analisis implementasi integrasi jaminan kesehatan

217
i ANALISIS IMPLEMENTASI INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN DAERAH-GERAKAN MEMBANGUN BOMBANA DENGAN RIDHO ALLAH (JAMKESDA-GEMBIRA) KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN BOMBANA ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF THE REGIONAL HEALTH INSURANCE-MOVEMENT BUILDING BOMBANA BY RIDHO ALLAH (JAMKESDA-GEMBIRA) TO THE NATIONAL HEALTH INSURANCE IN BOMBANA RIZKY FITRIYANI RUSTAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of analisis implementasi integrasi jaminan kesehatan

i

ANALISIS IMPLEMENTASI INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN DAERAH-GERAKAN MEMBANGUN BOMBANA DENGAN RIDHO

ALLAH (JAMKESDA-GEMBIRA) KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN BOMBANA

ANALYSIS OF IMPLEMENTATION OF THE REGIONAL HEALTH INSURANCE-MOVEMENT BUILDING BOMBANA BY RIDHO ALLAH

(JAMKESDA-GEMBIRA) TO THE NATIONAL HEALTH INSURANCE IN BOMBANA

RIZKY FITRIYANI RUSTAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

ii

ANALISIS IMPLEMENTASI INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN DAERAH-GERAKAN MEMBANGUN BOMBANA DENGAN RIDHO

ALLAH (JAMKESDA-GEMBIRA) KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN BOMBANA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi :

Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh:

RIZKY FITRIYANI RUSTAM

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

iii

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rizky Fitriyani Rustam

Nomor Pokok : P1802216020

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tuliskan ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pemikiran orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, April 2018

Yang menyatakan

RIZKY FITRIYANI RUSTAM

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Taufik-Nya sehingga semua proses belajar mengajar pada Fakultas

Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin

sampai dengan penulisan tesis ini dapat dilalui. Niat yang tulus, kerja

keras, Doa dan Tawakkal kepada Allah SWT memberi kekuatan penuh

untuk melakukannya sehingga hasilnya dapat bernilai Ibadah di sisi-Nya

dan bermanfaat untuk kita semuanya.

Upaya maksimal telah penulis tempuh dengan sebaik-baiknya

untuk menyempurnakan penyelesaian tesis ini, namun penulis

mengharapkan saran dan masukan demi lebih sempurnanya tesis ini.

Secara khusus dengan hormat ucapan terima kasih penulis kepada

Prof. Dr. H. Amran Razak, SE. M.Sc selaku Ketua Komisi Penasehat dan

Dr. Syamsuddin, SE, M.Si.,Ak selaku anggota Komisi Penasehat atas

bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis sejak proses

awal hingga akhir penyusunan tesis ini. Demikian pula kepada Dr.

Darmawansyah, SE, MS, Prof. Dr. H. Indar, SH, MPH, dan Dr. Ida

Leida Maria, SKM, MKM, M.SC.PH yang secara aktif telah memberikan

masukan untuk perbaikan tesis ini, penulis ucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya.

vi

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin dan Direktur Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis melanjutkan studi pada program pascasarjana Universitas

Hasanuddin Makassar.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Ketua

Program Studi Kesehatan Masyarakat, dan Ketua Konsentrasi S2 AKK

beserta seluruh staf pengelola yang telah banyak membantu dan

membimbing penulis selama mengikuti pendidikan di Pascasarjana

Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Seluruh Staf Pengajar Pascasarjana Magister Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Universitas Hasanuddin Makassar yang telah

memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

5. Suamiku tercinta drg. Riswanto dan anak-anakku Aqilah Bilqis

Riswanto dan Qian Narendra Riswanto atas dukungan dan segala

perhatiannya.

6. Ibunda Dra. Hj. Sitti Sapiah, MM dan Ayahanda DR. Ir. H. Rustam

Supendi, M.Si serta adik-adikku Muhammad Syarif Prasetia, ST, MT

dan Muhammad Chaidar Febriansyah, ST, MT atas segala kasih

sayang, doa dan dukungannya

vii 7. Rekan-rekan seangkatan pada Program Pascasarjana Magister

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Angkatan 2016 Universitas

Hasanuddin Makassar (Pak Sahar, Mami, Ibu Anna, Sisi, Kak Kuntum,

Indra, Zil, Linda, Pak Harumin, Iin, Kak westy, Yuyun, Pak yudi, Nirma,

Pak Ibe, Kak Riri, Kak Eva, Ari, Febri, Dillah atas segala kekompakan

dan segala kebersamaannya selama mengikuti pendidikan.

Serta kepada semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu

persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada

penulis sejak awal studi hingga penyelesaiannya, penulis ucapkan terima

kasih.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi

pembangunan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, April 2018

Penulis

viii

ix

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR ISTILAH xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 12

C. Tujuan Penelitian 13

D. Manfaat Penelitian 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi Kebijakan 16

B. Tinjauan Umum Tentang Integrasi Jamkesda

Ke JKN 40

C. Tinjauan Umum Tentang Sistem Jaminan Kesehatan

Daerah 54

D. Tinjauan Umum Tentang JAMKESDA-GEMBIRA 60

xi

E. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Kesehatan

Nasional 63

F. Sintesa Penelitian 69

G. Kerangka Konseptual 75

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 76

B. Subyek Penelitian 77

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 79

D. Variabel Penelitian 79

E. Metode Pengumpulan Data 84

F. Validasi Penelitian 85

G. Pengolahan Data 87

H. Analisis Data 87

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN 90

B. PEMBAHASAN 137

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN 159

B. SARAN 160

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Jumlah Penduduk Kabupaten Bombana 5

Tabel 1.2 : Jumlah Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan Tahun 2017

6

Tabel 4.1 : Perkembangan Peserta JKN Kabupaten Bombana Tahun 2018

92

Tabel 4.2 : Karakteristik Informan Wawancara Mendalam

92

Tabel 4.3 : Matriks Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira

ke JKN oleh Informan Utama

111

Tabel 4.4 : Matriks Implementasi Integrasi jamkesda ke JKN oleh Informan Triangulasi

115

Tabel 4.5 : Matriks Komunikasi oleh Informan Utama 119

Tabel 4.6 : Matriks Komunikasi oleh Informan Triangulasi 122

Tabel 4.7 : Matriks Sumber Daya oleh Informan Utama 125

Tabel 4.8 : Matriks Sumber Daya oleh Informan Triangulasi 128

Tabel 4.9 : Matriks Disposisi oleh Informan Utama 131

Tabel 4.10 : Matriks Disposisi oleh Informan Triangulasi 133

Tabel 4.11 : Matriks Struktur Birokrasi oleh Informan Utama 134

Tabel 4.12 : Matriks Struktur Birokrasi oleh Informan Triangulasi

136

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Bombana 4

Gambar 1.2 Target Kepesertaan Menuju UHC 2019 9 Gambar 1.3 Skema Time Frames Jamkesda dalam JKN 10

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian 75 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 75

xiv

DAFTAR ISTILAH

1 APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

2 ASKES : Asuransi Kesehatan

3 BPJS : Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

4 BAKHP : Bahan Alat Kesehatan Habis Pakai

5 Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

6 Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah

7 JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

8 JAMKESDA-GEMBIRA

: Jaminan Kesehatan Daerah-Gerakan Membangun Bombana dengan Ridho Allah

9 PPK I : Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer

10 PPK II : Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Spesialis

11 PPK III : Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut

12 PJKMM : Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin

13 RJTP : Rawat Jalan Tingkat Pertama

14 RITP : Rawat Inap Tingkat Pertama

15 RJTL : Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

16 RITL : Rawat Inap Tingkat Lanjutan

17 RSU : Rumah Sakit Umum

18 RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

19 SDM : Sumber Daya Manusia

20 SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional

xv 21 SKTM : Surat Keterangan Tidak Mampu

22 UUD : Undang-Undang Dasar

23 UU : Undang-Undang

24 UHC : Universal Health Coverege

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Informan Penelitian

Lampiran 2 Panduan Wawancara Informan Utama

Lampiran 3 Panduan Wawancara Informan Triangulasi

Lampiran 4 Transkrip Wawancara Informan Utama

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Informan Triangulasi

Lampiran 6 Dokumentasi Hasil Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan dibidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan

dasar masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah. Tanggung

jawab dibidang pelayanan kesehatan tersebut pada hakekatnya

dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah

daerah, sehingga dapat menghasilkan pelayanan yang optimal.

Penyelenggaraan jaminan kesehatan merupakan salah satu bagian

yang memegang peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan jaminan kesehatan yang

diterapkan disuatu negara tergantung dari pencapaian berbagai aspek

dalam jaminan kesehatan tersebut, yang meliputi pelayanan kesehatan,

sumber daya manusia dan anggaran, sumber daya peralatan kesehatan,

regulasi dan sebagainya sehingga memunculkan sinergi antara semua

aspek yang mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan agar berjalan

dengan baik.

Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) merupakan jaminan

kesehatan yang dikelola oleh pemerintah daerah sebagai upaya daerah

untuk mengembangkan akses pelayanan kesehatan dan peningkatan

derajat kesehatan masyarakat didaerahnya. Pendistribusian jaminan

2 kesehatan daerah disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan

daerah dalam memberikan jaminan bagi masyarakatnya.

Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dilaksanakan untuk

memberikan perlindungan terhadap risiko dan permasalahan kesehatan

bagi masyarakat yang tidak tercakup sebagai sasaran penerima program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), maupun program jaminan

kesehatan lainnya (Mundiharno, 2012).

Pemerintah Kabupaten Bombana sebagai salah satu pemerintah

daerah di Indonesia yang mempunyai tanggung jawab untuk memainkan

perannya dalam memberikan jaminan kesehatan didaerahnya. Kewajiban

dan tanggung jawab tersebut mendorong Kabupaten Bombana untuk

menyelenggarakan kebijakan program pelayanan jaminan kesehatan

daerah di Kabupaten Bombana dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati

Nomor 34 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan

Jaminan Kesehatan Daerah-Gerakan Membangun Bombana Dengan

Ridho ALLAH (JAMKESDA-GEMBIRA). Jaminan Kesehatan Daerah-

Gerakan Membangun Bombana dengan Ridho Allah (JAMKESDA-

GEMBIRA) adalah kebijakan program jaminan kesehatan masyarakat

daerah bagi masyarakat yang dibiayai oleh daerah diluar kuota BPJS.

Jaminan kesehatan daerah dikembangkan sebagai upaya untuk

memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang tidak

masuk kuota Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS), dan

kemudian diperbarui dengan Peraturan Bupati Nomor 02 Tahun 2016

3 tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah-

Gerakan Membangun Bombana Dengan Ridho ALLAH (JAMKESDA-

GEMBIRA) karena disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di

Kabupaten Bombana.

Program Jaminan Kesehatan Daerah di Kabupaten Bombana mulai

diberlakukan pada tahun 2012, sampai saat ini sudah berjalan selama 6

(Enam) tahun. Sasarannya adalah masyarakat miskin yang secara

administratif memiliki identitas warga di Kabupaten Bombana dan menjadi

peserta JAMKESDA-GEMBIRA.

Penyelenggaraan JAMKESDA-GEMBIRA di Kabupaten Bombana

mengacu pada prinsip-prinsip yaitu a). Dana amanat dan nirlaba dengan

pemanfaatan semata-mata untuk peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, b). Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar

pelayanan medik yang cost effective dan rasional, c). Pelayanan

terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas, dan d). Transparan

dan akuntabel.

Kabupaten Bombana merupakan salah satu daerah dalam wilayah

Provinsi Sulawesi Tenggara yang baru terbentuk berdasarkan Undang–

Undang Nomor 29 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten

Bombana, Kabupaten Wakatobi, dan Kabupaten Kolaka Utara di Propinsi

Sulawesi Tenggara. Terbentuknya Kabupaten Bombana merupakan

refleksi dan aspirasi seluruh masyarakat yang terintegrasi dalam wilayah

Kabupaten Bombana, sebagai respon atas tuntutan masyarakat dan

4 dinamika perkembangan wilayah yang ditandai dengan kemajuan

ekonomi, sosial budaya, politik, jumlah penduduk, luas wilayah serta

potensi daerah. Untuk lebih jelasnya Kabupaten Bombana dapat dilihat

pada peta administrasi di bawah ini:

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, 2016

Berdasarkan data awal, dapat diketahui jumlah penduduk dan jumlah

peserta JAMKESDA-GEMBIRA di Kabupaten Bombana dari Tahun 2012 –

2017, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Gambar 1.1

PETA ADMINISTRASI KABUPATEN BOMBANA

5

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk dan Jumlah Peserta Jamkesda-Gembira Kabupaten Bombana

Sumber: BPS Kabupaten Bombana

Dari jumlah penduduk di atas, belum semua penduduk Kabupaten

Bombana mendapatkan pelayanan dari Badan Penyelenggaraan

Jaminan Kesehatan (BPJS) maupun jaminan kesehatan lainnya.

Berdasarkan tabel diatas, Pada tahun 2017 jumlah peserta

JAMKESDA-GEMBIRA meningkat dari 26,32 % pada tahun 2016 menjadi

39,28 % atau 68.937 jiwa dari 175.497 jiwa total jumlah masyarakat

Kabupaten Bombana. Jumlah penduduk yang memiliki jaminan

kesehatan pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tahun

Jumlah Penduduk

Jumlah Peserta Jamkesda-Gembira

% dari Total Penduduk

2012 146.072 33.115 22,67%

2013 150.186 35.927 23,92%

2014 159.718 36.380 22,78%

2015 164.809 38.880 23,59%

2016 170.020 44.753 26,32%

2017 175.497 68.937 39,28%

6

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan di Kabupaten Bombana Tahun 2017

No. Jenis Jaminan Kesehatan Jumlah %

1. Penerima Bantuan Iuran (PBI)APBN

65.795 38,70

II Jamkesda-Gembira 68.937 39,28 TOTAL 134.732 77,98

Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kab. Bombana, 2017

Dari tabel di atas, terlihat bahwa pelaksanaan Jamkesda-Gembira

pada tahun 2017 telah mencakup 39,28 persen penduduk Kabupaten

Bombana. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi

masyarakat terhadap program Jamkesda-Gembira sangat tinggi guna

peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bombana.

Dihadapkan pada berbagai permasalahan tersebut diatas, maka

untuk tercapainya integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN, diperlukan suatu

formulasi kebijakan yang mampu mengintegrasikan penyelenggaraan

Jamkesda-Gembira dalam skema integrasi JKN, baik dari sisi manajemen

pengelolaan, paket manfaat maupun besaran iuran yang

menyeimbangkan peran pusat dan daerah dalam kerangka desentralisasi.

Dari aspek situasional, kondisi cakupan peserta JKN yang belum

menjangkau seluruh penduduk menjadi penguat dan pendorong

pemerintah daerah untuk tetap mempertahankan Jamkesda-Gembira

dengan pertimbangan untuk melayani masyarakat yang tidak terjamin

sampai Universal Health Coverage tercapai pada Tahun 2019. Dari aspek

7 struktural, perlu penyesuaian jenis pelayanan Jamkesda-Gembira pada

waktu JKN sudah mencakup penduduk secara universal. Pemerintah

daerah dapat menambahkan benefit pelayanan yang bersifat

komplementer dan atau suplementer sehingga tidak terjadi duplikasi.

Menghadapi tantangan tersebut, maka pemerintah menyusun

strategi menuju pencapaian Universal Health Coverege (UHC), temasuk

didalamnya integrasi Jamkesda ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

yang dimulai pada 1 Januari 2014. Namun dalam tujuan pengintegrasian

Jamkesda tersebut, variasi Jamkesda yang ada di level daerah sehingga

menjadi kendala yang harus dihadapi pemerintah. Hal ini menuntut

perhatian pemerintah pusat untuk dapat menyusun arah kebijakan yang

paling baik dan tepat dengan prinsip best practices berdasarkan

pelaksanaan program jaminan kesehatan daerah yang akan sesuai

dengan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.

Dengan diberlakukannya sistem jaminan kesehatan nasional pada

tahun 2014, maka berbagai jenis jaminan kesehatan yang

didistribusikan selama ini harus berintegrasi ke dalam jaminan kesehatan

nasional (Mundiharno, 2012).

Pada awal tahun 2014, Indonesia secara resmi memulai

implementasi program yaitu rekonstruksi Sistem Kesehatan Nasional

(SKN). Rekontruksi ini berupa penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang akan memberikan pemeliharaan kesehatan secara

terjamin bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan adil dan merata.

8 Program ini telah dimulai tanggal 1 Januari 2014 dan ditargetkan

akan selesai menyelenggarakan program tersebut secara menyeluruh

pada tahun 2019 mendatang.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan mengintegrasi Jaminan

Kesehatan Daerah (JAMKESDA) dan dikelola secara terpusat serta

terpadu oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) guna

mengejar ketertingggalan pembangunan disektor kesehatan oleh

pemerintah daerah. Dasar hukum dari BPJS Kesehatan ini adalah

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial (BPJS).

Integrasi Jamkesda ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah

pemerintah daerah mendaftarkan penduduk miskin dan tidak mampu ke

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan membayar iurannya

sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 111 Tahun

2013 tentang Jaminan Kesehatan untuk peserta PBI sebesar Rp 19.225,-

per orang perbulan.

Pemerintah daerah dapat mendaftarkan sejumlah penduduk miskin

dan tidak mampu yang merupakan peserta Jamkesda sebelumnya baik

yang sakit maupun yang sehat sesuai kecukupan anggaran dan akan

mendaftarkan lagi penduduk miskin dan tidak mampu sebagai peserta

susulan. Dengan pemerintah daerah mendaftarkan penduduk miskin dan

tidak mampu ke jaminan kesehatan nasional maka penduduk yang

didaftarkan sebagai peserta JKN akan mendapat manfaat sebagaimana

9 diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) tentang Jaminan Kesehatan.

Penduduk akan memperoleh pelayanan kesehatan yang seragam sesuai

kebutuhan medis dan berlaku di seluruh Indonesia. Pemerintah daerah

tidak perlu lagi menghadapi urusan teknis penyelenggaraan jaminan

kesehatan karena sudah dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan (Maulidna,

2016).

Adapun target kepesertaan menuju UHC 2019 adalah sebagai

berikut :

Gambar 1.2

Target Kepesertaan Menuju UHC 2019

Sumber : Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019 Republik Indonesia (Mundiharno, 2012)

10

Berdasarkan gambar diatas, jumlah peserta jaminan kesehatan

nasional pada tahun 2017 diharapkan sudah mencapai 210,500,000

jiwa. Jumlah pengguna kartu jaminan kesehatan di Kabupaten

Bombana adalah sebanyak 134.732 jiwa, dimana 65.795 jiwa peserta

JKN dan 68.937 Peserta JAMKESDA-GEMBIRA dari total penduduk

175.497 jiwa per tahun 2017. Adapun skema Time Frames Integrasi

Jamkesda dalam JKN dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.3

Skema Time Frames Integrasi Jamkesda dalam JKN

Sumber : Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019 Republik Indonesia (Mundiharno, 2012)

Kabupaten Bombana baru saja melaksanakan proses

pengintegrasian JAMKESDA ke JKN di Tahun 2018, hal tersebut

disebabkan karena Kabupaten Bombana dihadapkan pada berbagai

faktor antara lain kemampuan fiskal daerah, komitmen pimpinan daerah

serta penyesuaian regulasi antara daerah dengan pusat sehingga sampai

tahun 2017 Kabupaten Bombana masih belum berintegrasi ke JKN.

11

Beberapa hal yang menjadi dasar masalah dari penelitian ini yaitu

Apa saja yang menjadi syarat-syarat dalam proses pengintegrasian

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana serta bagaimana

formulasi kebijakan dalam integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sehingga

dapat diketahui penyebab kurang optimalnya implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN Di Kabupaten Bombana.

Secara umum proses pelaksanaan Jamkesda-Gembira di Kabupaten

Bombana memberikan dampak positif bagi masyarakatnya karena semua

bentuk pelayanan untuk semua penyakit ditanggung oleh Jamkesda,

bahkan sampai proses rujukan ke Rumah Sakit Provinsi Sulawesi

Tenggara di tanggung oleh pemerintah daerah dengan menggunakan

dana APBD Kabupaten Bombana.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa

beberapa kendala yang dialami oleh stakeholder terkait dalam integrasi

Jamkesda meliputi kendala dalam manajemen kepesertaan, keterbatasan

SDM, anggaran, teknis verifikasi validasi masyarakat miskin dan sistem

BPJS yang masih baru. Proses integrasi kepersertaan jamkesda ke sistem

JKN telah dilaksanakan cukup baik sesuai dengan kondisi di daerah

masing-masing. Adanya landasan hukum dan pedoman pelaksanaan

integrasi Jamkesda ke sistem jaminan kesehatan nasional, yang dapat

menjadi acuan yang benar sehingga mengurangi ketidaktepatan dalam

pelaksanaan (Rukmini, Ristrini et al. 2017).

12

Penelitian terkait juga mengemukakan bahwa terdapat perbedaan

pemahaman dan kemampuan daerah dalam pengelolaan sistem jaminan

kesehatan daerah, khususnya dalam rangka mencapai Universal Health

Coverage (UHC). Dengan demikian terdapat potensi perbedaan

kepentingan antara pemerintah propinsi dan kabupaten/kota pada saat

pengintegrasian Jamkesda ke JKN. Hal ini memiliki beban politis yang

harus segera diatasi dan dipersiapkan mekanisme terbaik agar mampu

mengatasi perbedaan kepentingan tersebut (Aulia, 2014).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang menjadi syarat integrasi Jamkesda-Gembira ke

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ?

2. Bagaimana implementasi integrasi program Jamkesda-Gembira ke

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten Bombana dalam

upaya menuju Universal Health Coverage yang ditargetkan akan

terealisasi pada tahun 2019 mendatang ?

3. Bagaimana formulasi kebijakan yang dirumuskan pemerintah

Kabupaten Bombana dalam proses implemetasi integrasi program

Jamkesda-Gembira ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional?

13

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

a. Mendeskripsikan dan menganalisis syarat-syarat implementasi

integrasi kebijakan program Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi integrasi serta

formulasi kebijakan program Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana dalam upaya menuju Universal Health

Coverage yang ditargetkan akan terealisasi pada tahun 2019

mendatang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis syarat-syarat implementasi integrasi kebijakan

program Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

b. Untuk menganalisis implementasi integrasi kebijakan program

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

c. Untuk menganalisis formulasi kebijakan implementasi integrasi

kebijakan program Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana.

14

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

a. Untuk meningkatkan efisiensi program implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira di Kabupaten Bombana.

b. Bagi Dinas Kesehatan sebagai masukan dalam pengambilan

kebijakan sehingga kebijakan pembiayaan kesehatan kedepan lebih

efektif dan efisien.

2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat lebih memperkaya

ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya tentang sistem

pembiayaan kesehatan.

3. Manfaat pada peneliti

a. Pengalaman yang berharga bagi penulis dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian sehubungan

dengan judul dan hasil penelitian ini.

b. Sebagai sumber bacaan yang dapat dijadikan bahan acuan bagi

peneliti selanjutnya.

4. Manfaat Dari Segi Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru

mengenai kebijakan bagi seluruh elemen di Kabupaten Bombana, dan

dapat memberikan pemikiran untuk menanamkan kesadaran, bahwa

pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bombana memiliki kewajiban

15 yang sama dalam mewujudkan Kabupaten Bombana yang tertib dan

aman melalui pelaksanaan peraturan daerah.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

a. Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang

berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan

sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau

akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk

menimbulkan dampak atau akibat dapat berupa undang-undang,

peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat

oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai

tujuan- tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan

waktu tertentu (Bambang, S. 1994).

Berdasarkan pernyataan diatas maka implementasi merupakan

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan

tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih

dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk

atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan

tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan

masyarakat.

17

Grindle (1980) menyatakan bahwa implementasi merupakan proses

umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program

tertentu. Sedangkan Van Meter dan Horn dalam Wibawa (1994)

menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun

secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Proses

implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah

ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan

telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

Menurut Lane, Implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke

dalam dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output,

Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi

yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari

akibat. Kedua, implementasi merupakan persamaan fungsi dari

implementation = F (Policy, Formator, Implementor Initiator, Time).

Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu sendiri,

kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor dalam

kurun waktu tertentu.

Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan

dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan

pandangan Grindle (1980) bahwa tugas implementasi adalah

membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik

18 direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan

berbagai pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).

b. Fungsi Implementasi Kebijakan

Fungsi dari implementasi kebijakan adalah untuk membentuk suatu

upaya yang memungkinkan tujuan-tujuan atau sasaran kebijakan publik

dapat direalisasikan sebagai “outcome” atau hasil dari kegiatan

pemerintahan (Suwitri, 2008).

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang

ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau

melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik

tersebut (Nugroho, 2008).

Menurut (Nugroho, 2008), Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi kebijakan baik itu dari internal maupun dari

eksternal. Menurut Howlet dan Ramesh, menyatakan bahwa implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh :

a) Pangkal tolak permasalahan

Bila pangkal tolak permasalahan jelas, maka implementasi kebijakan

publik akan berjalan dengan lancar. Artinya bahwa dengan

mengenali apakah pangkal tolak itu berdomain sosial, politik,

ekonomi, atau kebudayaan akan lebih memudahkan pelaksanaan

kebijakan dalam melaksanakan kebijakan tersebut.

19 b) Tingkat ketakutan masalah yang dihadapi pemerintah

Semakin akut persoalan yang dihadapi sebuah kebijakan, maka

akan dibutuhkan waktu penyelesaian yang semakin lama dan

pengorbanan sumber daya semakin banyak.

c) Ukuran kelompok yang ditargetkan

Semakin kecil targeted groups yang dituju dari sebuah kebijakan

publik, tentunya akan semakin mudah dikelola daripada kelompok

target yang besar dan mempunyai ruang lingkup yang luas.

d) Dampak perilaku yang diharapkan

Jika dampak yang diinginkan sama-sama kuantitatif, maka akan

lebih mudah menanganinya daripada jika dampak yang diinginkan

berdimensi kualitatif yang mebutuhkan waktu yang lama.

Selain itu juga terdapat kondisi-kondisi yang mempengaruhi

kesuksesan implementasi sebuah kebijakan publik. Dalam bukunya

(Badjuri dan Yuwono, 2002) menyatakan bahwa ada beberapa kondisi

yang mempengaruhi kesuksesan sebuah implementasi kebijakan, yaitu:

a) Ada tidaknya keterbatasan-keterbatasan eksternal yang parah,

maksudnya jika terdapat penolakan yang besar dari kalangan

eksternal organisasi publik, maka jelas implementasi kebijakan akan

gagal. Oleh karena itu diperlukan upaya konstruktif agar domain

eksternal dapat diminimalisir.

b) Ketersediaan waktu dan sumber daya yang cukup. Jika implementasi

kebijakan tidak didukung dengan ketersediaan waktu dan sumber

20

daya (manusia dan uang) yang cukup, maka tidak banyak berharap

akan berhasilnya implementasi suatu kebijakan.

c) Adanya dukungan berbagai kombinasi sumber daya yang cukup

dalam setiap tahap implementasi kebijakan. Artinya adalah

keberlanjutan dukungan sumber daya dalam setiap tahap

implementasi yang dipersiapkan secara baik dan matang.

d) Analisis kausalitas akan banyak mempengaruhi keberhasilan dalam

implementasi sebuah kebijakan.

e) Perlunya sebuah lembaga koordinator yang diperlukan untuk lebih

dominan mengelola tahapan-tahapan implementasi kebijakan. Jika

tidak ada lembaga koordinator, maka jelas tidak ada mekanisme

akuntabilitas dan kontinuitas yang berkesinambungan dari sebuah

proses implementasi kebijakan publik.

f) Pada tahap awal implementasi, harus ada kejelasan dan

kesepakatan mengenai tujuan dan sasaran. Ini sangat penting agar

terjadi kejelasan dan kesatupaduan gerak dan langkah dari masing-

masing lembaga yang terlibat.

g) Adanya pembagian kerja yang jelas dalam tiap tahap implementasi,

sehingga menghasilkan kejelasan hak dan tanggungjawab dari

masing-masing lembaga pelaksana kebijakan.

h) Adanya kordinasi, komunikasi dan kerja sama yang baik antar

lembaga pelaksana kebijakan.

21 i) Adanya kepatuhan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah

ditetapkan dalam kordinasi implementasi. Hal ini sangat berkaitan

dengan konsistensi dan komitmen antar apa yang tertulis dan apa

yang dilaksanakan dalam tahapan implementasi kebijakan.

Apabila sebuah kebijakan telah dipersiapkan dan mungkin telah

dilakukan koordinasi, namun bisa saja menghasilkan kegagalan dalam

implementasi. Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kegagalan

dari implementasi kebijakan publik menurut (Bridgman & Davis, 2000),

seperti:

a) Spesifikasi kebijakan yang tidak lengkap

Kebijakan jarang disusun dengan lengkap sehingga mampu

mencakup semua hal. Justru kebijakan biasanya bersifat umum

dimana memungkinkan fleksibilitas dalam implementasinya. Jika

kebijakan terlalu spesifik atau terlalu membingungkan, maka

implementasinya akan mengalami kesulitan. Namun demikian,

karena kebijakan biasanya bersifat tidak spesifik, maka justru

memungkinkan distorsi dalam pelaksanaannya sehingga bisa saja

mengalami kegagalan, sehingga perlu berbagai langkah termasuk

koordinasi dalam rangka pelaksanaan kebijakan dengan baik.

b) Instansi yang tidak cocok

Seleksi terhadap instansi-instansi atau institusi-institusi yang akan

mengimplementasikan sebuah kebijakan sangatlah penting. Hal ini

karena mempengaruhi tingkat keahlian dan kemampuan

22

melaksanakan kebijakan sebagaimana yang dimiliki oleh instansi

yang bersangkutan. Di Indonesia banyak menunjukkan bahwa

kegagalan kebijakan banyak disebabkan oleh ketidakmampuan

lembaga pada tingkat bawah (kecamatan dan desa) dalam

implementasi oleh karena kebijakannya yang memang sulit dipahami

oleh lapisan bawah ini. Oleh karenanya diperlukan kehati-hatian dan

pertimbangan yang matang terhadap seleksi ini sehingga dapat

dihasilkan instansi yang memang benar-benar ahli dan

mengetahuinya secara persis.

c) Tujuan yang saling berlawanan

Oleh karena semua instansi pemerintah memiliki tujuan-tujuan yang

beranekaragaman, conflics of interests sangat mungkin terjadi dalam

implementasi kebijakan. Berbagai kepentingan yang ada dibalik

setiap lembaga sangat kental mempengaruhi bagaimana kebijakan

publik diimplementasikan.

d) Insentif tidak memadai

Insentif terhadap para pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi

terjadinya kegagalan implementasi kebijakan. Karena insentif yang

rendah dapat memungkinkan pelaksana kebijakan berjalan dengan

tidak serius. Bahkan insentif yang rendah, bisa menimbulkan korupsi

dengan berbagai cara terhadap kebijakan tersebut. Kalau hal ini

tidak didesain dengan baik, maka implementasi kebijakan akan

mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan.

23 e) Ketidakjelasan arah implementasi

Ketidakjelasan arah implementasi adalah sangat mungkin bahwa

mereka yang melaksanakan kebijakan menerima banyak instruksi

yang berbeda-beda. Contoh instruksi yang berbeda-beda dan juga

tidak konsisten karena satu instruksi dengan instruksi lainnya saling

berlawanan (melalui Peraturan Pemerintah atau Keputusan

Presiden) dalam implementasi kebijakan UU No. 22/1999 terhitung

sejak 1 Januari 2001 merupakan bukti nyata dari conflicting direction

ini. Akibatnya daerah menjadi bingung dan berakhir dengan

implementasi sebagaimana yang mereka persepsikan sendiri. Untuk

memperbaiki hal ini, perlu ditata kembali berbagai instruksi tersebut

sehingga konsisten satu sama yang lain.

f) Keterbatasan Keahlian

Keterbatasan dalam pemahaman dan keahlian terhadap sebuah

kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi. Karena

keterbatasan keahlian ini bisa memungkinkan distorsi kebijakan.

Distorsi ini disebabkan oleh karena penterjemahan mereka sendiri

terhadap kebijakan yang tersedia.

g) Sumberdaya administrasi yang terbatas

Sangat sering terjadi pemerintah (pusat khususnya) membuat

kebijakan tetapi tidak menyediakan sumberdaya dan keuangan yang

diperlukannya sendiri. Instansi pelaksana harus mencari sumber

keuangan yang diperlukan. Instansi pelaksana harus mencari

24

sumber keuangan lainnya atau membiarkan kebijakan itu berjalan

seadanya sehingga hanyalah menghasilkan kegagalan.

h) Kegagalan komunikasi

Sesuatu yang sulit dibantah bahwa jika tidak ada komunikasi yang

baik dalam implementasi kebijakan maka tinggal menunggu waktu

kegagalan kebijakan publik. Banyak kebijakan yang tergantung pada

komunikasi antara instansi pemerintah dengan stakeholders lainnya.

Jika ini tidak berjalan dengan baik maka mengharap keberhasilan

implementasi hanyalah spekulasi semata atau keberuntungan yang

tidak terduga (Winarno, 2012).

c. Model Implementasi Kebijakan

George Edward III (1980) menegaskan bahwa masalah utama

administrasi publik adalah lack of attention to implementation.

Dikatakannya, without effective implementation the decision of

policymakers will not be carried out successfully. Edward menyarankan

untuk memperhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan

menjadi efektif, yaitu komunikasi (communication), sumber daya

(resource), disposisi atau tingkah laku (dispotion or attitudes), dan struktur

birokrasi (bureaucratic structures).

Menurut Edward, oleh karena empat faktor yang berpengaruh

terhadap implementasi kebijakan bekerja secara stimulan dan berinteraksi

satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi

kebijakan, maka pendekatan yang ideal adalah dengan cara

25 merefleksikan kompleksitas ini dengan membahas semua faktor tersebut

sekaligus. Patut diperhatikan di sini bahwa implementasi dari setiap

kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis yang mencakup banyak

interaksi dan banyak variabel. Oleh karenanya, tidak ada variabel tunggal

dalam proses implementasi, sehingga perlu dijelaskan keterkaitan antara

satu variabel dengan variabel yang lain, dan bagaimana variabel-variabel

ini mempengaruhi proses implementasi kebijakan menurut (Winarno,

2012) yaitu :

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu variabel penting yang

mempengaruhi implementasi kebijakan publik, komunikasi sangat

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi

kebijakan publik. Implementasi yang efektif akan terlaksana jika para

pembuat keputusan mengetahui mengenai apa yang akan mereka

kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil keputusan hanya

bisa didapat melalui komunikasi yang baik. Terdapat tiga indikator

yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel

komunikasi, yaitu:

a) Transmisi. Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat

menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali

terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya

salah pengertian yang disebabkan banyaknya tingkatan

26

birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi sehingga

apa yang diharapkan tidak terdistorsi.

b) Kejelasan. Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana

kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan.

c) Konsistensi. Perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau

dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah,

maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di

lapangan.

2. Sumber Daya

Syarat berjalannya suatu organisasi adalah kepemilikan terhadap

sumberdaya (resources). Seorang ahli dalam bidang sumber daya,

(Schermerchorn, Jr, 1994) mengelompokkan sumberdaya ke dalam:

“Human resources, material resources, financial resources, and informan

resources”. Pengelompokkan ini diturunkan pada pengkategorian yang

lebih spesifik yaitu sumberdaya manusia ke dalam : “Human resources-

can be classified in variety of ways ; labors, engineers, accountants,

faculty, nurses, etc”. Sumberdaya finansial digolongkan menjadi :

“finansial resources-cash on hand, debt financing, owners, investment, self

review,etc”. Serta sumberdaya informasi dibagi menjadi : “data resources-

historical, projective, cost, revenue, manpower data, etc”.

Edward III (1980) mengkategorikan sumber daya organisasi terdiri

dari: “Staff, Information, Authority, Facilities ; Building, equipment, land

27 and supplies”. Edward III mengemukakan bahwa sumber daya tersebut

dapat diukur dari aspek kecukupannya yang didalamnya tersirat

kesesuaian dan kejelasan: “insufficient resources will mean that laws will

not be onforced, services will not be provided and reasonable regulation

willnot be developed”.

Menurut Edward III, sumber daya merupakan hal penting dalam

implementasi kebijakan yang baik indikator-indikator yang digunakan

untuk melihat sejauh mana sumberdaya mempengaruhi implementasi

kebijakan terdiri dari:

a) Staf, sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf

atau pegawai (street-level beaucratics). Kegagalan yang sering

terjadi dalam implementasi kebijakan, salah satunya disebabkan oleh

staf/pegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak

kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan

implementasi saja tidak cukup menyelesaikan persoalan

implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf

dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan dalam

mengimplementasikan kebijakan.

b) Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua

bentuk yaitu : 1). Informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. 2). Informasi mengenai data kepatuhan

dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah

yang telah ditetapkan.

28 c) Wewenang. Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar

pemerintah dapat melaksanakan secara efektif. Kewenangan

merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam

melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika

wewenang tidak ada, maka kekuatan para implementor di mata

publik tidak dilegitimasi, sehingga dapat mengagalkan implementasi

kebijakan publik. Tetapi dalam konteks yang lain, ketika wewenang

formal tersedia, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat

efektifitas kewenangan. Disatu pihak, efektifitas kewenangan

diperlukan dalam implementasi kebijakan; tetapi disisi lain efektifitas

akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh para

pelaksana demi kepentingannya sendiri atau kelompoknya.

d) Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi

kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi

dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan

prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan

berhasil.

3. Disposisi

Edward III mengemukakan “kecenderungan-kecenderungan atau

disposisi merupakan salah satu faktor yang mempunyai konsekuensi

penting bagi implementasi kebijakan yang efektif”. Jika para pelaksana

mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan

terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar

29 implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal.

Demikian sebaliknya, jika para pelaksana bersikap negatif atau menolak

terhadap implementasi kebijakan karena konflik kepentingan maka

implementasi kebijakan akan menghadapi kendala yang serius.

Bentuk pendekatan dapat bermacam-macam seperti yang

dikemukakan Edward III tentang “zona ketidakacuhan” dimana para

pelaksana kebijakan melalui keleluasaannya (diskresi) dengan cara yang

halus menghambat implementasi kebijakan (mengacuhkan, menunda dan

tindakan penghambat lainnya).

Menurut pendapat Van Meter dan Van Horn “sikap penerimaan atau

penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat

mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil

formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan

persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat

top down yang sangat mungkin para pengambilan keputusan tidak

mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan, atau

permasalahan yang harus diselesaikan.

Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward III mengenai disposisi

dalam implementasi kebijakan terdiri dari:

a) Pengangkatan Birokrasi. Disposisi atau sikap pelaksana akan

menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap

implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan

30

kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat, karena itu

pengangkatan dan pemilihan personil pelaksana kebijakan haruslah

orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah

ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga masyarakat.

b) Insentif merupakan salah satu teknik yang disarankan untuk

mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan

memanipulasi insentif. Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan

kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para

pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana

kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu

mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para

pelaksana menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan

sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau organisasi.

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu institusi yang paling sering bahkan

secara keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan. Keberadaan birokrasi

tidak hanya dalam struktur pemerintah, tetapi juga dalam organisasi-

organisasi swasta, institusi pendidikan dan sebagainya. Bahkan dalam

kasus-kasus tertentu birokrasi diciptakan hanya untuk menjalankan suatu

kebijakan tertentu.

Implementasi kebijakan yang bersifat kompleks menuntut adanya

kerjasama banyak pihak. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif terhadap

31 implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan

ketidakefektifan dan menghambat jalannya pelaksanaan kebijakan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka memahami struktur birokrasi

merupakan faktor fundamental untuk mengkaji implementasi kebijakan

publik. Menurut Edward III terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi

yakni: “Standard Operational Procedure (SOP) dan fragmentasi.

SOP merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan

kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam

organisasi kerja yang kompleks dan luas. Ukuran dasar SOP atau

prosedur kerja ini biasa digunakan untuk menanggulangi keadaan-

keadaan umum di berbagai sektor publik dan swasta. Dengan

menggunakan SOP, para pelaksana dapat mengoptimalkan waktu yang

tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-tindakan

pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga

dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar

dalam penerapan peraturan.

SOP juga sangat mungkin dapat menjadi kendala bagi implementasi

kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe

personel baru untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan. Dengan begitu,

semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang

lazim dalam suatu organisasi, semakin besar pula propabilitas SOP

menghambat implementasi”.

32

Namun demikian, disamping menghambat implementasi kebijakan

SOP juga mempunyai manfaat. Organisasi-organisasi dengan prosedur-

prosedur perencanaan dengan kontrol yang besar atas program yang

bersifat fleksibel mungkin lebih dapat menyesuaikan tanggung jawab yang

baru dari pada birokrasi-birokrasi tanpa mempunyai ciri-ciri seperti ini.

Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam

pelaksanaan kebijakan adalah fragmentasi. Fragmentasi merupakan

penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan

yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi”. Pada umumnya,

semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan,

semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan.

Fragmentasi mengakibatkan pandangan-pandangan yang sempit

dari banyak lembaga birokrasi. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi

pokok yang merugikan bagi keberhasilan implementasi kebijakan publik :

“Pertama, tidak ada otoritas yang kuat dalam implementasi kebijakan

karena terpecahnya fungsi-fungsi tertentu ke dalam lembaga atau badan

yang berbeda-beda. Disamping itu, masing-masing badan mempunyai

yurisdiksi yang terbatas atas suatu bidang, maka tugas-tugas yang

penting mungkin akan terlantarkan dalam berbagai agenda birokrasi yang

menumpuk”.

“Kedua, pandangan yang sempit dari badan yang mungkin juga akan

menghambat perubahan. Jika suatu badan mempunyai fleksibilitas yang

rendah dalam misi-misinya, maka badan itu akan berusaha

33 mempertahankan esensinya dan besar kemungkinan akan menentang

kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan perubahan.

d. Tahapan Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan,

maka diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. (Islamy,

1997) membagi tahap implementasi dalam 2 bentuk, yaitu:

a) Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya

dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan

terimplementasikan dengan sendirinya.

b) Bersifat non self-executing, yang berarti bahwa suatu kebijakan

publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak

supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai.

Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam Abdul Wahab (1991)

mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut:

Tahap I terdiri atas kegiatan-kegiatan :

a) Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan

secara jelas;

b) Menentukan standar pelaksanaan;

c) Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu

pelaksanaan.

Tahap II Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan

struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode.

34 Tahap III Merupakan kegiatan-kegiatan :

a) Menentukan jadwal;

b) Melakukan pemantauan;

c) Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau

pelanggaran dapat diambil tindakan yang sesuai dengan segera.

Jadi implementasi kebijakan akan selalu berkaitan dengan

perencanaan penetapan waktu dan pengawasan, sedangkan menurut

Mazmanian dan Sabatier dalam Solichin Abdul Wahab, yaitu mempelajari

masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa

yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau

dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi

setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkut usaha-

usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan

dampak tertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi

perilaku lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas sasaran (target

grup) tetapi memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial

yang berpengaruh pada impelementasi kebijakan negara.

d. Proses Implementasi Kebijakan

Berbagai tujuan kebijakan tidak akan tercapai dengan sendirinya

tanpa kebijakan tersebut diimplementasikan. Meskipun sebagai sebuah

konsep implementasi sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana

upaya yang dilakukan oleh para implementer dalam mewujudkan tujuan

35 kebijakan, akan tetapi hanya dengan menyebut implementasi saja tidak

cukup menggambarkan bagaimana sesungguhnya berbagai upaya untuk

mewujudkan tujuan kebijakan. Realitasnya, di dalam implementasi itu

sendiri terkandung suatu proses yang kompleks dan panjang. Proses

implementasi sendiri bermula sejak kebijakan ditetapkan atau memiliki

payung hukum yang sah. Setelah itu tahapan-tahapan implementasi akan

dimulai dengan serangkaian kegiatan mengelola peraturan, membentuk

organisasi, mengarahkan orang, sumber data, teknologi, menetapkan

prosedur, dan seterusnya dengan tujuan agar tujuan kebijakan yang telah

ditetapkan dapat diwujudkan (Cole, 2006).

Oleh sebab itu, tahap implementasi sebagai proses untuk

mewujudkan kebijakan sering disebut sebagai tahap penting (critical

stage). Disebut penting karena tahapan ini merupakan “jembatan” antara

dunia konsep dan dunia realita seperti Grindle yang menyebut bahwa

implementasi “establish a link that allows goals of public policies to be

realize as outcomes of governmental activity”. Dunia konsep yang

dimaksud disini tercermin dalam kondisi ideal, sesuatu yang dicita-citakan

untuk diwujudkan sebagaimana terformulasikan dalam dokumen

kebijakan. Sementara dunia nyata adalah realitas dimana masyarakat

sebagai kelompok sasaran kebijakan sedang bergelut dengan berbagai

persoalan sosial, ekonomi, dan politik menurut (Grindle, M, 1980) yaitu :

36 a. Keterkaitan antar Variabel dalam Implementasi

Upaya mempermudah identifikasi variabel-variabel dalam

implementasi, para ahli biasanya membedakan berbagai variabel dalam

dua kelompok besar, yaitu variabel tergantung (dependent variable) yang

hendak dijelaskan yaitu kinerja implementasi kebijakan dengan variabel

bebas (independent variable) yaitu berbagai faktor yang mempengaruhi

kinerja implementasi tersebut. Kinerja implementasi kebijakan tersebut

secara sederhana menggambarkan tingkat pencapaian tujuan kebijakan

yaitu : apakah hasil-hasil kebijakan (policy outcomes) yang diperoleh

melalui serangkaian proses implementasi tersebut secara nyata mampu

mewujudkan tujuan kebijakan yang telah ditetapkan (policy goals). Derajat

kinerja implementasi kebijakan dengan demikian menggambarkan

berbagai variasi perbandingan terbaik antara policy outcomes dengan

policy goals. Semakin tinggi policy outcomes maka semakin tinggi pula

kinerja implementasi kebijakan yang berhasil diraih oleh suatu kebijakan.

Sementara itu variabel independen merupakan seluruh variabel

yang diharapkan mampu menjelaskan derajat kinerja kebijakan tersebut.

variabel independen tersebut adalah keseluruhan faktor yang memiliki

keterkaitan proses implementasi suatu kebijakan dilakukan.

Sebagai variabel dependen, kinerja implementasi kebijakan

menduduki posisi sentral. Karena fenomena kinerja implementasi

kebijakan inilah yang selama beberapa generasi coba dijelaskan

eksistensinya. Akan tetapi, sebagai suatu konsep yang menggambarkan

37 kegagalan atau keberhasilan implementasi, ukuran atau kriteria untuk

menilai kinerja implementasi sendiri sering tidak seragam. Hal ini karena

apa yang disebut sebagai implementasi sendiri sering dipahami secara

berbeda antar peneliti satu dengan peneliti yang lain.

Ripley menjelaskan bahwa implementasi dapat dilihat dari dua

perspektif. Perspektif pertama memahami keberhasilan implementasi

dalam arti sempit yaitu sebagai kepatuhan implementer dalam

melaksanakan kebijakan yang tertuang dalam dokumen kebijakan (dalam

bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, program, dan lain-lain)

dengan cara demikian studi implementasi yang menggunakan perspektif

ini juga ingin mengetahui kepatuhan para bawahan dalam menjalankan

perintah yang diberikan oleh para atasan sebagai upaya untuk

melaksanakan suatu kebijakan.

Berbeda dengan perspektif pertama, perspektif kedua tidak hanya

memahami implementasi dari aspek kepatuhan para implementer

kebijakan dalam mengikuti SOP semata-mata. Perspektif kedua ini

berusaha untuk memahami implementasi secara lebih luas. Pertanyaan

untuk mengukur keberhasilan implementasi adalah : ”What is it achieving?

And why or Whats happening? And why?”. Mengikuti pendapat Ripley

tersebut maka ukuran keberhasilan implementasi tidak hanya dilihat dari

segi kepatuhan para implementor dalam mengikuti SOP namun demikian

juga diukur dari keberhasilan mereka dalam merealisasikan tujuan-tujuan

kebijakan yang wujud nyatanya berupa munculnya dampak kebijakan.

38 Artinya, kepatuhan para implementer dalam mengimplementasikan

kebijakan sesuai SOP bukan satu-satunya alat ukur keberhasilan

implementasi. Kepatuhan tersebut semestinya perlu dipandang sebagai

kondisi yang harus dilalui agar tujuan kebijakan dapat diwujudkan, bukan

tujuan akhir dari implementasi itu sendiri. Pencapaian tujuan kebijakan

tidak cukup hanya dengan mengikuti SOP saja akan tetapi akan sangat

dipengaruhi oleh faktor lain seperti ketepatan instrumen kebijakan,

kecukupan keluaran kebijakan, kualitas keluaran kebijakan, dan lain-lain.

Cara pandang yang demikian sangat relevan manakala dalam

realitanya seringkali ditemukan banyak kasus ketika penyampaian

keluaran kebijakan kepada kelompok sasaran sudah sesuai dengan

prosedur yang ditetapkan, akan tetapi nasib kelompok sasaran tidak

banyak mengalami perubahan. Atau dengan kata lain implementasi

kebijakan gagal mencapai tujuan kebijakan yang telah ditetapkan, yaitu

mengubah nasib kelompok sasaran dari suatu kondisi ke kondisi lain yang

lebih baik sebagaimana diidealkan dalam dokumen kebijakan. Dalam

keadaan yang demikian persoalan nasib kelompok sasaran menjadi

relevan.

b. Kompleksitas Proses Implementasi

Karena lebih komprehensif dalam memahami bagaimana realita

implementasi suatu kebijakan yang sesungguhnya terjadi, perspektif

kedua lebih banyak dipakai sebagai acuan oleh para ahli implementasi.

Perspektif tersebut memang lebih membantu para peneliiti yang berusaha

39 untuk menjelaskan bagaimana realitas implementasi suatu kebijakan,

yaitu bagaimana setelah melalui serangkaian proses yang panjang suatu

kebijakan kemudian mampu mewujudkan tujuan atau sasaran yang ingin

dicapai.

Apabila disepakati bahwa cara melihat keberhasilan implementasi

tidak hanya berhenti pada kepatuhan para implementer saja namun juga

hasil yang dicapai setelah prosedur implementasi dijalani maka upaya

untuk mencapai memahami realitas implementasi kebijakan perlu dilihat

secara lebih detail dengan mengikuti proses implementasi yang dilalui

para implementer dalam upaya untuk mewujudkan tujuan kebijakan

tersebut.

Pada dasarnya suatu kebijakan atau program diformulasikan dengan

misi untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Untuk mencapai tujuan

tersebut maka suatu kebijakan membutuhkan masukan-masukan

kebijakan (policy input).

Policy output sebagai instrumen kebijakan tidak akan sampai kepada

kelompok sasaran tanpa dilakukannya kegiatan menghantarkan policy

output tersebut (berupa realisasi kegiatan atau distribusi bantuan) kepada

kelompok sasaran, kegiatan menghantarkan policy output kepada

kelompok sasaran ini menjadi tugas implementing agency (lembaga yang

diberi tugas untuk mengimplementasikan kebijakan).

Di masa lalu implementing agency yang utama adalah birokrasi

pemerintah atau eksekutif. Birokrasi pemerintah dan perangkatnya (di

40 pusat berupa kementerian/lembaga sedang di daerah bernama

dinas/badan) kemudian akan memobilisasi sumber daya manusia,

teknologi, sumber keuangan, dan keterampilan manajemen untuk dapat

menyampaikan policy output tersebut secara efektif, efisien, dan akurat

kepada kelompok sasaran.

Namun demikian, seiring dengan perkembangan konsep

governance, saat ini implementing agency tidak hanya menjadi monopoli

pemerintah. Selain karena semakin terbatasnya kemampuan pemerintah,

dari segi anggaran, SDM, teknologi, dan kapasitas manajemen untuk

dapat memecahkan semua urusan publik sendiri, era demokrasi juga

menuntut pemerintah makin terbuka dan makin inklusit dalam memberikan

ruang bagi Civil Society Organizations (CSOs) dan sektor swasta untuk

dapat terlibat dalam implementasi suatu kebijakan. Keterlibatan CSOs dan

swasta ini yang saat ini memunculkan implementing agency yang memiliki

karakter hybrid yaitu merupakan perpaduan berbagai jenis organisasi.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG INTEGRASI JAMKESDA KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

a. Integrasi Jamkesda ke JKN

Negara-negara di dunia melalui badan kesehatan internasional

WHO telah sepakat untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC) di

tahun 2014. Universal Health Coverage (UHC) merupakan sistem

kesehatan yang memastikan setiap warga di dalam populasi memiliki

41 akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu meliputi

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Indonesia dalam rangka mencapai

tujuan global UHC menerapkan kebijakan jaminan sosial secara nasional

melalui Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan

menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai

pelaksana program jaminan sosial.

Pemerintah daerah juga menerapkan sistem jaminan bidang

kesehatan bagi masyarakat di daerah yang dikenal dengan Jaminan

kesehatan daerah (Jamkesda).

Menghadapi tantangan menuju UHC, maka pemerintah menyusun

strategi dengan pengintegrasian Jamkesda kedalam Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang akan dikelola secara terpusat oleh BPJS,

namun kebijakan tersebut tidak didukung oleh kondisi yang ada

didaerah, pemerintah pusat dihadapkan pada variasi sistem Jamkesda

yang meliputi sistem pengelolaan, paket manfaat yang diterima

peserta jamkesda, dan sasaran penerima bantuan iuran (PBI). Variasi

sistem tersebut dipengaruhi oleh faktor kemampuan fiskal daerah,

komitmen pimpinan daerah serta penyesuaian regulasi antara daerah

dengan pusat.

Pengelolaan sistem pengintegrasian yang tepat akan mencegah

terjadinya tumpang tindih (overlapping) tugas, wewenang dan tanggung

jawab pada pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun BPJS.

42

Disamping faktor manajemen pengelolaan, faktor lain yang

perlu diperhatikan dalam tujuan pengintegrasian sistem Jamkesda ke

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah faktor paket

manfaat yang diberikan kepada peserta. Paket manfaat Jamkesda saat

ini masih sangat bervariasi, tergantung pada APBD dan komitmen

pemerintah daerah terhadap masalah kesehatan yang ada. Paket

manfaat ini menjadi faktor penting mengingat pada saat pelaksanaan

integrasi, jaminan kesehatan tersebut mencakup semua yang indikasi

medis (Aulia, 2014).

Pengelolaan jaminan kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) dengan memperhatikan konsep universal dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Pengelolaannya tidak lagi terpisah-pisah menurut tempat tinggal

(Provinsi, Kota/Kabupaten, tempat bekerja) melainkan terintegrasi

dalam BPJS Kesehatan secara nasional;

2. Pendanaan berbasis asuransi sosial dimana semua penduduk wajib

membayar iuran. Namun penduduk yang miskin dan tidak mampu

akan mendapat bantuan iuran (mekanisme bantuan sosial) dari

pemerintah. Ketika penduduk tersebut tidak lagi miskin maka ia

wajib membayar iuran;

3. Layanan kesehatan perorangan yang dijamin adalah semua layanan

atas indikasi medis (sesuai kebutuhan medis) mencakup upaya

43

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat layanan

orang per orang;

4. Fasilitas layanan yang memproduksi layanan yang akan dibeli oleh

BPJS adalah fasilitas kesehatan milik pemerintah dan/ atau swasta.

Dengan demikian sumber daya kesehatan akan digunakan untuk

menjamin seluruh penduduk memiliki akses terhadap layanan

kesehatan;

5. Cara belanja (metode pembayaran) yang efisien agar dana amanat

digunakan secara optimal adalah cara pembayaran prospektif

seperti pembayaran kapitasi untuk rawat jalan primer dan

pembayaran DRG (Diagnosis Realeted Group) yang di Indonesia

telah dikenal dengan INA-CBG untuk rawat jalan sekunder (rujukan)

dan rawat inap;

6. Dengan pengelolaan oleh BPJS, maka sistem administrasi

pengumpulan dana, pembelanjaan, klaim, pelaporan, dan lain-lain

akan menjadi lebih efisien dan memudahkan dipahami oleh seluruh

peserta dan seluruh pengelola fasilitas kesehatan.

Sesuai peta jalan jaminan kesehatan nasional diharapkan pada

tahun 2016, semua Jamkesda untuk masyarakat miskin telah terintegrasi

dalam sistem JKN. Integrasi kepesertaan Jamkesda ke sistem JKN bagi

PBI didukung oleh regulasi daerah berupa SK Bupati untuk penetapan

peserta PBI dan perjanjian kerjasama Pemerintah Daerah dan BPJS.

Integrasi Jamkesda ke sistem JKN bagi PBI telah dilaksanakan oleh

44 daerah dengan cara yang berbeda, baik dalam aspek penetapan kriteria,

institusi pelaksana verifikasi dan validasi peserta, penambahan dan

pengurangan data peserta, pendistribusian kartu dan waktu pembayaran

premi.

Beberapa kendala yang dialami oleh stakeholder terkait dalam

integrasi Jamkesda meliputi kendala dalam manajemen kepesertaan,

keterbatasan SDM, anggaran, teknis verifikasi validasi masyarakat miskin

dan sistem BPJS yang masih baru. Proses integrasi kepersertaan

Jamkesda ke sistem JKN telah dilaksanakan cukup baik sesuai dengan

kondisi di daerah masing-masing. Adanya landasan hukum dan pedoman

pelaksanaan integrasi Jamkesda ke sistem jaminan kesehatan nasional,

yang dapat menjadi acuan yang benar sehingga mengurangi

ketidaktepatan dalam pelaksanaan (Rukmini, Ristrini et al. 2017).

Menurut Supriyantoro (2014), tahapan dalam skema time frames

dipenuhi sesuai tenggat waktu maka agenda setting yang dapat terjadi

adalah sebagai berikut :

Tahun 2014-2015

1. Dari sisi kepesertaan, Jamkesda tetap berperan untuk memenuhi

kepesertaan diluar yang belum tercakup dalam kriteria PBI

pemerintah pusat.

2. Dari sisi paket manfaat, Jamkesda tetap akan bervariasi sesuai

dengan kebijakan daerah dan kemampuan faskes yang ada, disisi

45

lain daerah diharapkan terus mempersiapkan fasilitas kesehatannya

mengacu pada standar JKN.

3. Dari sisi pengelolaan, sistem manajemen diharapkan mulai

disinkronisasi antara pengelolaan Jamkesda dan JKN termasuk

dalam hal INA-CBGs dan Kapitasi.

4. Dari sisi pengelolaan, mulai dipersiapkan indikator kinerja/monitoring

evaluasi JKN yang bersifat partisipatif/yang disepakati oleh daerah.

Tahun 2016-2017

1. Dari sisi kepesertaan pada tahun 2016 PBI hanya dijalankan pada

masyarakat miskin di daerah, namun pada tahun 2017, PBI sudah

mencakup semua masyarakat miskin di daerah dengan indeks

kapasitas fiskal rendah.

2. Dari sisi kepesertaan, pada periode ini diharapkan daerah pun

sudah mulai mengusulkan besaran jaminan dan penambahan

jumlah PBI di daerahnya diatas standar jaminan dan jumlah PBI

nasional.

3. Dari sisi paket manfaat, dalam agenda setting diasumsikan pada

tahun 2016 semua perbedaan paket manfaat yang terjadi dapat

diatasi oleh JKN dan tambahan kebutuhan daerah dapat dipenuhi.

4. Dari sisi pengelolaan, pada tahun 2016-2017, semua sistem

pengelolaan Jamkesda telah sinkron dengan sistem pengelolaan

pusat.

46 5. Dari sisi pengelolaan, pada tahun 2016-2017, indikator

kinerja/monitoring evaluasi JKN yang bersifat partisipatif/yang

disepakati oleh daerah sudah mulai dapat diterapkan.

Tahun 2018

1. Dari sisi kepesertaan, pada tahun 2018 pengintegrasian sudah

mencakup masyarakat miskin di daerah dengan indeks kapasitas

fiskal tinggi.

2. Dari sisi kepesertaan, pada tahun 2018 ini diharapkan daerah

sepenuhnya dapat mengusulkan besaran jaminan dan jumlah PBI di

daerahnya diatas standar jaminan dan jumlah PBI nasional.

3. Dari sisi paket manfaat, pada tahun 2018 ini paket manfaat wajib

sudah dapat dipenuhi daerah. Disisi lain tambahan manfaat daerah

dan upaya promotif preventif sudah dapat terpenuhi dalam paket

manfaat.

4. Dari sisi pengelolaan, pada tahun 2018, indikator kinerja/monitoring

evaluasi JKN yang bersifat partisipatif/yang disepakati oleh daerah

sudah diterapkan sepenuhnya.

Tahun 2019

1. Dari sisi kepesertaan, tahun 2019 diharapkan kepesertaan

PBI sudah sepenuhnya terpenuhi sesuai dengan kriteria nasional.

2. Dari sisi paket manfaat, paket manfaat wajib sudah sepenuhnya

dapat dipenuhi daerah. Disisi lain tambahan manfaat daerah dan

47

upaya promotif preventif sudah dapat terpenuhi dalam paket

manfaat JKN yang diterima daerah.

3. Dari sisi pengelolaan, semua Jamkesda telah terintegrasi secara

penuh dan terpusat dalam kerangka JKN dengan tetap memberikan

ruang bagi daerah dalam mengembangkan peran check and

balances.

b. Syarat-Syarat Integrasi Jamkesda ke JKN

UU SJSN menjamin hak fasilitas pelayanan kesehatan yang sama

untuk mendapatkan kontrak dengan BPJS dalam memberi dan

menyediakan pelayanan kesehatan bagi peserta. Implementasi ketentuan

ini memerlukan berbagai persyaratan sebagai berikut (DJSN, K. 2012) :

1. Adanya standarisasi prosedur medik, keperawatan, dan kefarmasian

sebagai pedoman pemberian pelayanan kesehatan dimasing-masing

tingkatan pelayanan dan tingkatan fasilitas.

2. Standarisasi kompetensi yang meliputi infrastruktur, tenaga kerja,

dan peralatan sebagai pedoman untuk mengontrak fasilitas

pelayanan kesehatan oleh BPJS.

3. Keterlibatan pemerintah (pusat dan daerah) dan swasta dalam

membangun fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

terdistribusi dengan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut maka kegiatan-kegiatan yang

diperlukan dari aspek pelayanan kesehatan di antaranya adalah sebagai

berikut :

48 1. Peningkatan Ketersediaan Dan Kualitas Fasilitas Kesehatan, Tenaga

Kesehatan, Dan Sarana Kesehatan

Untuk melakukan hal tersebut diperlukan sejumlah kegiatan,

diantaranya sebagai berikut :

a) Penyusunan rencana aksi pengembangan pelayanan kesehatan

yang di dalamnya memuat rencana pengembangan fasilitas

kesehatan, tenaga kesehatan, alat dan infrastruktur kesehatan serta

penguatan sistem rujukan oleh Kementerian Kesehatan.

b) Implementasi pengembangan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan,

dan sarana kesehatan.

c) Implementasi penguatan sistem rujukan.

d) Pemerintah (termasuk pemda) memberikan informasi dan peluang

kepada sektor swasta perorangan atau kelembagaan untuk berperan

aktif menyediakan layanan kesehatan bagi peserta BPJS.

e) Menjamin bahwa prinsip any willing provider (yaitu setiap fasilitas

kesehatan yang bersedia menerima pembayaran dari BPJS yang

besarnya disepakati untuk suatu wilayah) diterapkan. Tidak boleh

ada diskriminasi dimana suatu fasilitas kesehatan tidak dikontrak

BPJS, padahal fasilitas kesehatan tersebut bersedia menerima dan

memenuhi ketentuan peraturan perundangan.

2. Penyusunan Sistem/Standar Operasional Pelayanan

Untuk melakukan hal tersebut diperlukan sejumlah kegiatan, di

antaranya sebagai berikut :

49 a) Penyusunan standar prosedur medik, keperawatan, dan kefarmasian

sebagai pedoman pemberian pelayanan kesehatan di masing-

masing tingkatan pelayanan dan tingkatan fasilitas yang dapat

dilakukan oleh asosiasi fasilitas atau tenaga kesehatan.

b) Penyusunan standar kompetensi yang telah disusun oleh Konsil

Kedokteran dan standar infrastruktur, tenaga kerja dan peralatan

sebagai pedoman untuk mengontrak fasilitas pelayanan kesehatan

oleh BPJS.

c) Penyusunan Pedoman Kredensialing/Re-Kredensialing Fasilitas

Kesehatan.

d) Pengembangan sistem kendali mutu pelayanan kesehatan untuk

menjamin kualitas layanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan

memenuhi syarat minimal.

e) Merumuskan dan operasionalisasi pemantauan kendali mutu dan

biaya untuk menghindari pelayanan kesehatan yang berlebihan,

ketidak-tepatan diagnosis, prosedur terapi dan intervensi,

pengobatan dan pembuatan resep yang tidak rasional serta

pemberian rujukan yang tidak tepat.

f) Perumusan dan operasionalisasi sistem penanganan keluhan dari

peserta baik oleh fasilitas kesehatan maupun BPJS.

c. Tujuan Integrasi Jamkesda ke JKN

Dalam sidang ke 58 tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly

(WHA) menggaris bawahi perlunya pengembangan sistem pembiayaan

50 kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada mereka

terhadap risiko keuangan. WHA ke 58 mengeluarkan resolusi yang

menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal

Health Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan

sosial. WHA juga menyarankan kepada WHO agar mendorong negara-

negara anggota untuk mengevaluasi dampak perubahan sistem

pembiayaan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ketika mereka

bergerak menuju UHC.

Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas,

pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan

masyarakat melalui JKN bagi kesehatan perorangan. Hal tersebut

dilaksanakan melalui program integrasi Jamkesda ke dalam JKN.

d. Proses Pengintegrasian Jamkesda ke JKN

Dalam proses pengintegrasian Jamkesda ke JKN dalam rangka

mencapai kepesertaan semesta jaminan kesehatan sesuai Undang-

Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), berikut proses peintegrasian

tersebut yaitu :

1. Komitmen nasional dalam mengimplementasikan kegiatan-kegiatan

pengintegrasian Jamkesda ke JKN.

51 2. DJSN melakukan koordinasi dan sinkronisasi yang terus menerus

dengan institusi yang terkait dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

yang diperlukan pada proses pengintegrasian.

3. Regulasi integrasi Jamkesda ke sistem JKN di daerah.

4. Advokasi oleh BPJS tentang pengintegrasian Jamkesda ke JKN.

5. Penyediaan data peserta integrasi Jamkesda ke JKN.

6. Proses verifikasi dan validasi data peserta integrasi Jamkesda ke

JKN.

7. Penerbitan dan pendistribusian kartu peserta JKN.

e. Dasar Hukum Integrasi Jamkesda ke JKN

Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya

dibayar oleh Pemerintah. Pada Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

terdapat pernyataan, fakir miskin dan orang tidak mampu menjadi

tanggung jawab pemerintah pusat. Hal inilah yang menjadikan pemerintah

pusat memiliki obsesi agar Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dapat

berintegrasi ke dalam JKN.

Pada awal pembentukannya, Jamkesda merupakan jaminan

kesehatan yang bersifat komplementer terutama terhadap Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Artinya, Jamkesda hanya

merupakan pelengkap dari Jamkesmas, karena paket manfaat yang

52 ditawarkan oleh Jamkesda umumnya memiliki kesamaan dengan paket

manfaat yang ditawarkan oleh Jamkesmas, dengan adanya penyesuaian

dengan daerah masing-masing. Selain itu untuk menyelenggarakan JKN

sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan, maka telah diterbitkan

berbagai peraturan yang mendukung hal tersebut, diantara lain:

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang PBI Jaminan

Kesehatan

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS

5. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 dan Perubahannya No.

111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

6. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2014 tentang Pedoman

Penyusunan Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang

Kesehatan dan Bidang Ketenagakerjaan

7. Permendagri Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014

f. Konsep dan Manfaat Integrasi Jamkesda ke JKN

Secara umum konsep integrasi Jamkesda ke JKN adalah dengan

cara mendaftarkan peserta Jamkesda ke BPJS Kesehatan dan membayar

iurannya dengan membayar iuran sebagaimana yang ditetapkan dalam

Perpres No. 19 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Perpres No. 12

53 tahun 2013 tentang jaminan Kesehatan, besaran iuran untuk PBI yang

awalnya Rp.19.225,- menjadi Rp.23.000,- per orang setiap bulan. Adapun

bagi daerah yang tidak mampu, dapat menyeleksi sasaran yang benar-

benar miskin dan tidak mampu untuk dibiayai Pemda, sedangkan bagi

yang mampu dimotivasi untuk mendaftar menjadi peserta ke BPJS

Kesehatan dan membayar iurannya (Rachmatarwata Isa, 2015). Integrasi

pendanaan dan data peserta Jamkesda dilakukan secara bertahap agar

tidak ada warga miskin yang tidak mempunyai akses pelayanan

kesehatan.

Bagi daerah yang mengalami keterbatasan anggaran maka

pemerintah daerah dapat mendorong agar penduduk miskin dan tidak

mampu menjadi PBI jaminan kesehatan yang iurannya dibayar oleh

Pemerintah (APBN) dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang PBI Jaminan Kesehatan.

selain itu, Pemerintah daerah dapat mendaftarkan sejumlah penduduk

miskin dan tidak mampu yang sebelumnya merupakan peserta Jamkesda

baik yang sakit maupun yang sehat sesuai kecukupan anggaran dan akan

mendaftarkan lagi penduduk miskin dan tidak mampu sebagai peserta

susulan.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari integrasi Jamkesda

ke dalam JKN antara lain:

54 a. Terjadi Akselerasi UHC, sehingga target tahun 2019 seluruh

penduduk Indonesia menjadi peserta dalam Jaminan Kesehatan

Nasional akan terwujud .

b. Biaya klaim Jamkesda yang bersumber dari APBD akan mengalami

penurunan yang signifikan.

c. Dengan berintegrasi ke dalam JKN akan memperoleh manfaat yang

lebih besar jika dibandingkan dengan menyelenggarakan sendiri

terutama peserta akan memperoleh manfaat yang komprehensif dan

memperoleh kemudahan dalam mengakses fasilitas pelayanan

kesehatan karena prinsip portabilitas .

d. Beban anggaran pemerintah daerah menjadi berkurang untuk

membiayai jaminan kesehatan dan dapat diarahkan untuk

membiayai program kesehatan prioritas lainnya, seperti preventif,

promotif dan penguatan fasilitas pelayanan kesehatan serta

peningkatan kualitas SDM Kesehatan.

C. TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN DAERAH

a. Pengertian Jaminan Kesehatan Daerah

Jaminan kesehatan daerah merupakan subsistem dari jaminan sosial

yang bersifat jangka pendek dan sekaligus merupakan perwujudan dari

subsistem pembiayaan kesehatan pada upaya kesehatan perorangan.

Menurut Mukti (2007), Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA)

55 merupakan tatanan yang mengatur penyelenggaraan kesehatan di daerah

dengan menggunakan prinsip-prinsip asuransi kesehatan sosial.

Disamping itu, jaminan kesehatan daerah juga diselenggarakan secara

terstruktur, terpadu dan berkesinambungan.

Para intelektual/pakar menilai bahwa kebijakan otonomi daerah

dibawah Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 merupakan salah satu

kebijakan otonomi daerah yang baik yang pernah ada di Indonesia.

Undang-Undang ini merupakan salah satu perwujudan refomasi yang

telah melahirkan paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintah

daerah.

b. Kewajiban Pemerintah Daerah

Dalam menyelenggarakan otonomi, Pemerintah daerah mempunyai

kewajiban:

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan

kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;

5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

8. Mengembangkan sistem jaminan sosial;

56 9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

11. Melestarikan lingkungan hidup;

12. Mengelola administrasi kependudukan;

13. Melestarikan nilai sosial budaya;

14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangannya;

15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

c. Tujuan Program Jaminan Kesehatan Daerah

Secara umum tujuan program Jamkesda meliputi dua tujuan yakni :

1. Tujuan umum

Tujuan umum program Jamkesda adalah memberi perlindungan

kepada peserta dalam bentuk pemeliharaan kesehatan paripurna dengan

sistem jaminan kesehatan yang terkendali baik mutu maupun biayanya.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus program Jamkesda adalah :

1) Tersedianya anggaran biaya dari pemerintah daerah sebagai

dana pra upaya pengganti premi untuk menjamin pelayanan

kesehatan bagi peserta yang tidak tercakup dalam program

jaminan pelayanan kesehatan pemerintah.

2) Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi peserta dengan

sistem jaminan kesehatan dalam program Jamkesda.

57

3) Terselenggaranya mekanisme koordinasi, pembimbingan,

pembinaan serta pengawasan program Jamkesda.

Sedangkan untuk pelaksanaan, mekanisme koordinasi,

pembimbingan, pembinaan serta pengawasan program Jamkesda

dibentuk tim pembina yang bertugas :

1. Melakukan kajian, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program

Jamkesda.

2. Merumuskan kebijakan dan pengembangan program dan

mengusulkan kepada Bupati.

3. Mengusulkan anggaran Jamkesda termasuk bantuan iuran bagi

masyarakat miskin.

Tim pembina ini dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi

merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan dan

pengembangan Jamkesda, serta mempunyai kewenangan untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan

Jamkesda.

d. Pelayanan Kesehatan Yang Tidak Ditanggung Jaminan

Kesehatan Daerah

Pelayanan kesehatan yang tidak ditanggung Jamkesda adalah :

1. Pelayanan yang tidak sesuai prosedur;

2. Pelayanan yang bertujuan komestik;

3. Pelayanan untuk tujuan memperoleh keturunan;

4. Pelayanan dalam rangka bencana alam;

58 5. Pelayanan dalam rangka bakti sosial;

6. Protesa alat bantu dengar, alat penyangga;

7. Pelayanan lain diluar paket dasar yang ditentukan;

8. Pelayanan dalam rangka penanggulangan bencana alam dan atau

pelayanan sosial.

e. Sumber Biaya Jaminan Kesehatan Daerah

Sumber biaya program Jamkesda adalah dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD), digunakan sebagai premi/dana pra upaya

yang besarnya per peserta per bulan ditentukan berdasar atas manfaat

atau jenis pelayanan yang dibutuhkan atau menjadi hak peserta. Selain

dari anggaran pendapatan dan belanja daerah sumber biaya program

Jamkesda dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, iuran

peserta dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Prinsip Jaminan Kesehatan Daerah

Menurut Trisnantoro (2009), bahwa penyelenggaraan sistem jaminan

kesehatan daerah hendaknya mengacu pada beberapa prinsip dasar

sebagai berikut :

1. Prinsip Solidaritas Sosial. Program dan jaminan/asuransi kesehatan

diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial yang wajib

untuk menuju cakupan universal (Universal coverage) yang akan

dicapai secara bertahap, sehingga tercipta subsidi silang antara yang

kaya kepada yang miskin, antara yang muda kepada yang tua,

59

antara yang sehat kepada yang sakit, dan antar daerah yang kaya

kepada daerah yang miskin.

2. Prinsip Efisiensi. Penyelenggaraan Jamkesda diberikan dalam

bentuk pelayanan yang terkendali utilisasi dan biayanya (mengacu

pada managed care).

3. Prinsip Ekuitas. Program Jamkesda diselenggarakan berdasarkan

prinsip keadilan dimana setiap penduduk tanpa memandang suku,

bangsa, agama, aliran politik, dan status ekonominya, harus

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

medisnya dan membayar iuran sesuai dengan kemampuan

ekonominya.

4. Prinsip Komprehensip. Benefit pelayanan pada program Jamkesda

harus bersifat komprehensif sesuai dengan kebutuhan medis

peserta, yang meliputi preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.

5. Prinsip Propabilitas. Seorang peserta tidak boleh kehilangan

perlindungan/jaminan bagi dirinya apabila ia pindah tempat tinggal,

pindah kerja, atau sementara tidak bekerja.

6. Prinsip nirlaba (not for profit). Pengelolaan program Jamkesda

diselenggarakan atas dasar tidak mencari laba, akan tetapi

memaksimalkan pelayanan.

60

D. TINJAUAN UMUM TENTANG JAMKESDA-GEMBIRA

Pelaksanaan kebijakan program jaminan kesehatan daerah di

Kabupaten Bombana berdasarkan pada Peraturan Bupati Bombana

Nomor 32 Tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan jaminan kesehatan

daerah gerakan membangun Bombana dengan Ridho Allah yang tertuang

dalam petunjuk teknis JAMKESDA-GEMBIRA Kabupaten Bombana.

Program Jaminan Kesehatan Daerah Gerakan Membangun

Bombana dengan Ridho Allah (JAMKESDA-GEMBIRA) merupakan salah

satu dari program unggulan Bupati Bombana yang masuk dalam program

Gembira Sehat.

a. Tujuan Penyelenggaraan JAMKESDA-GEMBIRA

1. Tujuan Umum

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap

seluruh masyarakat di Kabupaten Bombana agar tercapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

2. Tujuan Khusus

1) Terselenggaranya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit serta

Puskesmas dan Jaringannya termasuk pertolongan persalinan;

2) Terselenggaranya pengendalian rujukan kasus;

3) Terkendalinya biaya dan mutu dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan;

61

4) Terselenggaranya manajemen pengelolaan keuangan yang

transparan dan akuntabel.

b. Sasaran Pelaksanaan JAMKESDA-GEMBIRA

Sasaran program JAMKESDA-GEMBIRA adalah seluruh penduduk

Kabupaten Bombana, tidak termasuk yang telah memiliki jaminan

kesehatan lainnya (Peserta JKN dan Bahteramas).

c. Kebijakan Operasional JAMKESDA-GEMBIRA

1. Jaminan Kesehatan Daerah-Gerakan Membangun Bombana dengan

Ridho Allah (JAMKESDA-GEMBIRA) adalah salah satu bentuk

perlindungan sosial untuk menjamin seluruh penduduk Kabupaten

Bombana agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak (dalam hal ini kebutuhan untuk hidup sehat).

2. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat

Bombana menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah

Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan konstribusi sehingga

menghasilkan pelayanan yang optimal.

3. Penyelenggaraan JAMKESDA-GEMBIRA mengacu pada prinsip-

prinsip :

a) Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan semata-mata

untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

b) Menyeluruh (Komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan

medik yang cost effective dan rasional.

62

c) Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan

ekuitas.

d) Transparan dan akuntabel.

e. Tata Laksana Kepesertaan JAMKESDA-GEMBIRA

KETENTUAN UMUM

1. Peserta program JAMKESDA-GEMBIRA adalah setiap orang yang

terdaftar dan memiliki kartu Jamkesda-Gembira berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan setelah terdaftar sebagai

peserta JAMKESDA-GEMBIRA.

2. Peserta JAMKESDA-GEMBIRA adalah terdiri dari keluarga inti

(suami, istri, dan anak-anaknya) dan anggota keluarga yang menjadi

tanggungannya.

3. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta JAMKESDA-GEMBIRA

langsung menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang

meninggal dunia langsung hilang hak kepesertaannya.

4. Anak panti asuhan dan tuna wisma di wilayah Kabupaten Bombana

berhak menjadi peserta JAMKESDA-GEMBIRA dan dibuktikan

dengan surat keterangan dari pimpinan panti asuhan dan Dinas

Sosial.

5. Peserta JAMKESDA-GEMBIRA tidak dibenarkan memiliki 2 (dua)

atau lebih jenis kepesertaan jaminan kesehatan.

63

E. TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

a. Definisi Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan yang berupa perlindungan kesehatan agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

pemerintah (Perpres No. 12, 2013).

b. Program Jaminan Kesehatan Nasional

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat JKN adalah suatu

program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan

kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat

Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan

sejahtera (Naskah Akademik SJSN, 2004).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di

Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui

mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)

berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional, tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia

terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.

64 c. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional

Unsur-unsur penyelenggaraan dalam Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) meliputi :

1. Regulator

Yang meliputi berbagai kementerian/lembaga terkait antara lain

Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian

Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial,

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Dalam

Negeri, dan Dewan Jaminan Sosial Nasioanal (DJSN).

2. Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah seluruh

penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling

singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

3. Pemberi Pelayanan Kesehatan

Pemberi Pelayanan Kesehatan adalah seluruh fasilitas layanan

kesehatan primer (Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama) dan rujukan

(Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut).

4. Badan Penyelenggara

Badan Penyelenggara adalah badan hukum publik yang

menyelenggarakan program jaminan kesehatan sebagaimana yang

ditetapkan oleh Undang-Undnag Nomor 24 Tahun 2011 tentang

BPJS.

65 d. Karakteristik Jaminan Kesehatan Nasional

1. Diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip-prinsip

asuransi sosial yang diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun

2004, berikut prinsip-prinsip yang terdapat dalam program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) :

a. Prinsip kegotongroyongan

Dalam SJSN, gotong royong berarti peserta yang mampu

membantu peserta yang tidak mampu, peserta yang sehat

membantu peserta yang sakit. Hal ini terwujud karena peserta

SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk Indonesia. Dengan

demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat

menimbulkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Prinsip nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial adalah nirlaba bukan untuk mencari laba, sebaliknya

tujuan utama adalah memenuhi sebesar-besarnya kepentingan

peserta.

c. Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk

memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta

sekalipun mereka pindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam

wilayah Negara Kesatuan republik Indonesia.

66

d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi

peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan

bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia, penerapannya

tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan

pemerintah serta kelayakan pelaksanaan program.

e. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan

kepada badan-badan penyelenggaraan untuk dikelola sebaik-

baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk

kesejahteraan peserta.

f. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial

Dana yang diperoleh dipergunakan seluruhnya untuk

pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya

kepentingan peserta.

g. Prinsip ekuitas

Kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan

kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang

telah dibayarkan.

e. Tujuan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional

Tujuan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional adalah untuk

memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan

67 pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan (UU No. 40/2004 Pasal 19 Ayat

2).

f. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan

yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan

bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang

diperlukan (Perpres RI, 2013).

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas dua jenis

yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis

meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat pelayanan promotif dan

preventif meliputi pemberian pelayanan (Kemenkes RI, 2014) :

a) Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku

hidup bersih dan sehat.

b) Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmet Guerin (BCG), Difteri

Pertusis Tetanus dan Hepatitis B (DPTHB), polio, dan campak.

c) Keluarga Berencana (KB), meliputi konseling, kontrasepsi dasar,

vasektomi, dan tubeksomi bekerja sama dengan lembaga yang

membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan

alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah.

68 d) Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk

mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari

risiko penyakit tertentu.

g. Kelembagaan Jaminan Kesehatan Nasional

Program Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh Badan

penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) yang mengurusi kegiatan terkait

pelayanan jaminan kesehatan nasional. Untuk pelaksanaan di lapangan

BPJS kesehatan akan menjadi badan pelaksana untuk program JKN ini,

sedangkan Rumah Sakit dan Puskesmas sebagai penyedia jasa

pelayanan.

69

g. SINTESA PENELITIAN

No Penulis/ Tahun

Judul Tujuan Metode dan Variabel Hasil Rekomendasi

1 (Maulidiana, 2016)

Analisis Implementasi Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Ke Dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Provinsi Jawa Tengah

Untuk menganalisis implementasi integrasi Jamkesda ke dalam JKN di Provinsi Jawa Tengah dalam upaya menuju UHC yang ditargetkan akan terealisasi pada tahun 2019

Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif

Provinsi Jawa Tengah belum optimal dalam pelaksanaan implementasi integrasi Jamkesda ke dalam JKN dilihat dari segi komunikasi, terdapat pihak yang tidak peduli terkait pelaksanaan rapat koordinasi. Kualitas sumber daya atas pemahaman regulasi kurang baik, strategi berupa Juknis kurang tersampaikan, dan anggaran dana yang kurang mencukupi jumlah target peserta. Struktur birokrasi sudah cukup baik dilihat dari belum tersedia SOP dalam integrasi Jamkesda ke dalam JKN tapi sudah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang disesuaikan pada bidang

Harus ada konsistensitas peserta, lebih menekankan pemahaman regulasi, membentuk SOP integrasi, dan melakukan pendataan lebih intens.

70

No Penulis/ Tahun

Judul Tujuan Metode dan Variabel Hasil Rekomendasi

masing-masing. Koordinasi antara pihak yang terkait sudah berjalan dengan baik.

2 (Rosyadi, 2016)

Implementasi Kebijakan Tata Kelola Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Jawa Timur

Untuk menganalisa pengelolaan peserta melalui metode interpretasi, penggambaran, analisis, dan pembuatan model pelaksanaan kebijakan dan sinkronisasi program asuransi kesehatan daerah

Desain penelitian kualitatif dengan teknik penentuan informan yaitu purposive sampling

Peserta dalam pengelolaan program JKN tidak optimal, dan saat ini masyarakat miskin yang tidak dapat diakomodasi dalam pengelolaan Penerima Kontribusi (PBI) telah dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah, melalui program Asuransi Kesehatan Daerah.

Pemerintah Daerah diharapkan menyesuaikan kebijakan pemerintah pusat dalam mengelola peserta jaminan kesehatan nasional untuk mewujudkan universal coverage.

3 (Margono and Irawan,

Implementasi Pelayanan Jaminan

Untuk mendeskripsikan tentang

Penelitian ini menggunakan desain penelitian

Secara implementatif layanan yang dilakukan pihak rumah sakit belum optimal, tetapi ditinjau dari

Dalam rangka meningkatkan pelayanan

71

No Penulis/ Tahun

Judul Tujuan Metode dan Variabel Hasil Rekomendasi

2017) Kesehatan Daerah Pada RSUD Taman Husada Di Kota Bontang

implementasi pelayanan Jamkesda di RSUD Taman Husada Kota Bontang sebagaimana yang diatur pada Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Program Jamkesda

kualitatif kontribusinya sangat membantu bagi masyarakat. Faktor yang mendukung meliputi : UU No. 34 tahun 1992 tentang kesehatan, Perda No.11 Tahun 2009 tentang program Jamkesda, Peraturan Walikota Bontang No. 26 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Jamkesda, Komitmen pimpinan yang kuat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pengguna jasa Jamkesda. Sedangkan faktor yang menghambat adalah Kurangnya tenaga medis maupun non medis, Kurangnya sarana kesehatan, terbatasnya alokasi anggaran untuk kegiatan operasional, dan desparitas sikap dan perilaku petugas pelaksana dalam menghadapi pengguna jasa kesehatan.

Jamkesda di RSUD Taman Husada Kota Bontang hendaknya pihak Rumah Sakit perlu melakukan pembenahan terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan pelayanan jasa kesehatan, baik menyangkut fasilitas kesehatan, ruang perawatan, dan ruang kerja administratif.

4 (Febriyan and Taufiq, 2016)

Evaluasi Implementasi Jaminan

Untuk mengevaluasi program pemerintah

Metode deskriptif kualitatif. Variabel : Struktur Komunikasi, Sumber

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) berjalan cukup baik untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga miskin

Dinas Kesehatan Jepara harus lebih eksplisit dalam peraturan untuk

72

No Penulis/ Tahun

Judul Tujuan Metode dan Variabel Hasil Rekomendasi

Kesehatan Daerah Kabupaten Jepara

Jepara dalam mengatasi kelemahan pelayanan JKN yang diimplementasikan.

Daya, Disposisi, dan Birokrasi

Jepara, sehingga tujuan agar warga miskin merasa aman melalui program jaminan kesehatan dapat terlaksana. Hambatan utama dari program ini adalah promosi belum menyebar dengan baik dan karena itu sasaran peserta program belum tercapai.

mengatur orang-orang yang layak dan yang tidak mendapatkan jaminan kesehatan ini, dan berkoordinasi dari bawah ke atas agar target yang terlewatkan tidak pernah terjadi lagi.

5 (Rina Kumalasari, 2016)

Implementasi Kebijakan Program Jamkesda di Kabupaten Kendal Tahun 2015

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses implementasi kebijakan program Jamkesda di Kabupaten Kendal pada tahun 2015

Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Indikator keberhasilan implementasi menurut Edward (III) yaitu komunikasi, attitude atau sikap, disposisi, dan struktur birokrasi, menunjukkan kelemahan pada beberapa aspek. Kelemahan tersebut berupa persyaratan yang ditetapkan pemerintah yang dianggap belum realistis oleh masyarakat, sehingga berpengaruh pada pendataan masyarakat miskin, dan juga rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dan minimnya fasilitas

73

No Penulis/ Tahun

Judul Tujuan Metode dan Variabel Hasil Rekomendasi

kesehatan sehingga masih ditemukan banyak pasien peserta jamkesda yang dirujuk ke Rumah Sakit Provinsi.

6 (Sriyani, 2015)

Tantangan Pengintegrasian Jaminan Kesehatan Daerah Ke Dalam Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Mewujudkan Cakupan Pelayanan Kesehatan Universal

Untuk mendalami fakta-fakta bidang pelayanan kesehatan dimana WHO telah menyepakati tercapainya Universal Health Coverage (UHC) di tahun 2014

Metode penelitian deskriptif, dan melalui wawancara yang dilakukan dengan informan menggunakan teknik purposive sampling

Pemerintah pusat memainkan peranan penting dalam menentukan berbagai alternatif kebijakan terbaik untuk pelaksanaan jaminan kesehatan secara nasional. Dihadapkan pada berbagai isu tersebut di atas, maka untuk tercapainya integrasi Jamkesda ke JKN, diperlukan suatu formulasi kebijakan yang mampu mengintegrasikan penyelenggaraan Jamkesda kabupaten/kota dan provinsi dalam skema integrasi JKN, baik dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun besaran iuran.

Perlunya disusun suatu formulasi yang mampu menjawab kebutuhan integrasi Jamkesda ke dalam JKN. Formulasi kebijakan yang selama ini telah diarahkan pada sentralisasi pembiayaan kesehatan melalui program JKN.

74

No Penulis/ Tahun

Judul Tujuan Metode dan Variabel Hasil Rekomendasi

7 (Micieli, 2014) The

challenges facing Ontario’s health care system moving forward: a health policy perspective

Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi sistem perawatan kesehatan Ontario: perspektif kebijakan kesehatan

Analisis data digunakan untuk mengevaluasi tantangan-tantangan yang menangani masing-masing tiga prioritas di Ontario selama lima tahun ke depan.

Sistem kesehatan di Ontario, sama seperti sistem kesehatan dinegara lainnya. sistem kesehatan di Ontario, perlu terus berinvestasi dan modifikasi sistem untuk meningkatkan kesehatan warga, yang pada dasarnya akan merujuk pada sistem perawatan kesehatan yang berkelanjutan dimasa depan.

Untuk penghematan biaya jangka panjang, investasi harus dilakukan dalam biaya perawatan yang efektif, dan sesuai kualitas/ aksesibilitas.

75 h. KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Teori

 

 

Gambar 2.1 Kerangka Teori George Edwards III

2. Kerangka Konsep

Gambar 2. 2. Kerangka Konsep

Komunikasi

Sumber Daya

Disposisi

Implementasi

Struktur Birokrasi

Komunikasi 1. Transmisi 2. Kejelasan 3. konsistensi

Sumber Daya 1. Staf 2. Informasi 3. Fasilitas

Disposisi

Struktur Birokrasi 1. SOP 2. Fragmentasi

Implementasi Integrasi

Jamkesda ke dalam JKN di

Kabupaten Bombana

Formulasi Kebijakan Integrasi

Jamkesda ke dalam JKN di

Kabupaten Bombana

76

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif melalui pendekatan

kualitatif, karena dengan menggunakan metode kualitatif, data yang

didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga

tujuan dari penelitian ini dapat dicapai. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai

metode yang ada (Moleong, 2012).

Data Kualitatif tentang informasi implementasi integrasi program

Jamkesda-Gembira ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten

Bombana diperoleh dengan hasil wawancara mendalam (indepth

interview) dengan menggunakan pedoman wawancara, kajian dokumen,

dan pengamatan secara langsung (observasi). Alasan penggunaan

pendekatan kualitatif adalah untuk melihat implementasi integrasi

kebijakan program Jamkesda-Gembira ke Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) di Kabupaten Bombana dan permasalahan yang dihadapi.

77

B. SUBJEK PENELITIAN

Dalam pandangan kualitatif, penelitian ini bersifat holistic

(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga penelitian kualitatif

tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan pada variabel

penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti dan meliputi aspek

tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi

secara sinergis (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan informan dilakukan

dengan sistem purposive sample (pengambilan dengan sengaja) untuk

memperoleh key informan (orang-orang yang mengetahui dengan benar

dan terpercaya). Teknik Purposive yang dimaksud ialah bahwa informan

yang diwawancarai terlibat langsung dalam implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN yang juga memiliki pengetahuan yang luas

berkenaan dengan pengintegrasian tersebut.

Informan yang akan dijadikan subjek penelitian adalah:

1. Informan utama pada penelitian ini adalah pihak yang melaksanakan

implementasi program integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana yaitu :

a) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana selaku unit pelaksana

yang melaksanakan koordinasi, perencanaan, dan pelaksanaan

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) di Kabupaten Bombana.

78 b) Kepala Seksi Program Keluarga Harapan Dinas Sosial Kabupaten

Bombana sebagai validasi dan verifikator kepesertaan.

c) Kepala Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bombana sebagai

perencana anggaran di Kabupaten Bombana.

d) Kepala BPJS Kesehatan Cabang Kabupaten Bombana, dipilih

karena merupakan pimpinan yang mengkoordinir dan menggerakan

seluruh kegiatan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan

serta bertanggung jawab melakukan pendekatan dan kerjasama

dengan berbagai pihak.

2. Informan Triangulasi pada penelitian ini adalah beberapa perwakilan

dari pihak yang terkait dengan implementasi program integrasi

Jamkesda-Gembira ke dalam JKN di Kabupaten Bombana yaitu :

a) Kepala Bidang Pelayanan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, dipilih

karena berdasarkan tugas pokok dan fungsinya yaitu membawahi

pelayanan program Jamkesda-Gembira serta sebagai koordinator

tim integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

b) Kepala Seksi Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana, dipilih karena berdasarkan tugas dan fungsinya yaitu

melaksanakan dan mengkoordinir pelayanan kesehatan kepada

masyarakat di Kabupaten Bombana.

c) Verifikator Jamkesda-Gembira di Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana.

79 d) Kepala Puskesmas Rumbia, dipilih karena memiliki jumlah kapitasi

terbanyak di Ibukota Kabupaten Bombana.

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bombana

dengan pertimbangan karena pelaksanaan implementasi integrasi

kebijakan program Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana

baru bisa terlaksana di tahun 2018.

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari – Maret 2018.

D. VARIABEL PENELITIAN

Dari kerangka konsep yang digambarkan (Gambar 2.2) selanjutnya

dapat dijabarkan kedalam variabel-variabel penelitian yaitu :

1. Implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana

Implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana adalah proses pelaksanaan pembauran Jamkesda-Gembira ke

JKN sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat dan proses

mengkoordinasikan berbagai tugas dan fungsi sehingga dapat bekerja

sama dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu dalam upaya

menuju UHC. Pihak yang terkait dalam pelaksanaan integrasi Jamkesda

ke dalam JKN pada penelitian ini adalah Bappeda Kabupaten Bombana,

80 Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, Dinas Sosial Kabupaten

Bombana, dan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Kabupaten Bombana.

Variabel yang temasuk dalam implementasi Integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupatun Bombana adalah sebagai berikut :

A. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide,

peraturan, dan lain-lain menggunakan media tertentu, dengan intensitas

tertentu mengenai program integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN kepada

pihak yang terkait dan berhak menerimanya.

Terdapat 3 (Tiga) indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:

a. Transmisi merupakan bagaimana proses penyampaian informasi

yang berkaitan dengan kebijakan dan regulasi mengenai integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN dapat diterima secara tepat dari

pelaksana integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN yaitu Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Bombana dan Kepala Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan Kabupaten Bombana kepada sasaran

komunikasi yaitu Kepala Bidang Pelayanan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana, Kepala Seksi Bidang Pelayanan Dinas Kesehatan

Kabupaten Bombana, Verifikator Jamkesda-Gembira di Dinas

Kesehatan Kabupaten Bombana, dan Kepala Puskesmas Rumbia,

81

termasuk metode penyampaian yang digunakan, alur komunikasi,

media komunikasi, frekuensi komunikasi sehingga tidak adanya

salah pengertian dan informasi dapat benar-benar sampai kepada

sasaran yang dituju. Pada penelitian ini, proses komunikasi

mengenai kebijakan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

dilaksanakan oleh perencana dan pelaksana.

b. Kejelasan merupakan pesan atau isi dari informasi yang

disampaikan harus jelas dan tidak membingungkan bagi pelaksana

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN yaitu Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Bombana dan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan Kabupaten Bombana.

c. Konsistensi sangat dibutuhkan dalam penyampaian informasi agar

tidak ada perubahan isi meskipun disampaikan kepada pihak yang

berbeda dan tidak menimbulkan kebingungan bagi pelaksana

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN yaitu Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Bombana dan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan Kabupaten Bombana

B. Sumber Daya

Sumber daya adalah segala aset yang dimiliki oleh Kabupaten

Bombana demi mendukung implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN. Terdapat tiga indikator dalam penelitian ini untuk mengukur

keberhasilan variabel sumber daya, yaitu:

82 a. Staf atau pegawai dalam pelaksananaan implementasi dilihat dari

segi kualitas dan kuantitas. Kuantitas berarti memiliki jumlah yang

cukup sedangkan kualitas artinya mempunyai keahlian dan

kemampuan yang diperlukan dalam mengimplementasikan integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN.

b. Informasi merupakan keterangan, cara, atau pedoman dalam

mengimplementasikan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informasi dapat juga berupa data kepatuhan para pelaksana yang

terkait yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dan

Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kabupaten

Bombana.

c. Fasilitas adalah ketersediaan sarana dan prasarana dalam

mendukung implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN yang

berupa kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten

Bombana dan sumber dana yang digunakan untuk membiayai

peserta yang berintegrasi dari Jamkesda-Gembira ke JKN di wilayah

Kabupaten Bombana.

C. Disposisi

Disposisi adalah sikap dan karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana

kebijakan dalam mengimplementasikan kebijakan integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana, yaitu Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Bombana dan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Kesehatan Kabupaten Bombana. Dalam penelitian ini untuk mengukur

83 keberhasilan variabel disposisi adalah komitmen, kemauan, keinginan,

dan sikap dari para pelaksana.

D. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi adalah faktor fundamental untuk mengkaji

implementasi kebijakan publik yaitu implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana. Terdapat dua variabel dalam

mengukur keberhasilan struktur birokrasi:

a. SOP merupakan petunjuk pelaksana dan perkembangan dari

tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta

kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks

dan luas dalam proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana yang dijalankan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Bombana dan Kepala Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan Kabupaten Bombana.

b. Fragmentasi merupakan pembagian kerja dan penyebaran tanggung

jawab para pelaksana implementasi integrasi Jamkesda-Gembira

yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dan Kepala

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kabupaten

Bombana.

2. Formulasi Kebijakan Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana merupakan langkah yang paling awal

dalam proses kebijakan, oleh karenanya pada fase ini akan sangat

menentukan berhasil tidaknya kebijakan yang telah dibuat.

84

E. METODE PENGUMPULAN DATA /INFORMASI

Data penelitian merupakan faktor yang sangat menentukan

penelitian tersebut, data yang baik harus bersumber dari yang benar dan

dapat dijelaskan secara akademik. Adapun sumber data penelitian yaitu

sebagai berikut :

1) Data Primer

Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer adalah data yang

diperoleh dari responden melalui beberapa cara antara lain :

a. Wawancara mendalam (indepth interview)

Wawancara mendalam yang dilakukan untuk memperoleh informasi

yang lebih mendalam tentang implementasi integrasi program Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana oleh informan kunci. Menurut

(Patton, 2006) informan adalah orang yang sangat berpengetahuan dan

bisa menyampaikan gagasan, orang yang pandangannya dapat

menambah wawasan dalam membantu pengamat memahami apa yang

sedang terjadi.

b. Pengamatan (Observasi)

Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengamatan

adalah data yang telah dikumpulkan melalui proses mekanisme penilaian.

Metode pengamatan dilakukan sebagai salah satu bentuk triangulasi pada

tingkat metode guna mengvalidasi data.

85 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh

dari sumbernya, sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

:

a) Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana yaitu profil Dinas

Kabupaten Bombana yang berisi gambaran umum Kabupaten

Bombana, dan dokumen tentang pelaksanaan program Jamkesda-

Gembira di Kabupaten Bombana.

b) Telaah dokumen telah dilakukan untuk mendapatkan informasi

mengenai program Jamkesda-Gembira, berdasarkan pencatatan dan

pelaporan sebagai bagian dari administrasi pelaksanaan. Telaah

dokumen juga dilakukan pada produk kebijakan berupa peraturan

daerah yang terkait dengan program Jamkesda-Gembira, serta hasil

penelitian sebelumnya dan buku teks penunjang lainnya.

F. VALIDASI PENELITIAN

Untuk melihat validasi data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dan dideskripsikan,

dikategorikan berdasarkan pandangan yang sama, pandangan yang

berbeda, dan pandangan yang spesifik dari sumber-sumber data tersebut.

Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi

peningkatan validasi data dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2013).

86

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Ada tiga triangulasi yaitu :

1. Triangulasi sumber adalah mencari data dari sumber yang beragam,

yang masih terkait satu sama lain. Peneliti perlu melakukan

eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber.

2. Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik

pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji

kredibilitas data dengan triangulasi teknik yaitu mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu adalah mengecek konsistesi, kedalaman dan

ketepatan/kebenaran suatu data. Menguji kredibilitas data dengan

triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada

waktu yang berbeda. Peneliti yang melakukan wawancara di sore

hari, bisa mengulanginya di pagi hari dan mengeceknya kembali di

siang hari atau sebaliknya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan

triangulasi teknik. Tahapan yang dilakukan peneliti yaitu :

1. Triangulasi sumber yaitu melakukan wawancara mendalam kepada

informan terkait, kemudian hasil wawancara dideskripsikan,

dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan

pandangan yang spesifik dari informan tersebut.

2. Triangulasi teknik yaitu membandingkan dan mengecek hasil

wawancara dengan melakukan observasi dan telaah dokumen.

87

G. METODE PENGOLAHAN DATA

Data yang terkumpul dari hasil wawancara mendalam dibuat

transkrip. Dari transkrip yang ada lalu disederhanakan dalam bentuk

matriks yang kemudian dicari kata kuncinya (key word), selanjutnya

peneliti melakukan validasi data dengan melakukan crosscheck data,

observasi dan telaah dokumen, kemudian triangulasi sumber yaitu cross

check dengan informan lain. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri dengan menggunakan pedoman wawancara. Sedangkan data

sekunder digunakan sebagai informan tambahan untuk mendukung

penelitian ini.

H. ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif oleh

karenanya data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

(hasil observasi), serta dokumen-dokumen yang diperoleh dilapangan

dikumpulkan kemudian dilakukan analisis data. Menurut (Moleong, 2012),

analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

kedalam suatu pola, kategori, dan uraian dasar. Definisi tersebut

memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis

data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif

adalah menemukan teori dari data. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis konten dengan menggunakan

88 langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh (Bungin, 2003), yaitu

sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis

data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan pedoman wawancara, telaah dokumen, dan

observasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi dilakukan

sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan,

mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo,

dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang

tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam

bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matriks,

diagram, tabel, dan bagan.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and

Verification)

89

Verifikasi dan penegasan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari

analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi,

yaitu menemukan makna data yang telah disajikan antara display

data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang

ada.

Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya

berlanjut, berulang, dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi gambaran keberhasilan secara

berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya

data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-

kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada dilapangan, pemaknaan atau

untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya

saja.

90

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana

Program implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten Bombana yang diselengarakan

oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan

program yang memberikan pelayanan berupa jaminan sosial dan

perlindungan sosial yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Indonesia.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bombana pada tanggal 26

Februari sampai dengan 26 Maret 2018. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif yang dimaksud untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten Bombana. Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview)

untuk memperoleh informasi dan keterangan yang relevan yang

dibutuhkan pada penelitian ini. Informan yang terlibat dalam penelitian ini

sebanyak 8 orang yang terdiri dari 4 informan utama dan 4 informan

triangulasi.

91

Variabel yang dianalisis adalah komunikasi, sumber daya, disposisi,

dan struktur birokrasi, serta formulasi kebijakan implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana, seperti yang tertuang

dalam tujuan khusus penelitian.

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

purposive sampling yaitu melakukan wawancara mendalam dengan pihak

yang berhubungan langsung dan mempunyai wawasan yang luas tentang

program implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana.

Proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dikelola

oleh pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

yang akan berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait seperti Badan

Pembangunan dan Perencanaan Daerah (Bappeda) sebagai perencana

dalam pengalokasian anggaran, Dinas Sosial sebagai validasi dan

verifikator data kepesertaan dimana data tersebut bersumber dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bombana, Dinas kesehatan Kabupaten

Bombana sebagai pelaksana di daerah. Sedangkan progam JKN dikelola

langsung oleh BPJS Kesehatan.

Kabupaten Bombana berintegrasi dari Jamkesda-Gembira ke JKN

per 1 September 2017, namun kesanggupan pemerintah daerah hanya

bisa menjangkau sebesar 5.000 jiwa. Dan per 1 Januari 2018 anggaran

Kabupaten Bombana untuk penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional

92 yang tertuang dalam DPA Dinas Kesehatan sudah mencapai sebesar Rp.

10.200.356.000,00, dengan iuran per bulan Rp. 23.000 per jiwa.

Jumlah perkembangan peserta JKN-KIS Kabupaten Bombana

adalah sebanyak 114.713 jiwa per tahun 2018. Data perkembangan

peserta JKN Kabupaten Bombana dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Perkembangan Peserta JKN Kabupaten Bombana Tahun 2018

No Segmen Kepesertaan Jumlah

1 PBI APBN 74.671

2 PPU (PNS,TNI/POLRI, SWASTA BADAN USAHA

12.116

3 PBPU/PEKERJA MANDIRI 3.280

4 BUKAN PEKERJA (PENSIUNAN, VETERAN)

826

5 PBI APBD KAB. BOMBANA 22.331

6 PBI APBD PROVINSI SULTRA 1.489

Total 114.713

Sumber : BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana

2. Karakteristik Informan

Tabel 4.2

Karakteristik Informan Wawancara Mendalam

Inisial Umur

(Tahun) Pendidikan Jabatan Keterangan

DSA 49 S2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana

Informan Utama

DSN 50 S2 Kepala Badan Pembangunan dan

Perencanaan Daerah

Informan Utama

93

Kabupaten Bombana

KRM 44 S1 Kepala Seksi Program Keluarga Harapan

Dinas Sosial Kabupaten Bombana

Informan Utama

MDA 28 D-III Keperawat

an

Kepala BPJS Kabupaten Bombana

Informan Utama

ARY 40 S2 Kepala Bidang Pelayanan dan SDMK

Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

Informan Triangulasi

MNN 34 S2 Kepala Seksi Pelayanan Dinas

Kesehatan Kabupaten Bombana

Informan Triangulasi

AIA 32 S2 Verifikator JAMKESDA GEMBIRA Satker Dinas Kesehatan

Kabupaten Bombana

Informan Triangulasi

RAM 46

S1 Kepala Puskesmas Rumbia Kabupaten

Bombana

Informan Triangulasi

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa

wawancara mendalam pada penelitian ini dilakukan terhadap 4 informan

utama yaitu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Bombana, Kepala

Bappeda Kabupaten Bombana, Kepala Seksi Program Keluarga Harapan

Dinas Sosial Kabupaten Bombana, dan Kepala BPJS Kabupaten

Bombana. Keempat Informan tersebut berada pada rentang usia berkisar

antara 28-50 tahun. Sebagian besar informan utama memiliki latar

belakang pendidikan S2 dan 1 informan utama memiliki latar belakang

pendidikan S1, dan 1 informan utama memiliki latar belakang pendidikan

94 D-III Keperawatan. Sedangkan wawancara mendalam terhadap informan

triangulasi yaitu terdiri dari 4 (empat) informan yaitu Kepala Bidang

Pelayanan dan SDMK Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, Kepala

Seksi Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, Verifikator

Jamkesda-Gembira Satker Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, dan

Kepala Puskesmas Rumbia Kabupaten Bombana. Usia informan

triangulasi berkisar yaitu 32-46 tahun. Latar belakang pendidikan yang

dimiliki informan triangulasi yaitu S2 dan S1.

3. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 4 informan

utama diperoleh informasi bahwa proses implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN sudah direncanakan sejak September 2017,

akan tetapi baru bisa terlaksana per 1 Januari 2018. Hingga saat ini

proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sudah dirasa

cukup baik. Untuk tahun 2018 ditargetkan untuk fokus pada tahap awal

dengan pencapaian target sebanyak 38.331 jiwa dengan jumlah iuran

sebesar Rp. 23.000 per jiwa per bulan.

1) Syarat-Syarat Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana Untuk mendukung program pemerintah Universal Health Coverage

(UHC) tahun 2019, maka strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah

yaitu melakukan integrasi. Sehingga salah satu informan utama

berpendapat bahwa dengan adanya integrasi dapat sangat membantu,

karena semua masyarakat Kabupaten Bombana dapat memiliki kartu

95 jaminan kesehatan (JKN-KIS) dan dapat terakomodir oleh JKN secara

bertahap.

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti,

didapatkan informasi bahwa yang menjadi syarat integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana yaitu 1). Harus ada regulasi di

daerah terkait integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana, 2). Harus ada anggaran dana yang disediakan oleh pemerintah

daerah terkait penyelenggaraan program jaminan kesehatan nasional dan

bersedia bekerja sama dengan BPJS Kabupaten Bombana selaku

pelaksana dan penanggung jawab program tersebut, 3). Harus ada data

kepesertaan yang telah tervalidasi dan terverifikasi sebagai peserta JKN

di BPJS Kabupaten Bombana, disamping itu yang menjadi sasaran dan

target dalam program ini yaitu masyarakat Bombana dibuktikan dengan e-

KTP dan NIKnya terdaftar di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bombana serta memiliki kartu keluarga.

Hal tersebut di dukung oleh penyataan dari informan sebagai

berikut :

“Syarat untuk melakukan integrasi dan kami sudah siap untuk melaksanakan program tersebut maka yang harus dilakukan oleh pihak pemerintah daerah yaitu salah satunya yang utama itu sudah pasti harus ada anggaran dari pemerintah daerah dan juga ada regulasi di tingkat daerah.” (DSN, 50, Kepala Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah Kabupaten Bombana). “Pertama-tama yang harus ada yaitu sinkronisasi data kepesertaan dari BPS, selanjutnya diverifikasi dan ditetapkan oleh TKPPK Bappeda dan NIKnya terdaftar di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil selanjutnya

96 kami menyiapkan Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK) antara pemerintah daerah dengan BPJS setempat terkait integrasi.”(MDA, 28, Kepala BPJS Kabupaten Bombana).

2) Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti tentang

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana, diperoleh informasi bahwa untuk proses integrasi dapat

diketahui sudah ada pemahaman yang cukup baik dari para informan

serta didukung dengan elemen penting dari implementasi yaitu

komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

a) Komunikasi

a. Transmisi

Berikut pernyataan informan mengenai proses implementasi

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana:

“Dengan adanya integrasi dapat membantu dalam banyak hal, terutama masyarakatnya dek, mereka bisa dapat kartu jaminan kesehatan, itumi yang JKN-KIS dan juga bisa terakomodir oleh JKN secara bertahapmi.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

“Dengan adanya integrasi, pelayanan kesehatan dapat lebih baik lagi karena langsung menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat miskin, banyak itu orang tuami kasian tapi tidak ada kartunya.” (DSN, 50, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bombana). “Penyelenggaraan jaminan kesehatan dapat lebih mudah sebenarnya dek karena pengurusannya itu dilakukanmi di BPJS Kesehatan, nda berbelit-belitmi kayak dulu.” (KRM, 44, Kepala Seksi Program Keluarga Harapan Dinas Sosial Kabupaten Bombana).

97 Pernyataan tersebut juga didukung oleh penyataan informan triangulasi

yaitu sebagai berikut :

“Proses integrasi baru saja bisa terlaksana, prosesnya mulai dari membuat regulasi ditingkat daerah, membuat SPK dengan BPJS setempat, mengvalidasi dan verifikasi data kepesertaan.” (MNN, 34, Kepala Seksi Pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

Dari hasil wawancara yang dilakukan juga di peroleh juga informasi

tentang proses koordinasi, isi dan pesan serta kendala dari implementasi

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN. Berikut pernyataan yang diberikan

oleh informan utama yaitu sebagai berikut :

“Proses koordinasinya sudah berjalan denganmi dek baik untuk pencapaian target integrasinya itu dibutuhkan banyak pihak yang terkait dengan proses pengintegrasian ini, pihak terkait antara lain Sekertaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana). “Wajibmi itu dilakukan integrasi ndi’ untuk membantu programnya pemerintah pusat toh.” (DSN, 50, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bombana). “Anggaran daerahnya sebenarnya masih kurang ya, per September 2017 saja hanya 5.000 jiwa yang bisa terlayani untuk integrasi peserta dari Jamkesda-Gembira ke JKN, hal tersebut dikarenakan anggaran daerah yang masih kurang itu untuk membiayai seluruh peserta JKN.” (MDA, 28, Kepala BPJS Kabupaten Bombana).

Seluruh informan utama menyatakan proses koordinasi sudah

terjalin dengan baik, hal tersebut ditandai dengan diadakannya rapat

koordinasi dari para pihak terkait pada saat sebelum proses integrasi, dan

dijadwalkan per triwulan untuk diadakan rapat monitoring dan evaluasi.

Menurut salah satu informan utama jika proses koordinasi sudah berjalan

dengan baik karena untuk pencapaian target integrasi dibutuhkan

98 berbagai pihak yang terkait dengan proses pengintegrasian ini, pihak

terkait antara lain Sekertaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan seluruh

informan triangulasi yang menyatakan bahwa proses koordinasi sudah

terjalin dengan baik, baik secara lintas sektor, secara internal, dan sampai

pada tingkat puskesmas se-Kabupaten Bombana.

Untuk isi dan pesan mengenai implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN, proses implementasi integrasi wajib dilakukan di

Kabupaten Bombana untuk mencapai target UHC 2019, dimana integrasi

merupakan proses penyatuan program antara pusat dan daerah. Menurut

salah satu informan utama proses integrasi di Kabupaten Bombana baru

bisa terlaksana di Januari 2018, dan dilakukan secara bertahap,

diharapkan untuk tahun ini semua peserta Jamkesda-Gembira sudah bisa

terakomodir untuk berintegrasi ke JKN.

Untuk kendala pada implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN itu sendiri terletak pada masalah anggaran dan kepesertaan. Menurut

sebagian besar informan utama menyatakan kendala integrasi yaitu pada

data kepesertaan dan juga masalah anggaran dana didaerah. Selain

masalah kepesertaan dan anggaran yang menjadi kendala lain juga yaitu

regulasinya di tingkat daerah baru saja di tetapkan sehingga masih harus

ada pemahaman komitmen bersama terkait peraturan tersebut menurut

salah satu informan triangulasi.

99

Penyampaian informasi mengenai implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN dilakukan melalui rapat koordinasi dan sosialisasi.

Seluruh informan utama menyatakan bahwa penyampaian informasi

mengenai pemahaman proses implementasi integrasi, data kepesertaan

serta kebijakan daerah yang berkaitan dengan implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN akan disampaikan melalui rapat koordinasi

lintas sektor maupun secara internal lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh seluruh informan

triangulasi menyatakan bahwa proses komunikasi dilakukan melalui rapat

koordinasi.

Salah satu informan utama dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana menyatakan bahwa metode komunikasi melalui rapat

koordinasi, dan pelaksananya adalah dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana dan BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana dan salah satu

informan triangulasi yaitu verifikator Jamkesda-Gembira di Dinas

Kesehatan Kabupaten Bombana juga menambahkan bahwa selain rapat

koordinasi, sosialisasi lintas sektor juga dilakukan antar pimpinan daerah,

BPJS, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas sosial, Kepala Puskesmas, dan

Direktur Rumah Sakit.

Berikut hasil wawancara yang dilakukan terkait metode komunikasi

yang digunakan, diperoleh informasi sebagai berikut :

“Metode komunikasi biasanya kita melakukan rapat koordinasi, dan pelaksananya adalah kami Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dan BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana sebagai leading sektornya untuk

100 tahap awal penyiapan proses integrasi.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

Sasaran komunikasi dalam implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN yaitu Dinas Kesehatan selaku pelaksana, Dinas Sosial

selaku validasi dan verifikator data kepesertaan, Puskesmas dan Rumah

Sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan, Bagian hukum selaku pihak

yang terkait dengan regulasi, dan Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah selaku perencana anggaran. Hal tersebut juga sesuai dengan

yang dinyatakan oleh informan triangulasi bahwa pihak yang menjadi

sasaran komunikasi adalah Kepala Puskesmas untuk mengkoordinir

pengelola Jamkesda-Gembira se-Kabupaten Bombana selaku pemberi

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam kegiatan JKN diwilayah

kerjanya.

Dinas Kesehatan selaku pelaksana, Dinas Sosial selaku validasi dan

verifikator data kepesertaan, Puskesmas dan Rumah Sakit selaku

pemberi pelayanan kesehatan, Bagian hukum selaku pihak yang terkait

dengan regulasi, dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

selaku perencana anggaran melakukan rapat koordinasi untuk membahas

persiapan proses implementasi integrasi berupa regulasi, data

kepesertaan, dan anggaran yang berkaitan dengan JKN.

Penyampaian informasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan

BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana menggunakan media berupa

persentase powerpoint dan selanjutnya melakukan diskusi. Salah satu

101 informan utama yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

menyatakan bahwa dalam rapat koordinasi untuk menyampaikan

informasi terkait implementasi Jamkesda-Gembira ke JKN adalah

persentase menggunakan slide oleh Dinas Kesehatan dan BPJS

selanjutnya dilakukan diskusi antar para peserta rapat, dan selanjutnya

informan utama dari Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah

menambahkan bahwa peserta rapat dibagikan draft berisi powerpoint

yang akan dipersentasekan. Hal tersebut juga didukung oleh informan

triangulasi yaitu Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Manusia

Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana yang menyatakan

bahwa rapat koordinasi yang dilakukan dengan cara diskusi dan

persentase ppt untuk menyampaikan proses integrasi tersebut yang

berupa syarat-syarat proses implementasi integrasi, anggaran, data

kepesertaan, dan regulasi.

Berikut hasil penyataan yang diperoleh dari informan terkait

mekanisme rapat koordinasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

“Awalnya kami diundang untuk rapat, dan dalam rapat tersebut peserta rapat dibagikan draft berisi powerpoint yang akan dipersentasekan serta point-point apa saja yang akan dibahas dalam agenda rapat itu.” (DSN, 50, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bombana).

b. Kejelasan

Kejelasan informasi yang disampaikan terkait dengan implementasi

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dirasa sudah cukup baik karena

seluruh informan utama menyatakan sudah cukup jelas. Kepala Dinas

102 Kesehatan Kabupaten Bombana sebagai informan utama menyatakan

bahwa informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi sudah

dirasa jelas. Hal tersebut ditandai dengan adanya kesepakatan untuk

membuat peraturan bupati terkait masalah integrasi. Hal tersebut

didukung dengan hasil yang disampaikan oleh seluruh informan

triangulasi yang menyatakan bahwa proses komunikasi sudah jelas.

Verifikator Jamkesda-Gembira Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

menambahkan juga informasi yang disampaikan sudah jelas yang isinya

harus segera dilakukan integrasi per 1 Januari 2018 dan sudah tidak ada

lagi penerbitan kartu Jamkesda-Gembira setelah 31 Desember 2017.

Berikut hasil wawancara yang dilakukan terkait kejelasan dalam

komunikasi yang dilakukan dalam implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana adalah sebagai berikut :

“...Informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi sudah dirasa jelas. Hal tersebut ditandai dengan adanya kesepakatan untuk membuat peraturan bupati terkait masalah integrasi. Kami berdiskusi dan mencari titik terang untuk mencapai target kepesertaan semesta 2019 jadi kami sepakat untuk melakukan integrasi, tahap awal yang dilakukan yaitu membahas masalah regulasi dalam bentuk Peraturan Bupati Bombana.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

Pernyataan diatas juga didukung oleh penyataan dari informan

triangulasi yaitu :

“Informasi yang disampaikan oleh para pelaksana sudah cukup jelas. Intinya yaitu harus segera dilakukan integrasi per 1 Januari 2018 dan sudah tidak ada lagi penerbitan kartu jamkesda setelah 31 Desember 2017, hal tersebut didukung dengan regulasi dalam bentuk Peraturan Bupati Bombana” (AIA, 32, Verifikator JAMKESDA GEMBIRA Satker Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

103 c. Konsistensi

Seluruh informan dalam penelitian ini baik informan utama maupun

informan triangulasi menyatakan bahwa komunikasi dalam hal

penyampaian informasi mengenai implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN sudah konsisten. Salah satu informan utama

menambahkan bahwa komunikasi yang disampaikan sudah konsisten,

buktinya sudah tertuang dalam DPA Dinas Kesehatan terkait dana untuk

penyelenggaraan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dan juga salah

satu informan triangulasi menyatakan informasi yang disampaikan sudah

konsisten, dimana kami sudah mendistribusikan kartu JKN ke Puskesmas-

Puskesmas ditandai dengan adanya Berita Acara Penerimaan (BAP) kartu

JKN di Puskesmas.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada informan utama dan

informan triangulasi terkait konsistensi komunikasi, diperoleh informasi

sebagai berikut :

“Informasi yang disampaikan kepada kami sudah bersifat konsisten dan sudah dipahami, buktinya yaitu anggaran untuk penyelenggaraan JKN sudah tertuang dalam DPA Dinas Kesehatan TA 2018 sebesar kurang lebih 10 M.” (MDA, 28, Kepala BPJS Kabupaten Bombana). “... ya informasi yang disampaikan sudah konsisten, dan salah satu bentuk konsistensi kami yaitu kami sudah mendistribusikan kartu JKN ke puskesmas-puskesmas ditandai dengan adanya Berita Acara Penerimaan (BAP) kartu JKN di Puskesmas jadi ya proses integrasi sudah resmi dilaksanakan di Kabupaten Bombana.” (ARY, 40, Kepala Bidang Pelayanan dan SDMK Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

104 b) Sumber Daya dalam Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana

a. Staf

Pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi Jamkesda-Gembira

ke JKN di Kabupaten Bombana adalah Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana sebagai pengelola proses operasional penyiapan integrasi,

pendistribusian kartu dan menyampaikan laporan bulanan terkait integrasi,

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah sebagai perencana

anggaran dana penyelengaraan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN, dan

Dinas Sosial sebagai validasi dan verifikasi data kepesertaan.

Ketersediaan jumlah staf dalam melaksanakan implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana sudah dirasa cukup

untuk tingkat kabupaten.

Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara oleh

informan utama dan informan triangulasi, diperoleh informasi terkait

ketersediaan jumlah staf yaitu sebagai berikut :

“Banyak pihak yang terlibat dalam program ini, apalagi ada perintah langsung dari pimpinan daerahnya, setiap ada koordinasi pasti pimpinan daerah berperan aktif didalamnya, mungkin juga ya mbak karena program ini masuk dalam program beliau “Gembira Sehat”, jadi pihak yang terlibat itu antara lain Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, BPMD, Badan Keuangan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Puskesmas dan Rumah Sakit.” (MDA, 28, Kepala BPJS Kabupaten Bombana).

“Pihak yang terlibat itu ada lintas sektor dan lintas program. Lintas sektor seperti BPS, BPJS, Pengolela Jamkesda Dinas Kesehatan, Kabag Hukum, Para Camat, Kepala Desa, dan Kepala Puskesmas, sedangkan untuk lintas program yang terlibat adalah seluruh bagian yang ada di Dinas Kesehatan. Dan masing-masing dari pihak yang terlibat itu sudah

105 paham dengan tugas dan fungsi mereka.” (ARY, 40, Kepala Bidang Pelayanan dan SDMK Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

b. Informasi

Pedoman atau strategi dalam implementasi integrasi Jamkesda ke

JKN di Kabupaten Bombana yaitu mengacu pada pedoman

penyelenggaraan BPJS, dan juga mengacu pada juknis Jamkesda-

Gembira yang diterbitkan setiap tahun dimana didalamnya membahas

tentang prinsip-prinsip yang digunakan dalam Jamkesda-Gembira yang

kemudian akan diintegrasikan ke JKN.

Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh informasi dari

informan utama terkait informasi dalam implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana yaitu sebagai berikut :

“Strategi yang digunakan yaitu pimpinan daerah secara langsung tawwa memerintahkan kepada pihak terkait seperti camat, kepala desa, lurah untuk mempercepat proses validasi dan verifikasi peserta dan perekaman e-KTP oleh Kantor Capil.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

c. Fasilitas

Dalam melaksanakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN, seluruh informan utama menyatakan tidak memerlukan sarana dan

prasarana khusus. Proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN dilakukan menggunakan software offline dari BPJS yang berisi data

kepesertaan disertai NIK.

106

Berikut pernyataan informan utama terkait fasilitas termasuk sarana

dan prasarana serta dana yang digunakan dalam implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana yaitu sebagai berikut :

“Kalau sarana dan prasarana khusus tidak ada ya.. Cuma menggunakan software data kepesertaan saja.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

Sumber dana implementasi integrasi Jamkesda-Gembira hanya

berasal dari APBD Kabupaten Bombana. Hal tersebut sesuai dengan

seluruh pernyataan informan baik informan utama maupun informan

triangulasi. Informan Utama dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

menyatakan bahwa sumber dana untuk iuran berasal dari APBD

kemudian diserahkan ke BPJS Kesehatan. Berdasarkan pernyataan

informan utama, dana yang diterima setiap tahunnya meningkat, dari

tahun 2012 – 2017 dana Jamkesda-Gembira setiap tahunnya meningkat.

Untuk tahun 2018 jumlah anggarannya sebesar Rp. 10.200.356.000 untuk

38.331 jiwa. Masalah kecukupan dan ketersediaan dana sudah tidak

diragukan lagi karena pemerintah daerah telah memberikan anggaran

dana yang cukup besar dan diharapkan setiap tahun dapat meningkat.

Dengan kecukupan dan ketersediaan dana tersebut diharapkan dapat

mencapai target yang telah ditetapkan dan dapat mengakomodir peserta

untuk berintegrasi ke JKN.

107 c) Disposisi dalam Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

di Kabupaten Bombana

Program integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dapat sangat

membantu masyarakat karena sangat bermanfaat dalam hal jaminan

kesehatannya, dan sekarang BPJS yang mengelola keuangannya jadi

mereka yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaannya, diharapkan

akan terjadi efisiensi pemanfaatan pelayanan kepada masyarakat. Setelah

program JKN di implementasikan, tugas dan tanggung jawab Dinas

Kesehatan Kabupaten Bombana menjadi berkurang.

Berikut pernyataan informan utama terkait disposisi dalam

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana yaitu sebagai berikut :

“Saya sangat setuju dek... bagus itu.. selain kita membantu program pusat, kita juga dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kita dengan memberikan jaminan kesehatan. Dengan adanya program integrasi ini dapat sangat membantu masyarakat karena sangat bermanfaat dalam hal jaminan kesehatannya, dan sekarang BPJS yang mengelola keuangannya jadi mereka yang bertanggung jawab, diharapkan akan terjadi efisiensi pemanfaatan pelayanan kepada masyarakat. Setelah program JKN di implementasikan, tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana menjadi berkurang.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

“Saya sangat mendukung program integrasi ini karena semua bentuk pengelolaannya dilakukan di BPJS Kesehatan, target kami seluruh masyarakat di Kabupaten Bombana dapat memiliki jaminan kesehatan, walaupun dilakukan secara bertahap dan berpatokan pada anggaran daerah yang disediakan.” (MDA, 28, Kepala BPJS Kabupaten Bombana).

108

Bentuk komitmen dari seluruh informan utama dan triangulasi sangat

mendukung program integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN adalah dengan

adanya MoU dan perjanjian kerja sama antara pemerintah daerah dengan

BPJS Kabupaten Bombana, dan adanya peraturan bupati bombana

tentang pedoman pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana tahun 2018, serta terus menjalankan program

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sesuai dengan tugasnya masing-

masing.

d) Struktur Birokrasi dalam Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana

a. SOP

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan 4

informan utama diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN ada SOPnya dan

mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan.

Berdasarkan pernyataan salah satu informan utama dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana yaitu sebagai berikut :

“SOPnya ada dalam Peraturan Bupati Bombana terkait integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dan melakukan koordinasi dengan bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bombana dalam menyusun SOP dan regulasi tingkat daerah Kabupaten Bombana.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

Para pelaksana integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN melakukan

tugasnya masing-masing sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam

pembagian tugas. Hal tersebut didukung juga oleh pernyataan informan

109 triangulasi yang menyatakan bahwa dalam menjalankan integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN SOPnya ada dalam Peraturan Bupati

Bombana terkait integrasi.

b. Fragmentasi

Pembagian kerja dan tanggung jawab bagi para pelaksana

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN berpedoman pada

Permenkes No. 28 tahun 2014 dan disesuaikan dengan kondisi di daerah.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada informan utama dan

informan triangulasi terkait fragmentasi, diperoleh informasi sebagai

berikut :

“Pedomannya ada di Permenkes 28 tahun 2014 Bappeda bertanggung jawab untuk perencanaan anggaran.” (DSN, 50, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bombana). “Pedomannya ada di Permenkes 28 tahun 2014 dimana Dinas Sosial

bertanggung jawab atas kepesertaan.” (KRM, 44, Kepala Seksi Program

Keluarga Harapan Dinas Sosial Kabupaten Bombana).

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan informan triangulasi yang

menyatakan bahwa terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang

dilimpahkan sesuai dengan bidang tupoksinya masing-masing.

3) Formulasi Kebijakan Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti tentang

formulasi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten Bombana

untuk pelaksanaan integrasi program Jamkesda-Gembira ke Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten Bombana diperoleh informasi

110 bahwa pelaksanaan program JKN belum sepenuhnya berjalan dengan

baik karena regulasi di tingkat daerah baru saja ditetapkan sehingga

masih harus melakukan koordinasi terkait regulasi daerah tersebut.

Seperti pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau di tingkat daerah sudah ada dalam bentuk Peraturan Bupati Bombana No. 026 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.” (DSA, 49, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana).

Untuk formulasi kebijakan ditingkat daerah sebagian besar informan

utama menyatakan bahwa regulasi di daerah masih mengacu pada

peraturan-peraturan di pusat terkait implementasi integrasi Jamkesda ke

JKN, dan untuk ditingkat daerah sudah ada dalam bentuk Peraturan

Bupati Bupati Bombana No. 26 Tahun 2018 tentang Pedoman

Pelaksanaan Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah Gerakan Membangun

Bombana dengan Ridho Allah (Jamkesda-Gembira).

111

4. Matriks Analisis Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana A. Analisis Implementasi Integrasi Jameksda-Gembira ke JKN

Tabel 4.3

Matriks Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN oleh Informan Utama

Analisis Implementasi

Integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN

Informan Utama Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik

(Sudut Pandang Peneliti)

DSA

DSN KRM MDA

Syarat-Syarat Proses Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

- Masyarakat Bombana dibuktikan dengan e-KTP dan NIKnya terdaftar Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bombana.

- Memiliki kartu keluarga.

- Harus ada anggaran dari pemerintah daerah.

- Harus ada regulasi di tingkat daerah.

- Harus ada data kepesertaan yang telah diverifikasi dari Dinas Sosial berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebagai penerima kartu JKN.

- Harus ada sinkronisasi data kepesertaan dari BPS, selanjutnya diverifikasi dan ditetapkan oleh TKPPK Bappeda dan NIKnya terdaftar di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

- Harus ada Surat

Untuk mewujudkan UHC pada tahun 2019, salah satu langkah strategis yang perlu diambil oleh pemerintah daerah adalah melakukan integrasi Jamkesda ke JKN. Syarat integrasi Jamkesda ke JKN yaitu harus ada anggaran, regulasi, data kepesertaan,

112

- Proses integrasi dilakukan secara bertahap.

Perjanjian Kerja Sama (SPK) antara pemerintah daerah dengan BPJS setempat terkait integrasi.

dan surat perjanjian kerjasama antara pemerintah daerah dengan BPJS Kesehatan.

Proses Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira Ke JKN

Dengan adanya integrasi dapat sangat membantu, karena semua masyarakat Kabupaten Bombana dapat memiliki kartu jaminan kesehatan (JKN-KIS) dan dapat terakomodir oleh JKN secara bertahap.

Dengan adanya integrasi, pelayanan kesehatan dapat lebih baik lagi karena langsung menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat miskin.

Penyelenggaraan jaminan kesehatan dapat lebih mudah dan fleksibel karena kiranya pengurusan sudah dilakukan melalui 1 (satu) pintu saja yaitu BPJS Kesehatan.

- Berdasarkan UU SJSN semua jamkesda harus sudah terintegrasi ke JKN

- Pemda tidak boleh lagi melakukan jaminan kesehatan sendiri.

- Integrasi sudah dilaksanakan per 1 Sep 2017.

Proses implementasi integrasi jamkesda-Gembira ke JKN sudah direncanakan per 1 September 2017, dengan diberlakukannya integrasi pelayanan kesehatan dapat lebih baik karena dapat menjangkau seluruh masyarakat miskin serta penyelenggaraannya dilakukan oleh BPJS Kesehatan.

113

Proses Koordinasi Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Proses koordinasi sudah berjalan dengan baik karena untuk pencapaian target integrasi dibutuhkan berbagai pihak yang terkait dengan proses pengintegrasian ini, pihak terkait antara lain Sekertaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Koordinasi dilakukan sudah cukup baik, kalau di Bappeda cuma sebagai perencana anggaran saja.

Dari pihak pelaksana sudah terjalin koodinasi yang baik, Dinas Sosial dilibatkan terkait kriteria masyarakat miskin dan verifikasi serta validasi data kepesertaan yang wajib menerima kartu JKN.

BPJS sebagai fasilitator, dan pihak terkaitnya yaitu Dinkes, Dinsos, Disnaker, BKD, Kepegawaian, Puskesmas dan Rumah Sakit Se-Kabupaten Bombana. Tujuannya yaitu untuk perluasan kepesertaan, dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

Seluruh informan menyatakan proses koordinasi sudah terjalin dengan baik, hal tersebut ditandai dengan diadakannya rapat koordinasi dari para pihak terkait pada saat sebelum proses integrasi, dan dijadwalkan per triwulan untuk diadakan rapat monitoring dan evaluasi.

Isi dan Pesan mengenai Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Proses integrasi di Kabupaten Bombana baru bisa terlaksana per Januari 2018, dan dilakukan bertahap, di harapkan untuk

Wajib dilakukan integrasi untuk mencapai Universal Health Coverage 2019.

Integrasi itu adalah proses penyatuan antara program pusat dan program daerah, dalam hal ini integrasi jamkesda-Gembira ke JKN.

Isi dan pesan dari integrasi sudah dipahami dan sudah disosialisasikan serta diterapkan di masyarakat.

Proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira wajib dilakukan di Kabupaten Bombana untuk mencapai target UHC 2019, dimana

114

tahun ini semua peserta jamkesda sudah bisa terakomodir untuk berintegrasi ke JKN.

integrasi merupakan proses penyatuan program antara pusat dan daerah.

Regulasi Kebijakan Daerah Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Kalau di tingkat daerah sudah ada dalam bentuk Peraturan Bupati Bombana No. 026 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

UU SJSN, kalau didaerah masih mengikuti peraturan-peraturan dari pusat.

Kalau masalah regulasi, mungkin Dinas Kesehatan sebagai leading sektornya yang lebih tahu.

Masih mengacu pada Perpres Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Presiden Tentang Jaminan Kesehatan.

Sebagian informan utama menyatakan bahwa regulasi di daerah masih mengacu pada peraturan-peraturan di pusat terkait implementasi integrasi Jamkesda ke JKN, dan untuk ditingkat daerah sudah ada dalam bentuk peraturan bupati.

Kendala Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Masih banyak penduduk Kabupaten Bombana belum memiliki e-KTP dan berasal dari keluarga yang

Pemerintah daerah belum mampu menyerahkan dananya ke BPJS Kesehatan.

Kendalanya yaitu data kepesertaan. Karena kita selalu membutuhkan data terbaru dan masih harus mengkoordinasikan

- Anggaran daerah masih kurang.

- Per Sep 2017 hanya 5000 jiwa yang bisa terlayani untuk

Sebagian besar informan utama menyatakan kendala integrasi yaitu pada data kepesertaan dan juga masalah anggaran dana

115

kurang mampu. antara yang belum terintegrasi dan yang sudah terintegrasi.

integrasi peserta dari Jamkesda-Gembira ke JKN, hal tersebut dikarenakan anggaran daerah yang masih kurang untuk membiayai seluruh peserta JKN.

didaerah.

Tabel 4.4

Matriks Analisis Implementasi Integrasi Jamkesda ke JKN oleh Informan Triangulasi

Implementasi Integrasi

Jamkesda-Gembira ke

JKN

Informan Triangulasi Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti)

ARY

MNN

AIA

RAM

Syarat-Syarat Proses Integrasi

Semua warga Bombana yang memiliki kartu

Untuk tahap awal di utamakan untuk masyarakat

- Memiliki NIK. - Memiliki kartu

Jamkesda-

Harus memiliki data kepesertaan, untuk wilayah kerja

Semua informan menyatakan bahwa syarat

116

Jamkesda-Gembira ke JKN

Jamkesda bisa terintegrasi ke JKN.

miskin dulu dan selanjutnya dilakukan secara bertahap ke masyarakat kurang mampu, dan selanjutnya masyarakat yang mampu, sehingga seluruh masyarakat di Bombana dapat memiliki kartu jaminan kesehatan yang terintegrasi.

Gembira. - Terdaftar di BPJS. - Masuk dalam

kriteria masyarakat miskin oleh Dinsos.

Puskesmas Rumbia, diusulkan sekitar 400 jiwa.

integrasi adalah memiliki NIK, memiliki kartu Jamkesda-Gembira dan terdaftar di BPJS, serta harus ada data kepesertaan.

Proses Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira Ke JKN

Dengan adanya integrasi semua pusat pelayanan kesehatan masyarakat terpusat dilakukan di BPJS.

Proses integrasi baru saja bisa terlaksana, prosesnya mulai dari membuat regulasi ditingkat daerah, membuat SPK dengan BPJS setempat, mengvalidasi dan verifikasi data kepesertaan.

Proses integrasi yaitu semua peserta yang masuk dalam peserta Jamkesda-Gembira dan datanya ada di BPJS maka ia termasuk dalam bagian integrasi sebagai peserta JKN.

Kalau kami di Puskesmas hanya dilibatkan dalam proses validasi dan verifikasi data kepesertaan dari Dinas Sosial untuk wilayah kerja Puskesmas Rumbia dan untuk memberi pelayanan kesehatan.

Semua informan sudah mengetahui dengan jelas proses-proses pengintegrasian Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

117

Proses Koordinasi Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Proses koordinasi dilakukan melalui rapat koordinasi lintas sektor. Pihak yang terkait yaitu BPJS, camat dan kepala desa, kepala –kepala puskesmas dan pengelola Jamkesda di Puskesmas.

Proses koordinasi dilakukan baik secara internal di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, maupun secara eksternal dengan berbagai pihak terkait.

Rapat koordinasi dan sosialisasi lintas sektor antara pimpinan daerah, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kepala Puskesmas dan Direktur RS.

Kalau ada rapat koordinasi pasti kami dilibatkan untuk rapat dan kalau ada informasi terbaru tentang integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN kami di Puskesmas, bahkan mungkin seluruh puskesmas se-Kabupaten Bombana disampaikan melalui surat-menyurat.

Seluruh informan menyatakan proses koordinasi sudah terjalin dengan baik, baik lintas sektor, secara internal, dan sampai pada puskesmas-puskesmas se-Kabupaten Bombana.

Isi dan Pesan mengenai Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

- Proses integrasi mempermudah pelayanan.

- Proses integrasi mempermudah proses pengklaiman anggaran.

Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN mengacu pada program pemerintah pusat dan mewajibkan Kabupaten/Kota untuk melakukan integrasi.

Harus segera dilakukan integrasi per 1 Januari 2018 dan sudah tidak ada lagi penerbitan kartu Jamkesda-Gembira setelah 31 Desember 2017.

Dengan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN, kartu JKN-KIS dapat digunakan disemua tempat.

Semua informan menyatakan bahwa dengan adanya integrasi dapat mempermudah pelayanan kepada masyarakat dan mempermudah masyarakat untuk mendapat pelayanan.

118

Regulasi Kebijakan Daerah Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Sudah ada dalam bentuk peraturan bupati bombana, dimana didalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Kabupaten Bombana telah berintegrasi dari Jamkesda-Gembira ke JKN.

Kemarin sempat di bahas di RPJMD sehingga ada peraturan bupati dan MoUnya.

Untuk sementara masih mengacu pada regulasi ditingkat pusat.

Ada di Dinas Kesehatan.

Sebagian besar informan menyatakan masih kurang mengetahui mengenai formulasi kebijakan di tingkat daerah.

Kendala Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

- Regulasi masih baru saja di tetapkan sehingga harus ada koordinasi yang baik dan pemahaman yang sama tentang peraturan tersebut.

- Anggarannya masih kurang.

Kendala utamanya adalah masalah anggaran dan regulasi.

- Belum sinkron antara data di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dengan Dinas Sosial Kabupaten Bombana.

- Proses regulasi masih dalam bentuk MoU.

Untuk sejauh ini masalah NIK kepesertaan yang menjadi kendala tapi kami sudah melakukan validasi dan verifikasi kerjasama dengan kelurahan di Kecamatan Rumbia.

Sebagian informan menyatakan kendalanya adalah masalah anggaran, regulasi, dan data kepesertaan.

119

B. Komunikasi

Tabel 4.5

Matriks Komunikasi oleh Informan Utama

Komunikasi

Informan Utama Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti) DSA DSN KRM MDA

Metode Komunikasi

Melalui rapat koordinasi, dan pelaksananya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dan BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana.

Rapat koordinasi dilakukan sebelum proses integrasi dengan melibatkan lintas sektor untuk melakukan persiapan dan membahas strategi-strategi untuk percepatan integrasi tersebut.

Dengan cara rapat koordinasi lintas sektor.

BPJS sebagai fasilitator untuk mengadakan forum diskusi yang tujuannya adalah untuk perluasan kepesertaan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

Sebagian besar informan menyatakan bahwa metode komunikasi yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi lintas sektor.

Sasaran Komunikasi

Sekretaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Bappeda, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Kesehatan, dan Biro hukum.

Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan TKPKD (Tim Koordinasi Pemberantasan Kemiskinan Daerah) di

Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, BPMD, Badan Keuangan Daerah, Badan

Seluruh informan utama menyatakan sasaran komunikasi adalah Dinas Kesehatan, Dinas

120

Bappeda. Kepegawaian Daerah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Puskesmas dan Rumah Sakit.

Sosial, Bappeda, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Media Komunikasi Persentase menggunakan slide oleh Dinas Kesehatan dan BPJS selanjutnya dilakukan diskusi antar para peserta rapat.

Kami dibagikan draft berisi powerpoint yang akan dipersentasekan.

Slide ppt dan diskusi.

Persentase menggunakan powerpoint

Seluruh informan utama menyatakan media komunikasi yang digunakan adalah persentase menggunakan powerpoint dan selanjutnya dilakukan diskusi atau tanya jawab.

Kendala Komunikasi

Karena baru saja dilakukan integrasi jadi masih kurangnya pemahaman tentang proses pengintegrasian tersebut. Pelaksana harus menjelaskan

Informan menyatakan tidak ada kendala dalam proses komunikasi. Yang menjadi kendala hanya pada proses pengintegrasian saja.

Sejauh ini tidak ada kendala dalam komunikasi karena rapat koordinasi baru dilakukan 1 (Satu) kali, itupun dilakukan pada saat sebelum melakukan

Tidak ada karena kami menyampaikan dengan cukup jelas dan secara detail.

Seluruh informan utama menyatakan tidak ada kendala dalam proses komunikasi.

121

secara detail dulu dari awal dan mengapa harus dilakukan integrasi dari Jamkesda ke JKN.

integrasi.

Kejelasan Komunikasi

Informan menyatakan komunikasi sudah jelas. Hal tersebut ditandai dengan adanya kesepakatan untuk membuat peraturan bupati terkait integrasi.

Untuk tahap awal komunikasi dilakukan sudah cukup baik dan jelas.

Informan menyatakan komunikasi sudah jelas.

Informan menyatakan kejelasan komunikasi sudah jelas dan sudah dipahami, serta sudah diterapkan ke masyarakat.

Seluruh informan menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan sudah cukup jelas.

Konsistensi Komunikasi

Sudah konsisten bahwa pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dilakukan di tahun 2018 ini.

Sudah konsisten dan sudah ada dalam DPA Dinas Kesehatan itu dananya.

Sudah konsisten karena kami juga sudah menyerahkan data-data terkait data kepesertaan.

Sudah konsisten, buktinya sudah tertuang dalam DPA Dinas Kesehatan terkait dana untuk penyelenggaraan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Seluruh informan utama menyatakan komunikasi yang dilakukan sudah konsisten.

122

Tabel 4.6

Matriks Komunikasi Informan Triangulasi

Komunikasi

Informan Triangulasi Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut Pandang Peneliti)

ARY MNN AIA RAM

Metode Komunikasi

Rapat koordinasi lintas sektor oleh BPJS, Camat dan Kepala Desa, Badan Pusat Statistik, Kepala Puskesmas dan Pengelola Jamkesda-Gembira se-Kabupaten Bombana.

- Rapat koordinasi internal Dinas Kesehatan.

- Rapat koordinasi lintas sektor.

Rapat koordinasi dan sosialisasi lintas sektor antar pimpinan daerah, BPJS, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas sosial, Kepala Puskesmas, dan Direktur Rumah Sakit.

Untuk koordinasi dengan kabupaten biasanya langsung melalui rapat koordinasi di aula rapat Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

Metode komunikasi yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi dan sosialisasi lintas sektor.

Sasaran Komunikasi

BPJS, Camat dan Kepala Desa, Badan Pusat Statistik, Kepala Puskesmas dan Pengelola Jamkesda-Gembira se-Kab.Bombana.

Para pengelola Jamkesda-Gembira dan Kepala Puskesmas se-Kabupaten Bombana.

Pimpinan daerah, BPJS, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kepala Puskesmas, dan Direktur Rumah Sakit.

Sasarannya yaitu kami-kami ini para kepala Puskesmas se-Kabupaten Bombana selaku pemberi pelayanan kesehatan kepada

Sasaran komunikasi adalah Dinas Kesehatan, BPJS, dan Puskesmas se-Kab. Bombana.

123

masyarakat. Media Komunikasi Diskusi dan

persentase ppt. Persentase powerpoint.

LCD. Slide. Seluruh informan triangulasi menyatakan media komunikasi yang digunakan adalah persentase menggunakan powerpoint dan selanjutnya dilakukan diskusi atau tanya jawab.

Kendala Komunikasi

- Pemahaman tentang proses integrasi masih minim.

- Masih perlu penyesuaian dalam pelayanan JKN, khususnya untuk kasus emergency.

Kendala ada pada awal proses implementasi integrasi yaitu pada tahap verifikasi data kepesertaan. Peserta Jamkesda-Gembira masih harus diverifikasi apakah sudah mempunyai NIK atau belum.

Untuk tahap awal belum diketahuinya jumlah masyarakat yang sudah terintegrasi sehingga penganggaran dan pengklaiman belum bisa dilakukan.

Perlu penyampaian komunikasi yang rinci dan konsistensi agar kami di Puskesmas tidak salah dalam melakukan pelayanan.

Sebagian besar informan triangulasi menyatakan kendala komunikasi yaitu masih kurangnya pemahaman tentang implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

124

Kejelasan Komunikasi

Isi dan pesan yang disampaikan sudah cukup jelas dan dipahami dengan baik.

Informasi yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan dan BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana sudah jelas, yang berisi tentang integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informasi yang disampaikan sudah jelas yaitu harus segera dilakukan integrasi per 1 Januari 2018 dan sudah tidak ada lagi penerbitan kartu Jamkesda-Gembira setelah 31 Desember 2017.

Informan menyatakan komunikasi sudah jelas.

Seluruh informan triangulasi menyatakan informasi dan pesan yang disampaikan sudah jelas.

Konsistensi Komunikasi

Informasi yang disampaikan sudah konsisten, dimana kami sudah mendistribusikan kartu JKN ke puskesmas-puskesmas ditandai dengan adanya berita acara penerimaan kartu JKN di Puskesmas.

Informan menyatakan komunikasi sudah konsisten.

Sudah konsisten, karena sudah ada pendistribusian kartu JKN-KIS sebagai pengganti kartu Jamkesda-Gembira yang terintegrasi ke JKN.

Informan menyatakan komunikasi sudah konsisten.

Seluruh informan triangulasi menyatakan informasi komunikasi sudah konsisten.

125

C. Sumber Daya

Tabel 4.7

Matriks Sumber Daya oleh Informan Utama

Sumber Daya

Informan Utama Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti) DSA DSN KRM MDA

Pihak Yang Terlibat

Sekretaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, Dinas Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan.

Dinas Kesehatan, Bappeda, dan Dinas Sosial sendiri.

Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, BPMD, Badan Keuangan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Puskesmas dan Rumah Sakit.

Pihak yang terlibat secara umum adalah Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, dan BPJS.

Ketersediaan Staf

Informan menyatakan sudah cukup dalam ketersediaan staf khususnya di

Untuk level kabupaten dirasa sudah cukup.

Informan menyatakan sudah cukup dalam ketersediaan staf, dan banyak

Informan menyatakan sudah cukup dalam ketersediaan staf, kami kerja sama

Ketersediaan staf dalam proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sudah cukup.

126

Dinas Kesehatan sendiri.

pihak yang berperan untuk membantu kelancaran program ini.

dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

Pedoman atau Strategi Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Strategi yang digunakan yaitu pimpinan daerah langsung memerintahkan kepada pihak terkait seperti camat, kepala desa, lurah untuk mempercepat proses validasi dan verifikasi peserta dan perekaman e-KTP oleh Discapil.

- Sosialisasi kepada masyarakat.

- Rapat koordinasi lintas sektor.

- Rapat internal antar Dinas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan.

Informan menyatakan tidak ada pedoman atau strategi khusus dalam melaksanakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Strateginya yaitu melakukan pendataan disertai NIK, kalau pedomannya masih menggunakan pedoman pelayanan BPJS.

Sebagian besar informan utama kurang mengetahui mengenai pedoman implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Sarana dan Prasarana

Kalau sarana dan prasarana khusus tidak ada ya.. Cuma menggunakan software data kepesertaan saja.

Spanduk dan liflet.

Tidak ada. Hanya berkoordinasi sesuai dengan rekomendasi yang dibutuhkan dari Dinas

Untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil, Dinas Kesehatan menyiapkan Puskesmas

Sebagian besar informan menyatakan tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus.

127

Kesehatan. Keliling. Ketersediaan dan Kecukupan Dana

Saya rasa sudah cukup untuk tahap awal yaitu Rp. 23.000 dikali 38.331 jiwa setiap bulannya.

Dananya untuk tahun ini sudah cukup dan anggarannya cukup besar untuk program ini karena diharapkan dapat menjangkau target yang diharapkan.

Arah pertanyaan seharusnya ke Dinas Kesehatan. Dinas Sosial hanya pada validasi data saja.

Dana untuk integrasi sudah tersedia dan sejauh ini sudah cukup untuk menjangkau peserta Jamkesda-Gembira yang terintegrasi. Dananya kurang lebih 9 – 10 M.

Sebagian besar informan utama menyatakan dana yang gunakan sudah cukup tersedia untuk proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN, dan juga didukung dengan anggaran daerah yang cukup besar.

Sumber dana APBD. APBD. Arah pertanyaan seharusnya ke Dinas Kesehatan. Dinas Sosial hanya pada validasi data saja.

APBD. Sebagian besar informan utama menyatakan sumber dana yang digunakan berasal dari APBD.

128

Tabel 4.8

Matriks Sumber Daya oleh Informan Triangulasi

Sumber Daya

Informan Triangulasi Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti) ARY

MNN

AIA

RAM

Pihak Yang Terlibat

BPS, BPJS, Pengolela Jamkesda-Gembira Dinas Kesehatan, Kabag Hukum, Para Camat, Kepala Desa, dan Kepala Puskesmas.

Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, Kabag Hukum, BPJS Kesehatan.

BPJS dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

Dinas Kesehatan, BPJS, dan Puskesmas se-Kabupaten Bombana serta RSUD Kabupaten Bombana.

Sebagian besar informan menyatakan bahwa pihak yang terlibat adalah Dinas Kesehatan, BPJS, Puskesmas dan Rumah Sakit.

Ketersediaan Staf

Sudah cukup, staf yang terlibat : - BPS :

menyediakan data dan nama.

- BPJS : Pembuatan kartu JKN-KIS.

- Dinkes : Pendistribusian

Banyak pihak yang terlibat dalam program ini jadi dirasa sudah cukup untuk membantu proses pengintegrasian tersebut.

Informan menyatakan sudah karena proses pelayanannya juga sudah dilakukan 1 pintu saja yaitu di BPJS.

Sudah cukup, bahkan banyak pihak yang terlibat, kami di puskesmas dilibatkan, pengelola Jamkesda-Gembira juga di tiap-tiap Puskesmas juga

Seluruh informan triangulasi menyatakan bahwa ketersediaan staf dalam proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sudah cukup.

129

dan laporan bulanan penggunaan kartu.

- Camat : Pengawasan pendistribusian kartu.

- Kapus : Distribusi dan laporan bulanan.

dilibatkan.

Pedoman atau Strategi Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Memperbanyak sosialisasi akan pentingnya integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dilakukan, selanjutnya puskesmas juga melakukan sosialisasi ke masyarakat diwilayah kerjanya.

Informan menyatakan tidak ada pedoman atau strategi khusus dalam melaksanakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN karena ini program yang wajib dilakukan oleh kabupaten

- Sosialisasi internal Dinas Kesehatan (Kapus dan pengelola Jamkesda-Gembira).

- Rapat lintas sektor di kecamatan.

- Sosialisasi dengan pimpinan

Strateginya yaitu kami melakukan pendataan kembali untuk mengupdate data kepesertaan kerja sama dengan kelurahan, selanjutnya kami mengusulkan ke dinas untuk di proses pengintegrasian. Untuk tahap awal kami mengajukan

Sebagian besar informan triangulasi menyatakan strategi yang digunakan yaitu sosialisasi dan pedomannya mengacu pada pedoman pusat.

130

jadi kami mengacu pada pedoman dan strategi pusat.

daerah dan sektor terkait.

sebanyak 400 jiwa untuk wilayah Puskesmas Rumbia.

Sarana dan Prasarana

Tidak ada. Informan menyatakan tidak memerlukan sarana dan prasaran khusus.

Software offline berisi data kepesertaan yang terintegrasi di BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana.

Informan menyatakan tidak memerlukan sarana dan prasaran khusus.

Sebagian besar informan menyatakan tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus, tetapi yang digunakan hanya software offline saja.

Ketersediaan dan Kecukupan Dana

Informan menyatakan sudah cukup, ada dana saving sebanyak 6 M untuk peserta yang terintegrasi per September 2017, kami mengajukan 22 M untuk tahun 2018 tapi baru di acc sebesar 10 M.

Dananya untuk tahun ini sudah cukup untuk menjangkau jumlah yang sudah terintegrasi sebanyak 38.331 jiwa.

Kalau masalah anggaran, bisa kita tanyakan langsung di Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Manusia Kesehatan selaku koordinator tim integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Kalau kami di Puskesmas tidak tahu menahu tentang anggaran karena kami sebatas pelayanan saja, dan mengajukan jumlah peserta penerima kartu jaminan kesehatan di wilayah kami.

Sebagian besar informan utama menyatakan dana yang digunakan sudah cukup tersedia untuk proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

131

Sumber dana APBD. APBD. APBD. APBD. Seluruh informan utama menyatakan sumber dana yang digunakan berasal dari APBD.

D. Disposisi

Tabel 4.9

Matriks Disposisi oleh Informan Utama

Disposisi

Informan Utama Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti) DSA DSN KRM MDA

Sikap dan Tanggapan Mengenai Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Dengan adanya program integrasi ini dapat sangat membantu masyarakat karena sangat bermanfaat dalam hal jaminan kesehatannya, dan sekarang BPJS yang

Sangat setuju karena dapat menjangkau masyarakat lebih meluas, dan melakukan pelayanan dari tingkat primer sampai tingkat rujukan.

Program integrasi ini sangat bagus ya.. Disamping kita membantu program pusat, disisi lain juga dapat membantu program kami dapat melakukan validasi dan verifikasi

Saya sangat mendukung program integrasi ini karena semua bentuk pengelolaannya dilakukan di BPJS Kesehatan, target kami seluruh masyarakat di Kabupaten Bombana dapat

Sangat setuju dan mendukung program implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

132

mengelola keuangannya jadi mereka yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaannya, diharapkan akan terjadi efisiensi pemanfaatan pelayanan kepada masyarakat.

masyarakat miskin atau kurang mampu di Kabupaten Bombana ini.

memiliki jaminan kesehatan, walaupun dilakukan secara bertahap dan berpatokan pada anggaran daerah yang disediakan.

Bentuk Komitmen

MoU pemerintah daerah dengan BPJS Kesehatan.

Sesuai dengan tupoksi kami yaitu melakukan perencanaan anggaran terkait dengan integrasi dan melakukan koordinasi dengan leading sektornya.

Sesuai dengan tupoksi kami, jadi bentuk komitmen kami yaitu membantu melakukan validasi dan verifikasi data penduduk miskin dan kurang mampu yang termasuk dalam data kepesertaan JKN.

Ada, MoU dan Perjanjian kerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Sebagian besar informan utama menyatakan bahwa ada MoU dan perjanjian kerja sama antara pemerintah daerah dengan BPJS Kesehatan.

133

Tabel 4.10

Matriks Disposisi oleh Informan Triangulasi

Disposisi

Informan Triangulasi Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti) ARY

MNN

AIA

RAM

Sikap dan Tanggapan Mengenai Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Mendukung, dengan adanya integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN maka diharapkan seluruh masyarakat Kabupaten Bombana dapat memiliki kartu jaminan kesehatan dan mendapat pelayanan kesehatan yang layak.

Setuju dan mendukung program ini. Karena dari segi kelancaran sudah jelas harus berdasarkan by NIK by Adress baru dimasukkan ke JKN.

Setuju, karena proses pelayanan sudah dilakukan 1 pintu, sehingga tidak akan terjadi masyarakat yang memiliki kartu jaminan kesehatan yang lebih dari satu (tumpang tindih).

Menurut saya itu bagus khususnya untuk masyarakat miskin dan kurang mampu.

Setuju dan mendukung program implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Bentuk Komitmen

Dalam bentuk surat perjanjian.

Sekarang masih sementara dikoreksi oleh bagian hukum

Surat perjanjian kerja sama antara pemerintah daerah dengan

Bentuk komitmen kami yaitu menjalankan program JKN

Bentuk komitmennya berupa surat penjanjian dan

134

terkait peraturan bupati bombana terkait masalah integrasi.

BPJS. dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

peraturan bupati bombana.

E. Struktur Birokrasi

Tabel 4.11

Matriks Struktur Birokrasi oleh Informan Utama

Struktur Birokrasi

Informan Utama Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti) DSA DSN KRM MDA

Ketersediaan SOP atau Petunjuk Pelaksana Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

SOPnya ada dalam peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

Informan menyatakan khusus untuk integrasi tidak ada SOP.

Informan menyatakan tidak tahu tentang SOP tentang integrasi.

Mengacu pada Pepres No. 19 tahun 2016 tentang jaminan kesehatan.

SOP integrasi berada dalam Peraturan Bupati Bombana tentang Pedoman Pelaksanaan Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Ketersediaan Pembagian Kerja dan Tanggung Jawab

- Tupoksi umum ditetapkan pemerintah daerah No. 40

Pedomannya ada di Permenkes 28 Tahun 2014 Bappeda bertanggung

Pedomannya ada di Permenkes 28 Tahun 2014 Dinsos

Mengacu pada Permenkes yang disesuaikan dengan wilayah di daerah masing-

Ketersediaan pembagian kerja dan tanggung jawab ada dalam Permenkes No. 28 tahun 2014.

135

tahun 2017 tentang pembentukan OPB.

- Peraturan Bupati tahun 2016 tentang tupoksi Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

- Raperbup RPJMD 2017-2022.

jawab untuk perencanaan anggaran.

bertanggung jawab atas kepesertaan.

masing.

136

Tabel 4.12

Matriks Struktur Birokrasi oleh Informan Triangulasi

Struktur Birokrasi

Informan Triangulasi Emik ( Sudut Pandang Informan)

Etik ( Sudut

Pandang Peneliti) ARY

MNN

AIA

RAM

Ketersediaan SOP atau Petunjuk Pelaksana Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

SOPnya ada dalam peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

SOPnya ada dalam peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

Ada SOP. Pasti ada SOPnya di Dinas Kesehatan.

Ada SOP tentang integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

Ketersediaan Pembagian Kerja dan Tanggung Jawab

Ada dalam SK satker Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

Ada dalam peraturan bupati dan petunjuk teknis.

Ada dalam regulasi.

Ada. Ketersediaan pembagian kerja dan tanggung jawab ada dalam Peraturan Bupati Tahun 2018 tentang Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

137

B. PEMBAHASAN

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian yang diperoleh dari

data-data pernyataan informan penelitian dan setelah dilakukan reduksi

data dan penyajian data, maka selanjutnya peneliti melakukan

pembahasan hasil penelitian dengan menganalisa data-data tersebut dan

membandingkan dengan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu tentang

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana. Dilihat dari beberapa variabel dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Gambaran Umum Implementasi Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah Gerakan Membangun Bombana Dengan Ridho Allah ke Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Bombana

Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan

waktu tertentu. Formulasi Kebijakan sebagai bagian dalam proses

kebijakan yang merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi

kebijakan hanya dapat dilaksanakan apabila tahap formulasi kebijakan

telah selesai (Bambang, S. 1994).

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas maka implementasi

integrasi Jamkesda-Gembira ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di

Kabupaten Bombana merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat yaitu Universal Health

Coverage (UHC) tahun 2019. Universal Health Coverage merupakan

sistem kesehatan yang memastikan setiap warga di dalam populasi

138

memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang

terjangkau. Cakupan universal mengandung dua elemen inti yakni akses

pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan

perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan

kesehatan.

Salah satu strategi yang dilakukan Kabupaten Bombana untuk

mendukung program tersebut yaitu melaksanakan integrasi ke Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Proses

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) merupakan proses pembauran atau penyatuan antara

program pemerintah pusat dengan menyesuaikan program pemerintah

daerah didaerahnya masing-masing, dalam menjalankan program tersebut

pemerintah daerah bekerjasama dengan Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial (BPJS), dimana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

merupakan program pelayanan kesehatan dari pemerintah yang berwujud

BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dengan menggunakan

sistem asuransi. Dengan adanya integrasi ke JKN ini maka seluruh warga

Indonesia berkesempatan untuk mengakses pelayanan kesehatan yang

layak dengan cakupan biaya dan cakupan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan yang memadai. Proses integrasi di Kabupaten Bombana

dilaksanakan secara bertahap yaitu per tanggal 1 Januari 2018 dengan

jumlah peserta 38.331 jiwa, walaupun tidak sesuai dengan target dalam

139

peta jalan menuju jaminan kesehatan nasional (roadmap) yang

menargetkan proses integrasi di Kabupaten/kota bisa terlaksana di tahun

2016.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana sudah berjalan

dengan cukup baik dan dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui apa

yang menjadi dasar dari rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1).

Apa saja yang menjadi syarat integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana, 2). Bagaimana implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana, dan 3). Bagaimana formulasi

regulasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

1. Apa saja yang menjadi syarat-syarat proses pengintegrasian Jamkesda-Gembira ke JKN

Proses integrasi dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari regulasi,

anggaran, dan data kepesertaan sehingga yang menjadi syarat integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN yaitu 1). Regulasi di daerah terkait integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana, 2). Anggaran dana

yang disediakan oleh pemerintah daerah terkait penyelenggaraan

program jaminan kesehatan nasional dan bersedia bekerja sama dengan

BPJS Kabupaten Bombana selaku pelaksana dan penanggung jawab

program tersebut, 3). Data kepesertaan yang telah tervalidasi dan

terverifikasi sebagai peserta JKN di BPJS Kabupaten Bombana,

disamping itu yang menjadi sasaran dan target dalam program ini yaitu

140

masyarakat Bombana dibuktikan dengan e-KTP dan NIKnya terdaftar di

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bombana serta

memiliki kartu keluarga.

Pernyataan tersebut diatas diperkuat dengan penyataan Kepala

BPJS yang juga menambahkan syarat integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN yaitu Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK) antara pemerintah daerah

dengan BPJS setempat terkait integrasi.

Hasil penelitian tersebut diatas menyatakan bahwa Kabupaten

Bombana telah memenuhi syarat integrasi program Jamkesda-Gembira ke

JKN sesuai dengan UU SJSN yang menyatakan implementasi ketentuan

ini memerlukan berbagai persyaratan integrasi sebagai berikut (DJSN, K.

2012) :

1. Standarisasi kompetensi yang meliputi infrastruktur, tenaga kerja,

dan peralatan sebagai pedoman untuk mengontrak fasilitas

pelayanan kesehatan oleh BPJS.

2. Keterlibatan pemerintah (pusat dan daerah) dan swasta dalam

membangun fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

terdistribusi dengan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan uraian hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan

tentang syarat integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana yaitu regulasi, anggaran, data kepesertaan, serta Surat

Perjanjian Kerjasama antara pemerintah daerah dengan BPJS setempat.

141

2. Implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana

Proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana sangat membantu sebagian besar masyarakat di

Kabupaten Bombana, karena dengan dilakukannya integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN semua masyarakat Kabupaten Bombana dapat memiliki

kartu jaminan kesehatan (JKN-KIS) dan dapat terakomodir oleh JKN

secara bertahap.

Dengan adanya integrasi, pelayanan kesehatan dapat lebih baik lagi

karena langsung menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat khususnya

masyarakat miskin. Penyataan tersebut juga didukung oleh salah satu

informan triangulasi yang menyatakan dengan adanya integrasi semua

pusat pelayanan kesehatan masyarakat terpusat dilakukan di BPJS.

Sejalan dengan Maulidiana (2016) mengatakan untuk pencapaian

UHC pada tahun 2019 perlu terjalinnya koordinasi yang baik antar pihak-

pihak yang terkait didalamnya. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan masalah yang ditemukan lebih kepada masalah teknis yaitu

kepesertaan yang berupa ketepatan sasaran peserta JKN.

Jadi kesimpulan mengenai proses implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN yaitu integrasi jamkesda-Gembira ke JKN sudah

direncanakan per 1 September 2017 dan baru bisa terealisasi 1 Januari

2018, dengan diberlakukannya integrasi tersebut pelayanan kesehatan

dapat menjangkau seluruh masyarakat miskin serta penyelenggaraannya

dilakukan oleh BPJS Kesehatan.

142

a. Komunikasi

a) Transmisi

Transmisi merupakan bagaimana proses penyampaian informasi

yang berkaitan dengan kebijakan dan regulasi mengenai integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN dapat diterima secara tepat dari pelaksana

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN kepada sasaran komunikasi,

termasuk metode penyampaian yang digunakan sehingga tidak adanya

salah pengertian dan informasi dapat benar-benar sampai kepada

sasaran yang dituju (Edward III, 1980).

Dalam program implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

dibutuhkan komunikasi antar pihak yang terkait dan yang berhak

menerimanya, diharapkan dengan adanya komunikasi yang tetap terjalin

dengan baik dapat terjadi feedback antar para pihak terkait guna

kelancaran keberlangsungan kebijakan implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

Berdasarkan hasil wawancara tentang komunikasi yang dilakukan

terhadap proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana tidak akan berjalan baik tanpa adanya komunikasi

berupa koordinasi yang baik antar para pihak terkait. Proses koordinasi

yang dilakukan yaitu melalui rapat koordinasi yang dilakukan pada saat

pra integrasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dan BPJS

Kabupaten Bombana dengan menggundang para pihak yang terkait

dengan proses integrasi tersebut baik lintas sektor maupun lintas program,

143

pihak-pihat tersebut antara lain pimpinan daerah selaku penanggung

jawab atas semua kegiatan atau program yang dijalankan didaerahnya,

sekretaris daerah selaku pembantu bupati dalam melaksanakan kebijakan

yang telah ditentukan didaerahnya, Badan Perencanaan dan

Pembanggunan selaku perencana anggaran dana, Dinas Sosial selaku

verifikator data kepesertaan berdasarkan kriteria penerima jaminan

kesehatan yaitu miskin dan atau kurang mampu yang mereka tetapkan,

Bagian hukum terkait formulasi regulasi kebijakan yang mengatur dan

menjadi acuan dalam program integrasi tersebut, Kepala Puskesmas dan

Direktur Rumah Sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada

masyarakat penerima jaminan kesehatan tersebut, dan para camat, lurah,

kepala desa sebagai pengawas dalam pendistribusian kartu jaminan

kesehatan nasional.

Salah satu unsur penting dalam komunikasi yaitu media yang

digunakan dalam melakukan komunikasi, penyaluran komunikasi yang

baik maka akan menghasilkan informasi yang baik juga guna kelancaran

proses implementasi integrasi tersebut.. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

menyatakan pemaparan materi dalam persentase rapat koordinasi yang

dilakukan yaitu menggunakan slide dimana pematerinya adalah dari Dinas

Kesehatan dan BPJS selanjutnya setelah dilakukan pemaparan materi

terkait integrasi maka sesi selanjutnya adalah diskusi antar para peserta

rapat yang menjadi sasaran komunikasi.

144

Kesimpulan dari media komunikasi adalah persentase menggunakan

powerpoint dan selanjutnya dilakukan diskusi atau tanya jawab.

Pembahasan yang dilakukan dalam komunikasi tersebut adalah

membahas tentang komitmen untuk melakukan proses implementasi

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten, serta membahas

bagaimana kesiapan Kabupaten Bombana untuk menjalankan program

tersebut. Dimana kesiapannya harus ada dukungan pimpinan daerah dan

pihak terkait serta dukungan untuk kesiapan regulasi daerah, anggaran

daerah serta data kepesertaannya. Dalam proses komunikasi yang

dilakukan tidak ada kendala yang ditemukan karena dalam setiap rapat

koordinasi ada arahan langsung yang mewajibkan pihak terkait termasuk

didalamnya Sekretaris Daerah, Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BPJS,

Kepala Puskesmas, Direktur Rumah Sakit, serta pihak terkait lainnya.

Kendala yang dihadapi dalam implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana yaitu anggaran untuk

penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional dianggap masih kurang

untuk mengakomodir seluruh warga Kabupaten Bombana serta data

kepesertaan, karena dibutuhkan data terbaru dan masih harus

mengkoordinasikan antara yang belum terintegrasi dan yang sudah

terintegrasi.

145

Sejalan dengan Sukowati (2013) mengatakan dari segi komunikasi

terdapat sedikit inkonsistensi karena pada persyaratan administrasi

tertentu sering berubah-ubah.

Komunikasi yang baik akan menghasilkan implementasi yang efektif.

Implementasi yang efektif akan terlaksana jika para pihak dalam

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana yang terlibat mengetahui mengenai apa yang akan mereka

kerjakan sehingga penyampaian informasi dalam proses komunikasi

merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.

b) Kejelasan

Penyampaian informasi yang dilakukan sudah cukup jelas.

Berdasarkan wawancara mendalam oleh kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Bombana menyatakan bahwa komunikasi yang dilakukan

sudah jelas, hal tersebut ditandai dengan adanya kesepakatan untuk

membuat peraturan bupati terkait integrasi.

Proses komunikasi yang dilakukan untuk tahap awal yaitu terkait

masalah kebijakan dan regulasi sehingga proses pemaparan informasi

atau materi yang dikemukakan pada saat koordinasi yaitu lebih ke arah

kebijakan dan informasi tentang regulasi harus segera disebarluaskan.

Informan utama lainnya yaitu kepala BPJS menambahkan bahwa

kejelasan komunikasi terkait implementasi integrasi sudah dipahami dan

sudah diterapkan ke masyarakat. Pernyataan tersebut diatas didukung

juga oleh kepala Seksi Pelayanan dan juga oleh verifikator Jamkesda-

146

Gembira Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana menyatakan bahwa

informasi yang disampaikan oleh kepala Dinas Kesehatan dan kepala

BPJS Kabupaten Bombana sudah jelas yang berisi tentang integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana per 1 Januari 2018

dan sudah tidak ada lagi penerbitan kartu Jamkesda-Gembira setelah 31

Desember 2017.

Hal ini sejalan dengan Febriyan dan Taufiq (2016), menyatakan

bahwa kejelasan komunikasi dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Daerah (Jamkesda) berjalan cukup baik untuk memberikan pelayanan

kesehatan gratis bagi warga miskin Jepara, sehingga tujuan agar warga

miskin merasa aman melalui program jaminan kesehatan dapat

terlaksana. Perlu komunikasi yang baik agar informasi dapat tersebar luas

dan sasaran peserta program dapat tercapai.

c) Konsistensi

Konsistensi sangat dibutuhkan dalam penyampaian informasi agar

tidak ada perubahan isi meskipun disampaikan kepada pihak yang

berbeda dan tidak menimbulkan kebingungan bagi pelaksana integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara

mendalam dan observasi dilapangan, dapat diketahui bahwa arahan atau

perintah yang disampaikan sudah konsisten dan buktinya adalah sudah

tertuang dalam DPA Dinas Kesehatan terkait dana untuk

penyelenggaraan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN serta dari pihak

147

Dinas Sosial Kabupaten Bombana sudah menyerahkan data-data terkait

data kepesertaan, ditambahkan juga oleh Kepala Bidang Pelayanan dan

SDMK yaitu sudah ada arahan yang konsisten untuk mendistribusikan

kartu JKN ke Puskesmas-Puskesmas ditandai dengan adanya berita

acara penerimaan kartu JKN di Puskesmas.

Penelitian ini sejalan dengan Rahmatullah (2013), meyatakan bahwa

Isi kebijakan Dinas Kesehatan Kota Makassar sebagai pemantau manfaat

serta keputusan strategis yang ditempuh serta konteks kebijakan dimana

program ini diperuntukkan bagi seluruh warga kota Makassar dengan

sistem kerja berkesinambungan antara pemerintah provinsi dan kota

Makassar. Kendala terbesar ada pada proses sosialisasi program

yang belum menjangkau seluruh masyarakat kota Makassar.

Dalam proses komunikasi perintah yang diberikan dalam

pelaksanaan harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan.

Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat

menimbukan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

b. Sumber Daya

a) Staf

Staf atau pegawai dalam pelaksanaan implementasi dilihat dari segi

kualitas dan kuantitas. Kuantitas berarti memiliki jumlah yang cukup

sedangkan kualitas artinya mempunyai keahlian dan kemampuan yang

diperlukan dalam mengimplementasikan integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN.

148

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pihak yang terlibat

dalam implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana adalah Sekretaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil. Pernyataan tersebut ditambahkan oleh kepala

Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial menyatakan pihak terkait yang

juga terlibat dalam program ini yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas

Ketenagakerjaan, BPMD, Badan Keuangan Daerah, Badan Kepegawaian

Daerah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Puskesmas dan Rumah

Sakit. Diharapkan dengan keterlibatan semua pihak dapat mencapai

keberhasilan dari implementasi intergrasi tersebut, dengan dukungan

semua pihak baik lintas sektor maupun lintas program dalam menjalankan

dan menyelenggarakan kesiapan program implementasi dapat terlaksana

dengan baik, dan kendala yang dihadapi dapat diselesaikan sesuai

dengan tugas dan fungsi dari masing-masing pihak yang terlibat tersebut.

Jumlah ketersediaan staf atau pihak yang terlibat untuk level

kabupaten dirasa sudah cukup, dari hasil wawancara dengan kepala

Bidang Pelayanan dan SDMK menyatakan tugas-tugas dari pihak yang

terlibat yaitu BPS untuk menyediakan data dan nama, BPJS untuk

pembuatan kartu JKN-KIS, Dinas Kesehatan untuk pendistribusian dan

laporan bulanan penggunaan kartu JKN-KIS, Camat untuk melakukan

pengawasan pendistribusian kartu JKN-KIS, dan Kepala Puskesmas untuk

melakukan distribusi dan laporan bulanan terkait peserta JKN-KIS.

149

Kualitas sumberdaya dalam implementasi integrasi kebijakan ini

merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Jika staf kompeten dalam

bidang kerjanya maka implementasi integrasi kebijakan akan berlangsung

dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari segi pemahaman dan

pengetahuan pihak yang terlibat mengenai implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khariza (2015),

menyatakan dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan asional di

Rumah Sakit Jiwa Menur sudah berjalan dengan baik dan sesuai prosedur

yang ada. Sedangkan staf sumber daya, fasilitas fisik dalam kondisi tidak

memadai atau tidak mencukupi. Dan masih diperlukan sosialisasi bagi

peserta jaminan kesehatan nasional dengan syarat yang harus dipenuhi.

Jadi kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagian besar

pemahaman staf atau pihak yang terlibat tentang implementasi integrasi

sudah cukup baik, sebagian besar dari mereka menjelaskan tentang hal

dasar yang menjadi syarat utama dalam proses implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana adalah mengenai

kebijakan atau regulasi, serta proses integrasi yang mereka ketahui yaitu

proses penyatuan atau pembauran program pemerintah pusat dan

pemerintah daerah untuk mendukung program pemerintah pusat dalam

rangka Universal Health Coverage 2019.

b) Informasi

150

Informasi merupakan keterangan, cara, atau pedoman dalam

mengimplementasikan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN. Informasi

yang dimaksud dalam hal ini yaitu berkaitan dengan pedoman atau

strategi dalam melaksanakan kebijakan implementasi integrasi. Hal

tersebut dapat berupa strategi atau arahan pedoman yang berupa

tahapan-tahapan dalam melaksanakan implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh informan utama

yang menyatakan kurang mengetahui tentang pedoman dalam

implementasi integrasi Jamkesda-gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana, salah satu informan utama menyatakan bahwa tidak ada

pedoman atau strategi khusus dalam melaksanakan implementasi

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN. Informan utama dari kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Bombana memberikan pernyataan tentang strategi

yang digunakan yaitu pimpinan daerah langsung memerintahkan kepada

pihak terkait seperti camat, kepala desa, lurah untuk mempercepat proses

validasi dan verifikasi peserta dan perekaman e-KTP oleh Discapil, hal

senada juga dinyatakan oleh kepala Bappeda Kabupaten Bombana yang

menambahkan bahwa strategi yang digunakan adalah sosialisasi kepada

masyarakat, rapat koordinasi lintas sektor, rapat internal antar Dinas

Kesehatan dengan BPJS Kesehatan. Jadi kesimpulannya yaitu sebagian

besar informan utama kurang mengetahui mengenai pedoman

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

151

Pedoman atau strategi implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana menurut informan triangulasi menyatakan

bahwa dengan memperbanyak sosialisasi akan pentingnya melakukan

integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN, selanjutnya puskesmas juga

melakukan sosialisasi ke masyarakat diwilayah kerjanya. Kesimpulannya

yaitu sebagian besar informan triangulasi menyatakan strategi yang

digunakan yaitu sosialisasi dan pedomannya masih mengacu pada

pedoman pusat.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Misnaniarti (2013),

menyatakan bahwa adanya UU No. 32 tahun 2004 menjadi dasar bagi

pemerintah daerah untuk mengembangkan Jamkesda sebagai wujud

informasi dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan di

bidang kesehatan. Dari aspek situasional, informasi terkait implementasi

integrasi berisi bahwa kondisi cakupan peserta JKN belum menjangkau

seluruh penduduk.

c) Fasilitas

Fasilitas adalah ketersediaan sarana dan prasarana dalam

mendukung implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN yang

berupa kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten

Bombana dan sumber dana yang digunakan untuk membiayai peserta

yang berintegrasi dari Jamkesda-Gembira ke JKN di wilayah Kabupaten

Bombana. Tanpa adanya fasilitas pendukung baik sarana prasarana dan

anggaran dana maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

152

Saat ini sumber dana dalam implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana berasal dari APBD Kabupaten Bombana.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa

tidak ada sarana dan prasarana khusus yang digunakan dalam

implementasi kebijakan tersebut, namun hanya membutuhkan software

data kepesertaan saja. Informan lain menyatakan juga membutuhkan liflet

dan spanduk untuk proses sosialisasi implementasi kebijakan tersebut.

Jadi kesimpulannya yaitu sebagian besar informan utama dan informan

triangulasi menyatakan tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus

tetapi yang digunakan hanya software offline saja.

Dana yang digunakan untuk penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) di Kabupaten Bombana berasal dari APBD yang tertuang

dalam DPA Dinas Kesehatan sebesar Rp. 10.200.356.000,00, dengan

iuran per bulan Rp. 23.000 per jiwa yang diperuntukan untuk tahap awal

sebanyak 38.331 jiwa. Jumlah perkembangan peserta JKN-KIS

Kabupaten Bombana saat ini adalah sebanyak 114.713 Jiwa per tahun

2018.

Penelitian lain oleh Taringan (2013), menyatakan bahwa beberapa

faktor pendukung implementasi kebijakan pelayanan jaminan kesehatan

daerah di RSUD Sukamara yaitu sumber daya (Anggaran), sikap, dan struktur

birokrasi. Sedangkan yang menjadi faktor kendala adalah komunikasi, dan

sumber daya (Sumber Daya Manusia).

153

Untuk proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

dibutuhkan anggaran dana yang gunakan sudah cukup tersedia. Sehingga

dapat menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan implementasi

kebijakan.

c. Disposisi

Disposisi adalah sikap dan karakteristik yang dimiliki oleh pelaksana

kebijakan dalam mengimplementasikan kebijakan integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana. Sikap dan dukungan dari

pelaksana terkait implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di

Kabupaten Bombana merupakan hal yang penting. Kecenderungan sikap

yang positif dan adanya dukungan terhadap implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana maka kemungkinan

besar implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan tujuan yang

diinginkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara

mendalam oleh informan utama dan informan triangulasi yang memiliki

kecenderungan sikap positif terhadap implementasi kebijakan ini. Dengan

adanya implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana, semua bentuk pengelolaannya dilakukan di BPJS, target BPJS

yaitu seluruh masyarakat di Kabupaten Bombana dapat memiliki jaminan

kesehatan, walaupun dilakukan secara bertahap dan berpatokan pada

anggaran daerah yang disediakan.

154

Dengan adanya program integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN ini

maka proses pelayanan sudah dilakukan 1 (satu) pintu, sehingga tidak

akan ada masyarakat yang memiliki kartu jaminan kesehatan yang lebih

dari satu (tumpang tindih) dan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

sangat terbantu dari segi pertanggungjawaban pendanaan

penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional ini dan hanya berkontribusi

dalam hal pendistribusian kartu JKN-KIS dan laporan bulanan terkait

penyelenggaraan kebijakan tersebut.

Hasil penelitian ini dengan Sukowati (2013), mengatakan kondisi

sikap dari pelaksana kebijakan masih memuaskan bagi masyarakat miskin

pasien Jamkesda dan SPM. Selanjutnya, tidak ada bentuk insentif

khusus yang diberikan kepada aktor pelaksana kebijakan Jamkesda dan

SPM.

Bentuk komitmen dalam implementasi integrasi Jamkesda-Gembira

ke JKN di Kabupaten Bombana yaitu berupa MoU pemerintah daerah

dengan BPJS dan dengan cara menjalankan program JKN dengan

memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat dan

bekerja sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

d. Struktur Birokrasi

a) SOP

SOP merupakan petunjuk pelaksana dan perkembangan dari

tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan

155

penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas dalam

proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana. Implementasi menuntut untuk adanya kerjasama yang banyak

dari berbagai pihak. Jika struktur birokrasi kondusif terhadap implementasi

suatu kebijakan, maka akan terjadi keefektifan dan memperlancar

jalannya pelaksanaan kebijakan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menyatakan SOP

integrasi mengacu pada Pepres No. 19 tahun 2016 tentang jaminan

kesehatan dan juga ada dalam Peraturan Bupati Bombana tentang

pedoman pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN namun

sebagian informan utama yang lain menyatakan ketidaktahuan tentang

SOP integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Maulidiana (2016), yang menyatakan struktur birokrasi sudah cukup baik

dilihat dari belum tersedia SOP dalam integrasi Jamkesda ke dalam JKN

tapi sudah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang

disesuaikan pada bidang masing-masing. Koordinasi antara pihak yang

terkait sudah berjalan dengan baik.

SOP sesungguhnya dapat sangat membantu bagi implementasi

kebijakan baru karena membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe

personel baru untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan dan SOP juga

mempunyai manfaat yaitu dapat sebagai patokan atau dasar acuan yang

berisi tata cara pelaksanaan implementasi kebijakan serta mengatur apa

156

saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam proses tersebut

sehingga dapat disimpulkan bahwa SOP bisa dipergunakan tetapi

disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing.

b) Fragmentasi

Fragmentasi merupakan pembagian kerja dan penyebaran tanggung

jawab para pelaksana implementasi integrasi Jamkesda-Gembira di

Kabupaten Bombana. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat

diketahui bahwa pembagian tugas dan tanggung jawab ada dalam

rancangan peraturan bupati RPJMD 2017-2022 tentang pedoman

pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten

Bombana, bagi informan utama yang berasal dari dinas lain yaitu

Bappeda dan Dinas Sosial menyatakan berpedoman pada Peraturan

Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Margono dan Irawan (2017),

menyatakan pembagian tugas dan tanggung jawab terdapat dalam

Peraturan Walikota Bontang No. 26 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Jamkesda, Komitmen pimpinan yang kuat

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pengguna jasa Jamkesda.

3. Formulasi kebijakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

Terkait dengan formulasi kebijakan dalam proses implementasi, hal

utama yang menjadi faktor pendukung dalam proses implementasi

integrasi yaitu regulasi, berdasarkan hasil wawancara mendalam yang

157

dilakukan oleh informan utama dan informan triangulasi menyatakan

bahwa regulasi di tingkat daerah sudah ada dalam bentuk Peraturan

Bupati Bombana Nomor 26 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan

integrasi Jamkesda-Gembira ke Jaminan Kesehatan Nasional di

Kabupaten Bombana.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Supriyantoro (2014) tentang formulasi kebijakan integrasi Jamkesda ke

JKN menuju UHC. Secara garis besar, untuk mengimplementasikan

formulasi kebijakan sentralisasi dinamis secara komprehensif maka

diperlukan intervensi melalui penyusunan suatu agenda setting dan

skenario yang meliputi setidaknya beberapa hal pokok : indikator penilaian

pengelolaan yang partisipatif, paket manfaat yang fleksibel, namun

tetap mengacu pada standar nasional, dan cakupan PBI yang optimal

sesuai kebutuhan daerah.

Selain itu juga sejalan dengan Sriyani (2015), menyatakan untuk

tercapainya integrasi Jamkesda ke JKN, diperlukan suatu

formulasi kebijakan yang mampu mengintegrasikan penyelenggaraan

Jamkesda kabupaten/kota dan provinsi dalam skema integrasi JKN,

baik dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun

besaran iuran.

158

D. KETERBATASAN PENELITIAN

Beberapa keterbatasan yang ada pada penelitian ini antara lain:

1. Belum ada hasil evaluasi dari pemerintah daerah Kabupaten

Bombana mengenai Jamkesda-Gembira sehingga peneliti

mengalami kesulitan dalam pengungkapan secara rinci/detail

mengenai implementasi integrasinya.

2. Peneliti menyadari bahwa beberapa informan kurang memiliki

pengetahuan yang cukup terkait program yang baru saja

dilaksanakan tersebut dan beberapa informan juga memiliki kegiatan

yang cukup padat sehingga dalam melakukan wawancara seolah

terburu-buru mengingat waktu yang terbatas.

3. Peneliti menyadari kelemahan dalam kemampuan menggali

informasi pada saat wawancara mendalam dengan informan utama

dan informan triangulasi sehingga hasil analisis kurang lebih

merupakan asumsi dan interpretasi dari peneliti.

159

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa analisis implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana dilihat dari beberapa variabel yaitu sebagai

berikut:

1. Kabupaten Bombana telah memenuhi syarat integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN yaitu 1). regulasi terkait integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN, 2). Anggaran dana dan bersedia bekerja sama

dengan BPJS Kabupaten Bombana selaku pelaksana dan

penanggung jawab program tersebut, 3). Data kepesertaan yang

telah tervalidasi dan terverifikasi sebagai peserta JKN di BPJS

Kabupaten Bombana.

2. Dengan adanya implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

di Kabupaten Bombana dapat sangat membantu masyarakat dalam

hal pelayanan kesehatan, karena semua masyarakat Kabupaten

Bombana dapat memiliki kartu jaminan kesehatan (JKN-KIS) dan

dapat terakomodir oleh JKN secara bertahap.

3. Formulasi kebijakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke

JKN di Kabupaten Bombana berupa regulasi tentang pedoman

pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke Jaminan Kesehatan

Nasional di Kabupaten Bombana.

160

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian implementasi integrasi

Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana didapatkan beberapa

saran, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana, Diharapkan penyampaian tentang regulasi mengenai

implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sehingga

pemahaman dan kesadaran pihak terkait lebih terkoordinir lagi dalam

melaksanakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

sesuai dengan pedoman dan strategi yang telah ditetapkan.

2. Diharapkan implementasi integrasi dapat dilakukan secara merata di

seluruh lapisan masyarakat agar semua masyarakat di Kabupaten

Bombana dapat terintegrasi jaminan kesehatannya ke Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN).

3. Dalam formulasi kebijakan implementasi integrasi Jamkesda-

Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana sebaiknya terdapat SOP

sehingga dapat dengan mudah menjalankan program ini dengan

acuan yang pasti dan seragam antara satu sama lain.

4. Bagi mahasiswa dan peneliti lainnya diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai kebijakan-kebijakan implementasi integrasi Jamkesda ke

JKN di Kabupaten Bombana.

161

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, S. (1991). Policy Analysis: From Formulation to State Policy Implementation. Binarupa Aksara. Jakarta.

Aulia, P. 2014. "Polemik Kebijakan Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah

Ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Menuju Universal Health Coverage (UHC).

Badjuri, A. K. and T. Yuwono. 2002. Kebijakan Publik. Konsep dan

Strategi, Universitas Diponegoro Semarang. Bambang, Sunggono. 1994. Hukum dan kebijakan publik. Sinar Grafika,

Jakarta Budi, W. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Cet. Ke-2. Yogyakarta:

Media. Bungin, B. 2003. "Analisis Data Kualitatif." Penerbit PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta. Cerych, L., & Sabatier, P. A. (1986). Great expectations and mixed

performance: The implementation of higher education reforms in Europe. Trentham Books.

Cole, M. And Parston, G. 2006. Unlocking Public Values. New Jersey and

etc.: John Wiley and Sons. DJSN, K. (2012). Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-

2019. Edward III, George. 1980. Implementing Public Policy : John Hopkins

University. Febriyan, N. G. and A. Taufiq .2016. "Evaluasi Implementasi Program

Jamkesda Kabupaten Jepara." Journal of Politic and Government Studies 5(02): 21-30.

Grindle, M. S. (1980). The implementor: political constraints on rural

development in Mexico. Politics and Policy Implementation in the Third World, 1, 97-223.

162

Islamy, M. I. (1997). Analisis Kebijaksanan Negara, Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijakan Negara. Edisi Kedua. Bumi Aksara, Jakarta.

Khariza, H. A. (2015). Program Jaminan Kesehatan Nasional: Studi

Deskriptif Tentang Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 3(1), 1-7.

Kemenkes RI. 2014. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta. Margono, A. and B. Irawan (2017). "Implementasi Pelayanan Jaminan

Kesehatan Daerah Pada RSUD Taman Husada Di Kota Bontang." Jurnal Administrative Reform (JAR) 2(1): 48-60.

Maulidna, N., P. A. Wigati and A. Suparwati (2016). Analisis Implementasi

Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Ke Dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 4(4): 104-111.

Misnaniarti, M. (2013). "The Context of Policy Implementation Jamkesda

in Framework National Universal Health Coverage." Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 4(3): 188-196.

Micieli, A. 2014. The challenges facing Ontario’s health care system

moving forward: a health policy perspective. Moleong, J. (2012). Lexy.(2012) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung,

Rosdakarya. Mukti, A. G. (2009). Evaluasi kebijakan dan implementasi program

jaminan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan, [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada.

Mundiharno, T. H. 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional

2012-2019. Jakarta: Dewan Jaminan Sosial Nasional. Mukti, A. G. dan Moertjahjo. 2007. Sistem Jaminan Kesehatan : Konsep

disentralisasi terintegrasi. Magister Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan. Fakultas Kedokteran. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

163

Nugroho, Dr. Riant. Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2008

Patton, A. J. (2006). "Modelling asymmetric exchange rate dependence."

International economic review 47(2): 527-556. Peraturan Bupati Bombana. 2012. Pedoman Pelaksanaan Jaminan

Kesehata Daerah Gerakan Membangun Bombana dengan Ridho Alah. Kabupaten Bombana. Sulawesi Tenggara.

Peraturan Pemerintah. No. 38. 2007. Pembagian Urusan Pemerintah."

Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Perpres RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta

Profil Dinas Kesehatan. 2017. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten

Bombana. Provinsi Sulawesi Tenggara. Rina Kumalasari, R. (2016). Implementasi Kebijakan Program JAMKESDA

Di Kabupaten Kendal Tahun 2015, Universitas Wahid Hasyim. Rosyadi, M. A. I. (2016). Implementasi Kebijakan Tatakelola Peserta

Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Jawa Timur. JPAP: Jurnal Penelitian Administrasi Publik, 2(01)

Rukmini, R., R. Ristrini and T. Tumaji (2017). "Integrasi Jamkesda dalam

JKN bagi PBI di Kota Blitar dan Kota Malang." Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 20(1): 34-42.

Sugiyono, P. (2013). "Metode Penelitian Manajemen." Bandung: Alfabeta,

CV. Sukowati, N. P. (2013). "Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan

Masyarakat Miskin Non Kuota (Jaminan Kesehatan Daerah Dan Surat Pernyataan Miskin)(Studi Di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar)." Jurnal Administrasi Publik 1(6): 1195-1202.

Supriyantoro, 2014. Formulasi Kebijakan Intergrasi Jaminan Kesehatan

Daerah ke Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Menuju Universal Health Coverage. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Suwitri, S. (2008). "Konsep Dasar Kebijakan Publik." Semarang:

Universitas Diponegoro.

164

Tarigan, J. (2013). Implementasi Kebijakan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah Di Kabupaten Sukamara (Studi Implementasi Kebijakan Kesehatan Pada RSUD Sukamara), Universitas Terbuka.

Trisnantoro, L. 2009. Pedoman Operasional Sistem Pembiayaan dan

Jaminan Kesehatan.Central of Health Service Management. Fakultas Kedokteran. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Winarno, B. (2012). Kebijakan publik: teori, proses, dan studi kasus: edisi

dan revisi terbaru, Center for Academic Publishing Service. Peraturan Bupati Bombana. 2012. Pedoman Pelaksanaan Jaminan

Kesehata Daerah Gerakan Membangun Bombana dengan Ridho Alah. Kabupaten Bombana. Sulawesi Tenggara.

Undang-Undang Kesehatan. 2009. Undang-Undang Kesehatan Tahun

2009 tentang Kesehatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 144: 36.

Undang-Undang RI. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 2004 tentang: SJSN (Sistem Jaminan Sosial) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang: BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), BPJS.

165

LAMPIRAN

166

Lampiran 1.PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN

Yth. Bapak/Ibu .......... Di tempat

Dengan hormat, Sehubungan dengan penelitian kami yang berjudul “Analisis

Implementasi Integrasi Program JAMKESDA-GEMBIRA ke Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) di Kabupaten Bombana”, dalam rangka menyelesaikan Tesis dalam Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, dengan ini

kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian dengan

bentuk menjawab pertanyaan sehubungan dengan penelitian tersebut.

Untuk menjaga kerahasiaan, nama identitas Bapak/Ibu akan kami rahasiakan

(inisial), Bapak/Ibu memiliki hak untuk tidak menjawab beberapa pertanyaan atau

menarik diri dari penelitian ini.

Demikian surat permohonan ini kami sampaikan, atas bantuan dan partisipasinya

diucapkan terima kasih.

Makassar, 2018

Peneliti,

Rizky Fitriyani Rustam

167

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI INFORMAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat :

Pekerjaan :

Instansi :

Jabatan :

Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini: Nama

:

Rizky Fitriyani Rustam

Pekerjaan : Mahasiswa Program Pascasarjana FKM UNHAS

Judul Penelitian : Analisis Implementasi Integrasi Program JAMKESDA-GEMBIRA ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten Bombana

Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dipergunakan sebagaimana mestinya. Bombana, 2018 Informan,

( )

168

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245, Telp. (0411) 585658, 516-005, Fax (0411) 586013

E-mail : [email protected], website : www.fkmunhas.com Lampiran 2

LEMBAR PANDUAN WAWANCARA INFORMAN UTAMA

Tanggal Wawancara : …………………………………

Panduan Wawancara :

a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu dalam

menjawab seluruh pertanyaan yang ada.

b. Mohon jawab pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan hati nurani.

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan :

A. Komunikasi

a. Transmisi

1. Apa saja yang menjadi syarat-syarat proses pengintegrasian

jamkesda ke JKN?

2. Apa yang menghambat proses integrasi jamkesda ke JKN sehingga

baru bisa terlaksana pada tahun 2018?

3. Bagaimana pemahaman anda mengenai implementasi integrasi

Jamkesda ke dalam JKN?

169

4. Apa saja kebijakan dan regulasi mengenai integrasi Jamkesda ke

JKN di Kabupaten Bombana? Jelaskan!

5. Siapakah yang menyampaikan dan siapa sajakah yang menjadi

sasaran komunikasi mengenai pemahaman dan kebijakan tersebut?

6. Bagaimanakah cara penyampaian informasi tersebut berlangsung?

7. Apa saja media yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut?

8. Bagaimana alur komunikasi tersebut berlangsung?

9. Apakah proses komunikasi sering dilakukan dan terjadwal?

10. Apa saja yang menjadi kendala selama proses komunikasi

berlangsung?

b. Kejelasan

1. Apakah isi dan pesan mengenai implementasi integrasi Jamkesda

ke dalam JKN sudah dipahami dan dimengerti dengan baik?

c. Konsistensi

1. Apakah informasi dan perintah mengenai integrasi Jamkesda ke

dalam JKN sudah konsisten?

B. Sumber Daya

a. Staf

1. Siapa sajakah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi

Jamkesda ke dalam JKN?

2. Apakah jumlah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi

Jamkesda ke dalam JKN sudah dirasa cukup?

3. Apakah pihak yang terlibat dirasa sudah memiliki kompetensi yang

dibutuhkan dalam pengintegrasian Jamkesda ke dalam JKN?

170

b. Informasi

1. Apakah terdapat pedoman atau strategi untuk implementasi

integrasi Jamkesda ke dalam JKN?

2. Jika ya, apakah disertai keterangan yang jelas dan mudah

dipahami?

3. Apakah terdapat informasi mengenai data kepatuhan para

pelaksana dalam proses pengimplementasian? Jika ada,

bagaimana prosedur dan ketentuannya?

c. Fasilitas

1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam integrasi

Jamkesda ke dalam JKN?

2. Apakah sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersebut sudah

terpenuhi? Jika belum, apa yang menjadi kendala dalam

ketersediaan sarana prasarana tersebut?

3. Darimanakah sumber dana utama integrasi Jamkesda ke dalam

JKN?

4. Apakah ada sumber dana pendukung selain dari sumber dana

utama?

5. Berapa besar jumlah dana yang diterima setiap tahunnya dan

dengan jumlah yang diterima tersebut apakah mencukupi

kebutuhan?

6. Bagaimanakah proses pengalokasian dana tersebut? Jelaskan!

171

C. Disposisi

1. Bagaimana pendapat anda mengenai integrasi Jamkesda ke

dalam JKN?

2. Apakah anda mendukung dan setuju dengan integrasi Jamkesda

ke dalam JKN? Sertakan alasan!

3. Apa bentuk komitmen anda dalam mendukung integrasi Jamkesda

ke dalam JKN?

D. Struktur Birokrasi

a. SOP

1. Apakah terdapat petunjuk pelaksanaan (SOP) dalam implementasi

integrasi Jamkesda ke dalam JKN? Dalam bentuk apakah

petunjuk pelaksanaan tersebut?

2. Apakah SOP yang ada dirasa mempermudah atau menghambat

proses implementasi integrasi Jamkesda ke dalam JKN di

Kabupaten Bombana?

b. Fragmentasi

1. Apakah terdapat pembagian kerja dan tanggung jawab bagi para

pelaksana dalam implementasi integrasi Jamkesda ke dalam

JKN? Jika ya, jelaskan!

2. Apakah sudah terjalin koordinasi yang baik antar pelaksana yang

terkait dalam implementasi Jamkesda ke dalam JKN?

172

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245, Telp. (0411) 585658, 516-005, Fax (0411) 586013

E-mail : [email protected], website : www.fkmunhas.com Lampiran 3

LEMBAR PANDUAN WAWANCARA INFORMAN TRIANGULASI

Tanggal Wawancara : …………………………………

Panduan Wawancara :

a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu dalam

menjawab seluruh pertanyaan yang ada.

b. Mohon jawab pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan hati nurani.

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Jabatan :

A. Komunikasi

a. Transmisi

1. Apa saja yang menjadi syarat-syarat proses pengintegrasian jamkesda ke

JKN?

2. Apa yang menghambat proses integrasi jamkesda ke JKN sehingga baru

bisa terlaksana pada tahun 2018?

3. Bagaimana pemahaman anda mengenai implementasi integrasi

Jamkesda ke dalam JKN?

173

4. Apa saja kebijakan dan regulasi mengenai integrasi Jamkesda ke JKN di

Kabupaten Bombana? Jelaskan!

5. Siapakah yang menyampaikan dan siapa sajakah yang menjadi sasaran

komunikasi mengenai pemahaman dan kebijakan tersebut?

6. Bagaimanakah cara penyampaian informasi tersebut berlangsung?

7. Apa saja media yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut?

8. Bagaimana alur komunikasi tersebut berlangsung?

9. Apakah proses komunikasi sering dilakukan dan terjadwal?

10. Apa saja yang menjadi kendala selama proses komunikasi berlangsung?

b. Kejelasan

1. Apakah isi dan pesan mengenai implementasi integrasi Jamkesda ke

dalam JKN sudah dipahami dan dimengerti dengan baik?

c. Konsistensi

1. Apakah informasi dan perintah mengenai integrasi Jamkesda ke dalam

JKN sudah konsisten?

B. Sumber Daya

a. Staf

1. Siapa sajakah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi Jamkesda

ke dalam JKN?

2. Apakah jumlah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi

Jamkesda ke dalam JKN sudah dirasa cukup?

3. Apakah pihak yang terlibat dirasa sudah memiliki kompetensi yang

dibutuhkan dalam pengintegrasian Jamkesda ke dalam JKN?

4. Informasi

174

5. Apakah terdapat pedoman atau strategi untuk implementasi integrasi

Jamkesda ke dalam JKN?

6. Jika ya, apakah disertai keterangan yang jelas dan mudah dipahami?

7. Apakah terdapat informasi mengenai data kepatuhan para pelaksana

dalam proses pengimplementasian? Jika ada, bagaimana prosedur dan

ketentuannya?

b. Fasilitas

1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam integrasi

Jamkesda ke dalam JKN?

2. Apakah sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersebut sudah

terpenuhi? Jika belum, apa yang menjadi kendala dalam ketersediaan

sarana prasarana tersebut?

3. Darimanakah sumber dana utama integrasi Jamkesda ke dalam JKN?

4. Apakah ada sumber dana pendukung selain dari sumber dana utama?

5. Berapa besar jumlah dana yang diterima setiap tahunnya dan dengan

jumlah yang diterima tersebut apakah mencukupi kebutuhan?

6. Bagaimanakah proses pengalokasian dana tersebut? Jelaskan!

C. Disposisi

1. Bagaimana pendapat anda mengenai integrasi Jamkesda ke dalam JKN?

2. Apakah anda mendukung dan setuju dengan integrasi Jamkesda ke

dalam JKN? Sertakan alasan!

3. Apa bentuk komitmen anda dalam mendukung integrasi Jamkesda ke

dalam JKN?

175

D. Struktur Birokrasi

a. SOP

1. Apakah terdapat petunjuk pelaksanaan (SOP) dalam implementasi

integrasi Jamkesda ke dalam JKN? Dalam bentuk apakah petunjuk

pelaksanaan tersebut?

2. Apakah SOP yang ada dirasa mempermudah atau menghambat

proses implementasi integrasi Jamkesda ke dalam JKN di Kabupaten

Bombana?

b. Fragmentasi

1. Apakah terdapat pembagian kerja dan tanggung jawab bagi para

pelaksana dalam implementasi integrasi Jamkesda ke dalam JKN?

Jika ya, jelaskan!

2. Apakah sudah terjalin koordinasi yang baik antar pelaksana yang

terkait dalam implementasi Jamkesda ke dalam JKN?

176

177

Lampiran 4. MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN UTAMA

ANALISIS IMPLEMENTASI INTEGRASI JAMKESDA-GEMBIRA KE JKN DI KABUPATEN BOMBANA

Indikator Syarat-Syarat Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Pertanyaan Informan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan

Apa saja yang menjadi syarat-syarat proses pengintegrasian jamkesda ke JKN? DSA

- Masyarakat Bombana dibuktikan dengan e-KTP dan NIKnya terdaftar Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bombana.

- Memiliki kartu keluarga. - Proses integrasi dilakukan secara bertahap.

Informan memberikan informasi yang relevan terkait syarat-syarat proses pengintegrasian Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

Syarat integrasi Jamkesda ke JKN yaitu harus ada anggaran, regulasi, data kepesertaan, dan surat perjanjian kerjasama antara pemerintah daerah dengan BPJS Kesehatan.

DSN - Harus ada anggaran dari pemerintah daerah. - Harus ada regulasi di tingkat daerah.

Informan mengatakan bahwa syarat integrasi itu harus ada anggaran dan regulasi dari pemerintah daerah.

KRM

Harus ada data kepesertaan yang telah diverifikasi dari Dinas Sosial berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebagai penerima kartu JKN.

Informan mengatakan bahwa data kepesertaan yang telah terverifikasi dan tervalidasi menjadi syarat integrasi.

MDA

- Harus ada sinkronisasi data kepesertaan dari BPS, selanjutnya diverifikasi dan ditetapkan oleh TKPPK Bappeda dan NIKnya terdaftar di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

- Harus ada Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK) antara pemerintah daerah dengan BPJS setempat terkait integrasi.

Informan mengatakan bahwa harus ada Surat Perjanjian Kerjasama antara BPJS dengan pemerintah daerah.

178

Indikator Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Komunikasi

Apa yang menghambat proses integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sehingga baru bisa terlaksana pada tahun 2018?

DSA Banyak penduduk Bombana yang sebagian besar merupakan masyarakat kurang mampu belum memiliki e-KTP.

Informan mengatakan bahwa masih banyak masyarakat kabupaten Bombana yang belum memiliki e-KTP, sedangkan syarat untuk menjadi peserta JKN yaitu harus ada e-KTP.

Faktor yang menghambat proses integrasi jamkesda ke jkn di Kabupaten Bombana yaitu masih banyak warga yang belum memiliki e-KTP, data kepesertaan yang belum rampung, dan juga anggaran daerah yang masih kurang.

DSN Pemerintah daerah belum mampu untuk menyerahkan dananya ke BPJS.

Informan mengatakan bahwa pemda belum mampu bekerja sama dengan BPJS dalam hal pengtransferan dana penyelenggaraan JKN di Kabupaten Bombana.

KRM Mungkin karena data-data kepesertaannya yang belum rampung dikerjakan yah...

Informan mengatakan bahwa data kepesertaan JKN belum rampung.

MDA Salah satu faktor yang menghambat yaitu karena anggaran daerah masih kurang.

Informan mengatakan bahwa anggaran daerah masih kurang untuk mengakomodir seluruh peserta JKN-KIS.

Bagaimana pemahaman anda mengenai implementasi integrasi Jamkesda ke JKN? DSA

Dengan adanya integrasi dapat sangat membantu, karena semua masyarakat Kabupaten Bombana dapat memiliki kartu jaminan kesehatan (JKN-KIS) dan dapat terakomodir oleh JKN secara bertahap.

Informan mengatakan bahwa dengan adanya integrasi ini dapat sangat membantu masyarakat untuk memiliki jaminan kesehatan.

Proses implementasi integrasi jamkesda-Gembira ke JKN sudah dilaksanakan per 1 Sep 2017, dengan diberlakukannya integrasi pelayanan kesehatan dapat lebih baik karena dapat menjangkau seluruh masyarakat miskin serta

DSN

Dengan adanya integrasi, pelayanan kesehatan dapat lebih baik lagi karena langsung menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat khususnya masyarakat miskin.

Informan mengatakan bahwa dengan adanya integrasi pelayanan kesehatan dapat lebih baik lagi.

179

KRM

Penyelenggaraan jaminan kesehatan dapat lebih mudah dan fleksibel karena kiranya pengurusan sudah dilakukan melalui 1 (satu) pintu saja yaitu BPJS Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa penyelenggaraan jkn hanya dilakukan 1 pintu saja yaitu BPJS.

penyelenggaraannya dilakukan oleh BPJS Kesehatan.

MDA

- Berdasarkan UU SJSN semua jamkesda harus sudah terintegrasi ke JKN.

- Pemda tidak boleh lagi melakukan jaminan kesehatan sendiri.

- Integrasi sudah dilaksanakan per 1 Sep 2017.

Informan mengatakan bahwa semua jamkesda harus sudah berintegrasi ke JKN.

Bagaimana Proses Komunikasi dalam Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

DSA

Proses komunikasi sudah berjalan dengan baik karena untuk pencapaian target integrasi dibutuhkan berbagai pihak yang terkait dengan proses pengintegrasian ini, pihak terkait antara lain Sekertaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Informan mengatakan bahwa proses komunikasi sudah berjalan dengan baik dan banyak pihak yang terlibat.

Proses komunikasi sudah terjalin dengan baik, hal tersebut ditandai dengan diadakannya rapat koordinasi dari para pihak terkait pada saat sebelum proses integrasi, dan dijadwalkan per triwulan untuk diadakan rapat monitoring dan evaluasi.

DSN Komunikasi dilakukan sudah cukup baik, kalau di Bappeda cuma sebagai perencana anggaran saja.

Informan mengatakan bahwa komunikasi dilakukan sudah cukup baik.

KRM

Dari pihak pelaksana sudah terjalin komunikasi yang baik, Dinas Sosial dilibatkan terkait kriteria masyarakat miskin dan verifikasi serta validasi data kepesertaan yang wajib menerima kartu JKN

Informan mengatakan bahwa pihak pelaksana dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dan BPJS sudah melakukan komunikasi dengan baik.

MDA

BPJS sebagai fasilitator, dan pihak terkaitnya yaitu Dinkes, Dinsos, Disnaker, BKD, Kepegawaian, Puskesmas dan Rumah Sakit Se-Kabupaten Bombana. Tujuannya yaitu untuk perluasan kepesertaan, dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

Informan mengatakan bahwa dalam proses komunikasi, BPJS sebagai fasilitatornya.

180

Apakah isi dan pesan mengenai implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN?

DSA

Proses integrasi di Kabupaten Bombana baru bisa terlaksana per Januari 2018, dan dilakukan bertahap, diharapkan untuk tahun ini semua peserta jamkesda sudah bisa terakomodir untuk berintegrasi ke JKN.

Informan mengatakan bahwa integrasi di Kabupaten Bombana baru terlaksana per 1 Januari 2018.

Proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira wajib dilakukan di Kabupaten Bombana untuk mencapai target UHC 2019, dimana integrasi merupakan proses penyatuan program antara pusat dan daerah.

DSN Wajib dilakukan integrasi untuk mencapai Universal Health Coverage 2019.

Informan mengatakan bahwa integrasi wajib dilakukan.

KRM Integrasi itu adalah proses penyatuan antara program pusat dan program daerah, dalam hal ini integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informan mengatakan bahwa integrasi merupakan penyatuan program pusat dan daerah.

MDA Isi dan pesan dari integrasi sudah dipahami dan sudah disosialisasikan serta diterapkan di masyarakat.

Informan mengatakan bahwa proses integrasi sudah disosialisasikan dan telah diterapkan dimasyarakat.

Bagaimana metode komunikasi yang dilakukan? DSA

Melalui rapat koordinasi, dan pelaksananya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dan BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

Metode komunikasi yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi lintas sektor.

DSN

Rapat koordinasi dilakukan sebelum proses integrasi dengan melibatkan lintas sektor untuk melakukan persiapan dan membahas strategi-strategi untuk percepatan integrasi tersebut.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

KRM Dengan cara rapat koordinasi lintas sektor.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

MDA

BPJS sebagai fasilitator untuk mengadakan forum diskusi yang tujuannya adalah untuk perluasan kepesertaan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

181

Siapakah yang menjadi sasaran komunikasi mengenai pemahaman dan kebijakan tersebut?

DSA Sekretaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

Informan mengatakan bahwa ada 3 dinas terkait yang terlibat secara umum untuk integrasi tersebut.

Sasaran komunikasi adalah Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

DSN Bappeda, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Kesehatan, dan Biro hokum.

Informan mengatakan bahwa ada 5 dinas terkait yang terlibat secara umum untuk integrasi tersebut.

KRM Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan TKPKD (Tim Koordinasi Pemberantasan Kemiskinan Daerah) di Bappeda.

Informan mengatakan bahwa ada 3 dinas terkait yang terlibat secara umum untuk integrasi tersebut.

MDA

Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, BPMD, Badan Keuangan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Puskesmas dan Rumah Sakit.

Informan mengatakan bahwa ada 8 dinas terkait yang terlibat secara umum untuk integrasi tersebut.

Apa saja media yang digunakan dalam proses komunikasi?

DSA Persentase menggunakan slide oleh Dinas Kesehatan dan BPJS selanjutnya dilakukan diskusi antar para peserta rapat.

Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase.

Media komunikasi yang digunakan adalah persentase menggunakan powerpoint dan selanjutnya dilakukan diskusi atau tanya jawab.

DSN Kami dibagikan draft berisi powerpoint yang akan dipersentasekan.

Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase.

KRM Slide ppt dan diskusi. Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase.

MDA Persentase menggunakan powerpoint. Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase.

Apa saja yang menjadi kendala selama proses komunikasi berlangsung?

DSA

Karena baru saja dilakukan integrasi jadi masih kurangnya pemahaman tentang proses pengintegrasian tersebut. Pelaksana harus menjelaskan secara detail dulu dari awal dan informan mengatakan bahwa mengapa harus dilakukan integrasi dari Jamkesda ke JKN.

Informan mengatakan bahwa masih ada sebagian besar pihak yang terlibat masih kurang memahami tentang apa itu integrasi.

Tidak ada kendala dalam proses komunikasi.

182

DSN Tidak ada kendala dalam proses komunikasi. Yang menjadi kendala hanya pada proses pengintegrasian saja.

Informan mengatakan bahwa tidak ada kendala bermakna dalam proses komunikasi.

KRM

Sejauh ini tidak ada kendala dalam komunikasi karena rapat koordinasi baru dilakukan 1 (satu) kali, itupun dilakukan pada saat sebelum melakukan integrasi.

Informan mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada kendala dalam proses komunikasi.

MDA Tidak ada karena kami menyampaikan dengan cukup jelas dan secara detail.

Informan mengatakan bahwa pihak BPJS memberikan informasi yang cukup jelas.

Apakah informasi dan perintah mengenai integrasi Jamkesda ke JKN sudah konsisten?

DSA Sudah konsisten bahwa pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dilakukan di tahun 2018 ini.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

Komunikasi yang dilakukan sudah konsisten.

DSN Sudah konsisten dan sudah ada dalam DPA Dinas Kesehatan itu dananya.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

KRM Sudah konsisten karena kami juga sudah menyerahkan data-data terkait data kepesertaan.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

MDA

Sudah konsisten, buktinya sudah tertuang dalam DPA Dinas Kesehatan terkait dana untuk penyelenggaraan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

Sumber daya

Siapa sajakah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN

DSA Sekretaris Daerah, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

Pihak yang terlibat secara umum adalah Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,

183

DSN Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, Dinas Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

Bappeda, dan BPJS.

KRM Dinas Kesehatan, Bappeda, dan Dinas Sosial sendiri.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

MDA

Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Ketenagakerjaan, BPMD, Badan Keuangan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Puskesmas dan Rumah Sakit.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

Apakah jumlah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN sudah dirasa cukup.

DSA Sudah cukup dalam ketersediaan staf khususnya di Dinas Kesehatan sendiri.

Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

Ketersediaan staf dalam proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sudah cukup.

DSN Untuk level kabupaten dirasa sudah cukup. Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

KRM Sudah cukup dalam ketersediaan staf, dan banyak pihak yang berperan untuk membantu kelancaran program ini.

Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

MDA Sudah cukup dalam ketersediaan staf, kami kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

Apakah terdapat pedoman atau strategi untuk implementasi integrasi jamkesda ke JKN.

DSA

Strategi yang digunakan yaitu pimpinan daerah langsung memerintahkan kepada pihak terkait seperti camat, kepala desa, lurah untuk mempercepat proses validasi dan verifikasi peserta dan perekaman e-KTP oleh Discapil.

Informan mengatakan bahwa strategi yang digunakan yaitu berupa perintah langsung dari pimpinan daerah. Sebagian besar informan

utama kurang mengetahui mengenai pedoman implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

DSN - Sosialisasi kepada masyarakat. - Rapat koordinasi lintas sektor. - Rapat internal antar Dinas Kesehatan dengan

Informan mengatakan bahwa strategi yang dilakukan yaitu dengan sosialisasi dan rapat koordanasi.

184

BPJS Kesehatan.

KRM Tidak ada pedoman atau strategi khusus dalam melaksanakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informan mengatakan bahwa tidak ada strategi khusus dalam proses integrasi ini.

MDA Strateginya yaitu melakukan pendataan disertai NIK, kalau pedomannya masih menggunakan pedoman pelayanan BPJS.

Informan mengatakan bahwa strategi yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendataan kepesertaan.

Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dala integrasi jamkesda ke JKN.

DSA Kalau sarana dan prasarana khusus tidak ada ya.. Cuma menggunakan software data kepesertaan saja.

Informan mengatakan bahwa tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus.

Sebagian besar informan menyatakan tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus.

DSN Spanduk dan liflet. Informan mengatakan bahwa membutuhkan spanduk dan liflet.

KRM Tidak ada. Hanya berkoordinasi sesuai dengan rekomendasi yang dibutuhkan dari Dinas Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus.

MDA Untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil, Dinas Kesehatan menyiapkan Puskesmas Keliling.

Informan mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang dibutuhkan yaitu puskesmas keliling.

Berapa besar jumlah dana yang diterima setiap tahunnya dan dengan jumlah dana yang diterima tersebut apakah mencukupi kebutuhan.

DSA Saya rasa sudah cukup untuk tahap awal yaitu Rp. 23.000 dikali 38.331 jiwa setiap bulannya.

Informan mengatakan bahwa dana yang dianggarkan untuk program ini sudah cukup.

Dana yang gunakan sudah cukup tersedia untuk proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN, dan juga didukung dengan anggaran daerah yang cukup besar.

DSN

Dananya untuk tahun ini sudah cukup dan anggarannya cukup besar untuk program ini karena diharapkan dapat menjangkau target yang diharapkan.

Informan mengatakan bahwa dana yang digunakan untuk program ini cukup besar.

KRM Arah pertanyaan seharusnya ke Dinas Kesehatan. Dinas Sosial hanya pada validasi data saja

Informan mengatakan bahwa kurang mengetahui masalah anggaran.

MDA Dana untuk integrasi sudah tersedia dan sejauh ini sudah cukup untuk menjangkau peserta Jamkesda-Gembira yang terintegrasi.

Informan mengatakan bahwa dana yang tersedia sudah cukup.

185

Darimanakah sumber dana utama integrasi jamkesda ke JKN.

DSA APBD. Informan mengatakan bahwa sumber dananya berasal dari APBD.

Sumber dana yang digunakan berasal dari APBD.

DSN APBD. Informan mengatakan bahwa sumber dananya berasal dari APBD.

KRM Arah pertanyaan seharusnya ke Dinas Kesehatan. Dinas Sosial hanya pada validasi data saja.

Informan mengatakan bahwa kurang mengetahui masalah anggaran.

MDA APBD. Informan mengatakan bahwa sumber dananya berasal dari APBD.

Disposisi Bagaimana sikap dan tanggapan anda mengenai implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

DSA

Dengan adanya program integrasi ini dapat sangat membantu masyarakat karena sangat bermanfaat dalam hal jaminan kesehatannya, dan sekarang BPJS yang mengelola keuangannya jadi mereka yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaannya, diharapkan akan terjadi efisiensi pemanfaatan pelayanan kepada masyarakat.

Informan mengatakan bahwa sangat mendukung program integrasi ini.

Sikap dan tanggapan dari informan yaitu sangat setuju dan mendukung program implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

DSN

Sangat setuju karena dapat menjangkau masyarakat lebih meluas, dan melakukan pelayanan dari tingkat primer sampai tingkat rujukan.

Informan mengatakan bahwa sangat mendukung program integrasi ini.

KRM

Program integrasi ini sangat bagus ya.. Disamping kita membantu program pusat, disisi lain juga dapat membantu program kami dapat melakukan validasi dan verifikasi masyarakat miskin atau kurang mampu di Kabupaten Bombana ini.

Informan mengatakan bahwa sangat mendukung program integrasi ini.

MDA

Saya sangat mendukung program integrasi ini karena semua bentuk pengelolaannya dilakukan di BPJS Kesehatan, target kami seluruh masyarakat di Kabupaten Bombana dapat memiliki jaminan kesehatan, walaupun dilakukan secara bertahap dan berpatokan

Informan mengatakan bahwa sangat mendukung program integrasi ini.

186

pada anggaran daerah yang disediakan. Apa bentuk komitmen anda dalam mendukung integrasi jamkesda ke JKN

DSA Dalam bentuk MoU pemerintah daerah dengan BPJS Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa ada komitmen yang telah dibuat.

Ada MoU dan perjanjian kerja sama antara pemerintah daerah dengan BPJS Kesehatan.

DSN

Sesuai dengan tupoksi kami yaitu melakukan perencanaan anggaran terkait dengan integrasi dan melakukan koordinasi dengan leading sektornya.

Informan mengatakan bahwa ada komitmen yang telah dibuat.

KRM

Sesuai dengan tupoksi kami, jadi bentuk komitmen kami yaitu membantu melakukan validasi dan verifikasi data penduduk miskin dan kurang mampu yang termasuk dalam data kepesertaan JKN.

Informan mengatakan bahwa ada komitmen yang telah dibuat.

MDA Dalam bentuk MoU dan Perjanjian kerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa ada komitmen yang telah dibuat.

Struktur Organisasi Apakah terdapat petunjuk pelaksanaan (SOP) dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN.

DSA SOPnya ada dalam peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

Informan mengatakan bahwa ada SOP dalam Peraturan Bupati Bombana.

SOP integrasi berada dalam Peraturan Bupati Bombana tentang Pedoman Pelaksanaan Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

DSN Tidak ada SOP. Informan mengatakan bahwa tidak ada SOP terkait integrasi.

KRM Tidak tahu tentang SOP tentang integrasi. Informan mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang SOP.

MDA Mengacu pada Pepres No. 19 tahun 2016 tentang jaminan kesehatan.

Informan mengatakan bahwa SOP pelaksanaan integrasi mengacu pada Perpres No. 19 Tahun 2016.

Apakah terdapat pembagian kerja dan tanggungjawab bagi para pelaksana dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN. DSA

- Tupoksi umum ditetapkan pemerintah daerah No. 40 tahun 2017 tentang pembentukan OPB.

- Peraturan Bupati tahun 2016 tentang tupoksi Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

- Raperbup RPJMD 2017-2022.

Informan mengatakan bahwa terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang tertuang dalam Peraturan Bupati Bombana Tahun 2016. Ketersediaan Pembagian

kerja dan tanggung jawab ada dalam Permenkes No. 28 tahun 2014.

187

DSN Pedomannya ada di Permenkes 28 Tahun 2014 Bappeda bertanggung jawab untuk perencanaan anggaran.

Informan mengatakan bahwa pembagian kerja ada dalam Permenkes 28 Tahun 2014.

KRM Pedomannya ada di Permenkes 28 Tahun 2014 Dinsos bertanggung jawab atas kepesertaan.

Informan mengatakan bahwa pembagian kerja ada dalam Permenkes 28 Tahun 2014.

MDA Mengacu pada Permenkes yang disesuaikan dengan wilayah di daerah masing-masing.

Informan mengatakan bahwa pembagian kerja ada dalam Permenkes 28 Tahun 2014.

Indikator Formulasi Kebijakan Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN Apakah ada kebijakan daerah tentang implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

DSA

Kalau di tingkat daerah sudah ada dalam bentuk Peraturan Bupati Bombana No. 026 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informan mengatakan bahwa sudah ada kebijakan tentang integrasi tersebut.

Regulasi di daerah masih mengacu pada peraturan-peraturan di pusat terkait implementasi integrasi Jamkesda ke JKN, dan untuk ditingkat daerah sudah ada dalam bentuk peraturan bupati.

DSN UU SJSN, kalau didaerah masih mengikuti peraturan-peraturan dari pusat.

Informan mengatakan bahwa kebijakannya masih mengacu pada kebijakan dan peraturan dari pusat.

KRM Kalau masalah regulasi, mungkin Dinas Kesehatan sebagai leading sektornya yang lebih tahu.

Informan mengatakan bahwa kurang mengetahui mengenai kebijakan tingkat daerah terkait integrasi.

MDA Masih mengacu pada Perpres Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Presiden Tentang Jaminan Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa masih mengacu pada peraturan presiden nomor 19 tahun 2016.

188

Lampiran 5. MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM INFORMAN TRIANGULASI

ANALISIS IMPLEMENTASI INTEGRASI JAMKESDA-GEMBIRA KE JKN DI KABUPATEN BOMBANA

Indikator Syarat-Syarat Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Pertanyaan Informan Jawaban Informan Reduksi Kesimpulan

Apa saja yang menjadi syarat-syarat proses pengintegrasian jamkesda ke JKN?

ARY Semua warga Bombana yang memiliki kartu Jamkesda bisa terintegrasi ke JKN.

Informan mengatakan semua warga Bombana bisa menjadi peserta JKN.

Syarat integrasi adalah memiliki NIK, memiliki kartu Jamkesda-Gembira dan terdaftar di BPJS, serta harus ada data kepesertaan.

MNN Untuk tahap awal di utamakan untuk masyarakat miskin dulu dan selanjutnya dilakukan secara bertahap ke masyarakat kurang mampu, dan selanjutnya masyarakat yang mampu, sehingga seluruh masyarakat di Bombana dapat memiliki kartu jaminan kesehatan yang terintegrasi.

Informan mengatakan bahwa program integrasi JKN lebih diutamakan untuk masyarakat yang kurang mampu.

AIA - Memiliki NIK. - Memiliki kartu Jamkesda-Gembira. - Terdaftar di BPJS. - Masuk dalam kriteria masyarakat miskin oleh

Dinsos

Informan menyatakan secara jelas apa-apa saja yang menjadi syarat integrasi jamkesda ke JKN.

RAM

Harus memiliki data kepesertaan, untuk wilayah kerja Puskesmas Rumbia, diusulkan sekitar 400 jiwa.

Informan mengatakan bahwa ada 400 jiwa yang diusulkan menjadi peserta JKN di wilayah kerja Puskesmas Rumbia.

189

Indikator Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

Komunikasi

Apa yang menghambat proses integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sehingga baru bisa terlaksana pada tahun 2018?

ARY Yang menghambat itu sebenarnya karena regulasi ditingkat daerahnya belum ada dan juga anggarannya masih dalam proses perundingan dengan DPR.

Informan mengatakan bahwa faktor yang menghambat yaitu karena masih terkendala di anggaran dan regulasi.

Faktor yang menghambat proses integrasi jamkesda ke jkn di Kabupaten Bombana yaitu karena adanya komitmen pimpinan daerah untuk tetap melanjutkan program Jamkesda-Gembira, dan juga anggaran daerah yang masih kurang.

MNN

Pemerintah daerah belum mampu untuk menyerahkan dananya ke BPJS.

Informan mengatakan bahwa pemda belum mampu bekerja sama dengan BPJS dalam hal pengtranferan dana penyelenggaraan JKN di Kabupaten Bombana.

AIA Indikator masyarakat prasejahtera belum sinkron dengan data di DisCapil dan BPS.

Informan mengatakan bahwa indikator penerima JKN belum sinkron.

RAM Mungkin karena faktor komitmen pimpinan daerah yang masih mau melanjutkan program Jamkesda-Gembiranya.

Informan mengatakan bahwa salah satu faktor penghambatnya yaitu karena adanya komitmen pimpinan daerah.

Bagaimana pemahaman anda mengenai implementasi integrasi Jamkesda ke JKN

ARY Dengan adanya integrasi semua pusat pelayanan kesehatan masyarakat terpusat dilakukan di BPJS.

Informan mengatakan bahwa dengan adanya integrasi ke JKN ini semua pelayanan kesehatan dilakukan di BPJS.

Semua informan sudah mengetahui dengan jelas proses-proses pengintegrasian Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

MNN Proses integrasi baru saja bisa terlaksana, prosesnya mulai dari membuat regulasi ditingkat daerah, membuat SPK dengan BPJS setempat, mengvalidasi dan verifikasi data kepesertaan.

Informan mengatakan bahwa proses integrasi di kabupaten Bombana baru saja terlaksana di tahun 2018.

190

AIA Proses integrasi yaitu semua peserta yang masuk dalam peserta Jamkesda-Gembira dan datanya ada di BPJS maka ia termasuk dalam bagian integrasi sebagai peserta JKN.

Informan mengatakan bahwa semua peserta Jamkesda-Gembira dan terdaftar di BPJS maka secara langsung ia termasuk sebagai peserta JKN.

RAM Kalau kami di Puskesmas hanya dilibatkan dalam proses validasi dan verifikasi data kepesertaan dari Dinas Sosial untuk wilayah kerja Puskesmas Rumbia dan untuk memberi pelayanan kesehatan.

Informan mengatakan bahwa dalam proses integrasi, puskesmas dilibatkan dalam proses validasi dan verifikasi data kepesertaan JKN.

Bagaimana proses komunikasi dalam implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

ARY Proses komunikasi dilakukan melalui rapat koordinasi lintas sektor. Pihak yang terkait yaitu BPJS, camat dan kepala desa, kepala puskesmas dan pengelola Jamkesda di Puskesmas.

Informan mengatakan bahwa proses komunikasi dilakukan melalui rapat koordinasi lintas sektor.

Proses koordinasi sudah terjalin dengan baik, baik lintas sektor, secara internal, dan sampai pada puskesmas-puskesmas se-Kabupaten Bombana.

MNN Proses komunikasi dilakukan baik secara internal di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana, maupun secara eksternal dengan berbagai pihak terkait.

Informan mengatakan bahwa komunikasi dilakukan dengan baik secara internal maupun eksternal.

AIA Rapat koordinasi dan sosialisasi lintas sektor antara pimpinan daerah, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kepala Puskesmas dan Direktur RS.

Informan mengatakan bahwa proses komunikasi yang dilakukan yaitu dengan rapat koordinasi dan sosialisasi.

RAM Kalau ada rapat koordinasi pasti kami dilibatkan untuk rapat dan kalau ada informasi terbaru tentang integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN kami di Puskesmas, bahkan mungkin seluruh puskesmas se-Kabupaten Bombana disampaikan melalui surat-menyurat.

Informan mengatakan bahwa dalam proses komunikasi puskesmas dilibatkan dalam rapat koordinasi yang diadakan oleh Dinas Kesehatan dan BPJS.

191

Apakah isi dan pesan mengenai implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN?

ARY - Proses integrasi mempermudah pelayanan. - Proses integrasi mempermudah proses

pengklaiman anggaran.

Informan mengatakan bahwa proses integrasi dapat mempermudah pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dengan adanya integrasi dapat mempermudah pelayanan kepada masyarakat dan mempermudah masyarakat untuk mendapat pelayanan.

MNN Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN mengacu pada program pemerintah pusat dan mewajibkan Kabupaten/Kota untuk melakukan integrasi.

Informan mengatakan bahwa integrasi mengacu pada program pusat.

AIA Harus segera dilakukan integrasi per 1 Januari 2018 dan sudah tidak ada lagi penerbitan kartu Jamkesda-Gembira setelah 31 Desember 2017.

Informan mengatakan bahwa integrasi harus segera dilaksanakan per 1 Januari 2018.

RAM Dengan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN, kartu JKN-KIS dapat digunakan disemua tempat.

Informan mengatakan bahwa dengan dilakukannya integrasi berarti kartu JKN-KIS dapat digunakan di semua tempat.

Bagaimana metode komunikasi yang dilakukan?

ARY Rapat koordinasi lintas sektor oleh BPJS, Camat dan Kepala Desa, Badan Pusat Statistik, Kepala Puskesmas dan Pengelola Jamkesda-Gembira se-Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

Metode komunikasi yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi dan sosialisasi lintas sektor.

MNN - Rapat koordinasi internal Dinas Kesehatan. - Rapat koordinasi lintas sektor.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

AIA Rapat koordinasi dan sosialisasi lintas sektor antar pimpinan daerah, BPJS, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas sosial, Kepala Puskesmas, dan Direktur Rumah Sakit.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

RAM Untuk koordinasi dengan kabupaten biasanya langsung melalui rapat koordinasi di aula rapat Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah dengan cara rapat koordinasi.

192

Siapakah yang menjadi sasaran komunikasi mengenai pemahaman dan kebijakan tersebut?

ARY BPJS, Camat dan Kepala Desa, Badan Pusat Statistik, Kepala Puskesmas dan Pengelola Jamkesda-Gembira se-Kab.Bombana.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak terkait yang terlibat secara umum untuk integrasi tersebut.

Sasaran komunikasi adalah Dinas Kesehatan, BPJS, dan Puskesmas se-Kab. Bombana.

MNN Para pengelola Jamkesda-Gembira dan Kepala Puskesmas se-Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa pihak yang terlibat langsung dengan proses ini adalah para pengelola Jamkesda-Gembira di Dinas Kesehatan.

AIA Pimpinan daerah, BPJS, Kepala Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kepala Puskesmas, dan Direktur Rumah Sakit.

Informan mengatakan bahwa pimpinan daerah menjadi pihak penting yang terlibat dalam proses ini.

RAM Sasarannya yaitu kami-kami ini para kepala Puskesmas se-Kabupaten Bombana selaku pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Informan mengatakan bahwa sasaran komunikasi integrasi yaitu para kepala puskesmas.

Apa saja media yang digunakan dala proses komunikasi?

ARY

Diskusi dan persentase ppt.

Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase dan diskusi.

Media komunikasi yang digunakan adalah persentase menggunakan powerpoint dan selanjutnya dilakukan diskusi atau tanya jawab.

MNN Persentase powerpoint.

Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase.

AIA LCD.

Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase menggunakan LCD.

RAM Slide.

Informan mengatakan bahwa medianya yaitu melakukan persentase.

Apa saja yang menjadi kendala selama proses komunikasi berlangsung?

ARY - Pemahaman tentang proses integrasi masih minim.

- Masih perlu penyesuaian dalam pelayanan JKN, khususnya untuk kasus emergency.

Informan mengatakan bahwa masih ada sebagian besar pihak yang terlibat kurang memahami tentang apa itu integrasi.

Kendala komunikasi yaitu masih kurangnya pemahaman tentang implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

193

MNN Kendala ada pada awal proses implementasi integrasi yaitu pada tahap verifikasi data kepesertaan. Peserta Jamkesda-Gembira masih harus diverifikasi apakah sudah mempunyai NIK atau belum.

Informan mengatakan bahwa kendala terjadi pada tahap awal proses implementasi integrasi.

AIA Untuk tahap awal belum diketahuinya jumlah masyarakat yang sudah terintegrasi sehingga penganggaran dan pengklaiman belum bisa dilakukan.

Informan mengatakan bahwa sejauh ini belum diketahui jumlah pasti peserta yang akan terintegrasi ke JKN.

RAM Perlu penyampaian komunikasi yang rinci dan konsistensi agar kami di Puskesmas tidak salah dalam melakukan pelayanan.

Informan mengatakan bahwa perlu informasi yang jelas terkait proses implementasi integrasi tersebut.

Apakah informasi dan perintah mengenai integrasi Jamkesda ke JKN sudah konsisten?

ARY Informasi yang disampaikan sudah konsisten, dimana kami sudah mendistribusikan kartu JKN ke puskesmas-puskesmas ditandai dengan adanya berita acara penerimaan kartu JKN di Puskesmas.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

Komunikasi yang dilakukan sudah konsisten.

MNN Sudah konsisten dan sudah ada dalam DPA Dinas Kesehatan itu dananya.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

AIA Sudah konsisten, karena sudah ada pendistribusian kartu JKN-KIS sebagai pengganti kartu Jamkesda-Gembira yang terintegrasi ke JKN.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

RAM Sudah konsisten, buktinya sudah tertuang dalam DPA Dinas Kesehatan terkait dana untuk penyelenggaraan integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informan mengatakan bahwa informasi tentang integrasi sudah konsisten.

Sumber daya

Siapa sajakah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN

ARY BPS, BPJS, Pengolela Jamkesda-Gembira Dinas Kesehatan, Kabag Hukum, Para Camat, Kepala Desa, dan Kepala Puskesmas.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

Pihak yang terlibat adalah Dinas Kesehatan, BPJS, Puskesmas dan Rumah

194

MNN Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, Kabag Hukum, BPJS Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

Sakit.

AIA BPJS dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

RAM Dinas Kesehatan, BPJS, dan Puskesmas se-Kabupaten Bombana serta RSUD Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam proses integrasi ini.

Apakah jumlah pihak yang terlibat dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN sudah dirasa cukup.

ARY Sudah cukup, staf yang terlibat : - BPS : menyediakan data dan nama. - BPJS : Pembuatan kartu JKN-KIS. - Dinkes : Pendistribusian dan laporan

bulanan penggunaan kartu. - Camat : Pengawasan pendistribusian kartu. - Kapus : Distribusi dan laporan bulanan.

Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

Ketersediaan staf dalam proses implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN sudah cukup.

MNN Banyak pihak yang terlibat dalam program ini jadi dirasa sudah cukup untuk membantu proses pengintegrasian tersebut.

Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

AIA Sudah cukup karena proses pelayanannya juga sudah dilakukan 1 pintu saja yaitu di BPJS.

Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

RAM Sudah cukup, bahkan banyak pihak yang terlibat, kami di puskesmas dilibatkan, pengelola Jamkesda-Gembira juga di tiap-tiap Puskesmas juga dilibatkan.

Informan mengatakan bahwa jumlah pihak yang terlibat sudah cukup untuk level kabupaten.

Apakah terdapat pedoman atau strategi untuk implementasi integrasi jamkesda ke JKN.

ARY Memperbanyak sosialisasi akan pentingnya integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN dilakukan, selanjutnya puskesmas juga melakukan sosialisasi ke masyarakat diwilayah kerjanya.

Informan mengatakan bahwa strategi yang digunakan yaitu dengan memperbanyak sosialisasi.

Strategi yang digunakan yaitu sosialisasi dan pedomannya mengacu pada pedoman pusat.

195

MNN Tidak ada pedoman atau strategi khusus dalam melaksanakan implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN karena ini program yang wajib dilakukan oleh kabupaten jadi kami mengacu pada pedoman dan strategi pusat.

Informan mengatakan bahwa tidak ada strategi khusus yang digunakan dalam proses implementasi integrasi ini.

AIA

- Sosialisasi internal Dinas Kesehatan (Kapus dan pengelola Jamkesda-Gembira).

- Rapat lintas sektor di kecamatan. - Sosialisasi dengan pimpinan daerah dan

sektor terkait.

Informan mengatakan bahwa sosialisasi internal dan rapat lintas sektor merupakan salah satu strategi yang digunakan.

RAM

Strateginya yaitu kami melakukan pendataan kembali untuk mengupdate data kepesertaan kerja sama dengan kelurahan, selanjutnya kami mengusulkan ke dinas untuk di proses pengintegrasian. Untuk tahap awal kami mengajukan sebanyak 400 jiwa untuk wilayah Puskesmas Rumbia.

Informan mengatakan bahwa strategi yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendataan kepesertaan.

Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dala integrasi jamkesda ke JKN.

ARY Tidak ada.

Informan mengatakan bahwa tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus.

Tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus, tetapi yang digunakan hanya software offline saja

MNN tidak memerlukan sarana dan prasaran khusus.

Informan mengatakan bahwa tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus.

AIA Software offline berisi data kepesertaan yang terintegrasi di BPJS Kesehatan Kabupaten Bombana.

Informan mengatakan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan berupa software offline dari BPJS.

RAM tidak memerlukan sarana dan prasaran khusus.

Informan mengatakan bahwa tidak membutuhkan sarana dan prasarana khusus.

Berapa besar jumlah dana yang diterima setiap

ARY Sudah cukup, ada dana saving sebanyak 6 M untuk peserta yang terintegrasi per September

Informan mengatakan bahwa dana yang dianggarkan untuk program ini

Dana yang digunakan sudah cukup tersedia untuk proses

196

tahunnya dan dengan jumlah dana yang diterima tersebut apakah mencukupi kebutuhan.

2017, kami mengajukan 22 M untuk tahun 2018 tapi baru di acc sebesar 10 M.

sudah cukup. implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

MNN Dananya untuk tahun ini sudah cukup untuk menjangkau jumlah yang sudah terintegrasi sebanyak 38.331 jiwa.

Informan mengatakan bahwa dana yang digunakan untuk program ini cukup besar.

AIA Kalau masalah anggaran, bisa kita tanyakan langsung di Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Manusia Kesehatan selaku koordinator tim integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informan mengatakan bahwa kurang mengetahui masalah anggaran.

RAM Puskesmas tidak tahu menahu tentang anggaran karena kami sebatas pelayanan saja, dan mengajukan jumlah peserta penerima kartu jaminan kesehatan di wilayah kami.

Informan mengatakan bahwa kurang mengetahui masalah anggaran.

Darimanakah sumber dana utama integrasi jamkesda ke JKN.

ARY APBD.

Informan mengatakan bahwa sumber dananya berasal dari APBD.

Sumber dana yang digunakan berasal dari APBD

MNN APBD.

Informan mengatakan bahwa sumber dananya berasal dari APBD.

AIA APBD.

Informan mengatakan bahwa sumber dananya berasal dari APBD.

RAM APBD.

Informan mengatakan bahwa sumber dananya berasal dari APBD.

Disposisi Bagaimana sikap dan tanggapan anda mengenai implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN

ARY Mendukung, dengan adanya integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN maka diharapkan seluruh masyarakat Kabupaten Bombana dapat memiliki kartu jaminan kesehatan dan mendapat pelayanan kesehatan yang layak.

Informan mengatakan bahwa sangat mendukung program integrasi ini.

Seluruh informan menyatakan setuju dan mendukung program implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

MNN Setuju dan mendukung program ini. Karena dari segi kelancaran sudah jelas harus berdasarkan by NIK by Adress baru dimasukkan ke JKN.

Informan mengatakan bahwa sangat setuju dan mendukung program integrasi ini.

197

AIA Setuju, karena proses pelayanan sudah dilakukan 1 pintu, sehingga tidak akan terjadi masyarakat yang memiliki kartu jaminan kesehatan yang lebih dari satu (tumpang tindih).

Informan mengatakan bahwa sangat setuju dengan program integrasi ini.

RAM Menurut saya itu bagus khususnya untuk masyarakat miskin dan kurang mampu.

Informan mengatakan bahwa program integrasi ini sangat bagus.

Apa bentuk komitmen anda dalam mendukung integrasi jamkesda ke JKN

ARY Dalam bentuk surat perjanjian.

Informan mengatakan bahwa bentuk komitmennya berupa surat perjanjian.

Bentuk komitmennya berupa surat penjanjian dan peraturan bupati bombana.

MNN Sekarang masih sementara dikoreksi oleh bagian hukum terkait peraturan bupati bombana terkait masalah integrasi.

Informan mengatakan bahwa ada komitmen yang telah dibuat.

AIA Surat perjanjian kerja sama antara pemerintah daerah dengan BPJS.

Informan mengatakan bahwa bentuk komitmennya berupa surat perjanjian.

RAM Bentuk komitmen kami yaitu menjalankan program JKN dengan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Informan mengatakan bahwa bentuk komitmennya yaitu dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Struktur Organisasi Apakah terdapat petunjuk pelaksanaan (SOP) dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN.

ARY SOPnya ada dalam peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

Informan mengatakan bahwa ada SOP dalam Peraturan Bupati Bombana

SOP integrasi berada dalam Peraturan Bupati Bombana tentang Pedoman Pelaksanaan Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

MNN tidak ada SOP.

Informan mengatakan bahwa tidak ada SOP terkait integrasi.

AIA tidak tahu tentang SOP tentang integrasi.

Informan mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang SOP

RAM Mengacu pada Pepres No. 19 tahun 2016 tentang jaminan kesehatan.

Informan mengatakan bahwa SOP pelaksanaan integrasi mengacu pada Perpres No. 19 Tahun 2016.

Apakah terdapat pembagian kerja dan tanggungjawab bagi para pelaksana dalam implementasi integrasi jamkesda ke JKN.

ARY

SOPnya ada dalam peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

Informan mengatakan bahwa terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang tertuang dalam Peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

Sebagian informan menyatakan ada SOP tentang integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN di Kabupaten Bombana.

198

MNN SOPnya ada dalam peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

Informan mengatakan bahwa terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang tertuang dalam Peraturan Bupati Bombana terkait integrasi.

AIA Ada SOP. Informan mengatakan bahwa pembagian kerja ada dalam SOP.

RAM Pasti ada SOPnya di Dinas Kesehatan. Informan mengatakan bahwa pembagian kerja ada dalam SOP.

Indikator Formulasi Kebijakan Implementasi Integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN Apakah ada kebijakan daerah tentang implementasi integrasi Jamkesda-Gembira ke JKN.

ARY Sudah ada dalam bentuk peraturan bupati bombana, dimana didalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Kabupaten Bombana telah berintegrasi dari Jamkesda-Gembira ke JKN.

Informan mengatakan bahwa sudah ada kebijakan tentang integrasi tersebut.

Sebagian besar informan menyatakan masih kurang mengetahui mengenai formulasi kebijakan di tingkat daerah.

MNN Kemarin sempat di bahas di RPJMD sehingga ada peraturan bupati dan MoUnya.

Informan mengatakan bahwa kebijakannya masuk dalam agenda RPJMD.

AIA Untuk sementara masih mengacu pada regulasi ditingkat pusat.

Informan mengatakan bahwa kebijakannya mengacu pada regulasi pusat

RAM Ada di Dinas Kesehatan.

Informan mengatakan bahwa kebijakannya ada di Dinas Kesehatan.

199

Lampiran 6. Dokumentasi Hasil Penelitian

Wawancara Mendalam dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

Wawancara Mendalam dengan Kepala BPJS Kabupaten Bombana

200

Wawancara dan Pengambilan data di Kantor Bappeda Kabupaten Bombana

Wawancara dengan Kepala Seksi Program Keluarga Harapan Dinas Sosial Kabupaten Bombana

201

Wawancara dengan Verifikator Jamkesda-Gembira Satker Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana

Peraturan Bupati Bombana tentang Integrasi Jamkesda ke JKN