Implementasi Best Practice Kebijakan Kartu Jakarta Sehat sebagai Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat...

12
1 IMPLEMENTASI BEST PRACTICE KEBIJAKAN KARTU JAKARTA SEHAT SEBAGAI JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI DKI JAKARTA Antonius Panel H.S 1 Abstraksi Tulisan ini menjelaskan tentang implementasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat ibukota, yang berupa Kartu Jakarta Sehat (KJS). KJS ini adalah suatu inovasi pengentasan masalah kesehatan rakyat miskin yang dilakukan oleh Gubernur Joko Widodo dengan sistem pembayaran Indonesian Cased Bace Group (INA-CBGs). Sistem pembayaran ini dapat dikatakan sebagai sistem paket yang memiliki perhitungan berdasar pelayanan berbasis masyarakat kurang mampu. Maka dari itu, kebijakan Kartu Jakarta Sehat dapat dikatakan sebagai kebijakan best practice karena dikatakan mengefisiensikan dan mengefektifkan permasalahan jaminan kesehatan warga miskin Jakarta. Implementasi kebijakan KJS ini tidaklah total terlaksana tanpa adanya polemik dalam pelaksanaanya. Secara evaluatif, kebijakan Kartu Jakarta Sehat ini memang sudah tersebar ke 76 rumah sakit di Indonesia, namun masih ada terdapat 16 rumah sakit yang menolak akibat tidak ketidaksepakatan sistem pembayarannya. Implementasi best practice KJS ini juga mendapat interpelasi oleh DPRD DKI Jakarta yang mengatakan bahwa kebijakan KJS ini secara konkrit kurang efektif sampai saat ini. Melihat dari kasus polemik mengenai KJS yang ada, setidaknya secara luas kebijakan KJS dikatakan sebagai inovasi yang baik dalam penerapan kebijakan best practice di berbagai daerah khususnya Ibukota DKI Jakarta. Kata kunci : best practice, Kartu Jakarta Sehat, jaminan kesehatan. A. Pendahuluan Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia, di mana ibukota negara dapat dijadikan parameter baik buruknya pengelolaan anggaran pemerintahan. Sederhananya, suatu kota dikatakan mampu menjadi metafora akan sebuah sejarah maupun masa depan dan membangun struktur tradisional atau sebuah ruang khusus untuk terjadinya sebuah kemungkinan yang revolusioner atau harapan yang lebih. 2 Sehingga, eksistensi kota dapat dikatakan menjadi sebuah harapan hidup bagi rakyat miskin ataupun kaum urban yang mengais rezeki di 1. Penulis merupakan Mahasiwa Jurusan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman dengan NIM F1D010031. 2. Allan Darmawan, “Kontestasi Politik Kota dalam Kebijakan Reklame di Surabaya”, pdf, e-journal Unair, no.3 (2010): 20, accessed December 2, 2013, journal.unair.ac.id/filer/PDF/2.%20Allan%20Dharmawan.

Transcript of Implementasi Best Practice Kebijakan Kartu Jakarta Sehat sebagai Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat...

1

IMPLEMENTASI BEST PRACTICE KEBIJAKAN KARTU JAKARTA

SEHAT SEBAGAI JAMINAN KESEHATAN

BAGI MASYARAKAT MISKIN

DI DKI JAKARTA

Antonius Panel H.S 1

Abstraksi

Tulisan ini menjelaskan tentang implementasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat

ibukota, yang berupa Kartu Jakarta Sehat (KJS). KJS ini adalah suatu inovasi pengentasan

masalah kesehatan rakyat miskin yang dilakukan oleh Gubernur Joko Widodo dengan sistem

pembayaran Indonesian Cased Bace Group (INA-CBGs). Sistem pembayaran ini dapat dikatakan

sebagai sistem paket yang memiliki perhitungan berdasar pelayanan berbasis masyarakat kurang

mampu. Maka dari itu, kebijakan Kartu Jakarta Sehat dapat dikatakan sebagai kebijakan best

practice karena dikatakan mengefisiensikan dan mengefektifkan permasalahan jaminan kesehatan

warga miskin Jakarta. Implementasi kebijakan KJS ini tidaklah total terlaksana tanpa adanya

polemik dalam pelaksanaanya. Secara evaluatif, kebijakan Kartu Jakarta Sehat ini memang sudah

tersebar ke 76 rumah sakit di Indonesia, namun masih ada terdapat 16 rumah sakit yang menolak

akibat tidak ketidaksepakatan sistem pembayarannya. Implementasi best practice KJS ini juga

mendapat interpelasi oleh DPRD DKI Jakarta yang mengatakan bahwa kebijakan KJS ini secara

konkrit kurang efektif sampai saat ini. Melihat dari kasus polemik mengenai KJS yang ada,

setidaknya secara luas kebijakan KJS dikatakan sebagai inovasi yang baik dalam penerapan

kebijakan best practice di berbagai daerah khususnya Ibukota DKI Jakarta.

Kata kunci : best practice, Kartu Jakarta Sehat, jaminan kesehatan.

A. Pendahuluan

Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia, di mana ibukota negara

dapat dijadikan parameter baik buruknya pengelolaan anggaran pemerintahan.

Sederhananya, suatu kota dikatakan mampu menjadi metafora akan sebuah

sejarah maupun masa depan dan membangun struktur tradisional atau sebuah

ruang khusus untuk terjadinya sebuah kemungkinan yang revolusioner atau

harapan yang lebih.2 Sehingga, eksistensi kota dapat dikatakan menjadi sebuah

harapan hidup bagi rakyat miskin ataupun kaum urban yang mengais rezeki di

1. Penulis merupakan Mahasiwa Jurusan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

dengan NIM F1D010031.

2. Allan Darmawan, “Kontestasi Politik Kota dalam Kebijakan Reklame di Surabaya”, pdf,

e-journal Unair, no.3 (2010): 20, accessed December 2, 2013,

journal.unair.ac.id/filer/PDF/2.%20Allan%20Dharmawan.

2

ibukota. Namun, di samping itu kota secara umumnya memiliki permasalahan

pula dalam eksistensinya, terkhususnya seperti kota Jakarta.

Permasalahan utama yang terjadi di Jakarta sebenarnya berawal dari

masalah kesejahteraan rakyat miskin kota, hingga kemiskinan yang berdampak

pada merajalelanya pemukiman kumuh. Banyaknya pemukiman kumuh yang

terdapat di ibukota tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah lainnya,

termasuk masalah kesehatan yang diakibatkan dari masalah kemiskinan. Selama

ini Jakarta dianggap sebagai pusat pemenuhan ekonomi yang menjanjikan.

Namun pada kenyataanya, masih banyak ditemukan kemiskinan. Proses

urbanisasi yang tidak tersinergi, menyumbang besar bagi kemajemukan

masyarakat Jakarta serta kompleksitas masalah yang ada. Dalam hal ini, proses

urbanisasi menimbulkan berbagai dampak lingkungan kota, masyarakat, maupun

keadaan lingkungan sekitarnya. Dari banyaknya dampak yang ditimbulkan,

kesehatan menjadi sangat penting diperhatikan karena kesehatan identik dengan

kesejahteraan.

Proses urbanisasi yang terjadi menghasilkan klasifikasi beberapa

kelas dalam masyarakat Jakarta yakni kelas menegah, kelas kaya dan kelas

miskin. Realitasnya, klasifikasi kelas sosial masyarakat kota Jakarta lebih terlihat

jelas perbedaannya, khususnya antara golongan kaya dan golongan miskin.

Seperti yang diungkapkan oleh Firman Lubis bahwa istilah “gedongan” dan

“orang kampoeng” menjadi istilah ketika itu, untuk membedakan golongan kaya

dan miskin.3 Melihat ketiga kelas yang ada, golongan miskin adalah golongan

yang paling tidak beruntung karena merasakan dampak secara langsung dari

penerapan politik yang kurang tepat sasaran atau tidak pro rakyat miskin.

Misalnya, tidak sanggupnya memenuhi kebutuhan kesejahteraan kesehatan karena

mahalnya biaya operasional rumah sakit, pendidikan, dll.

Kesehatan merupakan faktor penting yang dapat dijadikan parameter

kesejahteraan masyarakat perkotaaan. Sejatinya manusia sendiri memiliki hak

memperoleh kesehatan, ketika rakyat yang tidak mampu membutuhkan jaminan

3. Firman Lubis, Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja (Jakarta: Masup Jakarta,

2008), 34.

3

kesehatan, disinilah peran pemerintah dibutuhkan. Masalah kesehatan di

perkotaan lebih kompleks daripada di pedesaan, permasalahannya bukan saja pada

banyaknya jenis penyakit yang ada melainkan lebih kepada jaminan hak rakyat

miskin dalam memperoleh kesehatan di daerahnya yang notabene segala akses

kesehatan sangatlah komersil.

Kemiskinan merupakan fenomena global yang muncul baik di

pedesaan maupun perkotaan termasuk Jakarta. Kemiskinan bukan hanya terjadi

karena seseorang tidak mempunyai semangat kerja ataupun pendidikan yang

tinggi, melainkan karena adanya struktur sosial yang timpang dan menindas. Hal

tersebut tergolong dalam kemiskinan struktural, yang diakibatkan karena rakyat

miskin tidak memiliki kekuatan politik.4 Fenomena seperti ini menjadikan peran

pemerintah bersama stakeholder sangat penting untuk menanggulangi

kemiskinan. Hal tersebut, menjadikan pemerintah harus bijak dalam mencari

solusi permasalahan mengenai kemiskinan.

Sebagai oknum yang harus menciptakan solusi atas faktor

kemiskinan, pada dasarnya pemerintah daerah pada dasarnya wajib

mengembangkan berbagai inovasi yang relevan. Seperti yang dilakukan oleh Joko

Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI Jakarta yang membuat kebijakan pro

rakyat miskin dalam bidang kesehatan dengan menerbitkan “Kartu Jakarta Sehat”

atau biasa disingkat dengan KJS. Kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi

merupakan hasil dari praktek otonomi daerah yang memberi wewenang kepada

pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri, tak terkecuali

masalah penganggaran untuk penanggulangan kesehatan rakyat miskin di Ibukota

Jakarta.

Kebijakan KJS yang dilakukan pemerintahan Jokowi merupakan

salah satu langkah memenuhi hak kesehatan warga di provinsi Jakarta. KJS

merupakan suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan ide gagasan yang meliputi

proses, metode, maupun upaya-upaya untuk efektifitas mencapai kesejahteraan

masyarakat, utamanya masalah kesehatan bagi rakyat miskin kota. KJS juga

4. Meuthia Ganie Rochman, “Kemiskinan Struktural, Maknanya Kini,” Bahaya Populasi di

Indonesia (Jakarta, Indonesia), 10 Juni 2008.

4

merupakan ide gagasan dengan pengawasan yang diharapkan dapat memberikan

hasil maksimal dengan lebih sedikit mengurai permasalahan dan kompleksitas

kemiskinan yang terjadi selama ini. Dalam hal ini, KJS dinilai sebagai best

practice untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berdasarkan prosedur

dengan memberikan bukti nyata yang dapat mengubah perilaku sejumlah orang.

Ruang lingkup best practice sangatlah luas dan kompherensif.

Sejatinya dapat dilihat dari banyaknya ide atau gagasan seseorang untuk

mengubah suatu hal yang biasa menjadi luar biasa dengan menggunakan prosedur

serta bukti nyata kepada khalayak luas. Maka dari itu, dalam tulisan ini fokus

pada implementasi kebijakan best practice Kartu Jakarta Sehat sebagai jaminan

kesehatan bagi masyarakat miskin yang dilihat dari kacamata politik kebijakan

publik. KJS merupakan produk kebijakan yang diformulasikan melalui proses

penganggaran yang terpadu. Oleh karena itu implementasi KJS tersebut sangat

menarik untuk dianalisis karena diasumsikan sebagai sebuah kebijakan inovasi

untuk mengefektifkan permasalahan kesehatan rakyat miskin. Namun tidak lupa

juga harus adanya evaluasi implementasi kebijakan KJS tersebut dalam

perkembangannya sebagai jaminan kesehatan bagi masyarakat Jakarta sampai

sekarang

B. Kebijakan KJS melalui Proses Penganggaran

Kartu Jakarta Sehat (KJS) adalah suatu program jaminan

pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta melalui

UP Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta kepada masyarakat dalam bentuk

bantuan pengobatan.5 Program yang diusung pasangan pemenang pemilukada

Jakarta 2013 Jokowi-Ahok ini, memiliki tujuan untuk memberikan jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi penduduk Jakarta, terutama bagi keluarga miskin

dan kurang mampu dengan sistem rujukan berjenjang. Sasaran KJS yaitu semua

penduduk Jakarta yang mempunyai KTP/KK Jakarta yang belum memiliki

jaminan kesehatan, di luar program Askes, atau asuransi kesehatan lainnya.

5. Dian Maharani, “DKI Luncurkan Kartu Jakarta Sehat,” Kliping Berita Kesehatan, no. 13

(12 November 2012): 25.

5

Dengan demikian, KJS idealnya merupakan sebuah program pemberian jaminan

kesehatan untuk meingkatkan kualitas kesehatan seluruh warga Jakarta yang

mempunyai KTP/KK Jakarta, terutama memudahkan rakyat dengan tingkat

ekonomi menengah ke bawah untuk mengakses pelayanan kesehatan.

KJS mempunyai beberapa manfaat, yaitu pasien berhak

mendapatkan Rawat Jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan/Kelurahan di Provinsi

Jakarta, Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi Pelayanan Kesehatan

(PPK) tingkat II, (RSUD, RS vertikal dan RS Swasta yang bekerjasama dengan

UP Jamkesda) wajib dengan rujukan dari Puskesmas Rawat Inap (RI) di

Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerjasama dengan UP Jamkesda di kelas III.

Rumah sakit yang menerima KJS terdiri 63 Rumah Sakit Umum (RSU) di Jakarta

dan 26 Rumah Sakit Khusus di Jakarta, serta tiga rumah sakit diluar jakarta. KJS

ini memberikan peluang kesehatan bagi warga jakarta kurang mampu untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan secara lebih luas. Sebagai hasil kebijakan

pemprov DKI Jakarta, anggaran KJS diperoleh dari APBD tahun 2013 sebesat 1,2

truliun rupiah. KJS pada dasarnya merupakan perpanjangan dari Jamkesda yang

tentunya anggaran ini dikeluarkan oleh pemprov DKI Jakarta.

Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang sebelumnya

bahwa KJS ini hadir sebagai salah satu bentuk kebijakan best practice, dimana

best practice ini dimaksudkan untuk mengefefisienkan sebuah kegiatan. Best

practice untuk mengurai masalah kesehatan warga miskin Jakarta dilakukan

Jokowi dengan mengeluarkan sebuah kebijakan Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Penganggaran kegiatan KJS ini sudah pasti dirumuskan dalam APBD sesuai

dengan prinsip otonomi daerah. Anggaran KJS dirumuskan dan dimasukan dalam

draft kegiatan perencanaan anggaran selama periode tertentu dalam APBD.

C. KJS sebagai Kebijakan Inovasi “Best Practice” Permasalahan Jaminan

Kesehatan Rakyat Miskin Kota

Peluncuran KJS pertama kali pada tanggal 10 November 2012 di enam

kelurahan di provinsi DKI Jakarta. Kemudian gelombang kedua pada hari Selasa,

tanggal 28 Mei 2013 pemerintah Provinsi DKI Jakarta membagikan 1.733.991

6

kartu Jakarta Sehat (KJS) kepada warga Jakarta. jumlah itu terdiri dari 339.333 di

Jakarta Pusat, 105.715 di Jakarta Utara, 435.979 di Jakarta Barat, 337.449 Jakarta

Selatan, 502.500 di Jakarta Timur, dan 12.165 di Kepulauan Seribu.6 Kita perlu

mengetahui bagaimana alur pelayanan yang diterapkan, adapun alur pelayanan

KJS dapat dilihat digambar berikut:

Alur Pelayanan Kesehatan warga Ber-KTP DKI JAKARTA

Gambar 1

Untuk memantapkan program KJS maka kerjasama dengan berbagai pihak

yang bersangkutan sangat diperlukan. Seperti kerjasama dengan PT askes, dan

rumah sakit yang berada di daerah DKI Jakarta. PT Askes merupakan lembaga

yang berperan sebagai badan pengelola jaminan sosial (BPJS). Oleh sebab itu,

Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang merupakan bagian dari pelaksanaan jaminan

kesehatan daerah dikelola PT Askes.

Selanjutnya untuk melancarkan program KJS maka tentu saja kerja sama

dengan pihak rumah sakit yang ada di Jakarta sangat diperlukan. Pemerintah DKI

6. Fabian Januarius Kuwado, “Semoga KJS Lebih Bagus, Tak seperti Kartu Gakin,”

November 27, 2013, http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/28/19221567/Semoga.

KJS.Lebih.Bagus.Tak.seperti.Kartu Gakin.

7

Jakarta menawarkan kerjasama dengan berbagai rumah sakit yang ada di Jakarta

baik rumah sakit negeri maupun rumah sakit swasta. Sebanyak 76 rumah sakit

masih akan melayani KJS dan 16 rumah sakit swasta memutuskan untuk tidak

memberikan pelayanan KJS tersebut. Namun, dari 16 rumah sakit ini, hanya 2

rumah sakit saja yang sudah resmi menyatakan resmi mengundurkan diri dari

KJS, 1 di Jakarta Timur, 1 di Jakarta Pusat dan 14 lainnya hanya sekedar

menyampaikan keinginannya saja tetapi belum resmi mengundurkan diri.

Penolakan atau pengunduran rumah sakit swasta dari KJS beralasan

karena kerugian rumah sakit karena premi Rp 23.000 perorang dinilai tidak

mencukupi. Mundurnya belasan rumah sakit swasta ini dipicu oleh perubahan

pola pembayaran tagihan kepada rumah sakit peserta. Pembayaran yang semula

berdasarkan layanan yang diberikan atau pay for services diubah menjadi pola

Indonesian Case Basic Groups (INA CBGs) yang dikelola Askes. INA-CBG’s

adalah sebuah sistem pembayaran dengan sistem "paket", berdasarkan penyakit

yang diderita pasien. KJS menerapkan sistem pembayaran ini untuk pelayanan

baru kesehatan bagi warga Jakarta.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati memberikan sebuah

contoh mengenai sistem pembayaran melalui prosedur paket INA CBGs tersebut.

Misalnya, ketika seorang pasien menderita demam berdarah, sistem INA-CBG's

sudah "menghitung" layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut, berikut

pengobatannya, sampai dinyatakan sembuh. "Paket" layanan kesehatan yang

didapat pasien merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan. Tambahan lagi dalam

paket ini, mencakup jenis obat dan kelas perawatan bila harus menjalani rawat

inap. Sistem ini sangat efisien sehingga ada standar mutu pelayanan yang seragam

bagi warga se-Jakarta.7

Sebagai sebuah kebijakan sosial, kebijakan KJS yang dicetuskan Pemprov

DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Jokowi patut diapresiasi. Sebab,

kebijakan sosial merupakan alat atau instrumen untuk mencapai tujuan.

Pandangan ini didasari oleh besarnya peran pemerintah yang harus mendesign

7. “Ramai-ramai KJS, apa sih INA-CBG`s itu?”, accessed December 1, 2013,

http://111.67.77.202/dinkesdki/index.php?option=com_content&view=article&id=219%3Aramai-

ramai-kjs-apa-sih-ina-cbgs-itu&catid=36%3Ainformasi-umum&Itemid=28,

8

kebijakan sosialnya agar mencapai hasil-hasil yang diharapkan dan menjadi

tujuan masyarakat, yaitu mencapai kesejahteraan sosial.

Permasalahan kesehatan warga miskin Jakarta ini coba dijawab Jokowi

dengan melakukan inovasi kebijakan Kartu Jakarta Sehat. Jika kita lihat inovasi

yang dikeluarkan Jokowi ini merupakan kebijakan yang mengacu pada praktek

best practice guna mengefiesienkan dan mengefektifkan permaslahan kesehatan

warga miskin Jakarta. Praktek best practice dalam kebijakan KJS ini bisa dilihat

dari inovasi mekanisme pembayaran yang dibuat seefisien mungkin guna

mempermudah proses pengobatan dan pelayanan apa yang semestinya diberikan

kepada pasien.

D. Evaluasi Implementasi Kebijakan KJS sebagai Jaminan Kesehatan bagi

Masyarakat yang Berada dalam Lingkaran Kemiskinan

Permasalahan pelaksanaan Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini bermula dari

adanya keluhan rumah sakit yang merugi karena kebijakan Kartu Jakarta Sehat

(KJS) tersebut. Kebijakan Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini pun mendapat kritik dari

DPRD DKI Jakarta. Detail permasalahannya adalah sebagai berikut, pertama

adalah klaim pembayaran untuk Kartu Jakarta Sehat (KJS), dimana sistem

pembayaran menggunakan sistem Indonesia Cased Base Group (INA-CBG).

Sistem itu adalah pembayaran klaim berdasar paket pelayanan. Ada angka yang

ditetapkan tim Casemix Centre untuk setiap paketnya atau disebut sebagai clinical

pathway. Kendalanya, sebagian rumah sakit belum memperbarui data clinical

pathway.

Klaim pembayaran mengacu pada data Dinas Kesehatan yang masih

menggunakan perhitungan 2010. Perhitungan itu mengabaikan adanya inflasi dan

kenaikan harga. Tidak perlu ada kenaikan premi, alokasi untuk kesehatan dalam

APBD 2013 sebesar Rp 1,2 triliun dinilai mencukupi. Polemik dalam selisih

pembayaran klaim diakui Direktur Utama RS Tarakan, Kusmedi Priharto yang

menjelaskan:

“Sejak mengadopsi INA-CBG ada selisih pembayaran klaim

yang belum ada jalan keluarnya. Setelah ada evaluasi dari Pemprov

verifikasi penagihan rumah sakit diharapkan bisa lebih cepat. "Aman

9

untuk keuangan rumah sakit." Sistem IT untuk rujukan ke rumah sakit

dinilai bagian yang mendesak dibenahi. "Agar tidak ada penumpukan

pasien di rumah sakit yang bisa menggangu pelayanan," katanya”8.

Lalu yang kedua adalah kurangnya mesin pemindai atau scanner dimana

Kartu Jakarta Sehat yang dilengkapi chip dan barcode. Hal ini diungkapkan oleh

Kepala Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Henni Bariah. Henni

mengatakan:

“Puskesmas baru menerima satu mesin pemindai atau scanner.

Saat ini akan bertahan dengan satu buah scanner dulu. Namun, akan

segera mengajukan penambahan scanner secepatnya agar lebih mudah

dalam melayani ratusan pasien KJS tersebut. Sampai hari ini, semua

kecamatan yang telah meluncurkan KJS baru menerima satu pemindai.

"Kalau puskesmas di kelurahan mungkin cukup ya, satu scanner saja.

Kalau puskesmas kecamatan, saya rasa butuh satu lagi," kata Henni

setelah peluncuran KJS tahap dua di Puskesmas Kecamatan Koja”9.

Ketiga adalah adanya interpelasi (hak bertanya) dari anggota DPRD DKI

Jakarta. Pertanyaan yang mendasari pengajuan interpelasi itu, kata dia, karena

adanya rumah sakit yang keberatan. DPRD DKI Jakarta menilai sistem

pembayaran dengan Jamkesda akan lebih menguntungkan pasien. Karena seorang

peserta akan ditanggung keperluannya hingga batas plafon Rp 100 juta.

Sementara dalam pola Indonesia Case Based Group, biaya untuk pasien dibatasi

sesuai jenis diagnosanya. Namun, proses interpelasi ini masih panjang karena baru

dalam tahap pengumpulan tanda tangan. Asal-muasal munculnya usul interpelasi

adalah terbatasnya dana yang bisa digunakan dengan pola INA CBG. Menurut

DPRD dengan pola pembayaran itu, tagihan rumah sakit hanya dibayar sebesar

30-40 persennya. Akibatnya, dua rumah sakit menyatakan mundur dan 14 lainnya

menyatakan keberatan dengan tarif INA CBG. Jika rumah sakit mundur tentu

pelayanan bagi masyarakat akan mundur karena daya tampung rumah sakit

berkurang.

8. Syailendra, “Tarif Klaim KJS Versi Baru Berlaku Juli,” accessed December 2, 2013,

http://www.tempo.co/read/news/2013/06/03/083485530/Tarif-Klaim-KJS-Versi-Baru-Berlaku-Juli

9. MP Istman, “KJS Baru, Puskesmas Kecamatan Butuh 2 Pemindai” accessed December 2,

2013, http://www.tempo.co/read/news/2013/05/28/083483825/KJS-Baru-Puskesmas-Kecamatan-

Butuh-2-Pemindai

10

Sebanyak 32 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta

mengajukan hak interpelasi kepada pemerintah Jakarta. Hal ini berkaitan dengan

kebijakan Kartu Jakarta Sehat yang dinilai kurang efektif sampai saat ini:

"Apabila kebijakan tidak efektif, kami wajib mengkritisi. Salah

satunya dengan cara hak interpelasi ini," kata Taufiqurrahman.

Menurut dia, hak meminta keterangan kepada pemerintah ini memang

diperlukan. Sebab, Taufiqurrahman menilai kebijakan tersebut tidak

efektif. Sebelum Kartu Jakarta Sehat diterapkan, menurut dia, warga

mengenal Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Dengan itu, warga

telah memiliki jaminan kesehatan dengan batas sampai Rp 100 juta.

Namun, setelah diterapkan Kartu Jakarta Sehat dengan skema Indonesia

Case Based Group (INA-CBG's), menurut anggota Komisi A DPRD ini,

jaminan pemerintah untuk kesehatan warga malah mengalami

kemunduran.”

Sejak KJS diluncurkan November dengan Peraturan Gubernur Nomor 187

Tahun 2012, disebutkan bahwa seluruh warga DKI berhak mendapatkan jaminan

kesehatan, asal mau untuk menggunakan layanan kelas III. Namun, peraturan

Gubernur itu bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Kesehatan Daerah. Dalam beleid itu, warga Jakarta terbagi menjadi tiga golongan,

yakni warga miskin dan sepenuhnya ditanggung pemerintah, warga rentan dan

hanya sebagian ditanggung pemerintah, dan warga mampu yang tidak ditanggung

pemerintah

Sejauh ini sekitar 32 anggota DPRD DKI Jakarta setuju menggunakan hak

interpelasi terhadap Jokowi. Alasannya, mantan Wali Kota Solo ini dinilai gagal

menyelesaikan masalah sistem pembayaran Kartu Jakarta Sehat. Namun Jokowi

mengaku telah memeriksa secara langsung permasalahan atas 16 rumah sakit yang

dikabarkan mengundurkan diri dari program KJS. Hasilnya, ternyata tidak ada

rumah sakit yang akan mengundurkan diri dari program andalan tersebut.10

Permasalahan yang timbul dalam kebijakan KJS yang dikelurkan Jokowi adalah

ada pada banyaknya pihak yang keberatan tentang sistem pembayaran yang baru.

Ditambah lagi dengan saran dan prasana yang belum sepenuhnya tersedia secara

10. MP Istman, “KJS Baru, Puskesmas Kecamatan Butuh 2 Pemindai” accessed December 2,

2013, http://www.tempo.co/read/news/2013/05/28/083483825/KJS-Baru-Puskesmas-Kecamatan-

Butuh-2-Pemindai

11

merata guna menunjang pelayanan kesehatan. Belum lagi mengenai anggota

DPRD Jakarta yang menilai bahwa kebijakan ini kurang efektif dan tidak efesien.

Hakikatnya, kebijakan dikelurkan untuk menjawab permasalahan yang

ada. KJS merupakan kebijakan yang mengarah pada praktek best practice guna

mengefisienkan dan mengefektifkan masalah warga miskin Jakarta, khususnya

pengefektifkan penggunaan anggaran dalam APBD di sektor kesehatan. Evaluasi

ada pada tataran kesiapan pelaksanaan KJS ini jika kita melihatnya, karena

program yang ditawarkan sudah begitu bagus dan mulia untuk mengentaskan

masalah kesehatan warga miskin Jakarta. Pelaksanaan mengarah pada praktek

best practice yang kesemuanya dilakukan tahap demi tahap agar mencapai

kefektifan dan keefisienan.

E. KESIMPULAN

Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan yang akan selalu muncul

dari masa ke masa. Persoalan kemiskinan ditandai dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang mempunyai beberapa indikator dan salah satunya adalah

kesehatan. Kesehatan merupakan faktor penting yang dapat dijadikan parameter

kesejahteraan masyarakat perkotaaan khususnya seperti di Jakarta. Sebagai bentuk

solusi terhadap permasalahan kesehatan di ibukota Jakarta, Gubernur Jokowi

selaku pemerintah daerah Jakarta mengeluarkan sebuah kebijakan kesehatan

bernama Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Implementasi kebijakan KJS ini pada dasarnya mengarah pada praktek

best practice kebijakan daerrah yang kesemuanya dilakukan efektif dan efisien

mulai dari pelaksanaannya sampai dengan tahap evaluasinya. Setiap kebijakan

yang dikeluarkan pasti ingin efektif dan efisien. Hal ini juga yang coba dilakukan

dalam kebijakan KJS yang dikeluarkan Jokowi mengarah pada praktek best

practice agar masyarakat miskin kota dapat dengan cepat merasakan dan

mendapatkan hasil yang baik dari kebijakan kesehatan masyarakat miskin kota

berupa KJS tersebut.

12

DAFTAR PUSTAKA

“Ramai-ramai KJS, apa sih INA-CBG`s itu?”. accessed December 1, 2013.

http://111.67.77.202/dinkesdki/index.php?option=com_content&view=

article&id=219%3Aramai-ramai-kjs-apa-sih-ina-cbgs-

itu&catid=36%3Ainformasi-umum&Itemid=28

Darmawan, Allan. “Kontestasi Politik Kota dalam Kebijakan Reklame di

Surabaya.” pdf, e-journal Unair, no.3 (2010): 0-72. Accessed

December 2, 2013.

journal.unair.ac.id/filer/PDF/2.%20Allan%20Dharmawan.

Maharani, Dian. “DKI Luncurkan Kartu Jakarta Sehat,” Kliping Berita

Kesehatan, no. 13 (12 November 2012): 25.

Fabian Januarius Kuwado. “Semoga KJS Lebih Bagus, Tak seperti Kartu Gakin.

November 27, 2013. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/28/

19221567/Semoga.KJS.Lebih. Bagus.Tak.seperti.Kartu Gakin.

Lubis, Firman. Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja. Jakarta: Masup

Jakarta, 2008.

Rochman, Meuthia Ganie. “Kemiskinan Struktural, Maknanya Kini.” Bahaya

Populasi di Indonesia (Jakarta, Indonesia), 10 Juni 2008.

MP Istman. “KJS Baru, Puskesmas Kecamatan Butuh 2 Pemindai” accessed

December 2, 2013. http://www.tempo.co/read/news/2013/05/28/

083483825/KJS-Baru-Puskesmas-Kecamatan-Butuh-2-Pemindai.

Syailendra. “Tarif Klaim KJS Versi Baru Berlaku Juli,” accessed December 2,

2013. http://www.tempo.co/read/news/2013/06/03/083485530/Tarif-

Klaim-KJS-Versi-Baru-Berlaku-Juli.

Nama : Antonius Panel

NIM : F1D010031