan dari setiap pekerjaan yang membedakan antara
pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lainnya.
Tujuan pekerjaan dilaksanakan melalui analisis kerja,
dimana para manejer menguraikan pekerjaan sesuai dengan
aktifitas yang dituntut agar membuahkan hasil (Gibson,
1987). Dalam rancang pekerjaan (job design) ada tiga hal
penting untuk diperhatikan :
1. Rancangannya harus mencerminkan pemenuhan tuntutan
lingkungan.
2. Mencapai hasil dan kepuasan pekerjaan yang maksimal.
20
3. Para pelaksana harus mampu berperan sebagai umpan
balik.
Untuk memahami kegiatan desain pekerjaan Gambar 1
dibawah ini memberikan suatu kerangka yang
mengidentifikasikan sasaran-sasaran desain pekerjaan
dan tantangan-tantangan yang dihadapinya (Handoko,
2011). Perancangan suatu pekerjaan mencerminkan elemen
organisasi, lingkungan, dan tingkah laku.
Menurut Rivai dan Sagala (2010) para ahli
perancang pekerjaan mengambil elemen-elemen ini sebagai
bahan pertimbangan menciptakan pekerjaan yang memuaskan
dan produktif. Setiap elemen rancang pekerjaan
mempunyai nilai penting yang berbeda-beda tergantung
orang yang merancang. Produktifitas karyawan dan
kepuasan kerja akan memberikan umpan balik, seberapa
baik suatu pekerjaan dirancang. Rancang pekerjaan yang
kurang baik akan memberikan produktifitas rendah,
karyawan sering berpindah, ketidakhadiran, keluhan,
sabotase, perpecahan dan masalah lainnya.
21
Gambar 1. Rancang Pekerjaan Input-Output
Sumber : Rivai dan Sagala 2010
Menurut Rivai dan Sagala (2010) penjelasan
selengkapnya unsur-unsur yang memengaruhi dalam rancang
pekerjaan (job design) dari Gambar 1 adalah sebagai
berikut:
1. Unsur organisasi
Elemen organisasi berkaitan dengan maslah efisiensi.
Pekerjaan dirancang secara efisien untuk mendorong
karyawan yang mampu dan termotivasi untuk mencapai
produktifitas maksimum dengan cara-cara yang
terbaik. Upaya tersebut menunjukan bahwa
spesialisasi merupakan kunci dalam rancang
22
pekerjaan. Unsur organisasi (organizational element)
dalam rancang pekerjaan menggunakan pendekatan :
a. Mekanistik (mechanistic approach) di sini peningkatan
efisiensi kerja dijadikan dasar dalam memahami
manajemen sebagai salah satu disiplin ilmu
sosial.
b. Aliran kerja (work flow) memengaruhi sifat produk
dan hasil jasa.
c. Pendekatan Ergonomik (ergonomic) melakukan
optimalisasi produk dengan memperbaiki hubungan
karyawan dengan lingkungan kerja.
2. Unsur lingkungan
Aspek kedua dalam rancang pekerjaan berhubungan
dengan elemen lingkungan seperti kemampuan dan
ketersediaan tentang potensi karyawan potensial dan
harapan sosial mereka serta sikap fisik karyawan
(ergonomic).
a. Kemampuan dan ketersediaan karyawan.
b. Pertimbangan efisiensi harus seimbang dengan
kemampuan dan ketersediaan orang yang akan
melakukan pekerjaan itu.
23
c. Harapan sosial dan budaya.
d. Kemampuan menerima suatu rancang pekerjaan juga
dipengaruhi oleh harapan budaya dan sosial.
e. Sikap tubuh karyawan.
f. Kinerja optimal memerlukan hubungan sikap fisik
antara pekerja dan pekerjaannya yang harus
dipertimbangkan dalam merancang pekerjaan.
3. Unsur keprilakuan
Pekerjaan tidak bisa dirancang hanya dengan
menggunakan elemen-elemen yang mengarah pada
efisiensi. Sebagai gantinya, para perancang
pekerjaan menggunakan riset perilaku untuk
menyediakan suatu lingkungan pekerjaan yang membantu
mencukupi kebutuhan individu. Tingkat kebutuhan
tertentu menjadi sangat penting. Ada beberapa elemen
keperilakuan yang perlu dipertimbangkan dalam desain
pekerjaan, yaitu :
a. Otonomi
Yang berarti mempunyai tanggung jawab atas apa
yang dilakukan dengan memberi wewenang mengambil
keputusan untuk pekerjaan.
24
b. Variasi
Penggunaan dari keterampilan dan kemampuan yang
berbeda, selain itu kurangnya variasi menimbulkan
kebosanan sehingga sering melakukan kesalahan.
c. Identitas
Apabila tidak mempunyai identitas, maka kurang
tanggung jawab dan kepuasan kerja menurun.
d. Umpan balik
Perlunya penilaian tugas dengan mengontrol
keempat unsur diatas.
2.2.2 Manfaat Job Design
Desain pekerjaan merupakan faktor penting dalam
manajemen terutama manajemen operasi karena selain
berhubungan dengan produktivitas juga menyangkut tenaga
kerja yang akan melaksanakan kegiatan perusahaan
(Sulipan, 2000). Desain pekerjaan mutlak dimiliki oleh
setiap perusahaan karena dalam desain pekerjaan yang
dilakukan adalah merakit sejumlah tugas menjadi sebuah
25
pekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan menjadi terarah
dan jelas. Berikut adalah manfaat job design adalah
sebagai berikut:
a. Job design diadakan dengan maksud “to increase motivation of
individual and work performance;”
b. Pekerjaan merupakan fondasi untuk produktivitas
organisasi dan kepuasan karyawan. Sehingga, job design
tidak dapat dipisahkan dengan masalah produktivitas
organisasi dan kepuasan kerja karyawan.
c. Karakteristik pekerjaan yang dicermati dalam job
design sedikit banyak berpengaruh kepada kinerja
karyawan. Job design mempengaruhi produktivitas dan
quality of working life. Job design juga menempati posisi
sentral yang mempertemukan karyawan dengan
organisasi/perusahaan tempat mereka bekerja.
d. Job design yang buruk atau pekerjaan yang
dirancangbangun dengan buruk akan mengakibatkan
produktivitas rendah, employee turnover, absenteeism,
keluhan ketidakpuasan karyawan, sabotase, pemogokan
karyawan, pengunduran diri, dan masalah lainya.
26
e. Job design mengintegrasikan substansi pekerjaan (job
content), kualifikasi dan imbalan untuk masing-masing
pekerjaan sesuai kepentingan karyawan dan
organisasi.
f. Design pekerjaan seringkali menjadi kunci penting
yang memastikan karyawan termotivasi atau
sebaliknya.
2.2.3 Pendekatan Job Design
Dalam job design terdapat tiga pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Mekanistik
Dengan menggunakan pendekatan mekanistik yang juga
dirujuk sebagai pendekatan manajemen ilmiah, para
perancang kerja berusaha keras untuk merancang kerja
sehingga tugas-tugas dapat dilaksanakan seefisien
mungkin. Tugas ini dapat membantu dalam melakukan
penelitian tentang gerak dan waktu serta sistem
pembayaran insentif, masing-masing dengan tujuan
memperoleh produktivitas tinggi. Biasanya, inti
pekerjaan melibatkan hampir seluruh kegiatan fisik,
bukan kegiatan mental. Demi efisiensi, kerja
27
seringkali dibagi-bagi ke dalam tugas-tugas kecil,
sederhana, distandarkan, dan dilakukan secara
berulang-ulang oleh satu orang. Sebagai akibatnya,
individu dan masing-masing kerjanya menjadi sangat
khusus.
b. Pendekatan Faktor Manusia
Pendekatan ini diperhitungkan dalam perencanaan
kerja termasuk dimensi fisik dari tubuh manusia,
prinsip-prinsip mekanis yang mengatur gerak tubuh
dan fisiologi. Mengetahui dimensi-dimensi tubuh
manusia akan mempermudah pembuatan desain peralatan
yang digunakan dalam kerja. Tujuan pendekatan ini
adalah mendesain peralatan yang cocok dengan seluruh
bagian tubuh fisik yang ada pada orang yang akan
menggunakan peralatan tersebut. Pendekatan ini
sering kali disebut dengan ergonomi.
c. Pendekatan Motivasi
Pendekatan ini dimulai dengan asumsi bahwa kerja
dapat dirancang untuk merangsang motivasi karyawan
dan meningkatkan kepuasan kerja. Asumsi ini tidak
bertentangan dengan pendekatan faktor manusia, namun
28
bertentangan dengan pendekatan mekanistik. Ada dua
jenis pendekatan motivasi, yaitu:
1.Pendekatan motivasional individu kontemporer
Gambar 2. Model Karakteristik Job Inti
Seperti ditunjukkan pada gambar di atas,
karyawan yang menghargai makna, menghargai
tanggujng jawab, dan mengetahui hasilnya, bagi job
enrichment untuk menyediakan karakteristik kerja
inti akan memberikan hasil kerja dan hasil
individu yang positif.
2.Pendekatan kontemporer tim
Pendekatan kontemporer individu dan
pendekatan ilmiah merancang kerja untuk setiap
individu, maka pendekatan kontemporer tim
29
merancang kerja untuk kelompok-kelompok individu.
Rancangan tim ini secara umum menunjukkan suatu
perhatian terhadap kebutuhan sosial individu serta
kendala-kendala teknologi. Tim-tim karyawan
seringkali merotasi kerja dan mungkin mengikuti
produk yang sedang mereka kerjakan sampai pada
tahap akhir proses. Dalam rancangan kontemporer
tim, masing-masing karyawan belajar menangani
banyak tugas, sebagian diantaranya membutuhkan
keterampilan yang berbeda. Ketika dihadapkan pada
keputusan ini tim umumnya mencoba melibatkan semua
anggotanya.
Jadi, tim dapat memuaskan sejumlah pilihan
pada pencapaian dan pemenuhan tugas dan sejumlah
pilihan pada interaksi sosial. Jika anggota tim
bekerja sama dengan baik, keputusan dan perilaku
tim menghasilkan keluaran (output) yang lebih
besar. Berikut adalah perbandingan pendekatan job
design:
Table 1. Perbandingan Pendekatan Job Design
Pendekatan Keuntungan Kerugian
30
Mekanistik - Menjaminprediktabilitas
- Menyediakankejelasan
-Mungkinmembosankan
-Mungkinmengakibatkankaryawanmembolos,sabotase, ataupengunduran diri
Faktormanusia
-Mengakomodasikerja
-Mengatasihambatan fisik
-Membuat kerjalebih mudahdiakses
-Mungkin untukkerja tertentuterlalu mahalbiayanya
-Tidak praktisjikakarakteristikstrukturalperusahaan tidakmemungkinkanperubahan kerja
Motivasionalindividu(kontemporer)
-Memenuhikebutuhan akantanggung jawab,pertumbuhan, danpengetahuantentang hasil.
-Menyediakankesempatanpertumbuhan
-Mengurangikejenuhan
-Meningkatkankinerja dansemangat kerja
-Mungkin tidakbisa dilakukanterhadap merekayang memilihrutinitas kerja
-Mungkinmemerlukanimbalan lebihtinggi
-Mungkin sulitditerapkan untukkerja yang sulitdiperkaya
-Memerlukansejumlahperubahan dalamsistem SDM secaramenyeluruh
Kontemporer tim
-Menyediakaninteraksi sosial
-Menyediakan
-Mungkin tidakbisa dilakukanterhadap karyawan
31
variasi
-Mungkinmeningkatkanpelayanan yangdiberikan
-Mengurangimasalahpembolosankaryawan
yang memilihbekerja sendiri
-Memerlukanpelatihanketerampilanantar personal
-Memerlukan waktucukup panjanguntuk melakukanperubahan besar
-Mungkinmemerlukanperubahan besardalam strukturorganisasi dandalam sistem SDM
2.3 Komponen Desain Pekerjaan
Ada 7 (tujuh) komponen dari desain pekerjaan yang
harus diperhatikan yaitu (Hatani, 2008) :
1. Spesialisasi tenaga kerja
Spesialisasi tenaga kerja merupakan pembagian
kerja menjadi tugas-tugas yang unik, pentingnnya
sebuah desain kerja sebagai sebuah variabel manajemen
dikaitkan pada ekonomi. Adam Smith (1876) mengemukakan
bahwa sebuah bagian tenaga kerja, yang juga dikenal
sebagai spesisalisasi tenaga kerja atau spesialisasi
pekerjaan akan membantu mengurangi biaya tenaga kerja
32
montir yang memiliki banyak keahlian. Hal ini dapat
dicapai dengan beberapa cara:
a. Karyawan mengalami pengembangan keterampilan dan
proses belajar yang lebih cepat karena adanya
pengulangan pekerjaan.
b. Berkurangnya waktu yang terbuang karena karyawan
tidak perlu berganti-ganti pekerjaan atau
peralatan.
c. Peralatan yang terspesialisasi berkembang dan
investasi akan berkurang karena karyawan memiliki
hanya sedikit peralatan yang dibutuhkan untuk
tugas-tugas tertentu.
d. Charles Babbage (1832) menetapkan bahwa pertimbangan
keempat juga penting dalam rangka efisiensi tenaga
kerja yaitu menyarankan agar perusahaan membayar
upah yang disesuaikan dengan keahlian tertentu
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Perluasan pekerjaan
Sebelum lebih jauh membahas mengenai job design, job
enlargement, dan job enrichment baiknya kita mengetahui
33
konsep dari ketiganya. Adapun konsep tersebut bisa
dipahami melalui gambar dibawah ini:
Job design diibaratkan sebagai ‘payung’ yang
berarti induk dari job rotation, job enlargement, dan job
enrichment. Setelah merancang rancangan kerja (job
design) maka yang dilakukan adalah bagaimana mengatur
karyawan. Pengaturan karyawan bisa dilakukan dengan
menggunakan salah satu cara, dua cara, atau bahkan
ketiga cara tersebut tergantung dari situasi dan
kondisi yang ada di suatu organisasi.
Perluasan pekerjaan, dalam upaya meningkatkan
mutu kerja maka terjadi perubahan pola dari sistem
spesialisasi pekerjaan kearah desain pekerjaan yang
lebih bervariasi. Teori yang melatar belakangi hal
tersebut adalah bahwa variasi membuat pekerjaan
34
JOB DESIGNJOB ROTATIONJOB ENLARGEMENTJOB ENRICHMENTGambar 3. Konsep Job Design
menjadi lebih baik sehingga mutu kerja para karyawan
meningkat. Artinya hal tersebut akan menguntungkan
karyawan dan organisasi. Modifikasi pekerjaan
dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Job rotation merupakan perubahan kerja secara berkala,
perputaran kerja dilakukan dengan cara memberikan
karyawan pengalaman dengan pekerjaan lain, dimana
karyawan dapat berpindah dari satu pekerjaan
terspesialisasi kepekerjaan lainnya. Berikut adalah
contoh penerapan job rotation dalam industri mebel.
Gambar 4. Contoh Penerapan Job rotation dalam
Industri Mebel
b. Job enlargment dimana pada pekerjaan yang
bersangkutan ditambahkan tugas-tugas yang
membutuhkan keahlian yang sama. Perluasan
pekerjaan adalah proses mengkombinasikan dua atau
35
lebih tugas khusus lain dalam bagian alur kerja ke
dalam satu pekerjaan. Berarti memperbesar cakupan
pekerjaan dengan menambah tugas tanpa meningkatkan
tanggung jawab. Perluasan kerja berarti
meningkatkan lingkup pekerjaan melalui perluasan
jangkauan tugas, pekerjaan, dan tanggung
jawab umum dalam tingkat dan batasan yang sama.
Berikut adalah contoh penerapan job enlargement dalam
industri mebel.
Gambar 5. Contoh Penerapan Job enlargement dalam
Industri Mebel
c. Job enrichment didefinisikan sebagai cara untuk
memotivasi karyawan dengan memberikan mereka
tanggung jawab lebih dan variasi dalam pekerjaan
mereka (Hezberg. F, 1950).
36
Teori motivasi Herzberg menjelaskan bahwa
untuk memotivasi karyawan, pekerjaan perlu
diperkaya (enriched) sehingga memberi kesempatan
untuk mendapatkan penghargaan (achievement),
pengakuan (recognition), tanggung jawab (responsibility),
kemajuan (advancement), dan pertumbuhan (growth). Job
enrichment merupakan kombinasi beberapa aktifitas
dari penampang vertikal dari organisasi menjadi
satu pekerjaan untuk memfasilitasi karyawan dengan
tanggung jawab dan otonomi lebih, serta
peningkatan kerja yang lebih mendalam tentunya
dengan menerapkan unsur-unsur manajemen. Ide ini
digunakan untuk mengembangkan pengalaman
akuntabilitas yang kuat dengan mengijinkan mereka
mengatur jam kerjanya, mengoreksi kesalahannya,
dan memutuskan jalan terbaik untuk menjalankan
berbagai tugas.
37
Gambar 6. Contoh Penerapan Job Enrichment dalamIndustri Mebel
3. Unsur kejiwaan
Unsur kejiwaan suatu desain pekerjaan, strategi
sumber daya manusia yang efektif juga memberikan
unsur kejiwaan (psikologi) dari desain pekerjaan. Unsur
kejiwaan dari desain pekerjaan memfokuskan bagaimana
mendisain pekerjaan yang memenuhi kebutuhan minimal
kejiwaan pekerja.
4. Kelompok kerja yang mandiri
Kelompok kerja yang mandiri merupakan suatu
kelompok kerja yang terdiri dari orang-orang yang
berdaya guna yang bekerja untuk mencapai tujuan yang
sama. Kelompok kerja tersebut efektif karena dapat
dengan mudah memberdayakan karyawan melaksanakan
karakteristik pekerjaan inti dan memberikan banyak
38
dari kebutuhan kejiwaan anggota kelompok. Pendekatan
kelompok dan pendekatan peluasan pekerjaan lainnya
harus tidak hanya meningkatkan mutu kerja dan
kepuasan kerja tetapi juga harus bisa memotivasi
karyawan untuk bersama-sama mencapai tujuan
organisasi.
5. Motivasi dan sistem insentif
Motivasi dan sistem insentif, selain faktor
kejiwaan, uang sering berfungsi sebagai pemberi
motivasi jiwa maupun kerja. Penghargaan dalam bentuk
uang biasanya meliputi :
a. Bonus biasanya dalam bentuk uang tunai.
b. Pembagian laba untuk dibagikan kepada para
karyawan.
c. Sistem insentif yang berdasarkan produktivitas
individu ataupun kelompok yang mendasarkan pada
pencapaian produksi di atas standar yang
ditentukan.
6. Ergonomis dari metoda kerja
39
Ergonomi dan metode kerja, manajer operasi
tertarik untuk membangun hubungan baik antara manusia
dengan mesin. Rancangan peralatan dan tempat kerja
dapat memudahkan dilaksanakannya pekerjaan.
7. Tempat kerja yang visual (visual workplace)
Tempat kerja yang visual (visual workplace)
merupakan penggunaan beragam teknik komunikasi visual
untuk mengkomunikasikan informasi secara cepat bagi
semua pihak yang berkepentingan. Tampilan grafik yang
dirancang secara baik akan menghilangkan kebingungan
dan menjadikan cetakan serta pekerjaan administrasi
yang dimengerti. Sistem visual juga mengkomunikasikan
gambaran yang lebih besar membantu karyawan untuk
memahami keterkaitan antara aktifitas harian mereka
dan kinerja organisasi secara keseluruhan.
2.4 Pengukuran Kinerja
Penilaian kinerja (Prestasi kerja) adalah proses
oleh organisasi untuk mengevaluasi atau menilai
prestasi kerja karyawan (Samsudin, 2010). Penilaian
kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan
40
terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan
mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat
ketidakhadiran (Rivai, 2004).
2.4.1 Tujuan Penilaian Kinerja
Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja
didasarkan pada dua alasan pokok yaitu :
1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap
kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk
membuat keputusan dibidang SDM dimasa yang akan
datang.
2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk
membantu karyawannya memperbaiki kinerja,
merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan
keterampilan untuk perkembangan karier dan
memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang
bersangkutan dengan karyawannya.
2.4.2 Manfaat Penilaian Kinerja
41
Menurut Samsudin (2010), terdapat 10 (sepuluh)
manfaat yang dapat dipetik dari penilaian kerja, yaitu
sebagai berikut :
1. Perbaikan Prestasi Kerja
2. Penyesuaian kompensasi
3. Keputusan penempatan
4. Kebutuhan latihan dan pengembangan
5. Perencanaan dan pengembangan karier
6. Penyimpanan proses staffing
7. Ketidakakuratan informasional
8. Kesalahan desain pekerjaan
9. Kesempatan kerja yang adil
10. Tantangan eksternal
2.4.3 Metode Penilaian Kinerja
Menurut Dessler (2001) Ada beberapa metode
penilaian kinerja yaitu :
a. Rating Scales (skala rating)
b. Critical Incidents (insiden-insiden kritis)
c. Work Standar (standar kerja)
42
d. Ranking, Forced Distribution (distribusi yang dipaksakan)
e. Forced-choice and Weighted Checklist Performance Report
(pemilihan yang dipaksakan dan laporan pemeriksaan
kinerja tertimbang)
f. Behaviorally Anchored Scales
g. Metode Pendekatan Management By Objective
Sementara itu menurut Antonioni (1996) pendekatan
penilaian kinerja 360 derajat merupakan bentuk
pendekatan yang diharapkan dapat mengurangi bias dan
subjektifitas dari penilaian kinerja dengan pendekatan
atas-bawah. Secara defenisi penilaian kinerja 360
derajat dapat diartikan sebagai proses yang melibatkan
kegiatan pengumpulan data-data perihal persepsi atas
perilaku seseorang atau individu serta dampak perilaku
tersebut kepada atasan (pimpinan), kolega (peers),
bawahan dan anggota-anggota lain dalam satu tim. Ada 4
(empat) elemen yang mendasari sisitem penilaian kinerja
360 derajat :
1. Penilaian ke atas (upward appraisal)
Penilaian yang dilakukan bawahan terhadap hasil
dan pencapaian atasannya.
43
2. Penilaian mengarah kebawah (downward appraisal)
Format penilaian tradisional dimana atasan menilai
bawahan.
3. Penilaian setara (peer appraisal)
Penilaian yang diberikan kepada seorang karyawan
oleh rekan sekerjanya.
4. Penilaian oleh diri sendiri (self appraisal)
Penilaian yang diberikan oleh pribadi tiap pegawai
mengenai hasil
pencapaiannya sekarang dan rencana jangka panjang.
BAB III
44
KESIMPULAN
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa sumber daya manusia adalah suatu proses
mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara
manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang
dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan
organisasi (lembaga).
Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan-
kegiatan kerja seorang individu atau kelompok karyawan
secara organisasional. Tujuannya adalah untuk mengatur
penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan-
kebutuhan organisasi, tekhnologi dan keprilakuan.
Selain itu desain atau rancang pekerjaan adalah proses
penentuan tugas-tugas yang akan dilaksanakan, metode-
metode yang digunakan untuk melaksanakan tugas ini, dan
bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan
lainnya di dalam perusahaan.
Terdapat 7 (tujuh) komponen dari desain pekerjaan
antara lain yaitu Spesialisasi tenaga kerja, Perluasan
pekerjaan (Job rotation, Job enlargement, Job enrichment), Unsur
45
kejiwaan, Kelompok kerja yang mandiri, Motivasi dan
sistem insentif, Ergonomis dari metoda kerja dan Tempat
kerja yang visual (visual workplace).
Metode penilaian kinerja yaitu Rating Scales (skala
rating), Critical Incidents (insiden-insiden kritis), Work
Standar (standar kerja), Ranking, Forced Distribution
(distribusi yang dipaksakan), Forced-choice and Weighted
Checklist Performance Report (pemilihan yang dipaksakan dan
laporan pemeriksaan kinerja tertimbang), Behaviorally
Anchored Scales, dan Metode Pendekatan Management By Objective.
DAFTAR PUSTAKA
Antonioni, D., 1996. Designing an effective 360-degree appraisalfeedback process, Organizational Dynamics, Autumn
Baron, R.A., & Greenberg, J., 1996. Behavior in Organizations3rd ed. Boston, M.A., : Allyn dan Bacon (A Division of & Schuster,Inc).
Dessler, Gary. 2001. Manajemen Personalia Teknik dan KonsepModern. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Gibson., 1987. Organisasi Jilid 1 dan 2, Alih Bahasa Agus Dharma.Erlangga. Jakarta.
Handoko, T.H., 2011. Manajemen Personalia dan Sumber DayaManusia, Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.
46
Hatani, L.A., 2008. Buku Ajar Manajemen Operasional. BagianPenerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo.Kendari.
Irawan, P., 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia, STIA-LAN Press. Jakarta.
Ivancevich, JM, Konopaske, R & Matteson, MT 2007,Perilaku dan manajemen organisasi, 7th edn, PenerbitErlangga, Jakarta.
Nawawi, Hadari 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. BumiAksara. Jakarta.
Rivai, V., 2004. Manajemen Sumber Daya untuk Perusahaan danTeori ke Praktek. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Rivai, V., dan Sagala, E.J., 2010. Manajemen Sumber DayaManusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek, Edisi Kedua.Rajawali Press. Jakarta.
Samsudin, S., 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. PustakaSetia. Bandung.
Schuler,RS & Jackson,SE 1994, Manajemen sumber dayamanusia: menghadapi abad ke-21, Penerbit Erlangga,Jakarta.
Siagian, P.S., 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. BumiAksara. Jakarta.
Sulipan., 2000. Manajemen Karyawan. Tugu. Yogyakarta.
47