ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI GULA ...

40
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI GULA PADA PABRIK GULA CAMMING KABUPATEN BONE TUGAS AKHIR OLEH : IMAM FAQIH ALIAH 15TIA052 Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menyelesaikan program Diploma Tiga Jurusan Teknik Industri Program Studi Teknik Industri Agro KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I. POLITEKNIK ATI MAKASSAR 2018

Transcript of ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI GULA ...

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI

GULA PADA PABRIK GULA CAMMING

KABUPATEN BONE

TUGAS AKHIR

OLEH :

IMAM FAQIH ALIAH

15TIA052

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Guna menyelesaikan program Diploma Tiga

Jurusan Teknik Industri

Program Studi Teknik Industri Agro

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I.

POLITEKNIK ATI MAKASSAR

2018

ii

Pembimbing I

Ir. Huzairin Patunrangi, MM. NIP. 19560109 198603 1 001

Direktur Politeknik ATI Makassar

Ir. Amrin Rapi, ST., MT. IPM. NIP. 19691011 199412 1 001

Ketua Jurusan Teknik Industri Agro

DR. Ir. Hj. Arminas, ST. MM. IPM. NIP. 19670225 200112 2 002

Pembimbing II

DRA. Hj. Rachmatiah., MM. NIP. 19551008 197903 2 001

HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI GULA

PADA PABRIK GULA CAMMING KABUPATEN BONE

NAMA MAHASISWA : IMAM FAQIH ALIAH

NOMOR STAMBUK : 15TIA052

PROGRAM STUDI : TEKNIK INDUSTRI AGRO

Menyetujui,

Mengetahui :

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diterima oleh Panitia Ujian Akhir Program Diploma Tiga (D3) yang

ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Politeknik ATI Makassar

Nomor : 214/KPTS/SJ-IND.7.8/2/2018 tanggal 1 Februari 2018 yang telah

dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Senin, 21 Mei 2018 sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) Teknik Industri dalam program

studi Teknik Industri Agro pada Politeknik ATI Makassar.

PANITIA UJIAN :

Pengawas : 1. Kepala Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian R.I.

2. Direktur Politeknik ATI Makassar

Ketua : Drs. H. Abdul Samad., MM (..................................)

Sekretaris : Widya Hastuti A., S.ST., MM., P.hD (..................................)

Anggota : Drs. Haruddin., MM (..................................)

Pembimbing I : Ir. Huzairin Patunrangi., MM (..................................)

Pembimbing II : Dra. Hj. Rachmatiah., MM (..................................)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Imam Faqih Aliah

NIM : 15TIA052

Program Studi : Teknik Industri Agro

Menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti dan dapat dibuktikan sesuai

dengan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia bahwa tugas akhir

saya adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut tanpa melibatkan institusi Politeknik ATI Makassar atau

orang lain.

Makassar, 21 Mei 2018

Yang Menyatakan,

Imam Faqih Aliah

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT,

atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

Adapun Tugas Akhir yang penulis lakukan adalah kewajiban, sebagai

mahasiswa guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi

pada Perguruan Tinggi Politeknik ATI Makassar. Penulis menyadari bahwa Tugas

Akhir ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Allah SWT pemberi nikmat, kesehatan dan kesempatan serta seluruh

anugerah terindah dalam hidup.

2. Teristimewa kepada ibunda dan ayahanda tercinta yang senantiasa

memberikan doa dan dukungannya semoga Allah SWT memberikan

kesehatan dan limpahan kasih sayang-Nya.

3. Teristimewa kepada Bapak PLT Risbang PG. Camming Bapak Danang Heru

Pratama STP, Bagian Komputerisasi Risbang PG. Camming Bapak

Muhammad Yunus serta kakanda Yulis Aviani atas bantuannya selama

pembuatan tugas akhir ini.

4. Bapak Ir. Amrin Rapi., ST.,MT.,IPM selaku Direktur Politeknik ATI Makassar.

5. Ibu Dr. Ir. Hj. Arminas., ST., MM., IPM selaku Ketua Program Studi Teknik

Industri Agro.

vi

6. Bapak Ir. Huzairin Patunrangi., MM dan Ibu Dra. Hj. Rachmatiah.,MM. selaku

dosen pembimbing Tugas Akhir yang senantiasa memberi motivasi yang luar

biasa demi kesempurnaan tugas akhir ini.

7. Direktur serta karyawan PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Camming.

8. Bapak M. Ridwan selaku Pembimbing lapangan dalam Kuliah Kerja Praktek.

9. Seluruh dosen dan staff pegawai Politeknik ATI Makassar.

10. Teman-teman kelas 3B Teknik Industri Agro dan Angkatan 2015 yang banyak

memberi motivasi dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan, maka

segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga Tugas Akhir

ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, dan memberikan sumbangsih

yang baik bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya.

Makassar, 21 Mei 2018

Imam Faqih Aliah

vii

ABSTRAK

ALIAH, IMAM FAQIH. 2018. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Gula Pada

Pabrik Gula Camming Kabupaten Bone. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri

Agro. Politeknik ATI Makassar. Di Bawah bimbingan Bapak HUZAIRIN

PATUNRANGI sebagai pembimbing I dan Pembimbing II. Ibu RACHMATIAH.

Pengendalian kualitas suatu produk merupakan penggabungan dari

berbagai aspek dalam perusahaan untuk mendukung dan berpartisipasi dalam

peningkatan kualitas produk. Perusahaan perlu untuk melakukan pengendalian

kualitas agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

oleh perusahaan atau badan pengawas produk secara nasional ataupun

internasional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat reproses gula yang terjadi

pada produksi gula, serta mengetahui upaya penanggulangan reproses gula yang

terjadi pada produksi gula PG. Camming. Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan banyaknya jumlah produksi dan

reproses yang terjadi pada pembuatan gula di PG Camming tahun 2017. Metode

pengumpulan data pada penelitian kali ini adalah metode dokumentasi, observasi dan

studi literature.

Hasil analsisa melalui pendekatan diagram fishbone, mendapati dua

ketidaksesuaian yang menjadi penyumbang dalam reproses gula, yakni kerikilan

merupakan ketidaksesuaian terbesar, yakni sebesar 8,79% dari total produksi

gula yang dibuat, serta scrap sugar menyumbang sebesar 3,24% dari total

produksi gula yang dibuat. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reproses

pada produksi gula PG. Camming adalah faktor manusia (pekerja itu sendiri),

faktor lingkungan kerja, faktor mesin, dan faktor metode yang digunakan.

Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Kualitas, Kontrol, Reproses.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ............................................ iv

KATA PENGANTAR............................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL..................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

D. Batasan Masalah ...................................................................................... 3

E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5

A. Pengendalian Kualitas .............................................................................. 5

B. Kualitas .................................................................................................... 6

C. Reproses .................................................................................................. 8

D. Proses Kristalisasi Gula ............................................................................. 8

E. Diagram Fishbone................................................................................... 10

F. Analisa Data ........................................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 14

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 14

B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 14

C. Jenis Penelitian ....................................................................................... 14

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 14

E. Analisa Data ........................................................................................... 15

ix

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................... 16

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 16

B. Proses Pengendalian Kualitas Produksi Gula PG. Camming ..................... 16

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kerusakan (Reproses) Pada Proses

Produksi Gula PG. Camming ................................................................... 21

D. Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Dalam Penanggulangan Reproses Pada

Pabrik Gula Camming ............................................................................. 24

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 26

A. Kesimpulan............................................................................................. 26

B. Saran ...................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 28

LAMPIRAN ......................................................................................................... 30

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Presentase Ketidaksesuaian Produkasi Gula PG. Camming Tahun

2017 .................................................................................................................. 17

Tabel 4.2 Tabel Usulan Tindakan Perbaikan Untuk PG. Camming ....................... 25

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Diagram Fishbone .............................................................. 12

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ........................................................................... 13

Gambar 4.1 Jumlah Gula Cacat (Reproses) PG. Camming 2017 .......................... 18

Gambar 4.2 Diagram Fishbone ........................................................................... 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian kualitas dimulai dari perencanaan produk yang

bersangkutan hingga pelaksanaannya. Menurut Prawirosentono (2002)

diantara tahap perencanaan dan tahap pengorganisasian (organizing) dan

pelaksanaan (actuating) harus disertai pengawasan kualitas. Dan pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pengendalian kualitas suatu

produk merupakan penggabungan dari berbagai aspek dalam perusahaan

untuk mendukung dan berpartisipasi dalam peningkatan kualitas produk.

Perusahaan perlu untuk melakukan pengendalian kualitas agar produk yang

dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau

badan pengawas produk secara nasional ataupun internasional.

Pengendalian kualitas produksi yang dimaksud pada penelitian kali ini

adalah pengendalian reproses gula (cacat) PG Camming. Dimana reproses

yang terjadi membuat PG Camming tentu memerlukan biaya tambahan

dalam mengolah kembali produk tersebut. Sehingga perlu tindakan nyata

untuk mengurangi hal tersebut. Menurut Danang HTP (2016), reproses

merupakan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas yang

sudah ditentukan.

Produsen sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya produk reproses

(cacat) dengan cara menyelidiki apakah terjadi kesalahan dalam proses

produksinya sehingga dapat didapatkan penyebab produk reproses (cacat) itu

terjadi.

Menurut Yunus (2016), suatu produk dikatakan cacat apabila produk

tersebut tidak aman dalam penggunaannya serta tidak memenuhi syarat –

syarat keamanan tertentu.

Produsen harus melakukan suatu tindakan lebih lanjut untuk mengatasi

permasalahan produk cacat tersebut. Produk cacat dapat dikendalikan

2

dengan melalui pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas bukan berarti

bahwa kualitas produk yang dikendalikan melainkan mengendalikan proses

produksi agar kecacatan produk yang dihasilkan tidak mengalami

peningkatan kembali. Pengendalian kualitas itu sendiri bertujuan untuk

meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sebuah perusahaan dengan

cara mengurangi faktor kesalahan, cacat produk, kegagalan, dan

ketidaksesuaian spesifikasi.

PT. Perkebunan Nusantara X PG Camming bergerak dalam bidang agro

industri, yakni memproses tebu menjadi gula kristal putih. Dalam

menjalankan kegiatan industrinya, selama ini perusahaan mengacu kepada

Standar Nasional Indonesia (SNI). Salah satu proses produksi yang

menentukan kualitas suatu produk adalah pada proses pengolahan.

Diharapkan dengan adanya pengawasan pada proses produksi dalam hal ini

reproses, dapat meminimalkan reproses gula yang terjadi pada saat

pembuatan gula. Untuk itu, maka akan diadakan penelitian di PT. Perkebunan

Nusantara X PG. Camming yang memproduksi gula tebu. Pengendalian

dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis data statistik

perusahaan dengan cara manual dmenggunakan metode pendekatan

Fishbone.

Dari paparan di atas, maka tugas akhir ini penyaji memberi judul

“Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Gula Pada Pabrik Gula Camming

Kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa besar tingkat reproses gula yang terjadi pada prses pembuatan

gula pada PG. Camming tahun 2017?

2. Faktor apakah yang menjadi penyebab terjadinya reproses gula tersebut

dan bagaimana upaya perbaikannya?

3

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat reproses gula yang terjadi pada produksi PG.

Camming.

2. Mengetahui upaya penanggulangan reproses gula yang terjadi pada

produksi PG. Camming.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data yang diolah dan proses adalah data produksi gula PG. Camming

bulan Agustus-Desember tahun 2017.

2. Penelitian ini hanya berfokus pada penanggulangan reproses gula yang

terjadi pada proses produksi gula PG. Camming dengan menggunakan

diagram fishbone.

3. Penelitian ini juga hanya menganalisis mengenai faktor yang menjadi

penyebab terjadinya reproses gula PG. Camming beserta dengan tindakan

penanggulangannya.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis, untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat

dan dipelajari ketika proses perkuliahan di Politeknik ATI Makassar.

2. Bagi Jurusan Teknik Industri Agro, hasil penulisan ini dapat dijadikan

sebagai bahan studi kasus dan acuan bagi mahasiswa pada umumnya

serta sebagai bahan referensi bagi pihak perpustakaan untuk menambah

ilmu pengetahuan bagi pembaca.

3. Bagi PT. Perkebunan Nusantara X PG. Camming, hasil penulisan ini dapat

membantu untuk meningkatkan kualitas produksi gula di PT. Perkebunan

Nusantara X PG. Camming.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengendalian Kualitas

Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus

dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas

produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan

pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk

menciptakan kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap

bagian dalam organisasi Yamit (2001).

Pengendalian kualitas merupakan alat penting bagi manajemen untuk

memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas, yang

sudah tinggi dan mengurangi jumlah barang yang rusak Reksohadiprojo (2000).

Menurut Assauri (1998) pengawasan mutu merupakan usaha untuk

mempertahankan kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan

perusahaan.

Ditinjau dari statistik, ada dua macam variasi kualitas yang dikenal, yaitu :

1. Bersifat probabilistik, yakni variasi yang terjadi karena secara kebetulan dan

tidak dapat dielakkan.

2. Bersifat eratik, yakni variasi yang terjadi tidak menentu dikarenakan

timbulnya penyebab tak wajar.

Proses variasi yang pertama dan memenuhi spesifikasi-spesifikasi

tertentu, dikatakan bahwa proses berjalan dalam kontrol. Hal ini proses

dibiarkan terus berlangsung dan tidak diganggu. Akan tetapi jika terjadi hal yang

kedua, maka dikatakan bahwa proses di luar kontrol, karena itu harus ditemukan

penyebabnya dan lalu dihilangkan. Proses yang keluar kontrol harus dihentikan

6

dan diperbaiki supaya terjadi proses dalam kontrol, sehingga perlu diadakan

pengontrolan kualitas.

Proses pengendalian statistik dapat dilakukan dengan menganalisis dan

meminimalkan penyimpangan atau kesalahan, mengkuantifikasikan kemampuan

proses dan membuat hubungan antar konsep dan teknik yang ada untuk

mengadakan perbaikan proses produksi Sudjana (2002).

B. Kualitas

Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas

produk dan jasa yang dihasilkan. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan Ariani (2005).

Mengenai arti kualitas menurut Assauri (2004) dapat berbeda-beda

tergantung rangkaian perkataan atau kalimat di mana istilah kualitas ini dipakai,

dan orang mempergunakannya. Dalam perusahaan pabrik, istilah kualitas

diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang

menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa

barang/hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan. Barang/hasil ini harus memenuhi

beberapa tujuan dan supaya barang/hasil ini dapat dipergunakan untuk

mencapai tujuan itu maka barang/hasil tersebut harus mempunyai kualitas

tertentu. Pada dasarnya kualitas mengacu pada beberapa pengertian pokok

berikut :

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan

langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan

pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan

produk itu.

2. Kualitas terdiri dari segala sesutu yang bebas dari kekurangan atau

kerusakan.

7

Berdasarkan pengertian dasar diatas, Gazpers (2005) menyatakan bahwa

kualitas selalu berfokus pada pelaggan (customer focus edquality). Dengan

demikian produk-produk didesain, diproduksi, seta pelayanan diberikan untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu pada segala sesuatu

yang menentukuan kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru

dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat

dimanfaatkan dengan baik serta diproduksi dengan cara baik dan benar.

Juran (1962) menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan

tujuan atau manfaatnya. Deming (1982) menjelaskan kualitas adalah kesesuaian

dengan kebutuhan meliputi availability, delivery, reliability, maintanibility dan

cost effectiveness. Kualitas menurut Feigenbaum (1991) adalah keseluruhan

karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,

manufacture, dan maintenance dalam mana produk dan jasa tersebut dalam

pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

Secara tradisional menurut Gaspersz (1997) kualitas diartikan pada fokus

terhadap aktivitas inspektasi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat ke

tangan pelanggan. Sedangkan pada masa modern sekarang ini terjadi

pergeseran makna dari kualitas. Pengertian konsep modern dari kualitas adalah

membangun sistem kualitas modern yang dicirikan oleh lima karakteristik

dibawah ini:

1. Sistem kualitas modern berorientasi kepada pelanggan.

2. Adanya partisipasi aktif yang dipipin oleh manajemen puncak (Top

Management).

3. Adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik

untuk kualitas.

4. Berorietasi kepada tindakan pencegahan kerusakan.

8

Adanya suatu filosopi yang menganggap bahwa kualitas merupakan

“jalan hidup” (way of life) dan adanya kultur perusahaan proses peningkatan

kualitas secara terus-menerus.

C. Reproses

Reproses menurut Danang Heru Pratama (2017), kepala Riset dan

Pengembangan (Risbang) PG Camming, yakni gula yang belum memenuhi

standar kelayakan untuk dipasarkan pada konsumen akibat dari kondisi yang

terdapat (seperti kerikilan dan scrap sugar) sehingga dilakukan pemasakan ulang

terhadap gula tersebut demi mencapai tingkat standar yang telah ditetapkan

sebelumnya.

D. Proses Kristaliasi Gula

Adapun langkah-langkah proses pengkristalan pada masakan gula adalah

sebagai berikut :

1. Menarik Tangki masakan terlebih dahulu di buat hampa udara dengan

tekanan vakum sebesar 40 cmHg kemudian saluran penghubung dengan

tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh sehingga

mencapai keadaan maksimum dengan tekanan 66 cmHg.

2. Langkah pertama dari proses pangkristalan adalah menarik masakan (nira

pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan

pemekatan secara terus-menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat.

Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa.

3. Langkah selanjutnya ialah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan gula

(fondant) ke dalam pan masakan kemudia melakukan proses pembesaran

kristal. Fondant merupakan inti kristal gula yang sudah ditumbuk menjadi

halus dan sengaja diberikan agar kristal gula yang terbentuk memiliki ukuran

yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar

9

sehingga menjadi kristal yang halus. Bibit fondant tersebut dapat dibuat di

luar pan masakan. Untuk mengetahui besar kecil ukuran kristal dapat

dilakukan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan yang

diamati pada sinar lampu, jika terjadi salah pembuatan bibit maka terjadi

kerikilan.

4. Dalam proses memperbesar ukuran kristal dilakukan dengan penambahan

bibit yang baik sampai diharapkan ukuran kristal 0,8-1 mm.

5. Kristal gula yang sudah terbentuk sesuia dengan ukuran ketentuan yang

diharapkan dinamakan dengan masakan tua. Tujuan dari masakan tua adalah

melanjutkan penguapan masakan dalam pan kristalisasi tanpa penambahan

larutan baru untuk menghindari terjadinya pembentukan kristal yang kurang

rapat. Apabila hal diatas telah terpenuhi, terbentuklah kristal yang cukup

rapat dan hal ini menunjukkan proses pengkristalan telah selesai.

6. Terakhir Masakan tua yang ukurannya telah mencapai 0,8-1 mm dikeluarkan

dari tangki masakan dan dimasukkan kedalam palung pendingin yang

terdapat di bawah tangki masakan. Penurunan (proses menampi) masakan

dimulai dengan menutup uap panas, kemudian menghilangkan tekanan

hampa. Penghilangan tekanan hampa dilakukan dengan membuat hubungan

pan masakan, maka tekanan udara di dalam pan naik dan tekanan vakum

hilang. Setelah seluruh masakan diturunkan, pan masakan dicuci dengan

steam (uap panas) untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula (scrap sugar)

dan larutan-larutan yang tertinggal, agar pada masakan selanjutnya tidak

mengganggu proses pangkristalan dan kualitas kristal gula yang terbentuk.

Larutan pada pan masakan hasil pencucian dengan air dan steam dialirkan ke

peleburan untuk di daur ulang kembali.

10

E. Diagram Fishbone

1. Pengertian Diagram Fishbone

Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena bentuknya seperti

tulang ikan) sering juga disebut dengan Cause and Effect

Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa,

seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat

kualitas dasar (7 basic quality tools) Tague (2005).

Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di

dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan

diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang

ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan

kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas

Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode

tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang

menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa

juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau

metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control

chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.

Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk

mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan.

Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah

permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan

sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab

sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and

Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan

antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal,

diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor

11

penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh

faktor-faktor penyebab itu.

2. Manfaat Diagram Fishbone

Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk

mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin

timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar

penyebabnya. Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin”

dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk

hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan

memberikan hasil yang diinginkan.

Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak

sekali keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas

yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah–masalah klasik lainnya

juga terselesaikan. Masalah–masalah klasik yang ada di industri manufaktur

khususnya antara lain adalah :

a. Keterlambatan proses produksi

b. Tingkat defect (cacat) produk yang tinggi

c. Mesin produksi yang sering mengalami trouble

d. Output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan

produksi

e. Produktivitas yang tidak mencapai target

f. Complain pelanggan yang terus berulang

Namun, pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk

kebutuhan-kebutuhan berikut :

a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah

b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut

12

d. Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang

diinginkan

e. Membahas issue secara lengkap dan rapi

f. Menghasilkan pemikiran baru.

Jadi ditemukannya diagram Fishbone memberikan kemudahan dan

menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi

perusahaan.

Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat

menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri

manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel

yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah”

dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah

perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya

menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua

kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.

Gambar 2.1 Contoh Diagram Fishbone

13

F. Kerangka Berfikir

Batasan Masalah

PG. Camming-Bone

Pengolahan Data

Analisa penyebab reproses dengan

Diagram Fishbone

Pengumpulan Data

Rumusan Masalah

Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Analisis Dan Pembahsan

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Wktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PG. Camming-Bone bertempat di Desa

Wanuawaru, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan di

bagian unit dan divisi Riset dan Pengembangan serta Produksi PG Camming

pada tanggal 08 Agustus-17 Desember 2017.

B. Alat dan Bahan

Dalam pengumpulan dan pengolahan data, penulis menggunakan alat

dan bahan sebagai berikut :

1. Alat

Alat tulis, Laptop, Software Microsoft Office

2. Bahan

Data primer perusahan yakni hasil produksi dan tingkat reproses gula

pada produksi gilingan tahun 2017 PG Camming.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian deskriptif

yang dilakukan degan cara pengamatan langsung di lapangan. Penulis

mengambil dan mendokumentasi data banyaknya produksi dan reproses gula

melalui pengamatan langsung pada stasiun gilingan pada PT. Perkebunan

Nusantara X Pabrik Gula Camming.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh data berupa kuantitatif

adalah sebagai berikut :

15

1. Metode Dokumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari laporan produksi

gula pada bulan Agustus-Desember 2017 dalam setiap produksi yang ada

di PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Camming untuk kemudian

dianalisis.

2. Metode Observasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan lapangan

proses produksi pada PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Camming

untuk kemudian dianalisis.

3. Metode Literatur

Metode literatur adalah mengumpulkan, memilih, dan menganalisis

beberapa sumber bacaan yang berkaitan dengan rumusan masalah

dalam penyusunan tugas akhir. Dengan metode ini, sumber bacaan yang

digunakan adalah buku-buku serta jurnal yang berkaitan erat dengan

pengendalian kualitas.

E. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudain diolah dan dianalisis dengan

menggunakan metode diagram fishbone, adapun tahapannya adalah sebagai

berikut :

1. Menyepakati pernyataan masalah

2. Mengidentifikasi kategori-kategori

3. Menemukan sebab-sebab dengan cara brainstorming dan observasi

4. Mengkajidan menyepakati sebab-sebab yang paling dominan

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Aktivitas pengendalian kualitas gula PG. Camming dimulai dari

pengendalian kualitas bahan baku sampai dengan pengendalian produk jadi.

Terdapat departemen khusus dalam menjalankan proses pengendalian

kualitas bahan baku yang akan digunakan, yakni departemen Riset dan

Pengembangan (Risbang) PG. Camming. Dimana departemen ini bertugas

untuk mengendalikan serta memberikan informasi mengenai kualitas tebu

yang akan dijadikan bahan baku pada proses pembuatan gula. Selain itu,

perusahaan memberikan tanggung jawab penuh kepada setiap bagian baik

sinder lapangan dan kepala bagian departemen maupun divisi tanaman

hingga penrgudangan untuk menjalankan tugas masing-masing. Setiap bagian

bertanggung jawab terhadap setiap tahapan proses yang dijalankan untuk

menghasilkan produk gula yang berkualitas.

B. Proses Pengendalian Kualitas Produksi Gula PG Camming

Proses pengendalian kualitas statistik yang diterapkan di PT. Perkebunan

Nusantara X, PG. Camming dalam produksi gula kristal putihnya adalah

melakukan pengamatan dan pemeriksaan lapangan, yakni sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kualitas bahan mentah (bahan baku, bahan baku penolong

dan sebagainya), kualitas bahan dalam proses dan kualitas produk jadi.

Demikian pula standar jumlah dan komposisinya.

2. Pemeriksaan atas produk sebagai hasil proses pembuatan. Hal ini berlaku

untuk barang setengah jadi maupun barang jadi. Pemeriksaan yang

dilakukan tersebut memberi gambaran apakah proses produksi berjalan

seperti yang telah ditetapkan atau tidak.

17

Tabel 4.1 Tabel Presentase Ketidaksesuaian Produksi Gula PG. Camming 2017

Sumber Tabel 4.1 : Data Diolah Pribadi oleh Imam Faqih Aliah

KERIKILAN (KU) SCRAP SUGAR (KU) KERIKILAN (%) SCRAP SUGAR (%)Agustus 27748,94 489,02 180,87 1,76 0,65 2,41

September 37661,57 696,45 253,59 1,85 0,67 2,52

Oktober 39681,39 705,57 260,96 1,78 0,66 2,44

November 38217,79 677,44 250,56 1,77 0,66 2,43

Desember 16078,60 261,68 96,79 1,63 0,60 2,23

TOTAL 159388,29 2830,16 1042,77 8,79 3,24 12,03

BULANJUMLAH

PRODUKSI (KU)

JUMLAH CACAT (REPROSES) PRESENTASE JUMLAH CACAT (REPROSES) TOTAL PRESENTASE

CACAT (%)

3. Mesin, tenaga kerja dan fasilitas yang dipakai dalam proses produksi

harus juga diawasi sesuai dengan standar kebutuhan. Apabila terjadi

penyimpangan, harus segera dilakukan koreksi agar produk yang

dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan.

4. Melakukan pengamatan terhadap jalannya proses produksi dari awal

proses hingga proses produksi berakhir.

5. Melakukan analisis fakta untuk mengetahui penyimpangan yang mungkin

terjadi.

6. Untuk mengetahui dengan jelas berapa persentase dari masing-masing

ketidaksesuaian, perusahaan membuat lembar pemeriksaan untuk

memperoleh data yang tidak sesuai (cacat) yang pada akhirnya dilakukan

proses ulang pada produk cacat tersebut.

Berikut adalah tabel persentase ketidaksesuaian pada proses produksi

gula PT. Perkebunan Nusantara X, PG. Camming :

18

Gambar 4.1 Jumlah Gula Cacat (Reproses) PG. Camming 2017

Sumber Gambar 4.1 : Grafik Diolah Pribadi Dengan Software Ms. Office Excel 2007, Oleh Imam Faqih

Aliah

Agar lebih mudah melihat kerusakan (cacat) yang terjadi maka dari tabel

diatas disajikan dalam bentuk diagram yang berupa diagram batang akan

lebih mudah dipahami, sebagai berikut :

Dalam proses kristalisasi di PG Camming, pihak perusahaan menggunakan

sistem masak 3 tingkat, yaitu A, B dan D.

1. Masakan A, yaitu proses masakan pada pan yang menghasilkan gula

kristal A dan Stroop A. Stroop adalah larutan yang masih menempel pada

kristal gula yang menjadi scrap sugar jika tidak terolah dengan baik.

2. Masakan B, yaitu proses masakan pada pan yang menghasilkan gula

kristal B dan Stroop B.

19

3. Masakan D, yaitu proses masakan pada pan yang menghasilkan gula

kristal D dan Stroop D.

Adapun langkah-langkah proses pengkristalan pada masakan gula adalah

sebagai berikut :

1. Menarik Tangki masakan terlebih dahulu di buat hampa udara dengan

tekanan vakum sebesar 40 cmHg kemudian saluran penghubung dengan

tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh sehingga

mencapai keadaan maksimum dengan tekanan 66 cmHg.

2. Langkah pertama dari proses pangkristalan adalah menarik masakan (nira

pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya.

Dengan pemekatan secara terus-menerus koefisien kejenuhannya akan

meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola

kristal sukrosa.

3. Langkah selanjutnya ialah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan gula

(fondant) ke dalam pan masakan kemudia melakukan proses pembesaran

kristal. Fondant merupakan inti kristal gula yang sudah ditumbuk menjadi

halus dan sengaja diberikan agar kristal gula yang terbentuk memiliki

ukuran yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang

kasar sehingga menjadi kristal yang halus. Bibit fondant tersebut dapat

dibuat di luar pan masakan. Untuk mengetahui besar kecil ukuran kristal

dapat dilakukan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca

transparan yang diamati pada sinar lampu, jika terjadi salah pembuatan

bibit maka terjadi kerikilan.

4. Dalam proses memperbesar ukuran kristal dilakukan dengan

penambahan bibit yang baik sampai diharapkan ukuran kristal 0,8-1 mm.

5. Kristal gula yang sudah terbentuk sesuia dengan ukuran ketentuan yang

diharapkan dinamakan dengan masakan tua. Tujuan dari masakan tua

adalah melanjutkan penguapan masakan dalam pan kristalisasi tanpa

penambahan larutan baru untuk menghindari terjadinya pembentukan

20

kristal yang kurang rapat. Apabila hal diatas telah terpenuhi, terbentuklah

kristal yang cukup rapat dan hal ini menunjukkan proses pengkristalan

telah selesai.

6. Terakhir Masakan tua yang ukurannya telah mencapai 0,8-1 mm

dikeluarkan dari tangki masakan dan dimasukkan kedalam palung

pendingin yang terdapat di bawah tangki masakan. Penurunan (proses

menampi) masakan dimulai dengan menutup uap panas, kemudian

menghilangkan tekanan hampa. Penghilangan tekanan hampa dilakukan

dengan membuat hubungan pan masakan, maka tekanan udara di dalam

pan naik dan tekanan vakum hilang. Setelah seluruh masakan diturunkan,

pan masakan dicuci dengan steam (uap panas) untuk membersihkan sisa-

sisa kristal gula (scrap sugar) dan larutan-larutan yang tertinggal, agar

pada masakan selanjutnya tidak mengganggu proses pangkristalan dan

kualitas kristal gula yang terbentuk. Larutan pada pan masakan hasil

pencucian dengan air dan steam dialirkan ke peleburan untuk di daur

ulang kembali.

Kerikilan merupakan jenis kerusakan yang terjadi dalam proses

pemasakan, yakni berat jenis pada butiran kristal yang terbentuk tidak sesuai

standar yang telah ditetapkan. Standar berat jenis butiran kristal yang telah

ditetapkan adalah berkisar antara 0,8 mm sampai dengan 1,2 mm, sedangkan

kerikilan ini memiliki berat jenis burtiran kristal melebihi standar yang telah

ditetapkan. Dari data jumlah produksi dan produk yang rusak jenis kerikilan

di PG. Camming tahun 2017 pada bulan Agustus-Desember dapat diketahui

bahwa pada bulan Agustus terdapat 1,76% kerusakan dari jumlah produksi

sebesar 27748,94 kuintal dengan kerusakan berupa kerikilan 489,02 kuintal.

Pada bulan September terdapat 1,85% kerusakan dari jumlah produksi

sebesar 37661,57 kuintal dengan kerusakan berupa kerikilan 696,45 kuintal.

Pada bulan Oktober terdapat 1,78% kerikilan sebanyak 705,57 kuintal, pada

November terdapat 1,77% dengan kerusakan berupa kerikilan 677,44 Kuintal,

21

serta pada bulan Desember terdapat 1,63% kerusakan dari jumlah produksi

berupa kerikilan 261,68 kuintal.

Sedangkan scrap sugar (SS) merupakan jenis kerusakan yang terjadi

karena sisa masakan gula yang menempel pada dinding pan masakan dan

peralatan kerja yang digunakan. SS berwarna coklat tua dengan kadar air >

0,1 % dan memiliki berat jenis < 0,8 mm dan masih mengandung sukrosa.

Dari data Scrap Sugar di PG. Camming tahun 2017 pada bulan Agustus-

Desember dapat diketahui bahwa pada bulan Agustus terdapat 0,65% scrap

dari jumlah produksi sebanyak 27748,94 kuintal dengan kerusakan berupa

scrap 180,87 kuintal. Pada bulan September terdapat 0,67% scrap dari jumlah

produksi sebanyak 37661,57 kuintal dengan kerusakan berupa scrap sugar

sebanyak 253,59 kuintal. Pada bulan Oktober terdapat 0,66% scrap sebanyak

260,96 kuintal, pada November terdapat 0,66% dengan kerusakan berupa

scrap 250,96 Kuintal, serta pada bulan Desmber terdapat 0,60% scrap dari

jumlah produksi berupa 96,79 kuintal.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecacatan Produk Gula PG. Camming

Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan metode observasi yakni

pengamatan langsung pada lapangan, yakni pada proses produksi pembuatan

gula di PG Camming. Dimana dalam metode obeservasi tersebut, penulis

menggunakan pendekatan diagram fishbone untuk memudahkan dalam

mengidentifikasi masalah yang terjadi pada proses produksi gula PG

Camming.

Dengan menggunakan metode observasi berdasarkan pendekatan

diagram fishbone, maka ditemukanlah sejumlah hal yang menyebabkan

menjadi penyebab dalam terjadinya reproses gula pada Pabrik Gula

Camming, berikut diagram fishbone yang dimaksud :

22

Gambar 4.2 Gambar Diagram Fishbone

Sumber Gambar 4.2 : Gambar Diagram Diolah Menggunakan Software Ms. Office Word

oleh Imam Faqih Aliah

Berdasarkan pendekatan fishbone, dapat kita analisis faktor yang menjadi

penyebab kecacatan (reproses), yakni sebagai berikut :

1. Faktor Manusia

Kedisplinan dan ketelitian karyawan yang bekurang dalam

menjalankan tugas menjadi faktor terbesar penyumbang terjadinya

krikilan dan scrap sugar. Karena masih ada mesin dan peralatan kerja di

PG. Camming masih dijalankan secara manual. Maka dibutuhkan tingkat

kedisiplinan dan ketelitian karyawan yang tinggi untuk menjalankan

mesin dan peralatan kerja yang digunakan agar sesuai dengan SOP yang

telah ditetapkan. Diharapkan dengan tingkat kedisiplinan dan ketelitian

yang tinggi akan mampu meningkatan kualitas dari gula yang dihasilkan

oleh PG Camming.

23

Proses menampi yang dilakukan oleh karyawan kurang bersih

yang mengakibatkan sisa-sisa masakan (scrap sugar) pada pan ikut

termasak kembali pada proses memasak berikutnya yang mengakibatkan

membesarnya ukuran kristal yang menjadi kerikilan. Menampi

merupakan kegiatan menurunkan masakan dari pan masakan untuk

diproses lebih lanjut. Fungsi dari menampi adalah untuk membersihkan

sisa-sisa gula (scrap sugar) yang telah masak namun perlu proses lanjut

untuk dijadikan gula kristal putih.

Serta pembuatan bibit yang tidak sesuai ukuran standar yakni 0,8-

1mm akan mempengaruhi hasil ukuran kristal gula yang tercipta dan

menjadi kerikilan yang harus diproses ulang.

2. Faktor Mesin

Usia mesin perusahaan yang menua berdampak pada mesin-

mesin yang digunakan dalam proses produksi memiliki usia yang hampir

sama dengan usia perusahaan. Mesin di PG Camming yang sudah tua dan

digunakan 24 jam secara terus menerus pada saat proses produksi

berakibat rawan terjadi kerusakan yang mempengaruhi kualitas gula.

Rantai intermediate II lepas dari sroket, retaknya kaca pan masakan

mengakibatkan masakan menempel disekitar kaca yang mengakibatkan

masakan yang harusnya keluar tetapi ikut termasak lagi dan kembali

membesar.

Sedangkan tersumbatnya pipa uap pan masakan mengakibatkan

uap air yang berguna membersihkan pan masakan tidak dapat mengalir.

Uap air berguna untuk membersihkan sisa masakan yang sudah masak,

sehingga masakan yang harusnya keluar masih mengendap pada lipatan

dan dinding pan masakan. Mesin yang digunakan harus sering

dibersihkan dan dirawat dengan baik untuk menjaga kelanjutan proses

produksi.

24

3. Faktor Lingkungan Kerja

Kondisi lingkungan produksi secara alami juga mempengaruhi

kinerja dari para karyawan. Suhu udara yang panas di sekitar mesin

menyebabkan karyawan melakukan kecerobohan. Uap air yang panas ini

sehingga karyawan kurang maksimal membuka pipa uap air sehingga

proses menampi menjadi kurang bersih.

Suara bising di sekitar mesin menyebabkan fokus para karyawan

berkurang dalam menjalankan kegiatan produksi. Komunikasi yang

kurang antara karyawan dan mandor (sinder) dalam menentukan kapan

waktunya masakan turun menyebabkan masakan telat keluar dan

berakibat pada membesarnya kristal gula. Hubungan kurang terbuka

dalam pengaplikasian SOP masakan antara pekerja dengan divisi

chemicer dan pengolahan terkadang menyebabkan chemicer serta

pengolahan kurang tepat dalam membuat komposisi bahan pembantu

untuk proses kristalisasi dan pengemasan.

4. Faktor Metode

Faktor terakhir yang menimbulkan kerikilan dan scrap sugar

adalah faktor metode kerja. Tidak adanya standar produk pada proses

menampi mengakibatkan karyawan hanya bisa memperkirakan tingkat

kebersihannya. Karena karyawan tidak dapat masuk kedalam pan

masakan, hanya dapat melihat keadaan di dalam pan masakan melalui

kaca.

D. Hal Yang Perlu Dilakukan Dalam Penanggulangan Reproses Pada Pabrik

Gula Camming

Berikut ini tabel usulan tindakan perbaikan kualitas yang perlu dilakukan

oleh PG Camming :

25

Tabel 4.2 Tabel Usulan Tindakan Perbaikan Untuk PG. Camming

Sumber Tabel 4.2 : Tabel Diolah Pribadi Menggunakan Software Ms. Office Excel 2007 oleh Imam

Faqih Aliah

NOFAKTOR YANG

MEMPENGARUHIPERMASALAHAN TINDAKAN PERBAIKAN

a. Kurang cermat dalam

pemasangan peralatan kerja

a. Menambah divisi pengawasan dan

inspeksi lapangan

b. Proses penampian kurang

bersih

b. Menerapkan standarisasi dan

pengontrolan oleh pihak divisi

chemicer dan pengolahan

c. Saluran vakum telat dibuka

c. Mengadakan reward dan

punishment pada pegawai yang

memiliki disiplin tinggi maupun rendah

d. Kurang terampil dan teliti

dalam memberikan air pada

proses putaran

d. Memberikan pelatihan pada

pegawai dan pekerja

a. Pipa di dalam pan masakan

yang tersumbat

a. Selalu melakukan pengecekan

kesiapan mesin dan peralatan kerja

sebelum dilakukan proses.

b. Rantai intermediate lepas

dari sroket

b. Menyediakan suku cadang mesin

yang digunakan.

c. Kaca pan masakan yang

retak

c. Jika memungkinkan, pembelian

mesin baru dapat diupayakan

a. Suhu udara bagian

pemasakan yang panas

a. Membuat lebih banyak ventilasi dan

memperbaiki pola sirkulasi udara

dalam pabrik

b. Suara bising dari mesin yang

digunakan

b. Menggunakan apd yakni ear plug

dan menggunakan gerakan kode

simbol dengan gerakan tangan maupun

stick lamp.

c. Keterbukaan

c. Mengadakan kegiatan sosial

bersama, melakukan diskusi diwaktu

renggang dan luang serta pelatihan

bersama.

4 METODETidak ada standar dalam

proses Menampi

Menerapkan Standarisasi dalam

Menampi agar hasil lebih optimal

MANUSIA1

2 MESIN

3 LINGKUNGAN KERJA

26

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pada proses pembuatan gula PG Camming, terjadi rerposes gula dimana

terdapat dua ketidaksesuaian yakni kerikilan dan scrap sugar, dimana

kerikilan menjadi ketidaksesuaian tersebsar dengan presentase sebesar

8,79% dari total produksi gula yang dibuat yakni 2830,16 kuintal kerikilan

dari total produksi sebesar 159288,29 kuintal gula kristal putih. Sedangkan

scrap sugar menyumbang ketidaksesuaian sebesar 3,24% dari total

produksi gula yang dibuat, yakni 1042,77 kuintal scrap sugar dari total

produksi sebesar 159288,29 kuintal gula kristal putih.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reproses pada produksi gula

PG. Camming Kabupaten Bone sehingga terjadi reproses gula adalah

faktor manusia (pekerja itu sendiri), faktor lingkungan kerja, faktor mesin,

dan faktor metode yang digunakan.

B. Saran

Perusahaan perlu melakukan controling lebih lanjut dengan melakukan

divisi pengawasan dan inspeksi lapangan, menerapkan standarisasi dan

pengontrolan yang ketat oleh pihak divisi chemicer dan pengolahan Selalu

melakukan pengecekan kesiapan mesin dan peralatan kerja sebelum

dilakukan proses. Dan memberikan ruang terbuka seperti memperbanyak

ventilasi agar sirkulasi udara berjalan lebih baik serta mempererat hubungan

antar karyawan agar tidak terjadi ketidakterbukaan yang mampu

menghambat peningkatan kualitas produksi PG. Camming dalam hal ini

menurunkan tingkat reproses gula.

27

Untuk penulis berikutnya diharapkan tidak hanya menjelaskan tentang

kerusakan pada produksi gula seperti kerikilan dan scrap sugar saja serta

menggunakan merode pendekatan fishbone, tetapi diharapkan menjelaskan

permasalahan yang lainnya sehingga memberi lebih banyak manfaat bagi

perusahaan.

28

DAFTAR PUSTAKA

Ariani Dorothea Wahyu Pengendalian Kualitas Statistik [Book]. - Yogyakarta : CV.

Andi Offset, 2004.

Djumardi Laporan Tata Usaha dan Keuangan [Book]. - Bone : Tata Usaha dan

Keuangan PG. Camming, 2017.

Gaspersz Vincent Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa [Book]. - Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Gaspersz Vincent Total Quality Management [Book]. - Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2007.

Mason R. and Lind D. A. Teknik Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi [Book

Section] // Teknik Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi / book auth. Wiharya

U. and Sugiharsono soejipto W.. - Jakarta : Erlangga, 1996.

Pratama Danang Heru Bercocok Tanam Tebu [Book]. - Bone : PTPN X - PG.

Camming, 2008.

Pratama Danang Heru Laporan Quality Control [Report]. - Bone : Riset dan

Pengembangan PG. Camming, 2017.

Puspita Ita Analisis Pengendalian Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas

[Book]. - Makassar : Tugas Akhir, 2007.

Ramli Muhammad Form Dokumen Sinder Tanaman [Report]. - Bone : Sinder

Tanaman dan Proteksi, 2017.

Reksohadiprojo Sukanto and Handoko T. Hani Organisasi Perusahaan:Teori,

Struktur dan Perilaku [Book]. - Yogyakarta : BPPE Yogyakarta, 2000.

29

Tjiptono f. and Diana A. Total Quality Management [Book]. - Yogyakarta : CV.

Andi Offset, 2003.

Yamit Zulian Manajemen Kualitas Produk dan Jasa [Book]. - Yogyakarta :

Ekonisia, 2001.

Yunus Muhammad Form Dokumen Produksi [Report]. - Bone : Riset dan

Pengembangan PG. Camming, 2017.

Yunus Muhammad Form Dokumen Sinder Tanaman [Report]. - Bone : Riset dan

Pengembangan PG. Camming, 2017.

Yunus Muhammad Form Dokumen Tanaman [Report]. - Bone : Riset dan

Pengembangan PG. Camming, 2017.

30