Artikel Kesejahteraan Anak

10
TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK (KJR 212) PERAN PERAWAT ANAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KLIEN Oleh : Yony Trisno Adianto Nim. 020100039 DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Transcript of Artikel Kesejahteraan Anak

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK (KJR 212)

PERAN PERAWAT ANAK DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN KLIEN

Oleh :

Yony Trisno Adianto

Nim. 020100039

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEHNIK KESEHATAN MALANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG

2004

Artikel I

Judul :

Saat Orang Tua memilih Full Day Pre- School untuk

Anaknya

8 Jam Bersama Guru, Bekerja Tak Ragu

Pembahasan :

Kebutuhan belajar anak merupakan salah satu hak

anak yang telah tercantum dalam deklarasi hak anak,

yaitu berhak untuk mendapatkan pendidikan. Dalam

menghadapi masalah yang menghadapkan anak dengan orang

tua yang disibukkan dengan pekerjaan, perawat anak

dapat berperan sebagai Family Advocacy. Peran ini mencakup

kegiatan :

a. Bersama dengan keluarga, mengidentifikasi

kebutuhan anak dan merencanakan intervensi yang

sesuai dengan kondisi anak.

b. Meyakinkan keluarga tentang tempat pelayanan yang

sesuai dan menjelaskan dengan tepat kepada orang

tua prosedur perawatan dan terapi yang tepat bagi

anak.

c. Menyarankan perubahan kepada orang tua demi

kesejahteraan anak.

d. Menggunakan pengetahuan untuk menyesuaikan

perawatan anak baik fisik, mental secara optimal.

Dalam menghadapi masalah yang telah diutarakan di

atas, maka aplikasi peran perawat anak sebagai Family

Advocacy adalah sebagai berikut :

a. Bekerja sama dengan anggota keluarga

mengidentifikasi kebutuhan belajar anak yang

sesuai dengan masa pertumbuhan dan

perkembangannya yaitu usia Pre- school, misalnya

dengan memberikan mainan yang bersifat edukatif,

dapat melatih kemampuan motorik anak, dan

tentunya menarik perhatian anak serta disukai

oleh anak.

b. Perawat anak dapat memberikan penjelasan dan

meyakinkan keluarga untuk dapat memberikan hak

belajar anak mulai usia Pre-school dengan

memasukkannya dalam lembaga pendidikan yang

sesuai. Lembaga-lembaga pendidikan Pre-school

seperti Playgroup dan Kidergarten secara umum

akan menyediakan fasilitas bermain anak seperti

ayunan, jungkat-jungkit, papan luncur, dan papan

titian yang nantinya dapat melatih kemampuan

motorik anak.

c. Saran lain juga dapat disampaikan oleh perawat

anak (sesuai dengan peran Family Advocacy yang

dimiliki) kepada orang tua yang sibuk bekerja

tetapi masih mengingkan anaknya memperoleh segala

kebutuhannya sesuai dengan masa tumbuh kembangnya

yaitu dengan mengikutkan anak pada lembaga

pendidikan Pre-school yang ada. Langkah ini lebih

disarankan karena selama kedua orang tua bekerja,

kebutuhan belajar, bermain, dan bersosialisasi

anak dapat terpenuhi daripada anak seharian

berada pada pengawasan seorang babysitter yang dapat

membuat anak merasa jenuh dan bosan.

Keberadaaan Pre-school pada salah satu sisi memang

memberikan keuntungan bagi orang tua maupun anak,

tetapi dengan sistem pendidikan Fullday yang diterapkan,

secara otomatis waktu untuk orang tua dan anak untuk

bersama akan berkurang, maka Perawat anak dapat

memberikan solusi kepada orang tua yaitu dengan

mengadakan suatu perubahan pada pola asuh anak yaitu

dengan mengadakan kesepakatan pembagian waktu bekerja

antara ayah ataupun ibu si anak, sehingga setiap hari

anak lebih merasakan kehadiran kedua orang tuanya. Jika

hal tersebut tak dapat tercapai, maka peningkatan

kualitas waktu bersama antara orang tua dan anak segera

perlu untuk dilaksanakan, karena mendapat cinta, kasih,

dan sayang juga hak anak yang dapat membantu membentuk

kepribadian anak sesuai dengan masa pertumbuhan dan

perkembangannya.

Artikel II

Judul :

SOS (Save Our Soul) Kinderdorf Flores, Panti Asuhan

Terbesar Se- NTT

Seorang Ibu Mengurus 12 Anak dan Tak

Boleh Menikah

Pembahasan :

Pertumbuhan dan perkembangan anak sebagian

dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak tinggal. Orang

tua merupakan tempat bagi anak untuk mendapatkan segala

kebutuhan yang berkaitan dengan masa tumbuh-

kembangnya, terutama kebutuhan akan kasih, sayang, dan

perhatian. Hal tersebut akan berbeda jika kedua orang

tua anak menelantarkan anak dengan alasan-alasan

khusus, misalnya sudah tak mampu untuk mengurus anak

karena untuk mengurus diri mereka sendiri, mereka

merasa kesulitan. Hal itu dapat disebabkan karena

keterbatasan kemampuan ekonomi atau dengan keadaan

lain, kedua orang tua anak sudah meninggal dunia dan

tidak ada kerabat atau saudara yang bersedia untuk

mengasuhnya, maka panti asuhan merupakan salah tempat

yang dapat diandalkan.

Panti asuhan sebagai suatu kelompok akan dipandang

sebagai suatu lingkungan yang berbeda dengan lingkungan

yang dimana anak tinggal serumah dengan kedua orang

tua. Dalam panti asuhan, anak akan belajar bagaimana

mereka berbagi kebahagiaan dengan teman-teman mereka

yang menjadi saudara satu keluarga di panti asuhan.

Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan akan ditemui

beberapa persoalan tentang perawatan anak, karena

secara individual, anak memiliki masa tumbuh-kembang

yang harus mendapatkan perhatian khusus agar dapat

berjalan secara optimal. Dalam perawatan anak, salah

satu prinsip perawatan adalah meminimalkan atau

mencegah perpisahan dari keluarga, tetapi dalam masalah

ini anak telah mengalami perpisahan dengan keluarga

sehingga orientasi perawatan akan bergeser pada upaya

bagaimana menjaga kesehatan anak baik kesehatan fisik

maupun mental ketika dihadapkan keluarga yang sekarang

adalah keluarga yang berbeda dengan keluarga inti yang

terdahulu sebelum mereka masuk dalam lingkungan panti

asuhan. Peran perawat anak yang muncul dan berkaitan

dengan permasalahan ini dapt terkait dengan peran

sebagai family advocacy, Supporter atau Counselor, Prevention dan

Health Teaching.

Peran perawat anak sebagai family advocacy dalam

lingkungan panti asuhan dapat diaplikasikan dalam

kegiatan bersama dengan anggota keluarga panti (dalam

hal ini adalah ibu panti) untuk mengidentifikasi

kebutuhan anak, baik itu kebutuhan yang bersifat fisik

seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan, ataupun

kebutuhan anak yang bersifat psikis seperti kasih

sayang, pendidikan, kesehatan dan lain-lain serta

merencanakan intervensi yang sesuai dengan permasalahan

yang ditemui. Tidak menutup kemungkinan perawat anak

melibatkan anggota keluarga panti yang lain dalam upaya

perawatan anak yamg memiliki masalah dengan pemenuhan

kebutuhan dalam masa tumbuh-kembangnya.

Peran Supporter dan Counselor oleh perawat anak dapat

muncul ketika menghadapi persoalan dimana keluarga

datang untuk meminta konseling kepada perawat anak.

Dalam peran ini perawat juga memberikan motivasi dan

dukungan moral untuk memenuhi kebutuhan emosional anak

ketika anak sedang dalam masa rehabilitatif.

Pemberian pendidikan kesehatan dan penyuluhan pada

keluarga panti asuhan dilakukan untuk mencegah

penyebaran penyakit di lingkungan Panti. Penyebaran

penyakit di lingkungan panti dapat terjadi jika salah

satu anggota keluarga panti, misalnya satu anak

terjangkit penyakit, maka anak yang lain berpotensi

untuk tertular karena mereka selalu dalam tempat yang

sama dalam melakukan berbagai aktivitas. Peran Prevention

dan Health Teaching perawat anak dapat diartikan dalam

situasi diatas.

Kesejahteraan anak asuh yang berada di panti

dalam segi kebutuhan secara fisik dapat terpenuhi dari

donatur atau orang tua asuh yang ada, tetapi

permasalahan anak asuh yang tinggal di panti asuhan

yang sering muncul adalah permasalahan yang berkaitan

dengan pemenuhan kasih sayang oleh orang tua, karena

orang tua asuh yang ada tidak hanya menghadapi satu

anak asuh saja. Pada sisi baiknya dengan adanya anak

asuh yang beragam dan memiliki beragam karakteristik

pula, anak dapat belajar untuk saling bergaul,

bersosialisi dan bermasyarakat.

Artikel III

Judul :

Pendidikan, Upaya Hindari Eksploitasi

Pembahasan :

Kesejahteraan anak pada lingkungan perang dapat

dikatakan sangat memprihatinkan, khususnya di tempat

pengungsian. Keadaan memaksa anak untuk membantu

kehidupan ekonomi mereka yang terganggu akibat perang,

masa dimana mereka habiskan untuk bermain, belajar, dan

mendapatkan kasih sayang tersita oleh pekejaan. Hal ini

tentunya akan membawa dampak negatif pada masa

pertumbuhan dan perkembangan anak yang selanjutnya,

anak dengan kondisi yang seperti ulasan di atas akan

mengalami trauma yang berkepanjangan baik secara fisik,

mental, dan emosi.

Peran perawat anak yang dapat muncul pada kondisi

seperti ini adalah peran yang dapat memberikan saran

dan pendapat kepada keluarga anak untuk mencari jalan

keluar lain untuk mengatasi keadaaan ekonomi keluarga

Tampa mengorbankan masa tumbuh kembang anak mereka

dengan membantu mencari nafkah pada saat mereka berada

pada waktu untuk memuaskan diri dalam bermain. Peran

seperti yang diutarakan di atas adalah peran yang

disebut dengan peran Family Advocacy. Dalam hal lain juga

dapat dikaitkan adanya peran perawat anak sebagai

Supporter dan Conselor. Perawat anak dalam lingkungan

pengungsian dapat memberikan motivasi dan dukungan

kepada anak yang menjadi korban perang sehingga trauma

emosional pada anak dapat teratasi. Dalam merawat anak

korban perang dengan luka fisik, perawat dapat berperan

sebagai Koordinator atau kolaborasi dengan anggota tim

kesehatan yang lain dalam melakukan asuhan keperawatan

selain melakukan fungsi peran sebagai Therapeutic Role dan

Health Care Planer dan tak menutup kemungkinan untuk

melibatkan anak sebagai klien dan keluarga dalam proses

perawatan.