BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
BAB I
LANDASAN TEORI ERGONOMI
2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Pada zaman dahulu ketika kita masih hidup didalam
lingkungan alam yang asli, kehidupan manusia
tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat,
perlengkapan atau rumah sederhana di buat hanya
sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.
Perubahan waktu walaupun secara perlahan-lahan
telah merubah manusia dari keadaan primitive menjadi
manusia yang berbudaya. Kejadian ini terjadi antara
lain terlihat pada perubahan rancangan-rancangan
peralatan yang dipakai, mulai dari batu yang diolah
menjadi alat yang dimanfaatkan lebih baik. Perubahan
pada saat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia
telah sejak awal kebudayaannya berusaha merubah alat-
alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaian. Hal
ini lebih terlihat lagi pada alat-alat yang dipakainya
dan yang digunakan memudahkan pada bagian tasnya
dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih
memudahkan pemakai untuk menggerakannya. Banyak lagi
perubahan-perubahan yang serupa dengan itu dari abad
ke abad.
Namun hal itu berlangsung secara apa adanya,
tidak teratur dan tidak terarah bahkan terkadang
secara hanya kebutulan saja, baru pada abad ke 20 ini,
orang baru memulai mensistematiskan cara-cara
perbaikan tersebut khususnya mengembangkannya. Usaha-
usaha ini berlagsung terus dan sekarang dikenal
sebagai salah satu cabang ilmu sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai
tujuan pada puncak yang diinginkan melalui pekerjaan
itu dengan nyaman dan efektif.
Manusia dengan segala tingkah lakunya merupakan
suatu makhluk hidup yang sangat kompleks.Untuk
mempelajari diri manusia, tidak cukup ditinjau dari
satu segi ilmu saja, dan itulah sebabnya untuk
mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari
berbagai disiplin ilmu antara lain biologi, psikologi,
faal, antropologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-
lain yang mana masing-masing disiplin ilmu tersebut
berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya
para perancang fasilitas sehingga mencapai kegunaan
yang optimal.
Untuk mencapai keadaan diatas, ternyata
memerlukan dan memakan waktu yang cukup panjang. Pada
mulanya ergonomi banyak dikuasai para ahli psikologi,
dimana pada saat itu, pemilihan operator yang
berprestasi dan mempunyai keahlian yang tinggi lambat
laun terbukti bahwa hasil akhir dari keseluruhan
ternyata memuaskan. Hal ini terbukti dengan nyata pada
saat perang dunia kedua. Pesawat terbang, senjata dan
peralatan lainnya dibuat secara otomatis menjadi
begitu tidak mampu menguasai operasi kompleks dan
alat-alat tersebut. Sejarah perang banyak menunjukkan
bahwa selama perang berlangsung banyak dijumpai bom-
bom dan peluru-peluru yang tidak mengenai sasaran.
Hancurnya kapal-kapal, dan perenjataan-persenjataan
lainnya karena alat-alat dan saran tersebut dirancang
tanpa memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia
sebagai operatornya.
Baru setelah perang dunia kedua, maka para ahli
menjadi terbuka bahwa untuk merancang suatu sistem
kerja harus bisa menginterasikan elemen-elemen yang
membentuk sistem tersebut. Manusia yang merupakan satu
komponen kerja, perlu mendapat tenaga perhatian
khusus, karena sifatnya kompleks, ergonomi merupakan
ilmu tersendiri yang memepelajari dari karakterisrik
dan tingkah laku manusia.
Berdasarkan latar belakang itulah maka defenisi
dari Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistimatis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai
tujuan yang diinginkan dan melalui pekerjaan itu kita
dapat menggunakan waktu yang efekitf, aman dan nyaman.
Sekarang para ahli ergonomi telah memperluas
beberapa perhatiannya kebidang sipil yakni perancangan
jalan raya, perumahan dan fasilitas yang berhubungan
dengan manusia.
2.2. Manusia Sebagai Komponen Manusia Mesin
Secara umum manusia dapat didefenisikan sebagai
Set Object Together With Relation Ship Between The
Object and Between The Atributes. Suatu sistem akan
terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan-perubahan
yang timbul dilingkungan ini akan mempengaruhi sistem
dan elemen dari sistem tersebut. Suatu sistem dapat
dibagi ke dalam sub sistem dan seterusnya. Dalam
kaitanya dengan aktifitas dan kegiatan manusia sebagai
suatu sistem akan dapat pula ke dalam job operation
(sub sistem), position (job sub sisrem) duites
(komponen) task (unit-unit), sub task (sprata), task
elemen yang dimaksud dengan sistem manusia mesin
adalah merupakan suatu kombinasi antara satu dengan
yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan
keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang
diperoleh.
Yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini
mempunyai arti yaitu mencakup semua objek fisik
seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-
benda yang dipergunakan manusia dalam pelaksanaan
pekerjaannya.
Dalam kaitannya dengan sistem manusia mesin, maka
ada tiga macam hubungan yaitu :
a. Sistem manusia mesin hubungan manual
b. Sistem manusia mesin hubungan semi otomatis
c. Sistem manusia mesin hubungan otomatis
2.2.1. Sistem Manusia Mesin Hubungan Manual
Dalam sistem ini input akan berlangsung
diOutput contohnya seorang melakukan pekerjaan
dengan menggunakan suatu pekerjaan dengan
menggunakan suatu peralatan sederhana seperti
kikir untuk menghaluskan benda kerja. Disini
manusia masih memegang kendali yang penuh dalam
melaksanakan akitifitas. Peralatan kerja yang ada
hanyalah sekedar menambah kemampuan dan
kepabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Sistem dimana manusia
secara penuh berfungsi sebagai sumber tenaga
pengendali langsung dikenal langsung sebagai
manusia mesin.
2.2.2. Sistem Manusia Hubungan Semi Otomatis
Adanya revolusi industri dan perkembangannya
maka berhasil ditemukan berbagai mesin kompleks.
Tida seperti pada halnya manual sistem, maka
dalam Semi Otomatis Man Machine System akan ada
mekanisme khusus yang akan mengolah input
informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem
kerja manusia dan demikian pula reaksi yang
berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau
dikontrol terlebih dahulu melalui dan dengan cara
mekanisme tertentu sebelum output berhasil
diproses.
Contoh dalam hal ini adalah apa yang terjadi
dari sebuah mobil. Adanya instrument-instrumen
atau display panel dalam mobil akan menunjukkan
suatu kecepatan mobil yang sedang berjalan dan
jumlah bahan bakar yang masih ada di dalam tangki
yang masih ada di dalam tangki mobil. Disini
merupakan manusia sebagai pengemudi mobil tidak
akan bisa secara langsung mengendalikan dari
sumber tenaga penggerak mobil ini secara langsung
karena dalam sistem ini mesinlah yang akan
membagi tenaga yang mampu membuat sistem
berjalan. Manusia di sisni akan melaksanakan
kontrol memekai sensor input lewat display dan
peralatan lainnya seperti kemudi, rem, gas dan
lainnya. Sistem dimana mesin memberikan power
(tenaga) dan manusia akan dapat melaksanakan
fungsi control.
2.2.3. Sistem Manusia Mesin Hubungan Otomatis
Pada sistem yang berlangsung secara otomatis
maka disini mesin akan melaksanakan dua fungsi
yaitu menerima rangsangan dari luar (sensing) dan
para pengendali efektifitas seperti umumnya yang
dapat dijumpai dalam prosedur kerja yang normal.
Fungsi operator disini hanya memonitor dan
menjaga mesin tetap bekerja dengan baik serta
memasukkan data atau menggantikan program-program
baru apabila diperlukan.
Penyelidikan terhadap fungsi mesin-mesin
adalah didasarkan atau suatu kenyetaan bahwa
antara manusia dengan mesin. Dengan memperhatikan
dari kealebihan dan kekurangan masing-masing,
maka akan diperoleh tabel perbandingan manusia
dan mesin. Dari perbedaan kemampuan antara
manusia dengan mesin tersebut, maka diharapkan
dapat membuat suatu hubungan sistem manusia mesin
akan bisa melengkapi satu sama lainnya.
Di sini dapat dilihat bahawa kelebihan utama
manusia dengan mesin adalah sifatnya yang mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia
bisa berubah peranannya dengan cepat dan teratur
sehingga memungkinkan untuk bekerja dalam kondisi
apapun dan sifat yang berubah-ubah dari manusia
ini juga akan membuktikan sifat ketidakstabilian,
yaitu cara atau apa yang belum dihasilkan
sekarang belum tentu sama dan apa yang dihasilkan
untuk masa yang akan datang. Hal ini berbeda
dengan sifat mesin yang lebih sangat stabil bila
dibandingkan dengan manusia. Dengan kata lain
dari sistem manusia mesin pada hakekatnya akan
lebih dipengaruhi oleh kemampuan dan sesuatu
keterbatasan manusia.
Dengan mempelajari komponen manusia sebagai
salah satu komponen sistem manusia mesin yang
terdiri dari manusia, peralatan, dan lingkungan
kerja fisik, akan dapat diperoleh hasil akhir
yang optimal. Ergonomi sebagai disiplin ilmu baru
akan memerlukan informasi-informasi yang
berkaitan dengan segala kemampuan dan
keterbatasannya. Hal ini memberikan penjelasan
yang jelas dan efektif.
2.3. Kemampuan dan Keterbatasan manusia
Untuk dapat menerapkan ergonomi, perlu adanya
suatu informasi-informasi yang lengkap mengenai
kemampuan dan segala keterbatasan manusia. Salah satu
usaha untuk meraih informasi ini adalah dengan
melakukan berbagai macam penyeledikan, dan
pembahasannya akan dilakukan menurut empat kelompok
besar yaitu :
a. Penyelidikan tentang display, yaitu bagian
lingkungan yang mengkomunikasikan keadaan kepada
manusia
b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan
proses pengendaliannya. Dalam hal ini yang
diselidiki adalah aktifitas manusia ketika
aktifitas tersebut yang paling berpengaruh banyak
hubungan dengan biomekanik.
c. Penyelidikan mengenai tempat kerja. Agar diperoleh
suatu tempat kerja yang baik dalam arti kata sesuai
dengan kemampuan keterbatasan manusia, maka ukuran-
ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai
dengan tubuh manusia.
d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik. Yang
dimaksud lingkungan fisik di sini meliputi ruangan
dan fasilitas yang bisa digunakan oleh manusia,
serta kondisi dari lingkungan kerja, yang keduanya
banyak mempengaruhi tingkah laku manusia
2.4. Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Ketelitian
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan
maksimal hasil pengukuran dari waktu penyelesaian
sebenarnya. Hal ini bisa dinyatakan dalam persen.
Sedangkan tingkat kepercayaan menunjukkan besarnya
suatu kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang
diperolehnya dapat memenuhi syarat ketelitian tadi.
Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat
kepercayaannya 90% memberi arti bahwa membolehkan
rata-rata hasil pengukuran menyimpan sejauh 10 dari
rata-rata sebenarnaya dan kemungkinan berhasil
mendapatkan hal ini adalah 90%.
2.5. Uji Statistik
1. Tes Keseragaman Data
Tes keseragaman data perlu kita lakukan dahulu
sebelum kita menggunakan data guna mendapatkan suatu
standart. Tes keseragaman data biasa dilakukan cara
visual atau mengaplikasikan peta control.
Tes keseragaman data secara visual dilakukan
secara sederhana, mudah dan tepat. Disini kita hanya
sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya
mengidentifikasikan data yang terlalu besar atau
terlalu kecil dan jauh menyimpan dari trend rata-
ratanya. Data yang terlalu eksrtim ini sewajarnya
kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam
perhitungan selanjutnya.
X=ΣXiN atau
X=ΣXiK
Dimana : X = harga rata-rata
N = banyaknya data
K = banyaknya sub group yang terjadi
2. Tes Kenormalan Data
a. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu
penyelesaian dengan :
σ=√(Xi−X)2
N−1
Dimana: N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang
telah dilakukan.
X = Waktu penyelesaian yang diambil dari
pengukuran yang telah dilakukan
b. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga
rata-rata sub group :
σx= σ√n
Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan
dalam mengetes keseragaman data dari hasil
pengamatan X untuk setiap group data apabila
diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :
BKAX
BKB
Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk
group data bisa dicari dengan formulasi berikut :
BKA = X + 2 σx
BKB = X - 2 σx
3. Test Kecukupan Data
Jika ternyata rata-rata sub group berada dalam
batas yang terkontrol, maka pengukuran yang
digunakan yaitu dengan menggunakan tingkat
ketelitian 8%, tingkat kepercayaan 92% maka dapat
diperoleh rumus sebagai berikut:
σ=[k /s√NΣXi2−(ΣXi )2
ΣXi ]2
Dimana : N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
Seandainya jumlah pengukuran yang diperoleh dan
ternyata lebih besar dari pada jumlah pengukuran
yang telah dilakukan (N’ < N) maka pengukuran tahap
ketiga harus dilakukan demikian seterusnya sampai
pengukuran yang diperlukan dengan jumlah yang
ditetapkan (N’ < N).
1. Manajemen Data (Distribusi Frekuensi &
Histogram)
Manajemen data adalah pengembangan dan
penerapan arsitektur, kebijakan, praktik, dan
prosedur yang secara benar menangani siklus hidup
lengkap data yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan.
Definisi ini cukup luas dan mencakup sejumlah
profesi yang tidak bersentuhan langsung secara
teknis dengan aspek tingkat rendah manajemen data
seperti manajemen basis data relasional
Dalam rangka mempersiapkan manajemen data yang
mampu memberikan dukungan terhadap proses
pengambilan keputusan atau pengambilan strategi dan
fungsi perencanaan maka diperlukan model
pengembangan yang terintegrasi dengan dukungan
teknologi informasi.
Mengumpulkan atau memperoleh data statistik
ditinjau dari cara terdapatnya dan penggunaannya
atau maksud dikumpulkannya data, kita mengenal dua
penggolongan yaitu : Data intern ialah data yang
dikumpulkan oleh suatu badan mengenai aktifitas
badan itu dan hasil dingunakan untuk keperluan badan
itu pula. Sering terjadi bahwa badan itu terasa
memerlukan data yang tidak terdapat dalam aktifitas
badan tersebut. Data itu dapat diperoleh majalah-
majalah, surat-surat kabar, biro yang khusus
mengumpulkan data atau dari badan lain dimana data
yang dimaksud mungkin tersedia. Data yang demikian
disebut data ekstren. Meskipun banyak penelitian
sering digunakan data intern, hal ini disebabkan
keperluannya dan soal dapat diandalkannya mengenai
kebenaran data, namun tidaklah jarang bahwa data
ekstern juga diperlukan. Data ekstern tersebut cukup
dapat diandalkan.
Menurut sumbernya, data ekstren terbagi atas
dua macam, yakni data ekstern primer dan data
ekstern sekunder. Macam pertama merupakan data yang
dikumpulkan oleh suatu badan yang dikumpulkan oleh
suatu badan yang dikumpulkan oleh dadan itu sendiri.
Orang atau badan lain yang memerlukan data itu
memperolehnya langsung dari badan oleh suatu badan.
Data ekstern sekunder adalah data yang dilaporkan
oleh suatu badan, sedangkan badan ini tidak langsung
mengumpulkannya sendiri, melainkan memperoleh dari
pihak lain.
Adapun beberapa aktivitas manajemen data, yaitu:
1. Aktifitas memperoleh informasi, menggunakannya
seefektif mungkin dan membuangnya pada saat yang
tepat.perhatian pada manajemen data disebabkan
karena dua hal yaitu : kompleksitas kegiatan
bisnis yang meningkat serta kemampuan komputer
yang semakin baik.
2. Informasi (termasuk data) adalah salah satu jenis
utama sumber daya yang tersedia bagi manajer,
selain Manusia, Material, Mesin dan Uang. Sumber
daya manusia, material, mesin dan uang digunakan
istilah sumber daya fisik sedangkan Informasi dan
data dengan istilah sumber daya konseptual.
Informasi dapat dikelola seperti halnya sumber
daya yang lain. Semakin besar skala operasi
perusahaan, manajer semakin mengandalkan informasi
dan sangat mungkin menggangap informasi sebagai
sumber daya mereka yang paling berharga.
3. Manajemen data adalah seluruh aktifitas memperoleh
informasi, menggunakannya seefektif mungkin dan
membuangnya pada saat yang tepat (McLeod, 1998)
4. Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-
aktivitas:
Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai
suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas
manajemen yang disebut perencanaan. Oleh
karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan
tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai
tujuan tersebut.
Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah
dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat,
rencana tersebut harus diimplementasikan, dan
manajer serta pekerja harus memonitor
pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut
berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas
manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan
melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan,
disebut kebutuhan.
Pengambilan Keputusan, proses pemilihan
diantara berbagai alternative disebut dengan
proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial
ini merupakan jalinan antara perencanaan dan
pengendalian. Manajer harus memilih diantara
beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan
tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa
rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat
dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.
Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi umumnya disajikan dalam
daftar yang berisi kelas interval dan jumlah objek
(frekuensi) yang termasuk dalam kelas interval
tersebut. Sebelumnya akan dijelaskan beberapa
istilah yang dipakai untuk membuat daftar
distribusi frekuensi, yaitu:
1) Kelas interval adalah banyaknya objek yang
dikumpulkan dalam kelompok-kelompok tertentu,
berbentuk a-b ke dalam kelas interval a-b
dimasukkan semua yang bernilai mulai dari a
sampai dengan b.
2) Frekuensi (f) menyatakan jumlah data yang
terdapat dalam kelas interval.
3) Ujung bawah kelas interval adalah bilangan-
bilangan yang terletak disebelah kiri interval.
4) Ujung atas kelas interval adalah bilangan-
bilangan yang terletak disebelah kanan kelas
interval.
5) Panjang kelas interval (P) adalah selisih
positif antara tiap dua ujung bawah berurutan.
6) Batas bawah kelas interval adalah hasil
pengurangan sebanyak 0,5x satuan ketelitian yang
digunakan terhadap ujung bawah kelas interval.
7) Batas atas kelas interval seperti batas bawah
tapi penjumlahan pada ujung atas kelas interval.
8) Tanda kelas interval adalah nilai yang dianggap
sebagai wakil kelas interval. Aturan tanda
kelas=0,5x (ujung bawah + ujung atas).
Histogram
Umumnya distribusi frekuensi disajikan dalam
bentuk gambar atau diagram. Hal ini bertujuan
untuk memperjelas sifat-sifat dari distribusi
tersebut. Diagram tersebut dibuat dengan frekuensi
pada sumbu y dan batas-batas kelas interval pada
sumbu x diagram yang demikian dinamakan histogram.
Histogram merupakan bentuk diagram yang
mudah dipahami. Histogram merupakan diagram balok
karena frekuensi disajikan dalam bentuk balok.
Histogram menghubungkan antara tepi kelas interval
pada sumbu horizontal (X) dan frekuensi setiap
kelas pada sumbu vertical (Y).
2. Uji Goodness Of Fit
Bila kita ingin mengetahui apakah distribusi
frekuensi hasil percobaan kita sesuai dengan
distribusi frekuensi yang kita harapkan, maka maka
kita akan mengadakan pengujian. Salah satu metode
yang terkenal adalah metode Goodness Of Fit.
Pengujian ini didasarkan atas statistik :
X2 hit = ∑i=1
k (Oi−ei )2
ei
Dengan :
Oi = fekuensi observasi (hasil percobaan) untuk
kelas ke-i
ei = frekuensi yang diharapkan untuk kelas ke-i
k = jumlah kelas
X = nilai variabel random yang distribusi sampelnya
didekati dengan distribusi chi-square dengan
derajat kebebasan v = k – r – 1, dengan r adalah
banyaknya parameter yang ditaksir dari populasi
adalah mean dan simpangan baku, maka r = 2
Frekuensi harapan pada tiap kelas sebaiknya
tidak lebih kecil dari 5, jika hal ini terjadi maka
harus dilakukan penggabungan dengan kelas-kelas yang
berdekatan dengan kelas tersebut. Sehingga diperoleh
sebuah kelas baru dengan frekuensi harapan lebih
besar atau sama dengan 5 (dengan demikian jumlah
total kelas seluruhnya k akan berkurang dari
semula).
Untuk dapat mengambil kesimpulan apakah
hipotesis kita terhadap data yang diperoleh dari
percobaan mengikuti pola distribusi frekuensi yang
kita duga (harapkan), maka harus dilakukan
perbandingan sebagai berikut :
X2 hit < X2tab
Dengan α adalah tingkat kepercayaan dari harga
X2tab diperoleh dari tabel chi kuadrat. Apabila
pertidaksamaan di atas dipenuhi, maka hipotesis nol
diterima.
3. Test Persentil
Jika sekumpulan data dibagi menjadi 100 bagian
yang sama akan menghasilkan persentil yang berturut
– turut yang dinamakan persentil pertama sampai
dengan persentil sembilan puluh sembilan. Symbol
yang digunakan berurutan adalah P1, P2, …,P99. letak
persentil Pi (I = 1, 2, 3,...,99). Untuk sekumpulan
data digunakan rumus:
Letak Pi = data ke….i.n100
Sedangkan rumus dari Pi adalah sebagai berikut:
Pi=Bk+P (in/100)−Ff
dimana : Bk = batas bawah kelas
P = Panjang kelas
N = banyaknya data
F = Frekuensi sebelum Pi
F = Frekuensi sesudah Pi
4. Test Varians
Dalam hal ini akan diuji kesamaan K (K 2),
sebuah rata-rata populasi. Tepatnya misalkan kita
uji mempunyai K, (K 2) sebuah populasi yang ,masing-
masing berdistribusi normal dan independent dengan
rata-rata 1,2,…,K dan simpangan baku yang berturut-
turut.
Untuk menguji Ho dan Hi, yang kita bicarakan.
Varias yang kita gunakan adalah varians antara
kelompok dengan varians dalam kelompok, dengan
persyaratan tentang populasi seperti diantara
ternyata bahwa rasio varians dan kelompok bentuk
statistic F, tepatnya:
F=Varians−antar−kelompokVarians−dalam−kelompok
Untuk memudahkan perhitungan digunakan symbol:
RY=J2ni dengan J1+J2+...+Jn
Ay=( Ji2ni )−RyY2 = jumlah kuadrat (JK) dari semua data pengamatan
Dy=Y2−Ry−Ay
Ry, Ay, Dy, dan Y2 merupakan jumlah kuadrat
(JK) yang berurut berdasarkan sumber varians rata-
rata antara kelompok, dalam kelompok dan totalnya.
Setiap JK sumber varians didampingi oleh derajat
kebebasan 9 dk. Untuk rata – rata dk = (K-10) dan
untuk kelompok dk = (ni-1) dan untuk tabel dk = ni.
Untuk memudahkan menganalisa satuan JK dan Ry, Ay,
Dy, dan Y2 , harus disusun dalam daftar analisa
varians dalam tabel anava:
Tabel anava:
Sumber
Varians
Dk JK KT F
BAB II
ANTROPOMETRI
Istilah anthropometry berasal dari kata “anthropos
(man)” yang berarti manusia dan “metron (measure)”
yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitif
antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan
ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk
maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi
manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses
rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting
dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana
maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman
kepada antropometri pemakainya. Menurut Sanders & Mc
Cormick (1987); Pheasant (1988), dan Pulat (1992),
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau
karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan
desain tentang sesuatu yang dipakai orang.
Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang
digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data
antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan
Sritomo, 1995), yaitu:
1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang
ekstrim.
Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan
tinggi dari pintu darurat.
2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara
rentang ukuran tertentu. Contoh: perancangan kursi
mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur,
dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.
3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Contoh:
desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi
tunggu, dan lain- lain.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum
dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal
yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti
panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi
statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati
adalah seperti Berat dan pusat massa (centre of gravity)
dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak
untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan
dan kaki, dan lain-lain. Selain itu, harus didapatkan
pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia.
Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat
jika diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi
semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi
tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar
variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik
secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya
(Nurmianto, 1996).
Data antropometri yang diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil,
dll).
2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).
3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian,
kursi, meja, dll).
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut
pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh.
Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:
1) Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan
pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam.
Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis
diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada
permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran
representatif, maka pengukuran harus dilakukan
dengan metode tertentu terhadap berbagai individu,
dan tubuh harus dalam keadaan diam.
2) Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur
dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak,
sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.
Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
a) Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai
pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari
suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari
performa atlet.
b) Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan
saat kerja. Contoh: Jangkauan dari gerakan
tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.
c) Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis
kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari
seorang juru ketik atau operator kom.
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi
dimensi tubuh manusia, diantaranya:
a) Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat
lahir sampai kira-kira berumur 20 tahun untuk pria
dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan
berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60
tahun.
b) Jenis Kelamin
Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih
besar kecuali dada dan pinggul.
c) Suku Bangsa (Etnis)
Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh
etnis.
d) Pekerjaan
Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan
perbedaan ukuran tubuh manusia.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa
kondisi tertentu (khusus) yang dapat mempengaruhi
variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga
perlu mendapat perhatian, seperti:
a) Cacat tubuh
Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan
produk bagi orang- orang cacat.
b) Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi
yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan
spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun
akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang
lain.
c) Kehamilan (pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk
dan ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan
tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmentasi
seperti itu.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data
antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai
rancangan produk ataupun fasilitas kerja menurut Eko
Nurmianto dalam bukunya, maka pada gambar tersebut
dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai
macam anggota tubuh yang perlu diukur pada gambar. 1.
Gambar 1. Antropometri tubuh manusia yang diukur
dimensinya
Keterangan :
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari
lantai s/d ujung kepala )
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak
lurus)
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam
posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak
ditunjukkan ).
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas
tempat duduk/pantat sampai dengan kepala ).
7. Tinggi mata dalam posisi duduk.
8. Tinggi bahu dalam posisi duduk
9. Tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus )
10. Tebal atau lebar paha.
11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung
lutut.
12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian
belakang dari lutut/betis.
13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi
berdiri ataupun duduk.
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur
dari lantai sampai dengan paha.
15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi
berdiri ataupun duduk )
16. Lebar pinggul/pantat
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak
tampak ditunjukkan dlm gambar ).
18. Lebar perut
19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai
dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak
lurus.
20. Lebar kepala.
21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai
dengan ujung jari.
22. Lebar telapak tangan.
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang
lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan
dalam gambar ).
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri
tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak
tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk
tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam
posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar ).
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan
diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara
lain:
1. Analisa Teknik
Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan,
kekerasan dan seterusnya.
2. Analisa Ekonomi
Berhubungan perbandingan biaya yang harus
dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
3. Analisa Legalisasi
Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hokum
yang berlaku dan dari hak cipta.
4. Analisa Pemasaran
Berhubungan dengan jalur distribusi produk / hasil
rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen.
5. Analisa Nilai
Analisa nilai pertama kali didefinisikan oleh L.D.
Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu suatu
prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos
yang tidak ada gunanya. Kemudian pengertian ini
berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan
jaman. Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang
membagi analisa nilai menjadi 4 katagori, yaitu:
1. Uses Value
Berhubungan dengan nilai kegunaan
2. Esteem Value
Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.
3. Cost Value
Berhubungan dengan pembiayaan
4. Excange Value
Berhubungan dengan kemampuan tukar.
Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu :
1. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem
Data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim
maksimum 95%.
2. Perancangan untuk pemakaian rata-rata
Data dengan persentil 50 %.
3. Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan
(adjustable)
BAB III
FAKTOR – FAKTOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP TENAGA
KERJAA. Pengaruh Faktor-faktor Lingkungan Kerja Terhadap
Tenaga Kerja
Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu
yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan. Lingkungan kerja yang lestari dan
manusiawi adalah faktor pendorong bagi kegairahan dan
efisiensi kerja. Kondisi lingkungan kerja yang kurang
baik dan melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya
tidak saja akan menurunkan produktivitas kerja, tetapi
juga akan menjadi sebab terjadinya penyakit akibat
kerja, pencemaran lingkungan, cacat dan bahkan
kematian. Lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali
mengganggu para pekerja dan dapat mengurangi ke
efektifitasan dari pekerja itu sendiri. Dibawah ini
akan diuraikan beberapa lingkungan kerja yang tidak
sehat dan juga mengganggu kinerja dari pekerja itu
sendiri.
Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi :
a. Bahaya Kimia
Bahaya kimia adalah potensi bahaya yang berasal
dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation
(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke
saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan
kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu,
gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara
masuk ke dalam tubuh. Semua bahan kimia mengandung
resiko terhadap kesehatan dalam batas tertentu.
Tidak ada bahan kimia yang ‘entirely safe’. Tetapi
setiap bahan kimia dapat digunakan secara aman.
Bahan kimia dibagi menjadi : 1. Bahan Kimia tidak
berbahaya 2. Bahan kimia beracun dan berbahaya (B3).
Bahan kimia yang ada di sekitar kita, misalnya BBM,
Pengharum, Oli ruangan, Kosmetik, Sabun, detergent,
Aseton, Cat, Cuka (Asam – Thinner Asetat), Gula,
garam, Obat Nyamuk , Obat, Pembersih Toilet, Pupuk,
dll.
Jenis bahan kimia : 1. Bahan Kimia Non-B3, contoh
: Gula, garam, kosmetik, pembersih toilet 2. Bahan
Kimia Beracun dan Berbahaya (B3) : Bahan-bahan yang
karena sifatnya dapat menimbulkan dampakmerusak atau
merugikan Contoh : aseton, spiritus, thinner, asam
cuka, dll.
Untuk Bahan-bahan B3 diwajibkan :1. MSDS
(Material Safety Data Sheet) - disertakan di sekitar
tempat penyimpanan bahan kimia - dipahami oleh
pengguna, 2. Label identitas ditempel pada bahan, 3.
Sign (rambu) ditempel sesuai bahaya bahan, 4. APD
(Alat Pelindung Diri) tersedia, 5. Secondary
Containment / wadah penampung tetesan.
Penanganan / Pengendalian :
Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan
bahan
Ganti pakaian yang terkontaminasi, cuci bersih
sebelum pakaian dipakai kembali
Dilarang makan dan minum di area kerja
Pengguna memakai APD yang direkomendasikan
Kontak langsung dengan bahan korosif / bahan
beracun harus ditiadakan atau ditekan sekecil
mungkin (lemari asam)
Hindarkan dari pekerjaan / aktivitas dengan
sumber panas, nyala api atau loncatan bunga api
terbuka (kelistrikan, pengelasan, rokok, gergaji
listrik, dll.
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:
Pernapasan ( inhalation )
Kulit (skin absorption )
Tertelan ( ingestion )
Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan
kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi
kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah
bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan
di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan
reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi
pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema
( bengkak ).Contoh :
- Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
- Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,
amonia, nitrogen dioxide, phosgene,
chlorine ,bromine, ozone.
Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat
menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ
pernapasanContoh :
- Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde,
logam seperti chromium atau nickel, epoxy
hardeners, turpentine.
- Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes,
formaldehyde, nickel.
Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang
mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada
kapal, silo, atau tambang bawah tanah.
Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh
kurang dari 19,5% volume udara.Asfiksian kimia
mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal
pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada
kulit.Contoh :
- Asfiksian sederhana : methane, ethane,
hydrogen, helium
- Asfiksian kimia : carbon monoxide,
nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen
sulphide
Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia
yang secara jelas telah terbukti pada manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan
kimia yang secara jelas sudah terbukti
menyebabkan kanker pada hewan.Contoh :
- Terbukti karsinogen pada manusia : benzene
( leukaemia); vinylchloride ( liver
angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine
(kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-
paru , mesothelioma);
- Kemungkinan karsinogen pada manusia :
formaldehyde, carbon tetrachloride,
dichromates, beryllium
Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi
reproduksi dan seksual dari seorang manusia.
Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang
dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan
orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi
spontan.Contoh :
- Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan
ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury.
Organic mercury compounds, carbonmonoxide,
lead, thalidomide, pelarut.
Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang
menyebabkan luka pada organ atau sistem
tubuh.Contoh :
- Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
- Sistem syaraf peripheral : n-
hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
- Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene
glycol ethers
- Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated
hydrocarbons
- Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara
( pneumoconiosis ).
b. Bahaya Fisik
Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat
menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap
tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi.
Bahaya fisik terdiri dari :1. Iklim Kerja
Perpaduan antara suhu udara, kelembaban, kecepatan
gerakan udara, panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat dari pekerjaannya. Penilaian iklim kerja
dilakukan dengan mengukur besarnya tekanan panas
(heat stress) dgn mengukur ISBB (Indeks Suhu Basah &
Bola).
Iklim Kerja Panas :
a. Heat Cramps (Kejang Karena panas)
b. Heat Exhaustion (kelelahan karena panas)
c. Heat Stroke
Pengobatan :
* Menggantikan Cairan
* Pindahkan korban keruangan yg lebih dingin
* Basahi kulit korban dengan pakaian basah / air
* Berikan Kompres dingin
* Utk Kram, pijat otot yg terkena
* Rujuk ke pertolongan medis
Iklim Kerja Dingin :
a. Chilblains, b. Trenchfoot, c. Frosbite
Pencegahan :
* Seleksi pekerja fit
* Pakaian pelindung
* Istirahat
* Pemeriksaan Kesehatan
Pengendalian terkait Iklim kerja :
• Mengurangi proses panas
• Isolasi / penyekat dengan paparan
• Ventilasi
• Pengaturan waktu kerja / rotasi
• Pemberian air minum (dan garam) yang memadai
• Baju kerja• Training karyawan
• Pemeriksaan kesehatan
• Pengukuran dan pemantauan Iklim Kerja
• APD
Kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan
alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan. Nilai Ambang Batas (NAB)
untuk kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-
rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap
untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih
dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.NAB untuk
kebisingan di t4 kerja ditetapkan 85 dB (A).
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita
hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di
tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap
melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja
misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik /
komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Namun
sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan
bagian dari kerja kita tetapi tidak kita
inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin
diesel yang melebihi ambang batas pendengaran,
dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan
atau kehendaki inilah yang sering disebut bising
atau kebisingan.
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala
bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi
pengaruh negatif terhadap kesehatan dan
kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi.Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal
yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi
dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang
disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-
gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.
Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran
sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi.
Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan
luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis
yang disebut desibel ( DB ).Selanjutnya dengan
ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat
ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak.
Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan
seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat
diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki /
bising.
Skala Intensitas Kebisingan Skala Intensitas
Desibel Batas Dengar Tertinggi
NO. Sumber Skala
DB batas dengar tertinggi
1 Halilintar 120 DB
2. Meriam 110 DB
3. Mesin Uap 100 DB
4 Jalan yang ramai 90 DB
5 Pluit 80 DB
6 Kantor Gaduh 70 DB
7 Radio 60 DB
8 Rumah Gaduh 50 DB
9 Kantor pada umumnya 40 DB
10 Rumah Tenang 30 DB
11 Kantor perorangan 20 DB
12 Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air
10 DB
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan
antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi
frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat
menghasilkan efek akut seperti masalah
komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada
akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.
Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA)
pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli
yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli
permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling
banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu,
tekstil, metal, dll.
Jenis Kebisingan :
- Bising continue > intensitas tidak lebih dari
6 dB
- Bising terputus-putus (intermittent) > bising
tidak terus-menerus, ada periode tenang
- Bising impulsive > memiliki perubahan
intensitas hinga 40 dB dalam waktu yang sangat
cepat sehingga mengejutkan
- Bising impulsive berulang > bising impulsive
yang berulang Jenis
Kebisingan berdasarkan Dampak Kebisingan
terhadap Manusia :
- Mengganggu (Irritating Noise)
- Menutupi (Masking Noise)
- Merusak (Damaging Noise)
Pengaruh Kebisingan :
- Gangguan fisiologis : Peningkatan tekanan
darah, sakit kepala, vertigo, mual, gangguan
- Gangguan Psikologis : Mengurangi kenyamanan,
gangguan konsentrasi, sulit tidur, cepat marah
- Gangguan Komunikasi : Efek pada organ
pendengaran - Temporary hearing loss
(sementara) - Permanent hearing loss (tetap).
Pengaruh kebisingan tergantung dari faktor :
1. Tinggi intensitas suara dan frekuensi
2. Lama dan jarak dari sumber
3. Spektrum suara
4. Kepekaan individu, obat-obatan, kondisi
kesehatan
Pengendalian Kebisingan :
1. Eliminasi, perubahan cara kerja
2. Subtitusi mesin, pondasi mesin, modifikasi
dan perawatan mesin
3. Isolasi mesin, cover, penyekat dinding,
langit-langit kedap suara, jauhkan sumber
4. Administratif (ruang kontrol, pengaturan
waktu kerja, mengurangi waktu paparan,
rotasi kerja, seleksi, training)
5. Pemeriksaan audiometric (sebelum kerja,
berkala)
6. Pengukuran & pemantauan kebisingan (mapping
intensitas, frekuensi, lama dan distribusi,
waktu total pemaparan bising)
7. Penggunaan APD (ear plug- sumbat telinga ,
ear muff- tutup telinga)
Vibrasi (Getaran)
Gerakan bolak balik linear yang berlangsung
dengan cepat dari suatu obyek terhadap suatu
kedudukan kelelahan, bahaya kesehatan seperti
ujung jari menebal/mati rasa dan memutih,dl
Getaran berdasarkan jenis pajanan : 1. Getaran
seluruh badan 2. Getaran alat-lengan atau getaran
pada tangan dan lengan Alat ukur : Vibrasi
meter .
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama
dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama
pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus
atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan
memegang peranan penting dalam memberikan efek
yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan
“powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan
peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s
phenomenon ” atau ” vibration-induced white
fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran
juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf
dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.Contoh : Loaders, forklift truck,
pneumatic tools, chain saws.
Pengaruh Getaran :
1. Gangguan kenyamanan
2. Kelelahan
3. Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetar,
kesemutan, gangguan tidur
4. Kerusakan organ dalam
5. Sakit persendian dan otot lengan
6. Penurunan fungsi indra perasa pada jari-jari,
hilangnya ketangkasan
7. Noda putih pada telapak tangan (white finger
sindrom-mati rasa permanen)
Pengendalian Getaran :
a. Eliminasi, subtitusi mesin, penggunaan remote
control
b. Rekayasa Engineering terhadap sumber untuk
menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi/isolator, penyekat, peredam, membalut
pegangan dan pemeliharaan mesin yang baik
c. Pengendalian administratif : dilakukan dengan
pengaturan jadwal kerja sesuai TLV ( Treshold
Limit Value )/ NAB (Nilai Ambang Batas),
rotasi kerja, atur waktu istirahat, genggam
dengan longgar, ganti posisi, olahragadll
d. Pemeriksaan kesehatan, pemantauan getarane.
Terhadap pekerja, tidak ada pelindung khusus,
hanya dianjurkan menggunakan sarung tangan
yang dilengkapi peredam getar (busa) untuk
menghangatkan tangan dan perlindungan terhadap
gangguan vascular.
Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu
materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel
atau gelombang elektromagnetik / cahaya dari
sumber radiasi.Jenis Radiasi : 1. Radiasi
Mengion: Gelombang Mikro Sumber : Gel. Radio, TV,
radar, peralatan industri. Radiasi gelombang
mikro yang pendek (< 1cm) akan diabsorbsi oleh
permukaan kulit sehingga kulit seperti terbakar,
sedangkan > 1 cm dapat menembus ke jaringan kulit
yang lebih dalam, 2. Radiasi Non Mengion
Radiasi : Sinar Ultra Ungu (Ulta violet) Sumber :
Sinar matahari, lampu pijar, pengerjaan laser,
pengelasan, dll. Sinar Infra Merah Sumber : benda
pijar, tanur. Menyebabkan katarak mata. Sinar
Laser Sumber : pengelasan, pemotongan, pelapisan,
alat optis, operasi kedokteran. Mengakibatkan
efek pada kulit dan kerusakan mata (retina).
Pengendalian Radiasi :
1. Eliminasi
2. Menjauhi sumber, mengembalikan sumber,
deteksi sumber dan aktivitas
3. Isolasi, limitasi
4. Pengendalian administrative, prosedur, sign /
rambu
5. Hindari kontak langsung dgn kacamata
UV/Kobalt Biru, pakaian antiradiasi
6. Pemeriksaan kesehatan.
Penerangan (Lighting)
Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya
yang tiba pada suatu luas permukaan. Kondisi
tingkat pencahayaan cukup adalah dimana seseorang
dapat melihat suatu obyek dengan mudah dan cepat.
Akibat Tingkat pencahayaan kurang :
1. Gangguan pada mata, kerusakan mata, kelelahan
mata (mata dipaksaberakomodasi)
2. Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi
mata (berair, penglihatan ganda)
3. Menurunkan ketajaman penglihatan, kepekaan
kontras dan kecepatan persepsi
4. Menimbulkan terjadinya kecelakaan
5. Memperpanjang waktu kerja.
Akibat Tingkat pencahayaan berlebihan :
1.Kesilauan
2.Kelelahan, iritasi mata
3.KetidaknyamananPengendalian :
Pengendalian Teknis
a. Perbesar ukuran obyek (kaca pembesar,
monitor)
b. Perbesar intensitas penerangan (buatan atau
alami)
c. Reflektor
d. Menambah lampu lokal
e. Mencegah kesilauan (memberbesar kontras,
jauhkan permukaan mengkilat)
f. Penataan warna dinding, langit-langit
Pengendalian Administratif
a. Seleksi pekerja
b. Jaga kebersihan dinding, langit-langit,
lampu.
Tujuan pencahayaan :
- Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam
melaksanakan pekerjaan
- Memberi lingkungan kerja yang aman
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak
nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya
kemampuan melihat, dan menyebabkan
kecelakaan.Keuntungan pencahayaan yang baik :
meningkatkan semangat kerja, produktivitas,
mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping,
kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja
bukan saja akan menambah beban kerja karena
mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga
menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu
penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup
untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping
itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja
dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas
dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari
penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan
objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-
hal sebagai berikut :
Perbaikan kontras dimana warna objek yang
dikerjakan kontras dengan latar belakang
objek tersebut. Misalnya cat tembok di
sekeliling tempat kerja harus berwarna
kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali
dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja
perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu
tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai
dengan umur masing-masing tenaga kerja.
Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur
diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari. Disamping akibat-akibat
pencahayaan yang kurang seperti diuraikan
diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang
maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan
masalah apabila pengaturannya kurang baik
yakni silau. Silau juga menjadi beban
tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan
pengaturan atau dicegah.
Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :
1) Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya
neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau
dibandingkan lampu biasa
2) Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan
sedemikian rupa sehingga tidak langsung
mengenai bidang yang mengkilap.
3) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang
mengkilap di muka jendela yang langsung
memasukkan sinar matahari.
4) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang
tidak mengkilap.
5) Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak
terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam
ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi
bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun
silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan
hal-hal sebagai berikut :
1) Kelelahan mata yang akan berakibat
berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2) Kelemahan mental
3) Kerusakan alat penglihatan (mata).
4) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala
di sekitar mata.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas
maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja
(pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya)
sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan
antara lain sebagai berikut :
1) Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain
tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke
tempat kerja.
2) Jendela-jendela dan lubang angin untuk
masuknya cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
bangunan. Apabila cahaya matahari tidak
mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup.
3) Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu
ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat
celsius).
4) Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan
silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.
5) Sumber cahaya harus menghasilkan daya
penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak
berkedip-kedip.