Bab 1+bab 2

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan, akan sangat tergantung dari semangat karyawan yang ada di perusahaan tersebut. namun sering kali didalam operasionalisasinya perusahaan sering mendapatkan permasalahan internal berkaitan dengan kinerja karyawan yang menurun (Stevens, 2007). Tentunya penurunan kinerja yang terjadi dalam sebuah perusahaan akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja maupun produktivitas produksi dari sebuah perusahaan. Dalam menghadapi persaingan di era global perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing dalam rangka menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan menurut Siagian, dalam bukunya Filsafat Administrasi (2006:6), menjelaskan bahwa Perusahaan merupakan kumpulan beberapa orang yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Peran Public Relations sangat penting dalam meningkatkan dan menjaga kestabilan performa kerja karyawan. Menurut Cutlip And Center dalam bukunya Effective Public Relations, mengatakan bahwa sebelum ada hubungan dengan konsumen, pelanggan, lingkungan, investor ataupun pihak

Transcript of Bab 1+bab 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuan, akan sangat

tergantung dari semangat karyawan yang ada di perusahaan tersebut. namun

sering kali didalam operasionalisasinya perusahaan sering mendapatkan

permasalahan internal berkaitan dengan kinerja karyawan yang menurun

(Stevens, 2007). Tentunya penurunan kinerja yang terjadi dalam sebuah

perusahaan akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja maupun

produktivitas produksi dari sebuah perusahaan. Dalam menghadapi persaingan

di era global perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif.

Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut untuk

mampu meningkatkan daya saing dalam rangka menjaga kelangsungan hidup

perusahaan. Perusahaan menurut Siagian, dalam bukunya Filsafat

Administrasi (2006:6), menjelaskan bahwa Perusahaan merupakan kumpulan

beberapa orang yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka

pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat

seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok

orang yang disebut bawahan.

Peran Public Relations sangat penting dalam meningkatkan dan menjaga

kestabilan performa kerja karyawan. Menurut Cutlip And Center dalam

bukunya Effective Public Relations, mengatakan bahwa sebelum ada

hubungan dengan konsumen, pelanggan, lingkungan, investor ataupun pihak

lain di luar organisasi, manajemen harus lebih dahulu memerhatikan orang-

orang yang bekerja kepada mereka; yaitu karyawan. Karyawan dianggap

sebagai “publik nomor satu” atau “aset organisasi paling penting”. Peran PR

bukan hanya menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat luas,

tetapi juga menjalin hubungan yang baik dengan karyawan, bahkan internal

PR diharapkan mampu memenuhi kebutuhan karyawannya demi terciptanya

motivasi kerja yang baik.

Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Dengan tingkat

motivasi yang tinggi, karyawan akan bekerja lebih giat dalam melaksanakan

pekerjaannya, begitu sebaliknya (Sutanto, 2002). Dalam pembahasan ini

berarti seberapa besar manajer atau PR mampu memotivasi karyawan untuk

melaksanakan pekerjaan yang diharapkan. Seberapa besar peran manajer

dalam menggerakkan karyawan untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap

publiknya.

Objek pada penelitian ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia Kanca Kawi

Malang yang merupakan sebuah bank komersial di Indonesia yang memiliki

visi yaitu selalu mengutamakan kepuasan nasabah. BRI Kawi memiliki

beberapa divisi, yaitu Divisi Marketing, Divisi MSDM, dan Front Office (FO).

Dalam rangka terwujudnya tujuan perusahaan, setiap divisi diharapkan

mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabahnya. Hal ini sulit

terwujud tanpa adanya lingkungan kerja yang harmonis dan kondusif. Tidak

hanya itu, manajer atau Internal PR juga diharapkan mampu memberikan

pelayanan yang terbaik bagi karyawannya. Jika input (kebutuhan karyawan)

terpenuhi, maka output (berupa pelayanan terhadap nasabah) juga ikut baik

dan maksimal.

Dari hasil pra penelitian penulis selama magang, BRI Kawi Malang tidak

memiliki Divisi PR. Akan tetapi divisi tersebut digantikan kerjanya oleh

Divisi MSDM; merupakan divisi yang memiliki peran sama dengan Internal

Public Relations. Dalam hal ini Divisi MSDM yang menggantikan semua

peran Internal Public Relations.

Dalam ilmu public relations, diibaratkan bahwa seorang PR merupakan

sebuah jembatan antara organisasi dengan publik dimana hubungan tersebut

memengaruhi kesuksesan atau kegagalan sebuah perusahaan. Praktik tersebut

diaplikasikan menjadi bagian-bagian dari fungsi PR- salah satunya adalah

Hubungan Internal. Hubungan Internal berarti memabangun dan menjaga

hubungan dengan semua publik di dalam organisasi, antara lain pekerja lini

produksi, manajer dan penyelia, staf administrasi, pendukung fasilitas dan

pemeliharaan dan sebagainya (Jonah Bloom, 2002).

Staf Public Relations bekerja sama dengan divisi MSDM untuk

mengomunikasikan berbagai berita, pilihan dan topik penting lainnya kepada

karyawan. Mereka bekerja sama dalam mengomunikasikan hal-hal yang

berkaitan dengan ketenagakerjaan. Namun, memang peran SDM biasanya

terbatas pada perekrutan, pemecatan, training dan pemberian tunjangan

karyawan. dimana hal ini memiliki kolaborasi yang erat antara spesialis PR

dan SDM. Hingga pada era 1980-an dan awal 1990-an garis batas antar PR

dan SDM mengabur. Dan kini masih demikian. Dalam buku Strategi Public

Relations oleh Silih Agung Wasesa 2006, menyimpulkan bahwa divisi SDM

merupakan salah satu bagian perluasan dan ekstensifikasi dari PR. Fokus yang

dihadapi divisi SDM adalah bagaimana meningkatkan loyalitas karyawan

untuk mempertahankan kinerja mereka, dan divisi PR mencoba membantu

dalam menyiapkan strategi bagaimana meningkatkan loyalitas tersebut.

Menurut Paul Sanchez, mantan pimpinan Watson Wyatt Worldwide,

Manajemen SDM dan perubahan organisasional membutuhkan kerja sama dan

kolaborasi yang erat antara spesialis PR dan SDM. Jika tidak, pimpinan

manajemen akan menciptakan unit baru untuk menyusun dan

mengimplementasikan strategi komunikasi internal dan eksternal guna

mencapai tujuan organisasi. dalam kaitannya, PR dan SDM sama-sama

menangani permasalahan internal terutama yang berhubungan dengan

karyawan, baik itu kinerja karyawan, perekrutan, ataupun pemecatan

karyawan.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai apa

saja yang dilakukan Divisi MSDM sebagai Internal PR BRI Kawi Malang.

penulis ingin mengetahui seberapa besar peran Internal PR BRI dalam

memberikan motivasi kerja pada karyawannya yang nantinya juga akan

berpengaruh pada performa kerja dan pelayanan terhadap nasabah. Maka

penulis memutuskan untuk mengambil judul “Peran Internal Public

Relations dalam Meningkatkan Performa Kerja Karyawan (Studi pada

PT BRI Cabang Malang Kawi)”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana tugas Internal PR dalam meningkatkan performa kerja

karyawan PT. BRI Kanca Malang Kawi?

b. Bagaimana cara kerja Internal PR dalam meningkatkan performa kerja

karyawan PT. BRI Kanca Malang Kawi?

1.3 TUJUAN

Kegiatan PKN yang dilakukan di PT BRI Kanca Kawi Malang memiliki

tujuan bagi mahasiswa, institusi pendidikan yaitu Universitas Brawijaya, dan

bagi instansi tempat mahasiswa melakukan PKN, yaitu:

1.3.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk menerapkan teori dan ketrampilan praktis yang diperoleh dari

perkuliahan pada perusahaan.

b. Untuk membandingkan teori dengan praktik, apakah teori yang

diperoleh telah sesuai dengan penerapan dan mengetahui apakah mata

kuliah yang telah diberikan telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

c. Untuk menambah wawasan, dengan melaksanakan PKN, mahasiswa

akan mendapatkan gambaran kerja yang sesungguhnya dan

memungkinkan pula mendapatkan pengalaman yang selama ini belum

pernah dialami.

d. Sebagai bekal untuk mempersiapkan diri terjun ke dalam dunia kerja

maupun dalam masyarakat.

e. Untuk memperdalam dan meningkatkan ketrampilan serta kreativitas

mahasiswa.

f. Untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam berkreasi sesuai

dengan bidang ilmu yang ditekuni.

1.3.2. Bagi Jurusan Ilmu Komunikasi

a. Sebagai sarana pengenalan, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi khususnya ilmu komunikasi konsentrasi Public Relations

dan sebagai pertimbangan dalam penyusunan program pendidikan di

jurusan ilmu komunikasi.

b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi program pendidikan di Jurusan

ilmu komunikasi untuk menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang

sesuai dengan kebutuhan dalam dunia kerja.

1.3.3. Bagi Bank Rakyat Indonesia

a. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan di Jurusan ilmu

komunikasi Universitas Brawijaya.

b. Sebagai sarana untuk memberikan kriteria tenaga kerja yang

dibutuhkan oleh instansi yang terkait.

1.4. MANFAAT

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

a. Memperoleh pengalaman-pengalaman praktis dan mengenal

lebih jauh relevansi ilmu yang diterima selama kuliah, di mana

teori pernah didapat kemudian diterapkan dalam situasi yang

sesungguhnya.

b. Dapat mengukur kemampuan pribadi atau ilmu pengetahuan

yang diperolehnya.

c. Mengetahui lebih jauh aplikasi ilmu komunikasi di dunia kerja.

d. Mendapatkan bekal untuk mempersiapkan diri terjun ke dunia

kerja.

e. Mendapatkan variasi belajar dalam mendalami ilmu

komunikasi.

f. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan industri pada

masa yang akan datang.

1.4.2. Manfaat Bagi Jurusan Ilmu Komunikasi

a. Sebagai bahan evalusi sampai sejauh mana kurikulum yang

dibuat sesuai perkembangan kebutuhan dunia kerja.

b. Sebagai masukan untuk penyempurnaan kurikulum di masa

mendatang

c. Sebagai sarana menjalin kerjasama antara pihak Jurusan Ilmu

Komunikasi sebagai institusi pendidikan .

1.4.3. Manfaat Bagi PT BRI Persero

a. Memperoleh sarana untuk menjembatani antara Bank Rakyat

Indonesia dan lembaga pendidikan jurusan ilmu komunikasi

untuk kerja sama lebih lanjut baik bersifat akademis maupun

bersifat instansi.

b. Sebagai sarana untuk mengetahui kualitas pendidikan di

jurusan ilmu komunikasi

BAB II

KERANGKA KONSEP KEGIATAN

2.1 TINJAUAN TEORITIS

2.1.1 Pengertian Public Relations

Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat hidup sendiri dalam memenuhi

kebutuhannya. Inilah yang dikatakan oleh Aristoteles (384-322 SM), seorang ahli

fikir Yunani yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon

politicon). Yang artinya manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan

berinteraksi satu sama lain. Mereka saling bertukar barang (barter), kerja sama

untuk bertahan hidup maupun menjalin relasi untuk reproduksi. Semuanya

memerlukan kemampuan komunikasi untuk bernegosiasi. Inilah bentuk sederhana

dari aktivitas public relations. Dengan kata lain, aktivitas public relations

sebenarnya selalu dilakukan manusia sehingga selalu hadir dalam kehidupan. Sifat

selalu hadir ini yang disebut oleh Suzanna Horsley (2009) sebagai “ubiquitous

nature of public relations”.

Menurut Denny Griswold yang dikutip Ardianto (2011, p.14) yang

menjelaskan bahwa PR sebagai fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap

masyarakat, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur sebuah organisasi dengan

kepentingan masyarakat, dan melaksanakan suatu program tindakan (dan

komunikasi) untuk mendapatkan pengertian masyarakat dan dapat diterima oleh

masyarakat. Menurut Danandjaja (2011, p.17) dari beberapa pendapat yang ada,

dapatlah dijelaskan bahwasannya pengertian dari Public Relations itu sendiri

mencakup kepada arti yang cukup luas dan sulit untuk didefinisikan seperti halnya

pendapat publik. Namun untuk memperoleh pemahaman akan Public Relations,

secara singkat dapat diuraikan antara lain:

1. Public Relations itu adalah pembedaan fungsi manajemen yang secara

fungsional memiliki peran membantu organisasi dan publiknya untuk

saling mempercayai dan saling menyesuaikan.

2. Public Relations itu selalu mengabdi kepada kepentingan publik.

3. Public Relations itu adalah falsafah sosial, manajemen ketika mengambil

suatu keputusan bagi suatu kebijaksanaan, agar tercipta opini publik yang

sehat.

4. Dalam prakteknya, Public Relations itu membantu terciptanya kerjasama,

saling pengertian, dan saling menerima antara publik dan organisasi, dan

pada tahap lanjut akan tercipta keuntungan bersama (mutual favourable).

5. Internal Communication dan External Public Relations atau External

Communications.

6. Dilihat dari prosesnya, maka Public Relations mempunyai dua bentuk

kegiatan yaitu, Internal Public Relations atau Internal Relations.

Dengan demikian pengertian Public Relations itu sendiri bila dilihat dalam studi

ilmu komunikasi, maka akan mempunyai arti Public Relations merupakan salah

satu bentuk spesialisasi dari ilmu komunikasi yang bertujuan untuk

menumbuhkan saling pengertian dan kerjasama antara publik dengan jalan

komunikasi timbal balik; untuk mencapai tujuan bersama atas dasar saling

menguntungkan.

Public Relations sebagai ilmu pengetahuan masih cenderung baru bagi masyarakat

kita. Public Relations merupakan gabungan dari berbagai ilmu dan termasuk

dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonoomi, sejarah,

psikologi, sosiologi,komunikasi dan melalui perkembangannya telah menjadi

bagian dari Public Relations (Grunig&Hunt, 1984).

Menurut Rex F. Harlow (1976) Public Relations (PR) adalah sebuah fungsi

manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi,

pemahaman bersama, penerimaan mutual dan kerja sama antara organisasi dan

publiknya. Saat ini dapat dikatakan PR sangat menentukan kelangsungan hidup

perusahaan, organisasi atau lembaga, karena PR berfungsi untuk menumbuhkan

relasi baik antar setiap komponen organisasi dan menumbuhkan motivasi serta

menggiatkan partisipasi (hubungan internal) serta mempererat hubungan

perusahaan dengan masyarakat/publik sebagai sasaran dari kegiatan PR itu sendiri

(hubungan eksternal).

2.1.2 Tujuan dan Peran Public Relations

Menurut Frank Jefkins yang dikutip dari Yadin (2011, p.63-p.64)

Beberapa tujuan kegiatan Public Relations diantara yang pokok adalah sebagai

berikut:

a. Mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya

kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.

b. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.

c. Untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan

kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.

d. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta

membuka pasar-pasar ekspor baru.

e. Untuk mempersiapkan penerbitan saham tambahan atau karena adanya

perusahaan yang akan go public.

f. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayaknya

sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan

kecaman, kesanksian, atau salah paham di kalangan khalayak terhadap

niat baik perusahaan.

g. Untuk mendidik para pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif

dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.

h. Untuk meyakinkan khalayak bahwa perusahaan mampu bertahan atau

bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.

i. Untuk menjelaskan identitas perusahaan yang baru.

j. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para

pimpinan perusahaan organisasi dalam kehidupan sosial sehari hari.

k. Untuk mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari

penyelenggaraan suatu acara.

l. Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami

kegiatankegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan

yang bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang, dan

kebijakan pemerintah yang merugikan.

m. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan

perusahaan.

Selain itu, terdapat empat peran utama PR yang mendeskripsikan sebagian besar

praktik mereka. Akan tetapi, kadang-kadang praktisi melakukan semua peran ini

dan peran lainnya dalam tingkat yang berbeda-beda, meskipun ada peran dominan

dalam pekerjaan mereka sehari-hari dan dalam cara mereka mengahadapi orang

lain. Peran PR menurut Dozier&Broom (2000:20) antara lain:

1. Teknisi Komunikasi

Peran ini menjadikan Public Relations sebagai jurnalis. Mereka melakukan

komunikasi dan mengimplementasikan program.

2. Expert Prescriber

Seorang praktisi Public Relations dapat membantu mencarikan solusi

dalam penyelesaian konflik dan masalah dengan publiknya.

3. Fasilitator Komunikasi

Dalam hal ini, PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk

membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan

dan diharapkan oleh publiknya. Biasanya para praktisi PR melakukan

sebuah riset guna mengetahui tingkat kepuasan publik ataupun yang

dibutuhkan publiknya.

4. Fasilitator Pemecah Masalah

Peranan praktisi PR dalam konteks ini merupakan bagian dari tim

manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pimpinan organisasi

baik sebagai penasehat hingga mengambil keputusan dalam mengatasi

persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

Dalam ranah PR, publik yang dimaksud yaitu kelompok individu yang tertarik

dan berbagi terhadap suatu isu, organisasi, atau ide (Seitel,2001:12). Publik

sendiri terbagi menjadi dua yaitu, publik internal maupun publik eksternal. Publik

Internal adalah publik yang berada di dalam perusahaan seperti karyawan.

karyawan tersebut bisa terdiri dari manager, secretary, supervisor, receptionist

dan lainnya. Menurut Cutlip&Center (1982:290), pengertian publik internal atau

lebih dikenal dengan sebutan Employee Relations yaitu sekelompok orang bekerja

(karyawan/pegawai) dalam suatu perusahaan. Sedangkan publik eksternal adalah

publik yang berada diluar organisasi/instansi, misalnya pemerintah, pers,

komunitas, dan sebagainya). Publik eksternal tersebut tentunya harus diberikan

penerangan atau informasi untuk dapat membina hubungan baik dan menciptakan

keuntungan bersama. Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations

(1995):

“Hubungan publik internal sama pentingnya dengan hubungan publik eksternal,

karena kedua bentuk hubungan publik tersebut diumpamakan sebagai dua sisi

mata uang yang mempunyai arti sama dan saling terkait satu sama lain”.

2.1.3 Internal Public Relations

Menurut Ardianto (2011, p.99) menjelaskan bahwa definisi Internal Public

Relations adalah kegiatan PR untuk membina hubungan dengan Public Internal,

seperti karyawan, para manajer, para manajemen, dan para pemegang saham

(stockholders) agar citra dan reputasi perusahaan atau organisasi tetap positif di

mata public internal. Kegiatan hubungan internal ini pun berupaya tetap

memelihara budaya perusahaan (corporate culture) yang sudah terbentuk

sebelumnya. Melalui budaya perusahaan ini pula, akan membentuk senses of

belonging (rasa memiliki) dan sense of responbility (rasa tanggung jawab) public

internal pada organisasi dan perusahaan.

Tujuan daripada Internal Public Relations ialah pada hakikatnya untuk

meningkatkan kegairahan bekerja para karyawan lembaga dan atau instansi yang

bersangkutan (Widjaja (2010, p.71-72). Tujuan ini dapat dicapai jika pimpinan

memperhatikan kepentingan - kepentingan para karyawannya baik dalam segi

ekonomi, sosial, pendidikan, maupun segi psikologisnya. Pada Internal Public

Relations, yang menjadi khalayaknya ialah: employee dan stockholder. Dalam

kaitan kedua macam khalayak ini dikenal hubungan-hubungan yang disebut

sebagai:

a. Hubungan dengan karyawan (employee relations)

b. Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations).

Selain itu, Danandjaja (2011, p.31) juga menjelaskan bahwa Internal Public

Relations, dimaksudkan salah satu bentuk kegiatan dari Public Relations yang

menitikberatkan kegiatannya ke dalam. Istilah ke “dalam” maksudnya kegiatan

tersebut hanya berlaku kepada bentuk hubungan dengan publik yang ada dalam

instansi atau perusahaan tersebut. Pengertian publik dalam hal ini dibatasi kepada

pengertian sekelompok individu yang terlibat pada satu kegiatan, dan diikat oleh

satu perhatian dan kepentingan guna mencapai satu tujuan. Oleh sebab itu, publik

dalam kegiatan Internal Public Relations ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk

yang terbatas, seperti:

Publik karyawan

Publik pemegang saham

Publik dari masing-masing departemen, biro atau unit-unit terkecil dalam

perusahaan atau instansi tersebut.

Dalam prakteknya, Internal PR memiliki peran dan fungsi yang menjadi acuan

mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Peran Internal Public Relations

Menurut Laksamana (2010, p.12) bahwa peran internal PR merupakan aplikasi

fungsi, dan tugas internal PR adalah membantu staf untuk mengerti tentang visi,

misi serta values dari organisasi perusahaan. Aktifitas ini melibatkan semua hal

isu yang mempengaruhi suasana kerja dan memastikan staf mendapat informasi

tentang keputusan penting manajemen.

Fungsi Internal Public Relations menurut Laksamana (2010, p.34), bahwa fungsi

dari internal PR sebagai berikut: pertama, mengembangkan isi pesan komunikasi

yang mempengaruhi sikap (influence behaviors) publik internal perusahaan

dengan fokus kepada area seperti kualitas, produktivitas, dan moral. Kedua,

menyebarluaskan pesan kepada target publik sasaran melalui media komunikasi

yang tepat. Tugas dari Internal Public Relations, khususnya dalam bidang

keuangan adalah menciptakan dan memelihara kepercayaan investor serta

membangun hubungan positif dengan komunikasi finansial melalui penyebaran

informasi perusahaan.

Dalam pengaplikasian fungsi dan perannya, Internal Public Relations memiliki

cara dan strategi tersendiri guna tercapainya tujuan perusahaan. Strategi tersebut

dijelaskan oleh Lattimore, Baskin, Heiman dan Toth (2010, p.324) sebagai

berikut:

Membangun ketertarikan (calon investor) terhadap perusahaan

Menciptakan pemahaman tentang perusahaan

Menjual produk perusahaan

Memperlebar basis pemegang saham dengan menarik investor baru

Menstabilkan harga saham

Memperoleh pengesahan pemegang saham jika diperlukan manajemen

Meningkatkan prestise perusahaan

Menciptakan sikap yang menyenangkan dalam komunitas finansial

Mengembangkan sensitivitas politik para pemegang saham terkait isu

yang berhubungan dengan perusahaan

Meningkatkan employee relations

Membangun kesetiaan para pemegang saham

Laksamana (2010, p.13) menjelaskan keberhasilan serta efektivitas internal PR

akan sangat terasa bila organisasi menghadapi situasi krisis. Internal PR mampu

memberikan solusi komunikasi internal bagi staf yang lebih dari sekedar strategi

mengatasi krisis semata, namun juga fakta tentang krisis tersebut. Lebih dari itu,

praktisi internal PR harus mampu untuk menerjemahkan sekaligus memberi

indikator serta evaluasi dan kuantitas (measurement) sukses dari perilaku internal

publik kepada CEO dan manajemen.

Tidak hanya berhubungan dengan karyawan. Internal PR diharapkan dapat

berkomunikasi dengan baik dengan para pemegang saham. Strategi yang

diimplementasikan adalah pertemuan personal, arsip keuangan (korespondensi,

laporan empat bulanan dan laporan tahunan, pengungkapan dividen), rilis berita

keuangan, dan pertemuan tahunan( Lattimore, Baskin, Heiman dan Toth (2010,

p.335). Namun dengan adanya kemajuan di bidang teknologi, cara

mengkomunikasikan strategi ini juga mengalami perubaan yang cepat. Video

conference, e-mail, berita bisnis di TV kabel, dan world wide web. Semuanya

memberikan potensi bagi informasi yang spesifik dan lebih tepat waktu.

Pernyataan ini diperkuat oleh Khasali (2003, p.13) yang menyatakan bahwa

hubungan dengan pemegang saham menggunakan laporan rutin tahunan dan

laporan rapat umum pemegang saham.

Pelaksanaan Employee Relations (hubungan publik inetrnal) yang tepat bagi suatu

perusahaan merupakan sarana teknis atau suatu kegiatan metode komunikasi yang

memiliki kekuatan mengelola sumber daya manusia demi pencapaian tujuan

perusahaan. Kemudian pada akhirnya hal tersebut bermuara pada peningkatan

produktivitas perusahaan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Bentuk produk,

barang atau pemberian jasa yang ditawarkan kepada publik sasarannya. Salah satu

kondisi utama karyawan yang semakin penting bagi dan menentukan tingkat

produktivitas karyawan, yaitu kepuasan kerja. Felisman dan Bass (dalam Wijono

2002:77) mendefinisikan kepuasan kerja yaitu sebagai suatu tindakan efektif

karyawan terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja itu dianggap sebagai hasil dari

pengalaman karyawan dalam hubungannya dengan nilai sendiri seperti apa yang

dikehendaki atau diharapkan dari pekerjaannya. Nilai-nilai ini merupakan tujuan-

tujuan yang ingin dicapai karyawan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Nilai

yang ingin dicapai adalah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh

individu yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dasar (gaji, peluang untuk

maju, penghargaan).

Dengan demikian, dapat juga diartikan bahwa employee relations tidak dilihat

dalam pengartian yang sempit, yaitu sama dengan hubungan industrial yang hanya

menekankan pada unsur dua proses “produksi dan upah” yang terkait dengan

“lingkungan kerja” pengertiannya lebih dari itu, hubungan tersebut dipengaruhi

oleh hubungan komunikasi internal antar karyawan dengan karyawan lainnya atau

hubungan karyawan dengan manajemen perusahaan yang efektif (Cutlip&Center,

1982 hal. 292).

2.1.4 Teori Motivasi

Proses komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi sangat ditentukan

oleh pemahaman para manajer termasuk praktisi public relations pada teori

motivasi. Motivasi secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. Komunikasi merupakan

proses dimana seorang manajer dapat menggunakan pengaruhnya terhadap

karyawan. Di sisi lain, komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok semua

anggota organisasi. Pengaruh disini berarti seberapa besar manajer mampu

memotivasi karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diharapkannya. Cara

pandang terhadap konsep motivasi ini yang akan menetukan strategi komunikasi

dalam pemberian motivasi.

Suatu teori motivasi yang muncul awal-awal dan menjadi perintis

penelitian lanjutan, yaitu teori motivasi dari Abraham Maslow yang disebut

Hierarchy of Needs (Hierarki Kebutuhan). Maslow menyebut beberapa tingkatan

kebutuhan yang harus dipenuhi agar seseorang meras terpuaskan. Tingkatan

kebutuhan itu antara lain:

1. Kebutuhan fisiologi; seperti makan, minum, buang air besar, pakaian, dan

seks. Kebutuhan ini mesti dipenuhi terlebih dahulu.

2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan; seperti bebas dari ancaman,

jaminan hari tua, uang pensiun, pekerjaan tetap, dan perasaan aman.

3. Kebutuhan sosial; seperti kebutuhan bergaul dengan orang lain, diterima di

lingkungan sosial, berorganisasi dan pertemanan

4. Kebutuhan akan penghargaan diri (self-esteem)

5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan

kemampuan diri, menunjukkan hasil karya kepada orang lain, dan

kebutuhan untuk berprestasi.

Berdasarkan teori Maslow ini, karyawan akan termotivasi tinggi jika semua

kebutuhannya- mulai tingkatan terendah hingga tingkatan kelima- disediakan oleh

manajemen. Maslow menyebut teorinya sebagai suatu hierarki yang berarti

tersusun secara hierarki dari “yang paling rendah” hingga “yang paling tinggi”.

Kebutuhan yang paling rendah mesti dipenuhi dahulu sebelum memenuhi

kebutuhan yang lebih tinggi.

2.1.4.1 Aplikasi Teori Motivasi Dalam Praktik Public Relations

Motivasi adalah faktor yang menjadi alasan seseorang dalam

melaksanakan pekerjaan tertentu. Sangat penting bagi praktisi public relations

untuk memahami motivasi karyawan. Pengetahuan tentang motivasi merupakan

feedback bagi manajemen dalam merumuskan strategi meningkatkan motivasi

karyawan. Diharapkan motivasi tinggi akan meningkatkan kinerja dan

produktivitas organisasi.

Teori motivasi diatas memberikan informasi bahwa karyawan memiliki

kebutuhan yang besifat universal, artinya setiap karyawan memiliki kebutuhan itu

dalam beberapa teori diatas. Tugas public relations selamjutnya antara lain:

pertama, memahami apakah kebutuhan tersebut telah terpenuhi atau belum,

seberapa besar terpenuhinya, kondisi apa saja yang menjadi kendala pemenuhan

kebutuhan tersebut. Public Relations dapat menggunakan saluran informal untuk

mendapatkan beberapa informasi tersebut, antara lain melalui komunikasi

antarpersonal dengan mengajak ngobrol karyawan secara berkala dan

mengunjungi karyawan di departemennya masing-masing. Konsep ini dikenal

sebagai managing by walking around (Tom Pieters& Nancy Austin, 1985). Selain

itu, informasi ini dapat diperoleh dari kotak opini atau menyediakan e-mail

pribadi. Tentu saja kerahasiaan pengirim dijamin tidak diketahui pihak lain.

Kedua, public relations menyampaikan kebutuhan karyawan itu kepada

manajemen. Dia bisa berfungsi sebagai konsultan (expert prescriber), yang

bertugas memberikan ide dan masukan-masukan kepada manajemen tentang cara

meningkatkan motivasi karyawan, menyampaikan alasan mengapa penting

sekaligus memberi beberapa pilihan strategi dan implementasinya. Ketiga,

merancang program komunikasi yang bisa mendorong peningkatan motivasi kerja

karyawan. Program diskusi bulanan, social meeting antara manajemen dan

karyawan, dan mengajak karyawan berperan aktif dalam produksi internal media

(newsletter, majalah dinding), pemilihan karyawan terbaik dengan iming-iming

hadiah, misalnya, merupakan program yang bisa memenuhi kebutuhan sosial,

penghargaan diri, serta aktualisasi diri para karyawan karena mereka merasa

diajak dalam proses pencapaian tujuan organisasi. melalui komunikasi, public

relations menyebarkan pesan-pesan moral tentang perlunya peningkatan

produktivitas kerja bagi kepentingan bersama. Public Relations pun secara

terbuka menyampaikan informasi kepada karyawan bahwa manajemen tetap

komitmen memenuhi kebutuhan karyawan walau secara bertahap, dan informasi

tentang kendala yang dihadapi organisasi. Keempat, mendorong iklim komunikasi

organisasi yang kondusif. Dalam konteks komunikasi sebagai salah satu faktor

kesehatan yang bisa membuat kepuasan akan lingkungan kerja, perlu diciptakan

iklim yang terbuka, yang mendukung kreativitas kerja dan saling percaya di antara

anggota organisasi. Internal public relations, misalnya, medorong manajemen

untuk menerapkan pendekatan public relations dengan cara melakukan kunjungan

kepada karyawan. meski sekedar mengucap apa kabar, karyawan akan merasa

diperhatikan dan merasa dianggap sebagai teman. Mary Parker Follet (Kreps,

1990: 92) mengatakan bahwa, “manajer akan efektif dalam menggunakan

kewenangannya bila mampu menjalin kontak personal secara face to face dengan

karyawan, mencari feedback, dan menjalin kerja sama dengan karyawan”.

2.2 FOKUS PKN

Dalam fokus Praktik Kerja Nyata ini, penulis berfokus pada apa saja yang

dilakukan oleh Divisi SDM BRI Malang Kawi yang notabene sekaligus sebagai

Internal Public Relations BRI Malang Kawi. Bagaimana cara kerja mereka dalam

memenuhi kebutuhan karyawan, dan bagaimana tugas mereka sebagai Internal

Public Relations sehingga dapat meningkatkan performa kerja karyawannya.

2.3 METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program Praktik Kerja Nyata

(PKN) adalah melalui internship atau magang1. Pada saat melakukan kegiatan

magang, penulis harus mengikuti rutinitas yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

Hal ini berkaitan dengan rangkaian cara kerja dan tugas Internal Public Relations

PT BRI Kanca Kawi Malang. Penulis dalam menyelesaikan laporan PKN ini

menggunakan metode penelitian dan kegiatan, yaitu:

a. OBSERVASI

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu tehnik pengumpulan

data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem.

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh para pembuat

keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan secara

langsung oleh suatu kegiatan yang sedang berjalan2.

1 Internship atau magang merupakan kegiatan PKN mahasiswa yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja atau realitas sosial dan hubungannya dengan kerja teoritik (buku pedoman Praktik Kerja Nyata Tahun Akademik 2010/2011)2 http:www.scribd.com.22186725.observasi diakses pada 26-08-2015 jam 21.23

Dalam melaksanakan Praktik Keja Nyata ini, penulis melakukan observasi

dengan cara ikut melaksanakan langsung program-program kerja yang

telah ada.

b. WAWANCARA

Wawancara adalah suatu tehnik pengumpulan data atau informasi dari

“informan” atau “responden” yang sudah ditetapkan dan dilakukan dengan

cara tanya jawab sepihak tetapi sistematis atas dasar tujuan penelitian yang

hendak dicapainya. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan

sedemikian hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan

pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan, tetapi informasi

mengenai sesuatu yang sedang dicari oleh peneliti3.

Penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan dengan divisi

yang berbeda-beda. Hal ini penulis lakukan ketika istirahat jam kantor

(ishoma) dan pada waktu jam pulang kantor dengan obrolan santai dan

tidak terkesan sedang mewawancarai agar orang yang diwawancarai tidak

terkesan canggung dan kaku ketika diwawancara.

c. DOKUMENTASI

Dokumentasi adalah suatu pengumpulan bukti-bukti dan keterangan

(seperti kutipan dari surat kabar). Semua tulisan yang dikumpulkan dan

disimpan yang dapat digunakan bila diperlukan, juga gambar dan foto.

Semua kegiatan yang berkaitan dengan foto, dan penyimpanan foto4

3 http:..id.shvoong.com.social-science.education.2200836-tujuan-wawancara.diakses pada 26-08-2015 jam 21.524 Purwono (2009) materi pokok: Dasar-Dasar Dokumentasi. Jakarta: Universitas Terbuka, Modul 1.

PERAN INTERNAL PUBLIC RELATIONS DALAM MENINGKATKAN

PERFORMA KERJA KARYAWAN (STUDI PADA PT. BRI CABANG

MALANG KAWI)

Untuk Memenuhi Persyaratan Praktek Kerja Nyata Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

WISNU PUDJI PAWESTRI

125120200111012

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015