Proposal tanpa bab 2
-
Upload
universitasnegerimalang -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Proposal tanpa bab 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu sistem dimana sistem
tersebut adalah suatu keseluruhan pola kehidupan karya
insani yang terbentuk dari bagian yang mempunyai hubungan
fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi
perubahan tingkah laku seseorang sehingga dapat tercapai
kualitas yang diharapkan. Dari berbagai hasil survei
menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia
tergolong masih rendah (Tola, 2008). Beberapa tahun yang
lalu, tidak ada satupun universitas di Indonesia yang masuk
kelompok 100 universitas di tingkat dunia (Tilaar, 2006),
baru pada tahun-tahun terakhir ini, data memperlihatkan
bahwa ITB, UGM dan UI menempati urutan ke 56, 61, dan 84
dari 100 universitas terbaik di Asia. Apabila kualitas
pendidikan tinggi sudah demikian rendahnya apalagi
2
pendidikan dasar dan menengah, tentunya kualitasnya tidak
lebih baik.
Berdasarkan data di atas jelas bahwa pendidikan
nasional yang bermutu salah satunya dapat dilihat dari
keluarannya (output) yang bermutu, yakni di lihat dari
lulusan yang bermutu yang diakui di tingkat nasional,
regional, dan internasional. Secara umum dapat dipahami
bahwa rendahnya mutu SDM bangsa Indonesia saat ini adalah
akibat rendahnya mutu pendidikan. Berdasarkan pengamatan
peneliti, salah satu masalah pokok rendahnya mutu
pendidikan adalah masih rendahnya daya serap peserta didik
yang tampak pada rata-rata hasil belajar yang masih rendah.
Hal ini nampak pada nilai ujian nasional tahun pelajaran
2012/2013 sebesar 4,36. Sedangkan nilai rata-rata ujian
nasional untuk pelajaran fisika mencapai 4,78, kimia 5,09
dan biologi 5,23. Di kelas X-1 tempat penulis mengajar,
diperoleh fakta bahwa rata-rata nilai matematika untuk
materi logika matematika adalah 74 dengan KKM 70, nilai
3
inipun setelah dilakukan remedi dan masih terdapat 5 anak
yang belum mencapai KKM.
Berdasarkan hasil diskusi dengan sesama guru
matematika di SMAN 1 Angsana, materi logika matematika
termasuk materi yang sulit dipahami siswa. Menurut guru
materi yang sulit dipahami siswa yaitu menentukan ingkaran
pada pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau
pernyataan berkuantor yang diberikan serta menggunakan
prinsip logika matematika yang berkaitan dengan pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor dalam pemecahan masalah
dimana sebagian besar anak kesulitan menerapkan konsep
logika matematika. Siswa hanya tahu bahwa ingkaran atau
negasi pada kalimat majemuk merupakan kebalikan dari
pernyataan yang diberikan dengan menggunakan kata “bukan”
atau “tidak” seperti permasalahan dan jawaban yang
diberikan ke siswa sebagai berikut :
4
Kesulitan yang dialami siswa diduga karena
pembelajaran bersifat monoton dimana anak dalam kegiatan
belajar tidak kreatif dan kritis, kurang relevan antara apa
yang diajarkan dengan yang diperlukan dalam kehidupan di
masyarakat sehingga menyebabkan siswa tidak tertantang,
tidak termotivasi berakibat siswa akan bertindak asal ada
didalam kelas hanya untuk menggugurkan kewajibannya saja
sebagai siswa sehingga kurang aktivitas siswa dalam belajar
matematika.
Salah satu faktor untuk meningkatkan pemahaman siswa
dan kualitas pendidikan yang masih rendah dalam proses
pelaksanaan pembelajaran guru selalu dituntut untuk
meningkatkan kualitasnya dalam pembelajaran. Kualitas guru
dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses dan segi
hasil ( Mulyasa, 2006 : 13). Dari segi proses guru dapat
5
dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar
peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun
sosial dalam pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru
dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya
mampu merubah perilaku sebagian besar peserta didik kearah
penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.
Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dalam pembelajaran dikelas tidak terkecuali
pembelajaran matematika harus terus diupayakan peningkatan-
peningkatan kearah berkembangnya kemampuan siswa.
Pembelajaran tradisional yang tidak memberikan kesempatan
6
kepada siswa untuk aktif dan kreatif harus segera
ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan atau metode
pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Maka dari itu
konsep pembelajaran saat ini harus berubah dari guru
mengajar menjadi siswa belajar dimana siswa tidak lagi
dijadikan sebagai objek belajar, melainkan siswa
diposisikan sebagai subyek yang belajar sesuai bakat,
minat, dan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran
seperti inilah yang disebut pembelajaran berpusat pada
siswa ( Student Centered) (Sanjaya, 2008 : 99).
Salah satu upaya agar siswa aktif dalam belajar dan
dapat meningkatkan hasil belajarnya yaitu dengan cara
menerapkan model pembelajaran yang akomodatif bagi
peningkatan keterampilan siswa diantaranya keterampilan
kerjasama, memecahkan masalah dan menghargai pendapat orang
lain harus dikembangkan sehingga dapat bermanfaat dalam
kehidupan sosial siswa. Model pembelajaran yang dinilai
dapat mengakomodir hal tersebut diatas adalah model
7
pembelajaran kolaboratif yang dilandasi oleh paham
konstuktivisme.
Paham konstruktivisme memandang bahwa pembelajaran
sebagai proses yang aktif dan berkesinambungan, dimana
siswa memperoleh informasi dari lingkungan dan membentuk
interpretasi diri serta pemahaman dari pengetahuan dan
pengalaman yang didapat sebelumnya Poedjiadi (2008 :70)
bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan
pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah
pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun
sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi
dengan lingkungannya. Model yang sesuai dengan pandangan
diatas adalah model pembelajaran kolaboratif (Colaborative
Learning).
Pembelajaran kolaboratif menurut Sato adalah
pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun
tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat
melalui kegiatan kelompok, namun para siswa dalam kelompok
didorong untuk menemukan beragam pendapat atau pemikiran
8
yang dikeluarkan oleh tiap individu dalam kelompok.
Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan namun
pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan
(Sato, 2007)
Prince (2004) mengemukakan pendapatnya tentang
pembelajaran kolaboratif lebih menekankan kepada pentingnya
interaksi siswa dari pada aktivitas mandiri siswa, begitu
juga Warsono (2012:67) mengatakan bahwa para siswa yang
bekerjasama dalam kelompok kolaboratif lebih merasa puas
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan non
kolaboratif.
Wikipedia (2013) menuliskan bahwa pembelajaran
kolaboratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengandalkan kekuatan kelompok untuk bekerja bersama-sama
dan menyelesaikan sebuah masalah, latihan kompleks, atau
menuliskan hasil. Paintz (2004) menegaskan kolaborasi
sebagai suatu interaksi filosofi dan gaya hidup seseorang
bukan hanya dipandang sebagai suatu teknik pengelolaan
kelas. Pembelajaran berbasis kolaborasi dapat pula
9
dipandang sebagai suatu interaksi sosial yang
mengkombinasikan antara tujuan yang telah disepakati dan
pendisrtibusian pengetahuan dalam suatu kelompok. Dengan
demikian melalui interaksi sosial, siswa diharapkan mampu
menjelaskan konsep, teori, gagasan dan pikirannya dalam
suatu kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah. Berbeda
dengan belajar sendiri, orang-orang yang terlibat dalam
pembelajaran kolaboratif memanfaatkan sumber-sumber daya
dan keterampilan yang dimiliki orang lain dalam
kelompoknya, misalnya meminta informasi, saling menilai
gagasan, memantau pekerjaan satu sama lain (Chiu,2008).
Pendapat lainnya tentang pembelajaran kolaboratif
antara lain Srinivas (2008) menjelaskan tentang
pembelajaran kolaboratif adalah metode pengajaran dimana
peserta didik bekerja dalam kelompok menuju tujuan akademik
umum, pendapat diatas diperkuat oleh Slavin (2005: 37) yang
menyebutkan kegiatan kolaboratif diantara anak-anak
mendorong pertumbuhan karena anak-anak yang usianya sebaya
10
lebih suka bekerja dalam wilayah pembangunan paling dekat
satu sama lain.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,
tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung
dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas,
mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala
kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi
belajar.”
Pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan
siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka
aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat
dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi
siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas
mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi
pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Belajar
11
diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah
berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Hasil penelitian yang dikemukakan Davis ( Warsono
2013) menyatakan bahwa tanpa memandang apa bahan ajarnya,
para siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan
mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar
tersebut dihadirkan dalam bentuk yang lain misalnya bentuk
ceramah oleh guru atau dosen. Disamping itu, temuan riset
juga menyatakan bahwa para siswa yang bekerjasama dalam
kelompok kolaboratif lebih merasa puas dibandingkan dengan
siswa lain yang diajar dengan metode non kolaboratif.
Srinivas (2008) mengamati praktik pembelajaran
kolaboratif yang dilaksanakan di sejumlah negara sehingga
ia sampai pada kesimpulan tentang banyaknya manfaat
pembelajaran kolaboratif diantaranya dapat meningkatkan
keterampilan berfikir tingkat tinggi, mengembangkan
tanggungjawab siswa satu sama lain, meningkatkan tanggung
12
jawab belajar, meningkatkan daya ingat siswa serta
membangun rasa percaya diri siswa. Terkait dengan
implementasi pendidikan karakter yang saat ini sedang
digalakan pengembangannya di sekolah-sekolah oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, penelitian disejumlah
negara telah membuktikan manfaat pembelajaran kolaboratif
sebagai implementasi pendidikan karakter dimana siswa
dituntut untuk bekerjasama, mandiri, terbuka, tenggangrasa,
menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat, santun
dalam berbicara, analitis, kritis, logis, kreatif dan
dinamis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola
belajar kelompok dengan cara menyatukan informasi
(kolaboratif) antara siswa dapat mendorong tumbuhnya
gagasan yang lebih bermutu serta dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa disekolah khususnya pada
bidang studi matematika dimana usaha kelompok lebih
berpusat kepada gagasan yang bukan berasal dari suatu
kepala melainkan dari kolaborasi dalam arti yang
13
sesungguhnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai pembelajaran kolaboratif
(colaborative learning) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Angsana pada materi
logika matematika.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan
sebelummya, maka rumusan masalah yang diajukan adalah
“bagaimana penerapan pembelajaran kolaboratif dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA
Negeri 1 Angsana pada materi logika matematika?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan,
maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
penerapan pembelajaran kolaboratif pada materi logika
matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa di SMAN 1 Angsana.
14
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi guru, dapat menjadi alternatif model pembelajaran
yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
2. Bagi siswa, dapat memperoleh metode pengajaran yang
bervariasi, menyenangkan dan meningkatkan aktivitas
belajar untuk memahami materi pelajaran.
3. Bagi peneliti lain, dapat menjadi referensi untuk
penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut dapat
dilakukan pada mata pelajaran dan materi yang sama atau
pada mata pelajaran yang sama tetapi materi berbeda.
4. Bagi Instansi/sekolah, dapat menjadi salah satu masukan
untuk pengembangan instansi pendidikannya. Karena maju
tidaknya suatu instansi pendidikan dibidang pembelajaran
15
antara lain dapat dilihat dari kualitas proses belajar
siswanya.
E. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian tindakan ini ditentukan untuk
membatasi sasaran dan tujuan penelitian dengan harapan akan
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.
1. Penelitian dilaksanakan di kelas X-1 SMA Negeri 1
Angsana tahun pelajaran 2013/2014
2. Penelitian ini hanya terbatas pada materi logika
matematika (KD 4.3).
3. Aspek yang diamati adalah aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa pada materi logika matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kolaboratif (colaborative
Learning).
F. Definisi Operasional
16
Dalam penelitian ini terdapat istilah – istilah yang
perlu diuraikan sehubungan dengan permasalahan yang di
bahas. Batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran kolaboratif adalah suatu model pembelajaran
kelompok, dimana para siswa dalam kelompok didorong
untuk saling berinteraksi dan belajar bersama untuk
meningkatkan pemahaman masing-masing. Alat yang
digunakan untuk mendorong adanya interaksi tersebut
adalah materi atau masalah yang menantang. Bentuk
interaksi yang dimaksud adalah diskusi, saling bertanya
dan menyampaikan pendapat atau argumen.
2. Aktivitas Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kegiatan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja
siswa (mengingat, menganalisis, melihat hubungan,
menyelesaikan soal, dan membuat kesimpulan) baik secara
individu maupun berkelompok (mental activity), kegiatan siswa
dalam melakukan tanya jawab dan menyampaikan
ide/pendapat dengan siswa lain atau guru (oral activity),
serta tanggapan dan sikap terhadap pembelajaran
17
kolaboratif (Colaborative learning). aktivitas siswa diukur
dengan menggunakan analisa skor lembar kerja kelompok
dan lembar observasi aktivitas belajar siswa.
3. Aktivitas siswa dikatakan meningkat jika (a) hasil
analisis skor lembar kerja siswa menunjukkan minimal 75%
dari subjek penelitian termasuk dalam kriteria baik, (b)
skor hasil observasi aktivitas siswa minimal baik, (c)
hasil analisa aktivitas siswa menunjukkan minimal 75%
dari subjek penelitian berani bertanya, menyampaikan ide
atau menjawab pertanyaan.
4. Hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah menjalani proses
pembelajaran melalui penerapan pembelajaran kolaboratif
(colaborative learning). Hasil belajar dalam penelitian ini
adalah hasil kerja kelompok dan hasil kerja individu.
Hasil kerja kelompok adalah nilai hasil penyelesaian
LKS, sedangkan hasil kerja individu adalah hasil siswa
mengerjakan seperangkat tes hasil siswa mengerjakan
seperangkat tes hasil belajar pada materi logika
18
matematika. Adapun tes hasil belajar yang digunakan
meliputi ruang lingkup ranah kognitif mulai C1 sampai
dengan C3 pada taksonomi Bloom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
B. Teori Belajar Yang Melandasi Pembelajaran Kolaboratif
1. Teori John Dewey
2. Teori Vygotsky
3. Teori Scaffolding
4. Teori Psikologi Humanistik (Humanistic Psychology).
C. Pembelajaran Kolaboratif (Colaborative Learning)
D. Aktivitas Belajar Siswa
E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil belajar
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
F. Penelitian Yang Relevan
G. Tinjauan Materi Logika matematika
BAB III
20
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami penomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
deskripsi yaitu uraian penjelasan pembelajaran kolabotarif
(Colaborative Learning) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada materi logika matematika. Oleh karena
itu, diperlukan suatu desain pembelajaran yang bersiklus
diawali dengan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, analisis dan refleksi.
21
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research) atau PTK adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi sebuah kelas
secara bersamaan (Arikunto, 2008:3). Selain itu, Saminanto
(2010:2) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran
tersebut dilakukan, serta dilakuan secara kolaboratif.
(Depdiknas, 2006:1). Tujuan dari PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) adk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
praktik-praktik pembelajaran serta membantu memberdayakan
guru dalam memecahkan masalah di kelas maupun di lapangan
secara professional. Oleh karena itu penelitian tindakan
22
kelas terkait erat dengan peryesuanian praktik pelajaran
sehari-hari yang dihadapi oleh guru (Arikunto, 2008:3).
B. Kehadiran Peneliti
Berdasarkan pendekatan dan jenis penelitian yang
digunakan, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat
diperlukan. Peneliti terlibat dalam pengalaman yang
berkelanjutan terus-menerus dengan para partisipan
(Cresswell, 2012: 264) berperan serta sambil mengumpulkan
data (Moleong, 2007) karena peneliti merupakan pihak yang
mendesain penelitian ini mulai dari merencanakan,
melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data,
merefleksi, menarik kesimpulan sampai pada pembuatan
laporan.
23
C. Subyek dan Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa
kelas X – 1 SMA Negeri 1 Angsana, semester genap tahun
ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 31 siswa yang
terdiri dari 14 orang laki-laki dan 17 perempuan. Adapun
lokasi penelitian yaitu Jl. Provinsi KM. 194 Desa Karang
Indah Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan
Selatan.
D. Data Dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data yang mendukung untuk
menjawab penelitian yang diterapkan. Adapun data yang akan
diambil antara lain (1). Data hasil validasi perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian, (2).Hasil observasi
aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung, (3). Hasil
observasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung,
(4). Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) Skor tes hasil
belajar siswa secara tertulis adalah hasil tes yang
24
diberikan pada akhir tindakan, dan (6). Hasil catatan
lapangan dari rangkaian kegiatan pembelajaran.
Sumber data yang digunakan untuk hasil pekerjaan siswa
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 1
Angsana yang mengikuti kegiatan pembelajaran kolaboratif
(colaborative learning). Sedangkan sumber data untuk hasil
observasi dan catatan lapangan adalah dua orang observer
yaitu dua orang guru bidang studi matematika dengan
pendidikan minimal S1.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat
diuraikan menjadi dua yaitu instrumen utama dan instrumen
pendukung. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri yang menentukan fokus penelitian sedangkan
instrumen pendukung dalam penelitian ini diuraikan sebagai
berikut :
1. Lembar Validasi Instrumen Penelitian
25
Lembar validasi instrumen penelitian digunakan untuk
menilai ketepatan dan keabsahan instrumen penelitian yang
digunakan untuk penilaian. Lembar validasi ini diberikan
oleh peneliti kepada validator sebelum melaksanakan
penelitian. Lembar validasi instrumen penelitian terdiri
dari : Lembar validasi RPP, Lembar validasi LKS, Lembar
validasi Lembar Observasi Aktivitas Guru, Lembar validasi
Lembar Observasi Aktivitas siswa, Lembar Validasi Tes Hasil
Belajar, dan lembar validasi pedoman wawancara. Untuk
kevalidan Lembar Validitas Instrumen Penelitian tersebut
selanjutnya divalidasi oleh validator.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Membuat rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
membuat RPP ini peneliti mengkaji tentang substansi dan struktur
penulisan RPP sebagaimana yang tertuang dalam tata cara membuat
dan mempersiapkan RPP untuk sekolah dasar dan menengah kita
haruslah mengacu pada peraturan yang ada dan telah dilegitimasi
oleh pihak yang berwenang dalam hal ini penerintah. Berdasar
pada peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan republik
26
indonesia nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum
pedoman umum pembelajaran, RPP yang dibuat oleh guru harus
sesuai dengan komponen RPP dan prinsip-prinsip penyusunanya.
Untuk kevalidan RPP tersebut selanjutnya divalidasi oleh
validator.
3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu rangkaian
yang disususn dengan pertanyaan-pertanyaan yang memudahkan
siswa dalam menyelesaikan tugas. LKS diharapkan dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan
dan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa.
Disamping itu LKS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
siswa terhadap pembelajaran matematika sehingga mereka
dapat terlihat aktif dalam tugas-tugas pembelajaran.
Pada penelitian ini LKS yang digunakan adalah LKS yang
disusun oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajara
kolaboratif pada materi logika matematika. Untuk kevalidan
LKS tersebut selanjutnya divalidasi oleh validator.
4. Lembar Observasi Aktivitas Guru
27
Lembar observasi Aktivitas Guru digunakan untuk
menggambarkan keaktifan guru selama pembelajaran dengan
model pembelajaran kolaboratif. Untuk kevalidan Lembar
Observasi Aktivitas Guru tersebut selanjutnya divalidasi
oleh validator.
5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar Observasi aktivitas siswa digunakan untuk
mengamati terhadap aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran yang disusun berdasarkan model pembelajaran
kolaboratif. Aktivitas belajar siswa dalam lembar observasi
aktivitas belajar siswa selanjutnya dipetakan dengan
aspek-aspek aktivitas yang meliputi Visual activities, Oral
Activities, Listening Activities, Writing Activities, Drawing Activities, Motor
Activities, Mental Activities, dan Emotional Activities. Untuk kevalidan
Lembar Observasi Aktivitas Siswa akan dilakukan validasi
oleh validator.
6. Lembar Tes Hasil belajar
Tes hasil belajar sebagai tes akhir yang digunakan
untuk melihat sejauh mana keterlibatan dari tindakan
28
pembelajaran dan hasil tes akan diberitahukan pada siswa.
Tes hasil belajar disusun berdasarkan kisi-kisi tes yang
telah disusun sedangkan untuk kevalidan tes akan dilakukan
validasi oleh validator.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini
sesuai dengan kebutuhan penelitian, antara lain pengumpulan
data dari :
a. Validasi Instrumen dan perangkat pembelajaran
Validasi instrumen dan perangkat pembelajaran meliputi
(1) lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
(2) lembar validasi Lembar Kegiatan Siswa (LKS), (3)
lembar validasi lembar observasi aktivitas guru, , (4)
lembar validasi lembar observasi aktivitas siswa, dan (5)
lembar validasi lembar tes hasil belajar siswa. Data
mengenai validasi instrumen dan perangkat pembelajaran
diperoleh dari hasil validasi yang dilakukan oleh
validator. Validator dapat memberikan saran-saran revisi
29
pada perangkat pembelajaran dan instrumen secara langsung
atau pada bagian saran yang disediakan pada lembar
validasi.
Kegiatan validasi terhadap perangkat pembelajaran dan
perangkat penelitian dilaksanakan setelah semua perangkat
selesai dibuat. Untuk validator dipilih dua orang guru
matematika SMA dengan pendidikan minimal S2 dan satu orang
dosen Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang
dengan pendidikan minimal S2.
Jika setelah dilakukan validasi perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian dinyatakan belum valid, maka
segera dilakukan perbaikan, kemudian divalidasi kembali.
Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dinyatakan
valid bisa dilanjutkan untuk penelitian.
b. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana
peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan
(Riduwan, 2004 : 104). Observasi dilakukan untuk mengamati
30
aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Pengamat mengamati aktivitas guru
dan aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dirancang berdasarkan aspek-aspek yang mengacu
pada aktivitas guru dan siswa dalam rencana pembelajaran.
Pengamat tinggal memberi tanda nilai pada kolom skor tiap
indikator sesuai penilaian pengamatan. Jika terdapat hal
penting lain yang muncul pada proses pembelajaran, maka
pengamat dapat menuliskannya pada kolom catatan yang
tersedia pada lembar observasi.
Observer untuk melihat aktivitas guru dan siswa
sebanyak dua orang adapun kriteria observer adalah guru
matematika yang berpengalaman dalam bidang pendidikan
matematika. Observer dalam penelitian ini merupakan guru
mitra peneliti ditempat kerja yaitu dua orang guru mata
pelajaran matematika di Kabupaten Tanah Bumbu.
c. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa disusun untuk menunjang kegiatan
belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif
31
(colaborative learning) yaitu siswa beraktivitas secara kelompok
dimana kegiatan kelompok tersebut menggambarkan
pembelajaran kolaboratif pada materi logika matematika.
d. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk melihat sejauh mana
keberhasilan dari tindakan pembelajaran dan hasil tes akan
diberitahukan pada siswa. Dengan mengetahui hasil yang
dicapai, diharapkan aktivitas belajar siswa akan lebih
kuat. Soal yang diberikan berbentuk uraian dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi. Untuk menghindari subjektivitas,
penskoran dilakukan per butir soal.
e. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat untuk mendeskripsikan
pembelajaran kolaboratif (colaborative learning) yang meliputi
aktivitas guru, aktivitas siswa serta kasus-kasus yang
terjadi selama kegiatan berlangsung dan belum tercantum
pada instrumen lain.
G. Prosedur Penelitian
32
Adapun tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pra tindakan
Tahap ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dilakukan dengan cara wawancara
terhadap guru mata pelajaran matematika kelas X-1 SMA
Negeri 1 Angsana dan observasi terhadap siswa kelas X-1 SMA
Negeri 1 Angsana. Hal ini dilakukan untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2. Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan tindakan
pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan mengikuti siklus
penelitian tindakan kelas yaitu (1) perencanaan (plan), (2)
pelaksanaan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi
(reflection), yang mana keempat tahap tersebut membentuk satu
siklus, siklus ini dilaksanakan terus menerus sampai
33
memenuhi kriteria keberhasilan siklus. Dibawah ini alur
penelitian tindakan menurut Kemmis dan Mc. Taggart :
Gambar 3.1Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (Diadopsi dari Kemmis
dan Mc. Taggart)
Dari alur diatas pelaksanaan untuk masing-masing siklus
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan (Plan)
Perencanaan tindakan dilakukan dengan beberapa kegiatan
sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi masalah yang
ditemukan dalam observasi awal pada tahap persiapan, (2)
Tidak
Ya
PERENCANAAN
OBSERVASI
PELAKSANAAN TINDAKAN
REFLEKSI
Berhasil
REVISI
LAPORAN
PENDAHULUAN
34
Merencanakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
identifikasi masalah, (3) Menentukan materi pembelajaran,
(4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
(5)Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan (6) Menyusun
soal tes hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan (action)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan
kolaboratif antara lain (1) Pelaksanaan validasi
Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
Kegiatan validasi terhadap perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian dilakukan setelah semua perangkat
tersedia dan akan digunakan validasi oleh validator, (2)
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran, (3) Pelaksanaan
tindakan pembelajaran kolaboratif (colaborative learning)
yaitu sebanyak 5 kali pertemuan, dan 1 pertemuan untuk
evaluasi. Pembagian materi pada setiap pertemuannya
dalam satu siklus disajikan pada tabel dibawah ini :
Materi Pokok Sub Pokok Materi Pertemuan ke -Logika Matematika Ekivalensi,
Tautologi, I
35
Kontradiksi, dan kontingensiKonvers, Invers dan kontraposisi II
pernyataan berkuantor III
Ingkaran dari pernyataan berkuantor
IV
Tes Hasil belajarSiswa V
Tabel 3.1Pembagian materi Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
setiap pertemuan
Proses pembelajaran kolaboratif ini sesuai dengan
urutan kegiatan yang terdapat dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Setiap pertemuan terdiri
dari 3 kegiatan yaitu pendahuluan (kegiatan awal),
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun kegiatan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
TahapPembelajaranKolaboratif
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pendahuluan (Kegiatan awal)Tahap Melibatkan (Engagement)
Guru memberi salam kepada seluruh siswa di kelas
Guru mengabsen siswa
Siswa menjawabsalam.
Siswa yang di absen guru mengacungkan
36
Guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa berdasarkan kemampuan siswa pada materi sebelumnya.
Guru membagi kelas kedalam kelompok-kelompok (terdiri dari 4-5 orang siswa yang dengan kemampuan pandai, sedang dan rendah prestasinya.
Guru menginformasikan materi yang akan dibahas.
Guru menginformasikan kepada siswa bahwa mereka akan belajardan bekerja secara berkelompok untuk menjawab pertanyaanyang terdapat dalamLKS.
Melalui LCD, Guru menyampaikan tujuanpembelajaran dan indikator hasil belajar hari ini
tangan kanannya.
Siswa membentuk kelompok sesuai dengan intrupsi yang diberikan guru.
Siswa menyimakpenjelasan guru
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
37
serta memotivasi siswa agar muncul rasa ingin tahu tentang materi yangakan dibahas.
Kegiatan IntiTahap Eksplorasi (Exploration)
Guru memberikan permasalahan berupaLKS kepada kelompokuntuk diselesaikan.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahamannya sendiri.
Guru bertindak sebagai pasilitatordan memandu siswa agar fokus pada pembelajaran.
Semua anggota kelompok berusaha menyumbangkan kemampuan berupa ilmu, pendapat ataupun gagasannya untuk menyelesaikan LKS atau permasalahan yang diberikan.
Masing-masing kelompok belajar fokus terhadap penyelesaian permasalahan yang diberikanguru.
Tahap Transformasi(Transformation)
Guru membimbing siswa dalam diskusikelompok
Guru mengarahkan siswa agar ada proses transformasidari siswa yang
Setiap anggotabertukar pikiran dan melakukan diskusi kelompok
Siswa yang berkemampuan
38
berkemampuan tinggikepada siswa yang berkemampuan rendah.
tinggi membimbing siswa berkemampuan tendah.
Tahap Presentasi (Presentation)
Guru memberikan umpan balik kepada kelompok tentang permasalahan yang diberikan.
Siswa secara berkelompok melakukan presentasi dankelompok lain mengamati, mencermati membandingkan hasil presentasi tersebut dan menanggapinya.
Tahap Refleksi (Reflection)
Guru memberikan penjelasan dan mengklarifikasi apa yang telah di presentasikan masing-masing kelompok
Guru menilai sejauh mana siswa memperoleh pemahamantentang konsep pokokbahan ajar dan memperoleh pengetahuan baru
Siswa melakukan proses tanya jawab antar kelompok.
Kelompok yang melakukan presentasi akan menerima pertanyaan tanggapan atausanggahan darikelompok lain.
Anggota kelompok harusbekerjasama secara kompak untuk menanggapi pertanyaan
39
dengan baikPenutup
Guru memandu siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari saat ini.
Guru memberi latihansoal untuk pemantapan penguasaan materi.
Guru menginformasikan kepada siswa tentangmateri yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Guru memberi salam pada seluruh siswa.
Siswa membuat kesimpulan dengan bantuanguru tentang materi yang dipelajari hari ini
Siswa menerimalatihan soal untuk dikerjakan di rumah.
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
Siswa menjawabsalam.
Tabel 3.2Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran
c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan
tindakan berlangsung. Proses pengamatan dilakukan secara
seksama yang dilakukan oleh 2 orang guru sebagai
observer. Obyek yang diamati meliputi aktivitas guru dan
siswa dalam pembelajaran. Aspek yang diamati pada
40
observasi kegiatan belajar siswa meliputi respon siswa
dalam menyikapi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir yang dilakukan oleh guru. Aspek aktivitas belajar
siswa yang diamati meliputi indikator aktivitas siswa.
Disediakan juga catatan lapangan untuk melengkapi data
hasil observasi. Semua observasi dilakukan berdasarkan
lembar observasi yang telah disiapkan dengan memberi
tanda check (√) pada masing-masing aspek penilaian yang
sesuai dengan hasil observasi.
d. Refleksi (Reflection)
Kegiatan refleksi merupakan analisis data yang
diperoleh dari hasil observasi dan catatan lapangan untuk
mengetahui keberhasilan penelitian dan digunakan untuk
menentukan langkah selanjutnya. Merefleksi dilakukan
untuk melihat keseluruhan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran pada pertemuan I diperbaiki pada pertemuan
II. Proses pembelajaran pada pertemuan II tercapai jika
hasil pengamatan untuk aktivitas kegiatan guru minimal
baik dan hasil pengamatan untuk aktivitas kegiatan
41
belajar siswa minimal baik. Kelemahan atau kekurangan
pada pertemuan II diperbaiki pada pertemuan III. Demikian
pula pembelajaran pada pertemuan III dan IV dikatakan
tercapai jika hasil pengamatan untuk aktivitas kegiatan
guru minimal baik dan hasil pengamatan untuk aktivitas
kegiatan belajar siswa minimal baik.
Selanjutnya peneliti menganalisis data untuk melihat
apakah siklus sudah mencapai kriteria keberhasilan atau
belum. Satu siklus dikatakan tercapai jika rata-rata
aktivitas belajar siswa dalam satu siklus minimal baik,
dan ketuntasan klasikal minimal bertaraf baik. Jika
kriteria yang ditetapkan belum tercapai, maka peneliti
melanjutkan ke siklus berikutnya dengan memperbaiki
kelemahan atau kekurangan yang ada. Siklus berikutnya
dilaksanakan dengan tahap-tahap yang sama dengan siklus
sebelumnya.
H. Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
42
Analisis data dilakukan setiap kali pemberian
tindakan berakhir. Data yang terkumpul terdiri dari data
kualitatif dan data kuantitatif. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Supriyadi,
2013 : 16) antara lain :
a. Reduksi Data
Kegiatan mereduksi data meliputi penyeleksian,
penyederhanaan, dan pengklasifikasian data. Kegiatan ini
dilakukan dengan mengumpulkan data, membuang data yang
tidak diperlukan dan menata data sesuai dengan masalah
penelitian. Data yang berhubungan dengan kegiatan ini pada
saat pembelajaran berlangsung, baik kata-kata maupun
tindakan guru dan siswa yang diperoleh dari hasil observasi
siswa dan guru, angket siswa dan hasil belajar, dikumpulkan
menjadi satu.
b. Penyajian Data
Penyajian data menurut jenisnya sesuai dengan masalah
penelitian. Dilakukan setelah pengklasifikasian data.
43
Penyajian ini dilakukan dengan cara mengorganisasikan data
yang sudah direduksi sehingga diperoleh informasi tentang
proses penelitian melalui penerapan pembelajaran
kolaboratif yang memungkinkan dilakukannya penarikan
kesimpulan.
c. Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan
Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah :
a) Analisis terhadap hasil validasi perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian yaitu validasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa, Lembar observasi kegiatan belajar siswa, lembar
observasi aktivitas guru dan siswa. Validasi dilakukan
oleh tiga orang validator diolah menjadi presentase
skor rata-rata hasil validasi. Hasil validasi
dianalisis dengan rumus :
SR=SrSm x 100%
Keterangan :
SR:Presentase skor rata-tara hasil validasi
44
Sr: Skor rata-rata validasi dari masing-masing
validator
Sm: Skor Maksimal yang dapat diperoleh dari hasil
validasi
Kesimpulan analisis data disesuaikan dengan kriteria
skor rata-rata hasil validasi dapat dilihat pada tabel
3.1 berikut :
Tabel 3.1 Penentuan Validitas Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Presentase skor rata-rata hasil validasi
Taraf Keberhasilan
75 % ≤SR≤100 %50 % ≤SR≤75 %25 % ≤SR≤50 %0 % ≤SR≤25 %
Sangat validValid
Kurang validTidak valid
b) Analisis data kegiatan guru dalam pembelajaran
dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Presentasi keberhasilan (KG)¿∑ Deskriptoryangmuncul∑DeskriptorMaksimal x
100%
Penentuan tingkat keberhasilan kegiatan guru sesuai
tabel 3.2 berikut :
45
Tabel 3.2 Penentuan Skor Keberhasilan Kegiatan Gurudalam Pembelajaran
Presentasekeberhasilankegiatan guru
TarafKeberhasilan
Nilaidenganhuruf
Nilaidenganangka
85 % ≤KG≤100% Sangat Baik A 4,0080 % ≤KG≤85 %75 % ≤KG≤80 % Baik A –
B +3,703,30
70 % ≤KG≤75 %65 % ≤KG≤70 %60 % ≤KG≤65 %
CukupB
B –C +
3,002,702,30
55 % ≤KG≤60 %40 % ≤KG≤55 % Kurang C
D2,001,00
0 % ≤KG≤40 % Sangat Kurang E 0(Adopsi dari Buku Pedoman Pendidikan UM Tahun
akademik 2013/2014)
Kegiatan guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kolaboratif dikatakan
terlaksana jika mencapai taraf keberhasilan minimal
naik.
c) Analisis Data keterlaksanaan kegiatan siswa dalam
pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus
berikut :
Presentasi keberhasilan (KS)¿∑ Deskriptoryangmuncul∑DeskriptorMaksimal x
100%
46
Penentuan tingkat keberhasilan kegiatan siswa sesuai
tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3 Penentuan Tingkat Keberhasilan Kegiatan SiswaPresentasekeberhasilan
kegiatan siswa
TarafKeberhasila
n
Nilaidenganhuruf
Nilaidenganangka
85 % ≤KS≤100% Sangat Baik A 4,0080 % ≤KS≤85 %75 % ≤KS≤80 % Baik A –
B +3,703,30
70 % ≤KS≤75 %65 % ≤KS≤70 %60 % ≤KS≤65 %
CukupB
B –C +
3,002,702,30
55 % ≤KS≤60 %40 % ≤KS≤55 % Kurang C
D2,001,00
0 % ≤KS≤40 % SangatKurang
E 0
(Adopsi dari Buku Pedoman Pendidikan UM Tahun akademik 2013/2014)
Kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kolaboratif dikatakan
terlaksana jika mencapai taraf keberhasilan minimal
baik.
d) Analisis terhadap Aktivitas Belajar Siswa
Analisis terhadap aktivitas belajar siswa selama
proses pembelajaran berlangsung dihitung berdasarkan
rumus keberhasilan tindakan sebagai berikut.
47
Presentase aktivitas siswa secara jelas di uraikan
sebagai berikut.
IAs= ∑SdSmak.n
x 100%
Keterangan :
IAs:Indikator Aktivitas belajar siswa
Sd ∑ : Jumlah skor deskriptor yang muncul dari
setiap indikator
Smak: Skor Maksimal Indikator (tergantung jumlah
deskriptor)
n: Jumlah siswa
Tingkat keberhasilan aktivitas belajar siswa dapat
dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Penentuan Tingkat Keberhasilan AktivitasBelajar Siswa
Presentasekeberhasilankegiatan guru
TarafKeberhasila
n
Nilaidenganhuruf
Nilaidenganangka
85 % ≤IAs≤100% Sangat Baik A 4,0080 % ≤IAs≤85%75 % ≤IAs≤80% Baik A –
B +3,703,30
70 % ≤IAs≤75%65 % ≤IAs≤70%60 % ≤IAs≤65%
CukupB
B –C +
3,002,702,30
55 % ≤IAs≤60% Kurang C 2,00
48
40 % ≤IAs≤55% D 1,000 % ≤IAs≤40% Sangat
KurangE 0
(Adopsi dari Buku Pedoman Pendidikan UM Tahun akademik 2013/2014)
Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat jika
indikator aktivitas mencapai taraf keberhasilan
minimal baik.
e) Analisis Terhadap Tes Hasil Belajar Siswa
Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari
nilai kelompok dan nilai individu dengan
perhitungan nilai siswa = (0,3 x nilai kelompok +
0,7 x nilai tes hasil belajar). Nilai yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Kualifikasi hasil belajar siswa diperoleh dengan
pedoman ketuntasan individu seperti yang tertera
pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Pedoman Ketuntasan Individu
Rentang Nilai Ketuntasan
71 ≤N≤ 100 Tuntas0 ≤N<¿ 70 Tidak Tuntas
49
Pengolahan hasil belajar siswa digunakan rumus
sebagai berikut.
1). Menentukan ketuntasan individu
Ki=NilaiyangdicapaisiswaSkormaksimal
Apabila presentase ketuntasan individu mencapai
≥70 maka siswa dianggap tuntas. Kriteria ini
diambil dari nilai KKM yang ditetapkan di SMA
Negeri 1 Angsana yaitu 70.
2) Menghitung Ketuntasan Klasikal
Kk=BanyaksiswayangtuntasJumlahsiswakeseluruhan
x100%
Taraf keberhasilan tes dapat dilihat pada tabel
3.6 berikut :
Tabel 3.6 Penentuan Taraf keberhasilan Hasil belajar Siswa
Presentasekeberhasilankegiatan guru
TarafKeberhasila
n
Nilaidenganhuruf
Nilaidenganangka
85 % ≤Kk≤100% Sangat Baik A 4,0080 % ≤Kk≤85 %75 % ≤Kk≤80 % Baik A –
B +3,703,30
70 % ≤Kk≤75 %65 % ≤Kk≤70 %60 % ≤Kk≤65 %
CukupB
B –C +
3,002,702,30
50
55 % ≤Kk≤60 %40 % ≤Kk≤55 % Kurang C
D2,001,00
0 % ≤Kk≤40 % SangatKurang
E 0
(Adopsi dari Buku Pedoman Pendidikan UM Tahun akademik 2013/2014)
Hasil belajar dikatakan meningkat jika presentase
ketuntasan klasikal setidaknya bertaraf baik atau
sekurang-kurangnya 75% dari banyaknya siswa
mendapatkan nilai ≥ 70.
f)Catatan Lapangan
Catatan lapangan dalam penelitian ini adalah
bukti otentik berupa catatan pokok, atau catatan
terurai tentang proses apa yang terjadi di lapangan,
dengan fokus penelitian pada pembelajaran menggunakan
pembelajaran kolaboratif, ditulis secara deskriptif
dan reflektif. Catatan lapangan ini dibuat oleh
peneliti atau mitra peneliti(observer) yang melakukan
pengamatan terhadap subjek atau objek penelitian
tindakan kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ada
proses belajar-mengajar yang bisa di rekam kedalam
51
catatan lapangan. Manfaat yang diperoleh adalah
sebagai bahan refleksi untuk menentukan rencana
tindakan siklus berikutnya, sehingga perjalanan PBM
antar siklus dapat di evaluasi kemajuannya.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008 Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Bloom, S. Benyamin, 2014. Taksonomi Bloom :http://id.wikipedia.org/wiki/ Taksonomi_Bloom diaksestanggal 19 januari 2014 jam 20.55)
Chiu, M. M., 2008. Flowing Toward Correct Constributions DuringGroups’ Mathematics Problem Solving : A Statistical Discourse Analysis,: Journal Of Learning Science, 17 (3), 415-463.
Creswell, John. W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif dan Mixed (Edisi ketiga terjemahan). Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Goleman, D. 2003. Kecerdasan Emosi Untuk mencapai Prestasi.Jakarta ; PT Gramedia Pustaka Utama
Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaranMatematika. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Islamiah, Wasik, 2013 Aktivitas Belajar http://www.academia.edu/4570365 /Aktivitas_Belajar diakses tanggal 12 Desember 2013
52
Joyce, Brunce, Marsha Weil and Emily Calchoun 2000. Model sof Teaching. Boston: Allyn and Bacon.
Kusuma, F. W dan Aisyah, M.N, 2012 Jurnal Pendidikan Akuntansiindonesia, Vol. X No. 2, Tahun 2012 hal. 43-63
Moallem, Mahnaz. 2004. An Interactive Online Course: A CollaborativeDesign Model, ETR&D, Vol. 51, No. 4,2003, pp. 85-103ISSN 1042-1629. Diakses tanggal 19 Januari 2014
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (edisi Revisi).Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, 2006. Menjadi guru profesional (Menciptakan PembelajaranKreatif dan menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya
Mustaji, 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalahdengan Pola kolaborasi dalam Mata Kuliah masalah Sosial.Disertasi. Malang : Program Pascasarjana UniversitasNegeri Malang.
OECD,2010. PISA 2012 Field Trial Problem Solving Framework. Draft Subjectto posible revision after the field trial.http://www.oecd.org/pisaproducts/46962005.pdf,diakses 26 Desember 2013.
Paintz, Ted. 2004. Colaborative versus Cooperative Learning – AComparison of the Two concepts which will helps us understand theunderlying nature of interactive Learning, diakses 19 November2013 http://home.capecod.net/tpaintz/tedstarticles/coopdefinition.html.
Paito, 2013. Pembelajaran Kooperatif Model Number Head Together (NHT)Untuk meningkatkan Motivasi dan hasil belajar Siswa Materi Peluangdi Kelas XI IPA-1 SMA Negeri 1 Talun. Tesis Tidak diterbitkan.Malang : PPs UM
Parta, I N. 2011. Hand Out Perkuliahan Asesmen PembelajaranMatematika. Malang. Universitas Negeri Malang
53
Poedjiaji, A. 2008. Sains teknologi Masyarakat: Model PembelajaranKontekstual Bermuatan Nilai. Bandung : Remaja Rosdakarya
Prince, Michael. 2004. Does Active Learning Work?, Journal ofEnginering Education, 93 (3), 223-231
Purwanto, 2012. Argumen Valid. Aditya media Publishing.
Quthb, Ali Muhammad Syaikh. 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surgadan Penyelamat dari Neraka, Jakarta Timur : Pustaka al-Kautsar
Raharjo, K. B 2013 Model pembelajaran Kolaborasi (CollaboraticeLearning).http://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/27/Colaborative-Learning
Riduwan, 2004. Metode Riset.Jakarta : Rineka Cipta
Saminanto, 2010. Ayo Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Semarang:Rasail Media Group.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sato, Manabu. 2007. Tantangan yang harus dihadapi sekolah, makalahdalam bacaan rujukan untuk Lesson Study – Berdasarkan PengalamanJepang dan IMSTEP. Jakarta : Sisstterns
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik,Success for all! Cara efektif dan menyenangkan pacu prestasi seluruhpeserta didik. Bandung : Nusamedia.
Srinivas, H. 2008 Colaborative learning.http://www.gdrc.org/kmgmt/c-learn/more-cl.html,Diakses 14 September 2013.
Sudjana, Nana.2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda karya
54
Suderadjat, H. 2004. Implementasi kurikulum Berbasis kompetensi(KBK). Bandung : C.V. Cipta Grafika
Supriyadi, E. 2013. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas negeri Makasar.http://www.slideshare.net/180774/modul-plpg-penelitiantindakankelas diakses tanggal 17 Februari2014
Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi pendidikan nasional: Suatu tinjauankritis. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Tola, Burhanuddin. 2008. Peningkatan mutu melalui UN. “Tantanganpeningkatan Mutu Pendidikan Nasional” Makalah yangdisampaikan dalam diskusi publik KAHMI tanggal 9 Mei2008.
Warsono. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan asesmen, Surabaya :C.V. Rosda
Wikipedia. 2013. Colaborative Learning.http://en.wikipedia.org/wiki/ Colaborative_Learning ,diakses 20 Juli 2013.
(_________) 2013. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2013,http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/04/undang-undang-ri-nomor20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional/ diakses 28 September 2013
(___________) 2013. Buku pedoman Pendidikan Universitas NegeriMalang Tahun Akademik 2013/2014. UM.
(___________) (2013) Permendikbud no 81 A tentang struktur kurikulumsatuan pendidikan http://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/Lokaryakurikulum/SALIN ANPermendikb, diakses 12 desember 2013