BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Digital Library UNS
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Digital Library UNS
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian
sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis
permasalahan yang ada.
2.1 Standar dan Standarisasi
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional, Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan dating
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Standardisasi adalah proses
merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan
secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak.
2.1.1 Life cycle suatu Standar
Menurut PP No. 102/2000 tentang Standardisasi Nasional, perumusan
Standar Nasional Indonesia (SNI) diartikan sebagai rangkaian kegiatan sejak
pengumpulan dan pengolahan data untuk menyusun Rancangan Standar Nasional
Indonesia (RSNI) sampai tercapainya konsensus dari semua pihak yang terkait.
Perumusan standar pada umumnya melalui tahapan yang berbentuk siklus (life
cycle). Perumusan suatu standar umumnya melalui tujuh tahap utama:
a. Identifikasi perlunya suatu standar tertentu oleh para pemangku kepentingan;
b. Penyusunan program kolektif berdasarkan analisis kebutuhan dan penetapan
prioritas oleh semua pihak berkepentingan disusul adopsi dalam program
kerja badan/lembaga standardisasi nasional;
c. Penyiapan rancangan standar oleh semua pihak yang berkepentingan yang
diwakili oleh pakar (termasuk produsen, pemasok, pemakai, konsumen, 28
administrator, laboratorium, peneliti dan sebagainya) yang dikoordinasikan
oleh panitia teknik;
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
d. Konsensus mengenai rancangan standar;
e. Validasi melalui public enquiry nasional mencakup semua unsur ekonomi
dan pelaku usaha untuk memastikan keberterimaan secara luas;
f. Penetapan dan penerbitan standar, dan;
g. Peninjauan kembali (revisi), amandemen atau abolisi. Suatu standar dapat
direvisi setelah kurun waktu tertentu (umumnya 5 tahun sekali) agar selalu
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan baru.
2.1.2 Tujuan Standarisasi
Dengan mengutip uraian dari buku “The aims and principles of
Standardization” yang diterbitkan oleh ISO maka 10 tujuan standardisasi dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Kesesuaian untuk penggunaan tertentu (fitness for purpose)
Kemampuan proses, produk atau jasa untuk memenuhi kegunaan yang
ditetapkan dalam kondisi spesifik tertentu. Setiap proses, produk atau jasa
dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Standar berguna
untuk mengidentifikasi parameter optimum bagi kinerja suatu proses, produk
atau jasa dan metode untuk evaluasi pemenuhan persyaratan terkait. Standar
dapat pula mempersyaratkan kondisi penggunaan proses, produk atau jasa,
untuk mencegah terjadinya kegagalan proses, produk atau jasa akibat
pemakaian yang tidak tepat oleh pengguna atau akibat tidak dipenuhinya
persyaratan mutu proses, produk atau jasa.
b. Kemampuan nilai tukar (interchangeability)
Kesesuaian bahwa suatu produk, proses atau jasa dapat digunakan untuk
mengganti dan memenuhi persyaratan relevan disebut mampu tukar. Melalui
penetapan standar proses, produk atau jasa dapat saling dipertukarkan.
Contoh: bilah pisau cukur (silet) dari merek berbeda dapat digunakan di alat
cukur yang sama.
c. Pengendalian keanekaragaman (variety reduction)
Salah satu tujuan pengendalian keaneka ragaman adalah untuk
menentukan jumlah ukuran optimum, grade, komposisi, “rating”, dan cara
kerja (practices) untuk mememenuhi kebutuhan tertentu. Jumlah ragam yang
berlebihan akan menyulitkan konsumen dalam memilih produk yang sesuai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
dengan keinginannya serta dari segi produsen akan meningkatkan biaya
produksi. Contoh: standar ukuran kertas (seri A).
d. Kompatibilitas (compatibility)
Tujuan dari kompatibilitas adalah kesesuaian proses, produk atau jasa
untuk digunakan secara bersamaan dengan kondisi spesifik untuk memenuhi
persyaratan relevan, tanpa menimbulkan interaksi yang tidak diinginkan.
Contoh: pemrosesan data elektronik, informasi harus dalam bentuk kode
untuk penyimpanan, transmisi dan retrival dalam bentuk pulsa elektronik.
Agar kode tadi pada setiap saat dikenali oleh berbagai jenis piranti, kode harus
distandardisasi. Standardisasi di bidang ini mendukung usaha untuk
memperoleh kompatibilitas antara berbagai piranti atau subsistem dan
membuka peluang untuk ekspansi fitur dan pertukaran informasi antar
berbagai sistem.
e. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya
Pencapaian ekonomi menyeluruh secara maksimum dengan
meningkatkan pemanfaatan sumber daya seperti material, modal dan optimasi
pemberdayaan manusia merupakan tujuan penting dari standardisasi. Di unit
manufaktur misalnya, aspek standardisasi material, komponen dan metode
produksi dimanfaatkan untuk mengurangi pemborosan dan memungkinkan
penerapan produksi dengan cara yang lebih baik. Sebagai contoh: konstruksi
bangunan sipil, pencampuran adukan (semen : pasir : air sesuai standar)
dilakukan dengan perbandingan yang benar, begitu pula pemakaian besi
beton untuk beton bertulang sehingga mencapai kekuatan yang
dipersyaratkan sesuai rekomendasi standar dan pedoman bangunan.
f. Komunikasi dan pemahaman yang lebih baik
Salah satu fungsi penting dari standar adalah untuk memperlancar
komunikasi antara produsen dan pemakai/konsumen dengan memspesifikasi
subjek yang ada dan memberikan kepercayaan bahwa produk yang dipesan
memenuhi persyaratan yang 14 tercantum dalam standar. Dalam standar
nasional/internasional telah ditetapkan berbagai lambang dan dengan
demikian kesimpangsiuran akibat perbedaan Bahasa dapat ditiadakan,
setidaknya dikurangi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
g. Menjaga keamanan, keselamatan dan kesehatan
Standardisasi produk untuk menjamin keamanan, keselamatan dan
kesehatan bagi pemakainya. Contoh: sabuk pengaman, helm, sarung tangan
karet; penetapan batas keamanan penggunaan bahan zat warna atau bahan
pengawet dalam pangan, penetapan persyaratan isolasi listrik pada peralatan
listrik rumah tangga, desain, seterika listrik harus sedemikian rupa sehingga
pengguna bebas dari kejutan listrik dan sebagainya.
h. Pelestarian lingkungan
Pelestarian lingkungan kini merupakan tujuan penting standardisasi:
dengan focus pada perlindungan alam dari kerusakan yang mungkin timbul.
Contoh: pencemaran akibat produksi oleh industri, penggunaan material yang
sulit mengalami pelapukan (plastik misalnya), pengaturan mengenai gas
emisi kendaraan bermotor dan sebagainya. Pelestarian lingkungan hidup
umumnya ditetapkan dalam aturan, regulasi dan peraturan atau persyaratan
tertentu.
i. Menjamin kepentingan konsumen dan masyarakat
Konsumen kini sangat kritis terhadap masalah keawetan, kehandalan,
Konsumsi energi, ketahanan terhadap bahaya kebakaran dan lain sebagainya.
Hal-hal seperti ini dipersyaratkan dalam suatu standar dan informasi
mengenai hal ini dapat dicantumkan pada label dan merupakan hasil
pengujian suatu laboratorium yang telah diakreditasi.
j. Mengurangi hambatan perdagangan.
Dalam masa globalisasi ini masyarakat international berusaha keras
untuk mengurangi hambatan perdagangan yang dilakukan oleh negara
tertentu untuk membatasi akses pasar terhadap masuknya produk negara lain
misalnya dengan menetapkan bea masuk atau menetapkan standar secara
sepihak. Standar mencegah adanya hambatan perdagangan non-tarif melalui
harmonisasi persyaratan (standar yang sama setidaknya setara dan membatasi
standar yang berbeda), sedemikian sehingga memungkinkan terjadi
kompetisi sehat. Pembeli atau konsumen yakin bahwa level mutu suatu
produk, proses atau jasa yang telah diproduksi atau tersedia sesuai dengan
standar yang diakui.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
2.1.3 Prinsip Standardisasi
1) Prinsip 1 : Standardisasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
sadar dengan tujuan penyederhanaan oleh suatu masyarakat tertentu. Hal
ini akan mengecah timbulnya keanekaragaman produk yang tidak perlu.
Keanekaragaman berlebih ini tidak menghasilkan suatu manfaat baru atau
jasa tertentu yang lebih bermutu.
2) Prinsip 2 : Standardisasi adalah suatu kegiatan sosial, politis dan
ekonomis dan sejogianya digalakkan oleh berbagai pemangku
kepentingan secara konsensus. Prinsip 3 : Standar hanya bermanfaat bila
digunakan dan diterapkan dengan benar. Ada kemungkinan bahwa
penerapannya merupakan suatu “kerugian” bagi pihak tertentu tetapi
memberikan keuntungan bagi masyarakat secara menyeluruh.
3) Prinsip 4 : Standar merupakan kompromi antara berbagai alternatif yang
ada, dan mencakup ketetapan terbaik serta penerapan yang bijaksana
selama kurun waktu tertentu.
4) Prinsip 5 : Standar perlu ditinjau ulang dalam perioda tertentu dan direvisi
atau bila perlu dinyatakan tidak berlaku lagi agar standar yang berlaku
selalu sesuai dengan perkembangan di masyarakat.
5) Prinsip 6 : Bila karakteristik produk di spesifikasi, maka harus didesain
pula metode pengujiannya. Bila diperlukan metode pengambilan contoh
(sampling), maka jumlah contoh dan frekuensi pengambilan harus
dicantumkan dengan jelas.
6) Prinsip 7 : Bila suatu standar harus ditetapkan secara wajib, maka hal ini
harus didukung oleh regulasi teknis pihak berwajib dan memenuhi
peraturan-perundangan yang berlaku. Dalam menetapkan penerapan
secara wajib perlu dipertimbangkan jenis standar, tingkat perkembangan
industri dan sarana pendukung lainnya seperti lembaga penilaian
kesesuaian, lembaga penguji dan lembaga kalibrasi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
2.1.4 Manfaat Standarisasi
Sesuai definisi, standardisasi bertujuan untuk mencapai ekonomi keseluruhan
secara maksimum dan memberikan manfaat bagi berbagai sektor masyarakat.
Menurut BSN (2014), standarisasi terbukti memberikan manfaat yang secara umum
adalah sebagai berikut. Manfaat standardisasi secara umum adalah untuk:
a. Memperlancar transaksi arus barang dan jasa dalam perdagangan domestic
maupun internasional. Selain itu berguna untuk menghilangkan hambatan
teknis dalam perdagangan melalui harmonisasi standar;
b. Membantu mempercepat desiminasi sistem manajemen, teknologi dan
inovasi;
c. Meningkatkan daya saing bisnis dengan fokus terhadap mutu, keamanan,
keselamatan, kesehatan dan pelestarian lingkungan;
d. Memfasilitasi penilaian dan pembuktian kesesuaian dan;
e. Optimasi infrastruktur standardisasi.
2.2 Sertifikasi Produk
Sertifikasi merupakan pengesahan dari pihak ketiga yang berkaitan dengan
produk, proses, sistem atau personal (SNI ISO/IEC 17000:2009). Pihak ketiga yang
berhak melakukan kegiatan sertifikasi ini yaitu lembaga penilaian kesesuaian yang
kompeten dan telah terakreditasi oleh badan akreditasi. Selanjutnya lembaga
penilaian kesesuaian memberikan sertifikasi kepada produk, proses, sistem atau
personal, untuk menyatakan telah memenuhi suatu persyaratan tertentu. Kegiatan
sertifikasi dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu:
a. Sertifikasi sistem.
b. Sertifikasi produk, proses atau jasa.
c. Sertifikasi personal.
Sertifikasi produk adalah kegiatan penilaian kesesuaian yang dibangun untuk
memberikan kepercayaan konsumen, regulator, industri dan pihak lain yang
berkepentingan bahwa produk memenuhi persyaratan yang ditetapkan, termasuk
misalnya kinerja, keamanan, interoperabilitas, dan berkelanjutan produk (SNI
ISO/IEC 17067:2013). Produk yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam standar yang relevan dapat diberi tanda kesesuaian. Hal yang sama juga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
berlaku bagi sertifikasi proses maupun jasa yang ketiganya termasuk produk
menjadi satu kelompok kegiatan sertifikasi. Tujuan mendasar sertifikasi produk
adalah:
a. Untuk memberikan kepercayaan konsumen, regulator, industri dan pihak lain
yang berkepentingan bahwa produk memenuhi persyaratan yang ditetapkan,
termasuk misalnya kinerja, keamanan, interoperabilitas, dan berkelanjutan
produk;
b. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, pengguna dan secara umum semua
pihak yang berkepentingan atas jaminan pemenuhan persyaratan yang
ditentukan; dan
c. Untuk digunakan oleh pemasok guna memperagakan kepada pasar bahwa
produk pemasok telah memenuhi persyaratan oleh lembaga pihak ketiga yang
imparsial.
Dalam melaksanakan sertifikasi produk, suatu lembaga sertifikasi produk
harus melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan skema sertifikasi yang telah
ditetapkan. Skema sertifikasi produk dapat dikembangkan atau dibuat oleh lembaga
sertifikasi atau asosiasi terkait atau regulator. Untuk mengembangkan skema
sertifikasi produk, dapat mengacu pada standar ISO/IEC 17067:2013, Conformity
assessment — Fundamentals of product certiication and guidelines for product
certiication schemes (telah diadopsi secara identik menjadi SNI ISO/IEC
17067:2013).
Manfaat yang didapatkan perusahaan dengan melakukan sertifikasi terhadap
produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. Pemastian dari pihak ketiga independen bahwa produk dihasilkan melalui
pengujian, pengendalian dan pengawasan yang efektif;
b. Konsumen terlindungi untuk mendapatkan produk bermutu;
c. Produk telah memenuhi persyaratan standar bagi produk wajib SNI;
d. Meningkatkan daya saing terhadap produk nonstandar;
e. Meningkatkan efisiensi melalui penerapan sistem mutu yang efektif.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
2.3 Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan
oleh Badan Standardisasi Nasional. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, sasaran utama
dalam pelaksanaan standardisasi adalah meningkatnya ketersediaan Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan
pekerjaan instalasi guna mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri.
Secara umum SNI mempunyai manfaat seperti yang disajikan dalam Tabel
2.1 berikut.
Tabel 2.1 Manfaat SNI
Dari sisi produsen Terdapat kejelasan target kualitas
produk yang harus dihasilkan sehingga
terjadi persaingan yang lebih adil.
Dari sisi konsumen Dapat mengetahui kualitas produk
yang ditawarkan sehingga dapat
melakukan evaluasi baik terhadap
kualitas maupun harga.
Dari sisi pemerintah Dapat melindungi produk dalam
negeri dari produk-produk luar yang
murah tapi tidak terjamin kualitas
maupun keamanannya, dan
meningkatkan keunggulan kompetitif
produk dalam negeri di pasaran
internasional.
Sumber: bsn.go.id
Untuk mendapatkan Sertifikat SNI perusahaan harus menjalankan proses
sertifikasi, dari mencari SNI yang terkait hingga mendapatkan sertifikat SPPT SNI.
Alur proses/prosedur diperoleh dari Badan Standardisasi Nasional, selaku pengkaji
dan penyusun kebijakan nasional di bidang standardisasi nasional. Adapun
alur/prosedur sertifikasi SNI ditampilkan dalam gambar berikut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
Gambar 2.1 Proses/Prosedur Sertifikasi SNI
Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap proses, dari pengecekan SNI terkait
hingga penerbitan sertifikat SNI, berdasarkan tahapan yang telah ditentukan (BSN,
2019).
a. Cek SNI Terkait
Melakukan observasi, apakah ada SNI yang terkait, apabila ada maka harus
diterapkan terlebih dahulu.
b. Cek LSPro yang berwenang
Mencari lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang ruang lingkupnya sesuai
dengan produk yang akan disertifikasi.
c. Perusahaan Mengirim Dokumen Permohonan
UMKM melengkapi dan mengirim dokumen-dokumen persyaratan sertifikasi
SNI.
d. Tinjauan Permohonan
LSPro akan mengaudit kelengkapan dokumen serta audit kecukupan
perusahaan.
1. Cek SNI Terkait
2. Cek LSPro yang berwenang
3. Perusahaan Mengirim Dokumen
Permohonan
4. Tinjauan Permohonan
5. Evaluasi dan Uji Kesesuaian
6. Tinjauan Hasil Evaluasi
7. Penerbitan Sertifikat SNI dan
Lisensi SNI
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
e. Evaluasi
Penilaian proses produksi dan penilaian system manajemen yang relevan
termasuk pengambilan pengujian sampel produk yang dilakukan oleh LSPro
BBKB, yang selanjutnya akan didapat output berupa check list yang akan
menyajikan apakah ada ketidak sesuaian antara ketentuan produk berdasarkan
SNI dengan produk hasil produksi UMKM.
f. Tinjauan Hasil Evaluasi
Evaluasi dari hasil audit kesesuaian perusahaan, apabila terjadi kekurangan,
maka perusahaan harus melakukan perbaikan.
g. Penerbitan Sertifikat SNI dan Lisensi SNI
Berlaku untuk kurun waktu yang ditentukan dan akan dilakukan survey untuk
pemeliharaan status sertfikasi.
Persyaratan sertifikasi SNI tebagi menjadi dua, yaitu persyaratan berupa ciri
dan syarat mutu proses hingga hasil produksi, dan persyaratan berupa dokumen
pemohonan sertifikasi SNI. Persyaratan sertifikasi SNI yang berupa ciri dan syarat
mutu proses hingga hasil produksi ditentukan berdasarkan SNI yang berlaku,
disesuaikan dengan jenis produk/jasa yang akan disertifikasi, yang mana pada studi
kasus ini adalah produk dari UMKM Batik Tulis, yaitu menggunakan SNI
8302:2016, sedangkan persyaratan sertifikasi SNI yang berupa persyaratan
dokumen permohonan sertifikasi SNI ditenukan berdasarkan skema sertifikasi yang
ditentukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang berwenang untuk
komoditas Batik, yaitu LSPro Balai Besar Kerajinan dan Batik, Yogyakarta.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
Adapun persyaratan sertifikasi SNI adalah sebagai berikut.
a. Ciri dan Syarat Mutu Proses hingga Hasil Produksi berdasarkan SNI yang
berlaku
Berdasarkan acuan SNI 8302:2016, dengan judul “Batik tulis – Kain – Ciri,
syarat mutu dan metode uji”, maka ditentukan ciri dan syarat mutu proses hingga
hasil produksi, dan ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.2 Proses/Prosedur Sertifikasi SNI
No. Parameter Amatan Ciri
1 Bau Bau khas aroma malam batik
2 Proses dan ciri fisik a) Motif pada kain dapat berulang dana tau tidak
berulang
b) Goresan bekas malam tidak selalu tepat sama
pada setiap garis klowong tuli, ulangan motif,
dan sambungan motif
c) Terdapat rembesan warna yang disebabkan
tipisnya goresan malam, ketidak teraturan
pecahan tapak malam dan pada tepi tapak
malam
d) Tapak malam pada bagian terusan tidak selalu
sama
e) Jumlah, ukuran, jarak dan bentuk isen pada
suatu bidang motif tidak selalu sama
f) Hasil proses remukan selalu diperoleh
pecahan yang tidak teratur
g) Hasil tembokan diperoleh pecahan tidak
teratur
b. Persyaratan Permohonan Sertifikasi SNI
Berdasarkan acuan skema sertifikasi SPPT-SNI (skema 3) yang ditentukan
oleh LSPro BBKB, maka ditentukan dokumen-dokumen persyaratan yang harus
dilengkapi untuk melakukan sertifikasi SNI, dan ditampilkan dalam tabel berikut.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
Tabel 2.3 Persyaratan Dokumen Permohonan Sertifikasi SNI
No. Persyaratan Sumber
Referensi
1 Kartu Tanda Penduduk (KTP)
LSPro
BBKB
(TOEGOE)
2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pribadi
[Jika tidak memiliki NPWP Perusahaan]
3 Formulir Permohonan
4 Daftar Isian Pemohon
5 Profil Perusahaan
6 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan
7 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
8 Izin Usaha Industri (IUI)
9 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
10 Sertifikat Merek Terdaftar
11 Foto Produk
12 Dokumen Mutu
13 Diagram Alir Produksi
14 Sertifikat Uji Kesesuaian Batik
Berikut adalah penjelasan dari dokumen-dokumen persyaratan Sertifikasi
SNI skema 3 yang ditentukan oleh LSPro BBKB.
1) Sertifikat Merek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “merek” diartikan
sebagai tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen dan
sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal (cap,
tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama. Hak Merek
adalah bentuk perlindungan HKI yang memberikan hak eksklusif bagi
pemilik merek terdaftar untuk menggunakan merek tersebut dalam
perdagangan barang dan/atau jasa, sesuai dengan kelas dan jenis
barang/jasa untuk mana merek tersebut terdaftar (hki.co.id, 2017).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Perda Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2003 memuat bahwa SIUP
merupakan izin untuk melaksanakan perdagangan dan atau usaha
perdagangan. Setiap usaha dan atau badan usaha yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan wajib mendapatkan SIUP yang diterbitkan
berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah
Republik Indonesia.
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan/Pemilik
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007, Nomor Pokok Wajib Pajak
Perorangan adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
perorangan sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Sedangkan
Nomor Pokok Wajib Pajak Badan Usaha adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak perusahaan sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
4) Izin Usaha Industri (IUI)
Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang yang
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rencana
bangun dan rekayasa industri. Izin Usaha Industri (IUI) adalah izin untuk
dapat melaksanakan kegiatan usaha industri.
5) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik/Pemohon
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan, Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya
disingkat KTP, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang
diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6) Dokumen Mutu
Dokumen/Buku Sistem Penjaminan Mutu Internal merupakan
perangkat yang diperlukan dalam rangka untuk mengimplementasikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
Sistem Penjaminan Mutu Internal. Dengan adanya Buku/Dokumen
Sistem Penjaminan Mutu Internal maka penetapan, pelaksanaan,
evaluasi, pengendalian, dan peningkatan standar Sistem Penjaminan
Mutu Internal dapat dipantau.
Biaya sertifikasi SNI terbagi menjadi dua, yaitu biaya jasa Sertifikasi SNI
oleh LSPro, dan biaya administrasi dari dokumen-dokumen yang harus dilengkapi
UMKM sebagai persyaratan sertifikasi SNI. Besar biaya sertifikasi SNI diperoleh
dari observasi ke LSPro BBKB (Yogyakarta), sedangkan biaya administrasi
dokumen-dokumen persyaratan SNI diperoleh dari observasi ke lembaga-lembaga
pemerintah terkait, berdasar dokumen yang akan diurus. Adapun biaya sertifikasi
SNI adalah sebagai berikut.
1) Biaya Jasa Sertifikasi SNI oleh LSPro
Berdasarkan observasi ke LSPro BBKB, maka diperoleh besaran
biaya yang harus dipenuhi UMKM, dan ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.4 Biaya Sertifikasi SNI oleh LSPro
Dokumen Persyaratan Biaya Lembaga
Permohonan Rp 500.000
LSPro
Audit Stage I Rp 1.000.000
Audit Stage II
Lead Author (LA) Per Orang/ Hari Rp 2.000.000
Auditor (A) Per Orang/ Hari Rp 1.500.000
Tenaga Ahli (TA) Per Orang/ Hari Rp 1.500.000
Petugas Pengambil Contoh (PPC) Per Orang/ Hari Rp 1.000.000
Jasa Proses Sertifikasi
Panitia Teknis Rp 300.000
Panitia Penilaian Rp 1.000.000
Proses Sertifikasi (per SNI) Rp 2.000.000
Jasa Perdiem Untuk LA, A, TA, PPC Rp 800.000
Biaya Pengujian Kesesuaian Batik Rp 410.000
TOTAL Rp 12.010.000
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
2) Biaya Administrasi Dokumen Syarat Permohonan Sertifikasi SNI
Berdasarkan observasi langsung ke lembaga-lembaga pemerintah
terkait, berdasar dokumen yang akan diurus, maka diperoleh besaran
biaya yang harus dipenuhi UMKM, dan ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.5 Biaya Administrasi Dokumen Permohonan Sertifikasi SNI
Dokumen Persyaratan Biaya Bentuk
Pemenuhan Lembaga
Formulir Permohonan Rp 0 Dibuat LSPro
Daftar Isian Pemohon Rp 0 Dibuat LSPro
Foto Produk Rp 0 Dibuat UMKM
Sertifikat Merek/Surat Bukti Pendaftaran Merek Rp 2.000.000 Diajukan UMKM
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Rp 0 Diajukan Pemerintah
Profil Perusahaan Rp 0 Dibuat Pemerintah
Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) Perusahaan/Pemilik Rp 0 Diajukan Pemerintah
Izin Usaha Industri (IUI) Rp 0 Diajukan Pemerintah
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Rp 0 Diajukan Pemerintah
Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik/Pemohon Rp 0 Diajukan Pemerintah
Diagram Alir Proses Produksi Rp 0 Dibuat UMKM
Dokumen Panduan Mutu
(mengacu ISO 9001 2015) Rp 0 Dibuat UMKM
TOTAL Rp 2.000.000
2.4 IKM dan UMKM
Menurut PP Nomor 29 Tahun 2018, Industri Kecil dan Menengah adalah
Perusahaan Industri yang skala usahanya ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga
kerja dan nitai investasi oleh Menteri sebagai Industri Kecil dan Industri Menengah.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UU, yaitu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
memiliki asset sebesar Rp 50.000.000 hingga Rp 500.000.000 dan omset per tahun
sebesar Rp 300.000.000 hingga Rp 2.000.000.000.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
UU, yaitu memiliki asset sebesar Rp 500.000.000 hingga Rp 10.000.000.000 dan
omset per tahun sebesar Rp 2.500.000.000 hingga Rp 50.000.000.000
2.5 Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Batik
Lembaga Sertifikasi Produk Balai Besar Kerajinan dan Batik(LSPro Balai
Besar Kerajinan dan Batik ) atau lebih dikenal sebagai LSPro TOEGOE
berkedudukan di Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7
Yogyakarta. LSPro TOEGOE merupakan Lembaga Sertifikasi Produk yang telah
diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor Akreditasi
LSPr-025-IDN yang bertugas melaksanakan sertifikasi produk sesuai dengan
standar produk yang diacu dan diakui melalui evaluasi sistem mutu dan penilaian
hasil uji.
Kegiatan sertifikasi yang diselenggarakan oleh LSPro BBKB (TOEGOE)
bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen dan produsen agar
dapat memperoleh atau menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI). Tanda kesesuaian produk dengan SNI tersebut dapat
dicantumkan pada produk atau kemasan yang digunakan. Dengan pemberian tanda
SNI tersebut diharapkan dapatmenunjang peningkatan ekspor non migas melalui
peningkatan produk yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) melalui
pelayanan yang profesional dan memuaskan.
Sesuai dengan ruang lingkup akreditasi, proses sertifikasi produk yang
diselenggarakan oleh LSPro BBKB (TOEGOE) menggunakan dua tipe skema
sertifikasiyang telah ditetapkan oleh KAN, yaitu Skema Tipe 3 untuk sertifikasi
produk perhiasan/perak, alat-alat olahraga, tekstil dan produk tekstil seperti kain
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
batik, tenun dan lain - lainserta Skema Tipe 1B untuk sertifikasi produk mainan
anak dan pakaian bayi yang dimana harus diterapkan secara wajib.
Skema Tipe 3 mencakup seleksi, determinasi yang mencakup pengujian
produk, evaluasi lapangan yang terkait dengan lini produksi, review dan penetapan
keputusan sertifikasi. Skema Tipe 3 ini diikuti dengan survailen yaitu cara
pengujian dan evaluasi lapangan kembali yang terkait dengan lini produksi
pemohon sertifikasi. Sedangkan Skema Tipe 1B mencakup seleksi, determinasi
yang mencakup pengambilan contoh produk, pengujian produk, peninjauan hasil
pengujian dan penetapan keputusan sertifikasi.
2.6 Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor
188/KEP/BSN/8/2016
Berdasarkan keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional nomor
188/KEP/BSN/8/2016, menjelaskan kebijakan baru BSN mengenai SNI yang
menjadi acuan sertifikasi SNI, alasan diambilnya kebijakan ini antara lain adalah
untuk menjaga kesesuaian Standar Nasional Indonesia terhadap kebutuhan pasar,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peme1iharaan dan penilaian
kelayakan dan kekinian, perlu dilakukan kaji ulang. Berikut adalah tabel revisi SNI
Batik yang telah ditetapkan.
Tabel 2.6 SNI Hasil Revisi
No. Standar Nasional Indonesia
yang ditetapkan
Standar Nasional Indonesia
yang direvisi
1. SNI 8302:2016
Batik tulis – Kain – Ciri, syarat
mutu dan metode uji
SNI 08-3530-1994 (Ciri batik tulis)
SNI 08-0630-1996 (Batik tulis mori
voalisima)
SNI 08-0455-2006 (Kain batik tulis
mori primissima)
SNI 08-0454-2006 (Kain batik tulis
mori prima)
SNI 08-4039-1996 (Batik sutera)
SNI 08-0631-1996 (Batik tulis mori
biru)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
Tabel 2.7 SNI Hasil Revisi (lanjutan)
No. Standar Nasional Indonesia
yang ditetapkan
Standar Nasional Indonesia
yang direvisi
2. SNI 8303:2016
Batik cap – Kain – Ciri, syarat
mutu dan metode uji
SNI 08-3531-1994 (Ciri batik cap)
SNI 08-0514-1989 (Cara uji batik
cap)
SNI 08-0633-1989 (Batik cap mori
voalisima)
SNI 08-0633-2006 (Kain batik cap
mori primissima)
SNI 08-0634-2006 (Kain batik cap
mori prima)
SNI 08-0635-1989 (Batik cap mori
biru)
SNI 08-4039-1996 (Batik sutera)
3. SNI 8304:2016
Batik kombinasi – Kain – Ciri,
syarat mutu dan metode uji
SNI 08-3515-1989 (Ciri batik
kombinasi)
SNI 08-0516-1989 (Cara uji batik
kombinasi)
SNI 08-0636-1989 (Batik kombinasi
mori voalisima)
SNI 08-0637-2006 (Kain batik cap
kombinasi tulis mori primissima)
SNI 08-0638-2006 (Kain batik cap
kombinasi tulis mori prima)
SNI 08-1772-1990 (Batik kombinasi
mori biru)
SNI 08-4039-1996 (Batik sutera)
2.9 Workflow
Workflow adalah suatu proses kerja/bisnis yang sistematis dimana dokumen
atau informasi yang di buat, dialirkan dari satu pihak ke pihak yang lain untuk
tindakan lanjutan menurut suatu aturan atau prosedur tertentu yang telah disepakati
bersama dalam sebuah organisasi/perusahaan. Pada umumnya workflow dalam
aplikasi manajemen dokumen elektronik di bangun untuk memudahkan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-19
mempercepat tibanya dokumen kepada orang-orang yang memiliki kewenangan
otorisasi agar dapat segera memberikan persetujuan terhadap dokumen yang akan
dipublikasikan. Sedangkan manfaat workflow dalam proses manajemen
pengetahuan berdasarjan penelitian yang sudah pernah dilakukan ditampilkan
dalam tabel berikut ini (Schmitz, 2015).
Tabel 2.8 Uji Manfaat Workflow Menggunakan Kuesioner
Characteristics of the
workflow
Support to
processes
Interoperability
and distribution Reengineering
Participation and
cooperation
Memory of the
organization
Tacit knowledge
sharing 86.67% (Q1) 93.33% (Q2) 93.33% (Q5)
Concepts creation 80.00% (Q6) 86.67% (Q8) 93.33% (Q10)
Concepts justification 86.67% (Q11) 86.67% (Q13) 86.67% (Q14) 86.67% (Q15)
Archetype 93.3% (Q16)
Knowledge levelling 108.00% (Q22)
Dapat terlihat bahwa workflow memungkinkan peningkatan proses bisnis di
perusahaan, memudahkan revisi dan pembaruan sesuai dengan kebutuhan.
2.10 Flow chart
Flow chart dibuat untuk lebih memahami aliran kegiatan dan dokumen pada
suatu proses bisnis (Hidayat dan Bernik, 2019). Dengan adanya flow chart, sistem
tersebut diharapkan tercipta sesuai kerangka aliran dan sesuai dengan kondisi
proses bisnis yang ada (Malabay, 2016).
2.11 State of The Art
Terdapat tiga penelitian terdahulu yang dijadikan acuan. Penelitian pertama
adalah penelitian dari Fakhrina Fahma, Roni Zakariya, dan Royan Fajar Gumilang
mengenai Pemetaan Kesiapan IKM Batik di Kota Surakarta terhadap Sertifikasi
SNI Produk Batik. Penelitian kedua adalah penelitian dari Chaidir Akbar mengenai
Pembuatan Workflow Penerapan Sistem Jaminan Halal dan Persyaratan Sertifikasi
Halal untuk Industri Pengolahan Skala Kecil dan Menengah. Perbandingan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-20
Tabel 2.9 State of The Art
PENULIS JUDUL
PERBANDINGAN
Objek
Penelitian
Subjek
Penelitian Metode Penelitian
Sertifikasi UMKM
/ IKM Kuesioner Checklist Workflow
AHP
Analysis
Critical
Success
Factor
Fakhrina
Fahma
Pemetaan Kesiapan
UMKM Batik di Surakarta
terhadap SNI Batik
√ √ √ - - - -
Aries
Susanty
Penilaian Kesiapan
UMKM Batik untuk
Adopsi SNI
√ √ √ - - √ √
Chaidir
Akbar
Pembuatan Workflow
Penerapan Sistem Jaminan
Halal dan Persyaratan
Sertifikasi Halal untuk
Industri Pengolahan Skala
Kecil dan Menengah
√ √ √ √ √ - -
Penelitian
saat ini
Redesain Proses
Pemenuhan Persyaratan
Sertifikasi Standar
Nasional Indonesia
Pada Industri Kecil dan
Menengah Industri Batik
√ √ - √ √ - -
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user