BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

58
BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi Pada zaman dahulu ketika kita masih hidup didalam lingkungan alam yang asli, kehidupan manusia tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat, perlengkapan atau rumah sederhana di buat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu. Perubahan waktu walaupun secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari keadaan primitive menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini terjadi antara lain terlihat pada perubahan rancangan-rancangan peralatan yang dipakai, mulai dari batu yang diolah menjadi alat yang dimanfaatkan lebih baik. Perubahan pada saat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha merubah alat- alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaian. Hal ini lebih terlihat lagi pada alat-alat yang dipakainya dan yang digunakan memudahkan pada bagian tasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan pemakai untuk menggerakannya. Banyak lagi perubahan-perubahan yang serupa dengan itu dari abad ke abad.

Transcript of BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI 2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

BAB I

LANDASAN TEORI ERGONOMI

2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

Pada zaman dahulu ketika kita masih hidup didalam

lingkungan alam yang asli, kehidupan manusia

tergantung pada kegiatan tangannya. Alat-alat,

perlengkapan atau rumah sederhana di buat hanya

sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.

Perubahan waktu walaupun secara perlahan-lahan

telah merubah manusia dari keadaan primitive menjadi

manusia yang berbudaya. Kejadian ini terjadi antara

lain terlihat pada perubahan rancangan-rancangan

peralatan yang dipakai, mulai dari batu yang diolah

menjadi alat yang dimanfaatkan lebih baik. Perubahan

pada saat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia

telah sejak awal kebudayaannya berusaha merubah alat-

alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaian. Hal

ini lebih terlihat lagi pada alat-alat yang dipakainya

dan yang digunakan memudahkan pada bagian tasnya

dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih

memudahkan pemakai untuk menggerakannya. Banyak lagi

perubahan-perubahan yang serupa dengan itu dari abad

ke abad.

Namun hal itu berlangsung secara apa adanya,

tidak teratur dan tidak terarah bahkan terkadang

secara hanya kebutulan saja, baru pada abad ke 20 ini,

orang baru memulai mensistematiskan cara-cara

perbaikan tersebut khususnya mengembangkannya. Usaha-

usaha ini berlagsung terus dan sekarang dikenal

sebagai salah satu cabang ilmu sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat

kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang

suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai

tujuan pada puncak yang diinginkan melalui pekerjaan

itu dengan nyaman dan efektif.

Manusia dengan segala tingkah lakunya merupakan

suatu makhluk hidup yang sangat kompleks.Untuk

mempelajari diri manusia, tidak cukup ditinjau dari

satu segi ilmu saja, dan itulah sebabnya untuk

mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari

berbagai disiplin ilmu antara lain biologi, psikologi,

faal, antropologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-

lain yang mana masing-masing disiplin ilmu tersebut

berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya

para perancang fasilitas sehingga mencapai kegunaan

yang optimal.

Untuk mencapai keadaan diatas, ternyata

memerlukan dan memakan waktu yang cukup panjang. Pada

mulanya ergonomi banyak dikuasai para ahli psikologi,

dimana pada saat itu, pemilihan operator yang

berprestasi dan mempunyai keahlian yang tinggi lambat

laun terbukti bahwa hasil akhir dari keseluruhan

ternyata memuaskan. Hal ini terbukti dengan nyata pada

saat perang dunia kedua. Pesawat terbang, senjata dan

peralatan lainnya dibuat secara otomatis menjadi

begitu tidak mampu menguasai operasi kompleks dan

alat-alat tersebut. Sejarah perang banyak menunjukkan

bahwa selama perang berlangsung banyak dijumpai bom-

bom dan peluru-peluru yang tidak mengenai sasaran.

Hancurnya kapal-kapal, dan perenjataan-persenjataan

lainnya karena alat-alat dan saran tersebut dirancang

tanpa memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia

sebagai operatornya.

Baru setelah perang dunia kedua, maka para ahli

menjadi terbuka bahwa untuk merancang suatu sistem

kerja harus bisa menginterasikan elemen-elemen yang

membentuk sistem tersebut. Manusia yang merupakan satu

komponen kerja, perlu mendapat tenaga perhatian

khusus, karena sifatnya kompleks, ergonomi merupakan

ilmu tersendiri yang memepelajari dari karakterisrik

dan tingkah laku manusia.

Berdasarkan latar belakang itulah maka defenisi

dari Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistimatis

untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,

kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang

suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai

tujuan yang diinginkan dan melalui pekerjaan itu kita

dapat menggunakan waktu yang efekitf, aman dan nyaman.

Sekarang para ahli ergonomi telah memperluas

beberapa perhatiannya kebidang sipil yakni perancangan

jalan raya, perumahan dan fasilitas yang berhubungan

dengan manusia.

2.2. Manusia Sebagai Komponen Manusia Mesin

Secara umum manusia dapat didefenisikan sebagai

Set Object Together With Relation Ship Between The

Object and Between The Atributes. Suatu sistem akan

terjadi dalam suatu lingkungan dan perubahan-perubahan

yang timbul dilingkungan ini akan mempengaruhi sistem

dan elemen dari sistem tersebut. Suatu sistem dapat

dibagi ke dalam sub sistem dan seterusnya. Dalam

kaitanya dengan aktifitas dan kegiatan manusia sebagai

suatu sistem akan dapat pula ke dalam job operation

(sub sistem), position (job sub sisrem) duites

(komponen) task (unit-unit), sub task (sprata), task

elemen yang dimaksud dengan sistem manusia mesin

adalah merupakan suatu kombinasi antara satu dengan

yang lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan

keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang

diperoleh.

Yang dimaksud dengan mesin dalam hal ini

mempunyai arti yaitu mencakup semua objek fisik

seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-

benda yang dipergunakan manusia dalam pelaksanaan

pekerjaannya.

Dalam kaitannya dengan sistem manusia mesin, maka

ada tiga macam hubungan yaitu :

a. Sistem manusia mesin hubungan manual

b. Sistem manusia mesin hubungan semi otomatis

c. Sistem manusia mesin hubungan otomatis

2.2.1. Sistem Manusia Mesin Hubungan Manual

Dalam sistem ini input akan berlangsung

diOutput contohnya seorang melakukan pekerjaan

dengan menggunakan suatu pekerjaan dengan

menggunakan suatu peralatan sederhana seperti

kikir untuk menghaluskan benda kerja. Disini

manusia masih memegang kendali yang penuh dalam

melaksanakan akitifitas. Peralatan kerja yang ada

hanyalah sekedar menambah kemampuan dan

kepabilitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang

dibebankan kepadanya. Sistem dimana manusia

secara penuh berfungsi sebagai sumber tenaga

pengendali langsung dikenal langsung sebagai

manusia mesin.

2.2.2. Sistem Manusia Hubungan Semi Otomatis

Adanya revolusi industri dan perkembangannya

maka berhasil ditemukan berbagai mesin kompleks.

Tida seperti pada halnya manual sistem, maka

dalam Semi Otomatis Man Machine System akan ada

mekanisme khusus yang akan mengolah input

informasi dari luar sebelum masuk ke dalam sistem

kerja manusia dan demikian pula reaksi yang

berasal dari sistem manusia ini akan diolah atau

dikontrol terlebih dahulu melalui dan dengan cara

mekanisme tertentu sebelum output berhasil

diproses.

Contoh dalam hal ini adalah apa yang terjadi

dari sebuah mobil. Adanya instrument-instrumen

atau display panel dalam mobil akan menunjukkan

suatu kecepatan mobil yang sedang berjalan dan

jumlah bahan bakar yang masih ada di dalam tangki

yang masih ada di dalam tangki mobil. Disini

merupakan manusia sebagai pengemudi mobil tidak

akan bisa secara langsung mengendalikan dari

sumber tenaga penggerak mobil ini secara langsung

karena dalam sistem ini mesinlah yang akan

membagi tenaga yang mampu membuat sistem

berjalan. Manusia di sisni akan melaksanakan

kontrol memekai sensor input lewat display dan

peralatan lainnya seperti kemudi, rem, gas dan

lainnya. Sistem dimana mesin memberikan power

(tenaga) dan manusia akan dapat melaksanakan

fungsi control.

2.2.3. Sistem Manusia Mesin Hubungan Otomatis

Pada sistem yang berlangsung secara otomatis

maka disini mesin akan melaksanakan dua fungsi

yaitu menerima rangsangan dari luar (sensing) dan

para pengendali efektifitas seperti umumnya yang

dapat dijumpai dalam prosedur kerja yang normal.

Fungsi operator disini hanya memonitor dan

menjaga mesin tetap bekerja dengan baik serta

memasukkan data atau menggantikan program-program

baru apabila diperlukan.

Penyelidikan terhadap fungsi mesin-mesin

adalah didasarkan atau suatu kenyetaan bahwa

antara manusia dengan mesin. Dengan memperhatikan

dari kealebihan dan kekurangan masing-masing,

maka akan diperoleh tabel perbandingan manusia

dan mesin. Dari perbedaan kemampuan antara

manusia dengan mesin tersebut, maka diharapkan

dapat membuat suatu hubungan sistem manusia mesin

akan bisa melengkapi satu sama lainnya.

Di sini dapat dilihat bahawa kelebihan utama

manusia dengan mesin adalah sifatnya yang mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia

bisa berubah peranannya dengan cepat dan teratur

sehingga memungkinkan untuk bekerja dalam kondisi

apapun dan sifat yang berubah-ubah dari manusia

ini juga akan membuktikan sifat ketidakstabilian,

yaitu cara atau apa yang belum dihasilkan

sekarang belum tentu sama dan apa yang dihasilkan

untuk masa yang akan datang. Hal ini berbeda

dengan sifat mesin yang lebih sangat stabil bila

dibandingkan dengan manusia. Dengan kata lain

dari sistem manusia mesin pada hakekatnya akan

lebih dipengaruhi oleh kemampuan dan sesuatu

keterbatasan manusia.

Dengan mempelajari komponen manusia sebagai

salah satu komponen sistem manusia mesin yang

terdiri dari manusia, peralatan, dan lingkungan

kerja fisik, akan dapat diperoleh hasil akhir

yang optimal. Ergonomi sebagai disiplin ilmu baru

akan memerlukan informasi-informasi yang

berkaitan dengan segala kemampuan dan

keterbatasannya. Hal ini memberikan penjelasan

yang jelas dan efektif.

2.3. Kemampuan dan Keterbatasan manusia

Untuk dapat menerapkan ergonomi, perlu adanya

suatu informasi-informasi yang lengkap mengenai

kemampuan dan segala keterbatasan manusia. Salah satu

usaha untuk meraih informasi ini adalah dengan

melakukan berbagai macam penyeledikan, dan

pembahasannya akan dilakukan menurut empat kelompok

besar yaitu :

a. Penyelidikan tentang display, yaitu bagian

lingkungan yang mengkomunikasikan keadaan kepada

manusia

b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan

proses pengendaliannya. Dalam hal ini yang

diselidiki adalah aktifitas manusia ketika

aktifitas tersebut yang paling berpengaruh banyak

hubungan dengan biomekanik.

c. Penyelidikan mengenai tempat kerja. Agar diperoleh

suatu tempat kerja yang baik dalam arti kata sesuai

dengan kemampuan keterbatasan manusia, maka ukuran-

ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai

dengan tubuh manusia.

d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik. Yang

dimaksud lingkungan fisik di sini meliputi ruangan

dan fasilitas yang bisa digunakan oleh manusia,

serta kondisi dari lingkungan kerja, yang keduanya

banyak mempengaruhi tingkah laku manusia

2.4. Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan

maksimal hasil pengukuran dari waktu penyelesaian

sebenarnya. Hal ini bisa dinyatakan dalam persen.

Sedangkan tingkat kepercayaan menunjukkan besarnya

suatu kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang

diperolehnya dapat memenuhi syarat ketelitian tadi.

Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat

kepercayaannya 90% memberi arti bahwa membolehkan

rata-rata hasil pengukuran menyimpan sejauh 10 dari

rata-rata sebenarnaya dan kemungkinan berhasil

mendapatkan hal ini adalah 90%.

2.5. Uji Statistik

1. Tes Keseragaman Data

Tes keseragaman data perlu kita lakukan dahulu

sebelum kita menggunakan data guna mendapatkan suatu

standart. Tes keseragaman data biasa dilakukan cara

visual atau mengaplikasikan peta control.

Tes keseragaman data secara visual dilakukan

secara sederhana, mudah dan tepat. Disini kita hanya

sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya

mengidentifikasikan data yang terlalu besar atau

terlalu kecil dan jauh menyimpan dari trend rata-

ratanya. Data yang terlalu eksrtim ini sewajarnya

kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam

perhitungan selanjutnya.

X=ΣXiN atau

X=ΣXiK

Dimana : X = harga rata-rata

N = banyaknya data

K = banyaknya sub group yang terjadi

2. Tes Kenormalan Data

a. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu

penyelesaian dengan :

σ=√(Xi−X)2

N−1

Dimana: N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang

telah dilakukan.

X = Waktu penyelesaian yang diambil dari

pengukuran yang telah dilakukan

b. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga

rata-rata sub group :

σx= σ√n

Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan

dalam mengetes keseragaman data dari hasil

pengamatan X untuk setiap group data apabila

diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :

BKAX

BKB

Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk

group data bisa dicari dengan formulasi berikut :

BKA = X + 2 σx

BKB = X - 2 σx

3. Test Kecukupan Data

Jika ternyata rata-rata sub group berada dalam

batas yang terkontrol, maka pengukuran yang

digunakan yaitu dengan menggunakan tingkat

ketelitian 8%, tingkat kepercayaan 92% maka dapat

diperoleh rumus sebagai berikut:

σ=[k /s√NΣXi2−(ΣXi )2

ΣXi ]2

Dimana : N = Jumlah pengamatan yang dilakukan

Seandainya jumlah pengukuran yang diperoleh dan

ternyata lebih besar dari pada jumlah pengukuran

yang telah dilakukan (N’ < N) maka pengukuran tahap

ketiga harus dilakukan demikian seterusnya sampai

pengukuran yang diperlukan dengan jumlah yang

ditetapkan (N’ < N).

1. Manajemen Data (Distribusi Frekuensi &

Histogram)

Manajemen data adalah pengembangan dan

penerapan arsitektur, kebijakan, praktik, dan

prosedur yang secara benar menangani siklus hidup

lengkap data yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan.

Definisi ini cukup luas dan mencakup sejumlah

profesi yang tidak bersentuhan langsung secara

teknis dengan aspek tingkat rendah manajemen data

seperti manajemen basis data relasional

Dalam rangka mempersiapkan manajemen data yang

mampu memberikan dukungan terhadap proses

pengambilan keputusan atau pengambilan strategi dan

fungsi perencanaan maka diperlukan model

pengembangan yang terintegrasi dengan dukungan

teknologi informasi.

Mengumpulkan atau memperoleh data statistik

ditinjau dari cara terdapatnya dan penggunaannya

atau maksud dikumpulkannya data, kita mengenal dua

penggolongan yaitu : Data intern ialah data yang

dikumpulkan oleh suatu badan mengenai aktifitas

badan itu dan hasil dingunakan untuk keperluan badan

itu pula. Sering terjadi bahwa badan itu terasa

memerlukan data yang tidak terdapat dalam aktifitas

badan tersebut. Data itu dapat diperoleh majalah-

majalah, surat-surat kabar, biro yang khusus

mengumpulkan data atau dari badan lain dimana data

yang dimaksud mungkin tersedia. Data yang demikian

disebut data ekstren. Meskipun banyak penelitian

sering digunakan data intern, hal ini disebabkan

keperluannya dan soal dapat diandalkannya mengenai

kebenaran data, namun tidaklah jarang bahwa data

ekstern juga diperlukan. Data ekstern tersebut cukup

dapat diandalkan.

Menurut sumbernya, data ekstren terbagi atas

dua macam, yakni data ekstern primer dan data

ekstern sekunder. Macam pertama merupakan data yang

dikumpulkan oleh suatu badan yang dikumpulkan oleh

suatu badan yang dikumpulkan oleh dadan itu sendiri.

Orang atau badan lain yang memerlukan data itu

memperolehnya langsung dari badan oleh suatu badan.

Data ekstern sekunder adalah data yang dilaporkan

oleh suatu badan, sedangkan badan ini tidak langsung

mengumpulkannya sendiri, melainkan memperoleh dari

pihak lain.

Adapun beberapa aktivitas manajemen data, yaitu:

1. Aktifitas memperoleh informasi, menggunakannya

seefektif mungkin dan membuangnya pada saat yang

tepat.perhatian pada manajemen data disebabkan

karena dua hal yaitu : kompleksitas kegiatan

bisnis yang meningkat serta kemampuan komputer

yang semakin baik.

2. Informasi (termasuk data) adalah salah satu jenis

utama sumber daya yang tersedia bagi manajer,

selain Manusia, Material, Mesin dan Uang. Sumber

daya manusia, material, mesin dan uang digunakan

istilah sumber daya fisik sedangkan Informasi dan

data dengan istilah sumber daya konseptual.

Informasi dapat dikelola seperti halnya sumber

daya yang lain. Semakin besar skala operasi

perusahaan, manajer semakin mengandalkan informasi

dan sangat mungkin menggangap informasi sebagai

sumber daya mereka yang paling berharga.

3. Manajemen data adalah seluruh aktifitas memperoleh

informasi, menggunakannya seefektif mungkin dan

membuangnya pada saat yang tepat (McLeod, 1998)

4. Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-

aktivitas:

Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai

suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas

manajemen yang disebut perencanaan. Oleh

karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan

tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai

tujuan tersebut.

Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah

dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat,

rencana tersebut harus diimplementasikan, dan

manajer serta pekerja harus memonitor

pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut

berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas

manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan

melakukan tindakan korektif sesuai kebutuhan,

disebut kebutuhan.

Pengambilan Keputusan, proses pemilihan

diantara berbagai alternative disebut dengan

proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial

ini merupakan jalinan antara perencanaan dan

pengendalian. Manajer harus memilih diantara

beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan

tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa

rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat

dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.

Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi umumnya disajikan dalam

daftar yang berisi kelas interval dan jumlah objek

(frekuensi) yang termasuk dalam kelas interval

tersebut. Sebelumnya akan dijelaskan beberapa

istilah yang dipakai untuk membuat daftar

distribusi frekuensi, yaitu:

1) Kelas interval adalah banyaknya objek yang

dikumpulkan dalam kelompok-kelompok tertentu,

berbentuk a-b ke dalam kelas interval a-b

dimasukkan semua yang bernilai mulai dari a

sampai dengan b.

2) Frekuensi (f) menyatakan jumlah data yang

terdapat dalam kelas interval.

3) Ujung bawah kelas interval adalah bilangan-

bilangan yang terletak disebelah kiri interval.

4) Ujung atas kelas interval adalah bilangan-

bilangan yang terletak disebelah kanan kelas

interval.

5) Panjang kelas interval (P) adalah selisih

positif antara tiap dua ujung bawah berurutan.

6) Batas bawah kelas interval adalah hasil

pengurangan sebanyak 0,5x satuan ketelitian yang

digunakan terhadap ujung bawah kelas interval.

7) Batas atas kelas interval seperti batas bawah

tapi penjumlahan pada ujung atas kelas interval.

8) Tanda kelas interval adalah nilai yang dianggap

sebagai wakil kelas interval. Aturan tanda

kelas=0,5x (ujung bawah + ujung atas).

Histogram

Umumnya distribusi frekuensi disajikan dalam

bentuk gambar atau diagram. Hal ini bertujuan

untuk memperjelas sifat-sifat dari distribusi

tersebut. Diagram tersebut dibuat dengan frekuensi

pada sumbu y dan batas-batas kelas interval pada

sumbu x diagram yang demikian dinamakan histogram.

Histogram merupakan bentuk diagram yang

mudah dipahami. Histogram merupakan diagram balok

karena frekuensi disajikan dalam bentuk balok.

Histogram menghubungkan antara tepi kelas interval

pada sumbu horizontal (X) dan frekuensi setiap

kelas pada sumbu vertical (Y).

2. Uji Goodness Of Fit

Bila kita ingin mengetahui apakah distribusi

frekuensi hasil percobaan kita sesuai dengan

distribusi frekuensi yang kita harapkan, maka maka

kita akan mengadakan pengujian. Salah satu metode

yang terkenal adalah metode Goodness Of Fit.

Pengujian ini didasarkan atas statistik :

X2 hit = ∑i=1

k (Oi−ei )2

ei

Dengan :

Oi = fekuensi observasi (hasil percobaan) untuk

kelas ke-i

ei = frekuensi yang diharapkan untuk kelas ke-i

k = jumlah kelas

X = nilai variabel random yang distribusi sampelnya

didekati dengan distribusi chi-square dengan

derajat kebebasan v = k – r – 1, dengan r adalah

banyaknya parameter yang ditaksir dari populasi

adalah mean dan simpangan baku, maka r = 2

Frekuensi harapan pada tiap kelas sebaiknya

tidak lebih kecil dari 5, jika hal ini terjadi maka

harus dilakukan penggabungan dengan kelas-kelas yang

berdekatan dengan kelas tersebut. Sehingga diperoleh

sebuah kelas baru dengan frekuensi harapan lebih

besar atau sama dengan 5 (dengan demikian jumlah

total kelas seluruhnya k akan berkurang dari

semula).

Untuk dapat mengambil kesimpulan apakah

hipotesis kita terhadap data yang diperoleh dari

percobaan mengikuti pola distribusi frekuensi yang

kita duga (harapkan), maka harus dilakukan

perbandingan sebagai berikut :

X2 hit < X2tab

Dengan α adalah tingkat kepercayaan dari harga

X2tab diperoleh dari tabel chi kuadrat. Apabila

pertidaksamaan di atas dipenuhi, maka hipotesis nol

diterima.

3. Test Persentil

Jika sekumpulan data dibagi menjadi 100 bagian

yang sama akan menghasilkan persentil yang berturut

– turut yang dinamakan persentil pertama sampai

dengan persentil sembilan puluh sembilan. Symbol

yang digunakan berurutan adalah P1, P2, …,P99. letak

persentil Pi (I = 1, 2, 3,...,99). Untuk sekumpulan

data digunakan rumus:

Letak Pi = data ke….i.n100

Sedangkan rumus dari Pi adalah sebagai berikut:

Pi=Bk+P (in/100)−Ff

dimana : Bk = batas bawah kelas

P = Panjang kelas

N = banyaknya data

F = Frekuensi sebelum Pi

F = Frekuensi sesudah Pi

4. Test Varians

Dalam hal ini akan diuji kesamaan K (K 2),

sebuah rata-rata populasi. Tepatnya misalkan kita

uji mempunyai K, (K 2) sebuah populasi yang ,masing-

masing berdistribusi normal dan independent dengan

rata-rata 1,2,…,K dan simpangan baku yang berturut-

turut.

Untuk menguji Ho dan Hi, yang kita bicarakan.

Varias yang kita gunakan adalah varians antara

kelompok dengan varians dalam kelompok, dengan

persyaratan tentang populasi seperti diantara

ternyata bahwa rasio varians dan kelompok bentuk

statistic F, tepatnya:

F=Varians−antar−kelompokVarians−dalam−kelompok

Untuk memudahkan perhitungan digunakan symbol:

RY=J2ni dengan J1+J2+...+Jn

Ay=( Ji2ni )−RyY2 = jumlah kuadrat (JK) dari semua data pengamatan

Dy=Y2−Ry−Ay

Ry, Ay, Dy, dan Y2 merupakan jumlah kuadrat

(JK) yang berurut berdasarkan sumber varians rata-

rata antara kelompok, dalam kelompok dan totalnya.

Setiap JK sumber varians didampingi oleh derajat

kebebasan 9 dk. Untuk rata – rata dk = (K-10) dan

untuk kelompok dk = (ni-1) dan untuk tabel dk = ni.

Untuk memudahkan menganalisa satuan JK dan Ry, Ay,

Dy, dan Y2 , harus disusun dalam daftar analisa

varians dalam tabel anava:

Tabel anava:

Sumber

Varians

Dk JK KT F

Rata –

Rata

1 Ry R=Ry1

Antar

Kelompok

K – 1 Ay A=Ay

(K−1)

AD

Dalam

Kelompok

(ni –

1)

Dy D=Dy

(ni−1)

BAB II

ANTROPOMETRI

Istilah anthropometry berasal dari kata “anthropos

(man)” yang berarti manusia dan “metron (measure)”

yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitif

antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.

Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan

ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk

maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi

manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses

rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting

dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi.

Setiap desain produk, baik produk yang sederhana

maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman

kepada antropometri pemakainya. Menurut Sanders & Mc

Cormick (1987); Pheasant (1988), dan Pulat (1992),

antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau

karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan

desain tentang sesuatu yang dipakai orang.

Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang

digunakan oleh ahli-ahli ergonomi sebagai data

antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan

Sritomo, 1995), yaitu:

1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang

ekstrim.

Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan

tinggi dari pintu darurat.

2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara

rentang ukuran tertentu. Contoh: perancangan kursi

mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur,

dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.

3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Contoh:

desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi

tunggu, dan lain- lain.

Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum

dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal

yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti

panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi

statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati

adalah seperti Berat dan pusat massa (centre of gravity)

dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak

untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan

dan kaki, dan lain-lain. Selain itu, harus didapatkan

pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia.

Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat

jika diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi

semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi

tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar

variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik

secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya

(Nurmianto, 1996).

Data antropometri yang diperoleh akan

diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil,

dll).

2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).

3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian,

kursi, meja, dll).

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut

pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh.

Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

1) Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan

pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam.

Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis

diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada

permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran

representatif, maka pengukuran harus dilakukan

dengan metode tertentu terhadap berbagai individu,

dan tubuh harus dalam keadaan diam.

2) Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur

dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak,

sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.

Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:

a) Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai

pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari

suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari

performa atlet.

b) Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan

saat kerja. Contoh: Jangkauan dari gerakan

tangan dan kaki efektif saat bekerja yang

dilakukan dengan berdiri atau duduk.

c) Pengukuran variabilitas kerja. Contoh: Analisis

kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari

seorang juru ketik atau operator kom.

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi

dimensi tubuh manusia, diantaranya:

a) Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat

lahir sampai kira-kira berumur 20 tahun untuk pria

dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan

berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60

tahun.

b) Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih

besar kecuali dada dan pinggul.

c) Suku Bangsa (Etnis)

Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh

etnis.

d) Pekerjaan

Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan

perbedaan ukuran tubuh manusia.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa

kondisi tertentu (khusus) yang dapat mempengaruhi

variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga

perlu mendapat perhatian, seperti:

a) Cacat tubuh

Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan

produk bagi orang- orang cacat.

b) Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi

yang berbeda pula dalam bentuk rancangan dan

spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang pun

akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang

lain.

c) Kehamilan (pregnancy)

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk

dan ukuran dimensi tubuh (untuk perempuan) dan

tentu saja memerlukan perhatian khusus terhadap

produk-produk yang dirancang bagi segmentasi

seperti itu.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data

antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai

rancangan produk ataupun fasilitas kerja menurut Eko

Nurmianto dalam bukunya, maka pada gambar tersebut

dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai

macam anggota tubuh yang perlu diukur pada gambar. 1.

Gambar 1. Antropometri tubuh manusia yang diukur

dimensinya

Keterangan :

1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari

lantai s/d ujung kepala )

2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak

3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak

lurus)

5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam

posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak

ditunjukkan ).

6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas

tempat duduk/pantat sampai dengan kepala ).

7. Tinggi mata dalam posisi duduk.

8. Tinggi bahu dalam posisi duduk

9. Tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus )

10. Tebal atau lebar paha.

11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung

lutut.

12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian

belakang dari lutut/betis.

13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi

berdiri ataupun duduk.

14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur

dari lantai sampai dengan paha.

15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi

berdiri ataupun duduk )

16. Lebar pinggul/pantat

17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak

tampak ditunjukkan dlm gambar ).

18. Lebar perut

19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai

dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak

lurus.

20. Lebar kepala.

21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai

dengan ujung jari.

22. Lebar telapak tangan.

23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang

lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan

dalam gambar ).

24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri

tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak

tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).

25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk

tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam

posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar ).

26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan

diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara

lain:

1. Analisa Teknik

Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan,

kekerasan dan seterusnya.

2. Analisa Ekonomi

Berhubungan perbandingan biaya yang harus

dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.

3. Analisa Legalisasi

Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hokum

yang berlaku dan dari hak cipta.

4. Analisa Pemasaran

Berhubungan dengan jalur distribusi produk / hasil

rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen.

5. Analisa Nilai

Analisa nilai pertama kali didefinisikan oleh L.D.

Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu suatu

prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos

yang tidak ada gunanya. Kemudian pengertian ini

berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan

jaman. Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang

membagi analisa nilai menjadi 4 katagori, yaitu:

1. Uses Value

Berhubungan dengan nilai kegunaan

2. Esteem Value

Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.

3. Cost Value

Berhubungan dengan pembiayaan

4. Excange Value

Berhubungan dengan kemampuan tukar.

Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu :

1. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem

Data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim

maksimum 95%.

2. Perancangan untuk pemakaian rata-rata

Data dengan persentil 50 %.

3. Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan

(adjustable)

BAB III

FAKTOR – FAKTOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP TENAGA

KERJAA. Pengaruh Faktor-faktor Lingkungan Kerja Terhadap

Tenaga Kerja

Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu

yang berada disekitar tenaga kerja yang dapat

mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas

yang dibebankan. Lingkungan kerja yang lestari dan

manusiawi adalah faktor pendorong bagi kegairahan dan

efisiensi kerja. Kondisi lingkungan kerja yang kurang

baik dan melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya

tidak saja akan menurunkan produktivitas kerja, tetapi

juga akan menjadi sebab terjadinya penyakit akibat

kerja, pencemaran lingkungan, cacat dan bahkan

kematian. Lingkungan kerja yang tidak sehat sering kali

mengganggu para pekerja dan dapat mengurangi ke

efektifitasan dari pekerja itu sendiri. Dibawah ini

akan diuraikan beberapa lingkungan kerja yang tidak

sehat dan juga mengganggu kinerja dari pekerja itu

sendiri.

Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi :

a. Bahaya Kimia

Bahaya kimia adalah potensi bahaya yang berasal

dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses

produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau

mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation

(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke

saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).

Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh

tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan

kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu,

gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara

masuk ke dalam tubuh. Semua bahan kimia mengandung

resiko terhadap kesehatan dalam batas tertentu.

Tidak ada bahan kimia yang ‘entirely safe’. Tetapi

setiap bahan kimia dapat digunakan secara aman.

Bahan kimia dibagi menjadi : 1. Bahan Kimia tidak

berbahaya 2. Bahan kimia beracun dan berbahaya (B3).

Bahan kimia yang ada di sekitar kita, misalnya BBM,

Pengharum, Oli ruangan, Kosmetik, Sabun, detergent,

Aseton, Cat, Cuka (Asam – Thinner Asetat), Gula,

garam, Obat Nyamuk , Obat, Pembersih Toilet, Pupuk,

dll.

Jenis bahan kimia : 1. Bahan Kimia Non-B3, contoh

: Gula, garam, kosmetik, pembersih toilet 2. Bahan

Kimia Beracun dan Berbahaya (B3) : Bahan-bahan yang

karena sifatnya dapat menimbulkan dampakmerusak atau

merugikan Contoh : aseton, spiritus, thinner, asam

cuka, dll.

Untuk Bahan-bahan B3 diwajibkan :1. MSDS

(Material Safety Data Sheet) - disertakan di sekitar

tempat penyimpanan bahan kimia - dipahami oleh

pengguna, 2. Label identitas ditempel pada bahan, 3.

Sign (rambu) ditempel sesuai bahaya bahan, 4. APD

(Alat Pelindung Diri) tersedia, 5. Secondary

Containment / wadah penampung tetesan.

Penanganan / Pengendalian :

Cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan

bahan

Ganti pakaian yang terkontaminasi, cuci bersih

sebelum pakaian dipakai kembali

Dilarang makan dan minum di area kerja

Pengguna memakai APD yang direkomendasikan

Kontak langsung dengan bahan korosif / bahan

beracun harus ditiadakan atau ditekan sekecil

mungkin (lemari asam)

Hindarkan dari pekerjaan / aktivitas dengan

sumber panas, nyala api atau loncatan bunga api

terbuka (kelistrikan, pengelasan, rokok, gergaji

listrik, dll.

Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:

Pernapasan ( inhalation )

Kulit (skin absorption )

Tertelan ( ingestion )

Korosi

Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan

kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi

kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah

bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :

konsentrat asam dan basa , fosfor.

Iritasi

Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan

di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan

reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi

pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat

menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema

( bengkak ).Contoh :

- Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .

- Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,

amonia, nitrogen dioxide, phosgene,

chlorine ,bromine, ozone.

Reaksi Alergi

Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat

menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ

pernapasanContoh :

- Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde,

logam seperti chromium atau nickel, epoxy

hardeners, turpentine.

- Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes,

formaldehyde, nickel.

Asfiksiasi

Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang

mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada

kapal, silo, atau tambang bawah tanah.

Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh

kurang dari 19,5% volume udara.Asfiksian kimia

mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal

pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada

kulit.Contoh :

- Asfiksian sederhana : methane, ethane,

hydrogen, helium

- Asfiksian kimia : carbon monoxide,

nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen

sulphide

Kanker

Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia

yang secara jelas telah terbukti pada manusia.

Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan

kimia yang secara jelas sudah terbukti

menyebabkan kanker pada hewan.Contoh :

- Terbukti karsinogen pada manusia : benzene

( leukaemia); vinylchloride ( liver

angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine

(kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-

paru , mesothelioma);

- Kemungkinan karsinogen pada manusia :

formaldehyde, carbon tetrachloride,

dichromates, beryllium

Efek Reproduksi

Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi

reproduksi dan seksual dari seorang manusia.

Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang

dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan

orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi

spontan.Contoh :

- Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan

ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury.

Organic mercury compounds, carbonmonoxide,

lead, thalidomide, pelarut.

Racun Sistemik

Racun sistemik adalah agen-agen yang

menyebabkan luka pada organ atau sistem

tubuh.Contoh :

- Otak : pelarut, lead,mercury, manganese

- Sistem syaraf peripheral : n-

hexane,lead,arsenic,carbon disulphide

- Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene

glycol ethers

- Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated

hydrocarbons

- Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara

( pneumoconiosis ).

b. Bahaya Fisik

Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat

menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap

tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar

kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &

dingin), intensitas penerangan kurang memadai,

getaran, radiasi.

Bahaya fisik terdiri dari :1. Iklim Kerja

Perpaduan antara suhu udara, kelembaban, kecepatan

gerakan udara, panas radiasi dengan tingkat

pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai

akibat dari pekerjaannya. Penilaian iklim kerja

dilakukan dengan mengukur besarnya tekanan panas

(heat stress) dgn mengukur ISBB (Indeks Suhu Basah &

Bola).

Iklim Kerja Panas :

a. Heat Cramps (Kejang Karena panas)

b. Heat Exhaustion (kelelahan karena panas)

c. Heat Stroke

Pengobatan :

* Menggantikan Cairan

* Pindahkan korban keruangan yg lebih dingin

* Basahi kulit korban dengan pakaian basah / air

* Berikan Kompres dingin

* Utk Kram, pijat otot yg terkena

* Rujuk ke pertolongan medis

Iklim Kerja Dingin :

a. Chilblains, b. Trenchfoot, c. Frosbite

Pencegahan :

* Seleksi pekerja fit

* Pakaian pelindung

* Istirahat

* Pemeriksaan Kesehatan

Pengendalian terkait Iklim kerja :

• Mengurangi proses panas

• Isolasi / penyekat dengan paparan

• Ventilasi

• Pengaturan waktu kerja / rotasi

• Pemberian air minum (dan garam) yang memadai

• Baju kerja• Training karyawan

• Pemeriksaan kesehatan

• Pengukuran dan pemantauan Iklim Kerja

• APD

Kebisingan

adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan

alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan. Nilai Ambang Batas (NAB)

untuk kebisingan di tempat kerja adalah

intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-

rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa

mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap

untuk waktu kerja yang terus menerus tidak lebih

dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.NAB untuk

kebisingan di t4 kerja ditetapkan 85 dB (A).

Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita

hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di

tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap

melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja

misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik /

komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Namun

sering bunyi-bunyi tersebut meskipun merupakan

bagian dari kerja kita tetapi tidak kita

inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi mesin

diesel yang melebihi ambang batas pendengaran,

dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan

atau kehendaki inilah yang sering disebut bising

atau kebisingan.

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala

bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi

pengaruh negatif terhadap kesehatan dan

kesejahteraan seseorang maupun suatu

populasi.Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal

yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi

dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang

disebut hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-

gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.

Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran

sejumlah gelombang dari berbagai macam frekuensi.

Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan

luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis

yang disebut desibel ( DB ).Selanjutnya dengan

ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat

ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak.

Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan

seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat

diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki /

bising.

Skala Intensitas Kebisingan Skala Intensitas

Desibel Batas Dengar Tertinggi

NO. Sumber Skala

DB batas dengar tertinggi

1 Halilintar 120 DB

2. Meriam 110 DB

3. Mesin Uap 100 DB

4 Jalan yang ramai 90 DB

5 Pluit 80 DB

6 Kantor Gaduh 70 DB

7 Radio 60 DB

8 Rumah Gaduh 50 DB

9 Kantor pada umumnya 40 DB

10 Rumah Tenang 30 DB

11 Kantor perorangan 20 DB

12 Sangat tenang , Suara daun jatuh, Tetesan air

10 DB

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan

antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi

frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat

menghasilkan efek akut seperti masalah

komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada

akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.

Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA)

pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli

yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli

permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling

banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu,

tekstil, metal, dll.

Jenis Kebisingan :

- Bising continue > intensitas tidak lebih dari

6 dB

- Bising terputus-putus (intermittent) > bising

tidak terus-menerus, ada periode tenang

- Bising impulsive > memiliki perubahan

intensitas hinga 40 dB dalam waktu yang sangat

cepat sehingga mengejutkan

- Bising impulsive berulang > bising impulsive

yang berulang Jenis

Kebisingan berdasarkan Dampak Kebisingan

terhadap Manusia :

- Mengganggu (Irritating Noise)

- Menutupi (Masking Noise)

- Merusak (Damaging Noise)

Pengaruh Kebisingan :

- Gangguan fisiologis : Peningkatan tekanan

darah, sakit kepala, vertigo, mual, gangguan

- Gangguan Psikologis : Mengurangi kenyamanan,

gangguan konsentrasi, sulit tidur, cepat marah

- Gangguan Komunikasi : Efek pada organ

pendengaran - Temporary hearing loss

(sementara) - Permanent hearing loss (tetap).

Pengaruh kebisingan tergantung dari faktor :

1. Tinggi intensitas suara dan frekuensi

2. Lama dan jarak dari sumber

3. Spektrum suara

4. Kepekaan individu, obat-obatan, kondisi

kesehatan

Pengendalian Kebisingan :

1. Eliminasi, perubahan cara kerja

2. Subtitusi mesin, pondasi mesin, modifikasi

dan perawatan mesin

3. Isolasi mesin, cover, penyekat dinding,

langit-langit kedap suara, jauhkan sumber

4. Administratif (ruang kontrol, pengaturan

waktu kerja, mengurangi waktu paparan,

rotasi kerja, seleksi, training)

5. Pemeriksaan audiometric (sebelum kerja,

berkala)

6. Pengukuran & pemantauan kebisingan (mapping

intensitas, frekuensi, lama dan distribusi,

waktu total pemaparan bising)

7. Penggunaan APD (ear plug- sumbat telinga ,

ear muff- tutup telinga)

Vibrasi (Getaran)

Gerakan bolak balik linear yang berlangsung

dengan cepat dari suatu obyek terhadap suatu

kedudukan kelelahan, bahaya kesehatan seperti

ujung jari menebal/mati rasa dan memutih,dl

Getaran berdasarkan jenis pajanan : 1. Getaran

seluruh badan 2. Getaran alat-lengan atau getaran

pada tangan dan lengan Alat ukur : Vibrasi

meter .

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama

dengan bising seperti: frekuensi, amplitudo, lama

pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus

atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan

memegang peranan penting dalam memberikan efek

yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan

“powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan

peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s

phenomenon ” atau ” vibration-induced white

fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran

juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf

dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi

kekuatan cengkram dan sakit tulang

belakang.Contoh : Loaders, forklift truck,

pneumatic tools, chain saws.

Pengaruh Getaran :

1. Gangguan kenyamanan

2. Kelelahan

3. Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetar,

kesemutan, gangguan tidur

4. Kerusakan organ dalam

5. Sakit persendian dan otot lengan

6. Penurunan fungsi indra perasa pada jari-jari,

hilangnya ketangkasan

7. Noda putih pada telapak tangan (white finger

sindrom-mati rasa permanen)

Pengendalian Getaran :

a. Eliminasi, subtitusi mesin, penggunaan remote

control

b. Rekayasa Engineering terhadap sumber untuk

menurunkan getaran dengan bantalan anti

vibrasi/isolator, penyekat, peredam, membalut

pegangan dan pemeliharaan mesin yang baik

c. Pengendalian administratif : dilakukan dengan

pengaturan jadwal kerja sesuai TLV ( Treshold

Limit Value )/ NAB (Nilai Ambang Batas),

rotasi kerja, atur waktu istirahat, genggam

dengan longgar, ganti posisi, olahragadll

d. Pemeriksaan kesehatan, pemantauan getarane.

Terhadap pekerja, tidak ada pelindung khusus,

hanya dianjurkan menggunakan sarung tangan

yang dilengkapi peredam getar (busa) untuk

menghangatkan tangan dan perlindungan terhadap

gangguan vascular.

Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu

materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel

atau gelombang elektromagnetik / cahaya dari

sumber radiasi.Jenis Radiasi : 1. Radiasi

Mengion: Gelombang Mikro Sumber : Gel. Radio, TV,

radar, peralatan industri. Radiasi gelombang

mikro yang pendek (< 1cm) akan diabsorbsi oleh

permukaan kulit sehingga kulit seperti terbakar,

sedangkan > 1 cm dapat menembus ke jaringan kulit

yang lebih dalam, 2. Radiasi Non Mengion

Radiasi : Sinar Ultra Ungu (Ulta violet) Sumber :

Sinar matahari, lampu pijar, pengerjaan laser,

pengelasan, dll. Sinar Infra Merah Sumber : benda

pijar, tanur. Menyebabkan katarak mata. Sinar

Laser Sumber : pengelasan, pemotongan, pelapisan,

alat optis, operasi kedokteran. Mengakibatkan

efek pada kulit dan kerusakan mata (retina).

Pengendalian Radiasi :

1. Eliminasi

2. Menjauhi sumber, mengembalikan sumber,

deteksi sumber dan aktivitas

3. Isolasi, limitasi

4. Pengendalian administrative, prosedur, sign /

rambu

5. Hindari kontak langsung dgn kacamata

UV/Kobalt Biru, pakaian antiradiasi

6. Pemeriksaan kesehatan.

Penerangan (Lighting)

Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya

yang tiba pada suatu luas permukaan. Kondisi

tingkat pencahayaan cukup adalah dimana seseorang

dapat melihat suatu obyek dengan mudah dan cepat.

Akibat Tingkat pencahayaan kurang :

1. Gangguan pada mata, kerusakan mata, kelelahan

mata (mata dipaksaberakomodasi)

2. Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi

mata (berair, penglihatan ganda)

3. Menurunkan ketajaman penglihatan, kepekaan

kontras dan kecepatan persepsi

4. Menimbulkan terjadinya kecelakaan

5. Memperpanjang waktu kerja.

Akibat Tingkat pencahayaan berlebihan :

1.Kesilauan

2.Kelelahan, iritasi mata

3.KetidaknyamananPengendalian :

Pengendalian Teknis

a. Perbesar ukuran obyek (kaca pembesar,

monitor)

b. Perbesar intensitas penerangan (buatan atau

alami)

c. Reflektor

d. Menambah lampu lokal

e. Mencegah kesilauan (memberbesar kontras,

jauhkan permukaan mengkilat)

f. Penataan warna dinding, langit-langit

Pengendalian Administratif

a. Seleksi pekerja

b. Jaga kebersihan dinding, langit-langit,

lampu.

Tujuan pencahayaan :

- Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam

melaksanakan pekerjaan

- Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak

nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya

kemampuan melihat, dan menyebabkan

kecelakaan.Keuntungan pencahayaan yang baik :

meningkatkan semangat kerja, produktivitas,

mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping,

kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi

kecelakaan kerja.

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja

bukan saja akan menambah beban kerja karena

mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga

menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu

penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup

untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping

itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja

dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas

dan menghindarkan dari kesalahan kerja.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari

penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan

objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-

hal sebagai berikut :

Perbaikan kontras dimana warna objek yang

dikerjakan kontras dengan latar belakang

objek tersebut. Misalnya cat tembok di

sekeliling tempat kerja harus berwarna

kontras dengan warna objek yang dikerjakan.

Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali

dari penerangan diluar tempat kerja.

Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja

perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu

tersendiri.

Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai

dengan umur masing-masing tenaga kerja.

Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur

diatas 50 tahun tidak diberikan

tugas di malam hari. Disamping akibat-akibat

pencahayaan yang kurang seperti diuraikan

diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang

maupun cukup kadang-kadang juga menimbulkan

masalah apabila pengaturannya kurang baik

yakni silau. Silau juga menjadi beban

tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan

pengaturan atau dicegah.

Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :

1) Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya

neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau

dibandingkan lampu biasa

2) Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan

sedemikian rupa sehingga tidak langsung

mengenai bidang yang mengkilap.

3) Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang

mengkilap di muka jendela yang langsung

memasukkan sinar matahari.

4) Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang

tidak mengkilap.

5) Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak

terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam

ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi

bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun

silau) di lingkungan kerja akan menyebabkan

hal-hal sebagai berikut :

1) Kelelahan mata yang akan berakibat

berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

2) Kelemahan mental

3) Kerusakan alat penglihatan (mata).

4) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala

di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas

maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja

(pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya)

sebaiknya mempertimbangkan ketentuan-ketentuan

antara lain sebagai berikut :

1) Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain

tidak mengganggu masuknya cahaya matahari ke

tempat kerja.

2) Jendela-jendela dan lubang angin untuk

masuknya cahaya matahari harus cukup,

seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas

bangunan. Apabila cahaya matahari tidak

mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti

dengan penerangan lampu yang cukup.

3) Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu

ruangan panas (tidak melebihi 32 derajat

celsius).

4) Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan

silau dan bayang-bayang yang mengganggu kerja.

5) Sumber cahaya harus menghasilkan daya

penerangan yang tetap dan menyebar serta tidak

berkedip-kedip.