STUDI KARAKTERISTIK BATU BATA TANPA PEMBAKARAN BERBAHAN ABU SEKAM PADI DAN KAPUR BANAWA PROPOSAL
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of STUDI KARAKTERISTIK BATU BATA TANPA PEMBAKARAN BERBAHAN ABU SEKAM PADI DAN KAPUR BANAWA PROPOSAL
STUDI KARAKTERISTIK BATU BATA TANPA PEMBAKARANBERBAHAN ABU SEKAM PADI DAN KAPUR BANAWA
PROPOSAL
Disusun Oleh
GALI KURNIAWAN
G 101 10 015
JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKOJANUARI, 2014
STUDI KARAKTERISTIK BATU BATA TANPA PEMBAKARAN BERBAHAN
ABU SEKAM PADI DAN KAPUR BANAWA
A. Pendahuluan
Batu bata merupakan salah satu komponen penting
dalam konstruksi bangunan. Penggunaan batu bata
sebagai elemen dalam konstruksi bangunan, hal ini
dapat terlihat pada konstruksi bangunan rumah,
gedung, pagar dan lainnya yang masih menggunkan batu
bata sebagai bahan utamanya.
Proses pembuatan batu bata pada umumnya membutuhkan
pembakaran pada suhu tinggi (hingga 1000 oC) dengan
menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar dan minyak
tanah (Dwi Kusuma, 2013). Hal tersebut dapat
mengakibatkan pencemaran udara karena emisi gas
karbonmonoksida dari tungku pembakaran batu bata,
1
yang dapat mengakibatkan polusi udara dan
mengakibatkan efek rumah kaca (rusaknya lapisan ozon)
pada bumi (Pohan, 2002). Oleh karena itu, dewasa ini
penelitian untuk menghasilkan batu bata tanpa proses
pembakaran yang layak pakai dan berkualitas baik
makin sering dilakukan.
Batu bata tanpa pembakaran adalah dengan bahan yang
memiliki sifat mengikat dengan tanah liat, yang
mengandung silika dan alumina. Bahan yang dapat
ditambahkan pada batu bata tanpa pembakaran
diantaranya adalah abu sekam padi, fly ash, kapur,
semen, batu tabas dan bahan pozzolan lainnya.
Abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan pada
pembuataan batu bata tanpa pembakaran. Ketut
Sudarsana membuat batu bata tanpa pembakaran dengan
mencampurkan tanah liat dengan perekat yang tediri
dari abu sekam padi, serbuk batu tabas dan semen.
Dari penelitian tersebut didapatkan batu bata dengan
2
kualitas baik dan kuat tekan yang sesuai standar yang
telah ditetapkan. (Sudarsana, 2011). Isnandar di
Malang, membuat batu bata dengan cara mencampurkan
pasir dan kapur dengan komposisi pasir lebih dominan
dari kapur. Pada penelitian tersebut didapatakan
bahwa, dengan komposisi kapur yang lebih banyak
menghasilkan batu bata dengan kuat tekan yang lebih
baik (Isnandar, 1994).
Abu sekam padi merupakan limbah pertanian yang
pemanfaatannya sangatlah jarang, yang dikarenakan
bernilai gizi rendah dan memiliki kadar abu yang
cukup tinggi yaitu sekitar 23% (Della, 2002). Abu
tersebut mengandung silika dengan kadar yang sangat
tinggi yaitu sekitar antara 90-95%, dengan tingkat
porositas yang tinggi, ringan dan permukaan eksternal
yang luas sangat cocok untuk bahan campuran dalam
pembuatan batu bata (Priyo Setyoko, 2011). Kapur
merupakan sumber daya mineral yang sangat mudah
3
didapatkan di Kecamatan Banawa. Menurut Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tengah
(2011), cadangan kapur yang dimiliki Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala adalah 500.000.000 m3 dengan kadar
CaO rata-rata 53%. Pemanfaatan kapur di Kecamatan
Banawa selama ini terbatas pada sebagai bahan
campuran semen untuk konstruksi bangunan rumah
masyarakat.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan dan ketersediaan bahan pembuat batu bata
tanpa pembakaran, maka dilakukan penelitian mengenai
pembuatan batu bata tanpa pembakaran. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan tanah liat yang dicampur
dengan bahan perekat berupa campuran abu sekam padi,
kapur, semen dan air, hingga didapatkan batu bata
yang memiliki sifat mekanis yang sesuai persyaratan,
baik kuat tekannya dan daya resapan airnya, juga
prosesnya yang dapat mengurangi jumlah gas
4
karbonmonoksida yang dihasilkan dari proses
pembakaran dengan suhu tinggi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka
dapat dirumuskan masalah yaitu, bagaimana cara
membuat batu bata tanpa pembakaran berbahan tanah
liat, kapur, abu sekam padi dan semen yang layak
pakai dan bagaimana karakteristik dari batu bata
tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk membuat batu bata berbahan tanah liat,
kapur, abu sekam padi dan semen yang berkualitas
tanpa melalui proses pembakaran.
5
2. Untuk mengidentifikasi daya resapan air dan kuat
tekan dari batu bata tanpa pembakaran yangtelah
dibuat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang
cara cara pembuatan batu bata tanpa pembakaran
berbahan tanah liat, kapur, abu sekam padi dan
semen
2. Memanfaatkan sumber daya alam kapur, tanah liat,
abu sekam padi dan semen, yang berlimpah untuk
pembuatan batu bata tanpa pembakaran.
3. Memberi nilai tambah bagi peneliti dalam
pengetahuan dan keterampilan di bidang ilmu fisika
material.
E. Batasan Masalah
Mengidentifikasi karakteristik batu bata berbahan
batu kapur, tanah liat, abu sekam padi dan semen
6
tanpa pembakaran, yang meliputi kuat tekan dan
resapan air batu bata.
F. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Batu bata
Batu bata merupakan salah satu bahan terpenting
dalam konstruktur suatu bangunan. Pada umumnya
batu bata berbahan dasar tanah liat dengan atau
tambahan bahan lain, dibakar pada suhu tinggi
hingga batu bata tidak mudah hancur bila direndam
di air. Mula-mula tanah liat dibuat plastis
dan dicetak dalam cetakan kayu atau baja.
Tanah hasil cetakan itu kemudian dikeringkan,
dan lalu dibakar pada suhu tinggi. Akibat
pembakaran itu batu bata tidak mengalami
perubahan bentuk dan menjadi kuat.
Batu bata yang baik sebagian besar terdiri
atas pasir (silika) dan tanah liat (alumina),
yang dicampur dalam perbandingan tertentu
7
sedemikian rupa sehingga bila di beri
sedikit air menjadi bersifat plastis. Sifat
plastis ini penting agar tanah dapat dicetak
dengan mudah, dikeringkan tanpa susut, retak-
retak maupun melengkung. Kapur (berupa bubuk)
diperlukan dalam campuran bahan pembuat batu bata
yang berguna untuk membantu proses pelelehan
pasir saat pembakaran, dan mengikat butir-
butir tanah. Kapur ini akan bereaksi dan
mengembang bila terkena kandungan air,
sehingga dapat merekatkan batu bata. Akan
tetapi bila terlalu banyak kapur batu bata
akan menjadi mudah retak. Selain kapur, juga
harus sedikit mengandung oksidasi besi,
karena bentuk umum batu bata ialah empat
persegi panjang, bersudut siku-siku,
tajam dan permukaannya rata. Panjang batu
bata umumnya dua kali lipat lebarnya adapun
8
tebalnya sekitar setengah atau tiga perempat
lebar. Ukuran tersebut dipilih agar batu bata
dapat diangkat hanya dengan satu tangan,
tanpa alat bantu. (Ari Swastikawati, 2012)
Tanah liat sebagai bahan utama pembuatan batu
bata sangat mudah didapatkan di Indonesia,
khususnya di Kecamatan Banawa. Cadangan tanah
liat (lempung) yang dimiliki Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala menurut Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Sulawesi Tengah dari hasil
penelitian semi mikro 1992/1993 adalah 5.100.000
m3. Lempung atau tanah liat adalah partikel
mineral berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung
mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan
aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun
kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses
9
pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan
sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Pada umumnya tanah liat terdiri dari berbagai
unsur-unsur dengan kadar 47 % oksida silinium
(SiO2), 39% oksida aluminium (Al2O3) dan 14% air
(H2O) (Farida Puti, 2002).
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan
lengket apabila basah terkena air. Sifat ini
ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan
berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan
oksida aluminium yang membentuk kristalnya.
Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon
dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1
memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang
mengapit satu lapis oksida aluminium. Mineral
lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang
kuat, menyusut saat kering dan memuai saat basah,
10
perilaku inilah yang mengakibatkan semua tanah
liat mempunyai sifat khusus yaitu bila dalam
keadaan basah akan bersifat plastis, bila dalam
keadaan kering akan menjadi keras dan bila
dibakar akan menjadi padat dan kuat. (Dwi Kusuma,
2013)
2. Kapur Sebagai Bahan Batu bata Tanpa Pembakaran
Di Indonesia terdapat cukup banyak cadangan
kapur. Kandungan kimia yang terdapat pada kapur
yang telah diteliti oleh sitohang Abinhot, dan
Hazairin dan disajikan pada Tabel 1.
Parameter Kadar (%)
Na2O 0,095
Fe2O3 0,41
MgO 2,72
CaO 50,84
SiO2 0,0001
11
Tabel 1. Kandungan Kimia Bahan Kapur (Abinhot dan
Hazairin, 2002)
Kapur adalah mineral yang kaya akan unsur kalsium
(Ca) sebagai penyusun utamanya. Kapur pada
umumnya digunakan sebagai bahan utama pembuat
semen yang dalam konstruksi bangunan digunakan
sebagai perekat pada beton. Hal tesebut
dikarenakan kapur bereaksi dengan bahan pozzolannya
(umumnya silika dan alumina) membentuk senyawa
hidraulik, yang dapat mengeras apabila terkena
air. (British Geological Survey, 2005).
Pada pembuatan batu bata tanpa pembakaran, kapur
digunakan sebagai perekat tanah liat. Hal
tersebut diharapkan dapat menggantikan proses
pembakaran dengan proses pengeringan. Dengan
penambahan kapur yang tepat, senyawa CaO pada
kapur akan bereaksi dengan SiO2 dan Al2O3 pada
pada tanah liat.
12
3 CaO + 2SiO2 + Al2O3 2( CaO .SiO2 ) +
CaO.Al2O3
Senyawa CaO.SiO2 dan CaO.Al2O3 bila terkena air
akan mengeras akibat proses hidrasi kimia antara
kaslium oksida dengan silika dan alumina, yang
mengahasilkan senyawa (CSH dan CAH) pembentuk
kekutan bahan ini. Hal tersebut sesuai dengan
persamaan;
2(CaO.SiO2) + 2H2O CaO.2SiO2.H2O
+ Ca(OH)2
CaO.Al2O3 + H2O CaO. Al2O3.H2O
(Farida Puti, 2002)
3. Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Batu bata Tanpa
Pembakaran
Indonesia adalah negara agraris, dimana sebagian
besar masyarakatnya berkerja di sektor pertanian.
Salah satu limbah yang dihasilkan dari sektor
pertanian adalah sekam padi. Pemanfaatan sekam
13
padi sebagai bahan yang bernilai produktif masih
sangatlah jarang, walaupun diketahui sekam padi
memiliki kandungan silika yang sangat tinggi sama
dengan kandungan yang dimiliki pasir kuarsa.
Sekam padi merupakan limbah pertanian yang
berligno-selulosa yang mengandung banyak silika.
Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50%
sellulosa, 25 – 30% lignin, dan 15 – 20% silika
(Ismail and Waliuddin, 1996). Saat ini sekam
dikembangkan sebagai bahan baku untuk
menghasilkan abu sekam padi (Rice Husk Ash). Abu
sekam padi dihasilkan dari pembakaran abu sekam
padi pada suhu tinggi yaitu pada 400 - 500 oC
(Silika Amorphus) dan pada suhu lebih dari 1000
oC (Silika Kristalin) (Shinohara dan Kohyama,
2004). Porositas sekam padi yang sangat tinggi
yaitu sekitar 79 % menyebabkan sekam padi dapat
menyerap air dalam jumlah yang banyak (Kaboosi,
14
2007). Abu sekam padi memiliki peran untuk
mengurangi ukuran rongga-rongga pori. Sekam padi
yang berbentuk abu jika bercampur dengan kapur
dan air akan menghasilkan kalsium silikat hidrat
(CSH) sekunder setelah proses hidrasi
berlangsung. Semakin banyak CSH yang dihasilkan
oleh reaksi abu sekam padi dengan kalsium hidrat
(CH), maka semakin banyak pori yang memiliki
ukuran lebih kecil sehingga daya tampung pori
terhadap air semakin berkurang. Jumlah air yang
semakin berkurang, akan menghasilkan nilai
absorpsi yang semakin rendah. Semakin
berkurangnya air yang dapat ditampung terjadi
karena 2 faktor yaitu semakin kecilnya rongga
pori atau semakin kecilnya ruang zona interfasial
dan tertutupnya interkoneksitas antara rongga-
rongga pori dan zona interfasial sehingga terjadi
deperkolasi yang memutuskan hubungan antara pori
15
dan zona interfasial. Rongga pori dan zona
interfasial menjadi lebih kecil karena
pembentukan CSH sekunder di permukaan bagian
dalam pori dan zona interfasial. Jika rongga pori
yang sangat kecil dipenuhi oleh CSH sekunder maka
pori ini akan berkurang atau bahkan tertutup,
sehingga memutuskan hubungan transportasi air
antar pori. Penggunaan abu sekam padi di bawah
30% dari campuran material dapat mengurangi
absorbsi air, sehingga dapat meningkatkan
kekuatan dan mengurangi permeabilitas (Bakri dkk,
2009).
4. Batu bata Tanpa Pembakaran
Penelitian mengenai batu bata tanpa pembakaran
yang bertujuan mendapatkan batu bata yang
memiliki sifat mekanis sesuai standar dan layak
dipakai untuk konstruksi bangunan makin sering
16
dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk
mengurangi emisi gas karbonmonoksida hasil
pembakaran batu bata pada suhu tinggi dengan
menggunakan bahan bakar minyak, yang mencemari
udara dan menimbulkan efek ruma kaca di
lingkungan. Penelitian selama ini mengenai batu
bata tanpa pembakaran menghasilkan batu bata
yangmemiliki kuat tekan berkisar antara 20 – 35
Kg/cm2. (Sudarsana, 2011)
Batu bata tanpa pembakaran adalah batu bata yang
proses akhir pembuatannya bukanlah pembakaran
melainkan proses pengeringan 3-4 hari pada suhu
kamar dan dilanjutkan 3-4 minggu dikeringkan pada
suhu lembab, terhindar dari hujan dan panas
matahari. Komposisi campuran yang digunakan
adalah 60% tanah liat ditambah dengan 20 % semen
dan 20% bahan yang terdiri dari campuran pasir,
abu gosok dan serbuk paras (Priyatma,1993).
17
Penelitian yang dilakukan oleh Junior di Brazil,
menggunakan bahan buangan berupa pecahan keramik
limbah industri pembuatan batu bata. Pada
penelitian tersebut digunakan dua jenis perekat
yaitu semen dan campuran dari klinker Portland,
gypsum, sejumlah bahan pozzolan dan limestone filter.
Campuran tersebut dibuat dalam tiga macam
komposisi dengan kecenderungan untuk mengurangi
penggunaan semen dan menambah pecaham keramik dan
campuran perekat. Pengujian kuat tekan dilakukan
pada umur batu bata 34 hari dan nilai kuat tekan
yang diperoleh berkisar 20 – 35 Kg/cm2. (Junior
et al, 2003)
Isnandar melakukan penelitian mengenai batu bata
tanpa pembakaran yang dinamakan batu bata cetak
pasir . Pada penelitian tersebut batu bata dibuat
dengan mencampurakan kapur dan pasir. Pada
penelitian tersebut batu bata dengan komposisi
18
kapur dan pasirnya adalah 1 : 3, 1 : 4, dan 1 :
5. Komposi kapur yang lebih banyak menghasilkan
batu bata dengan kuat tekan yang lebih baik.
(Isnandar dkk, 1994)
Penelitian yang dilakukan oleh Ketut Sudarsana
dkk di Denpasar membuat batu bata tanpa
pembakaran dengan bahan dasar tanah liat yang
dicampurkan dengan binder yang terdiri dari
semen, abu sekam padi dan batu tabas (limbah yang
mengandung unsur Ca+). Kuat tekan yang tebesar
didapatkan yaitu 22,41 Kg/cm2 dengan komposisi
60% tanah liat + 7,5% serbuk batu tabas + 22,5%
abu sekam padi + 10% semen pada umur batu bata 28
hari. (Sudarsana, 2011)
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas maka
dilakukan penelitian mengenai pembuatan batu bata
tanpa pembakaran dengan menggunakan tanah liat
yang dicampur dengan bahan perekat berupa
19
campuran abu sekam padi, kapur, semen dan air.
Dengan menggunakan perekat tersebut diharapkan
diperoleh batu bata yang sesuai dengan standar
yang telah diterapkan, layak dipakai dan lebih
ramah lingkungan karena bebas emisi gas
karbonmonoksida.
G. Metode Penelitian
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Material dan Energi dan Laboratorium Kimia,
Fakultas MIPA dan Laboratorium Struktur dan
Bangunan Fakultas Teknik, Universitas Tadulako
Palu. Pelaksanaannya berlangsung pada bulan Maret
sampai dengan Juli 2014.
2. Peralatan dan Bahan
2.1. Peralatan yang Digunakan
1. Saringan nomor 200
20
Saringan digunakan untuk menyaring bahan,
hingga yang tersisa hanya serbuk halus.
2. Neraca
Neraca digunakan untuk megukur massa dari
bahan.
3. Plastik Sample
Untuk menyimpan dan memisahkan bahan yang
akan digunakan.
4. Cetakan Kubus 5 x 5 x 5 cm
5. Sendok Perata
Sendok digunakan untuk meratakan campuran
batu bata pada cetakan kubus.
6. Mixer
Mixer digunakan untuk mengaduk bahan, agar
bahan-bahan yang digunakan tercampur
sempurna.
7. Alat Uji Kuat Tekan Mortar
21
Alat ini untuk menguji kekuatan tekan
setiap sampel batu bata.
8. Oven
Oven digunakan untuk memanaskan batu bata
pada pengujian resapan air.
2.2. Bahan yang Dipakai
1.Batu Kapur
Batu kapur yang digunakan adalah batu
kapur dari Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala, yang memiliki kadar kalsium di
atas 53%.
2.Tanah Liat.
Tanah liat yang digunakan adalah tanah
liat yang dipakai oleh pengrajin batu
bata.
3.Abu Sekam padi
Sekam padi yang digunakan adalah sekam
padi jenis Ciheran yang telah dibakar.
22
4.Air.
Air yang digunakan adalah air suling
bersih, tanpa pengotor,
3. Prosedur Kerja
1.Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2.Menguji batas atterberg dari tanah liat yang
digunakan. Pengujian ini bertujuan untuk
menentukan kadar air pembentuk yang akan
digunakan. Air yang ditambahkan pada batu bata
adalah konstan untuk tiap-tiap campuran.
Banyaknya air yang digunakan dalam pembuatan
batu bata diambil berdasarkan data hasil batas
plastis.
3.Mengahancurkan dan menyaring bahan pembuat batu
bata tanpa pembakaran (Tanah Liat, Kapur dan
Abu Sekam Padi) hingga menjadi serbuk.
23
4.Mencampurkan seluruh bahan pembuat semen yang
telah dikeringkan dengan mixer. Campuran semen
dibagi tiga jenis campuran yaitu;
a. Campuran A (Tanah liat 60%, Kapur 0% , Abu
Sekam Padi 30% dan semen 10%)
b. Campuran B (Tanah liat 60%, Kapur 7,5% ,
Abu Sekam Padi 22,5% dan semen 10%)
c. Campuran C (Tanah liat 60%, Kapur 15% ,
Abu Sekam Padi 15% dan semen 10%)
d. Campuran D (Tanah liat 60%, Kapur 22,5% ,
Abu Sekam Padi 7,5% dan semen 10%)
e. Campuran E (Tanah liat 60%, Kapur 30% ,
Abu Sekam Padi 0% dan semen 10%)
5.Menambahkan air pada masing-masing campuran dan
memeras adonan sampai adonan menjadi cukup
liat.
6.Memasukkan adonan pada kantong plastik yang
selanjutnya didiamkan selama 3 hari dengan
24
tujuan agar butiran-butiran tanah yang belum
hancur.
7.Mencetak adonan pada cetakan berbentuk kubus
dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm.
8.Mengeringkan batu bata pada suhu kamar selama
3 hari dan dilanjutkan dengan mengeringkan batu
bata pada suhu lembab selama 2 dan 4 minggu.
9.Menguji kuat tekan dan resapan air batu bata
pada umur 14 dan 28 hari.
10. Menguji kuat tekan batu bata dengan
menggunakan mesin kuat desak berkapasitas 150
kN. Menempatkan batu bata pada bagian tengah
alat penekan. Melakukan penekan terus
menerussampai benda uji mendekati keahancuran
dan beban maksimum dicatat.
Kekuatan tekan beton =
25
Beban Maksimum
Luas Penampang Batu
11. Menguji resapan air dengan mengukur berat
benda uji yang telah dioven dengan temperatur
100 – 110 o C selama 24 jam. Mendinginkan batu
bata yang telah dioven dan merendamnya dalam
air selama 24 jam, setelah itu mengeluarkan
batu bata dari air dan menimbang batu bata yang
telah dikeringakan.
P = (Wb – Wk)/ x 100%
dengan:
P = persentasi air yang terserap batu
bata
Wb = berat batu bata setelah direndam
dalam air
Wk = berat batu bata kering mutlak
sebelum direndam air
26
(Wb –Wk)
Analisa Data dan Kesimpulan
Umumnya batu bata dianggap baik bila
penyerapan airnya kurang dari 20%.
4. Diagram Alir Penelitian
27
Analisa Data dan Kesimpulan
H. Jadwal Pelaksanaan
No
.Kegiatan
Bulan
12 1 2 3 4 8 9
1Identifikasi
Masalah
2 Studi Literatur
3Pengumpulan
Data
4Penyusunan
Proposal
5 Sidang Proposal
6 Revisi Proposal
7 Penelitian
8Penyusunan
Skripsi
28
9 Sidang Hasil
Daftar Pustaka
http://dwikusumadpu.wordpress.com/2013/05/08/rekayasa-
tanah-liat-menjadi-keramik/#more-681., Rekayasa Tanah
Liat Menjadi Keramik, diakses pada tanggal 4 oktober
2013.
http://www.perwakilan.sultengprov.go.id/tambang.php,
Potensi Sektor Pertambangan dan Energi Sulawesi Tengah, diakses
tanggal 5 oktober 2013.
29
http://tiadaharitanpatugas.blogspot.com/2013/04/laporan-
praktek-mekanika-tanah-uji_9769.html. Laporan Praktek
Mekanika Tanah Batas Atterberg, diakses pada tanggal 24
Februari 2014.
Bakri, dkk. Absorbsi Air Komposit Semen Sekam Padi dengan
Penambahan Pozzolan Abu Sekamm Padi dan Kapur pada Matriks
Semen. 2009. Laboratorium Pemanfaatan Hasil Hutan
Fakultas kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
British Geological Survey for the Office of the Deputy
Prime Minister as part of Research project ‘ODPM-BGS
Joint Minerals Programme’. 2005. Natural Hydraulic Limes.
Mineral Planning Worksheet, Crown Copyright.
Della V. P. , Kuhn I. and Hotza D. 2002. Rice Husk Ash as an
Alternate Source for Active Silica Production. Materials Letters.
57 (2002) 818–821.
30
Farida Puti Marzuki, dkk. 2006. Potensi Pembuatan Semen
Alternatif Berbahan Kapur Padalarang dan Fly ash Suralaya Untuk
Konstruksi Rumah Sederhana.FTSL ITB, Bandung.
Ismail, M. S. And Waliuddin, A. M. 1996. Effect of Rice Husk
Ash on High Strengthe Concrete. Construction and Building
Materials. 10 (1): 521-526.
Junior, et. al. 2003. Structural Behavior of Load Bearing Brick Walls
of Soil- Cement with the Addition of Ground Ceramic Waste, R. Bras.
Eng. Agric. Ambiental, Campina Grande, v. 7, n.3, p.
552-558
Kaboosi, K. 2007. The Feasibility of Rice Husk Application as an
Envelope Material in Suburfeace Drainage System. Science and
Research Branch of Islamic Azad university, Tehran.
Ketut Sudarsana, dkk. 2011. Karakteristik Batu bata Tanpa
Pembakaran Berbahan Abu Sekam Padi dan Serbuk Batu Tabas.
Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar.
31
Maya Lydia Wanty, dkk. 2010. Pemanfaatan Biopozzolan Abu Sekam
Padi Sebagai Fly ash Dalam Pembuatan Semen Untuk Meningkatkan
Kualitas Fisis Mortar. Universitas Hasaniuddin, Makassar.
Muthadhi, A., Anitha, R. and Kothandaraman, S. 2007. Rice
Husk Ash – Properties and Its Uses: A Review. IE(I) Journal–CV,
88: 50 – 56. Peterson, V.
Isnandar, dkk. 1994. Kajian Kuat Tekan Batu bata Cetak Pasir Kapur
di Daerah Malang. Jurnal Penelitian Kependidikan, Vol.
4 No. 1. Malang
Laboratorium Struktur dan Beton. 2010. Laporan Praktikum Uji
Bahan Konstruksi. Fakultas Teknik Universitas tadulako,
Palu.
Pangaribuan Bonardo. 2012. Cement Manufacturing Process. Holcim
Indonesia, Jakarta.
Primayatma. 1993. Peranan Semen Portland dan Bahan Lain Ter- hadap
Campuran Tanah Liat Sebagai Bahan Batu Bata Merah Tanpa
Pembakaran. IBG, Jakarta.
32
Purwandani Ristiyana. 2001. Pengaruh Abu Sekam Padi sebagai
Pozzolan Pembuatan Semen Terhadap Mutu Beton. Fakultas MIPA
UGM, Yogyakarta.
Pohan, Nurhasnaway. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam.
Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara, Medan.
Sihotang, Abinhot dan Hazairin. 2002. Pemanfaatan Kapur dan
Pozzolan Sebagai Bahan Baku Utama Pembuatan Semen Hidraulis
Alternatif. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Sudarsana I Ketut, Ayu made Budiwati Ida dan Angga Wijaya
Yohanes. 2011. Karakteristik Batu Bata Tanpa Pembakaran Terbuat
dari Abu Sekam Padi dan Serbuk Batu Tabas.
Sudarwo Mochammad. 2010 Studi Kelayakan Usaha Batu bata Merah EV
Pragi di Depok II Timur. Universitas Gunadarma, Depok.
Swastikawati Ari. 2012. Standar Pengujian Kualitas Bata pengganti.
Balai Konservasi Peninggalan Burobudur, Yogyakarta.
33
Berat @ 1,2825 Kg
1. Sewa lahan (pinjam pakai) = Rp. 1.000.000,-
2. Bahan bakar solar 35 liter @ Rp 5.500,-= Rp.
192.500,-
3. Kayu bakar 2,5 Ret @ Rp 650.000,- = Rp.
1.625.000,-
4. Tanah Liat 19237 Kg @ Rp 150,- = Rp. 2.885.000,-
Jumlah Rp. 5.702.000,-
• Estimasi biaya operasionaal pembuatan 15000 batu bata
tanpa pembakaran.
Berat @ 1,2825 Kg
1. Sewa lahan (pinjam pakai) = Rp. 1.000.000,-
2. Tanah liat 11542 Kg @ Rp 150,- = Rp. 1.731.330,-
3. Batu kapur 2800 Kg @ Rp 300,- = Rp. 840.000,-
4. Abu sekam padi 2800 Kg @ Rp 450,- = Rp.
1.260.000,-
35