ASPEK LEGAL COMMERCIAL PAPER SEBAGAI SURAT SANGGUP TANPA JAMINAN

24
ASPEK LEGAL COMMERCIAL PAPER SEBAGAI SURAT SANGGUP TANPA JAMINAN Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Surat Berharga Oleh : NOVA INDAH NIM 07.20401.000540 PROGRAM SARJANA HUKUM UNIVERSITAS MERDEKA PASURUAN 2014

Transcript of ASPEK LEGAL COMMERCIAL PAPER SEBAGAI SURAT SANGGUP TANPA JAMINAN

ASPEK LEGAL COMMERCIAL PAPER SEBAGAI

SURAT SANGGUP TANPA JAMINAN

MakalahUntuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Surat Berharga

Oleh :NOVA INDAH

NIM 07.20401.000540

PROGRAM SARJANA HUKUMUNIVERSITAS MERDEKA

PASURUAN2014

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji syukur

penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmatnya penulis dapat menyelesaian karya tulis ini

dengan judul “ASPEK LEGAL COMMERCIAL PAPER SEBAGAI SURAT

SANGGUP TANPA JAMINAN” dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat oleh penulis untuk memenuhi

tugas mata kuliah Hukum Surat Berharga. Penulis sadar

bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang positif

dari para pihak baik dosen pembimbing , mahasiswa

maupun pihak terkait guna perbaikannya.

Bangil, 8 Mei 2014

NOVA INDAH

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................i

DAFTAR ISI................................................ii

BAB. I PENDAHULUAN........................................1

A Latar Belakang Masalah...........................1

B Rumusan Masalah..................................2

C Tujuan Penelitian................................3

D Kegunaan Penelitian..............................3

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA..................................5

Tinjauan Umum Mengenai Surat Berharga Komersial............5

A Pengertian Surat Berharga Komersial..............5

B Dasar Hukum Surat Berharga Komersial.............6

C Unsur-unsur dalam Surat Berharga Komersial.......6

BAB. III PEMBAHASAN.......................................9

BAB. IV PENUTUP..........................................14

KESIMPULAN..............................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................v

BAB. I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Para era pasar global saat ini keberadaan

surat berharga yang digolongkan sebagai kelompok “uang

giral” mempunyai peran yang sangat signifikan dalam

menjalankan fungsi uang dalam berbagai kegiatan

finasial terutama yang terkait dengan sistem

pembayaran. Bank Indonesia selaku otoritas sistem

Pembayaran mendorong pemakaian uang giral dalam lalu

lintas pembayaran sebagai salah satu upaya agar

masyarakat lebih familier (minded) terhadap praktik

perbankan, terutama yang terkait dengan instrumen

pembayaran disamping untuk mengendalikan pertumbuhan

uang kartal.

Penggunaan Surat Berharga dalam operasional

perbankan merupakan keniscayaan. Hal ini

1

2

dilatarbelakangi bahwa kegiatan perbankan yang bergerak

di industri keuangan memerlukan instrumen dalam

menghubungkan hak dan kewajiban nasabah tanpa ada

pergerakan uang tunai. Pada dasarnya Surat Berharga

yang masuk dalam lalu lintas kegiatan usaha perbankan

adalah Surat Berharga yang terkait dengan sistem

pembayaran.

Berbeda dengan penggunaan Surat Berharga dalam

pasar modal yang diterbitkan dalam rangka pemupukan

dana untuk kepentingan pengembangan usaha. Dengan

demikian lalu lintas kegiatannya berhubungan dengan

interes investor dalam melakukan investasi dan

memperoleh rentabilitas.

Dengan berbagai macam instrumen Surat Berharga

yang kini beredar di masyarakat, baik melalui pasar

uang maupun pasar modal, seakan masyarakat disuguhi

dengan berbagai produk perbankan dalam melakukan

kegiatan usaha. Tentu saja setiap produk memiliki

karakteristik tersendiri begitupun dengan sifat

3

kelemahan dan keuntungannya. Oleh karena itu penulis

berusaha mengupas sedikit tentang keberadaan Surat

Berharga Komersial (SBK) atau commercial paper sebagai

salah satu instrumen alat pembayaran Surat Berharga

dalam Pasar Uang.

B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di

atas, penulis merumuskan masalah mengenai Surat

Berharga Komersial (SBK) sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan Surat Berharga Komersial (SBK)

atau commercial paper secara legal dalam hukum

perbankan di Idonesia?

2. Apa bentuk perlindungan hukum terhadap investor

sebagai konsumen yang membeli Surat Berharga

Komersial (SBK) atau commercial paper ?

4

C Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan makalah ASPEK LEGAL DAN

KARAKTERISTIK COMMERCIAL PAPER SEBAGAI SURAT SANGGUP TANPA

JAMINAN, adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana kedudukan Surat Berharga

Komersial (SBK) atau commercial paper secara legal

dalam hukum perbankan di Idonesia.

2. Mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap

investor sebagai konsumen yang membeli Surat

Berharga Komersial (SBK) atau commercial paper.

D Kegunaan Penelitian

Penulisan makalah mengenai ASPEK LEGAL

COMMERCIAL PAPER SEBAGAI SURAT SANGGUP TANPA JAMINAN,

diharapkan dapat membawa manfaat yaitu :

1. Segi Akademis

Penulis berharap dapat memberikan kontribusi yang

berarti bagi perkembangan ilmu hukum dan sebagai

5

wacana dan sumber informasi yang dapat digunakan

untuk menambah wawasan atau pengetahuan hukum.

2. Segi Kelembagaan

Selain itu penulis berharap karya tulis ini dapat

memberikan sumbangan praktis bagi lembaga terkait.

3. Segi Sosial

Memberikan sumbangan pikiran sebagai informasi

kepada masyarakat tentang praktik perbankan pada

umumnya dan secara khusus agar masyarakat dapat

mengenal minded terhadap keberadaan Surat Berharga

dalam pasar uang.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Mengenai Surat Berharga Komersial

A Pengertian Surat Berharga Komersial

Dalam KUHD tidak memberikan definisi tentang

Surat Berharga sebagaimana disebutkan dalam Pasal 469

KUHD yang berbunyi : ...untuk dicutinya emas, perak,

permata dan lain-lain barang berharga, uang dan

surat-surat berharga, begitupun untuk diteruskan

pada... . Rasjim Wiraatmadja dalam bukunya Surat-surat

Berharga, Wesel, Cek, Surat Sanggup dalam Praktik di Indonesia

menyebutkan , bahwa Surat Berharga adalah surat yang

bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan

dapat ditkarkan dengan uang tunai. Fungsi utamanya

adalah dapat diperdagangkan atau dialihkan.

Akan tetapi dalam ketentuan Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

(selanjutnya disebut UU Perbankan) menyebutkan ,

5

6

Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel,

saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap

derivatif, atau kepentingan lain, atau suatu

kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim

diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.

Sedangkan Surat Berharga Komersial (SBK) atau

Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan surat

sanggup atau promes yang tidak disertai jaminan

(unsecured promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan

untuk memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada

investor melalui Pasar Uang dan diperdagangkan dengan

sistem diskonto.

B Dasar Hukum Surat Berharga Komersial

Dasar hukum ketentuan Surat Berharga

Komersial (SBK) adalah sebagai berikut :

1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995 .

2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 28/29/UPG

tentang Persyaratan Penerbitan dan Perdagangan

7

Surat Berharga Komersial (Comercial Paper) melalui

Bank Umum di Indonesia.

Secara operasional keberadaan SBK yang

diterbitkan dan diperdagangkan melalui perbankan

diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995 dengan

peraturan pelaksanaan Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 28/29/UPG tentang Persyaratan Penerbitan dan

Perdagangan Surat Berharga Komersial (Comercial Paper)

melalui Bank Umum di Indonesia. Akan tetapi secara

legal SBK atau Commercial Paper (CP) merupakan Surat

Berharga yang eksistensinya dapat disebut tidak

mempunyai payung hukum sebagaimana dengan bentuk

Surat Berharga lainnya yang diatur dan disebutkan

dalam ketentuan UU Perbankan.

C Unsur-unsur dalam Surat Berharga Komersial

C.1 Sebagai Akta

SBK atau CP, dapat dijadkan sebagai bukti hak

tagih bagi pemegangnya. Sebagai Surat

8

Berharga SBK atau CP mempunyai syart formal

yang harus dipenuhi sebagaimana diatu dalam

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995;

C.2 Janji Membayar tidak bersyarat

SBK sebagai surat sanggup digolongkan sebagai

surat tagihan (schuldvorderings paper) yang bukan

perintak untuk membayar melainkan janji untuk

membayar.

C.3 Suatu jumlah uang tertentu

SBK diterbitkan dengan nilai nominal uang

dalam jumlah uang tertentu untuk memenuhi

suatu prestasi. Nilai uang yang tercantum

merupakan hak bagi pemegang SBK yang dapat

diuangkan atau ditagihkan pada tanggal jatuh

temponya.

C.4 Jaminan

9

Sesuai ketentuan yang mengaturnya bahwa SBK

adalah Surat Sanggup tanpa Jaminan, sehingga

pada SBK adalah klausul “untuk saya kepada

pembawa tanpa hak regres”.

C.5 Jangka waktu penerbitan

SBK sebagai surat utang dalam pasar uang ,

berjangka waktu pendek dengan ketentuan

menetapkan hanya diterbitkan dalam jangka

waktu paling lama 270 hari.

C.6 Dapat diperdagangkan

SBK memiliki klasusul atas pengganti oleh

karena itu dapat diperdagangkan.

C.7 Para Pihak

Pihak yang terkait dalam penerbitan SBK

adalah penerbit (perusahaan bukan bank),

pemegang/pembeli SBK (investor) dan pihak

bank.

BAB. III

PEMBAHASAN

Untuk dapat menganalisa permasalahan sesuai dengan

rumusan masalah tersebut diatas. Pertama penulis

sedikit memaparkan asal muasal dari Surat Berharga

Komersial atau Commercial Paper. Surat Berharga Komersial

atau Commercial Paper, adalah merupakan produk “luar”,

yang diterapkan di dalam negeri sebagai salah satu

dampak perkembangan global. Commercial Paper berasal dari

negara-negara yang menerapkan sistem hukum Anglo Saxon

seperti Amerika Serkiat. Di Amerika Serikat, pengertian

Commercial Paper, adalah nama kumpulan surat berharga,

yang terdiri dari pengertian Surat Wesel, Surat Cek dan

sejenisnya. Sesuai dengan pengertian dan penerapan

Instrument Negotiable, tidak ada perbedaan antara warkat

yang dipakai untuk surat cek (Check), Surat Wesel (Draft)

atau sejenisnya. Instrument ini hanya dibedakan dalam

penerapan atau aplikasinya, yaitu Draft berfungsi

sebagai instrumen kredit, sedangkan Check merupakan

9

10

instrumen alat bayar. Dengan demikian konsekuensi

penerapan Commercial Paper di Indonesia, menimbulkan

beberapa permasalahan, terutama mengenai dasar hukum

pengaturannya, kemudian perlindungan hukum bagi

pemegangnya jika terjadi wanprestasi.

11

A. ASPEK LEGAL SURAT BERHARGA KOMERSIAL ATAU COMMERCIAL

PAPER

Surat Berharga Komersial atau Commercial Paper karena

merupakan produk “luar” yang mengadopsi dari negara-

negara yang menerapkan hukum anglo saxon maka sejatinya

belum ada payung hukumnya untuk diterapkan di negara

kita. Karena belum mempunyai dasar hukum, oleh karena

itu konsekuensi penerapannya menimbulkan berbagai

permasalahan dalam pengaturannya dan perlindungan hukum

bagi konsumen jika terjadi wanprestasi.

Ketentuan yang diterbitkan oleh Bank Indonesiadalam bentuk Surat Keputusan Direksi dan aturanpelaksanaannya berupa Surat Edaran Bank Indonesia,lebih mengarah kepada pengaturan aplikasioperasional, yang mana mengutamakan perlindungankepada para pihak yang berpartisipasi dalam sistemperdagangannya, dibanding kepada investor sebagaipemilik dana yan memegang Surat Berharga tersebut.(Sufiman Rahman & Eddie Rinaldy, 2013, hal 204)

Pasal 1 angka 2 SK Dir BI 28/52/KEP/DIR,

menyebutkan Surat Berharga Komersial (Commercial Paper)

atau CP adalah Surat Sanggup tanpa jaminan yang

diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dan

diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek,

12

berjangka waktu pendek dan diperdagangkan dengan sistem

diskonto.

Apabila kita berbicara mengenai aspek legalitas

tentunya kita akan membicarakan suatu norma tertulis

yang dinyatakan dalam suatu undang-undang. Mengutip

perkataan Fuller yang menyatakan bahwa hukum sebagai

suatu sistem dapat diukur dengan delapan azas yang

dikenal sebagai priciples of legality dan salah satunya

menyebutkan bahwa suatu sistem hukum harus mengandung

peraturan-peraturan (bukan hanya keputusan ad hoc).

(APTIK, 1996)

Bukankan suatu peraturan atau ketentuan hukum yang

berasal dari organisasi internasional dan telah

dinyatakan berlaku bagi hukum internasional misalkan

berupa hasil konvensi internasional, tidak langsung

berlaku di negara kita. Akan tetapi konvensi

internasional tersebut harus di ratifikasi oleh ketentuan

hukum nasional berupa undang-undang. Dengan demikian

maka bisa dikatakan Surat Berharga Komersial tidak

mempunyai legalitas untuk diterapkan di negara

13

Indonesia, karena belum ada dasar hukum untuk

penerapannya.

B. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TIMBULNYA WANPESTASI

Setiap perbuatan hukum selalu menimbulkan hak dan

kewajiban. Dan adakalanya pemenuhan hak dan kewajiban

tersebut terganggu dengan adanya peristiwa hukum baik

yang dikehendaki maupun bukan. Salah satu misal adalah

adanya wanprestasi atau cidera janji yang dilakukan oleh

subyek hukum. Undang-undang melindungi hak dari subyek

hukum apabila salah satu pihak dilanggar haknya.

Hal inilah yang menjadi masalah apabila suatu

ketentuan tidak tercantum dalam peraturan perundang-

undangan sebagai dasar hukum berlakunya, maka dimana

legalitas dari ketentuan tersebut. Penulis

mengibaratkan dengan seorang bayi yang baru lahir dan

telah diberikan nama walaupun bayi tersebut telah

diketahui oleh keluarga dan masyarakat sekitar akan

tetapi tidak didaftar dalam suatu akta kependudukan

14

oleh pemerintah dan sebagainya, bagaimana negara atau

pemerintah bisa mengidentifikasikan bahwa bayi tersebut

tercatat sebagai bagian dari populasi penduduk

negaranya. Maka agar anak tersebut diakui oleh suatu

negara sebagai penduduk atau warga negaranya maka anak

tersebut harus didaftarkan dan dapat dibuktikan dalam

suatu akta atau surat resmi yang sah sebagai bukti

adanya suatu peristiwa hukum.

Sebagai negara hukum maka segala ketentuan yang

dibuat agar dapat berlaku mengikat dan mengatur harus

ada dasar hukumnya. Suatu ketentuan yang telah ada

dasar hukumnya maka berlakunya mengikat bagi semua

pihak, untuk itu hak dan kewajiban subyek hukum diatur

dan dilindungi oleh hukum.

Surat Berharga Komersial adalah Surat Sanggup

tanpa jaminan (unsecured). Seperti yang kita ketahui

selama ini bahwa perjanjian pokok terutama dalam bidang

perbankan hampir keseluruhan diikuti dengan adanya

perjanjian accesoir misalnya perjanjian kredit di bank

selalu diikuti dengan perjanjian peletakan sita

15

jaminan. Walaupun tidak semua perjanjian kredit selalu

diikuti dengan peletakan sita jaminan, akan tetapi

perjanjian kredit tersebut mempunyai nilai sekuritas

yang tinggi apabila didalamnya diletakkan suatu sita

jaminan. Hal tersebut untuk melindungi hak dan

kewajiban dari masing-masing pihak yang mengadakan

perjanjian. Karena salah satu sebab tersebut, Surat

Berharga Komersial atau Commercial Paper mempunyai

kelemahan terutama dalam perlindungan hukum atas hak

dari investor/nasabahnya.

Selain hal tersebut dalam Surat Berharga Komersial

atau Commercial Paper terdapat klausul sebagai berikut : “

untuk saya kepada pembawa tanpa hak regres”. Yang

dimaksud hak regres disini adalah hak untuk menuntut

balik, untuk menuntut seluruh pembayaran harga, ongkos

dan bunga yang disebabkan pada hari jatuh tempo tunai

pembayaran surat berharga tidak dibayar oleh pihak

penerbit/perusahaan bukan bank. Jika memperhatikan

klausul ini maka posisi pembeli/pemegang Surat Berharga

Komersial lemah kedudukannya, karena jika terjadi

16

wanprestasi pada hari bayar, maka yang bersangkutan

harus langsung menghubungi penerbitnya, untuk melakukan

regres atau gugatan. Para pihak yang terlibat dalam

proses penerbitan dan perdagangan SBK atau CP lepas

dari tanggung jawab pembayaran. Walaupun dalam

peraturan operasionalnya perusahaan penerbit SBK atau

CP harus melalui proses pemeringkat oleh perusahaan

pemeringkat yang terdaftar di bursa efek. Jadi secara

goodwill jaminan suatu SBK ditentukan dari peringkat

perusahaan penerbit SBK dimaksud.

Melihat keadaan tersebut bisa dikatakan

perlindungan hukum atas hak investor atau nasabah

sebagai pembeli atau pemegang Surat Berharga Komersial

atau Commercial Peper sangat kurang jika tidak dapat

dikatakan sama sekali tidak ada.

Sebagai catatan penerbitan Surat Berharga

Komersial atau Commercial Peper di Indonesia telah

dicederai oleh sejumlah kejadian dengan adanya Surat

Berharga Komersial yang sengaja dipalsukan atau

“bodong”.

17

BAB. IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Beranjak dari permasalahan yang disampaikan

pada rumusan masalah tersebut diatas maka Penulis

sampai pada kesimpulan sebagai berikut:

Bahwa Surat Berharga Komersial atau Commercial

Peper belum mempunyai dasar hukum untuk dapat

diterapkan di Indonesia. Walaupun peraturan

pelaksanaannya selama ini masing mengadaptasi dari

KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum dagang) di

Indonesia. Akan tetapi dari aspek legal penerapan

Surat Berharga Komersial atau Commercial Peper tidak

didukung dengan suatu peraturan perundang-

undangan, dan untuk itu eksistensinya sangat lemah

dalam dunia perbankan khususnya sebagai alat

pembayaran atau surat berharga dalam pasar uang.

Karena Surat Berharga Komersial atau

Commercial Paper legalitasnya tidak ada, maka secara

18

tidak langsung perlindungan hukum terhadap

kemungkinan terjadinya wanprestasi di kemudian

hari sangat lemah. Apabila perusahaan penerbit

melakukan wanprestasi maka pihak pembeli atau

pemegang Surat Berharga Komersial atau Commercial

Paper hanya dapat menuntut atau menggugat

perusahaan penerbit. Kemungkinan inilah yang

biasanya dihindari oleh ivestor / nasabah karena

pada umumnya mereka menginginkan investasi yang

aman dan likuiditasnya baik. Dengan demikian Surat

Berharga Komersial atau Commercial Paper sangat

beresiko dan tidak dapat disarankan sebagai

investasi yang baik dan aman untuk sekarang ini

selama belum dibentuknya peraturan perundang-

undangan sebagai dasar hukumnya.

DAFTAR PUSTAKA

APTIK. (1996). Pengantar Ilmu Hukum (3rd ed.). Jakarta, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Tama.

Dr. Etty Utju R.Koesoemahatmadja, S. (2011). Hukum Korporasi - Penegakan Hukum terhadap Pelaku Economic Crimes dan Perlindungan Ause of Power. Bogor: Ghalia Indonesia.

Drs. M. Marwan, S. &. (2009). Kamus Hukum - Dictionary of Law Complete Edition. Surabaya: Reality.

Pos, J. (23 Maret 2010).

Subekti dan Tjiptro Soedikin. (2002). Kamus Hukum.

Subekti, P. (1992). Pokok-pokok Hukum Perdata (XXIV ed., Vol. VI). Jakarta, Jakarta, Indonesia: PT. Intermasa.

Sufiman Rahman & Eddie Rinaldy. (2013). Hukum Surat Berharga Pasar Uang (1st ed.). (T. d. Ihsan, Penyunt.) Jakarta, Indonesia: Sinar Grafika.

v