Bab 1+bab 2
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Bab 1+bab 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan, akan sangat
tergantung dari semangat karyawan yang ada di perusahaan tersebut. namun
sering kali didalam operasionalisasinya perusahaan sering mendapatkan
permasalahan internal berkaitan dengan kinerja karyawan yang menurun
(Stevens, 2007). Tentunya penurunan kinerja yang terjadi dalam sebuah
perusahaan akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja maupun
produktivitas produksi dari sebuah perusahaan. Dalam menghadapi persaingan
di era global perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif.
Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut untuk
mampu meningkatkan daya saing dalam rangka menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Perusahaan menurut Siagian, dalam bukunya Filsafat
Administrasi (2006:6), menjelaskan bahwa Perusahaan merupakan kumpulan
beberapa orang yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat
seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok
orang yang disebut bawahan.
Peran Public Relations sangat penting dalam meningkatkan dan menjaga
kestabilan performa kerja karyawan. Menurut Cutlip And Center dalam
bukunya Effective Public Relations, mengatakan bahwa sebelum ada
hubungan dengan konsumen, pelanggan, lingkungan, investor ataupun pihak
lain di luar organisasi, manajemen harus lebih dahulu memerhatikan orang-
orang yang bekerja kepada mereka; yaitu karyawan. Karyawan dianggap
sebagai “publik nomor satu” atau “aset organisasi paling penting”. Peran PR
bukan hanya menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat luas,
tetapi juga menjalin hubungan yang baik dengan karyawan, bahkan internal
PR diharapkan mampu memenuhi kebutuhan karyawannya demi terciptanya
motivasi kerja yang baik.
Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Dengan tingkat
motivasi yang tinggi, karyawan akan bekerja lebih giat dalam melaksanakan
pekerjaannya, begitu sebaliknya (Sutanto, 2002). Dalam pembahasan ini
berarti seberapa besar manajer atau PR mampu memotivasi karyawan untuk
melaksanakan pekerjaan yang diharapkan. Seberapa besar peran manajer
dalam menggerakkan karyawan untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap
publiknya.
Objek pada penelitian ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia Kanca Kawi
Malang yang merupakan sebuah bank komersial di Indonesia yang memiliki
visi yaitu selalu mengutamakan kepuasan nasabah. BRI Kawi memiliki
beberapa divisi, yaitu Divisi Marketing, Divisi MSDM, dan Front Office (FO).
Dalam rangka terwujudnya tujuan perusahaan, setiap divisi diharapkan
mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabahnya. Hal ini sulit
terwujud tanpa adanya lingkungan kerja yang harmonis dan kondusif. Tidak
hanya itu, manajer atau Internal PR juga diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang terbaik bagi karyawannya. Jika input (kebutuhan karyawan)
terpenuhi, maka output (berupa pelayanan terhadap nasabah) juga ikut baik
dan maksimal.
Dari hasil pra penelitian penulis selama magang, BRI Kawi Malang tidak
memiliki Divisi PR. Akan tetapi divisi tersebut digantikan kerjanya oleh
Divisi MSDM; merupakan divisi yang memiliki peran sama dengan Internal
Public Relations. Dalam hal ini Divisi MSDM yang menggantikan semua
peran Internal Public Relations.
Dalam ilmu public relations, diibaratkan bahwa seorang PR merupakan
sebuah jembatan antara organisasi dengan publik dimana hubungan tersebut
memengaruhi kesuksesan atau kegagalan sebuah perusahaan. Praktik tersebut
diaplikasikan menjadi bagian-bagian dari fungsi PR- salah satunya adalah
Hubungan Internal. Hubungan Internal berarti memabangun dan menjaga
hubungan dengan semua publik di dalam organisasi, antara lain pekerja lini
produksi, manajer dan penyelia, staf administrasi, pendukung fasilitas dan
pemeliharaan dan sebagainya (Jonah Bloom, 2002).
Staf Public Relations bekerja sama dengan divisi MSDM untuk
mengomunikasikan berbagai berita, pilihan dan topik penting lainnya kepada
karyawan. Mereka bekerja sama dalam mengomunikasikan hal-hal yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan. Namun, memang peran SDM biasanya
terbatas pada perekrutan, pemecatan, training dan pemberian tunjangan
karyawan. dimana hal ini memiliki kolaborasi yang erat antara spesialis PR
dan SDM. Hingga pada era 1980-an dan awal 1990-an garis batas antar PR
dan SDM mengabur. Dan kini masih demikian. Dalam buku Strategi Public
Relations oleh Silih Agung Wasesa 2006, menyimpulkan bahwa divisi SDM
merupakan salah satu bagian perluasan dan ekstensifikasi dari PR. Fokus yang
dihadapi divisi SDM adalah bagaimana meningkatkan loyalitas karyawan
untuk mempertahankan kinerja mereka, dan divisi PR mencoba membantu
dalam menyiapkan strategi bagaimana meningkatkan loyalitas tersebut.
Menurut Paul Sanchez, mantan pimpinan Watson Wyatt Worldwide,
Manajemen SDM dan perubahan organisasional membutuhkan kerja sama dan
kolaborasi yang erat antara spesialis PR dan SDM. Jika tidak, pimpinan
manajemen akan menciptakan unit baru untuk menyusun dan
mengimplementasikan strategi komunikasi internal dan eksternal guna
mencapai tujuan organisasi. dalam kaitannya, PR dan SDM sama-sama
menangani permasalahan internal terutama yang berhubungan dengan
karyawan, baik itu kinerja karyawan, perekrutan, ataupun pemecatan
karyawan.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai apa
saja yang dilakukan Divisi MSDM sebagai Internal PR BRI Kawi Malang.
penulis ingin mengetahui seberapa besar peran Internal PR BRI dalam
memberikan motivasi kerja pada karyawannya yang nantinya juga akan
berpengaruh pada performa kerja dan pelayanan terhadap nasabah. Maka
penulis memutuskan untuk mengambil judul “Peran Internal Public
Relations dalam Meningkatkan Performa Kerja Karyawan (Studi pada
PT BRI Cabang Malang Kawi)”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana tugas Internal PR dalam meningkatkan performa kerja
karyawan PT. BRI Kanca Malang Kawi?
b. Bagaimana cara kerja Internal PR dalam meningkatkan performa kerja
karyawan PT. BRI Kanca Malang Kawi?
1.3 TUJUAN
Kegiatan PKN yang dilakukan di PT BRI Kanca Kawi Malang memiliki
tujuan bagi mahasiswa, institusi pendidikan yaitu Universitas Brawijaya, dan
bagi instansi tempat mahasiswa melakukan PKN, yaitu:
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Untuk menerapkan teori dan ketrampilan praktis yang diperoleh dari
perkuliahan pada perusahaan.
b. Untuk membandingkan teori dengan praktik, apakah teori yang
diperoleh telah sesuai dengan penerapan dan mengetahui apakah mata
kuliah yang telah diberikan telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
c. Untuk menambah wawasan, dengan melaksanakan PKN, mahasiswa
akan mendapatkan gambaran kerja yang sesungguhnya dan
memungkinkan pula mendapatkan pengalaman yang selama ini belum
pernah dialami.
d. Sebagai bekal untuk mempersiapkan diri terjun ke dalam dunia kerja
maupun dalam masyarakat.
e. Untuk memperdalam dan meningkatkan ketrampilan serta kreativitas
mahasiswa.
f. Untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam berkreasi sesuai
dengan bidang ilmu yang ditekuni.
1.3.2. Bagi Jurusan Ilmu Komunikasi
a. Sebagai sarana pengenalan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya ilmu komunikasi konsentrasi Public Relations
dan sebagai pertimbangan dalam penyusunan program pendidikan di
jurusan ilmu komunikasi.
b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi program pendidikan di Jurusan
ilmu komunikasi untuk menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang
sesuai dengan kebutuhan dalam dunia kerja.
1.3.3. Bagi Bank Rakyat Indonesia
a. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan di Jurusan ilmu
komunikasi Universitas Brawijaya.
b. Sebagai sarana untuk memberikan kriteria tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh instansi yang terkait.
1.4. MANFAAT
1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman-pengalaman praktis dan mengenal
lebih jauh relevansi ilmu yang diterima selama kuliah, di mana
teori pernah didapat kemudian diterapkan dalam situasi yang
sesungguhnya.
b. Dapat mengukur kemampuan pribadi atau ilmu pengetahuan
yang diperolehnya.
c. Mengetahui lebih jauh aplikasi ilmu komunikasi di dunia kerja.
d. Mendapatkan bekal untuk mempersiapkan diri terjun ke dunia
kerja.
e. Mendapatkan variasi belajar dalam mendalami ilmu
komunikasi.
f. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan industri pada
masa yang akan datang.
1.4.2. Manfaat Bagi Jurusan Ilmu Komunikasi
a. Sebagai bahan evalusi sampai sejauh mana kurikulum yang
dibuat sesuai perkembangan kebutuhan dunia kerja.
b. Sebagai masukan untuk penyempurnaan kurikulum di masa
mendatang
c. Sebagai sarana menjalin kerjasama antara pihak Jurusan Ilmu
Komunikasi sebagai institusi pendidikan .
1.4.3. Manfaat Bagi PT BRI Persero
a. Memperoleh sarana untuk menjembatani antara Bank Rakyat
Indonesia dan lembaga pendidikan jurusan ilmu komunikasi
untuk kerja sama lebih lanjut baik bersifat akademis maupun
bersifat instansi.
b. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan di
jurusan ilmu komunikasi
BAB II
KERANGKA KONSEP KEGIATAN
2.1 TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pengertian Public Relations
Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya. Inilah yang dikatakan oleh Aristoteles (384-322 SM), seorang ahli
fikir Yunani yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon
politicon). Yang artinya manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain. Mereka saling bertukar barang (barter), kerja sama
untuk bertahan hidup maupun menjalin relasi untuk reproduksi. Semuanya
memerlukan kemampuan komunikasi untuk bernegosiasi. Inilah bentuk sederhana
dari aktivitas public relations. Dengan kata lain, aktivitas public relations
sebenarnya selalu dilakukan manusia sehingga selalu hadir dalam kehidupan. Sifat
selalu hadir ini yang disebut oleh Suzanna Horsley (2009) sebagai “ubiquitous
nature of public relations”.
Menurut Denny Griswold yang dikutip Ardianto (2011, p.14) yang
menjelaskan bahwa PR sebagai fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap
masyarakat, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur sebuah organisasi dengan
kepentingan masyarakat, dan melaksanakan suatu program tindakan (dan
komunikasi) untuk mendapatkan pengertian masyarakat dan dapat diterima oleh
masyarakat. Menurut Danandjaja (2011, p.17) dari beberapa pendapat yang ada,
dapatlah dijelaskan bahwasannya pengertian dari Public Relations itu sendiri
mencakup kepada arti yang cukup luas dan sulit untuk didefinisikan seperti halnya
pendapat publik. Namun untuk memperoleh pemahaman akan Public Relations,
secara singkat dapat diuraikan antara lain:
1. Public Relations itu adalah pembedaan fungsi manajemen yang secara
fungsional memiliki peran membantu organisasi dan publiknya untuk
saling mempercayai dan saling menyesuaikan.
2. Public Relations itu selalu mengabdi kepada kepentingan publik.
3. Public Relations itu adalah falsafah sosial, manajemen ketika mengambil
suatu keputusan bagi suatu kebijaksanaan, agar tercipta opini publik yang
sehat.
4. Dalam prakteknya, Public Relations itu membantu terciptanya kerjasama,
saling pengertian, dan saling menerima antara publik dan organisasi, dan
pada tahap lanjut akan tercipta keuntungan bersama (mutual favourable).
5. Internal Communication dan External Public Relations atau External
Communications.
6. Dilihat dari prosesnya, maka Public Relations mempunyai dua bentuk
kegiatan yaitu, Internal Public Relations atau Internal Relations.
Dengan demikian pengertian Public Relations itu sendiri bila dilihat dalam studi
ilmu komunikasi, maka akan mempunyai arti Public Relations merupakan salah
satu bentuk spesialisasi dari ilmu komunikasi yang bertujuan untuk
menumbuhkan saling pengertian dan kerjasama antara publik dengan jalan
komunikasi timbal balik; untuk mencapai tujuan bersama atas dasar saling
menguntungkan.
Public Relations sebagai ilmu pengetahuan masih cenderung baru bagi masyarakat
kita. Public Relations merupakan gabungan dari berbagai ilmu dan termasuk
dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonoomi, sejarah,
psikologi, sosiologi,komunikasi dan melalui perkembangannya telah menjadi
bagian dari Public Relations (Grunig&Hunt, 1984).
Menurut Rex F. Harlow (1976) Public Relations (PR) adalah sebuah fungsi
manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi,
pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi dan
publiknya. Saat ini dapat dikatakan PR sangat menentukan kelangsungan hidup
perusahaan, organisasi atau lembaga, karena PR berfungsi untuk menumbuhkan
relasi baik antar setiap komponen organisasi dan menumbuhkan motivasi serta
menggiatkan partisipasi (hubungan internal) serta mempererat hubungan
perusahaan dengan masyarakat/publik sebagai sasaran dari kegiatan PR itu sendiri
(hubungan eksternal).
2.1.2 Tujuan dan Peran Public Relations
Menurut Frank Jefkins yang dikutip dari Yadin (2011, p.63-p.64)
Beberapa tujuan kegiatan Public Relations diantara yang pokok adalah sebagai
berikut:
a. Mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya
kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
b. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.
c. Untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan
kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
d. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta
membuka pasar-pasar ekspor baru.
e. Untuk mempersiapkan penerbitan saham tambahan atau karena adanya
perusahaan yang akan go public.
f. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayaknya
sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan
kecaman, kesanksian, atau salah paham di kalangan khalayak terhadap
niat baik perusahaan.
g. Untuk mendidik para pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif
dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.
h. Untuk meyakinkan khalayak bahwa perusahaan mampu bertahan atau
bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.
i. Untuk menjelaskan identitas perusahaan yang baru.
j. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para
pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari hari.
k. Untuk mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari
penyelenggaraan suatu acara.
l. Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami
kegiatankegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan
yang bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang, dan
kebijakan pemerintah yang merugikan.
m. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan
perusahaan.
Selain itu, terdapat empat peran utama PR yang mendeskripsikan sebagian besar
praktik mereka. Akan tetapi, kadang-kadang praktisi melakukan semua peran ini
dan peran lainnya dalam tingkat yang berbeda-beda, meskipun ada peran dominan
dalam pekerjaan mereka sehari-hari dan dalam cara mereka mengahadapi orang
lain. Peran PR menurut Dozier&Broom (2000:20) antara lain:
1. Teknisi Komunikasi
Peran ini menjadikan Public Relations sebagai jurnalis. Mereka melakukan
komunikasi dan mengimplementasikan program.
2. Expert Prescriber
Seorang praktisi Public Relations dapat membantu mencarikan solusi
dalam penyelesaian konflik dan masalah dengan publiknya.
3. Fasilitator Komunikasi
Dalam hal ini, PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk
membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan
dan diharapkan oleh publiknya. Biasanya para praktisi PR melakukan
sebuah riset guna mengetahui tingkat kepuasan publik ataupun yang
dibutuhkan publiknya.
4. Fasilitator Pemecah Masalah
Peranan praktisi PR dalam konteks ini merupakan bagian dari tim
manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi
baik sebagai penasehat hingga mengambil keputusan dalam mengatasi
persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
Dalam ranah PR, publik yang dimaksud yaitu kelompok individu yang tertarik
dan berbagi terhadap suatu isu, organisasi, atau ide (Seitel,2001:12). Publik
sendiri terbagi menjadi dua yaitu, publik internal maupun publik eksternal. Publik
Internal adalah publik yang berada di dalam perusahaan seperti karyawan.
karyawan tersebut bisa terdiri dari manager, secretary, supervisor, receptionist
dan lainnya. Menurut Cutlip&Center (1982:290), pengertian publik internal atau
lebih dikenal dengan sebutan Employee Relations yaitu sekelompok orang bekerja
(karyawan/pegawai) dalam suatu perusahaan. Sedangkan publik eksternal adalah
publik yang berada diluar organisasi/instansi, misalnya pemerintah, pers,
komunitas, dan sebagainya). Publik eksternal tersebut tentunya harus diberikan
penerangan atau informasi untuk dapat membina hubungan baik dan menciptakan
keuntungan bersama. Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations
(1995):
“Hubungan publik internal sama pentingnya dengan hubungan publik eksternal,
karena kedua bentuk hubungan publik tersebut diumpamakan sebagai dua sisi
mata uang yang mempunyai arti sama dan saling terkait satu sama lain”.
2.1.3 Internal Public Relations
Menurut Ardianto (2011, p.99) menjelaskan bahwa definisi Internal Public
Relations adalah kegiatan PR untuk membina hubungan dengan Public Internal,
seperti karyawan, para manajer, para manajemen, dan para pemegang saham
(stockholders) agar citra dan reputasi perusahaan atau organisasi tetap positif di
mata public internal. Kegiatan hubungan internal ini pun berupaya tetap
memelihara budaya perusahaan (corporate culture) yang sudah terbentuk
sebelumnya. Melalui budaya perusahaan ini pula, akan membentuk senses of
belonging (rasa memiliki) dan sense of responbility (rasa tanggung jawab) public
internal pada organisasi dan perusahaan.
Tujuan daripada Internal Public Relations ialah pada hakikatnya untuk
meningkatkan kegairahan bekerja para karyawan lembaga dan atau instansi yang
bersangkutan (Widjaja (2010, p.71-72). Tujuan ini dapat dicapai jika pimpinan
memperhatikan kepentingan - kepentingan para karyawannya baik dalam segi
ekonomi, sosial, pendidikan, maupun segi psikologisnya. Pada Internal Public
Relations, yang menjadi khalayaknya ialah: employee dan stockholder. Dalam
kaitan kedua macam khalayak ini dikenal hubungan-hubungan yang disebut
sebagai:
a. Hubungan dengan karyawan (employee relations)
b. Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations).
Selain itu, Danandjaja (2011, p.31) juga menjelaskan bahwa Internal Public
Relations, dimaksudkan salah satu bentuk kegiatan dari Public Relations yang
menitikberatkan kegiatannya ke dalam. Istilah ke “dalam” maksudnya kegiatan
tersebut hanya berlaku kepada bentuk hubungan dengan publik yang ada dalam
instansi atau perusahaan tersebut. Pengertian publik dalam hal ini dibatasi kepada
pengertian sekelompok individu yang terlibat pada satu kegiatan, dan diikat oleh
satu perhatian dan kepentingan guna mencapai satu tujuan. Oleh sebab itu, publik
dalam kegiatan Internal Public Relations ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk
yang terbatas, seperti:
Publik karyawan
Publik pemegang saham
Publik dari masing-masing departemen, biro atau unit-unit terkecil dalam
perusahaan atau instansi tersebut.
Dalam prakteknya, Internal PR memiliki peran dan fungsi yang menjadi acuan
mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Peran Internal Public Relations
Menurut Laksamana (2010, p.12) bahwa peran internal PR merupakan aplikasi
fungsi, dan tugas internal PR adalah membantu staf untuk mengerti tentang visi,
misi serta values dari organisasi perusahaan. Aktifitas ini melibatkan semua hal
isu yang mempengaruhi suasana kerja dan memastikan staf mendapat informasi
tentang keputusan penting manajemen.
Fungsi Internal Public Relations menurut Laksamana (2010, p.34), bahwa fungsi
dari internal PR sebagai berikut: pertama, mengembangkan isi pesan komunikasi
yang mempengaruhi sikap (influence behaviors) publik internal perusahaan
dengan fokus kepada area seperti kualitas, produktivitas, dan moral. Kedua,
menyebarluaskan pesan kepada target publik sasaran melalui media komunikasi
yang tepat. Tugas dari Internal Public Relations, khususnya dalam bidang
keuangan adalah menciptakan dan memelihara kepercayaan investor serta
membangun hubungan positif dengan komunikasi finansial melalui penyebaran
informasi perusahaan.
Dalam pengaplikasian fungsi dan perannya, Internal Public Relations memiliki
cara dan strategi tersendiri guna tercapainya tujuan perusahaan. Strategi tersebut
dijelaskan oleh Lattimore, Baskin, Heiman dan Toth (2010, p.324) sebagai
berikut:
Membangun ketertarikan (calon investor) terhadap perusahaan
Menciptakan pemahaman tentang perusahaan
Menjual produk perusahaan
Memperlebar basis pemegang saham dengan menarik investor baru
Menstabilkan harga saham
Memperoleh pengesahan pemegang saham jika diperlukan manajemen
Meningkatkan prestise perusahaan
Menciptakan sikap yang menyenangkan dalam komunitas finansial
Mengembangkan sensitivitas politik para pemegang saham terkait isu
yang berhubungan dengan perusahaan
Meningkatkan employee relations
Membangun kesetiaan para pemegang saham
Laksamana (2010, p.13) menjelaskan keberhasilan serta efektivitas internal PR
akan sangat terasa bila organisasi menghadapi situasi krisis. Internal PR mampu
memberikan solusi komunikasi internal bagi staf yang lebih dari sekedar strategi
mengatasi krisis semata, namun juga fakta tentang krisis tersebut. Lebih dari itu,
praktisi internal PR harus mampu untuk menerjemahkan sekaligus memberi
indikator serta evaluasi dan kuantitas (measurement) sukses dari perilaku internal
publik kepada CEO dan manajemen.
Tidak hanya berhubungan dengan karyawan. Internal PR diharapkan dapat
berkomunikasi dengan baik dengan para pemegang saham. Strategi yang
diimplementasikan adalah pertemuan personal, arsip keuangan (korespondensi,
laporan empat bulanan dan laporan tahunan, pengungkapan dividen), rilis berita
keuangan, dan pertemuan tahunan( Lattimore, Baskin, Heiman dan Toth (2010,
p.335). Namun dengan adanya kemajuan di bidang teknologi, cara
mengkomunikasikan strategi ini juga mengalami perubaan yang cepat. Video
conference, e-mail, berita bisnis di TV kabel, dan world wide web. Semuanya
memberikan potensi bagi informasi yang spesifik dan lebih tepat waktu.
Pernyataan ini diperkuat oleh Khasali (2003, p.13) yang menyatakan bahwa
hubungan dengan pemegang saham menggunakan laporan rutin tahunan dan
laporan rapat umum pemegang saham.
Pelaksanaan Employee Relations (hubungan publik inetrnal) yang tepat bagi suatu
perusahaan merupakan sarana teknis atau suatu kegiatan metode komunikasi yang
memiliki kekuatan mengelola sumber daya manusia demi pencapaian tujuan
perusahaan. Kemudian pada akhirnya hal tersebut bermuara pada peningkatan
produktivitas perusahaan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Bentuk produk,
barang atau pemberian jasa yang ditawarkan kepada publik sasarannya. Salah satu
kondisi utama karyawan yang semakin penting bagi dan menentukan tingkat
produktivitas karyawan, yaitu kepuasan kerja. Felisman dan Bass (dalam Wijono
2002:77) mendefinisikan kepuasan kerja yaitu sebagai suatu tindakan efektif
karyawan terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja itu dianggap sebagai hasil dari
pengalaman karyawan dalam hubungannya dengan nilai sendiri seperti apa yang
dikehendaki atau diharapkan dari pekerjaannya. Nilai-nilai ini merupakan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai karyawan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Nilai
yang ingin dicapai adalah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh
individu yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dasar (gaji, peluang untuk
maju, penghargaan).
Dengan demikian, dapat juga diartikan bahwa employee relations tidak dilihat
dalam pengartian yang sempit, yaitu sama dengan hubungan industrial yang hanya
menekankan pada unsur dua proses “produksi dan upah” yang terkait dengan
“lingkungan kerja” pengertiannya lebih dari itu, hubungan tersebut dipengaruhi
oleh hubungan komunikasi internal antar karyawan dengan karyawan lainnya atau
hubungan karyawan dengan manajemen perusahaan yang efektif (Cutlip&Center,
1982 hal. 292).
2.1.4 Teori Motivasi
Proses komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi sangat ditentukan
oleh pemahaman para manajer termasuk praktisi public relations pada teori
motivasi. Motivasi secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Komunikasi merupakan
proses dimana seorang manajer dapat menggunakan pengaruhnya terhadap
karyawan. Di sisi lain, komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok semua
anggota organisasi. Pengaruh disini berarti seberapa besar manajer mampu
memotivasi karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diharapkannya. Cara
pandang terhadap konsep motivasi ini yang akan menetukan strategi komunikasi
dalam pemberian motivasi.
Suatu teori motivasi yang muncul awal-awal dan menjadi perintis
penelitian lanjutan, yaitu teori motivasi dari Abraham Maslow yang disebut
Hierarchy of Needs (Hierarki Kebutuhan). Maslow menyebut beberapa tingkatan
kebutuhan yang harus dipenuhi agar seseorang meras terpuaskan. Tingkatan
kebutuhan itu antara lain:
1. Kebutuhan fisiologi; seperti makan, minum, buang air besar, pakaian, dan
seks. Kebutuhan ini mesti dipenuhi terlebih dahulu.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan; seperti bebas dari ancaman,
jaminan hari tua, uang pensiun, pekerjaan tetap, dan perasaan aman.
3. Kebutuhan sosial; seperti kebutuhan bergaul dengan orang lain, diterima di
lingkungan sosial, berorganisasi dan pertemanan
4. Kebutuhan akan penghargaan diri (self-esteem)
5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan
kemampuan diri, menunjukkan hasil karya kepada orang lain, dan
kebutuhan untuk berprestasi.
Berdasarkan teori Maslow ini, karyawan akan termotivasi tinggi jika semua
kebutuhannya- mulai tingkatan terendah hingga tingkatan kelima- disediakan oleh
manajemen. Maslow menyebut teorinya sebagai suatu hierarki yang berarti
tersusun secara hierarki dari “yang paling rendah” hingga “yang paling tinggi”.
Kebutuhan yang paling rendah mesti dipenuhi dahulu sebelum memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi.
2.1.4.1 Aplikasi Teori Motivasi Dalam Praktik Public Relations
Motivasi adalah faktor yang menjadi alasan seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan tertentu. Sangat penting bagi praktisi public relations
untuk memahami motivasi karyawan. Pengetahuan tentang motivasi merupakan
feedback bagi manajemen dalam merumuskan strategi meningkatkan motivasi
karyawan. Diharapkan motivasi tinggi akan meningkatkan kinerja dan
produktivitas organisasi.
Teori motivasi diatas memberikan informasi bahwa karyawan memiliki
kebutuhan yang besifat universal, artinya setiap karyawan memiliki kebutuhan itu
dalam beberapa teori diatas. Tugas public relations selamjutnya antara lain:
pertama, memahami apakah kebutuhan tersebut telah terpenuhi atau belum,
seberapa besar terpenuhinya, kondisi apa saja yang menjadi kendala pemenuhan
kebutuhan tersebut. Public Relations dapat menggunakan saluran informal untuk
mendapatkan beberapa informasi tersebut, antara lain melalui komunikasi
antarpersonal dengan mengajak ngobrol karyawan secara berkala dan
mengunjungi karyawan di departemennya masing-masing. Konsep ini dikenal
sebagai managing by walking around (Tom Pieters& Nancy Austin, 1985). Selain
itu, informasi ini dapat diperoleh dari kotak opini atau menyediakan e-mail
pribadi. Tentu saja kerahasiaan pengirim dijamin tidak diketahui pihak lain.
Kedua, public relations menyampaikan kebutuhan karyawan itu kepada
manajemen. Dia bisa berfungsi sebagai konsultan (expert prescriber), yang
bertugas memberikan ide dan masukan-masukan kepada manajemen tentang cara
meningkatkan motivasi karyawan, menyampaikan alasan mengapa penting
sekaligus memberi beberapa pilihan strategi dan implementasinya. Ketiga,
merancang program komunikasi yang bisa mendorong peningkatan motivasi kerja
karyawan. Program diskusi bulanan, social meeting antara manajemen dan
karyawan, dan mengajak karyawan berperan aktif dalam produksi internal media
(newsletter, majalah dinding), pemilihan karyawan terbaik dengan iming-iming
hadiah, misalnya, merupakan program yang bisa memenuhi kebutuhan sosial,
penghargaan diri, serta aktualisasi diri para karyawan karena mereka merasa
diajak dalam proses pencapaian tujuan organisasi. melalui komunikasi, public
relations menyebarkan pesan-pesan moral tentang perlunya peningkatan
produktivitas kerja bagi kepentingan bersama. Public Relations pun secara
terbuka menyampaikan informasi kepada karyawan bahwa manajemen tetap
komitmen memenuhi kebutuhan karyawan walau secara bertahap, dan informasi
tentang kendala yang dihadapi organisasi. Keempat, mendorong iklim komunikasi
organisasi yang kondusif. Dalam konteks komunikasi sebagai salah satu faktor
kesehatan yang bisa membuat kepuasan akan lingkungan kerja, perlu diciptakan
iklim yang terbuka, yang mendukung kreativitas kerja dan saling percaya di antara
anggota organisasi. Internal public relations, misalnya, medorong manajemen
untuk menerapkan pendekatan public relations dengan cara melakukan kunjungan
kepada karyawan. meski sekedar mengucap apa kabar, karyawan akan merasa
diperhatikan dan merasa dianggap sebagai teman. Mary Parker Follet (Kreps,
1990: 92) mengatakan bahwa, “manajer akan efektif dalam menggunakan
kewenangannya bila mampu menjalin kontak personal secara face to face dengan
karyawan, mencari feedback, dan menjalin kerja sama dengan karyawan”.
2.2 FOKUS PKN
Dalam fokus Praktik Kerja Nyata ini, penulis berfokus pada apa saja yang
dilakukan oleh Divisi SDM BRI Malang Kawi yang notabene sekaligus sebagai
Internal Public Relations BRI Malang Kawi. Bagaimana cara kerja mereka dalam
memenuhi kebutuhan karyawan, dan bagaimana tugas mereka sebagai Internal
Public Relations sehingga dapat meningkatkan performa kerja karyawannya.
2.3 METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program Praktik Kerja Nyata
(PKN) adalah melalui internship atau magang1. Pada saat melakukan kegiatan
magang, penulis harus mengikuti rutinitas yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Hal ini berkaitan dengan rangkaian cara kerja dan tugas Internal Public Relations
PT BRI Kanca Kawi Malang. Penulis dalam menyelesaikan laporan PKN ini
menggunakan metode penelitian dan kegiatan, yaitu:
a. OBSERVASI
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu tehnik pengumpulan
data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh para pembuat
keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan secara
langsung oleh suatu kegiatan yang sedang berjalan2.
1 Internship atau magang merupakan kegiatan PKN mahasiswa yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja atau realitas sosial dan hubungannya dengan kerja teoritik (buku pedoman Praktik Kerja Nyata Tahun Akademik 2010/2011)2 http:www.scribd.com.22186725.observasi diakses pada 26-08-2015 jam 21.23
Dalam melaksanakan Praktik Keja Nyata ini, penulis melakukan observasi
dengan cara ikut melaksanakan langsung program-program kerja yang
telah ada.
b. WAWANCARA
Wawancara adalah suatu tehnik pengumpulan data atau informasi dari
“informan” atau “responden” yang sudah ditetapkan dan dilakukan dengan
cara tanya jawab sepihak tetapi sistematis atas dasar tujuan penelitian yang
hendak dicapainya. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan
sedemikian hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan
pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan, tetapi informasi
mengenai sesuatu yang sedang dicari oleh peneliti3.
Penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan dengan divisi
yang berbeda-beda. Hal ini penulis lakukan ketika istirahat jam kantor
(ishoma) dan pada waktu jam pulang kantor dengan obrolan santai dan
tidak terkesan sedang mewawancarai agar orang yang diwawancarai tidak
terkesan canggung dan kaku ketika diwawancara.
c. DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah suatu pengumpulan bukti-bukti dan keterangan
(seperti kutipan dari surat kabar). Semua tulisan yang dikumpulkan dan
disimpan yang dapat digunakan bila diperlukan, juga gambar dan foto.
Semua kegiatan yang berkaitan dengan foto, dan penyimpanan foto4
3 http:..id.shvoong.com.social-science.education.2200836-tujuan-wawancara.diakses pada 26-08-2015 jam 21.524 Purwono (2009) materi pokok: Dasar-Dasar Dokumentasi. Jakarta: Universitas Terbuka, Modul 1.
PERAN INTERNAL PUBLIC RELATIONS DALAM MENINGKATKAN
PERFORMA KERJA KARYAWAN (STUDI PADA PT. BRI CABANG
MALANG KAWI)
Untuk Memenuhi Persyaratan Praktek Kerja Nyata Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
WISNU PUDJI PAWESTRI
125120200111012
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG