Artikel KWU UMB Anik Suprapto

21
PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KULIAH KEWIRAUSAHAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN INTENSI BERWIRAUSAHA Anik Herminingsih, Suprapto, dan Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 anikherminingsih @yahoo.com Suprapto Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 Rike Iskandar Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 ABSTRAK Universitas Mercu Buana Jakarta memiliki misi mengembangkan kompetensi dan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan, sehingga kewirausahaan merupakan mata kuliah ciri Universitas Mercu Buana yang diberikan kepada semua mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa, dan memberikan kompetensi yang dibutuhkan dalam memulai usaha, sehingga meningkatkan sikap terhadap kewirausahaan yang selanjutnya akan meningkatkan minat mereka untuk berwirausaha. Penelitian bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis persepsi mahasiswa tentang pendidikan kewirausahaan dan pengaruhnya terhadap sikap kewirausahaan dan intensi berwirausaha. Sebanyak 108 mahasiswa yang duduk di semester 6 dan 8 dilibatkan sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel tersebut dilaksanakan mengingat bahwa pada semester 6 mahasiswa sudah memperoleh mata kuliah kewirausahaan. Data diperoleh dengan menggunakan kuisoner kemudian diolah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang kuliah kewirausahaan, sikap kewirausahaan dan intensi berwirausaha berada pada kategori sedang. Pengujian hipotesis dengan menggunakan SEM menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang kuliah kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha melalui pembentukan sikap terhadap kewirausahaan. Kata kunci : structural equation modeling, kompetensi kewirausahaan, mata kuliah ciri universitas PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut statistik, jumlah wirausahan di Indonesia sangat minim. Pada 2007, baru tercatat 0,18 % atau 400.000 dari jumlah penduduk

Transcript of Artikel KWU UMB Anik Suprapto

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KULIAH KEWIRAUSAHAAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN INTENSI

BERWIRAUSAHA

Anik Herminingsih, Suprapto, dan Universitas Mercu Buana

Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650anikherminingsih @yahoo.com

SupraptoUniversitas Mercu Buana

Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650

Rike IskandarUniversitas Mercu Buana

Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650

ABSTRAKUniversitas Mercu Buana Jakarta memiliki misi mengembangkan

kompetensi dan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan, sehinggakewirausahaan merupakan mata kuliah ciri Universitas Mercu Buana yangdiberikan kepada semua mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan ditujukanuntuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa, dan memberikan kompetensiyang dibutuhkan dalam memulai usaha, sehingga meningkatkan sikapterhadap kewirausahaan yang selanjutnya akan meningkatkan minatmereka untuk berwirausaha. Penelitian bertujuan untuk mengkaji danmenganalisis persepsi mahasiswa tentang pendidikan kewirausahaan danpengaruhnya terhadap sikap kewirausahaan dan intensi berwirausaha.Sebanyak 108 mahasiswa yang duduk di semester 6 dan 8 dilibatkansebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel tersebut dilaksanakanmengingat bahwa pada semester 6 mahasiswa sudah memperoleh matakuliah kewirausahaan. Data diperoleh dengan menggunakan kuisonerkemudian diolah dengan menggunakan analisis regresi linier bergandadan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Hasil analisis statistikdeskriptif menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang kuliahkewirausahaan, sikap kewirausahaan dan intensi berwirausaha beradapada kategori sedang. Pengujian hipotesis dengan menggunakan SEMmenunjukkan bahwa persepsi mahasiswa tentang kuliah kewirausahaanberpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha melaluipembentukan sikap terhadap kewirausahaan.

Kata kunci : structural equation modeling, kompetensi kewirausahaan,mata kuliah ciri universitas

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Penelitian

Menurut statistik, jumlah wirausahan di Indonesia sangat minim.Pada 2007, baru tercatat 0,18 % atau 400.000 dari jumlah penduduk

Indonesia yang mencapai 230 juta. Sebagai pembanding, jumlahwirausahawan di Amerika Serikat mencapai 2,14 % pada 1983. Bahkan diSingapura, berdasarkan laporan Global Entrepreneurship Moneter (2005),jumlah entrepreneur 2,1% (2001) menjadi 7,2 % (2005). Bandingkan denganIndonesia, untuk mengacu pada jumlah ideal 2% saja, seharusnya jumlahwirausahawan Indonesia 4,4 juta orang. Untuk menjadi negara yangdianggap makmur, Indonesia perlu tambahan paling sedikit 4 jutawirausahawan.

Kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting dalamperekonomian Indonesia karena kewirausahaan memiliki peran untukmenambah daya tampung tenaga kerja, generator pembangunan, contohbagi masyarakat lain, membantu orang lain, memberdayakan karyawan,hidup efisien, dan menjaga keserasian lingkungan. Jiwa kewirausahaanakan mendorong seseorang memanfaatkan peluang yang ada menjadisesuatu yang menguntungkan. Pendorong utama meningkatnya kebutuhankewirausahaan adalah munculnya ragam kesempatan berusaha dalamproduksi dan pemasaran barang dan jasa (Alma 1999).

Menurut Hisrich dan Peters dalam Wijaya (2007), pendidikanpenting bagi wirausaha. Bukan hanya gelar yang didapatkannya saja,namun pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantumengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasidan sebagainya. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa 70 persenwirausahawati adalah lulusan perguruan tinggi. Secara lebih spesifikpenelitian ini menemukan bahwa pendidikan yang dibutuhkan untukberwiraswasta termasuk dalam area finansial, strategi perencanaan,pemasaran dan manajemen. Kram et al. dalam Farzier dan Niehm (2008)menemukan bahwa pendidikan dan pelatihan mempengaruhi persepsi orangterhadap karir kewirausahaan, dengan menyediakan kesempatan untukmensimulasikan memulai usaha.

Jiwa dan kepribadianseseorang paling tidak di pengaruhi oleh.dua hal, yaitu bakat danlingkungan. Mengingat besarnya proporsi keduafaktor yang cukupmembingungkan yaitu 50%:50%, maka agaknya hal iniperlu dikaji lebihlanjut. Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannyapendidikan kewirausahaan didalam kurikulum perguruan tinggisekarang.Memang akhir-akhir ini sudah banyak pelatihan-pelatihanyangdiadakan baik oleh pemerintah maupun pihak swastamengenaikewirausahaan. Bahkan di Amerika Serikat sendiri, yang banyakmelahirkanahli-ahli dalam bidang bisnis dan kewirausahaan, sudahbanyak kursus-kursusyang memberikan pengetahuan mengenaikewirausahaan. Salah satunya disekolah bisnis terkenal HarvardBusiness School. Dari institusi pendidikan jugatelah banyak lahirkonsep-konsep mengenai bagaimana menjadiwirausahawan yang baik.

Tujuan khusus pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggiantara lain adalah untuk menumbuhkan wirausaha-wirausaha yangmemiliki pengetahuan yang lebih lengkap agar mereka terjun sebagaipengusaha dalam meningkatkan kapasitas perekonomian. Pendidikankewirausahaan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa,juga secara lebih luas dapat meningkatkan keberhasilan wirausahaataupun kepuasan dalam karir mereka. Menurut Curran and Stanworth(1989), Block and Stumpf (1992) dan juga Garavan and O’Cinneide(1994) secara umum pendidikan kewirausahaan mencakup tujuan-tujuan

membangun kompetensi kewirausahaan. Kewirausahaan merupakan kombinasidari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berbeda di atasterdaftar (Fiet, 2001a).

Kewirausahaan merupakan mata kuliah ciri Universitas MercuBuana yang diberikan kepada semua mahasiswa. Evaluasi kegiatanperkuliahan kewirausahaan dilaksanakan secara periodik, namun belumpernah dilaksanakan berkaitan dengan persepsi mahasiswa mengenai apayang diharapakan dan apa pengaruhnya terhadap intensi berwirausaha.Mengingat pentingnya analisis pengaruh perkuliahan kewirausahaan makapenelitian bertujuan sebagai berikut :

1. Menganalisis persepsi mahasiswa mengenai kuliah kewirausahaan.2. Menganalisis sikap mahasiswa terhadap kewirausahaan.3. Menganalisis minat wirausaha mahasiswa.4. Menganalisis pengaruh persepsi mahasiswa tentang perkuliahan

kewirausahaan serta pengaruhnya terhadap sikap kewirausahaandan minat atau itensi kewirausahaan.Penelitian diharapkan memberikan masukan kepada pengelola

perkuliahan kewirausahaan di UMB khususnya dan di perguruan tinggipada umumnya. Disain kurikulum dan metode pengajaran sangat pentingagar perkuliahan kewirausahaan dapat meningkatkan sikap positifterhadap kewirausahaan dan meningkatkan minat mahasiswa untuk menjadiwirausahawan.

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Kajian Teori2.1.1. Kewirausahaan

John Kao dalam Sudjana (2004) menyebutkan bahwa kewirausahaanadalah sikap dan perilaku wirausaha. Kewirausahaan yang seringdikenal dengan sebutan entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis yangditerjemahkan secara harfiah adalah perantara. Secara lebih luaskewirausahaan didefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yangberbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan,memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainyaserta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Namundemikian, istilah kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai sikapdan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa, dankarsa serta karya atau menggabungkan kreativitas, tantangan, kerjakeras, dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal sehingga dapatmemberikan nilai tambah maksimal terhadap jasa, barang, maupunpelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupanmasyarakat. Kewirausahaan merupakan suatu kualitas dari sikapseseorang daripada hanya sekedar keahlian. Seorang wirausaha memilikikualifikasi yang tahan banting, selalu mencari peluang, dan memilikivisi (Sutanto 2002).

Wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang laindengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaanmiliknya sendiri dan bersedia mengambil resiko pribadi dalammenentukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara

produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya,serta mengatur permodalan operasinya (Riyanti 2003)

2.1.2. Teori Perilaku yang DirencanakanPara teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang

terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor apakah ia akanmelakukan suatu tindakan atau tidak. Fishbein dan Ajzen (1975)berpendapat berbeda, mereka menyatakan bahwa sikap seseorang itubelum cukup pasti untuk memunculkan suatu perilaku. Melalui TeoriAksi Beralasan (Theory of Reasoned Action) yang dikenal dengan singkatanTRA, keduanya kemudian menambahkan faktor norma subjektif sebagaifaktor tekanan lingkungan yang ikut andil dalam memunculkan perilaku.Akumulasi dari faktor sikap dan norma subjektif tersebut disebutsebagai intensi atau niat (intention).

Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan bahwa intensi seseorangterhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu sikap perilakutertentu (attitude toward the behavior) dan norma subjektif (subjective norms).Sikap merupakan evaluasi atau penilaian positif atau negatifseseorang terhadap sejumlah kepercayaan (belief) terhadap objektertentu. Sementara itu, norma subjektif yaitu sejauh mana keinginanindividu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap pentingberkaitan dengan perilaku tertentu. Gambar 1 dapat memperjelaspemahaman tentang intensi yang telah diuraikan di atas.

Gambar 1.Model Teori Reason Action

2.1.3. SikapDalam studi kepustakaan mengenai sikap diuraikan bahwa sikap

merupakan produk dari sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuaidengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyektertentu, berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tersebutdipengaruhi oleh lingkungan social dan kesediaan untuk bereaksi dariorang tersebut pada obyek. Pada dasarnya sikap adalah suatu carapandang terhadap sesuatu.Sikap memiliki tiga komponen yaitu : 1)Komponen kognisi yang hubungannya dengan beliefs, ide dan kosnep, 2)Komponen Afeksi yang menyangkut kehidupan emosional, dan 3) KomponenKonasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Sikap social terbentuk dari adanya interaksi sosial yangdialami oleh individu. Interaksi sosial lebih mengandung arti lebihdari pada sekedar kontak sosial dan hubungan antar individu sebagaianggota kelompok sosial. Dan interkasi sosial, individu beraksimembentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang

dihadapinya. Diantara berbagai factor yang mempengaruhi pembentukansikap adalah :

Pengalaman Pribadi; yakni apa yang telah kita alami akan ikutmembentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untukdapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyaipengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatanitu membentuk sikap positif atau negatif akan tergantung padaberbagai factor lain.Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karean itusikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebutterjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional. Dalam situasiyang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebihmendalam dan lebih lama berbekas.

Acuan; yakni dimana pada umumnya, individu cenderung untukmemiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yangdianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi olehkeinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflikdengan orang yang dianggap penting tersebut.

Pengaruh Kebudayaan; Burrhus Frederic seperti yang dikutipAzwar sangat menekankan pengaruh lingkugan (termasuk kebudayaan)dalam membentuk pribdai seseorang. Kepribadian merupakan pola prilakuyang konsisten yang menggambarkan sejarah penguat (reinforcement)yang dialami.

Media Massa; Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massaseperti televise, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyaipengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkanopini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesautu halmemberikan landasanan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadaphal tersebut. Jika cukup kuat, [esan-pesan sugestif akan member dasarefektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikaptertentu.

Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama; Lembaga Pendidikan sertalembaga agama sebagai suatu system mempunyai pengaruh dalampembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertiandan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan systemkepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannyakemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikapindividu terhadap sesuatu hal.Apabila terdapat sesuatu hal yangbersifat controversial, pada umumnya orang akan mencari informasilain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orangtersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaranmoral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agamasering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

Faktor Emosional; Tidak semua bentuk sikap ditentukan olehsituasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadangseuatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluan frustasi atau pengalihanbentuk mekanisme pertahanan ego.Sikap demikian dapat merupakan sikapyang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akantetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahanlama.

2.1.4. Intensi BerwirausahaPerilaku seseorang dapat diprediksi melalui pengukuran sikapnya

terhadap suatu objek tertentu. Pendekatan ini dapat dijembatanidengan melihat intensi untuk menampilkan perilaku tertentu dalam diriseseorang. Intensi secara harfiah bermakna niat. Fishbein dan Ajzen(1975) mendefinisikan intensi atau niat ini sebagai kemungkinansubjektif (subjective probability) individu untuk berperilaku tertentu.Intensi merupakan dimensi probabilitas lokasi subjektif seseorangyang menghubungkan antara dirinya dengan suatu tindakan tertentu.Dengan kata lain, intensi merupakan besarnya dimensi probabilitassubjektif seseorang yang akan ditampilkan dalam bentuk perilakutertentu. Intensi dipandang sebagai ubahan yang paling dekat dariindividu untuk melakukan perilaku, maka dengan demikian intensi dapatdipandang sebagai hal yang khusus dari keyakinan yang obyeknya selaluindividu dan atribusinya selalu perilaku (Fishbein & Ajzen 1975). Menurut Ajzen (1988) pembentukan intensi pada diri seseorang terikatdalam suatu perilaku tertentu. Intensi terbentuk dalam rangkamemenuhi faktor-faktor kebutuhan yang memiliki dampak pada perilaku.Intensi juga menandakan bagaimana upaya seseorang bertekad untukmencoba dan berencana untuk menampilkan perilaku tertentu.

Santoso (1995) beranggapan bahwa intensi adalah hal-hal yangdiasumsikan dapat menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampakkuat pada tingkah laku. Hal ini mengindikasikan seberapa kerasseseorang berusaha dan seberapa banyak usaha yang dilakukan agarperilaku yang diinginkan dapat dilakukan. Jika sikap positif danindividu terdorong untuk berbuat sesuai harapan lingkungan untukmelakukan suatu perbuatan, ditambah individu melihat bahwa tidak adahambatan baginya untuk berperilaku maka kemungkinan munculnyaperilaku tinggi. Dengan kata lain, niatnya besar. Bila sikap negatif,individu tidak mau menentang harapan lingkungan padanya, dan individumerasa tidak akan mampu melakukan suatu perbuatan, maka niat menjadilemah, yang ini berarti kemungkinan dia berperilakupun rendah (Wijaya2007).

Penelitian untuk melihat aspek intensi kewirausahaan seseorangtelah mendapat perhatian cukup besar dari para peneliti. Intensikewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yangdapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz &Gartner 1988). Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akanmemiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yangdijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha.Intensi kewirausahaan adalah prediksi yang reliabel untuk mengukurperilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan (Krueger et al.

2000). Umumnya, intensi kewirausahaan adalah keadaan berfikir yangsecara langsung dan mengarahkan perilaku individu ke arahpengembangan dan implementasi konsep bisnis yang baru (Birds, 1988dalam Nasrudin et al. 2009).

2.1.5. Pendidikan Kewirausahaan Pengaruh pendidikan kewirausahaan selama ini telah

dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkandan mengembangkan hasrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangangenerasi muda. Pendidikan memainkan peran penting pada saat wirausahamencoba mengatasi masalah-masalah dan mengoreksi penyimpangan dalampraktek bisnis (Kourilsky & Walstad 1998).

Melalui pendidikan formal, belajar kewirausahaan dapatdilakukan melalui Mata Kuliah Kewirausahaan yang bisa memberikanpemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantanganyang dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah yang harus diatasiagar berhasil. Pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formaltersebut terkait langsung dengan bidang usaha yang dikelola. Semakinbanyak seseorang tertarik untuk belajar dalam dunia pendidikan akanmeningkatkan dalam usahanya (Utami 2007). Rahmawati (2000) mengatakanbahwa paket pendidikan kewirausahaan akan membentuk siswa untukmengejar karir kewirausahaan. Meski pendidikan formal bukan syaratuntuk memulai usaha baru, pengetahuan yang diperoleh dari pendidikanformal memberi dasar yang baik apalagi bila pendidikan formaltersebut terkait dengan bidang usaha yang dikelola (Riyanti 2003).

Kewirausahaan juga dapat dipelajari dari pendidikan nonformal.Pendidikan kewirausahaan nonformal sangat penting karena mahasiswayang mengetahui prinsip-prinsip kewirausahaan dan pengelolaan bisnisdari pendidikan formalnya tersebut belum tentu menjadi wirausaha yangsukses. Mereka perlu dibekali dengan berbagai atribut, keterampilandan perilaku yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan merekadengan pelatihan kewirausahaan (Brockhaus dalam Bell 2008). Kram et aldalam Farzier dan Niehm (2008) menemukan bahwa pendidikan danpelatihan mempengaruhi persepsi orang terhadap karir kewirausahaan,dengan menyediakan kesempatan untuk mensimulasikan memulai usaha.

2.1.6. Tujuan Pendidikan KewirausahaanTujuan khusus pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi

antara lain adalah meningkatkan pengetahuan mahasiswa, juga secaralebih luas dapat meningkatkan keberhasilan wirausaha ataupun kepuasandalam karir mereka. Menurut Curran and Stanworth (1989), Block andStumpf (1992) dan juga Garavan and O’Cinneide (1994) secara umumpendidikan kewirausahaan mencakup tujuan-tujuan sebagai berikut :1. Untuk memperoleh pengetahuan yang terkait dengan kewirausahaan.

Tujuan ini mengacu pada pembelajaran pengetahuan, konsep danteknik tentang beberapa bidang tertentu atau disiplin, terkaitdengan bidang kewirausahaan. Hal tersebut misalnya mengenai cara-cara alternatif untuk mengidentifikasi peluang bisnis, kerangkauntuk mengidentifikasi sumber daya dan kendala, juga cara-carauntuk memulai usaha dan lain-lain.

2. Untuk memperoleh keterampilan dalam menggunakan teknikanalisismengenai situasi bisnis dan penyusunan proposal bisnis (businessplan). Hal tersebut untuk meningkatkan keterampilan analisis dansintesis dalam penggunaan pengetahuan tentang akuntansi, pemasarankeuangan, dan manajemen umum dengan cara holistik. Misalnya,pengembangan rencana bisnis untuk usaha baru membutuhkan integrasiketerampilan fungsional dan kompetensi ke dalam kerangka tunggal.

3. Untuk mengidentifikasi dan merangsang dorongan bakat, danketrampilan kewirausahaan. Sehingga meningkatkan kesadaranindividu dari kemungkinan karir usaha baru dan mendukung merekadalam pengembangan kesadaran tentang minat, kemampuan, dan potensukewirausahaan mereka.

4. Tujuan pendidikan kewirausahaan juga untuk memberikan ketrampilantentang bagaimana mengelola risiko, serta mengurangi bias untukmengindari risiko.Hal tersebut berbeda dengan pendidikan bisnistradisional yang cenderng menekankan analisis kuantitatif danpenekanan bahwa tindakan baru bisa dilaksanakan apabila semua datayang diperlukan tersedia.

5. Untuk mengembangkan empati dan dukungan terhadap aspek-aspek unikdari kewirausahaan. Hal ini mengacu pada keinginan / kebutuhanbeberapa individu untuk memahami dan belajar konsep yang berkaitandengan kewirausahaan tanpa maksud untuk mereka aplikasilan secaralangsung, mirip perilaku beberapa orang yang mempelajari bidangapapun di luar bidang utama studi mereka (Block dan Stumpf, 1992).

6. Untuk merevisi sikap terhadap perubahan. Tujuan ini bertujuanmendidik orang tentang bagaimana mendorong bawahan mereka untukberinovasi. Ini berarti bahwa diperlukan kegiatan belajar yanglebih emosional, bukan semata belajar secara kognitif.

7. Untuk mendorong pendirian usaha baru dan usaha kewirausahaanlainnya. Ini bertujuan untuk stimulus langsung dalam mengembangkanusaha baru, wirausaha dan karir berorientasi kewirausahaan. Tujuanseperti itu biasanya mengacu pada program masyarakat danuniversitas untuk orang-orang yang memiliki keinginan menjadipengusaha (Garavan dan O'Cinneide, 1994).

8. Untuk merangsang dan mensosialisasikan elemen afektif, berupasikap, nilai-nilai, pola pikir psikologis dan strategi yangdiperlukan untuk berperan sebagai wirausahawan. Proses sosialisasitersebut menurut Curran dan Stanworth (1989) membuat orang-orangyang ingin menjadi pengusaha melakukan refleksi atas tuntutan-tuntutan peran seorang pengusaha. Ini menunjukkan perlunyaperhatian dalam belajar untuk mempersiapkan kebutuhan psikologisyang besar tentang peran mereka di masa depan.

Berdasarkan uraian di atas maka pendidikan kewirausahaan harusdapat memenuhi tujuan-tujuan tersebut agar efektif dalam meningkatkanjumlah wirausaha. Dengan kata lain, pendidikan kewirausahaanmerupakan strategi membangun apa yang disebut kompetensikewirausahaan, yang dianggap sebagai kombinasi dari pengetahuan,keterampilan dan sikap (Fiet, 2001a).

2.2. Penelitian Terdahulu

Secara garis besar penelitian seputar intensi kewirausahaandilakukan dengan melihat tiga hal secara berbeda-beda, yaitukarakteristik kepribadian; karakteristik demografis; dankarakteristik lingkungan. (Indarti dan Rostiani, 2008) Beberapapeneliti terdahulu membuktikan bahwa faktor kepribadian sepertikebutuhan akan prestasi dan efikasi diri (Gilles dan Rea, 1999) dalamIndarti dan Rostiani (2008) merupakan prediktor signifikan intensikewirausahaan. Karakteristik demografi seperti umur, jenis kelamin,latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja seseorangdiperhitungkan sebagai penentu bagi intensi kewirausahaan. Sebagaicontoh, penelitian dari India (Sinha, 1996)menemukan bahwa latarbelakang pendidikan seseorang menentukan tingkat intensi seseorangdan kesuksesan suatu bisnis yang dijalankan. Faktor lingkunganseperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional sertafaktor budaya juga dapat mempengaruhi intensi kewirausahaan.(Kristiansen, 2002).

Penelitian ini mengembangkan penelitian yang pernah dilakukanoleh Indarti dan Rostiani. (2008) yang melakukan penelitian denganjudul “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan AntaraIndonesia, Jepang dan Norwegia”; dan penelitian Setiyorini (2009)meneliti minat berwirausaha mahasiswa Universitas Sebelas MaretSurakarta dengan judul ”Pengaruh Faktor Personal dan Lingkunganterhadap Keinginan Berwirausaha”. Teknik analisis yang digunakandalam kedua penelitian tersebut adalah analisis regresiberganda.Penelitian ini meneliti lebih jauh mengenai “Pengaruhkebutuhan akan prestasi, efikasi diri dan faktor lingkungan terhadapintensi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Mercu BuanaJakarta”.Perbedaan dengan penelitian Indarti dan Rostiani (2008) danSetiyorini (2009) diantaranya adalah terletak pada teknikanalisisnya, dimana dalam penelitian ini menggunakan SEM (StructuralEquation Modelling).

Morello et al. (2003) dalam Setyorini (2009) mengadakan studi diEkuador dengan judul ”Entrepreneurial Intention of Undergraduates at ESPOL inEquador”. Hasil penelitian mendapatkan fakta bahwa 1) mahasiswa yangmemiliki orang tua sebagai pengusaha memiliki minat kewirausahaanyang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki orang tuayang berprofesi sebagai pengusaha, 2) minat kewirausahaan mahasiswaekonomi berbeda dengan minat kewirausahaan mahasiswa teknik danteknologi, 3) mahasiswa teknik memiliki minat kewirausahaan yang jauhlebih tinggi dibandingkan mahasiswa ekonomi, 4) mahasiswa yangbekerja memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkanmahasiswa yang tidak bekerja, 5) usia akademi tidak mempunyaikorelasi dengan minat kewirausahaan mahasiswa.

Indarti dan Rostiani (2008) meneliti minat mahasiswa Indonesia,Jepang dan Norwegia dengan judul Intensi Kewirausahaan Mahasiswa:Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Dari hasilpenelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa 1) kebutuhan akan prestasitidak berpengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa padamahasiswa ketiga Negara, 2) efikasi diri mempengaruhi minatkewirausahaan mahasiswa Indonesia dan Norwegia tetapi tidak mempunyaipengaruh pada mahasiswa Jepang, 3) kesiapan instrumen atau lingkungan

hanya mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa Norwegia dan tidakmempengaruhi pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswaIndonesia dan Jepang, 4) jender dan usia yang lebih muda tidakmempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa ketiganegara, 5) latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis tidakmempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa Indonesiadan Jepang, sebaliknya minat kewirausahaan pada mahasiswa Indonesiadengan latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi malah lebihrendah, 6) pengalaman kerja mempengaruhi minat kewirausahaan padamahasiswa Norwegia, tetapi tidak mempunyai pengaruh terhadapmahasiswa Indonesia dan Jepang.

Setiyorini (2009) meneliti minat berwirausaha mahasiswaUniversitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul ”Pengaruh FaktorPersonal dan Lingkungan terhadap Keinginan Berwirausaha. Dari hasilpenelitian Setiyorini ini didapat kesimpulan bahwa 1) efikasi dirimahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah moderat, 2)mahasiswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan locus of controlyang moderat, 3) akses terhadap modal yang rendah, 4) kemampuanmengakses informasi yang moderat dan 5) kepemilikan hubungan sosialyang moderat. Secara umum minat kewirausahaan mahasiswa UniversitasSebelas Maret Surakarta yang diteliti adalah moderat.

2.6.Hipotesis1. Kuliah kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

sikap mahasiswa terhadap kewirausahaan.2. Kuliah kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

intensi berwirausaha.3. Sikap mahasiswa terhadap kewirausahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap intensi berwirausaha.

METODE PENELITIANPopulasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Mercu

Buana Jakarta yang saat penelitian sudah mengikuti perkuliahankewirausahaan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalahsebesar 170 orang responden. Menurut pendapat Ferdinand, (2002) bahwaukuran sampel untuk pengujian model dengan menggunakan SEM (StructuralEquation Modelling) adalah antara 100-500 sampel atau tergantung padajumlah parameter yang digunakan dalam seluruh variabel laten, yaitujumlah parameter dikalikan 5 sampai 10.

Variabel penelitian terdiri dari tiga variabel, yakni satuvariabel eksogen dan dua variabel endogen. Variabel eksogen adalahpersepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan perkuliahan kewirausahaanyang sudah diikutinya. Variabel endogen adalah sikap kewirausahaandan intensi berwirausaha, yakni keinginan mahasiswa untuk menjadiseorang wirausaha sebagai pilihan karirnya atau pekerjaannya.

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Universitas Mercu BuanaJakarta pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2012. Pengumpulandata dilaksanakan dengan menggunakan metode kuisioner yangdidistribusikan secara langsung dengan tujuan untuk mendapatkantingkat pengembalian yang tinggi. Pengumpulan data dilakukan di

kampus Universitas Mercu Buana. Teknik analisis data dalam penelitianini adalah dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM).

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Gambaran Umum Universitas Mercu Buana Jakarta

Universitas Mercu Buana merupakan salah satu perguruan tinggiswasta di DKI Jakarta yang berdiri atas prakarsa H. Probosutedjo,berdasarkan kemampuan dan pengalaman dalam menyelenggarakanpendidikan pada Akademi Wiraswasta Dewantara. Penyelenggaraankegiatan universitas dilaksanakan dengan surat Nomor:010/KET/YMB/VI/85 tanggal 12 Junni 1985. Ijin operasional dariKopertis Wilayah III diperoleh tertanggal 18 Juni 1985, dan padatanggal 22 Oktober 1985 Universitas Mercu Buana secara resmidinyatakan berdiri. Pada saat ini Universitas Mercu Buanamenyelenggrakan 6 fakultas, yakni Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Fakultas TeknikPerencanaan dan Disain, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu Komputerserta Program Pascasarjana.

Universitas Mercu Buana memiliki visi untuk menjadi lembagapendidikan tinggi yang unggul untuk menghasilkan tenaga yangprofesional berjiwa wirausaha yang mampu menguasai teknologiinformasi, mampu berbahasa inggris dan beretika. Misi UniversitasMercu Buana adalah : 1)Menyelenggarakan Tridarma untuk menghasilkantenaga profesional, dan 2)Menumbuhkembangkan jiwa wirausaha dan sikapmental serta perilaku beretika. Kegiatan pada Universitas Mercu Buanaberazaskan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Tri DharmaPerguruan Tinggi, dengan tujuan pendidikan untuk turut mencerdaskankehidupan bangsa serta mendukung usaha pembangunan dalam mencapaikesejahteraan rakyat Indonesia.

Universitas Mercu Buana menyelenggarakan sistem studi yanglebih berorientasi pada pengembangan sikap profesional, denganmenggunakan kurikulum dan silabi yang telah ditentukan olehDepartemen Pendidikan Nasional didukung dengan kegiatan dan praktekkerja nyata di berbagai perusahaan atau instansi pemerintah/swasta.Bertitik tolak dari tujuan tersebut maka penyelenggaraan pendidikandiarahkan untuk melahirkan lulusan yang mempunyai kualifikasi: 1)Mampu bersikap positif untuk secara mendiri mengembangkan ilmu yangtelah dimilikinya dan menerapkannya secara bijaksana sesuai dengankebutuhan masyarakat. 2) Memiliki kemampuan menalar, yaknimenganalisa dan mensintesa persoalan sesuai dengan bidangkeahlihannya. 3) Dapat bekerja dan diharapkan dapat membuka lapangankerja dalam bidang perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, danpengelolaan di bidang pertanian, ekonomi, dan komunikasi berdasarkankonsep keilmuannya. 4) Mampu meningkatkan ketrampilan di lapanganpekerjaan, serta 5) Mempunyai bekal cukup untuk melanjutkan studipada jenjang yang lebih tinggi.

Mata kuliah kewirausahaan diberikan kepada semua mahasiswaUniversitas Mercu Buana, dimana mata kuliah kewirausahaan tersebutmerupakan Mata Kuliah Ciri Universitas (MKCU). Pemberian mata kuliahKewirausahaan dilengkapi dengan fasilitas konsultasi bisnis dan

pembentukan kelompok wirausaha. Para mahasiswa peserta kuliahkewirausahaan juga diberi kesempatan untuk melakuksanakan pameran-pameran kewirausahaan yang diselenggarakan oleh universitas.

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian4.2.1. Persepsi Kuliah Kewirausahaan

Jawaban responden terhadap indikator-indikator yang mengukurvariabel kuliah kewirausahaan berdasarkan perhitungan nilai rata-ratajawaban responden dapat dilihat dalam Tabel 5.6. Tabel 5.6menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata skor penilaianresponden menunjukkan bahwa mendorong partisipasi wirausaha memilikinilai skor yang paling tinggi sebesar 5,3241, diikuti olehpengetahuan tentang kewirausahaan dengan rata-rata skor 5,1759, dansosialisasi sikap, nilai, dan pola pikir wirausaha dengan nilai rata-rata 5,1481. Nilai rata-rata jawaban responden untuk variabel kuliahkewirausahaan adalah sebesar5,0865. Mengingat nilai kuliahkewirausahaan memiliki range 1 sampai dengan 7, maka nilai sebesar5,0865 tersebut termasuk dalam kategori sedang.

4.2.2. Sikap KewirausahaanJawaban responden terhadap indikator-indikator yang mengukur

variabel sikap kewirausahaan berdasarkan perhitungan nilai rata-ratajawaban responden dapat dilihat dalam Tabel 5.6. Tabel 5.6menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata skor penilaianresponden menunjukkan bahwa Jika saya memiliki modal dan kesempatanmaka saya akan memulai usaha/bisnismemiliki nilai skor yang palingtinggi sebesar 5,6111, diikuti oleh Menjadi seorang wirausahawanakan memberikan kepuasan yang tinggi bagi sayadengan rata-rata skor5,4444, dan Di antara berbagai pilihan yang ada, saya lebih sukamenjadi wirausahawandengan nilai rata-rata 5,3981. Nilai rata-ratajawaban responden untuk variabel sikap kewirausahaan adalahsebesar5,3463. Mengingat nilai sikap kewirausahaan memiliki range 1sampai dengan 7, maka nilai sebesar 5,3463 tersebut termasuk dalamkategori sedang.

4.2.3. Intensi wirausahaanJawaban responden terhadap indikator-indikator yang mengukur

variabel intensi kewirausahaan berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban responden dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata skor penilaianresponden menunjukkan bahwa Saya memutuskan untuk membuat perusahaansendiri di masa yang akan datang memiliki nilai skor yang palingtinggi yakni sebesar 5.6852, diikuti oleh Saya berniat untukmendirikan perusahaan saya sendiri pada suatu saat nanti dengan rata-rata skor 5.6111, dan Saya berniat untuk mendirikan perusahaan sayasendiri pada dua sampai lima tahun yang akan datangdengan nilai rata-rata5.3889. Nilai rata-rata jawaban responden untuk variabel intensikewirausahaan adalah sebesar5.3649. Mengingat nilai intensikewirausahaan memiliki range 1 sampai dengan 7, maka nilai sebesar5.3649 tersebut termasuk dalam kategori sedang.

Tabel 3.NILAI RATA-RATA SKOR JAWABAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL KULIAHKEWIRAUSAHAAN, SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN INTENSI BERWIRAUSAHA

Variabel dan Indikator Rata-rata StandardDeviasi

Kuliah Kewirausahaan 5.0865 1.21157Pengetahuan yang terkait dengan kewirausahaan

5.1759 1.50282

Keterampilan penyusunan proposal bisnis 4.9352 1.40276Ketrampilan mengelola risiko. 4.8981 1.49103Mendorong untuk berpartisipasi dalam bisnis

5.3241 1.46504

Mensosialisasikan sikap, nilai-nilai, polapikir wirausahawan.

5.1481 1.45855

Dukungan terhadap ide-ide kewirausahaan. 5.0370 1.53420Sikap Kewirausahaan 5.3463 1.30265Menjadi wirausahawan berarti mendapatkan lebih banyak kelebihan/keuntungan dibandingkan kerugiannya.

4.9722 1.57349

Karir menjadi seorang wirausahawan sangat menarik bagi saya.

5.3056 1.56753

Jika saya memiliki modal dan kesempatan maka saya akan memulai usaha/bisnis.

5.6111 1.41971

Menjadi seorang wirausahawan akan memberikan kepuasan yang tinggi bagi saya.

5.4444 1.44257

Di antara berbagai pilihan yang ada, saya lebih suka menjadi wirausahawan.

5.3981 1.52205

Intensi Berwirausaha 5.3649 1.21458Saya siap melakukan apa saja untuk menjadiseorang wirausahawan.

5.1296 1.54129

Cita-cita saya adalah berprofesi sebagai seorang wirausahawan.

5.3796 1.52682

Saya akan melakukan segala upaya untuk memiliki dan menjalankan perusahaan saya sendiri.

5.3056 1.41063

Saya memutuskan untuk membuat perusahaan sendiri di masa yang akan datang,

5.6852 1.38516

Saya memiliki pemikiran yang serius mengenai bagaimana memulai bisnis.

5.3148 1.43161

Saya berniat untuk mendirikan perusahaan saya sendiri pada dua tahun yang akan datang.

5.0833 1.65267

Saya berniat untuk mendirikan perusahaan saya sendiri pada dua sampai lima tahun yang akan datang.

5.3889 1.52753

Saya berniat untuk mendirikan perusahaan saya sendiri pada suatu saat nanti.

5.6111 1.52139

Sumber : Data Penelitian Diolah (2012)

4.3. Analisis Structural Equation Model (SEM)Analisis persamaan model struktural (SEM) terdiri dari dua,

yakni analisis faktor konfirmatori dan analisis persamaanstruktural.Keduanya dilaksanakan secara serentak dalam pengolahandata.Berdasarkan hasil output dari pengolahan data dengan programAMOS sebagaimana Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai faktor loadingstandardized dari indikator-indikator pada konstruk sikapkewirausahaan lebih besar dari 0,40. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan suatuunidimensionalitas untuk masing-masing variabel latennya.

Jawaban responden terhadap indikator-indikator yang mengukurvariabel kuliah kewirausahaan berdasarkan perhitungan nilai rata-ratajawaban responden dapat dilihat dalam Tabel 5.6. Tabel 5.6menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata skor penilaianresponden menunjukkan bahwa mendorong partisipasi wirausaha memilikinilai skor yang paling tinggi sebesar 5,3241, diikuti olehpengetahuan tentang kewirausahaan dengan rata-rata skor 5,1759, dansosialisasi sikap, nilai, dan pola pikir wirausaha dengan nilai rata-rata 5,1481. Nilai rata-rata jawaban responden untuk variabel kuliahkewirausahaan adalah sebesar5,0865. Mengingat nilai kuliahkewirausahaan memiliki range 1 sampai dengan 7, maka nilai sebesar5,0865 tersebut termasuk dalam kategori sedang.

4.2.2. Sikap KewirausahaanJawaban responden terhadap indikator-indikator yang mengukur

variabel sikap kewirausahaan berdasarkan perhitungan nilai rata-ratajawaban responden dapat dilihat dalam Tabel 5.6. Tabel 5.6menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata skor penilaianresponden menunjukkan bahwa Jika saya memiliki modal dan kesempatanmaka saya akan memulai usaha/bisnismemiliki nilai skor yang palingtinggi sebesar 5,6111, diikuti oleh Menjadi seorang wirausahawanakan memberikan kepuasan yang tinggi bagi sayadengan rata-rata skor5,4444, dan Di antara berbagai pilihan yang ada, saya lebih sukamenjadi wirausahawandengan nilai rata-rata 5,3981. Nilai rata-ratajawaban responden untuk variabel sikap kewirausahaan adalahsebesar5,3463. Mengingat nilai sikap kewirausahaan memiliki range 1sampai dengan 7, maka nilai sebesar 5,3463 tersebut termasuk dalamkategori sedang.

4.2.3. Intensi wirausahaanJawaban responden terhadap indikator-indikator yang mengukur

variabel intensi kewirausahaan berdasarkan perhitungan nilai rata-rata jawaban responden dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata skor penilaianresponden menunjukkan bahwa Saya memutuskan untuk membuat perusahaansendiri di masa yang akan datang memiliki nilai skor yang palingtinggi yakni sebesar 5.6852, diikuti oleh Saya berniat untukmendirikan perusahaan saya sendiri pada suatu saat nanti dengan rata-rata skor 5.6111, dan Saya berniat untuk mendirikan perusahaan saya

sendiri pada dua sampai lima tahun yang akan datangdengan nilai rata-rata5.3889. Nilai rata-rata jawaban responden untuk variabel intensikewirausahaan adalah sebesar5.3649. Mengingat nilai intensikewirausahaan memiliki range 1 sampai dengan 7, maka nilai sebesar5.3649 tersebut termasuk dalam kategori sedang.

4.3. Analisis Structural Equation Model (SEM)Analisis persamaan model struktural (SEM) terdiri dari dua,

yakni analisis faktor konfirmatori dan analisis persamaanstruktural.Keduanya dilaksanakan secara serentak dalam pengolahandata.Berdasarkan hasil output dari pengolahan data dengan programAMOS sebagaimana Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai faktor loadingstandardized dari indikator-indikator pada konstruk sikapkewirausahaan lebih besar dari 0,40. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan suatuunidimensionalitas untuk masing-masing variabel latennya.

4.3.1. Analisis Faktor KonfirmatoriHasil analisis faktor konfirmatori sebagaimana disajikan pada

Tabel 4. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur ketigavariabel penelitian, yakni kuliah kewirausahaan, sikap kewirausahaandan intensi berwirausaha adalah valid. Kuliah kewirausahaan adalahvariabel independen dalam studi ini, merupakan suatu konstruk ataulatent variable yang diukur dengan enam dimensi berupa variabel terukuratau indikator yang merupakan persepsi mahasiswa mengenai kuliahkewirausahaan yaitu terdiri dari Pengetahuan yang terkait dengankewirausahaan(X1.1), Keterampilan penyusunan proposal bisnis (X1.2),Ketrampilan mengelola risiko (X1.3), Mendorong untuk berpartisipasidalam bisnis (X1.4), Mensosialisasikan sikap, nilai-nilai, pola pikirwirausahawan (X1.5), dan Dukungan terhadap ide-ide kewirausahaan(X1.6).

Tabel 4.UJI VALIDITAS KONSTRUK KULIAH KEWIRAUSAHAAN, SIKAP

KEWIRAUSAHAAN DAN INTENSI BERWIRAUSAHA

VariabelLaten

Standardized

Estimate

Estimate S.E. C.R. P

X1.1

Kuliah Kewirausahaan 0,702 1,000

X1.2

Kuliah Kewirausahaan 0,751 0,999 0,137 7,316 ***

X1.3

Kuliah Kewirausahaan 0,691 0,976 0,145 6,747 ***

X1.4

Kuliah Kewirausahaan 0,830 1,152 0,143 8,038 ***

X1.5

Kuliah Kewirausahaan 0,854 1,181 0,143 8,256 ***

X1.6

Kuliah Kewirausahaan 0,836 1,216 0,150 8,093 ***

X2.5

Sikap Kewirausahaan 0,839 1,000

X2.1

Sikap Kewirausahaan 0,659 0,812 ,106 7,674 ***

X2.2

Sikap Kewirausahaan 0,843 1,034 ,094 11,02

6 ***

X2.3

Sikap Kewirausahaan 0,875 0,972 ,083 11,75

8 ***

X2.4

Sikap Kewirausahaan 0,936 1,056 ,080 13,27

5 ***

Y1.1

Intensi Berwirausaha 0,659 1,000

Y1.2

Intensi Berwirausaha 0,786 0,975 0,110 8,831 ***

Y1.3

Intensi Berwirausaha 0,774 0,945 0,101 9,395 ***

Y1.4

Intensi Berwirausaha 0,812 1,021 0,095 10,69

7 ***

Y1.5

Intensi Berwirausaha 0,893 0,965 0,102 9,475 ***

Y1.6

Intensi Berwirausaha 0,817 0,934 0,123 7,593 ***

Y1.7

Intensi Berwirausaha 0,685 0,953 0,111 8,572 ***

Y1.8

Intensi Berwirausaha 0,756 0,862 0,113 7,613 ***

Sumber : Data Penelitian Diolah (2012)

Tabel 4 menunjukkan bahwa masing-masing indikator memilikinilai C.R. yang lebih besar dari 2,00 dengan tingkat signifikansilebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa indikator-indikatortersebut secara signifikan merupakan dimensi dari konstrukspiritualitas.Berdasarkan hasil output dari pengolahan data denganprogram AMOS sebagaimana Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai faktorloading standardized dari indikator-indikator pada konstruk kuliahkewirausahaan lebih besar dari 0,40. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator tersebut secara bersama-sama menyajikan suatuunidimensionalitas untuk masing-masing variabel latennya.

Sikap kewirausahaan adalah variabel independen dalam studi ini,merupakan suatu konstruk atau latent variable yang diukur dengan enamdimensi berupa variabel terukur atau indikator yaitu terdiri dariMenjadi wirausahawan berarti mendapatkan lebih banyakkelebihan/keuntungan dibandingkan kerugiannya (X2.1), Karir menjadiseorang wirausahawan sangat menarik bagi saya (X2.2), Jika sayamemiliki modal dan kesempatan maka saya akan memulai usaha/bisnis(X2.3), Menjadi seorang wirausahawan akan memberikan kepuasan yangtinggi bagi saya (X2.4), dan Di antara berbagai pilihan yang ada,saya lebih suka menjadi wirausahawan (X2.5). Hasil analisis

menunjukkan bahwa masing-masing indikator memiliki nilai C.R. yanglebih besar dari 2,00 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari0,05. Dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut secarasignifikan merupakan dimensi dari konstruk spiritualitas.

Intensi berwirausaha adalah variabel dependen dalam studi ini,merupakan suatu konstruk atau latent variable yang diukur dengan enamdimensi berupa variabel terukur atau indikator yaitu terdiri dariSaya siap melakukan apa saja untuk menjadi seorangwirausahawan(X1.1), Cita-cita saya adalah berprofesi sebagai seorangwirausahawan (X1.2), Saya akan melakukan segala upaya untuk memilikidan menjalankan perusahaan saya sendiri.(X1.3),Saya memutuskan untukmembuat perusahaan sendiri di masa yang akan datang(X1.4), Sayamemiliki pemikiran yang serius mengenai bagaimana memulaibisnis(X1.5), Saya berniat untuk mendirikan perusahaan saya sendiripada dua tahun yang akan datang(X1.6), Saya berniat untuk mendirikanperusahaan saya sendiri pada dua sampai lima tahun yang akandatang(Y1.7), dan Saya berniat untuk mendirikan perusahaan sayasendiri pada suatu saat nanti.(Y1.8). Tabel 4 menunjukkan bahwamasing-masing indikator memiliki nilai C.R. yang lebih besar dari2,00 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dapatdisimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut secara signifikanmerupakan dimensi dari konstruk intensi berwirausaha.

4.3.2. Analisis Persamaan StrukturalLangkah selanjutnya setelah melakukan analisis faktor

konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis) adalah melakukan analisispersamaan struktural (Structural Equations) yang bertujuan untukmenganalisis dan menguji tingkat signifikansi hubungan antaravariabel eksogen dan endogen yang dihipotesiskan. Analisis dilakukanuntuk menguji signifikansi hubungan antar variabel berdasarkantingkat signifikansi atau P value, dimana pengaruh antar variabeldikatankan signifikan apabila nilai P value lebih kecil dari 0,05.Besarnya pengaruh antar variabel-variabel yang diteliti adalahberdasarkan nilai standardized estimate.Analisis atas hasil estimasipersamaan struktural dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan ujikesuaian model dan uji asumsi normalitas.

4.3.2.1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)Pengujian kesesuaian model terlebih dahulu dilakukan sebelum

melakukan analisis hubungan antar variabel dan pengujianhipotesis.Pengujian kesesuaian model dilaksanakan dengan kriterianilai Chi-square yang lebih rendah dari nilai yang dipersyaratkan.Namundemikian, sebagaimana dikemukakan oleh Ferdinant (2006:59-60) bahwanilai tersebut sangat sensitif pada jumlah sampel yang besar sehinggauntuk menilai suatu model perlu dilengkapi dengan kriteria lainnya,yakni kriteria CMINDF.

Berdasarkan nilai CMINDF sebesar 1,682 yang lebih kecil dari 2,menunjukkan bahwa model penelitian ini memenuhi kriteria diterimadengan baik.Indeks GFI dan AGFI masing-masing sebesar 0,873 dan 0,819menunjukkan bahwa model bisa diterima secara marjinal.Ketiga indeks

lainnya, yakni RMSEA, CFI dan IFI menunjukkan bahwa model bisaditerima dengan baik. Dengan demikian model penelitian tidakseluruhnya menunjukkan kriteria fit, namun masih dapat diterima untukdilakukan analisis lebih lanjut.

Tabel 5.HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

Std.Estimat

e

Estimate

C.R. P Keterangan

Sikap Kewirausahaan

Kuliah Kewirausahaan 0,721 0,873 6,32

3 ***Signifika

n

Intensi Kewirausahaan

Kuliah Kewirausahaan 0,037 0,043 0,45

0,653

TidakSignifika

nIntensi Kewirausahaan

Sikap Kewirausahaan 0,895 0,849 7,59

2 ***Signifika

n

Sumber : Data Penelitian Diolah (2012)

4.3.2.2. Pengujian HipotesisRingkasan hasil pengujian hipotesis disajikan dalam Tabel 5.

Kriteria yang digunakan untuk pengujian adalah dengan menggunakankriteria C.R. dengan cut-off C.R. lebih besar dari 2,00. Besarnyapengaruh antar variabel ditunjukkan oleh nilai standardized estimate.

Hasil pengujian hipotesis 1 bahwa kuliah kewirausahaanberpengaruh signifikan terhadap sikap kewirausahaan ditunjukkan dalamTabel 5.Nilai C.R. sebesar 6,323 dengan tingkat P value 0,000menunjukkan bahwa kuliah kewirausahaan berpengaruh signifikanterhadap sikap kewirausahaan, sehingga hipotesis 1 diterima.

Hasil pengujian hipotesis 2 bahwa kuliah kewirausahaanberpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan ditunjukkandalam Tabel 5.Nilai C.R. sebesar 0, 450 dengan tingkat P value 0,653menunjukkan bahwa kuliah kewirausahaan tidak berpengaruh signifikanterhadap intensi kewirausahaan, sehingga hipotesis 2 ditolak.

Hasil pengujian hipotesis 3 bahwa sikap kewirausahaanberpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan ditunjukkandalam Tabel 5.Nilai C.R. sebesar 7,592 dengan tingkat P value 0,000menunjukkan bahwa sikap kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadapintensi kewirausahaan, sehingga hipotesis 3 diterima.

4.3.2.3. Pengaruh Antar VariabelBesarnya pengaruh antar variabel dapat dilihat berdasarkan nilai

standardized estimates. Berdasarkan hasil pendugaan model persamaanstruktural sebagaimana Gambar 2, bahwa pengaruh kuliah kewirausahaanterhadap sikap kewirausahaan adalah sebesar 0,72 sedangkan pengaruh

sikap kewirausahaan terhadap intensi wirausaha adalah sebesar0,90.Pengaruh kuliah kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaanadalah sebesar 0,04, dimana secara statistik tidak signifikan. Dengandemikian pengaruh kuliah kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaanmelalui sikap kewirausahaan, atau sikap kewirausahaan memediasipengaruh kuliah kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaan.

Gambar 2.Hasil Pendugaan Model Persamaan Struktural

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan1. Tingkat persepsi mahasiswa terhadap kuliah kewirausahaan, sikap

mahasiswa terhadap kewirausahaan dan intensi kewirausahaanmahasiswa termasuk dalam kategori sedang.

2. Persepsi mahasiswa terhadap kuliah kewirausahaan berpengaruhpositif dan signifikan terhadap sikap kewirausahaan.

3. Sikap kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadapintensi berwirausaha.

4. Perspesi mahasiswa tentang kuliah kewirausahaan tidak berpengaruhsignifikan terhadap intensi kewirausahaan, dimana pengaruh kuliahkewirausahaan berpengaruh terhadap intensi kewirausahaanmelalui sikap kewirausahaan mahasiswa.

SaranUntuk dapat meningkatkan intensi mahasiswa untuk berwirausaha makadapat dilaksanakan melalui peningkatan persepsi mahasiswa mengenaikuliah kewirausahaan, yakni dengan memberikan peningkatan dalampenyampaian materi perkuliahan yang memberikan : 1)Pengetahuan yangterkait dengan kewirausahaan, 2) Keterampilan penyusunan proposalbisnis, 3)Ketrampilan mengelola risiko, 4) Mendorong untukberpartisipasi dalam bisnis, 5) Mensosialisasikan sikap, nilai-nilai,pola pikir wirausahawan, dan 6) Memberikan dukungan terhadap ide-ide kewirausahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin. 1992, Psikologi Industri. BPP UGM.Bandura, A., 1986. The Social Foundation of Tought and Action, Englewood

Cliffs, NJ: Prentice-Hall.Biro Pusat Statistik, www.bps.go.id. Choo, S., dan M. Wong, 2006. “Entrepreneurial intention: triggers and

barriers to new venture creations in Singapore”. SingaporeManagement Review 28 (2): 47-64.

Dalton, dan Holloway, 1989. “Preliminary findings: entrepreneurstudy”. Working paper, Brigham Young University.

Ferdinand, Augusty. 2005. Structural Equation Modeling dalam PenelitianManajemen Aplikasi Model-Model Rumit dalam Penelitian untuk Tesis Magister danDisertasi Doktor. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Fishbein, Martin and Ajzen, Icek, 1975, Belief,Attitude, Intention and Behavior:An ntroduction to Theory and Research, Addison-WesleyPublishing CompanyInc, Menlo Park, California.

Ghozali, Imam. 2005. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi denganProgram AMOS Ver. 16.0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:Semarang.

Hartini, 2002, Intensi Wirausaha Pada Siswa SMK. Skripsi. UniversitasWangsa Manggala. Tidak dipublikasikan.

Indarti, N., 2004. “Factors affecting entrepreneurial intentionsamong Indonesian students”.Jurnal Ekonomi dan Bisnis 19 (1): 57-70.

Indarti. Nurul dan Rokhima Rostiani. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa:Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. JurnalEkonomika dan Bisnis Indonesia, Vol. 23, No. 4, Oktober 2008. JurusanManajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.

Kristiansen, S, 2002. “Competition and knowledge in Javanese ruralbusiness’. Singapore Journal of Tropical Geography 23 (1): 52-70.

Liñán, Francisco and Chen, Yi-Wen. 2006 Testing The EntrepreneurialIntention Model on a Two-Country Sample. Documents de TreballNúm. 06/7. Departament D'economia de L'empresa UniversitatAutònoma de Barcelona.

Lee, J., 1997. “The motivation of women entrepreneurs inSingapore”.International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research 3(2): 93-110.

Mazzarol, T., T. Volery, N. Doss, dan V. Thein, 1999.“Factorsinfluencing small business start-ups”.International Journal ofEntrepreneurial Behaviour and Research 5 (2): 48-63.

McClelland, D., 1971. The Achievement Motive in Economic Growth, in:P. Kilby (ed.) Entrepreneurship and Economic Development, New York TheFree Press, 109-123.

Reynolds, P. D., M. Hay, W. D. Bygrave, S. M. Camp, dan E. Aution,2000. “Globalentrepreneurship monitor: executive report”. AResearch Report from BabsonCollege, Kauffman Center for Entrepreneurial Leadership,and London BusinessSchool.

Scott, M. dan D. Twomey, 1988. “The long-term supply ofentrepreneurs: students`career aspirations in relation toentrepreneurship”. Journal of Small BusinessManagement 26 (4): 5-13.

Setiyorini. 2009. Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan terhadapKeinginan Berwirausaha. Skripsi. Fakultas Ekonomi. UniversitasSebelas Maret Surakarta.

Setyaningrum. Nadia. 2009. Hubungan Adversity quotient terhadapIntensi Kewirausahaan. Skripsi. FPsi UI. Jakarta.

Sinha, T. N., 1996. “Human factors in entrepreneurshipeffectiveness”.Journal ofEntrepreneurship 5 (1): 23-29.

Singh, K.A., dan K. V. S. M. Krishna, 1994. “Agriculturalentrepreneurship: the conceptand evidence”. Journal of Entrepreneurship3 (1): 97-111.

Tony Wijaya. 2007. Hubungan Adversity Intelligence dengan IntensiBerwirausaha (Studi Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta). JurnalManajemen dan Kewirausahaan, Vol.9, No. 2, September 2007: 117-127. JurusanEkonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas KristenPetra.Http://Www.Petra.Ac.Id/~Puslit/Journals/Dir.Php?Departmentid=Man. Diunduh 10 April 2011.