BAb 2 kelu

47
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Tinjauan Tentang Tuberkulosa a. Pengertian Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikrobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai batang tahan asam (BTA). Penyakit BTA menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mikrobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk. TB yang terjadi pada anak-anak umumnya berasal dari penderita TB dewasa. (Dewi, 2011). b. Etiologi Sumber penularannya tuberkulosis adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam 7

Transcript of BAb 2 kelu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Tinjauan Tentang Tuberkulosa

a. Pengertian Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh bakteri mikrobakterium

tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan

bersifat tahan asam sehingga dikenal juga

sebagai batang tahan asam (BTA). Penyakit BTA

menular melalui udara yang tercemar dengan

bakteri mikrobakterium tuberkulosa yang

dilepaskan pada saat penderita TB batuk. TB

yang terjadi pada anak-anak umumnya berasal

dari penderita TB dewasa. (Dewi, 2011).

b. Etiologi

Sumber penularannya tuberkulosis adalah

penderita TB BTA positif. Pada waktu bersin

penderita menyebarkan kuman ke udara dalam

7

8

bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara,

selama beberapa jam. orang dapat terinfeksi

kalau droplet tersebut terhirup ke dalam

saluran pernafasan. Selama kuman tuberkulosis

masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan.

kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari

paru ke bagian tubuh lainnya, melalui system

peredaran darah, system saluran limfe, saluran

nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-

bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari

seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. makin

tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,

makin menular penderita tersebut. Bila hasil

pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat

kuman), maka penderita tersebut di anggap tidak

menular. ( Nur rizka, 2011).

c. Gejala dan Tanda-tanda Penyakit Tuberkulosis

9

Penyakit tuberkulosis paling sering

menyerang organ paru, tetapi sebagian kecil

dapat menyerang organ-organ lain misalnya otak,

tulang, Kelenjar getah bening, kulit, usus,

mata, telinga, dll. Gejala dan tanda yang

muncul tergantung organ mana yang terkena.

seseorang disangka menderita tuberkulosis,

terutama tuberkulosis paru di jumpai keluhan

dan tanda-tanda sebagai berikut :

1) Batuk- batuk (lebih 3 minggu )

2) Demam

3) Nafsu makan berkurang

4) Keringat malam hari

5) Berat badan menurun

6) Badan terasa lemah, mudah capek.

7) Sesak Nafas (bila penyakit sudah lanjut)

8) Sakit dada (bila terjadi peradangan selaput

paru atau dinding dada)

Lokasi dari organ yang terkena penyakit

tuberkulosis menunjukkan gejala khusus,

10

misalnya tuberkulosis usus akan menimbulkan

gejala diare yang tidak sembuh, tuberkulosis

kelenjar bening biasanya tidak menimbulkan

keluhan, kecuali kelenjar getah bening di leher

yang makin lama makin membesar. tuberkulosis

tulang, tergantung letak tulang yang terkena,

yang tersering adalah tulang belakang dengan

tanda klinik berupa tulang punggung yang

menonjol dan bengkok.

Telinga tengah akan mengeluarkan cairan

dari biasanya jernih dan tidak berbau.

Tuberkulosis selaput otak akan memberikan

gejala yang lebih berat, seperti kejang-kejang

dan kaku. Termasuk tuberkulosis ekstra paru

tetapi masih di rongga paru yaitu pleuritis

tuberkulosis dengan manifestasi menumpuknya

cairan di rongga paru, tepatnya di antara

lapisan diluar dan lapisan dalam paru, gejala

yang timbul berupa demam tinggi, bila jumlah

cairan yang menumpuk sangat banyak akan

11

menimbulkan sesak nafas. Tuberkulosis ekstra

paru tersebut dapat berupa penyakit yang

terdiri sendiri atau kadang-kadang bersamaan

dengan penyakit tuberkulosis paru (Ahmad,

2008).

d. Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup

basil M.tuberculosis. bakteri menyebar melalui

jalan nafas menuju alveoli lalu berkembangbiak

dan terlihat bertumpuk. Perkembangan

M.tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke

area lain dari paru-paru (lobus atas).

Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan

aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal,

tulang) dan area lainnya dari paru-paru.

selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan

respon dengan melakukan reaksi inflamasi,

infeksi biasanya timbul dalam dalam waktu 2-10

minggu setelah terpapar bakteri.

12

Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem

kekebalan tubuh pada masa awal infeksi

membentuk sebuah massa jaringan baru yang

disebut granuloma. Granuloma terdiri atas

gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi

oleh magrofag seperti dinding, setelah infeksi

awal, jika respon sistem imun tidak adekuat

maka penyakit akan menjadi lebih parah.

penyakit yang semakin parah dapat timbul akibat

infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya

tidak aktif kembali menjadi aktif (Irman,

2008).

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Dahak

Dahak merupakan material yang paling penting

dan harus diperiksa pada setiap penyakit paru

karena hasil pemeriksaan makroskopis dahak

dapat membantu menegakkan diagnosis, malah

ada dahak yang patognomis, dahak yang

13

mengandung basil tahan asam merupakan satu-

satunya pegangan diagnosis yang dipakai dalam

program pemberantasan penyakit tuberkulosis

paru.

b) Cairan Pleura

Cairan Pleura diperoleh dengan melakukan

fungsi percobaan pada kasus-kasus yang diduga

tuberkulosis di sertai dengan efusi pleura

dan dilakukan pemeriksaan baik makroskopis

maupun kikroskopis.

c) Darah

Pemeriksaan darah tidak dapat dipakai

sebagai pegangan untuk menyokong diagnosa

tuberkulosis paru, karena hasil pemeriksaan

darah tidak menunjukkan gambaran yang khas.

gambaran darah kadang-kadang dapat membantu

menentukan aktivitas penyakit.

d) Leukosit

14

Jumlah leukosit dapat normal atau sedikit

meningkat pada proses yang aktif.

e) Hemoglobin

Pada penyakit tuberkulosis berat sering

disertai dengan anemia derajat sedang,

bersifat normositik dan sering di sebabkan

defisiensi besi.

f) Uji Tuberkulin

Uji tuberculin merupakan pemeriksaan untuk

menunjukkan reaksi, unitas selluler yang

timbul setelah 4-6 minggu penderita mengalami

infeksi pertama dengan basil tuberkulosis

(Alsagaff, 2010).

f. Terapi Pengobatan

Pada penderita mendapat jenis oba terlebih

sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih

lama.OAT yang bisa digunakan antara lain

isoniasid (INH), rifampisin (R), pirasinamid

(Z) dan Streptomicin (S) yang bersifat

bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat

15

bakteriostatik. Penatalaksanaan medis pada

penderita TB yang diberikan dalam kombinasi

dan beberapa jenis obat dalam jumlah yang

cukup. Dosis yang tepat diberikan selama 6-8

bulan supaya kuman dapat terbunuh. Adapun

panduan OAT Ysng digunakan adalah : OAT

kategori I.II.III serta panduan obat

sisispan, indikasi dan komposisi obat TB paru

adalah :

a) Kategori I (2 HRZE / 4 H3R3)

(1) Indikasi :

(a) Penderita baru TB paru

BTA positif

(b) Penderita TB paru BTA

negatif rontgen positif yang sakit

berat

(2) Komposisi obat :

Tabel 1 : Komposisi OAT Kategori I

Tahap

Pengoba

LamanyaPengobatan

Dosis Perhari / kali JumlahhariINH Rifampic Pirazi Ethambu

16

tan

@300mg

in

@ 450 mg

namid@ 500mg

tol @250 mg /

kaliminu

TahapIntensif(dosisharian)

2 bulan 1 1 3 3 60

TahapLanjutan (3kali/minggu)

4 bulan 2 1 - - 54

(Depkes RI, 2012).

b) Kategori II (2 HRZE /5 H3R3E3)

(1) Indikasi :

(a) Penderita kambuh (relaps)

(b) Penderita gagal (failure)

(c) Penderita dengan pengobatan setelah

lalai (after default).

(2) Komposisi obat :

17

Tabel 2 : Komposisi OAT Kategori II

TahapPengobat-an

Lama-nya

Pengo-batan

INH@300mg

Rifampicin @450 mg

Pirazinamid@ 500mg

Ethambutol @250 mg

Streptomycininjeksi(gr)

Jmlhari/kalimenelanobat

@250mg

@500mg

TahapIntensif

2bulan

1bulan

1

1

1

1

3

3

3

3

-

-

0,75

-

60

30

TahapLanjutan

5bulan

2 1 - 1 2 - 60

(Depkes RI, 2012).

c) Kategori III (2 HRZ / 4 H3R3)

(1) Indi

kasi :

(a) Pend

erita baru BTA negatif dan rontgen

positif sakit ringan

18

(b) Pend

erita eksta paru ringan yaitu TB

kelenjar limfe, pleuritis eksudatifa

unilateral, TB kulit, TB tulang.

(2) Komp

osisi Obat

Tabel 3 : Komposisi OAT Kategori III

TahapPengobata

n

Lamanya

Pengo-batan

INH @300 mg

Rifampicin @450 mg

Pirazinamid @500 mg

Jumlahhari /kaliminumobat

TahapInsentif(dosisharian)

2bulan

1 1 3 60

TahapLanjutan(3 kali/minggu)

4bulan

2 1 - 54

(Depkes RI, 2012).

d) Panduan OAT Sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif dari

pengobatan dengan kategori I dan kategori

19

II hasil pemeriksaan dahak masih BTA

positif, diberikan obat sisipan (HRZE)

setiap hari selama 1 bulan.

Komposisi Obat sebagai berikut :

Tabel 4: Komposisi OAT Sisipan

Pengobatan

LamanyaPengoba

tan

INH@300MG

Rifampicin

@450 mg

Pirazinamid

@500 mg

Ethambutol

@250 mg

Jmlhari/

kaliminum

obat

TahapIntensif

1 bulan 1 1 3 3 30

TahapIntensi

20

f(dosisharian)

(Depkes RI, 2012)

Bila seseorang penderita tuberkulosis,

baik tuberkulosis paru atau tuberkulosis

lainnya minum obat terebut secara teratur

menurut petunjuk dokter selama 6 bulan, obat

generik juga tersedia dan dapat dijangkau

oleh semua kalangan dengan khasiat sama.

masalah yang timbul adalah minum obat

teratur selama 6 bulan tanpa henti karena

biasanya setelah minum obat selama 2 bulan,

pasien merasa sudah sembuh dan berfikir

tidak perlu minum obat lagi. akhirnya

setelah berhenti minum obat, beberapa bulan

akan sakit kembali. Angka kekambuhan sebelum

waktu 6 bulan cukup tinggi. bila seseorang

minum obat tidak teratur maka akan berakibat

fatal (Ahmad, 2008).

21

g. Pencegahan penyakit TB Paru

Banyak hal yang bisa dilakukan mencegah

terjangkitnya TB paru. Pencegahan-pencegahan

berikut dapat dikerjakan oleh penderita,

masyarakat, maupun petugas kesehatan antara

lain :

1) Bagi penderita, pencegahan penularan dapat

dilakukan dengan menutup mulut saat batuk,

dan membuang dahak tidak di sembarangan

tempat.

2) Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat

dilakukan dengan meningkatkan ketahanan

terhadap bayi, yaitu dengan memberikan

vaksinasi BCG

3) Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat

dilakukan dengan memberikan penyuluhan

tentang penyakit tuberkulosis yang meliputi

gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya

terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.

22

4) Petugas kesehatan juga harus segera melakukan

pengisolasian dan pemeriksaan terhadap orang-

orang yang terinfeksi atau dengan memberikan

pengobatan khusus kepada penderita

tuberkulosis ini.

5) Pencegahan penularan juga dapat dicegah

dengan melaksanakan desinfeksi, seperti cuci

tangan, kebersihan rumah yang ketat,

perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah

anggota keluarga yang terjangkit penyakit ini

seperti (piring, tempat, tidur, pakaian) dan

menyediakan ventilasi rumah dan sinar

matahari yang cukup.

6) Melakukan imunisasi orang-orang yang

melakukan kontak langsung dengan penderita,

seperti anggota keluarga, perawat, dokter,

petugas kesehatan dan orang lain yang

terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak

lanjut bagi yang positif tertular.

23

7) Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang

kontak.perlu dilakukan tes Tuberculin bagi

seluruh anggota keluarga .

Dilakukan pengobatan khusus bagi

penderita dengan TB aktif perlu pengobatan

yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang

telah ditetapkan oleh dokter untuk di mium

dengan tekun dan teratur selama 6-12 bulan.

perlu di waspadai adanya kebal terhadap obat-

obat dengan pemeriksaan penyelidikan oleh

dokter (Sholeh, 2012).

2. Tinjauan tentang program DOTS

DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan

DOTS adalah singkatan dari Directly Observed Treatment

Shortcourse. Kalau diuraikan dari kata-katanya,

pengertian DOTS dapat dimulai dengan keharusan

setiap pengelola program tuberkulosis untuk

memberi direct attention dalam usaha menemukan

penderita. Dalam bahasa lain diterjemahkan

24

menjadi diteksi kasus dengan pemeriksaan

mikroskopik, kendati pengertiannya dapat

diperluas dengan keharusan mendeteksi kasus

secara baik dan akurat. Kemudian setiap pasien

harus di-observed dalam meminum obatnya, setiap

obat yang ditelan pasien harus didepan seorang

pengawas. Hal inilah yang dikenal sebagai Directly

Obserbed Therapy (DOT), yang merupakan salah satu

komponen dari konsep DOTS secara keseluruhan.

(Yoga, Tjandra, 2010).

Tujuan Strategi DOTS

Menurut WHO tujuan dari strategi pelaksanaan

DOTS adalah:

1) Mendeteksi dan menyembuhkan

tuberkulosis.

2) Tuberkulosis dapat disembuhkan dengan

cepat.

3) Biaya untuk pengobatan lebih ekonomis.

4) Dapat menghasilkan angka kesembuhan

sebesar 95 %.

25

5) Mencegah infeksi baru dan perkembangan

resistensi ganda tuberkulosis.

6) Efesiensi waktu untuk pasien dalam

berobat ke rumah sakit.

Strategi Pelaksanaan DOTS

WHO telah memperkenalkan strategi DOTS

sebagai pendekatan terbaik untuk menanggulangi

tuberkulosis. Sistem DOTS terdiri dari 5

komponen, yaitu:

Perlunya komitmen politik pemerintah penentu

kebijakan untuk menjalankan program

Tuberkulosis Nasional.

Di Indonesia kebijakan bukan hanya dari

Depertemen kesehatan semata, tetapi berbagai

instansi pemerintah terkait, baik dalam

hubungannya dalam pendanaan, pelaksanaan di

daerah serta hal terkait lainnya. Komitmen

pemerintah untuk memberi prioritas dalam

penanggulangan tuberkulosis merupakan kunci

utama keberhasilan program ini.

26

Menentukan kasus tuberkulosis secara pasif

dengan pemeriksaan BTA mikroskopik, terutama

dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas

kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.

Pendekatan ini disebut sebagai passive case finding.

Standarisasi pengobatan tuberkulosis jangka

pendek, paling sedikit semua kasus tuberkulosis

BTA (+), dibawah penatalaksanaan kasus yang

tepat.

Dari strategi ini pemberian obat harus

diawasi secara langsung, atau yang dikenal

dengan istilah DOT (Directly Observed Treatment).

Pasien diawasi secara langsung ketika menelan

obat. Obat yang diberikan harus sesuai dengan

standar dan diberikan seyogyanya secara gratis

pada seluruh pasien tuberkulosis yang menular

dan yang kambuh. Orang yang bisa ditunjuk

untuk mengawasi pasien dalam meminum obat

antara lain petugas kesehatan, pemuka

masyarakat setempat, tetangga atau keluarganya

27

sendiri. Seperti diketahui pengobatan

tuberkulosis memakan waktu 6 bulan, setelah

maminum obat 2 atau 3 bulan tidak jarang

keluhan pasien telah menghilang dan pasien

merasakan dirinya sehat serta menghentikan

pengobatannya. Karena itu, harus ada suatu

sistem yang menjamin pasien mau menyelesaikan

seluruh masa pengobatannya sampai selesai.

Pengadaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Pada aspek ini adalah jaminan tersedianya

obat secara teratur, menyeluruh dan tepat

waktu. Sistem pemantauan program dengan

supervisi dan evaluasi.

Pencatatan dan pelaporan yang akurat, hal ini

penting mengingat kenyataan nya penderita

tuberkulosis di Indonesia diobati diberbagai

fasilitas kesehatan, dimana masing-masing

jenis fasilitas kesehatan mempunyai cara

pencatatan sendiri-sendiri, dan jalur

pelaporannyapun berbeda. Hal ini nampaknya

28

menyebabkan cakupan pengobatan tuberkulosis di

Indonesia masih rendah. (Depkes RI, 2009).

Sesuai dengan strategi DOTS tersebut,

setiap penderita yang baru ditemukan dan

mendapat pengobatan harus diawasi menelan

obatnya setiap hari agar terjamin kesembuhan,

mencegah dari resistensi kuman terhadap obat.

Untuk itu diperlukan seorang Pengawas Menelan

Obat (PMO) untuk setiap penderita

tuberkulosis, dalam masa pengobatan, setelah

itu PMO dapat bertindak sebagai penyuluh.

(Depkes RI, 2009).

Sebelum pengobatan pertama kali dimulai,

harus ditunjuk seorang PMO. Penderita dan PMO

harus diberi pelatihan singkat tentang perlunya

pengawasan menelan obat setiap hari. Antara

lain agar mereka mengetahui gejala-gejala

tuberkulosis, tanda-tanda efek samping obat

dan mengetahui cara mengatasi bila ada efek

samping, cara merujuknya, dan apa kegunaan

29

pemeriksaan dahak ulang, serta cara memberi

penyuluhan tuberkulosis. PMO turut membantu

dalam pengambilan obat bagi penderita jika

dalam wilayah itu ada stigma, ia juga akan

membantu antar jemput dahak untuk pemeriksaan

dahak ulang. (Yoga, Tjandra, 2010).

Pemilihan PMO disesuaikan dengan keadaan

setempat, harus dikenal dan disegani penderita

tuberkulosis dan petugas kesehatan. Tenaga PMO

bisa berasal dari petugas kesehatan ataupun

masyarakat. Dari masyarakat misalnya keluarga,

kader atau TOMA seperti tokoh adat, tokoh

agama, tokoh panutan masyarakat, sebaiknya satu

rumah atau dalam satu wilayah dasawisma. Bila

PMO bukan dari petugas kesehatan, maka pada

waktu penderita mengambil obat, dosis hari itu

harus diminum dihadapan petugas kesehatan.

Khusus untuk pemberian suntikan streptomisin

pada pengobatan dengan Kat-2 dapat dibantu oleh

bidan di desa terdekat. (Depkes RI, 2009).

30

3. Tinjauan Tentang Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang

disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan

ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan

diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004).

Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan Depkes RI (1998 dalam

Effendy, 1998).

Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004)

berpendapat bahwa keluarga adalah suatu

ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis yang

hidup bersama atau seorang laki-laki atau

seorang perempuan yang sudah sendirian dengan

31

atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau

adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

b. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno,

2004), mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:

1) Fungsi Afektif

Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi

internal keluarga, pelindung dan dukungan

psikososial bagi para anggotanya. Keluarga

melakukan tugas-tugas yang menunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi

anggotanya dengan memenuhi kebutuhan-

kebutuhan anggotanya.

2) Fungsi Sosialisasi

Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu melaksanakan sosialisasi

dimana anggota keluarga belajar disiplin,

norma budaya prilaku melalui interaksi dalam

32

keluarga selanjutnya individu mampu berperan

dalam masyarakat.

3) Fungsi reproduksi

Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi

Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga

seperti : makan, pakaian, perumahan dan lain-

lain.

5) Fungsi Perawatan Keluarga

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan asuhan kesehatan/perawatan,

kemampuan keluarga melakukan asuhan

keperawatan atau pemeliharaan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga dan

individu.

Selain fungsi diatas ada beberapa fungsi

keluarga yang lain menurut Effendy (1998, dalam

Setiadi, 2008), yang dapat dijalankan keluarga

yaitu sebagai berikut :

33

2) Fungsi biologis

a) Untuk meneruskan keturunan

b) Memelihara dan membesarkan anak

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga

3) Fungsi Psikologi

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian diantara anggota

keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga

d) Memberikan identitas keluarga

4) Fungsi Sosiologi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai

dengan tingkat perkembangan anak.

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

5) Fungsi Ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

34

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan lingkungan.

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

keluarga dimana yang akan datang,

misalnya : pendidikan anak-anak, jaminan

hari tua dan sebagainya.

6) Fungsi Pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan dan membentuk

perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat

yang dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

yang akan datang dalam memenuhi perannya

sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembangan

c. Tipe Keluarga

1) Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan

untuk mempermudah tentang pemahaman keluarga.

35

Adapun tipe-tipe keluarga menurut Suprajitno

(2004) antara lain:

a) Keluarga inti (konjungal)

Yaitu keluarga yang menikah sebagai

orangtua atau pemberian nafkah, keluarga

ini terdiri dari suami, istri dan anak

mereka anak kandung, anak adopsi atau

keduanya.

b) Keluarga orentasi (keluarga asal)

Yaitu untuk keluarga yang didalamnya

seseorang dilahirkan.

c) Keluarga besar

Yaitu keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan (oleh darah), yang paling

lazim menjadi anggota keluarga orientasi

yaitu salah satu teman keluarga ini.

Berikut ini termasuk sanak keluarga: kakek,

nenek, tante, paman dan sepupu.

d.Tipe/Bentuk Keluarga

36

Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurutEffendy (1998)

a) Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibudan anak-anak.

b) Keluarga besar (Exstende Family)

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak

saudara misalnya, nenek, kakek, keponakan,

saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c) Keluarga berantai (Serial family)

Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan

pria yang menikah lebih dari satu kali dan

merupakan satu keluarga inti.

d) Keluarga duda/janda (single family)

Adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian atau kematian.

e) Keluarga berkomposisi (composite)

Adalah keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.

f) Keluarga kabitas (cababitation)

37

Adalah dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

e. Tingkat Perkembangan Keluarga

Seperti individu yang mengalami tahap

pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-

turut keluarga sebagai sebuah unit juga

mengalami tahap-tahap perkembangan yang

berturut-turut.

Adapun delapan tahap siklus kehidupan

keluarga menurut Friedman (1998) antara lain:

1) Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk

pasangan menikah atau tahap pernikahan)

Tugasnya adalah :

a) Membangun perkawinan yang saling

memuaskan

b) Menghubungkan jaringan persaudaraan

secara harmonis

c) Keluarga berencana (keputusan tentang

kedudukan sebagai orang tua).

38

2) Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh

anak (anak tertua adalah bayi sampai umur

30 tahun)

Tugasnya adalah :

a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah

unit yang mantap

b) Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan

yang bertentangan dan kebutuhan anggota

keluarga

c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan

d) Memperluas persahabatan dengan keluarga

besar dengan menambahkan peran-peran

orang tua dan kakek dan nenek.

3) Tahap III : keluarga dengan anak usia

prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6

bulan)

Tugasnya adalah :

39

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga

seperti : rumah, ruang bermain, privasi,

keamanan.

b) Mensosialisasikan anak.

c) Mengintegrasikan anak yang sementara

tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang

lain.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam

(hubungan perkawinan dan hubungan orang

tua dan anak) dan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia

sekolah (anak tertua berumur hingga 13

tahun)

Tugasnya adalah :

a) Mensosialisasikan anak-anak termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman

sebaya yang sehat.

40

b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan.

c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik

anggota keluarga.

5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak

tertua berumur 13 hingga 20 tahun)

Tugasnya :

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung

jawab ketika remaja menjadi dewasa dan

semakin mandiri.

b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang

tua dan anak-anak.

6) Tahap VI : keluarga yang melepaskan anak

usia dewasa muda (mencakup anak pertama

sampai terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugasnya :

a) Memperluas siklus keluarga dengan

memasukkan anggota keluarga baru yang

didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

41

b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan

menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.

c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-

sakitan dan suami maupun istri.

7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan

(tanpa jabatan, pensiunan)

Tugasnya :

a) Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan

kesehatan

b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang

memuaskan dan penuh arti dengan para

orang tua, lansia dan anak-anak.

8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan

dan lansia

Tugasnya :

a) Mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan

b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang

menurun

c) Mempertahankan hubungan perkawinan

42

d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan

pasangan

e) Mempertahankan ikatan keluarga antara

generasi

f) Meneruskan untuk memahami eksistensi

mereka

Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan

Seperti dengan fungsi pemeliharaan

kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang

kesehatan menurut Suprajitno (2004) yang

perlu dipahami dan dilakukan meliputi :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang

tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan

segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua

perlu mengenal kesehatan.

2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

yang utama untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

43

pertimbangan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk

menentukan tindakan keluarga.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan.

Perawatan dapat dilakukan di institusi

pelayanan kesehatan atau di rumah apabila

keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk

menjamin kesehatan keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

disekitarnya bagi keluarga.

4. Tinjauan Tentang Pendidikan kesehatan

Promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan

masyarakat mempunyai dua pengertian. Pengertian

promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai

bagian dari tingkat pencegahan penyakit

(Notoadmodjo, 2010).

44

Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi

promosi kesehatan, tidak terlepas dari sejarah

praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan

masyarakat di Indonesia, maupun secara praktik

kesehatan masyarakat secara global. Menurut para

ahli kesehatan dunia terungkap memang benar bahwa

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah

tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Oleh

sebab itu, agar pendidikan kesehatan tidak

terkesan negative maka para ahli merevitalisasi

pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan

(Notoadmodjo, 2010).

Promosi kesehatan adalah suatu program

perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh,

dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan

perilaku tetapi juga lingkungannya. Perubahan

perilaku tetapi tidak di dukung dengan

lingkungannya sama saja dengan tidak efektif

(Notoadmodjo, 2010).

45

Pendidikan kesehatan sebagai bagian atau cabang

ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi, yakni

sisi ilmu dan seni, dari sisi seni yakni praktisi

dan aplikasi. Pendidikan kesehatan merupakan

penunjang bagi program- program kesehatan lain

artinya setiap program kesehatan misalnya

pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat,

sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak,

program pelayanan kesehatan (di Indonesia sering

disebut penyuluhan keseahtan). Hal ini penting

karena masing-masing program kesehatan tersebut

mempunyai efek prilaku masyarakat yang perlu

dikondisikan dengan pendidikan kesehatan

(Notoatmodjo, 2010)

Pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan

pendidikan di negara maju maupun di negara

berkembang mengalami berbagai hambatan dalam

rangka pencapaian, tujuanya yaitu mewujudkan

perilaku hidup sehat bagi masyarakatnya. Hambatan

yang paling besar dirasakan adalah faktor

46

pendukungnya (enabling factor), dari penelitian -

penelitian yang ada terungkap meskipun kesadaran

dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang

kesehatan namun praktek tentang kesehatan atau

prilaku hidup sehat masih sangat rendah.

Hasil pengkajian oleh Word Health Organization

(WHO) terutama di Negara-negara berkembang

ternyata faktor pendukung atau sarana dan

prasarana tidak mendukung masyarakat untuk

berprilaku hidup sehat, misalnya: meskipun

kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat

tentang kesehatan (misalnya sanitasi lingkungan,

gizi, imunisasi, pelayanan kesehatan dan

sebagainya) sudah tinggi, tetapi apabila tidak di

dukung oleh fasilitas yaitu ketersediaan jamban

sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas

imunisasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya,

maka mereka sulit untuk mewujudkan prilaku

tersebut. (Notoatmodjo,2003)

47

WHO pada awal 1980-an menyimpulkan bahwa

pendidikan kesehatan tidak mampu mencapai

tujuanya, apabila hanya menfokuskan pada upaya –

upaya perubahan prilaku saja. Pendidikan kesehatan

harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan

(fisik dan sosial, budaya, politik, ekonomi, dan

sebagainya) sebagai wujud penunjang atau pendukung

perubahan prilaku tersebut.

Sebagai perwujudan dari perubahan konsep

pendidikan kesehatan ini secara oraganisasi

struktural, maka pada tahun1984, divisi promosi

dan pendidikan (Health Education) di dalam WHO diubah

menjadi divisi promosi dan pendidikan kesehatan

(Division on health promotion and education). Sekitar 16

tahun kemudian yakni awal tahun 2000 Departemen

kesehatan RI baru dapat menyesuaikan konsep WHO

ini dengan mengubah pusat penyuluhan kesehatan

masyarakat (PKM) menjadi di rektorat promosi

kesehatan dan sekarang menjadi pusat promosi

kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

48

a. Visi pendidikan kesehatan

Pendidikan atau promosi kesehatan harus

memepunyai visi yang jelas yang dimaksud dengan

“visi” dalam konteks ini adalah apa yang

diinginkan oleh pendidikan atau promosi

keseahtan sebgai penunjang program – program

kesehatan yang lain, visi umum dari pendidikan

kesehatan tidak lepas dari undang – undang

kesehatan no 23/1992 maupun, Word Helath

Organization (WHO) yakni : meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan baik fisik, mental, dan

sosialnya sehingga produktif secara ekonomi dan

sosial. Pendidikan kesehatan disemua program

kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,

sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan

kesehatan maupun program kesehatan lainya

bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan, baik kesehatan individu,

kelompok maupun masyarakat (Notoatmodjo 2010).

49

b. Misi pendidikan kesehatan

Misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang

harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut,

misi pendidikan atau promosi kesehatan secara

umum dapat dirumuskan 3 butir :

1) Advokat (advocate)

2) Menjembatani (mediate)

3) Memampukan (enable) (Notoadmojo, 2010)

Yang dimaksud dengan memapukan adalah memberi

kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat

agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan

sendiri secara mandiri, hal ini berarti

masyarakat diberi kemampuan – kemampuan atau

keterampilan agar mandiri dibidang kesehatan,

termasuk memelihara dan meningkatkan

keterampilan seperti bertani, beternak, bertanam

obat – obatan tradisioanl, koperasi, dan

sebagainya dalam rangka meningkatkan pendapatan

50

keluarga (income generation). Selanjutnya dengan

ekonomi keluarga yang meningkat maka kemampuan

dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

juga meningkat ( Notoatdmojo 2003).

B. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari variabel yang diteliti dilihat pada tabel berikut :

Mandiri

PendidikanKesehatan

Pasien TBparu

(programTidakmandiri

51

Tabel 2.1 Defenisi oprasional dan kriteria objektif

NoVariablepeneliti

an

Defenisioperasional

KriteriaObjektif Skala

,1 Pendidik

an

kesehata

n

Suatu tindakan

atau program

untuk

meningkatkan

kemampuan serta

pengetahuan

keluaraga dalam

merawat pasien

TB paru.

1. Ya :

Keluarga

diberikan

pendidikan

kesehatan.

2. Tidak :

Keluarga

tidak

diberikan

pendidikan

kesehatan.

Nominal

2. Pasien

TB Paru

(Program

DOTS)

Seseorang yang

dalam proses

pengobatan TB

paru dengan

program DOTS.

1. TB paru

program

DOTS :

Penderita

TB paru

yang

mengikuti

pengobata

n 6

bulan.

2. TB paru

Nominal

52

Non

Program

DOTS :

Pasien TB

paru yang

tidak

mengikuti

pengobata

n 6

bulan.3. Kemandir

ian

keluarga

Kemampuan

keluarga

merawat pasien

TB Paru

setelah

diberikan

pendidikan

kesehatan.

1.

Mandiri :

jika

keluarga

mampu

merawat

pasien TB

paru.

2. Tidak

mandiri :

jika

keluarga

tidak

mampu

merawat

pasien TB

Nominal

53

paru.

D. HIPOTESIS

Ha: Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

kemandirian keluarga merawat pasien TB paru

program DOTS di Puskasmas Kassi-kassi Makassar.