BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Diskusi 1. Pengertian ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Diskusi 1. Pengertian ...
13
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
a. Pengertian Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru, dan penggunaannya pun bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Kedudukan metode sebagai alat
motivasi, sebagai strategi pembelajaran, dan sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2014: 80).
Arifin dalam bukunya Ahmad Munjih dan Lilik Nur Kholifah
(2013: 29). berpendapat bahwa metode adalah suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut
“Thariqat”. Dalam kamus besar bahasa indoneisa “metode” adalah
cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai maksud.
Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang
harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai
tujuan pelajaran.
Sedangkan menurut Djamaludin dan Abdullah Aly dalam
kapita selekta Pendidikan Islam, (1999: 144) metode berasal dari
kata meta berarti melalui dan hodos berarti jalan. Jadi metode adalah
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
menurut Depag RI dalam buku metodologi pendidikan agama Islam
(2001: 19) metode berarti cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.
Jadi,metodeadalahsuatucarayangdigunakanolehseseorang
untuk mempermudah pekerjaannya dalam mencapai suatu tujuan
yangakandicapai.Metode berpengaruh penting dalam keberhasilan
14
proses belajar. Metode yang tepat akan mempermudah siswa untuk
memahami materi yang disampaikan oleh pendidik, selain itu juga
mempermudah tugas pendidik sebagai informan karena siswa
dengan mudahnya dapat memahami materi sehingga waktu akan
berjalan lebih efektif.
b. Pengertian Diskusi
Diskusi adalah aktifitas dari sekelompok siswa yang berbicara
saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topic
atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban atau
penyelesaian masalah dari segala segi dan kemungkinan yang ada
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994).
Diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau
lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar
informasi, saling mempertahakan pendapat dalam memecahkan
ssuatu masalah tertentu (Arief Armai, 2002: 14).
Sementara itu Jumanta Hamdayama (2014: 131)
mengemukakan bahwa diskusi adalah percakapan ilmiah yang
berisikan pertukaran pendapat pemunculan ide- ide serta pengujian
pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam
kelompok itu untuk mencari kebenaran. Metode diskusi merupakan
kegiatan tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur- unsur
pengalaman secara teratur. Tujuannya ialah untuk memperoleh
pengertian bersama lebih jelas dan lebih teliti mengenali sesuatu.
Berdasarkan bebarapa pengertian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa diskusi adalah aktivitas yang terbentuk oleh dua
orang atau lebih, yang saling bertukar informasi, menyumbangkan
pendapat dengan tujuan untuk mencari solusi secara bersama dari
permasalahan tertentu.
c. Pengertian Metode Diskusi
Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar (1997 : 44) metode
diskusi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam
15
menyelesaikan masalah, yang mungkin menyangkut kepentingan
bersama, dengan jalan musyawarah untuk mufakat, dan memperluas
pengetahuan dan cakrawala pemikiran. Dengan kata lain metode
diskusi yaitu cara bagaimana menyajikan bahan pelajaran melalui
proses pemeriksaan dengan teliti suatu masalah tertentu dengan jalan
bertukar pikiran, bantah membantah dan memeriksa dengan teliti
hubungan yang terdapat di dalamnya : dengan jalan menguraikan,
membanding – bandingkan, menilai hubungan itu dan mengambil
kesimpulan yang dapat ditarik daripadanya
Sementara itu menurut Wina Sanjaya (2011: 55) metode
diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Metode
diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru
yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam
proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi:
pertama, diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya
oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga
hasil dan arah diskusi sullit ditentukan: kedua, diskusi biasanya
memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu
pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan
itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas.
Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan
perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa
dihindari.
Metode diskusi adalah kegiatan tukar menukar informasi,
pendapat dan unsur- unsur pengalaman secara teratur untuk
memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang sesuatu, dan untuk menyelesaikan keputusan bersama.
Tujuan metode diskusi adalah memotivasi atau memberi stimulasi
kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan pendapat-
pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran- pikirannya dan
16
mengambil suatu jawaban actual satu rangkaian jawaban yang
didasarkan atas pertimbangan yang seksama. (Jumanta, 2014: 131).
Metode diskusi merupakan cara yang digunakan untuk
pembelajaran yang terfokus pada pembahasan dan pemecahan suatu
masalah dan/atau topic dengan cara bertukar pendapat, gagasan, dan
bertukar pikiran yang dilakukan oleh sejumlah orang atau siswa
dalam kelompok besar atau kecil dalam rangka mengambil dan
memperoleh suatu kesimpulan. (Didi dan Deni, 2012: 139).
Sedangkan menurut Ahmad Sabri (2005: 56) Metode diskusi
adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan masalah dengan
maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan
bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan
sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman
yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.
Menurut Zakiah Daradjat (2003: 233) penggunaan metode
diskusi dalam dunia pendidikan dapat merangsang siswa untuk
berfikir dan mengeluarkan pendapat karena dalam metode diskusi
bukan hanya berisi tentang percakapan dan debat biasa saja, tetapi
timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat
yang bermacam-macam, Dari beberapa jawaban atau pendapat
tersebut nantinya akan diambil satu jawaban yang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang sedang didiskusikan, jawaban selebihnya
digunakan sebagai pelengkap.
Djamarah dan Bachri (2006) mengemukakan bahwa
pengertian metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana
siswa- siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas
dan dipecahkan bersama. Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan
dengan tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab
17
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta
untuk membuat suatu keputusan.
Sementara Syaiful Bachri dalam bukunya Jumanta (2014:
131) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa- siswa dihadapkan kepada suatu masalah,
yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Berdasarkan beberapa pengertian metode diskusi di atas
Ahmad dan Lilik (2013: 57) mengemukakan bahwa Al- Qur’an
memberikan penegasan akan pentingnya metode diskusi dalam
pengajaran. Allah Swt. Berfirman dalam surat an-Nahl ayat 125:
ى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ادع ال
وهى اعلم بالمهتديه ان ربك هى اعلم بمه ضل عه سبيله احسه
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah (diskusikan) mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (M. Quraish Shihab, 2001:
774).
Al- Qur’an Surat an-Nahl ayat 125 di atas bahwasannya
menjelaskan tentang tiga macam metode dakwah yang harus
disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendekiawan yang
memiliki intelektual tinggidiperintahkan menyampaikan dakwah
dengan hikmah, yakni berdiaolog sesuai dengan kata- kata bijak
sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Terhadap kaum awam
diperintahkan untuk menerpakan mau’izhah, yakni memberikan
nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf
pengetahuan mereka yang sederhana, sedangkan kepada al-hikmah
dan penganut agama-agama lain yang diperintahkan menggunakan
jidal ahsan atau perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan
18
logika dan retorika yang halus, terlepas dari kekerasan dan umpatan.
(M. Quraish Shihab, 2001: 774).
Berdasarkan ketiga metode di atas penulis menyimpulkan
bahwa salah satu dari metode tersebut dapat disebut dengan metode
diskusi, yaitu pada metode jidal ahsan atau perdebatan dengan cara
yang terbaik, hal ini sesuai dengan pengertian metode diskusi. (M.
Quraish Shihab, 2001: 774).
Menambahkan penjelasan dari M. Quraish Shihab (2001: 774)
bahwasannya menurut Ahmad dan Lilik (2013: 57) dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode diskusi ini sangat
membantu anak didik untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang
Islam. Dalam konteks thahrah (bersuci), misalnya guru bisa
mengajak siswa memahami perbedaan pendapat yang ada, dimana
sebagian ulama menganggap bahwa menyentuh kulita antara lawan
jenis membatalkan wudhu, sementara yang lain tidak membatalkan
wudhu asal tidak disertai dengan syahwat ketika menyentuhnya.
Contoh lain dalam masalah distribusi zakat fitrah, sebagian
berpendapat bahwa zakat fitrah hanya dkhususkan kepada fakir dan
miskin, sementara yang lain membolehkan diberikan kepada
mustahiq selain fakir miskin asal masih dalam kategori asnaf
tsamaniyah (delapan golongan).
Penulis menyimpulkan bahwa metode diskusi adalah alat
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi kepada siswanya dengan penyajian materi secara
berkelompok untuk memecahkan permasalahan tertentu. Dalam
metode ini siswa dituntut untuk saling bertukar informasi,
berpendapat dan mendengarkan pendapat orang lain, menjelaskan
materi dengan bahasa sendiri, bertanya dan menjawab pertanyaan
yang bertujuan untuk mencari solusi permasalahan secara bersama.
Metode ini akan berjalan baik dan berhasil jika disesuaikan dengan
19
materi yang diajarkan, situasi, kondisi kelas dan sarana prasarana
yang ada.
Penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa . Selain itu, siswa juga memiliki
antusias yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran sehingga bisa
mencapai hasil yang terbaik.
2. Jenis-jenis Diskusi
Menurut Jumanta hamdayama (2014: 131) terdapat beberapa
macam diskusi yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi
kepada siswa, diantaranya sebagai berikut:
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau diskusi kelompok adalah proses pemecahan
masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta
didik. Prosedur yang digunakan dalam diskusi ini adalah:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kompetensi
dikegiatan awal pembelajaran.
2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan materi, atau kasus yang diberikan.
3) Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya
siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi notulis.
4) Sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar)
memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15
menit.
5) Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator.
6) Sumber masalah memberi tanggapan.
7) Meoderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil adalah diskusi yang dilakukan dengan
membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil, yang terdiri 3-7
20
orang. Pelaksanaanya adalah guru memulai dengan memberikan
permasalahan dengan subpermasalahannya, kemudian setiap
kelompok membahas subpemasalahan tersebut.
c. Simposium
Simposium adalah diskusi yang pelaksanannya dimulai dengan
membahas suatu masalah dari berbagai segi secara luas, yang
disiapkan dan diarahkan oleh beberapa orang pembicara atau
pengarah yang berbeda pandangan atau keahlian. Setelah itu
dilanjutkan dengan diskusi atau tanya jawab antara penyaji
(pengarah) dengan para peserta (siswa). Setelah itu diakhiir dengan
pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang tealah
ditentukan sebelumnya (Jumanta Hamdayama, 2014: 132)
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan sutau masalah yang
dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri atas 4-5
orang dihadapan audien. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi
lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung,
tetapi berpean hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang
melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif,
perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode
penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan
dalam diskusi.
3. Langkah- langkah melaksanakan diskusi
Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu
dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:
a. Langkah persiapan
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat
umum maupun tujuan khusus.
2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
21
4) Memperisapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala
fasilitasnya, petugas- petugas diskusi seperti moderator, notulis,
dan tim perumus manakala diperlukan.
b. Pelaksanaan diskusi
1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi
kelancaran diskusi.
2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan- aturan diskusi
sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan
suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak
tegang, tidak menyudutkan, dan lain sebagainya.
4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi
untuk mengeluarkan gagasan dan ide- idenya.
5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang
dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya
arah pembahasan menjadi melebar dan tidak focus.
c. Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi
hendaklah dilakukan hal- hal sebagai berikut:
1) Membuat pokok- pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai
dengan hasil diskusi
2) Meriview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh
peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya. Jumanta
Hamdayama, 2014: 131- 135)
Sementara itu, menurut Sudirman dalam bukunya Cicih dan Dirman
(2014: 86) langkah- langkah pelaksanaan diskusi adalah sebagai berikut:
22
a. Persiapan Diskusi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan suatu
diskusi adalah:
1) Menentukan tujuan diskusi agar prosesnya berjalan sesuai dengan
tujuan dan hasil yang dicapai pun sesuai dan jelas,
2) Menetapkan masalah yang akan dibahas sesuai dengan materi dan
kemampuan siswanya.
b. Pelaksanaan Diskusi
Setelah perisapan dilakukan dengan baik, baru mulai pelaksanaan
diskusi, Berikut beberapa hal yang harus dperhatikan dalam
pelaksanaan diskusi:
1) Mengecek segala persiapan yang penting.
2) Memulai pengarahan dan penyajian kertas kerja.
3) Berusaha merangsang siswa untuk memikirkan pemecahan
masalah.
4) Ciptakan suasana yang menyenangkan dan membosankan, dengan
sedikit ice breaking dan permainan yang membuat semangat siswa.
5) Berikanlah kesempatan kepada siswa secara adil untuk
mengemukakan pendapatnya.
6) Kendalikan pembahasan sesuai dengan pokok permasalahan.
7) Perhatikan waktu yang direncanakan. Usahakan tidak mengulur
banyak waktu.
8) Guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan
jalannya diskusi, sebagai pengawas yang mengawasi jalannya
diskusi.
c. Pengakhiran Diskusi dan Tindak Lanjut
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari bagian akhir diskusi ini adalah
sebagai berikut:
1) Memperhatikan apakah permasalahan telah cukup dibicarakan dan
cukup memberi bahan dalam pemecahan masalah.
2) Menyimpulkan dari beberapa pendapat.
23
3) Memberikan tugas lanjutan untuk pertemuan selanjutnya.
4) Menilai pelaksanaan diskusi apakah telah berjalan dengan baik dan
hasilnya sesuai dengan tujuan.
4. Kelebihan dan Kekurangan metode Diskusi
a. Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyaarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka salin
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat
diperloeh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain,
sekalipun berbeda pendapat dengan pendapatnya sendiri dan
membiasakan bersikap toleran.
4) Membiasakan anak didik untuk berfikir kritis dan mau
mengungkapkan ide- ide kritisnya.
b. Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.
2) Peserta didik mendapatkan informasi yang terbatas.
3) Apabila siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan maka
diskusi tidak efektif.
4) Dapat dikuasai oleh orang- orang yang suka berbicara.
5) Biasnya orang mengehdnaki pendekatan yang lebih formal.
6) Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu. (Jumanta
hamdayana, 2014: 134)
Sedangkan menurut Ahmad dan Lilik (2013: 58-59) kelebihan
metode diskusi adalah:
1) Mendorong siswa untuk berfkir kritis.
2) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas
3) Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memechkan
masalah bersama.
24
4) Mengambil satu akternatif jawaban/ beberapa alternative jawaban
untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan bersama.
5) Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri.
6) Membiasakan sikap toleran.
Dalam redaksi lain Dzakiah Daradjat (2003) berpendapat bahwa
Kekurangan dari metode diskusi adalah sebagai berikut:
1) Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang pandai.
Sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi
2) Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang
menyimpang dari topic pembahasan masalah, sehingga
pembahasan melebar kemana- mana.
3) Diskusi biasaya lebih banyaka memboroskan waktu, sehingga tidak
sejalan dengan prinsip efisiensi.
5. Kegunaan Metode Diksusi
Kegunaan metode diskusi dalam pembelajaran diantaranya (Abdul
Azis, 101: 2008)
a. Untuk memecahkan masalah
b. Untuk mengembangkan dan mengubah sikap
c. Untuk menyampaikan dan membantu siswa menyadari adanya
pandangan yang berbeda
d. Untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi
e. Untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi
f. Untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan
g. Mendorong berfikir logis dan konstruktif
h. Melibatkan siswa dalam belajar menurut kemampuannya dan
menumbuhkan tanggungjawabnya untuk belajar dengan memberi
kesempatan untuk menentukan pendiriannya, mengembangkan
argumentasinya, mempertahankan pandangan- pandangannya dengan
kemungkinan dikritik oleh anggota kelmpoknya.
25
i. Untuk mengembangkan kepercayaan diri, kesadaran dan sikap yan
tenang (poise).
Selain beberapa kegunaan metode diskusi di atas, Zakiah Daradjat
(2003: 234) fungsi metode diskusi adalah:
a. Untuk merangsang murid-murid berfikir dan mengeluarkan
pendapatnya sendiri, serta ikut menyumbangkan fikiran-fikiran dalam
masalah bersama.
b. Untuk mengambil suatu jawaban aktual atau satu jawaban yang
didasarkan atas pertimbangan yang seksama.
B. Kemampuan Berfikir Kritis
1. Pengertian Kemampuan Berfikir Kritis
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan merupakan
kesanggupan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Menurut Mohammad Zain dalam Miman Yusdi (2010: 10)
mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,
kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Berfikir adalah kegiatan yang dilakukan untuk memahami realitas
dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan
masalah (problem solving), dan menghasilkan sesuatu yang baru
(creativity). (Nina, 2011: 5)
Kemampuan berfikir kritis menurut Deswani (2009: 119) adalah
proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, dimana
informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal
sehat, dan komunikasi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Gunawan
(2007: 177) yang menyatakan bahwa berfikir kritis adalah kemampuan
untuk menganalisis, menciptakan, dan menggunakan kriteria secara
objektif dan melakukan evaluasi data.
Reber dalam bukunya Muhubbin Syah (2013: 118) Berfikir rasional
dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang berkaitan
26
dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berfikir rasional
akan menggunakan prinsip- prinsip dan dasar- dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan “bagaimana (how), dan mengapa (why). Dalam
berfikir rasional, siswa dituntut untuk menggunakan logika (akal sehat)
untuk menentukan sebab- akibat, menganalisis, menarik simpulan. Dalam
hal berfikir kritis, dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang
tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi
kesalahan atau kekurangan.
Selain itu Anggelo mengatakan bahwa berpikir kritis adalah
mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi
kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.(Anggelo 1995:6)
Berfikir kritis adalah salah satu cara menjadi orang kritis yang mana
pikiran harus terbuka, jelas, dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir harus
mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya dan harus
terbuka terhadap perbedaan keputusan dan perbedaan pendapat dengan
orang lain, serta sanggup menyimak alasan-alasan mengapa orang lain
mempunyai/memiliki pendapat yang berbeda (Harsanto, 2005: 37).
Menurut R. Swartz dan D. N Perkins dalam bukunya Zaleha
Hassoubah (2004: 86) menyatakan berfikir kritis berarti:
a. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang kita
terima atau apa yang kita lakukan dengan alasan yang logis.
b. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berfikir kritis dalam
membuat keputusan.
c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan
untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut.
d. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk
dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Robert H. Ennis dalam Zaleha Hassoubah (2004: 85) memberikan
definisi berfikir kritis adalah berfikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
27
atau dilakukan. untuk menguasai proses kemampuan berfikir kritis dengan
jelas, ada baiknya kita mengenal tentang kecenderungan dan kemampuan
apa yang mesti dipercayai atau dilakukan. menurut Robert H. Ennis bentuk
kecenderungan ini adalah sebagai berikut:
1) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan
2) Mencari alasan
3) Berusaha mencari informasi dengan baik
4) Memakai sumber yang kredibilitas.
5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan
6) Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
7) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
8) Mencari alternatif
9) Bersikap dan berfikir terbuka.
10) Menambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan .
11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12) Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian- bagian
dari keseluruhan masalah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan,
bahwa berfikir kritis adalah kegiatan berfikir secara mendalam untuk
membuat kesimpulan, mencari solusi dari permasalahan, yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bertanya, mencari jawaban dari
permasalahan tertentu, mencari sumber data yang lebih lengkap, menilai
dari setiap pemikiran orang lain.
2. Karakterisitik Kemampuan Berfikir Kritis
Menurut Wade dalam bukunya Eti (2011) berfikir kritis dapat
didefinisikan berdasarkan karaktersitik meliputi: kegiatan merumuskan
pertanyaan, membatasi permasalahan, menguji data- data, menganalisis
berbagai pendapat, menghindari pertimbangan yang sanagat emosional,
menghindari penyederhanaan berlebihan, mempertimbangkan berbagai
iterpretasi, dan menoleransi ambiguitas. Karakteristik lain yang
28
berhubungan dengan berfikir kritis, dijelaskan secara rinci oleh Beyer
sebagai berikut:
a. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berfikir kritis, ia akan
mampu menyikapi sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek
terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan- pandangan lain
yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat
yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
Dalam berfikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau
patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu
yang diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argument dapat
disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi
maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta- fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang
keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan matang.
c. Argumen
Argument adalah pernyataan atau proposal yang dilandasi oleh
data- data keterampilan berfikir kritis akan meliputi kegiatan
pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
d. Pertimbangan pemikiran
Kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau
beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan
antara beberapa pernyataan atau data.
e. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia
ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berfikir
dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut
pandang yang berbeda.
29
f. Prosedur
Prosedur penerapan berfikir kritis sangat kompleks dan
procedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan
permasalahan, menentukan keputusan yang diambil, dan
mengidentifikasi perkiraan- perkiraan.
3. Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis
Cara meningkatkan kemampuan berfikir kritis menurut penelitian
yang diadakan oleh lan Wright dan C. L. Bar (1987), L. M. Sartorelli
(1989) dan R. Swartz dan S. Parks (1992) dalam bukunya Zaleha
Hassoubah (2004: 85) mencakup:
a. Membaca dengan kritis
Berfikit kritis erat kaitannya dengan membaca kritis seperti,
ibarat telur dan ayam. Berfikir kritis terbentuk dari hasil membaca
kritis. Ada beberapa langkah yang harus dilalui untuk membaca
dengan kritis. Langkah- langkah ini adalah:
1) Amati dan baca sekilas sebuah teks sebelum anda membacanya
secara keseluruhan.
2) Hubungkan teks dengan konteksnya, yaitu dengan meletakkan
pada konteks sejarah atau budaya yang benar.
3) Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat anda membaca.
4) Refleksikan kandungan teks yang berhubungan dengan pendapat
dan pendirian anda sendiri.
5) Buat ringkasan kandungan teks dengan menggunakan kata- kata
anda sendiri.
6) Evaluasi teks dari segi logika, kredbilitas dan liabilitasnya.
7) Bandingkan teks yang anda baca dengan teks lain dalam hal
persamaan dan perbedaan.
b. Meningkatkan daya analisis
30
Meningkatkan daya analisis bisa dilakukan ketika mengikuti
diksusi kelompok. Carilah cara penyelesaian atau solusi yang baik
untuk suatu permasalahan, kemudian diskusikan akibat buruk yang
terjadi. Arahkan pembicaraan untuk mendapat tanggapan dari orang
lain. Stategi lain yaitu dengan membuat kesimpulan sementara atau
suatu permasalahan, kemudian minta kepada peserta diskusi yang lain
untuk memberikan kritik dan saran atas keputusan tersebut. Dalam
diskusi yang memerlukan analisis, kritik, dan saran yang diberikan
harus diterima dengan positif, dipandang sebagai cara yang
menjadikan seseorang dapat menerima pandangan orang lain serta
usaha untuk mencari alternative atau pilihan. Usaha untuk
memenerima pandangan dan saran lain juga akan membuat sesorang
menjadi orang yang pemikir kriits.
c. Mengembangkan kemampuan observasi atau mengamati
Meningkatkan kemampuan mengamati, berarti meningkatkan
kemampuan berfikir kritis. Dengan mengamati, seseorang akan dapat
menyelesaikan masalah. Contohnya ketika siswa diminta untuk
menyebutkan perbedaan kelebihan dan kekurangan kota Cirebon,
kelebihan dan kekurangan sebagin tokoh public. Untuk meningkatkan
kemampuan meningkatkan mengamati, seseorang harus: peka atau
tanggap terhadap lingkungan; melatih diri sendiri untuk
mengoptimalkan pemakaian indera; bisa langsung mengungkapkan
secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran, Sebagai contoh,
dengan mengoptimalkan kemampuan pengamatan, ketika anda
melihat banyak siswa yang dating ke perpustakaan, maka kemudian
anda menyatakan komentar seperti, “sekarang pukul 10.00,
nampaknya merupakan waktu ketika kebanyakan siswa datang ke
perpustakaan.
d. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
31
Ajukan pertanyaan disetiap pembahasan yang belum dimengerti dan
berusaha menjawab pertanyaan dari berbagai sumber.
e. Metakognisi
Metakognisi berarti memahami cara berfikir sendiri. Dengan
melakukan metakognisi, kita seolah mengamati dan mengarahkan
pikiran kita dengan sadar atau dengan sengaja. Jadi, gunakanlah
metakognisi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis.
Metakognisi dapat berupa: merencanakan cara berfikir; menyadari dan
mengawasi cara berfikir; menamai proses berfikir yang khusus;
menjelaskan tahap- tahap berfikir untuk setiap proses khusus yang
dilalui; mengevaluasi tahap berfikir untuk menuju efisiensi.
Sehubungan dengan cara utuk meningkatkan metakognisi, L. M.
Sartorelli (1989) menyusun daftar evaluasi diri yang dapat membuat
kita mengenali tingkat kemampuan berfikir secara kritis. Katakana ya
atau tidak untuk pertanyaan berikut. Kalau jawaban anda banyak
tidak, berarti anda belum menjadi seseorang yang berfikir secara
kritis.
1) Apakah saya menguatkan pendapat saya dengan bukti?
2) Apakah saya berusaha untuk memahami?
3) Apakah saya mendengar dengan pikira terbuka?
4) Apakah saya berani berbicara?
5) Apakah saya bersikap sopan santun?
6) Apakah saya menerima informasi secara membabi buta?
7) Apakah saya terikat pada satu pendapat?
8) Apakah saya mengembangkan informasi yang diberikan/
disampaikan?
f. Mengamati “Model” dalam berfikir kritis
Yaitu mengamati orang yang memiliki kemampuan berfikir
secara kritis. Orang tersebut memiliki sifat- sifat tertentu:
1) Mampu menjelaskan alasan tindakan mereka dengan jelas
sehingga dapat dipahami oleh orang yang mengamatinya
32
2) Bertanggungjawab atas tindakan mereka, mengakui kekurangan,
kegelisahan, dan kesuksesan yang dialami.
3) Mengakui dilemma dan kerancuan atau ketidakjelasan yang
mereka hadapi
4) Tidak mengubah tingkah laku atau respon mereka terhadap situasi
yang kurang beralasan atau tidak rasional. (Zaleha Ishan, 2004:
95- 108)
Sandtrock dalam bukunya Desmita (2012: 160) mengajarkan
beberapa pedoman bagi guru dalam membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan berfikir kritis, yaitu:
a. Guru harus berperan sebagai pemandu siswa dalam menyusun
pemikiran mereka sendiri. Guru tidak bisa dan tidak boleh mewakili
siswa untuk berfikir. Namun, guru dapat dan seharusnya menjadi
pemandu yang efektif dalam membantu siswa untuk berfikir sendiri
Guru yang berperan sebagai pemandu dalam membantu siswa
menyusun pemikiran mereka sendiri, harus: Menahargai pertanyaan
siswa, memandang siswa sebagai pemikir yang membawa teori baru
tentang dunia, memahami sudut pandang siswa, mendorong siswa
untuk melakukan elaborasi jawabannya, memperkuat rasa ingin tahu
intelektual siswa.
Dan guru tidak boleh:
1. Memandang pikiran siswa sebagai wadah kosong dan
menganggap anda berperan sebagai penuang informasi ke pikiran
siswa
2. Terlalu mengandalkan buku wajib
3. Hanya mencari jawaban yang benar unruk memvalidasi
pembelajaran siswa
b. Menggunakan pertanyaan yang berbasis pemikiran. Salah satu
menganalisis strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah
mengetahui apakah guru menggunakan pendekatan berbasis pelajaran,
pertanyaan berbasis fakta, atau pertanyaan berbasis pemikiran. Dalam
33
pendidikan berbasis pelajaran, guru memberikan informasi dalam
bentuk pengajaran. Pendekatan ini sangat membantu menyajikan
secara cepat. Sedangkan dalam pertanyaan berbasis fakta, guru
mengajukan pertanyaan yang didesain agar siswa mendeskripsikan
informasi factual. Sementara itu, dalam pertanyaan berbasis
pemikiran, guru mengajukan pertanyaan yang menstimulasi pemikiran
dan diskusi. Pertanyaan- pertanyaan yang menstimulasi pemikiran dan
diskusi. Pertanyaan- pertanyaan berbasis pemikiran yang dimasukkan
dalam pengajaran akan membantu mengkonstruksi pemahaman
terhadap suatu topic secara lebih mendalam.
c. Bangkitkan rasa ingin tahu intelektual siswa. Dorong siswa untuk
bertanya, merenungkan, menyelidiki, dan meneliti.
d. Libatkan siswa dalam perencanaan dan strategi. Bekerjasamalah
dengan siswa dalam menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari
arah yang tepat dan mencapai hasil.
e. Beri siswa model peran pemikir yang positif dan kritis. Misalnya
dengan mengundang ke dalam kelas tokoh- tokoh intelektual yang
terkenal memiliki pemikiran yang positif dan sangat kritis untuk
menunjukkan kepada siswa bagaimana cara berfikir kreatif.
f. Guru harus mampu menjadi model peran pemikir yang positif bagi
siswa. Guru harus memperlihatkan bahwa ia adalah seorang pemikir
yang aktif, positif, kritis, sera selalu ingin tahu.
C. Urgensi Penerapan Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Berfikir
Kritis Siswa
Metode pembelajaran merupakan aspek penting yang harus ada pada
proses pembelajaran karena dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Dari hal
itu, maka pemilihan metode mengajar yang tepat akan sangat berpengaruh
juga pada hasil pembelajaran. Dalam memilih metode, seorang guru
hendaknya memperhatikan faktor- faktor yang menunjang keberhasilan
penggunaan metode, seperti tujuan yang akan dicapai, keadaan peserta didik,
situasi belajar mengajar, sarana dan prasarana yang ada.
34
Tidak ada suatu metode mengajar yang lebih baik daripada metode
yang lain, karena dari seitap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada
metode yang tepat digunakan terhadap anak didik dalam jumlah besar, ada
pula metode yang tepat digunakan terhadap anak didik dalam jumlah besar.
Selain itu, ada metode yang tepat digunakan di dalam kelas, ada pula yang di
luar kelas (Ahmad dan Lilik : 2013. Hal 39- 40).
Metode diskusi adalah alat pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi kepada siswanya dengan penyajian materi
secara berkelompok untuk memecahkan permasalahan terntentu. Dalam
metode ini siswa dituntut untuk saling bertukar informasi, berpendapat dan
mendengarkan pendapat orang lain, menjelaskan materi dengan bahasa
sendiri, bertanya dan menjawab pertanyaan yang bertujuan untuk mencari
solusi permasalahan secara bersama. Metode ini akan berjalan baik dan
berhasil jika disesuaikan dengan materi yang diajarkan, situasi, kondisi kelas
dan sarana prasarana yang ada.
Metode diskusi berbeda dari metode ceramah. Dalam metode diskusi
guru tidak sepenuhnya berperan. Tugas guru hanya memfasilitasi proses
pembelajaran yaitu dengan memberikan pengarahan teradap jalannya diskusi
dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang dilakukan siswa. Sebaliknya
siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Karena dalam metode
diskusi ini siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide mereka
masing- masing dan tiap siswa hendaknya menyumbangkan pendapatnya
guna membantu memecahkan permasalahan yang didiskusikan.
Kemampuan adalah kesanggupan melakukan sesuatu tertentu yang
diperoleh dengan cara berlatih, karena kemampuan tidak bisa didapat dengan
sendirinya tetapi melalui pelatihan. Sedangkan jika dikaitkan dengan salah
satu proses pembelajaran, yakni berfikir kritis maka kemampuan mempunyai
pengertian yang berbeda. Kemampuan berfikir kritis yaitu kegiatan berfikir
secara mendalam untuk membuat kesimpulan, mencari solusi dari
permasalahan yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bertanya,
mencari jawaban dari permasalahan tertentu, mencari sumber data yang lebih
35
lengkap untuk dijadikan referensi dari setiap pendapat yang didapat, menilai
dari setiap pemikiran orang lain.
Ahmad dan Lilik ( 2013: 57) mengemukakan bahwa Al- Qur’an
memberikan penegasan akan pentingnya metode diskusi dalam pengajaran.
Allah Swt. Berfirman dalam surat an-Nahl ayat 125:
ى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ادع ال
وهى اعلم بالمهتديه ان ربك هى اعلم بمه ضل عه سبيله احسه
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah (diskusikan) mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. (M. Quraish Shihab, 2001: 774).
Al- Qur’an Surat an-Nahl ayat 125 di atas bahwasannya menjelaskan
tentang tiga macam metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran
dakwah. Terhadap cendekiawan yang memiliki intelektual
tinggidiperintahkan menyampaikan dakwah dengan hikmah, yakni berdiaolog
sesuai dengan kata- kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.
Terhadap kaum awam diperintahkan untuk menerpakan mau’izhah, yakni
memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa sesuai dengan
taraf pengetahuan mereka yang sederhana, sedangkan kepada al-hikmah dan
penganut agama-agama lain yang diperintahkan menggunakan jidal ahsan
atau perdebatan dengan cara yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika
yang halus, terlepas dari kekerasan dan umpatan. (M. Quraish Shihab, 2001:
774).
Berdasarkan ketiga metode di atas penulis menyimpulkan bahwa salah
satu dari metode tersebut dapat disebut dengan metode diskusi, yaitu pada
metode jidal ahsan atau perdebatan dengan cara yang terbaik, hal ini sesuai
dengan pengertian metode diskusi.
Menambahkan penjelasan dari M. Quraish Shihab (2001: 774)
bahwasannya menurut Ahmad dan Lilik (2013: 57) dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, metode ini sangat membantu anak didik untuk
36
dapat mengetahui lebih banyak tentang Islam. Dalam konteks tharah
(bersuci), misalnya guru bisa mengajak siswa memahami perbedaan pendapat
yang ada, dimana sebagian ulama menganggap bahwa menyentuh kulita
antara lawan jenis membatalkan wudhu, sementara yang lain tidak
membatalkan wudhu asal tidak disertai dengan syahwat ketika
menyentuhnya. Contoh lain dalam masalah distribusi zakat fitrah, sebagain
berpendapat bahwa zakat fitrah hanya dkhususkan kepada fakir dan miskin,
sementara yang lain membolehkan diberikan kepada mustahiq selain fakir
miskin asal masih dalam kategori asnaf tsamaniyah (delapan golongan).
Penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa Selain itu, siswa juga memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti
pembelajaran sehingga bisa mencapai hasil yang terbaik. Metode diskusi
merupakan cara yang digunakan untuk pembelajaran yang terfokus pada
pembahasan dan pemecahan suatu masalah dan/atau topic dengan cara
bertukar pendapat, gagasan, dan bertukar pikiran yang dilakukan oleh
sejumlah orang atau siswa dalam kelompok besar atau kecil dalam rangka
mengambil dan memperoleh suatu kesimpulan. (Didi dan Deni, 2012: 139).