BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Diskusi 1. Pengertian ...

24
13 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Diskusi 1. Pengertian Metode Diskusi a. Pengertian Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru, dan penggunaannya pun bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kedudukan metode sebagai alat motivasi, sebagai strategi pembelajaran, dan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2014: 80). Arifin dalam bukunya Ahmad Munjih dan Lilik Nur Kholifah (2013: 29). berpendapat bahwa metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut Thariqat”. Dalam kamus besar bahasa indoneisa “metode” adalah cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran. Sedangkan menurut Djamaludin dan Abdullah Aly dalam kapita selekta Pendidikan Islam, (1999: 144) metode berasal dari kata meta berarti melalui dan hodos berarti jalan. Jadi metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Depag RI dalam buku metodologi pendidikan agama Islam (2001: 19) metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Jadi, metode adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang untuk mempermudah pekerjaannya dalam mencapai suatu tujuan yang akan dicapai. Metode berpengaruh penting dalam keberhasilan

Transcript of BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Diskusi 1. Pengertian ...

13

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi

a. Pengertian Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru, dan penggunaannya pun bervariasi sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Kedudukan metode sebagai alat

motivasi, sebagai strategi pembelajaran, dan sebagai alat untuk

mencapai suatu tujuan (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2014: 80).

Arifin dalam bukunya Ahmad Munjih dan Lilik Nur Kholifah

(2013: 29). berpendapat bahwa metode adalah ‎suatu jalan yang

dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode ‎disebut

“Thariqat”. Dalam kamus besar bahasa indoneisa “metode” adalah

cara ‎yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai maksud.

Sehingga dapat dipahami ‎bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan bahan ‎pelajaran agar mencapai

tujuan pelajaran.

Sedangkan menurut Djamaludin dan Abdullah Aly dalam

kapita selekta ‎Pendidikan Islam, (1999: 144) metode berasal dari

kata meta berarti melalui dan hodos ‎berarti jalan. Jadi metode adalah

jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu ‎tujuan. Sedangkan

menurut Depag RI dalam buku metodologi ‎pendidikan agama Islam

(2001: 19) metode berarti cara kerja yang bersistem ‎untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

‎ditentukan.‎

Jadi,‎metode‎adalah‎suatu‎cara‎yang‎digunakan‎oleh‎seseorang‎

untuk‎ mempermudah‎ pekerjaannya‎ dalam‎ mencapai‎ suatu‎ tujuan‎

yang‎akan‎dicapai.‎Metode berpengaruh penting dalam keberhasilan

14

proses belajar. Metode yang tepat akan ‎mempermudah siswa untuk

memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, selain itu ‎juga

mempermudah tugas pendidik sebagai informan karena siswa

dengan mudahnya dapat ‎memahami materi sehingga waktu akan

berjalan lebih efektif. ‎

b. Pengertian Diskusi

Diskusi adalah aktifitas dari sekelompok siswa yang berbicara

saling bertukar ‎informasi ‎maupun pendapat tentang sebuah topic

atau masalah, dimana setiap ‎anak ingin mencari ‎jawaban atau

penyelesaian masalah dari segala segi dan ‎kemungkinan yang ada

(Departemen ‎Pendidikan dan Kebudayaan. 1994).

Diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau

lebih, ‎berintegrasi secara ‎verbal dan saling berhadapan, saling tukar

informasi, saling ‎mempertahakan pendapat dalam ‎memecahkan

ssuatu masalah tertentu (Arief Armai, ‎‎2002: 14). ‎

Sementara itu Jumanta Hamdayama (2014: 131)

mengemukakan bahwa diskusi adalah percakapan ilmiah yang

berisikan pertukaran pendapat pemunculan ide- ide serta pengujian

pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam

kelompok itu untuk mencari kebenaran. Metode diskusi merupakan

kegiatan tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur- unsur

pengalaman secara teratur. Tujuannya ialah untuk memperoleh

pengertian bersama lebih jelas dan lebih teliti mengenali sesuatu.

Berdasarkan bebarapa pengertian di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa diskusi adalah aktivitas yang terbentuk oleh dua

orang atau lebih, yang saling bertukar informasi, menyumbangkan

pendapat dengan tujuan untuk mencari solusi secara bersama dari

permasalahan tertentu.

c. Pengertian Metode Diskusi

Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar (1997 : 44) metode

diskusi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam

15

menyelesaikan masalah, yang mungkin menyangkut kepentingan

bersama, dengan jalan musyawarah untuk mufakat, dan memperluas

pengetahuan dan cakrawala pemikiran. Dengan kata lain metode

diskusi yaitu cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran melalui

proses pemeriksaan dengan teliti suatu masalah tertentu dengan jalan

bertukar pikiran, bantah membantah dan memeriksa dengan teliti

hubungan yang terdapat di dalamnya : dengan jalan menguraikan,

membanding – bandingkan, menilai hubungan itu dan mengambil

kesimpulan yang dapat ditarik daripadanya

Sementara itu menurut Wina Sanjaya (2011: 55) metode

diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Metode

diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan

keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru

yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam

proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi:

pertama, diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya

oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga

hasil dan arah diskusi sullit ditentukan: kedua, diskusi biasanya

memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu

pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan

itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas.

Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan

perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa

dihindari.

Metode diskusi adalah kegiatan tukar menukar informasi,

pendapat dan unsur- unsur pengalaman secara teratur untuk

memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti

tentang sesuatu, dan untuk menyelesaikan keputusan bersama.

Tujuan metode diskusi adalah memotivasi atau memberi stimulasi

kepada siswa agar ‎berfikir kritis, mengeluarkan pendapat-

pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran- ‎pikirannya dan

16

mengambil suatu jawaban actual satu rangkaian jawaban yang

didasarkan ‎atas pertimbangan yang seksama. ‎(Jumanta, 2014: 131).‎

Metode diskusi merupakan cara yang digunakan untuk

pembelajaran yang terfokus pada pembahasan dan pemecahan suatu

masalah dan/atau topic dengan cara bertukar pendapat, gagasan, dan

bertukar pikiran yang dilakukan oleh sejumlah orang atau siswa

dalam kelompok besar atau kecil dalam rangka mengambil dan

memperoleh suatu kesimpulan. (Didi dan Deni, 2012: 139).

Sedangkan menurut Ahmad Sabri (2005: 56) Metode diskusi

adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan masalah dengan

‎maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan

lebih teliti tentang ‎sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan

bersama. Dalam diskusi tiap orang ‎diharapkan memberikan

sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan ‎pemahaman

yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.

Menurut Zakiah Daradjat (2003: 233) penggunaan metode

diskusi dalam dunia pendidikan dapat merangsang siswa untuk

berfikir dan mengeluarkan pendapat karena dalam metode diskusi

bukan hanya berisi tentang percakapan dan debat biasa saja, tetapi

timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat

yang bermacam-macam, Dari beberapa jawaban atau pendapat

tersebut nantinya akan diambil satu jawaban yang paling tepat untuk

memecahkan masalah yang sedang didiskusikan, jawaban selebihnya

digunakan sebagai pelengkap.

Djamarah dan Bachri (2006) mengemukakan bahwa

pengertian metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana

siswa- siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa

pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas

dan dipecahkan bersama. Metode diskusi adalah metode

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan

dengan tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab

17

pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta

untuk membuat suatu keputusan.

Sementara Syaiful Bachri dalam bukunya Jumanta (2014:

131) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah ‎cara penyajian

pelajaran, dimana siswa- siswa dihadapkan kepada suatu masalah,

yang bisa ‎berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat

problematis untuk dibahas dan dipecahkan ‎bersama.

Berdasarkan beberapa pengertian metode diskusi di atas

Ahmad dan Lilik (2013: 57) mengemukakan bahwa Al- Qur’an

memberikan penegasan akan pentingnya metode diskusi dalam

pengajaran. Allah Swt. Berfirman dalam surat an-Nahl ayat 125:

ى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ادع ال

وهى اعلم بالمهتديه ان ربك هى اعلم بمه ضل عه سبيله احسه

“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah (diskusikan) mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk. (M. Quraish Shihab, 2001:

774).

Al- Qur’an Surat an-Nahl ayat 125 di atas bahwasannya

menjelaskan tentang tiga macam metode dakwah yang harus

disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang

memiliki intelektual tinggidiperintahkan menyampaikan dakwah

dengan hikmah, yakni berdiaolog sesuai dengan kata- kata bijak

sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Terhadap kaum awam

diperintahkan untuk menerpakan mau’izhah, yakni memberikan

nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf

pengetahuan mereka yang sederhana, sedangkan kepada al-hikmah

dan penganut agama-agama lain yang diperintahkan menggunakan

jidal ahsan atau perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan

18

logika dan retorika yang halus, terlepas dari kekerasan dan umpatan.

(M. Quraish Shihab, 2001: 774).

Berdasarkan ketiga metode di atas penulis menyimpulkan

bahwa salah satu dari metode tersebut dapat disebut dengan metode

diskusi, yaitu pada metode jidal ahsan atau perdebatan dengan cara

yang terbaik, hal ini sesuai dengan pengertian metode diskusi. (M.

Quraish Shihab, 2001: 774).

Menambahkan penjelasan dari M. Quraish Shihab (2001: 774)

bahwasannya menurut Ahmad dan Lilik (2013: 57) dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode diskusi ini sangat

membantu anak didik untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang

Islam. Dalam konteks thahrah (bersuci), misalnya guru bisa

mengajak siswa memahami perbedaan pendapat yang ada, dimana

sebagian ulama menganggap bahwa menyentuh kulita antara lawan

jenis membatalkan wudhu, sementara yang lain tidak membatalkan

wudhu asal tidak disertai dengan syahwat ketika menyentuhnya.

Contoh lain dalam masalah distribusi zakat fitrah, sebagian

berpendapat bahwa zakat fitrah hanya dkhususkan kepada fakir dan

miskin, sementara yang lain membolehkan diberikan kepada

mustahiq selain fakir miskin asal masih dalam kategori asnaf

tsamaniyah (delapan golongan).

Penulis menyimpulkan bahwa metode diskusi adalah alat

pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan

materi kepada siswanya dengan penyajian materi secara

berkelompok untuk memecahkan permasalahan tertentu. Dalam

metode ini siswa dituntut untuk saling bertukar informasi,

berpendapat dan mendengarkan pendapat orang lain, menjelaskan

materi dengan bahasa sendiri, bertanya dan menjawab pertanyaan

yang bertujuan untuk mencari solusi permasalahan secara bersama.

Metode ini akan berjalan baik dan berhasil jika disesuaikan dengan

19

materi yang diajarkan, situasi, kondisi kelas dan sarana prasarana

yang ada.

Penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa . Selain itu, siswa juga memiliki

antusias yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran sehingga bisa

mencapai hasil yang terbaik.

2. Jenis-jenis Diskusi

Menurut Jumanta hamdayama (2014: 131) terdapat beberapa

macam diskusi yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi

kepada siswa, diantaranya sebagai berikut:

a. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau diskusi kelompok adalah proses pemecahan

masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta

didik. Prosedur yang digunakan dalam diskusi ini adalah:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kompetensi

dikegiatan awal pembelajaran.

2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk

mendiskusikan materi, atau kasus yang diberikan.

3) Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya

siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi notulis.

4) Sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar)

memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15

menit.

5) Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan

setelah mendaftar pada moderator.

6) Sumber masalah memberi tanggapan.

7) Meoderator menyimpulkan hasil diskusi.

b. Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah diskusi yang dilakukan dengan

membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri 3-7

20

orang. Pelaksanaanya adalah guru memulai dengan memberikan

permasalahan dengan subpermasalahannya, kemudian setiap

kelompok membahas subpemasalahan tersebut.

c. Simposium

Simposium adalah diskusi yang pelaksanannya dimulai dengan

membahas suatu masalah dari berbagai segi secara luas, yang

disiapkan dan diarahkan oleh beberapa orang pembicara atau

pengarah yang berbeda pandangan atau keahlian. Setelah itu

dilanjutkan dengan diskusi atau tanya jawab antara penyaji

(pengarah) dengan para peserta (siswa). Setelah itu diakhiir dengan

pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang tealah

ditentukan sebelumnya (Jumanta Hamdayama, 2014: 132)

d. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan sutau masalah yang

dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri atas 4-5

orang dihadapan audien. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi

lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung,

tetapi berpean hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang

melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif,

perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode

penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan

dalam diskusi.

3. Langkah- langkah melaksanakan diskusi

Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu

dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Langkah persiapan

1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat

umum maupun tujuan khusus.

2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.

21

4) Memperisapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis

pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala

fasilitasnya, petugas- petugas diskusi seperti moderator, notulis,

dan tim perumus manakala diperlukan.

b. Pelaksanaan diskusi

1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi.

2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan- aturan diskusi

sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan

3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan

suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak

tegang, tidak menyudutkan, dan lain sebagainya.

4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi

untuk mengeluarkan gagasan dan ide- idenya.

5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang

dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya

arah pembahasan menjadi melebar dan tidak focus.

c. Menutup diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi

hendaklah dilakukan hal- hal sebagai berikut:

1) Membuat pokok- pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai

dengan hasil diskusi

2) Meriview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh

peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. Jumanta

Hamdayama, 2014: 131- 135)

Sementara itu, menurut Sudirman dalam bukunya Cicih dan Dirman

(2014: 86) langkah- langkah pelaksanaan diskusi adalah sebagai berikut:

22

a. Persiapan Diskusi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan suatu

diskusi adalah:

1) Menentukan tujuan diskusi agar prosesnya berjalan sesuai dengan

tujuan dan hasil yang dicapai pun sesuai dan jelas,

2) Menetapkan masalah yang akan dibahas sesuai dengan materi dan

kemampuan siswanya.

b. Pelaksanaan Diskusi

Setelah perisapan dilakukan dengan baik, baru mulai pelaksanaan

diskusi, Berikut beberapa hal yang harus dperhatikan dalam

pelaksanaan diskusi:

1) Mengecek segala persiapan yang penting.

2) Memulai pengarahan dan penyajian kertas kerja.

3) Berusaha merangsang siswa untuk memikirkan pemecahan

masalah.

4) Ciptakan suasana yang menyenangkan dan membosankan, dengan

sedikit ice breaking dan permainan yang membuat semangat siswa.

5) Berikanlah kesempatan kepada siswa secara adil untuk

mengemukakan pendapatnya.

6) Kendalikan pembahasan sesuai dengan pokok permasalahan.

7) Perhatikan waktu yang direncanakan. Usahakan tidak mengulur

banyak waktu.

8) Guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan

jalannya diskusi, sebagai pengawas yang mengawasi jalannya

diskusi.

c. Pengakhiran Diskusi dan Tindak Lanjut

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari bagian akhir diskusi ini adalah

sebagai berikut:

1) Memperhatikan apakah permasalahan telah cukup dibicarakan dan

cukup memberi bahan dalam pemecahan masalah.

2) Menyimpulkan dari beberapa pendapat.

23

3) Memberikan tugas lanjutan untuk pertemuan selanjutnya.

4) Menilai pelaksanaan diskusi apakah telah berjalan dengan baik dan

hasilnya sesuai dengan tujuan.

4. Kelebihan dan Kekurangan metode Diskusi

a. Kelebihan Metode Diskusi

1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan

berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).

2) Menyaarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka salin

mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat

diperloeh keputusan yang lebih baik.

3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain,

sekalipun berbeda pendapat dengan pendapatnya sendiri dan

membiasakan bersikap toleran.

4) Membiasakan anak didik untuk berfikir kritis dan mau

mengungkapkan ide- ide kritisnya.

b. Kekurangan Metode Diskusi

1) Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.

2) Peserta didik mendapatkan informasi yang terbatas.

3) Apabila siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan maka

diskusi tidak efektif.

4) Dapat dikuasai oleh orang- orang yang suka berbicara.

5) Biasnya orang mengehdnaki pendekatan yang lebih formal.

6) Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu. (Jumanta

hamdayana, 2014: 134)

Sedangkan menurut Ahmad dan Lilik (2013: 58-59) kelebihan

metode diskusi adalah:

1) Mendorong siswa untuk berfkir kritis.

2) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas

3) Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memechkan

masalah bersama.

24

4) Mengambil satu akternatif jawaban/ beberapa alternative jawaban

untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan bersama.

5) Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain

sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri.

6) Membiasakan sikap toleran.

Dalam redaksi lain Dzakiah Daradjat (2003) berpendapat bahwa

Kekurangan dari metode diskusi adalah sebagai berikut:

1) Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang pandai.

Sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi

2) Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang

menyimpang dari topic pembahasan masalah, sehingga

pembahasan melebar kemana- mana.

3) Diskusi biasaya lebih banyaka memboroskan waktu, sehingga tidak

sejalan dengan prinsip efisiensi.

5. Kegunaan Metode Diksusi

Kegunaan metode diskusi dalam pembelajaran diantaranya (Abdul

Azis, 101: 2008)

a. Untuk memecahkan masalah

b. Untuk mengembangkan dan mengubah sikap

c. Untuk menyampaikan dan membantu siswa menyadari adanya

pandangan yang berbeda

d. Untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi

e. Untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi

f. Untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan

g. Mendorong berfikir logis dan konstruktif

h. Melibatkan siswa dalam belajar menurut kemampuannya dan

menumbuhkan tanggungjawabnya untuk belajar dengan memberi

kesempatan untuk menentukan pendiriannya, mengembangkan

argumentasinya, mempertahankan pandangan- pandangannya dengan

kemungkinan dikritik oleh anggota kelmpoknya.

25

i. Untuk mengembangkan kepercayaan diri, kesadaran dan sikap yan

tenang (poise).

Selain beberapa kegunaan metode diskusi di atas, Zakiah Daradjat

(2003: 234) fungsi metode diskusi adalah:

a. Untuk merangsang murid-murid berfikir dan mengeluarkan

pendapatnya sendiri, serta ikut menyumbangkan fikiran-fikiran dalam

masalah bersama.

b. Untuk mengambil suatu jawaban aktual atau satu jawaban yang

didasarkan atas pertimbangan yang seksama.

B. Kemampuan Berfikir Kritis

1. Pengertian Kemampuan Berfikir Kritis

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,

sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan merupakan

kesanggupan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Menurut Mohammad Zain dalam Miman Yusdi (2010: 10)

mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.

Berfikir adalah kegiatan yang dilakukan untuk memahami realitas

dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan

masalah (problem solving), dan menghasilkan sesuatu yang baru

(creativity). (Nina, 2011: 5)

Kemampuan berfikir kritis menurut Deswani (2009: 119) adalah

proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, dimana

informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal

sehat, dan komunikasi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Gunawan

(2007: 177) yang menyatakan bahwa berfikir kritis adalah kemampuan

untuk menganalisis, menciptakan, dan menggunakan kriteria secara

objektif dan melakukan evaluasi data.

Reber dalam bukunya Muhubbin Syah (2013: 118) Berfikir rasional

dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang berkaitan

26

dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berfikir rasional

akan menggunakan prinsip- prinsip dan dasar- dasar pengertian dalam

menjawab pertanyaan “bagaimana (how), dan mengapa (why). Dalam

berfikir rasional, siswa dituntut untuk menggunakan logika (akal sehat)

untuk menentukan sebab- akibat, menganalisis, menarik simpulan. Dalam

hal berfikir kritis, dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang

tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi

kesalahan atau kekurangan.

Selain itu Anggelo mengatakan bahwa berpikir kritis adalah

mengaplikasikan rasional, ‎kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi

kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal ‎permasalahan dan

pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.‎(Anggelo 1995:6)‎

Berfikir kritis adalah salah satu cara menjadi orang kritis yang mana

pikiran harus terbuka, jelas, dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir harus

mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya dan harus

terbuka terhadap perbedaan keputusan dan perbedaan pendapat dengan

orang lain, serta sanggup menyimak alasan-alasan mengapa orang lain

mempunyai/memiliki pendapat yang berbeda (Harsanto, 2005: 37).

Menurut R. Swartz dan D. N Perkins dalam bukunya Zaleha

Hassoubah (2004: 86) menyatakan berfikir kritis berarti:

a. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang kita

terima atau apa yang kita lakukan dengan alasan yang logis.

b. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berfikir kritis dalam

membuat keputusan.

c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan

untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut.

d. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk

dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.

Robert H. Ennis dalam Zaleha Hassoubah (2004: 85) memberikan

definisi berfikir kritis adalah berfikir secara beralasan dan reflektif dengan

menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai

27

atau dilakukan. untuk menguasai proses kemampuan berfikir kritis dengan

jelas, ada baiknya kita mengenal tentang kecenderungan dan kemampuan

apa yang mesti dipercayai atau dilakukan. menurut Robert H. Ennis bentuk

kecenderungan ini adalah sebagai berikut:

1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan

2) Mencari alasan

3) Berusaha mencari informasi dengan baik

4) Memakai sumber yang kredibilitas.

5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan

6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

8) Mencari alternatif

9) Bersikap dan berfikir terbuka.

10) Menambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan .

11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

12) Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian- bagian

dari keseluruhan masalah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan,

bahwa berfikir kritis adalah kegiatan berfikir secara mendalam untuk

membuat kesimpulan, mencari solusi dari permasalahan, yang ditandai

dengan adanya keinginan untuk bertanya, mencari jawaban dari

permasalahan tertentu, mencari sumber data yang lebih lengkap, menilai

dari setiap pemikiran orang lain.

2. Karakterisitik Kemampuan Berfikir Kritis

Menurut Wade dalam bukunya Eti (2011) berfikir kritis dapat

didefinisikan berdasarkan karaktersitik meliputi: kegiatan merumuskan

pertanyaan, membatasi permasalahan, menguji data- data, menganalisis

berbagai pendapat, menghindari pertimbangan yang sanagat emosional,

menghindari penyederhanaan berlebihan, mempertimbangkan berbagai

iterpretasi, dan menoleransi ambiguitas. Karakteristik lain yang

28

berhubungan dengan berfikir kritis, dijelaskan secara rinci oleh Beyer

sebagai berikut:

a. Watak

Seseorang yang mempunyai keterampilan berfikir kritis, ia akan

mampu menyikapi sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah

kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek

terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan- pandangan lain

yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat

yang dianggapnya baik.

b. Kriteria

Dalam berfikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau

patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu

yang diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argument dapat

disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai

kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi

maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta- fakta,

berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang

keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan matang.

c. Argumen

Argument adalah pernyataan atau proposal yang dilandasi oleh

data- data keterampilan berfikir kritis akan meliputi kegiatan

pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d. Pertimbangan pemikiran

Kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau

beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan

antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia

ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berfikir

dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut

pandang yang berbeda.

29

f. Prosedur

Prosedur penerapan berfikir kritis sangat kompleks dan

procedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan

permasalahan, menentukan keputusan yang diambil, dan

mengidentifikasi perkiraan- perkiraan.

3. Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis

Cara meningkatkan kemampuan berfikir kritis menurut penelitian

yang diadakan oleh lan Wright dan C. L. Bar (1987), L. M. Sartorelli

(1989) dan R. Swartz dan S. Parks (1992) dalam bukunya Zaleha

Hassoubah (2004: 85) mencakup:

a. Membaca dengan kritis

Berfikit kritis erat kaitannya dengan membaca kritis seperti,

ibarat telur dan ayam. Berfikir kritis terbentuk dari hasil membaca

kritis. Ada beberapa langkah yang harus dilalui untuk membaca

dengan kritis. Langkah- langkah ini adalah:

1) Amati dan baca sekilas sebuah teks sebelum anda membacanya

secara keseluruhan.

2) Hubungkan teks dengan konteksnya, yaitu dengan meletakkan

pada konteks sejarah atau budaya yang benar.

3) Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat anda membaca.

4) Refleksikan kandungan teks yang berhubungan dengan pendapat

dan pendirian anda sendiri.

5) Buat ringkasan kandungan teks dengan menggunakan kata- kata

anda sendiri.

6) Evaluasi teks dari segi logika, kredbilitas dan liabilitasnya.

7) Bandingkan teks yang anda baca dengan teks lain dalam hal

persamaan dan perbedaan.

b. Meningkatkan daya analisis

30

Meningkatkan daya analisis bisa dilakukan ketika mengikuti

diksusi kelompok. Carilah cara penyelesaian atau solusi yang baik

untuk suatu permasalahan, kemudian diskusikan akibat buruk yang

terjadi. Arahkan pembicaraan untuk mendapat tanggapan dari orang

lain. Stategi lain yaitu dengan membuat kesimpulan sementara atau

suatu permasalahan, kemudian minta kepada peserta diskusi yang lain

untuk memberikan kritik dan saran atas keputusan tersebut. Dalam

diskusi yang memerlukan analisis, kritik, dan saran yang diberikan

harus diterima dengan positif, dipandang sebagai cara yang

menjadikan seseorang dapat menerima pandangan orang lain serta

usaha untuk mencari alternative atau pilihan. Usaha untuk

memenerima pandangan dan saran lain juga akan membuat sesorang

menjadi orang yang pemikir kriits.

c. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati

Meningkatkan kemampuan mengamati, berarti meningkatkan

kemampuan berfikir kritis. Dengan mengamati, seseorang akan dapat

menyelesaikan masalah. Contohnya ketika siswa diminta untuk

menyebutkan perbedaan kelebihan dan kekurangan kota Cirebon,

kelebihan dan kekurangan sebagin tokoh public. Untuk meningkatkan

kemampuan meningkatkan mengamati, seseorang harus: peka atau

tanggap terhadap lingkungan; melatih diri sendiri untuk

mengoptimalkan pemakaian indera; bisa langsung mengungkapkan

secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran, Sebagai contoh,

dengan mengoptimalkan kemampuan pengamatan, ketika anda

melihat banyak siswa yang dating ke perpustakaan, maka kemudian

anda menyatakan komentar seperti, “sekarang pukul 10.00,

nampaknya merupakan waktu ketika kebanyakan siswa datang ke

perpustakaan.

d. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi

31

Ajukan pertanyaan disetiap pembahasan yang belum dimengerti dan

berusaha menjawab pertanyaan dari berbagai sumber.

e. Metakognisi

Metakognisi berarti memahami cara berfikir sendiri. Dengan

melakukan metakognisi, kita seolah mengamati dan mengarahkan

pikiran kita dengan sadar atau dengan sengaja. Jadi, gunakanlah

metakognisi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis.

Metakognisi dapat berupa: merencanakan cara berfikir; menyadari dan

mengawasi cara berfikir; menamai proses berfikir yang khusus;

menjelaskan tahap- tahap berfikir untuk setiap proses khusus yang

dilalui; mengevaluasi tahap berfikir untuk menuju efisiensi.

Sehubungan dengan cara utuk meningkatkan metakognisi, L. M.

Sartorelli (1989) menyusun daftar evaluasi diri yang dapat membuat

kita mengenali tingkat kemampuan berfikir secara kritis. Katakana ya

atau tidak untuk pertanyaan berikut. Kalau jawaban anda banyak

tidak, berarti anda belum menjadi seseorang yang berfikir secara

kritis.

1) Apakah saya menguatkan pendapat saya dengan bukti?

2) Apakah saya berusaha untuk memahami?

3) Apakah saya mendengar dengan pikira terbuka?

4) Apakah saya berani berbicara?

5) Apakah saya bersikap sopan santun?

6) Apakah saya menerima informasi secara membabi buta?

7) Apakah saya terikat pada satu pendapat?

8) Apakah saya mengembangkan informasi yang diberikan/

disampaikan?

f. Mengamati “Model” dalam berfikir kritis

Yaitu mengamati orang yang memiliki kemampuan berfikir

secara kritis. Orang tersebut memiliki sifat- sifat tertentu:

1) Mampu menjelaskan alasan tindakan mereka dengan jelas

sehingga dapat dipahami oleh orang yang mengamatinya

32

2) Bertanggungjawab atas tindakan mereka, mengakui kekurangan,

kegelisahan, dan kesuksesan yang dialami.

3) Mengakui dilemma dan kerancuan atau ketidakjelasan yang

mereka hadapi

4) Tidak mengubah tingkah laku atau respon mereka terhadap situasi

yang kurang beralasan atau tidak rasional. (Zaleha Ishan, 2004:

95- 108)

Sandtrock dalam bukunya Desmita (2012: 160) mengajarkan

beberapa pedoman bagi guru dalam membantu peserta didik

mengembangkan keterampilan berfikir kritis, yaitu:

a. Guru harus berperan sebagai pemandu siswa dalam menyusun

pemikiran mereka sendiri. Guru tidak bisa dan tidak boleh mewakili

siswa untuk berfikir. Namun, guru dapat dan seharusnya menjadi

pemandu yang efektif dalam membantu siswa untuk berfikir sendiri

Guru yang berperan sebagai pemandu dalam membantu siswa

menyusun pemikiran mereka sendiri, harus: Menahargai pertanyaan

siswa, memandang siswa sebagai pemikir yang membawa teori baru

tentang dunia, memahami sudut pandang siswa, mendorong siswa

untuk melakukan elaborasi jawabannya, memperkuat rasa ingin tahu

intelektual siswa.

Dan guru tidak boleh:

1. Memandang pikiran siswa sebagai wadah kosong dan

menganggap anda berperan sebagai penuang informasi ke pikiran

siswa

2. Terlalu mengandalkan buku wajib

3. Hanya mencari jawaban yang benar unruk memvalidasi

pembelajaran siswa

b. Menggunakan pertanyaan yang berbasis pemikiran. Salah satu

menganalisis strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah

mengetahui apakah guru menggunakan pendekatan berbasis pelajaran,

pertanyaan berbasis fakta, atau pertanyaan berbasis pemikiran. Dalam

33

pendidikan berbasis pelajaran, guru memberikan informasi dalam

bentuk pengajaran. Pendekatan ini sangat membantu menyajikan

secara cepat. Sedangkan dalam pertanyaan berbasis fakta, guru

mengajukan pertanyaan yang didesain agar siswa mendeskripsikan

informasi factual. Sementara itu, dalam pertanyaan berbasis

pemikiran, guru mengajukan pertanyaan yang menstimulasi pemikiran

dan diskusi. Pertanyaan- pertanyaan yang menstimulasi pemikiran dan

diskusi. Pertanyaan- pertanyaan berbasis pemikiran yang dimasukkan

dalam pengajaran akan membantu mengkonstruksi pemahaman

terhadap suatu topic secara lebih mendalam.

c. Bangkitkan rasa ingin tahu intelektual siswa. Dorong siswa untuk

bertanya, merenungkan, menyelidiki, dan meneliti.

d. Libatkan siswa dalam perencanaan dan strategi. Bekerjasamalah

dengan siswa dalam menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari

arah yang tepat dan mencapai hasil.

e. Beri siswa model peran pemikir yang positif dan kritis. Misalnya

dengan mengundang ke dalam kelas tokoh- tokoh intelektual yang

terkenal memiliki pemikiran yang positif dan sangat kritis untuk

menunjukkan kepada siswa bagaimana cara berfikir kreatif.

f. Guru harus mampu menjadi model peran pemikir yang positif bagi

siswa. Guru harus memperlihatkan bahwa ia adalah seorang pemikir

yang aktif, positif, kritis, sera selalu ingin tahu.

C. Urgensi Penerapan Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Berfikir

Kritis Siswa

Metode pembelajaran merupakan aspek penting yang harus ada pada

proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Dari hal

itu, maka pemilihan metode mengajar yang tepat akan sangat berpengaruh

juga pada hasil pembelajaran. Dalam memilih metode, seorang guru

hendaknya memperhatikan faktor- faktor yang menunjang keberhasilan

penggunaan metode, seperti tujuan yang akan dicapai, keadaan peserta didik,

situasi belajar mengajar, sarana dan prasarana yang ada.

34

Tidak ada suatu metode mengajar yang lebih baik daripada metode

yang lain, karena dari seitap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada

metode yang tepat digunakan terhadap anak didik dalam jumlah besar, ada

pula metode yang tepat digunakan terhadap anak didik dalam jumlah besar.

Selain itu, ada metode yang tepat digunakan di dalam kelas, ada pula yang di

luar kelas (Ahmad dan Lilik : 2013. Hal 39- 40).

Metode diskusi adalah alat pembelajaran yang digunakan oleh guru

dalam menyampaikan materi kepada siswanya dengan penyajian materi

secara berkelompok untuk memecahkan permasalahan terntentu. Dalam

metode ini siswa dituntut untuk saling bertukar informasi, berpendapat dan

mendengarkan pendapat orang lain, menjelaskan materi dengan bahasa

sendiri, bertanya dan menjawab pertanyaan yang bertujuan untuk mencari

solusi permasalahan secara bersama. Metode ini akan berjalan baik dan

berhasil jika disesuaikan dengan materi yang diajarkan, situasi, kondisi kelas

dan sarana prasarana yang ada.

Metode diskusi berbeda dari metode ceramah. Dalam metode diskusi

guru tidak sepenuhnya berperan. Tugas guru hanya memfasilitasi proses

pembelajaran yaitu dengan memberikan pengarahan teradap jalannya diskusi

dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang dilakukan siswa. Sebaliknya

siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Karena dalam metode

diskusi ini siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide mereka

masing- masing dan tiap siswa hendaknya menyumbangkan pendapatnya

guna membantu memecahkan permasalahan yang didiskusikan.

Kemampuan adalah kesanggupan melakukan sesuatu tertentu yang

diperoleh dengan cara berlatih, karena kemampuan tidak bisa didapat dengan

sendirinya tetapi melalui pelatihan. Sedangkan jika dikaitkan dengan salah

satu proses pembelajaran, yakni berfikir kritis maka kemampuan mempunyai

pengertian yang berbeda. Kemampuan berfikir kritis yaitu kegiatan berfikir

secara mendalam untuk membuat kesimpulan, mencari solusi dari

permasalahan yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bertanya,

mencari jawaban dari permasalahan tertentu, mencari sumber data yang lebih

35

lengkap untuk dijadikan referensi dari setiap pendapat yang didapat, menilai

dari setiap pemikiran orang lain.

Ahmad dan Lilik ( 2013: 57) mengemukakan bahwa Al- Qur’an

memberikan penegasan akan pentingnya metode diskusi dalam pengajaran.

Allah Swt. Berfirman dalam surat an-Nahl ayat 125:

ى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ادع ال

وهى اعلم بالمهتديه ان ربك هى اعلم بمه ضل عه سبيله احسه

“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah (diskusikan) mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk. (M. Quraish Shihab, 2001: 774).

Al- Qur’an Surat an-Nahl ayat 125 di atas bahwasannya menjelaskan

tentang tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran

dakwah. Terhadap cendekiawan yang memiliki intelektual

tinggidiperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdiaolog

sesuai dengan kata- kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.

Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerpakan mau’izhah, yakni

memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan

taraf pengetahuan mereka yang sederhana, sedangkan kepada al-hikmah dan

penganut agama-agama lain yang diperintahkan menggunakan jidal ahsan

atau perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika

yang halus, terlepas dari kekerasan dan umpatan. (M. Quraish Shihab, 2001:

774).

Berdasarkan ketiga metode di atas penulis menyimpulkan bahwa salah

satu dari metode tersebut dapat disebut dengan metode diskusi, yaitu pada

metode jidal ahsan atau perdebatan dengan cara yang terbaik, hal ini sesuai

dengan pengertian metode diskusi.

Menambahkan penjelasan dari M. Quraish Shihab (2001: 774)

bahwasannya menurut Ahmad dan Lilik (2013: 57) dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, metode ini sangat membantu anak didik untuk

36

dapat mengetahui lebih banyak tentang Islam. Dalam konteks tharah

(bersuci), misalnya guru bisa mengajak siswa memahami perbedaan pendapat

yang ada, dimana sebagian ulama menganggap bahwa menyentuh kulita

antara lawan jenis membatalkan wudhu, sementara yang lain tidak

membatalkan wudhu asal tidak disertai dengan syahwat ketika

menyentuhnya. Contoh lain dalam masalah distribusi zakat fitrah, sebagain

berpendapat bahwa zakat fitrah hanya dkhususkan kepada fakir dan miskin,

sementara yang lain membolehkan diberikan kepada mustahiq selain fakir

miskin asal masih dalam kategori asnaf tsamaniyah (delapan golongan).

Penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

siswa Selain itu, siswa juga memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti

pembelajaran sehingga bisa mencapai hasil yang terbaik. Metode diskusi

merupakan cara yang digunakan untuk pembelajaran yang terfokus pada

pembahasan dan pemecahan suatu masalah dan/atau topic dengan cara

bertukar pendapat, gagasan, dan bertukar pikiran yang dilakukan oleh

sejumlah orang atau siswa dalam kelompok besar atau kecil dalam rangka

mengambil dan memperoleh suatu kesimpulan. (Didi dan Deni, 2012: 139).