ARTIKEL PPM POLA ASUH ANAK
Transcript of ARTIKEL PPM POLA ASUH ANAK
PELATIHAN POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA PADA MASYARAKAT
DI KAMPUNG JLAGRAN
Oleh : Puji Lestari, Terry Irenewaty, Nur HidayahProgram Studi Pendidikan Sosiologi, FISE UNY
Abstrak
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan bagi para orang tua mengenai pola asuh
secara umum serta dilengkapi dengan penekanan pada
beberapa bidang seperti pada pendidikan, kesehatan,
pergaulan dan ibadah. Selain itu juga diupayakan untuk
memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai hak-hak
anak sesuai dengan KHA (Konvensi Hak Anak).
Kegiatan pelatihan menggunakan metode ceramah,
brainstorming, curah pendapat, body mapping, dan dialog.
Pemilihan metode ini dilakukan dengan tujuan
tercapainya target yang diinginkan yaitu keberhasilan
pelatihan mengenai pola asuh anak dalam keluarga. Dalam
kegiatan ini yang menjadi khalayak sasaran adalah para
ibu dari pengamen anak, tokoh masyarakat, tokoh agama
serta masyarakat sekitar kampung Jlagran. Di samping
itu juga melibatkan aktivis LSM pemerhati anak.
Setiap peserta pelatihan menerapkan pola asuh yang
berbeda. Ada yang menerapkan pola permisif, otoriter
dan demokratis. Sebagian besar dari mereka menerapkan
pola otoriter pada berbagai bidang. Setelah pelatihan
1
berakhir para peserta berusaha mengubah pola asuh yang
telah mereka terapkan selama ini agar sesuai dengan
tumbuh-kembang anak serta kemajuan anak di masa yang
akan datang. Terlebih lagi usaha mengubah pola asuh ini
muncul setelah mereka mengetahui hak-hak anak sesuai
KHA yang seharusnya selama ini mereka penuhi.
Kata kunci : Pola Asuh Anak, Keluarga, Masyarakat
Abstract Activity of this Training aimed to to give knowledge to all parent about take care
of pattern in general, included in education, health, assocciation and religious service.
Others it is also strived to give knowledge to parent about rights of child as according to
KHA ( Children Right Convention ).
Activity of this training used discourse method, brainstorming, bulk o] opinion,
body mapping, and the dialogue. Election of this method is conducted with an eye to
reaching of goals of the desired that is efficacy of training take care of pattern to child in
family. In this activity, the targets are all mothers from street musician child, elite figure,
figure of religion and also society in Jlagran village. Despitefully also entangle activist of
NGO which concern about children.
Each member of training apply take care of pattern differently. There are
applying permisif pattern, democratic and autoritary. Most of them apply autoritary
pattern at various area. After the training end, all member of training try to alter take
care of pattern which they have been applied during the time in order to progress of
child in the future. Particularly again the effort altering take care of pattern, this emerge
after they know rights of child] according to KHA, they will fulfill the rights.
2
Keyword : Take Care of Child Pattern, Family, Society
A. PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi
Akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus-kasus
kekerasan terhadap anak baik yang ditayangkan lewat
media televisi maupun media cetak. Jenis kekerasan yang
menonjol ada dua yaitu kekerasan fisik dan ekonomi.
Namun pada dasarnya kedua jenis ini saling berkaitan
satu sama lain, disamping juga bisa menjadi menjadi
hubungan sebab-akibat. Kekerasan fisik yang banyak
dijumpai seperti pemukulan terhadap anak, penyiksaan
lain dengan membakar anak dan sebagainya. Hal ini tentu
mengundang keprihatinan yang mendalam. Penyebabnya
terkadang sepele, ketika orang tua jengkel karena si
anak terus saja merengek meminta uang jajan, maka dari
situlah si orang tua kemudian naik pitam yang berujung
pada penyiksaan fisik pada anak. Apabila dirunut lebih
jauh, krisis ekonomi yang berkepanjangan turut
menyebabkan kondisi ini terjadi. Belum lagi ditambah
3
dengan kebijakan mengenai kenaikan BBM yang dalam satu
tahun telah terdapat 2 (dua) kali kenaikan. Implikasi
lebih jauh, rakyat semakin menjerit terutama dari
kalangan menengah ke bawah. Terlebih lagi bagi
masyarakat yang hidupnya hanya mengandalkan pada
penghasilan seadanya seperti dari hasil si anak bekerja
seperti dengan mengamen, menyemir sepatu. Bahkan saat
ini banyak anak kecil yang masih sangat dini usianya
sudah berkeliaran di perempatan jalan tepatnya di dekat
traffic light, mereka menengadahkan tangan menunggu
beberapa rupiah dari para pengguna jalan. Sementara si
orang tua terkadang berada di pinggir trotoar jalan
menunggu sampai si anak mendapatkan uang yang
diinginkannya.
Si anak hanya tahu bahwa ia harus selalu menuruti
apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Tanpa keluhan
si anak terus saja mengemis tanpa tahu bahwa ia
sebenarnya mempunyai hak untuk menikmati masa kecilnya.
Masa kanak-kanaknya terampas oleh kejamnya perjuangan
menghadapi hidup di bawah bayang-bayang orang tua.
4
Dunia anak yang semestinya diisi dengan bermain, justru
diganti dengan berpanas-panas di tengah jalan raya.
Kondisi ini bisa dijumpai di perempatan Jlagran dan
sekitarnya. Setiap hari pemandangan anak yang mengamen
silih berganti dengan para orang tua dan dewasa.
Dalam mengembangkan anak untuk menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas diperlukan persiapan dan
perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai dengan
kondisi anak. Sebagai manusia, setiap anak mempunyai
ciri individual yang berbeda satu dengan yang lain. Di
samping itu setiap anak yang lahir di dunia ini berhak
hidup dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan
kondisi yang dimilikinya. Untuk dapat memberi
kesempatan berkembang bagi setiap anak diperlukan pola
asuh yang tepat dari orang tuanya, hal ini mengingat
anak adalah menjadi tanggung jawab orang tuanya baik
secara fisik, psikis maupun sosial ( Nuryoto, 1998 ).
2. Tujuan Kegiatan
5
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan bagi para orang tua mengenai pola asuh
secara umum serta dilengkapi dengan penekanan pada
beberapa bidang seperti pada pendidikan, kesehatan,
pergaulan dan ibadah. Selain itu juga diupayakan
untuk memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai
hak-hak anak sesuai dengan KHA (Konvensi Hak Anak).
3. Manfaat Kegiatan
a. Bagi orang tua
Kegiatan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi
para orang tua untuk mendapatkan pengetahuan
mengenai pola asuh yang sesuai pada anak. Di samping
itu diharapkan orang tua menyadari posisi anak dalam
keluarga yang senantiasa membutuhkan bimbingan.
b. Bagi pemerintah
Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan untuk perumusan kebijakan terkait dengan
eksploitasi anak oleh orang tua.
6
4. Tinjauan Pustaka
a. Pola Asuh
Pengertian pola asuh dalam keluarga bisa ditelusuri
dari pedoman yang dikeluarkan oleh Tim Penggerak PKK
Pusat (1995), yakni : usaha orang tua dalam membina
anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya
sejak lahir sampai dewasa (18 tahun).
Secara garis besar pola asuh yang diterapkan
orang tua kepada anaknya dapat digolongkan menjadi :
1.) Pola asuh otoriter
Yang dimaksud adalah setiap orang tua dalam mendidik
anak mengharuskan setiap anak patuh tunduk terhadap
setiap kehendak orang tua. Anak tidak diberi
kesempatan untuk menanyakan segala sesuatu yang
menyangkut tentang tugas, kewajiban dan hak yang
diberikan kepada dirinya.
2.) Pola asuh demokratis
Yang dimaksud adalah sikap orang tua yang mau
mendengarkan pendapat anaknya, kemudian dilakukan
7
musyawarah antara pendapat orang tua dan pendapat
anak lalu diambil suatu kesimpulan secara bersama,
tanpa ada yang merasa terpaksa.
3.) Pola asuh permisif
Yang dimaksud dengan sikap orang tua dalam mendidik
anak memberikan kebebasan secara mutlak kepada anak
dalam bertindak tanpa ada pengarahan sehingga bagi
anak yang perilakunya menyimpang akan menjadi anak
yang tidak diterima di masyarakat karena dia tidak
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
( Nuryoto,1998).
b. Keluarga
Secara sosiologis ( Melly dalam Busono, 2005 ),
keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk
mencapai suatu masyarakat sejahtera yang dihuni oleh
individu (anggota keluarga) yang bahagia dan
sejahtera. Fungsi keluarga perlu diamati sebagai
tugas yang harus diperankan oleh keluarga sebagai
lembaga sosial terkecil.
8
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, berdasarkan
pendekatan budaya dan sosiologis, fungsi keluarga
adalah sebagai berikut :
1.) Fungsi Biologis
Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk
memenuhi kebutuhan seksual dan mendapatkan
keturunan. Fungsi ini memberi kesempatan hidup
bagi setiap anggotanya. Keluarga disini menjadi
tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat
tertentu.
2.) Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua
untuk mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi
situasi pendidikan, sehingga terdapat proses
saling belajar di antara anggota keluarga. Dalam
situasi ini orang tua menjadi pemegang peran utama
dalam proses pembelajaran anak-anaknya, terutama
di kala mereka belum dewasa. Kegiatannya antara
lain melalui asuhan, bimbingan, dan teladan.
9
3.) Fungsi Beragama
Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang
tua untuk mengenalkan, membimbing, memberi teladan
dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya
mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku
keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua,
sebagai seorang tokoh inti dan panutan dalam
keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan dalam
kehidupan keluarganya.
4.) Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk
menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga
lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul.
Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan
keluarga.
5.) Fungsi Sosialisasi Anak
Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan
anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.
Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan
sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan
10
kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga
kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh
anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan
berbuat positif di dalam dan terhadap
lingkungannya.
6.) Fungsi Kasih Sayang
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi
lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat
antara anggotanya, sesuai dengan status dan
peranan sosial masing-masing dalam kehidupan
keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat
ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota
keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam
suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama
dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan
hidup.
7.) Fungsi Ekonomis
Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan
kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis
berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan
11
usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik
penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
8.) Fungsi Rekreatif
Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan
anggota keluarga lainnya apabila dalam kehidupan
keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari
ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu
merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-
hari.
9.) Fungsi Status Keluarga
Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah
menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga
ini menunjuk pada kadar kedudukan (status)
keluarga dibandingkan dengan keluarga lainnya.
B. METODE PENGABDIAN
Kegiatan ini akan menggunakan metode ceramah,
brainstorming, curah pendapat, body mapping, dan dialog.
Pemilihan metode ini dilakukan dengan tujuan
tercapainya target yang diinginkan yaitu keberhasilan
pelatihan mengenai pola asuh anak dalam keluarga
12
C. HASIL PENGABDIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM
a. Pelatihan I
Dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2008. Dihadiri
oleh 33 peserta. Bertempat di halaman rumah salah satu
warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi mengenai Pola
Asuh Anak di Bidang Agama. Secara garis besar materi
disampaikan oleh ibu Terry Irenewaty M. Hum, yang
menekankan pada agama sebagai tuntunan untuk melangkah.
Di samping itu orang tua bertanggung jawab terhadap
anak di hadapan Allah SWT.
b. Pelatihan II
Dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2008.
Dihadiri oleh 45 peserta. Bertempat di halaman rumah
salah satu warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi
mengenai Pola Asuh Anak di Bidang Pendidikan dan
Pergaulan. Materi yang disampaikan mengenai cara orang
tua mendidik anak dan mengontrol anak dalam pergaulan
sehari-hari.
13
Pertemuan dibuka oleh ibu ketua PKK. Kemudian
dilanjutkan dengan materi dari fasilitator yaitu ibu
Puji Lestari, M. Hum. Fasilitator membagi peserta
menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6 – 7
orang. Tiap-tiap kelompok diberi kertas plano dan
spidol. Masing-masing kelompok mengerjakan instruksi
dari fasilitator. Ada 3 pertanyaan yang harus dijawab
yaitu :
1.) Bagaimana cara ibu mendidik anak ?
2.) Bagaimana ibu mengawasi atau mengontrol anak
dalam pergaulan ?
3.) Apa saja suka-dukanya ?
Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, maka fasilitator pun merangkum dari
seluruh jawaban yang ada. Ternyata, orang tua itu
sebenarnya dalam melaksanakan kewajiban mendidik anak-
anaknya terbatas sekali dalam menggunakan model-model
pendekatan pola asuh yang bisa dilakukan. Sadar maupun
tidak sadar dalam melaksanakan tugas yang mulia
tersebut diwarnai oleh kemampuan yang dimiliki oleh
14
orang tua itu sendiri yang pernah didapatkan dari
keluarga asalnya maupun pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya. Besar kemungkinan ada ketidaktepatan pola
asuh dari orang tua tersebut terhadap anak-anak mereka
karena anak-anak tersebut mempunyai sifat pribadi dan
karakter yang berbeda-beda. Anak yang satu bisa tepat /
cocok dengan model yang dilakukan oleh orang tua,
tetapi ada kemungkinan anak yang satunya atau yang
lainnya lagi tidak cocok dengan model tersebut. Oleh
karena itu, model pola asuh yang tepat bagi anak perlu
digali lebih dalam lagi.
c. Pelatihan III
Dilaksanakan pada tanggal 12 September 2008.
Dihadiri oleh 34 peserta. Bertempat di halaman rumah
warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi mengenai Pola
Asuh Anak di Bidang Kesehatan. Materi disampaikan oleh
Ibu Nur Hidayah, M. Si, yang menekankan pentingnya
orang tua membiasakan pola hidup sehat di dalam
keluarga terutama mendidik anak dalam bidang kesehatan.
15
Dalam pelatihan ini digunakan simulasi mengenai
kegiatan anak sehari-hari terkait dengan kesehatan. Ada
tiga orang peserta yang bermain peran. Salah satu
berperan sebagai anak, sedang dua lainnya berperan
masing-masing menjadi ibu dari anak tersebut dan
dokter. Ketiga orang ini berada di tengah-tengah
lingkaran peserta lainnya yang mengelilingi mereka. Di
tengah lingkaran telah terhampar kertas berukuran besar
yang berisi angka-angka yang dibaliknya berisi
pernyataan mengenai kegiatan anak sehari-hari.
Mekanisme simulasi dilaksanakan dengan mengocok dadu
terlebih dahulu. Setelah keluar jumlah angka dari dua
buah dadu maka baru dijalankan langkahnya. Ketika angka
pada dadu menunjuk pada jumlah lima, maka permainan
dimulai dengan memajukan lima langkah dari awal.
Setelah berhenti pada langkah kelima, baru dibuka
lembaran di balik angka yang dimaksud. Si anak kemudian
membaca pernyataan di kertas tersebut. Setelah itu si
anak diminta pendapatnya mengenai hal tersebut.
Demikian pula dengan si ibu yang juga dimintai pendapat
16
mengenai pernyataan yang tertulis. Bila setuju
dikemukakan alasannya, bila tidak setuju juga
dijelaskan alasannya. Para peserta lain yang
mengelilingi diberi kesempatan pula untuk memberikan
pendapatnya. Terakhir baru si dokter yang menengahi
antara jawaban dari si anak dan si ibu. Demikian
seterusnya sampai simulasi berakhir.
Setelah simulasi berakhir, fasilitator berusaha
merangkum dari seluruh rangkaian pernyataan yang ada
beserta jawaban dari masing-masing anak, ibu, dan
dokter. Pada akhirnya didapat suatu kesimpulan bahwa
pola asuh ibu terhadap anak di bidang kesehatan bisa
dicermati dari kegiatan keseharian anak, antara lain:
1.) Selama ini ketika anak pulang dari sekolah
langsung pulang ke rumah atau bermain dulu di
tempat temannya. Dalam hal ini juga harus
diperhatikan apakah anak tersebut sudah makan
siang atau belum. Artinya kontrol terhadap pola
makan anak dijalankan dengan baik. Apabila anak
pulang sampai sore atau malam hari maka orang tua
17
perlu menanyakan kemana saja seharian anak
tersebut.
2.) Selama ini ketika anak pulang dari sekolah,
apakah langsung membantu orang tua atau bermain.
Hal ini ditinjau dari pandangan orang tua jelas
tentunya lebih senang ketika anak langsung
membantu orang tua dalam hal pekerjaan di dalam
rumah. Lalu bagaimana bila ternyata anak membantu
orang tua dalam arti ikut bekerja mencari uang ?
Tentunya hal ini sebaiknya belum boleh dilakukan
oleh anak, mengingat anak masih tumbuh dan
berkembang dan mempunyai hak untuk menikmati dunia
bermainnya. Bisa dibayangkan betapa anak nantinya
akan terbebani ketika harus memikirkan pelajaran
di sekolah, namun di sisi yang lain masih harus
bekerja mencari uang. Sudah menjadi kewajiban
orang tualah untuk membiayai segala macam
keperluan anak sehari-hari termasuk pula dalam hal
biaya sekolah.
18
3.) Anak dipastikan mandi sehari dua kali. Dalam
hal ini orang tua senantiasa mengontrol apakah
anak sudah mandi atau belum.
4.) Asupan gizi yang dikonsumsi anak juga harus
diperhatikan. Apabila anak setiap hari diberi lauk
daging, tentunya tidak bagus. Akan lebih baik bila
diimbangi dengan sayur, buah dan susu. Dalam arti
makanan yang dikonsumsi sehari-hari memenuhi 4
sehat 5 sempurna. Sesekali anak diberi lauk ikan,
telur, tempe, tahu dan lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar terdapat variasi menu makanan
anak agar anak tidak bosan.
d. Pelatihan IV
Dilaksanakan pada tanggal 25 September 2008.
Dihadiri oleh 35 peserta. Bertempat di halaman rumah
warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi mengenai Hak-
hak Anak sesuai dengan KHA (Konvensi Hak Anak). Materi
disampaikan oleh seorang aktivis Lembaga Pemerhati
Anak, yang menekankan hak-hak anak yang selama ini
belum banyak diketahui. Terutama sekali mengenai hak
19
anak di berbagai bidang dan siapa saja yang bertanggung
jawab melaksanakan hak-hak anak tersebut.
Pertemuan dibuka pada pukul 16.00. Dilanjutkan
dengan pelatihan mengenai hak-hak anak melalui metode
body mapping oleh fasilitator Ibu Islamiyatur Rokhmah,
M. SI dari lembaga KEDASIH. Fasilitator membagi peserta
menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-masing
7 orang. Masing-masing kelompok diberi nama buah-
buahan. Masing-masing kelompok diminta mengerjakan
instruksi dari fasilitator. Salah satu anggota dari
masing-masing kelompok diminta tidur terlentang,
kemudian anggota lainnya menggambar tubuh anggota
kelompok tersebut. Setelah gambar selesai, maka gambar
utuh tubuh anggota kelompok tersebut diberi garis
vertikal yang memotong tubuh menjadi dua bagian. Bagian
kiri diberi tulisan kiri, bagian kanan diberi tulisan
kanan. Setelah itu tiap kelompok diminta menuliskan
perbuatan jelek yang pernah dilakukan orang tua pada
anak pada gambar bagian kiri. Sementara, bagian kanan
diberi tulisan perbuatan baik yang pernah dilakukan
20
orang tua pada anak. Setelah selesai, masing-masing
kelompok diminta perwakilannya untuk maju ke depan
mempresentasikan hasil diskusi kelompok sambil
menempelkan gambar dan tulisan yang telah dibuat ke
dinding. Jawaban dari masing-masing kelompok sangat
bervariasi.
Setelah semua wakil kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya, fasilitator kemudian memberikan
materi tentang hak-hak anak sesuai KHA (Konvensi Hak
Anak) Kemudian fasilitator memberikan kesimpulan dari
diskusi bahwa yang termasuk dalam hak anak antara
lain : bermain, belajar, kasih sayang, nama baik,
perlindungan, dan perhatian. Adapun orang yang
melakukan hak-hak anak adalah : keluarga, masyarakat,
dan pemerintah.
2. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM
Pelaksanaan PPM dengan tema Pelatihan Pola Asuh
Anak dalam Keluarga pada Masyarakat di kampung Jlagran
berjalan dengan baik. Pelaksanaan dilakukan secara
bertahap dengan pemberian materi yang berbeda-beda.
21
Pelatihan I yang menekankan pada pelatihan pola asuh
anak di bidang agama cukup mendapatkan perhatian dari
para peserta. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
peserta yang menanyakan kepada fasilitator mengenai
aktivitas anak di bidang agama. Selama ini sebagian
besar ibu sangat sulit untuk mengajak anaknya untuk
beribadah terutama dalam hal ini adalah ibadah sholat.
Mengingat sebagian besar masyarakat kampung Jlagran ini
beragama Islam, sehingga ibadah sholatlah yang kemudian
menjadi perbincangan yang cukup hangat dalam pelatihan.
Berangkat dari kegelisahan ini, fasilitatorlah
yang kemudian menjelaskan pada peserta bahwa memang
untuk bisa mengajak sholat pada anak, maka orang tua
harus menjadi teladan atau contoh terlebih dahulu.
Bagaimana anak akan menurut pada ajakan orang tua bila
si orang tua sendiri tidak menjalankannya. Setelah
mendengar penjelasan ini, para peserta merasa bersalah
juga selama ini telah mendidik anak di bidang agama
dengan cara yang kurang tepat. Sehingga setelah
pelatihan selesai, peserta mengemukakan akan berusaha
22
menjalankan ibadah sesuai dengan syari’at agama. Dengan
demikian, mereka bisa dengan mudah mengajak anak-anak
untuk beribadah.
Adapun Pelatihan II yang menekankan pada pola asuh
anak di bidang pendidikan dan pergaulan cukup mendapat
sambutan yang hangat dari para peserta. Selama ini
dalam mendidik anak, peserta mengungkapkan bahwa mereka
mendidik dangan sabar dan telaten, agar anak menurut
sesuai dengan yang diinginkan. Namun tidak jarang pula
mereka menggunakan cara-cara yang sedikit otoriter,
agar anak tidak bandel dan menurut apa yang kita
perintah.
Dalam bidang pergaulan pun, anak tetap dikontrol.
Sebagian peserta mengungkapkan bahwa mereka biasa
mengontrol melalui teman si anak, serta menghubungi
ibu/bapak guru melalui HP. Di samping itu, setalah anak
pulang sekolah, para peserta juga memeriksa tas sekolah
anak, kalau-kalau si anak membawa sesuatu yang tidak
wajar. Adapun suka-duka para peserta dalam mendidik
anak sangat bervariasi. Sebagian peserta menyatakan
23
sangat senang bila anak-anak mereka menurut terhadap
apa yang mereka sarankan. Namun di sisi lain, peserta
merasa sedih bila si anak terkadang membantah perkataan
mereka, ngambek tidak mau belajar, salah pergaulan dan
sebagainya.
Setelah mendapatkan pelatihan ini, para peserta
mengemukakan akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa
mendidik anak dengan baik, dengan menggunakan pola asuh
yang tepat tentunya bagi anak.
Pada Pelatihan III, para peserta diberi materi
mengenai pola asuh anak di bidang kesehatan. Pola hidup
sehat perlu diterapkan di dalam keluarga yang bisa
dilakukan dengan cara :
a.) Memberitahukan pada anak untuk mengurangi konsumsi
makanan instan atau cepat saji. Sebab di dalam
makanan instan terdapat zat pengawet yang jika
dikonsumsi secara berlebihan akan membahayakan bagi
kesehatan.
b.) Memberitahukan pada anak untuk berolah raga secara
rutin.
24
c.) Menyediakan sayuran dan buah bagi anak untuk
dikonsumsi.
d.) Memberitahukan pada anak untuk memperbanyak minum
air putih.
Selama pelatihan dengan menggunakan metode
simulasi berlangsung, para peserta mengikuti dengan
penuh antusias. Bahkan selama berlangsungnya simulasi,
ada beberapa peserta yang ikut menyumbangkan
pendapatnya. Hal ini menunjukkan keterlibatan emosional
peserta dalam pelatihan cukup tinggi.
Akhirnya pada Pelatihan IV, para peserta diberikan
materi mengenai hak-hak anak sesuai dengan KHA. Selama
ini para peserta tidak mengetahui apa yang dimaksud
dengan hak anak. Oleh karena itu, setelah melalui
metode body mapping yang memberi kesempatan pada semua
peserta untuk mengungkapkan perbuatan baik dan jelek
yang selama ini telah mereka lakukan pada anak. Baru
setelah itu dijelaskan oleh fasilitator mengenai hal-
hal yang selama ini tidak boleh dilakukan pada anak.
25
Secara keseluruhan proses pelatihan pola asuh ini
berjalan dengan baik, karena dukungan dari warga cukup
membantu pelaksanaan pelatihan. Salah satunya adalah
ketersediaan halaman yang luas di salah satu rumah
warga RT 01 Jlagran yang bisa digunakan tempat
pelatihan. Selain itu sarana-prasarana lain yang juga
mendukung pelatihan sudah tersedia. Pelatihan ini tidak
mengalami hambatan yang berarti. Hanya saja pengetahuan
peserta yang beragam menyebabkan penerimaan yang cukup
bervariasi antara satu peserta dengan peserta yang
lain. Bagi sebagian peserta bisa cukup dijelaskan satu
kali. Namun untuk beberapa peserta lainnya harus
diulang penjelasan lebih dari satu kali. Selain itu
ketidaktepatan waktu peserta dalam menghadiri pelatihan
cukup membuat peserta lainnya menunggu. Akan tetapi hal
ini bisa diatasi dengan mengkondisikan peserta yang
terlambat untuk segera bisa mengikuti materi yang
dilatihkan.
Sampai akhir pelatihan semua peserta merasa senang
karena mendapatkan pengetahuan yang baru. Selama ini
26
mereka telah menerapkan pola asuh yang cenderung
otoriter pada anak, namun ini baru mereka ketahui
setelah mengikuti pelatihan. Meskipun demikian, para
peserta menginginkan setelah pelatihan mereka bisa
menerapkan pola asuh yang sesuai bagi anak dan
mendukung tumbuh-kembang anak serta kemajuan anak di
masa yang akan datang.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Setiap peserta pelatihan menerapkan pola asuh yang
berbeda. Ada yang menerapkan pola permisif, otoriter
dan demokratis. Sebagian besar dari mereka menerapkan
pola otoriter pada berbagai bidang. Setelah pelatihan
para peserta berusaha mengubah pola asuh yang telah
mereka terapkan selama ini agar sesuai dengan tumbuh-
kembang anak serta kemajuan anak di masa yang akan
datang. Terlebih lagi usaha mengubah pola asuh ini
muncul setelah mereka mengetahui hak-hak anak sesuai
KHA yang seharusnya selama ini mereka penuhi.
27
2. Saran
1.) Sebaiknya anak dibiarkan menikmati masa
bermainnya, karena dengan memaksakan kehendak
orang tua pada anak seperti mengharuskan anak
mengamen di jalan dengan sendirinya telah merampas
dunia kanak-kanak mereka.
2.) Perlunya penguatan pada orang tua agar tidak
terus-menerus mengkaryakan anaknya untuk
mendapatkan uang dengan tanpa susah payah bekerja
keras. Lambat laun para orang tua ini akan
menghargai sebuah proses menuju kesuksesan
dibandingkan budaya malas yang menghinggapi selama
ini.
3.) Perlunya tindak lanjut atas pelatihan pola
asuh yang telah diselenggarakan. Tindak lanjut ini
bisa berupa monitoring terhadap para peserta
pelatihan maupun kegiatan lain yang mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
28
Busono, Tjahjani, dkk. 2005. Perubahan Sosial di desa AsalMigran TKW ( Studi Kasus di Kecamatan Ciranjang Kabupaten.Ciawi Jawa Barat ). Tidak diterbitkan
Nuryoto, Sartini. Pola Asuh Anak. (disampaikan dalamsarasehan “ Pola Asuh Anak yang Adil Gender ”,24 Juli 1998 di Benteng Vredeberg. Yogyakarta.
Tim Penggerak PKK Pusat. 1995. Pola Asuh Anak dalam Keluarga: Pedoman bagi Orang Tua, Jakarta
Pola Hidup Sehat. Tersedia pada http://organisasi.org/keuntungan-manfaat-penerapan-pola-hidup-sehat-ilmu pengetahuan-kesehatan. Diakses pada tanggal 12 Setember 2008
Pola Hidup Sehat. Tersedia pada http ; //id.shvoong.com/medicine-and-health/1747401-lakukan-pola-hidup-sehat/. Diakses pada tanggal 12 September 2008
29