TUGAS 1 ARTIKEL BAHAN KONSTRUKSI
Transcript of TUGAS 1 ARTIKEL BAHAN KONSTRUKSI
BAHAN KONSTRUKSI
SEMEN
Semen adalah perekat hidrolis bahan bangunan. Semen merupakan bahan
campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Semen
berfungsi sebagai perekat agregat dan juga sebagai bahan pengisi. Pada
umumnya beton mengandung 25 - 40% pasta semen (semen+air).
SEJARAH SEMEN
Semen pada awalnya merupakan hasil pencampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli,
dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun
1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan
kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan
campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystonedi
lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan
cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan
Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen
portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah
liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang
banyak dipajang di toko-toko bangunan.
BAHAN BAKU SEMEN (OPC TIPE I)
1. Batu kapur (Limestone) digunakan sebanyak ± 81 %.
Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3
(Calcium Carbonat),pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur
yang baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%.
2. Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 %
Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir
silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2
semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2
semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Berfungsi untuk menaikkan
kandungan SiO2 pada semen. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen
adalah dengan kadar SiO2 ± 90%.
3. Tanah liat (clay) digunakan sebanyak ± 9 %.
Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen
SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air
± 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi ± 46 %
4. Pasir besi digunakan sebanyak ± 1%.
Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya
selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3
berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen.
Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe2O3 ± 75% – 80%.
5. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan
semen. Berfungsi sebagai zat pelambat pengerasan.
Pada beberapa jenis semen ditambahkan bahan tambah berupa pozzolan yang
memiliki sifat-sifat khusus.
TAHAPAN PRODUKSI SEMEN
1. Raw Material Extraction & Preparation
Pertama-tama dilakukan persiapan bahan baku baik penambangan (quarry)
limestone maupun clay (tanah liat). Tahapan penambangan seperti pada
umumnya, ada drilling, blasting, haulage dan loading, selengkapnya bisa
di liat di referensi mengenai penambangan. Ukuran limestone (batu kapur)
hasil tambang umumnya masih besar, sehingga hasil tambang tadi dibawa ke
Crusher. Crusher berfungsi untuk mengecilkan ukuran limestone hasil
tambang. Maksimum ukuran limestone yang masuk ke crusher adalah 1500 mm
dan setelah keluar crusher menjadi sekitar 75 mm. Mungkin ada sebagian
yang bingung gimana persiapan dari bahan baku yang lain seperti clay,
pasir silika dan pasir besi. Ketiga bahan baku itu juga punya treatment
sendiri-sendiri.
Setelah limestone melewati crusher, limestone tersebut ditampung di
sebuah tempat (storage). Ditempat ini terjadi proses pre-homogenization.
Limestone hasil dari crushing tadi tentunya belum sepenuhnya memiliki
ukuran yang sama, sebagian ada yang terlalu kecil, artinya ukurannya
belum sama. Pada storage ini, limestone yang ukurannya berbeda tersebut
disebar merata (komposisinya) sehingga homogen. Ada beberapa alat yang
dipakai pada proses pre-homogenization ini, seperti stack dan reclamer.
2. Raw Meal Preparation
Dari storage tersebut limestone dibawa oleh belt conveyor menuju bin
silo, demikian pula dengan clay, pasir silika dan pasir besi masuk ke
bin silo masing-masing seperti gambar berikut.
Bin Silo
Keempat bahan baku tersebut mulai dicampurkan pada Bin Silo. Setelah
bahan baku tersebut dicampur,maka material tersebut yang disebut Raw
Material. Bahan baku tersebut kemudian masuk ke dalam unit operasi yang
disebut Raw Mill (RM), seperti pada gambar berikut.
Vertical Raw Mill
Tujuan utama Raw Mill adalah:
1. Grinding
Material campuran yang masuk dihaluskan lagi, yang semula 70 mm,
setelah keluar dari RM menjadi 9 Mikro.
2. Drying
Material campuran dikeringkan sampai kelembaban 1%. Media pengeringan
adalah hot gas yang berasal dari Kiln
3. Transport
Hot gas yang dipakai untuk mengeringkan material pada Raw Mill juga
berfungsi untuk mentransportasikan material campuran tersebut.
4. Separating
Selama proses di RM, material yang sudah halus kemudian menuju tahapan
proses berikutnya, sedangkan yang masih kasar akan terus mengalami
penggilingan (grinding) sampai halus.
Setelah keluar dari RM, bahan material ini disebut dengan istilah
Raw Mix atau Raw Meal. Raw meal ini kemudian masuk lagi ke sebuah
storage atau biasa disebut Blending Silo. Selain bertujuan untuk
penyimpanan sementara, Blending Silo berfungsi untuk tempat
homogenization. Proses Homogenization intinya sama Pre-homogenization,
cuma ukurannya aja yang beda dan bahan penyusunnya juga sudah tercampur.
Pre-homogenization materialnya hanya limestone saja, sedangkan
Homogenization terdiri dari empat bahan baku semen. Sehingga proses
homogenisasi yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan pencampuran
dari keempat bahan tersebut.
3. Clincker Manufacture
Raw Meal kemudian masuk ke sebuah unit operasi yang disebut dengan Pre-
heater. Pre-heater ini terdiri dari beberapa siklon, umunya terdiri dari
4-5 siklon (4-5 stage) seperti gambar berikut.
Pre-heater
Fungsinya sebagai pemanasan awal sebelum masuk ke proses
selanjutnya. Media pemanasan sama di RM, yaitu berasal dari hot gas dari
Kiln. Namun, Inti utamanya dari proses pemanasan ini adalah untuk
terjadinya proses Pre-calcination. Dari proses kalsinasi ini mulai lah
terbentuk oksida-oksida pembentuk Klinker (hasil proses di Kiln). Proses
kalsinasi adalah sebagai berikut:
CaCO3 —-> CaO + CO2
Reaksi ini terjadi pada suhu sekitar 800°C. Dari reaksi di atas,
yang paling utama adalah CaO. Proses kalsinasi di Pre-heater hanya
sekitar 95% nya, sisanya dilakukan di Kiln. Setelah keluar dari Pre-
heater, material ini disebut dengan Kiln Feed. Kiln Feed ini masuk ke
unit operasi pembentuk klinker (terak) yang disebut dengan Rotary Kiln,
seperti gambar berikut.
Rotary Kiln
Di sini terjadi proses kalsinasi lanjutan. Suhunya mencapai sekitar
1400ºC. Suhu sebesar ini diperoleh dari pembakaran bahan bakar, biasanya
digunakan batu bara, IDO (Industrial Diesel Fuel Oil), Natural Gas,
Petroleum Coke, dan lain sebagainya. Pada suhu sebesar ini, di Kiln
terjadi reaksi-reaksi logam sehingga dihasilkan mineral-mineral baru,
yaitu:
1. C3S (3CaO.SiO2)
2. C2S (2CaO.SiO2)
3. C3A (3CaO.Al2O3)
4. C4AF (4CaO.Al2O3.Fe2O3)
Mineral-mineral di atas yang kemudian membentuk Clincker
(klinker/terak). Setelah melewati Kiln, klinker ini masuk ke dalam
Cooler untuk menurunkan suhu hingga 100 ºC. Tujuannya diantaranya:
1. Heat recuperation
2. Keamanan (safety) dalam melakukan transportasi dan storage
3. Kualitas Klinker itu sendiri
Clinker (klinker)
Klinker merupakan cikal bakal semen. Kualitas dari Klinker ini
sebetulnya bisa dikendalikan, yaitu semenjak proses pencampuran oleh Bin
Silo yang dilakukan sebelum masuk ke Raw Mill. Indikator-indikator
kuliatasnya adalah dengan menghitung nilai LSF (Lime Stone Factor), SM
(Silica Modulus) dan AM (Aluminate Modulus). Nilai ini juga dapat
memandu untuk membuat berbagi jenis atau tipe semen.
4. Cement Grinding
Setelah melewati Cooler, Klinker ini kemudian dilewatkan ke Finish
Mill. Pada equipment ini klinker berubah menjadi powder. Jadi di dalam
Cement Mill ini klinker tadi ditumbuk, digerus pakai bola-bola besi,
Cemen Mill berputar sehingga bola-bola tersebut menggerus klinker
menjadi powder lagi. Bentuk Cement Mill atau Finish Mill sebagai
berikut.
Finish Mill atau Cement Mill
Sebelum digiling, biasanya komposisi Klinker ditambah oleh bahan-
bahan tambahan seperti Gipsum, Pozzolan, Trash dan lain sebagainya.
Untuk membuat semen Tipe I cukup ditambah gipsum saja. Setelah halus,
klinker ini berubah namanya menjadi hasil akhir yaitu semen. Semen ini
kemudian ditampung di Cement Silo sebelum akhirnya dikirim ke Bin Cement
untuk proses Packing and Dispatch.
5. Packing and Dispatch
Langkah terakhir adalah pengepakan semen-semen. Setelah dari Cement
Silo, semen ditransport ke Bin Cement dan akhirnya ada yang di packing
dan ada yang dimasukan ke bulk (curah).
Bulk (curah)
Packing
Diagram Alir Tahapan Produksi Semen
JENIS SEMEN
a. SEMENT PORTLAND (OPC)
Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn
khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain. Tipe semen ini
paling banyak diproduksi dan banyak di pasaran.
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi
yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah
tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air
selama pengeringan agar tidak terjadi srinkage (penyusutan) yang besar
perlu ditambahkan sifat moderat “Heat of Hydration”
3. Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi
pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat
dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan
nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen
Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang
sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari,
dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai
beton dengan menggunakan semen portland tipe I pada umur 28 hari
4. Tipe IV (Low heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton)
yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam,
lapangan udara. Di mana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan
selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak
terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak).
Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat
lambat jika dibanding semen portland tipe I.
5. Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton
pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi
seperti: air laut, daerah tambang, air payau. Sangat cocok untuk
instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,
terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.
b. WATER PROOFED CEMENT
Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland
dengan “Water Proofing Agent”, dalam jumlah yang kecil seperti: Calcium,
Aluminium, atau logam stearat lainnya. Semen ini banyak dipakai untuk
konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya
tangki penyimpanan cairan kimia.
c. WHITE CEMENT (SEMEN PUTIH)
Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan
konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan
proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya
mengandung oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah
1 %).
d. HIGH ALUMINA CEMENT
High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengersan
yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak
tahan terhadap serangan alkali.
e. SEMEN ANTI BAKTERI
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland
dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut
ditambahkan pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap
serangan bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan
fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti
bakteri antara lain:
Kamar mandi
Kolam-kolam
Lantai industri makanan
Keramik
Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri
f. OIL WELL CEMENT
Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan
retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic
hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi
kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan kedalam
sumur minyak atau gas.
g. BLENDED CEMENT (SEMEN CAMPUR)
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut
diperlukan material lain sebagai pencampur. Jenis semen campur:
1. Semen Portland Pozzolan (SPP) atau Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland
Pozzolan Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri
dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan
(Trass atau Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker
semen Portland dan bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara
merata semen Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara
menggiling dan mencampur.
2. Portland Blast Furnace Slag Cement
Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur
dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur bubuk
halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau menggiling bersama
antara klinker porland dengan butiran slag. Activitas slag (Slag
Activity) bertambah dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3
dan glass content. Tetapi biasanyan keberadaan ratio oksida dan glass
Content tersebut saling berkebalikan. Beberapa sifat slag semen adalah
sabagai berikut :
Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan
semen portland.
Betonnya lebih stabil dari pada beton semen portland
Mempunyai permebility yang rendah
3. Semen Mosonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang
kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya
menggunakan kapur padam, kemudian meningkat dengan dipakainya semen
portland yang dicampur dengan kapur padam. Namun karena dianggap
kurang praktis maka diperkanalkan Semen Masonry .
4. Semen Portland Campur (SPC) atau Portland Composite Cement (PCC)
Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat
hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen
portland dan gibs dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan
anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur
tinggi (blastfurnace slag), pozzoland, senyawa silika, batu kapur,
dengan kadar total bahan anorganik 6 – 35 % dari massa semen portland
composite. Menurut Standard Eropa EN 197-1 Portland Composite Cement
atau Semen Portland Campur dibagi menjadi 2 Type berdasarkan jumlah
Aditive material aktif
Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif
Type II/B-M mengandung 21 – 35 % aditif
Jika pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif
yang digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini
aditif yang digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis maka semen ini
dikelompokkan pada TERNARY CEMENT.
SELF COMPACTING CONCRETE
Seringkali pula diperlukan beton dengan mutu dan slump sangat tinggi, dua
hal yang pada dasarnya saling bertolak belakang pada beton campuran normal.
Beton dengan spesifikasi slump sangat tinggi (encer) lebih dikenal dengan
sebutan beton dengan pemadatan mandiri (self compacting concrete – SCC) atau sering
juga disebut beton alir (flowing concrete). Self Compacting Concrete adalah beton
segar yang sangat plastis dan mudah mengalir karena berat sendirinya
mengisi keseluruh cetakan yang dikarenakan beton tersebut memiliki sifat-
sifat untuk memadatkan sendiri, tanpa adanya bantuan alat penggetar untuk
pemadatan. Beton jenis ini semakin banyak dipakai karena selain dapat
memiliki kekuatan yang sangat tinggi, tetapi tetap lecak dalam pelaksanaan.
Sedemikian lecaknya sehingga dalam pengetesannya dikenal juga istilah slump
flow test untuk mengetahui daya sebar dari campuran beton segar. Beton SCC
yang baik harus tetap homogen, kohesif, tidak segregasi, tidak terjadi
blocking dan tidak bleeding.
Pemakaian beton SCC dapat meningkatkan kualitas beton oleh karena
dapat menghindari sebagian dari potensi kesalahan manusia akibat
manual compaction. Pemadatan yang kurang sempurna pada saat proses
pengecoran dapat mengakibatkan berkurangnya durabilitas beton. Sebaliknya
dengan beton SCC, struktur beton menjadi lebih padat terutama pada daerah
pembesian yang sangat rapat, dan waktu pelaksanaan pengecoran juga lebih
cepat. Kinerja kelecakan ini tercapai berkat bahan tambah superplasticizer
yang dimasukkan ke dalam beton seperti jenis polymer. Aditif ini seolah-
olah akan menyelimuti partikel-partikel semen sehingga dalam interval waktu
tertentu, antar partikel semen tidak terjadi reaksi ”tarik-menarik”.
Tambahan super platicizer, aditif mineral dan aditif lain ini selain
membuat beton tetap lecak/encer, tetapi juga akan menghasilkan beton dengan
kuat tekan tinggi bahkan berkinerja tinggi (high performance concrete).
SCC cocok untuk struktur-struktur yang sangat sulit untuk dilakukan
pemadatan manual misalnya karena tulangan yang sangat rapat ataupun karena
bentuk bekisting tidak memungkinkan, sehingga dikhawatirkan akan terjadi
keropos apabila dipadatkan secara manual. Selain itu bisa juga
diaplikasikan untuk lantai, dinding, tunel, beton precast dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri, saat ini relatif tidak menemukan kesulitan untuk
membuat SCC, namun untuk beton dengan tujuan pencapaian kekuatan awal
tinggi, SCC masih memerlukan bahan tambahan lain sehingga menghasilkan SCC
dengan kekuatan awal tinggi yang biasa disebut High Early Strength Self Compacting
Concrete (HESSCC). Penggunaan Silica Fume sebesar 2 % dan Glenium Ace-80 sebesar 2.5
% sudah mampu mencapai kriteria self compactible sekaligus kuat tekan awal (High
Early Strength) yang baik pula, karena nilai water-binder ratio tetap dijaga pada
nilai yang rendah.
Untuk mendapatkan campuran beton SCC dengan tingkat workability yang
tinggi perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Agregat kasar dibatasi jumlahnya sampai kurang lebih 50% dari volume
padatnya.
Pembatasan jumlah aggregat halus kurang lebih 40% dari volume mortar.
Water Binder Ratio dijaga pada level kurang lebih 0.3
Saat ini terdapat beberapa produsen yang menyediakan aditif super
plasticizer dan aditif lain untuk keperluan SCC. Aditif mineral tertentu
juga relatif mudah didapat dengan harga yang ekonomis. Meskipun demikian,
pemahaman memadai mengenai material, perilaku dan metode pelaksanaannya
tetap harus diperhatikan sebelum menggunakan SCC.
Beberapa pakar meramalkan SCC akan merupakan salah satu beton masa
depan karena keunggulannya, tentunya dengan kinerja yang lebih baik lagi.
KELEBIHAN SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)
Kelebihan dari SCC diantaranya :
- Sangat encer, bahkan dengan bahan aditif tertentu bisa menahan slump
tinggi dalam jangka waktu lama (slump keeping admixture).
- Tidak memerlukan pemadatan manual.
- Lebih homogen dan stabil.
- Kuat tekan beton bisa dibuat untuk mutu tinggi atau sangat tinggi.
- Lebih kedap, porositas lebih kecil.
- Susut lebih rendah.
- Dalam jangka panjang struktur lebih awet (durable).
- Tampilan permukaan beton lebih baik dan halus karena agregatnya biasanya
berukuran kecil sehingga nilai estetis bangunan menjadi lebih tinggi.
- Karena tidak menggunakan penggetaran manual, lebih rendah polusi suara
saat pelaksanaan pengecoran.
- Tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebih sedikit karena beton dapat
mengalir dengan sendirinya sehingga dapat menghemat biaya sekitar 50 %
dari upah buruh.
SUPERPLASTIZER
Penggunaan superplasticizer mulai dkembangkan di Jepang dan Jerman pada
tahun 1960-an dan menyusul kemudian di Amerika Serikat pada 1970-an.
Superplasticizer adalah polimer linear yang mengandung sulfonic acid (asam
sulfonat), yang secara umum terbagi menjadi 4 jenis/kelompok :
Sulfonated melamine-formaldehyde condensates (SMF)
Sulfonated naphthalene-formaldehyde condensates (SNF)
Modified lignosulfonates (MLS)
Polycarboxylate derivatives, misal jenis polycarbonix ether (PCE)
SIFAT SUPERPLASTICIZER
Superplasticizer tersusun atas asam sulfonat yang berfungsi menghilangkan
gaya permukaan pada partikel semen sehingga lebih menyebar, melepaskan air
yang terikat pada kelompok partikel semen, untuk menghasilkan
viskositas/kekentalan adukan pasta semen atau beton segar yang lebih
rendah.
PEMANFAATAN SUPERPLASTICIZER
Efek superpasticizer pada beton segar yang dimanfaatkan adalah kemampuannya
untuk :
meningkatkan slump dan workability (slump hingga 23 cm)
mengurangi pemakaian air
mengurangi pemakaian semen
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dengan penggunaan superplasticizer
adalah untuk :
mencapai posisi pengecoran yang sulit melakukan pemadatan
dengan vibrator -- karena dapat menghasilkan beton segar yang dapat
mengalir dengan lebih baik dengan slump hingga 23 cm
menghasilkan beton mutu tinggi -- dengan mengurangi air sehingga
faktor air semen yang merupakan faktor utama penentu mutu beton dapat
diminimalkan sekecil mungkin, sehingga hanya air yang diperlukan
untuk reaksi hidrasi semen saja yang digunakan
menghasilkan beton dengan permeabilitas yang lebih rendah (lebih
kedap air) -- dengan pengurangan pemakaian air dankemampuan
menyebarkan partikel semen dalam adukan beton segar, dapat
menghasilkan kepadatan beton yang lebih baik sehingga lebih kedap air
menghasilkan beton yang setara mutunya dengan faktor air semen yang
lebih kecil, sehingga pemakaian semen menjadi lebih sedikit -- namun
pemakaian untuk tujuan ini tidak terlalu sering digunakan, karena
jumlah semen minimum yang disyaratkan untuk beton tertentu harus
dipenuhi
Kemampuan superplasticizer untuk meningkatkan slump beton segar tergantung
pada :
jenis, takaran dan waktu penambahan superpasticizer
faktor air semen dan jumlah semen yang digunakan dalam adukan beton
segar
Superplasticizer dapat digunakan untuk hampir semua jenis semen. Takaran
penggunaan superplasticizer harus mengikuti rekomendasi dari produsen, yang
dapat dilihat pada brosur teknis atau panduan pemakaian -- secara umum
penggunaannya pada beton normal adalah 1-3 liter per m³ beton segar untuk
tujuan meningkatkan workability (dapat dicampurkan di lokasi proyek sebelum
penuangan beton segar)
Penggunaan untuk mengurangi pemakaian air dapat dilakukan dengan
takaran 5-20 liter per m³ beton segar namun hal ini harus dilakukan
di batching plant dengan pengawasan engineer sehubungan dengan
penggabungannya dengan bahan tambah yang bersifat retarding -- yang tujuan
utamanya adalah menghasilkan beton mutu tinggi dengan pemakaian semen yang
tetap.
KEKURANGAN SUPERPLASTICIZER
Efek negatif dari penggunaan superplasitcizer adalah kehilangan slump yang
relatif cepat, sehingga walaupun workability meningkat cukup besar, waktu
pengerjaannya menjadi lebih singkat -- dalam waktu sekitar satu jam
setelah penambahan superplasticizer, workability-nya akan relatif hilang
karena slump loss (kehilangan slump) yang sangat cepat.
Slump loss atau kehilangan slump berbeda dengan setting beton,
walaupun dalam bahasa praktis di lapangan sering dikatakan bahwa jika
ditambah superplasticizer maka waktu setting menjadi lebih cepat --
sebenarnya waktu settingnya tidak menjadi lebih cepat namun karena
penurunan nilai slump (kehilangan slump) yang relatif cepat, secara visual
dan pengerjaannya menimbulkan kesan bahwa beton sudah mengeras dalam arti
memasuki masa setting.
Untuk mengakali efek negatif ini, penambahan superplasticizer dapat
dicampurkan sesaat sebelum beton segar dituang di lapangan -- namun perlu
sangat diperhatikan takaran/dosis penggunaannya terutama jika penambahan
superplasticizer dilakukan setelah beton segar dituang sebagian yang
mengakibatkan kesulitan mengetahui sisa beton segar yang masih ada di dalam
mobil mixer.
SERAT FIBER
Penambahan serat kedalam beton akan meningkatkan kuat tarik beton yang
umumnya sangat rendah. Pertambahan kuat tarik akan memperbaiki kinerja
komposit beton serat dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan
beton konvensional.
Lebih rinci, keuntungan penambahan serat pada beton adalah: pertama,
serat terdistribusi secara acak di dalam beton pada jarak yang relatif
sangat dekat satu dengan yang lainnya. Hal ini akan memberi tahanan
terhadap tegangan berimbang ke segala arah dan memberi keuntungan material
struktur yang disiapkan untuk menahan beban dari berbagai arah. Kedua,
perbaikan perilaku deformasi seperti ketahanan terhadap impak, daktilitas
yang lebih besar, kuat lentur dan kapasitas torsi yang lebih baik. Ketiga,
serat meningkatkan ketahanan beton terhadap formasi dan pembentukan retak.
Keempat, peningkatan ketahanan pengelupasan {spalling} dan retak pada selimut
beton akan membantu pada penghambatan korosi besi tulangan dari serangan
kondisi lingkungan yang berpotensi korosi. Penggunaan serat sintetik akan
meningkatkan ketahanan material beton terhadap bahan api. Secara umum semua
keuntungan tersebut akan berarti peningkatan ketahanan struktur bangunan.
Imam,M {1997}.
JENIS SERAT
Serat yang digunakan pada konstruksi beton fiber terdiri atas serat alami
dan serat buatan.
1. Serat alami (Natural Fiber)
Umumnya terbuat dari bermacam-macam tumbuhan Sifatnya umumnya mudah
menyerap dan melepaskan air, serat alam mudah lapuk sehingga tidak
dianjurkan digunakan pada beton bermutu tinggi atau untuk penggunaan
khusus.
Contohnya :
Jerami
Serabut kelapa
Ijuk
serat pelepah pisang
serat daun nanas
Serat bambu/kayu
Sisal (rumput)
dll
2. Serat buatan
Umumnya dibuat dari senyawa-senyawa polimer. Mempunyai ketahanan tinggi
terhadap perubahan cuaca. Mempunyai titik leleh, kuat tarik, dan kuat
lentur tinggi. Digunakan untuk beton bermutu tinggi dan yang akan
digunakan secara khusus Berikut jenis-jenis serat buatan:
a. Serat Baja (Steel Fiber)
Sejumlah laporan riset dan penggunan praktis beton serat menunjukkan
bahwa untuk peningkatan kemampuan kontruksi umumnya digunakan serat
baja berukuran makro dengan panjang sekitar 2 cm atau lebih.
Penggunaan serat baja modern dengan berbagai bentuk; permukaan kasar
ujung berangkuar, bergelombang dan beberapa bentuk lain terbukti
sangat efektif meningkatkan kemampuan lentur, duktilitas ketahanan
menahan retak, ketahanan torsi dan ketahanan lelah (fatigue resistance),
Maidl,R B(1995) dan Ding,Y (2003). Dosis penggunaan yang umum adalah
0,25-2% takaran volume atau sekitar 20-50 kg serat baja per meter
kubik produksi beton.
Steel Fiber
Kelebihan serat baja:
1. Serat baja mempunyai kekuatan dan modulus elastisitas yang tinggi
2. Bahan ini tidak memberikan reaksi terhadap kandungan alkali semen
dan air
3. sifat mekanik serat baja adalah tahan lama, jadi kekuatan maupun
sifat mekaniknya tidak akan rusak dalam waktu yang singkat
Kekurangan serat baja:
1. Dapat menimbulkan karat jika tidak dilindungi dan hal ini menambah
berat konstruksi
2. Serat baja juga akan mengakibatkan terjadi penggumpalan (balling)
selama proses pengadukan.
b. Serat Kaca (Glass Fiber)
Serat kaca (glass fiber) banyak juga digunakan pada pekerjaan beton pada
pencampuran biasa atau beton semprot (shotcrete). Serat kaca banyak
dimanfaatkan untuk pembuatan pipa ,lembaran asbes dan sejumlah produk
beton pracetak. Keunggulan serat gelas adalah sifat alkali resistent
yang terksdang menjadi persoalan pada serat baja. Dosis penggunaan
serat kaca adalah sekitar maksimum 5 % takaran volume atau sekitar 1-
1,5 kg serat kaca per meter kubik beton.
Serat Kaca
Kekurangan serat kaca:
1. sangat mudah bereaksi dengan alkali semen.
2. Masalah lain serat kaca adalah harganya yang relatif mahal.
c. Serat sintetis (Synthetic Fiber)
Serat sintetik adalah serat buatan yang diperoleh dari pengembangan
produk petrokimia dan industri tekstil. Material ini di kenal dalam
banyak jenis seperti acrylic, aramid, carbon, nylon, polyethilene, polypropylene.
Serat sintetik umumnya cocok digunakan untuk ketahaan terhadap retak,
khususnya di umur dini, Braunch,J et.al{2002}. Dosis penggunaan serat
sintetik beragam dari 0.1% hingga 0,8% takaran volume.
Klasifikasi serat dalam plastik diperkuat jatuh ke dalam dua
kelas: (i) serat pendek, juga dikenal sebagai serat terputus, dengan
rasio aspek umum (didefinisikan sebagai rasio dari panjang serat
diameter) antara 20 sampai 60, dan (ii) serat panjang, juga dikenal
sebagai serat kontinu, rasio aspek umum adalah antara 200 sampai 500.
Serat Sintetis