Analisis dan Interpretasi Data Geolistrik untuk Airtanah

107
Analisis dan Interpretasi Data Geolistrik untuk Airtanah Pelatihan Teknologi Geolistrik 2 Dimensi untuk Perencanaan Pemanfaatan Potensi Airtanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI BALAI UJI COBA SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

Transcript of Analisis dan Interpretasi Data Geolistrik untuk Airtanah

Analisis dan Interpretasi Data Geolistrik untuk Airtanah

Pelatihan Teknologi Geolistrik 2 Dimensi untuk PerencanaanPemanfaatan Potensi Airtanah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

BALAI UJI COBA SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

Biodata Pengajar

Emmawan Haryono M.Sc

Tempat - Tgl Lahir

Surakarta 25 Maret 1950

Semolowaru Elok O/8 Surabaya

T. Geologi – FT. UGM

S1 Hydrogeologist – ITC the Netherlands

S2 Watersheet Surveys – ITC the netherlands

1976 - 1990 Staf BPP / PAT Jatim

1990 - 2002 Pimpro PAT

2002 - 2006 subdin PU Pengairan Jatim

2006 - sekarang Konsultan pusdiklat PU SDAK

Pendidikan

Pengalaman Kerja 0813-3005-0950

No HP & WA

[email protected]

Email

Alamat

Sejarah Perkembangan Geolistrik

Perbedaan tersebut terletak padaa. Tata cara kerja ( konfigurasi elektroda,

interpretasi)b. Alat yang digunakan, sebetulnya tiap alat

dapat digunakan untuk mazhab apapun,akan tetapi perbedaan konfigurasielektroda yang dipakai mempengaruhidaya penetrasi

c. Data prossessing

Sejarah perkembangan eksplorasi geolistrikmerupakan perkembangan yang palingunik dari seluruh geofisika eksplorasi.Unik karena dalam perkembangannyametoda ini terbagi-bagi dalam beberapamazhab (school), padahal sumber dasarteori sama.

Gray dan Wheeler thn 1720, melakukan pengukuran terhadap batuan dan

mencoba membakukan tebal konduktivitas batuan.

Penggunaan sifat-sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi sudah dikenal

peradaban manusia lebih dari dua abad yang lalu. Pelopor yang mula-mula

memakai cara geofisika untuk maksud eksplorasi adalah :

Robert W. Fox thn. (1789 - 1877), dapat disebut sebagai Bapak Metoda Geolistrik, karena

yang pertama kali mempelajai hubungan sifat-sifat listrik dengan keadaan geologi,

temperatur, terrestrial electric dan geothermal, di tambang-tambang Corn Wall,

Inggris.

Watson thn 1746, menemukan bahwa tanah merupakan konduktor dimana

potensial yang diamati pada titik-titik diantara dua elektroda arus yang

dipotong sejarak 2 mil, bervariai akibat adanya perbedaan kondisi geologi

setempat.

1871oleh W.Skey

1877 oleh Charles Matteucci

1882oleh Cart Barus

1891 oleh Brown

1897

1912

1914

oleh Bernfield

oleh Gottchalk

R.C. Wells &George Ottis

Perkembangan dilanjutkan secara bertahap :

Sclumberger dan R.C. Well geolistrik

berkembang di dua benua, dengan cara dan

sejarah yang berbeda. Akan tetapi di ujung

perkembangan tersebut kedua mazhab ini

bertemu lagi, terutama dalam menggunakan

konsep matematika yang sama yang diterapkan

pada teori interpretasi masing-masing.

Perkembangan pengolahan data nilai tahanan jenis pada abad ke 20 yaitu dengandibuatnya kurva baku dan kurva tambahan oleh

1966

Orellana E. dan

Mooney H.M.

1968

Bhattacharya P.K.

dan Patra H.P.

1975

Rijkkswaterstaat,

The Netherland.

1975

Zohdy, A.A.R.

• Batuan sedimen yang lepas (unconsolidated material)

mempunyai nilai tahanan jenis yang lebih rendah

dibandingkan dengan batuan sedimen yang kompak.

• Jika batuan mengandung air akan mempunyai nilai

tahanan jenis yang lebih rendah dibandingkan dengan

yang kering & dibandingkan dengan yang mengandung

kadar garam yang tinggi.

• Kesarangan / porositas batuan. Kesarangan batuan

adalah perbandingan antara volume rongga batuan

dengan batuan keseluruhan (Vr / V x 100%). Maka

kesarangan besar berarti volume air besar pula.

• pH air yang terkandung pada rongga batuan.

• Tahanan jenis batuan akan bervariasi dari satu tempat

ketempat lain dan tergantung pada keadaan setempat.

Hubungan Penafsiran Pendugaan Geolistrik dengan Akifer

Hubungan antara

besaran nilai tahanan

jenis dengan jenis batuan

dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal antara lain :

Hubungan Penafsiran Pendugaan Geolistrik dengan Akifer Nilai Tahanan Jenis 1

Tahanan jenis dapat berbeda secaramenyolok, tidak saja dari satu lapisankelapisan yang lain, tetapi juga dalamsatu lapisan batuan

2 Perbedaan temperatur air

3Permeabilitas / kesanggupan suatubatuan yang mempunyai pori – poriuntuk mengalirkan cairan

1 Airtanah segar berkisar

antara 10 ~ 100 0hm-meter

2 Air payau / air asin berkisar

1 ~ 10 ohm-meter

Tabel Tahanan Jenis beberapajenis batuan, mineral dan

cairan kimiawi

No Bahan/Material Nilai Tahanan Jenis Ρ (ohm-m)

Daya Hantar Listrik/Conductivity

(Siemen/m)1. Batuan Beku/metamorf

- Granit 5 x 103 ~ 106 10-6 ~ 2 x 10-4

- Basalt 103 ~ 106 10-6 ~ 10-3

- Sabak 6 x 102 ~ 4 x 107 2,5 x 10-8 ~ 1,7 x 10-3

- Marmer 102 ~ 2,5 x 108 4 x 10-9 ~ 10-2

- Kuarsit 102 ~ 2 x 108 2,5 x 10-9 ~ 10-2

2. Batuan Sedimen

- Batu Pasir 8 ~ 4 x 103 2,5 x 10-4 ~ 0,125

- Serpih 20 ~ 2 x 103 5 x 10-4 ~ 0,05

- Batu Gamping 50 ~ 4 x 102 2,5 x 10-3 ~ 0,02

3. Tanah dan Air

- Lempung 1 ~ 100 0,01 ~ 1- Alluvium 10 ~ 800 1,25 x 10-3 ~ 0,1

- Air Tanah (segar) 10 ~ 100 0,01 ~ 0,1

- Air Laut 0,2 5

4. Cairan Kimiawi

- Besi (Fe) 9,07 x 10-8 1,102 x 107

- 0,01 M KCl 0,708 1,413

- 0,01 M NaCl 0,843 1,183

- 0,01 M Asam Acetic 6,13 0,163

- Xylene 6,998 x 1016 1,429 x 10-17

Penyebaran Airtanah pada berbagai Jenis Batuan & Rencana Duga Geolistrik

``` Jenis Batuan Roman Muka Bumi Keterdapatan Airtanah Akumulasi Airtanah Aturan Bentangan

Pra Tersier- Skis Hablur/Malihan Perbukitan/ bergunung rekahan sangat terbatas Tidak ada pendugaan

- Batuan Beku Stok, retas sedang ~ besar jika Tidak ada pendugaan

granit, granodiorit,basalt)

Pegunungan lipatan kekar, bukaan ada retakan Tidak ada pendugaan

- Batuan Gamping Perbukitan/ bergunung pejal & terlipat sedikit Tidak ada pendugaan

Tersier - Batuan Sedimen Pegunungan lipatan ruang antar butir sedang ~ besar Wenner, Off. Wenner(batu pasir)

- Batu Gamping Terlipat / lapisan pejal & terlipat sedikit Tidak ada pendugaan

Kwarter - Batu Gamping Koral Karstik rekahan & retakan sungai bawah tanah Misse alla Masse,Dipole - dipole

- Batuan Gunung api Daerah Puncak lereng curam (33o~35o) air permukaan Tidak ada pendugaanTubuh Gunung api lereng (10o~20o) resapan air tanah Wenner, Off. WennerKaki Gunung api kemiringan 5o akifer tertekan Schlumberger

- Endapan alluvial/ pantai Dataran Pantai kerikil, kerakal, pasir akifer tertekan bsr Profilling (Wenner)

Recent - Endapan alluvial Dataran Pantai kerikil, kerakal, pasir akifer tertekan bsr Profilling (Wenner)- Endapan danau Dataran antar peg. bahan klastika akifer tertekan bsr Wenner – Schlumberger- Endapan delta Daerah Lembah Sungai kerikil, kerakal, pasir cukup besar Wenner – Schlumberger

Arrays Wenner Schlumberger Mise A la Masse Dipole Dipole Pole Dipole

Informasi Teknik Eksplorasi

Grup Explorasi Teknik Geofisika Teknik Geofisika Teknik Geofisika Teknik Geofisika Teknik Geofisika

Sub Grup Explorasi Teknik Elektro Teknik Elektro Teknik Elektro Teknik Elektro Teknik Elektro

Parent ExplorationKonfigurasi Duga

Vertikal Listrik

Konfigurasi Duga

Vertikal ListrikKonfigurasi Profil Listrik Konfigurasi Profil Listrik Teknik Geofisika

Ketersediaan Informasi oleh Teknik Lapangan

Litologi

Komposisi batuan,

mineral dan kandungan

tanah liat

Komposisi batuan,

mineral dan kandungan

tanah liat

Komposisi batuan,

mineral dan kandungan

tanah liat

Komposisi batuan,

mineral dan kandungan

tanah liat

Komposisi batuan,

mineral dan kandungan

tanah liat

Stratigrafi / Struktur

Deteksi jalur permeabel,

zona rekahan,

kesalahan

Deteksi jalur permeabel,

zona rekahan,

kesalahan

Deteksi jalur permeabel,

zona rekahan,

kesalahan

Deteksi jalur permeabel,

zona rekahan,

kesalahan

Deteksi jalur permeabel,

zona rekahan,

kesalahan

Hidrogeologi

Resistivitas dipengaruhi

oleh porositas,

distribusi ukuran butir,

permeabilitas, saturasi

fluida, jenis fluida dan

keadaan fasa air pori.

Resistivitas dipengaruhi

oleh porositas,

distribusi ukuran butir,

permeabilitas, saturasi

fluida, jenis fluida dan

keadaan fasa air pori.

Resistivitas dipengaruhi

oleh porositas,

distribusi ukuran butir,

permeabilitas, saturasi

fluida, jenis fluida dan

keadaan fasa air pori.

Resistivitas dipengaruhi

oleh porositas,

distribusi ukuran butir,

permeabilitas, saturasi

fluida, jenis fluida dan

keadaan fasa air pori.

Resistivitas dipengaruhi

oleh porositas,

distribusi ukuran butir,

permeabilitas, saturasi

fluida, jenis fluida dan

keadaan fasa air pori.

Panas BumiResistivitas dipengaruhi

oleh suhu

Resistivitas dipengaruhi

oleh suhu

Resistivitas dipengaruhi

oleh suhu

Resistivitas dipengaruhi

oleh suhu

Resistivitas dipengaruhi

oleh suhu

Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajarandalam mata pelatihan ini, peserta mampumelakukan Analisa dan Interpretasi SurveiTeknologi Geolistrik untuk pendugaanpotensi pemanfaatan airtanah.

Hasil Belajar

1. Menjelaskan Interpretasi Data2. Menjelaskan Metode Empiris dan Semi Empiris3. Memahami Pengenalan Metode 2 Dimensi dan 3 Dimensi4. Melakukan Simulasi Penggunaan Software

Indikator Hasil Belajar

Metode Empiris dan Semi Empiris

01

1) Metode Barnes

2) Metode Komulatif Moore

3) Curve Matching

Pengenalan Metode 2 Dimensidan 3 Dimensi

02Interpretasi Data

03

Simulasi Penggunaan Software

04

1) Mapping2) Sounding

1) Simulasi Penggunaan Software RES2DINV2) Simulasi Penggunaan Software RES3DINV

1) Menghitung Nilai Resistivitas Semu2) Penginputan Data Lapangan3) Pengolahan Data4) Interpretasi Hasil

Outline Pembelajaran

Metode Barner

Dengan:

α = Kedalaman (meter),

K = Faktor Geometri,

R = Hambatan (Ω),

ρα = Resistivitas Semu (Ωm),

ρL = Resistivitas murni Barnes (Ωm)

Umumnya untuk keperluan hidrologi khususnya

pencarian potensi, menentuan kedalaman dan

karakteristik litologi yang bertindak sebagai

akuifer air tanah, maka dilakukan perhitungan

resistivitas murni cara Barnes perkedalaman

10m. Hasil perhitungan ini menggambarkan

perubahan litologi berdasarkan nilai

resistivitasnya.

Metode Empiris dan Semi Empiris

Setelah diperoleh nilai resistivitas murni Barnes untuk tiap-tiap kedalaman, maka dibuat kedalam sebuat grafik plot ρL terhadap kedalaman α,

Tahapan-tahapan Perhitungan Resistivitas Murni Cara Barnes pada Data Geolistrik VES, yaitu

Mengisi kolom K dan ρα pada excel dari hasildata pengukuran lapangan. Kolom K (FaktorGeometri) sesuai dengan konfigurasi yangdigunakan, nilai K diperoleh denganmemasukkan rumus perintah, yaitu= 2π x α1Kemudian sorot kebawah untuk mendapatkannilai K untuk setiap nilai α.

01

Menentukan nilai R, nilai R merupakan nilaihambatan tiap-tiap lapisan, diperoleh daripersamaan ρα = KR, sehingga nilai R, yaitu : =ρα/K

02

Menentukan nilai 1/R, nilai 1/R (Mhos)diperoleh dari = 1/R

Menentukan nilai 1/RL, 1/RL nilai merupakah hambatanmurni Barnes dimana nilai ini merupakam selisih nilaihambatan lapisan yang lebih bawah dikurangihambatan lapisan. Atau pada excel nilai ini diperolehdari rumus perintah, yaitu : untuk lapisan pertama tetap,untuk lapisan kedua, = 1/R -1/R(n-1) dan seterusnya.

03

Menentukan nilai ρL, nilai ρL merupakan nilai resistivitasmurni Barnes atau pada excel diperoleh dari rumusperintah, yaitu : =(2*(3,14)*(B5-B4))/G4 untuk lapisankedua sampai lapisan ke-n, karena untuk lapisanpertama nilai B4 tetap.

04

05

06

Metode Kumulatif MooreSetelah diperoleh nilai resistivitas murni dengan cara

Barnes untuk tiap-tiap kedalaman. Kemudian

dilakukan perhitungan dan penjumlahan resistivitas

murni untuk setiap kedalaman 10 m dengan

menggunakan metode kumulatif Moore. Hasil

perhitungan ini menggambarkan batas lapisan litologi

dibawah permukaan titik pengukuran.

Untuk lapisan ketiga, nilai resistivitas kumulatifnyayaitu merupakan penjumlahan nilai resistivitas murniditambah nilai resistivitas murni atau pada excel, nilaitersebut diperoleh dengan memasukkan rumusperintah, yaitu : = ρL + Σ ρL(n+1), dan begitu seterusnyahingga mencapai kedalaman ke-n (αn).

Adapun tahapan-tahapan perhitungan penjumlahanresistivitas murni perkedalaman 10mmmenggunakan Kumulatif Moore pada data VES, yaitu:

Menjumlahkan nilai resistivitas untuktiap-tiap kedalaman.

Untuk lapisan pertama, nilairesistivitas kumulatifnya yaitu samadengan nilai ρL pada α1 (lapisanpertama).

Untuk lapisan kedua, nilai resistivitas kumulatifnyayaitu merupakan penjumalahn nilai resistivitas murniuntuk α1 ditambah dengan nilai resistivitas murni α1

atau pada excel, nilai tersebut diperoleh denganmemasukkan rumus perintah, yaitu : = ρL + Σ ρL.

01

02

03

04

Hubungan Hasil Geolistrik dengan LapisanPembawa Air

Air terdapat pada

rongga antar butir,

rekahan batuan, gua

bawah tanah ataupun

sungai bawah tanah,

Secara teoritis setiap lapisan batuan

mempunyai tahanan jenis yang

sangat dipengaruhi oleh komposisi

mineral yang terkandung dalam

batuan jika dalam keadaan kering.

Apabila dalam keadaan basah maka

akan dipengaruhi oleh sementasi,

matriks dan cairan yang terkandung

serta lingkungan pengendapan.

Hubungan antara Besarnya Nilai Tahanan Jenis denganJenis Batuan Dapat Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor

Batuan sedimen yang lepas akan mempunyai nilaitahanan jenis yang lebih rendah dibandingkan denganbatuan sedimen kompak

Kesarangan / porositas batuan

pH dari air yang terkandung pada rongga batuan

Tahanan jenis batuan bervariasi darisatu tempat ke tempat yang lain dantergantung pada keadaan setempat

1

2

3

4

5

Tahanan jenis dapat berbeda secara menyolok, tidak saja dari satu lapisan ke lapisan yang lain akan tetapi juga dalam satu lapisan batuan

6Temperatur air

7

Permeabilitas atau kesanggupan suatu batuan yang mempunyai pori – pori untuk mengalirkan cairan

Tahapan Pendayagunaan Airtanah dengan Pendugaan GeolistrikLokasi titik duga dan panjang bentangan

harus disesuaikan dengan keadaan

hidrogeologi dan topografi daerahKedalaman lapisan

pembawa air / akifer

Kedalaman batuan

dasar dibawah

endapan alluvial

Kedalaman bidang

kontak antara air

tawar dan air asin

pada daerah pantai

Daerah pengembangan air tanah pada umumnyaterdapat pada 3 (tiga) daerah yang luas yaitu:

Daerah dataran antar pegunungan

Daerah pantai

Daerah lembah sungai yang luas

Daerah dataran antar pegunungan Daerah Pantai

Daerah Lembah

Curve Matching

Pengeplotan nilai apparent resistivity inibergantung dari jenis konfigurasi yangdigunakan. Untuk konfigurasi wennerlengkung lapangan dibentuk oleh plotantara apparent resistivity (ρα) terhadapkedalaman (α). Lengkung lapangan yangdiperoleh disesuaikan dengan lengkungbaku (curve matching). Kemudiandiintepretasi ketebalan dan jenis litologiberdasarkan nilai resistivitasnya.

Tahapan matching curve merupakantahapan pengolahan geolistrik untukkonfigurasi schlumberger. Matching curveini diperlukan untuk mengkoreksi datalapangan hingga mendapatkan kedalamandan resistivity semu.

Tahapan Matching Curve1

Tahap ini merupakan tahap untuk

mengeplot nilai AB/2 sebagai axis (X)

dan resistivity lapangan sebagai

ordinat (Y). Untuk melakukan plotting

data lapangan menggunakan diagram

double log.

Tahap ploting nilai lapangan

Tahapan Matching Curve2

Tahap ini merupakan tahap

pengoreksian hasil plotting yang

ditarik trendnya dengan kurva

untuk pengoreksinya. Tahapan ini

diperlukan kurva standart sebagai

penentu nilai untuk koreksi dan

kurva koreksi.

Tahap Penyesuaian atau Koreksi Kurva

Tahap perhitungan dilakukan untuk mendapatkan

kedalaman semu dan resistivitas semu.

Tahap Perhitungan3

Mapping

Tujuan mapping adalah untuk mengetahui

variasi resistivitas secara lateral. Oleh karena

itu teknik mapping dilakukan menggunakan

konfigurasi elektroda tertentu dengan jarak

antara elektroda tetap.

Sounding

Istilah sounding diambil dari vertical electrical

sounding (VES) yaitu teknik pengukuran

geolistrik yang bertujuan untuk

memperkirakan variasi resistivitas sebagai

fungsi dari kedalaman pada suatu titik

pengukuran.

Interpretasi Data

Kurva resistivitas semu teoritis untuk mapping kontak vertikal

Mapping

SoundingBeberapa tipekurva soundingyang menunjukansecara kualitatifvariasi resistivitassebagai fungsikedalaman

Sumber : Telford, 1990

Menghitung Nilai Resistivitsa Semu

Pengenalan Metode 2D dan 3D

Dimana:R = tahanan dalam ohmV = perbedaan potensial

listrik dalam voltI = perbedaan arus

listrik dalam amper

Nilai tahanan jenis semu (apparentresistivity) diperoleh dari setiapperbedaan perpindahan elektrodearus adalah perkalian antara faktorK dengan nilai tahanan R.

Penentuan kedalaman lapisan tergantung pada beda

elektrode arus AB dan urut-urutan tahanan di bawah

muka tanah. Pada umunya penetrasi kedalaman

adalah antara AB/4 sampai AB/10 ataupun AB/3.

Tahanan listrik antara dua titik dapat diketahui

dengan Hukum Ohm yaitu:

R = V/I

Dimana:ρ = tahanan jenis dalam ohm-meterL = panjang dalam meterA = luas area dalam m2

K = faktor geografis

Tahanan atau resistivity dari suatu bahan adalah tahanan

antara dua sisi yang berlawanan pada suatu tabung, dan

mempunyai satuan ohm-meter. Tahanan dari bahan atau

material berbanding terbalik dengan daya hantar listrik

(conductivity). Tahanan dari suatu kawat uniform yang

panjang atau contoh inti batuan berbentuk silinder adalah:

R = ρ L/A = ρ/K

Pelaksanaan pendugaan geolistrik tahanan

jenis di lapangan adalah mengalirkan arus

listrik (I) ke dalam tanah melalui 2 batang

elektroda arus (AB) dan akan menghasilkan

perbedaan potensial (∆v) yang diukur melalui 2

elektroda potensial (MN). Pada suatu

pengukuran potensial V kontak antara

elektroda dengan tanah harus tidak terganggu.

Perhitungan ∆v/∆I maka nilai tahanan jenis

yang diperoleh adalah tahanan jenis semu (ρa)

dari tanah pada daerah lokasi pengukuran.

Line 1 : Nama lintasan pengukuran.

Line 2 : Spasi elektroda terkecil

Line 3 : Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole dipole = 3, Pole-dipole = 6, Wenner Schlumberger = 7).

Line 4 : Jumlah total titik data.

Line 5 : Jenis lokasi-x untuk titik-titik data. Masukan angka 0 jika lokasi elektroda pertama dalam konfigurasi digunakan untuk mengukur titik data.

Masukkan 1 jika titik data terletak pada titik tengah konfigurasi.

Line 6 : Tanda untuk data IP (masukan 0 untuk data tahanan jenis)

Line 7 : Lokasi-x, spasi elektroda, faktor seperasi elektorada n dan nilai tahanan jenis pada titik data pertama.

Line 8 : Lokasi-x, spasi elektroda, n, nilai tahanan jenis semu pada titik data kedua.

Line 9 : Dan seterusnya

Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat Line terakhir

Penginputan Data LapanganRES2DINV

Baris 1 Nama lintasan pengukuran

Baris 2 Ukuran grid X

Baris 3 Ukuran grid Y

Baris 4 Unit spasi elektroda arah X

Baris 5 Unit spasi elektroda arah Y

Baris 6 Tipe konfigurasi, masukan 2 untuk konfigurasi pole-

dipole

Baris 7 Jumlah titik datum

Baris 8 Untuk tiap datum, masukan lokasi x dan y dari

elektroda arus lokasi x dan y dari elektroda

tegangan, nilai tahanan jenisnya.

Baris 9 Dan seterusnya ulangi untuk tiap datum

Untuk mengakhiri input data, letakkan 4 angka 0 pada empat

baris terakhir.

RES3DINV

Penginputan Data Lapangan

0504

0102

03

Pengolahan Data

Langkah-langkah

pengolahan data

RES2DINV dan

RES3DINV adalah

sebagai berikut:

Menghitungnilai resistivitassemu

Buka RES2DINVatau RES3DINV

Setelah dipilihakan muncul pesanpembacaan datasukses, kemudianklik OK.

Kemudian pilihmenu Inversiondan pilih Leastsquares inversion.

Untuk merubah nilaiRMS tersebut dapatdiatur parameterinputan yangterdapat pada menuChange Setting.

06 0807

Mengubahnilai DampingFactor.

Kemudian klikOptimize DampingFactor

Kemudian aturVertical/HriosntaloFlatness Ratio.Dalam contoh iniakan diberikannilai 2.

Pengolahan Data

1312

0910

11

Pada pilihan FiniteMesh Grid Size

Pada pilihan UseFinite Elementmethod terdapatpilihan forwardmodelling yangakan kitagunakan.

Pada pilihan MeshRefinement

Pada pilihanNumber ofiteration, aturjumlah iterasiyang akandilakukan.

Selain mengatursetting inputan, kitajuga dapatmenghilangkan nilaidatum yang dirasakurang baik

14 1615

Kemudiankembali keproses inversi.Inverison>Least SquareInversion.

Untuk menampilkandata pilih Displaykemudian pilih ShowInversion Result.

Apabila data terdapatkonten topografi danakan memunculkannyapilih Include Topographyin Model Display.

Interpretasi HasilDasar untuk membuat Horizontal profiling,terlepas dari rangkaian elektroda yangdigunakan adalah semakin jauh dari sumberarus pengukuran potensi, atau perbedaanpotensial, atau medan listrik yang dibuat,maka semakin dalam penyelidikan. Padaprospeksi geofisika kedalaman penyelidikantergantung pada seberapa jauh jarak duaarus elektroda ditempatkan, tetapi kondisiini tidak diperlukan untuk konfigurasidipol-dipol. Selanjutnya, ketika konfigurasiWenner atau Schlumberger dengan jarakantara elektroda saat ini meningkat, jarakantara arus dan elektroda potensial di pusatkonfigurasi juga meningkat.

Horizontal Profilling

Data sounding listrik dipengaruhi olehheterogenitas vertikal dan horizontal. Makapelaksanaan, interpretasi, dan penyajiandata harus lengkap sehingga variasihorizontal dalam resistivitas dapatdibedakan dengan mudah dari yangvertikal.

Vertical Electric Sounding

Interpretasi Hasil

Ketika mencoba untuk menyelidikibagaimana resistivitas perubahan dengankedalaman, perlu beberapa pengukuranbahwa masing-masing memberikankepekaan kedalaman yang berbeda. Halini dicapai melalui resistivitas sounding dimana pemisahan elektroda besarmemberi lebih mendalam sensitivitas.

Plot resistivitas sebagai fungsi log daribeberapa ukuran elektroda pemisahan:1) Wenner - a spasi2) Schlumberger – AB/23) Dipole-Dipole – n spasi

Asymptotes:1) Spasi pendek << h1

ρa = ρ12) Spasi panjang >> total ketebalan lapisan atasnya

ρa = ρnUntuk mendapatkan ρa = ρtrue menengah lapisan,lapisan harus tebal relatif kedalaman.

Vertical Electric Sounding (M.H Loke, 2004)

Simulasi Penggunaan Software RES2DINV

Simulasi Penggunaan Software

RES2DINV adalah sebuahprogram komputer, secaraotomatis menentukanmodel resistivity 2 dimensi(2D) untuk bawahpermukaan dari data hasilsurvei geolistrik.

Model 2D menggunakan programinverse, yang terdiri dari sejumlah kotakpersegi

Susunan dari kotak-kotak ini terikatoleh distribusi dari titik datum dalampsuedosection

Distribusi dan ukuran dari kotak secaraotomatis dihasilkan dari program makajumlah kotak tidak akan melebihijumlah datum point

Subrutin dari pemodelan ke depandigunakan untuk menghitung nilaitahanan jenis semu dan teknik optimasileast-square non linier digunakan untukrutin inversi

Simulasi Penggunaan Software RES3DINV

RES3DINV adalah sebuah

program komputer secara

otomatis menentukan model

resistivity 3 dimensi (3D)

untuk bawah permukaan dari

data hasil survei geolistrik.

Model 3D menggunakan programinverse, yang terdiri dari sejumlah kotakpersegi

Susunan dari kotak-kotak ini terikatoleh distribusi dari titik datum dalampsuedosection

Distribusi dan ukuran dari kotak secaraotomatis dihasilkan dari program makajumlah kotak tidak akan melebihijumlah datum point

Halaman Pertama

Penggunaan Software PROGRESS V 3.0 untuk Airtanah 1 Dimensi

Menu Utama

Pada Tool bar diatas terdapat tampilan - tampilan kolom : File, Edit,

View, Configuration, Option, Windows, Processing, Tools dan Help.

Masing – masing alat bantu / tool berfungsi sebagai berikut :

New

Open

Close

Save

Save as

Print Setup

Exit

File baru

file yang telah disimpan dan akan

disajikan / diolah kembali

file yang telah selesai diolah dan

kemudian ditutup / simpan

file yang akan disimpan

file disimpan sebagai

tata olah cetak mencetak

keluar dari perangkat lunak

Insert Row

Delete Row

Clear Table

Rename File

Remove File

Active Directory

Menyisipi baris pada kolom

Menghapus baris

Menghapus semua isian tabel

Memberi nama baru file

Menghapus file

Mengaaktifkan direktori penyimpanan file

Normal

Full Screen

Speedbar 1

Speedbar 2

Menu tampilan pada layar

Berisikan pilihan perangkat lunak untuk

analisa

dan iterasi dari konfigurasi :

- Schlumberger

- Wenner

- Dipole-dipole

- Equatorial-dipole

- Azimuthal-dipole

- Radial-dipole

- Perpendicular-dipole

- Parallel-dipole

Observed Data

Forward Model

Invers Model

Interpeted Data

Pilhan Program Window untuk:

Observasi Data

Model Perhitungan Maju

Model Perhitungan Mundur

Data yang Telah Diinterpretasi

Iterasi

RMS

Filter

Azimuth

Grafik

Pilihan untuk nilai-nilai:

Berapa Kali Perulangan

Nilai Rerata

Jenis Penyaringan

Pilihan Sumbu Grafis

Jenis Tampilan Grafis

Forward Processing

Invers Processing

Pemilihan tata cara proses

Proses maju

Proses mundur

Resistivity table

Electrode Configuration

Alat bantu :

Tabel nilai2 resistivitas batuan

Model / gambar konfigurasi

Help Topic

About

Bantuan :

Tatacara bantuan

Tentang perangkat lunak

Spacing pada konfigurasi

Schlumberger biasa disebut “AB/2”

atau ½ jarak antara elektroda arus

terluar (1/2 jarak A-B).

Spacing atau “a” pada konfigurasi Wenner

merupakan jarak antar elektroda potensial

(M-N) atau jarak dari elektroda arus ke

elektroda potensial terdekat (A-M atau B-N).

Sedangkan “Observed Data”

merupakan nilai resistivitas

semu yang diukur dilapangan.

Contoh Pemasukan Data & Prosesing dengan SoftwareProgress V 3.0

No.AB/2 MN Range Reading Current

KRho

(m) (m) (Skala) (mVolt) (mAmp) (Ohm.m)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1.0 0.6 5000 19.00 115.0 4.8 39.36

2 2.0 0.6 1000 18.00 110.0 20.5 33.50

3 3.0 0.6 500 12.00 100.0 46.7 27.99

4 4.0 0.6 250 12.00 100.0 83.3 24.99

5 5.0 0.6 100 17.00 100.0 130.4 22.17

6 6.0 0.6 100 13.00 100.0 188.0 24.44

7 7.0 0.6 100 10.00 100.0 256.1 25.61

8 8.0 0.6 50 18.50 110.0 334.6 28.14

9 9.0 0.6 50 15.00 110.0 423.6 28.88

10 10.0 0.6 50 12.50 100.0 523.1 32.70

11 12.0 4.0 250 14.00 110.0 110.0 34.99

12 14.0 4.0 250 12.00 130.0 150.8 34.80

13 16.0 4.0 100 19.00 100.0 197.9 37.60

14 18.0 4.0 100 16.50 110.0 251.3 37.70

15 20.0 4.0 100 36.00 310.0 311.0 36.12

16 24.0 4.0 100 30.50 360.0 449.2 38.06

17 28.0 4.0 100 30.00 510.0 612.6 36.04

18 32.0 4.0 100 17.00 410.0 801.1 33.22

19 36.0 4.0 100 14.00 470.0 1014.7 30.23

20 40.0 4.0 50 18.00 400.0 1253.5 28.20

21 45.0 8.0 100 18.00 530.0 788.9 26.79

22 50.0 8.0 100 10.00 430.0 975.5 22.69

23 55.0 8.0 50 12.00 360.0 1181.6 19.69

24 60.0 8.0 25 17.00 310.0 1407.4 19.30

25 70.0 8.0 10 17.00 180.0 1917.9 18.11

Data teknis lapangan tahanan jenis semu T_26

Veteran Jaya

Masukkan data spasi (kolom 2) dan perhitungan akhir -Rho

(kolom 8) kedalam program

No.

AB/2 MN Range Reading Current

K

Rho

(m) (m) (Skala) (mVolt) (mAmp) (Ohm.m)

1 2 3 4 5 6 7 8

26 80.0 8.0 5 18.00 140.0 2507.0 16.12

27 90.0 8.0 5 16.00 190.0 3174.6 13.37

28 100.0 8.0 5 21.00 320.0 3920.7 12.86

29 120.0 20.0 10 26.00 480.0 2246.2 12.17

30 140.0 20.0 10 24.50 690.0 3063.1 10.88

31 160.0 20.0 5 12.00 220.0 4005.5 10.92

32 180.0 20.0 2.5 14.00 180.0 5073.7 9.87

33 200.0 20.0 5.0 13.00 440.0 6267.5 9.26

34 225.0 20.0 5.0 13.00 580.0 7936.4 8.89

35 250.0 20.0 1.0 23.00 290.0 9801.8 7.77

36 275.0 20.0 1.0 17.00 260.0 11863.4 7.76

37 300.0 20.0 1.0 21.00 390.0 14121.5 7.60

Data teknis lapangan tahanan jenis semu T_26

Veteran Jaya

Masukkan data spasi (kolom 2) dan perhitungan akhir -Rho

(kolom 8) kedalam program

Penyimpanan Data

Setelah pemasukan data (data entry) selesaikemudian data tsb. dimasukkan kedalam itemkolom Observed Data, kemudian disimpan filetersebut, File > Save as, disimpan dengan namafile : T_26 (sesuai dengan nama titik dugalapangan).

Selanjutnya, dipilih konfigurasibentangan data resistivity sesuai dengankonfigurasi Schlumberger yang dilapangan, maka kita.pilih menu Configurations > Schlumberger

Atau langsung klik ke sub menu Sc

Selanjutnya kita pindah ke window Forward Modeling

Pada window Forward Modeling,kita melakukan perkiraan adaberapakah lapisan batuanberdasarkan kurva resistivity yangsudah diinput datanya, kemudianperkiraan kedalaman dari masing –masing lapisan tersebut sertaperkiraan nilai resistivitas semulapisan – lapisan tersebut.

Maka akanterdapattampilan padagambar padahalamanberikut

Prakiraan sementaraterdapat 5 – 6perlapisan batuan

Dicoba untuklapisan 1nilainyamasukkan nilairesistivitysekitar 45 Ωm

Lapisan 2 memiliki nilai lebihrendah dari lapisan 1 karenaterlihat dari kurva resistivitynyamenurun, kita coba masukkanangka kedalaman 1,0 m lalukemudian kita klik ikon

Forward Processing

Titik biru pada grafik resistivity merupakan data pengukurandilapangan, sedangkan kurva kuning merupakan kurvapemodelan dari data lapangan, sedangkan grafik biru merupakanparameter model (kedalaman dan resistivitas semu).

Untuk penentuan angka – angka model parameter kedalaman dannilai resistivitas semu, kita selaku interpreter harus sering melakukanuji coba sejumlah angka hingga akhirnya didapatkan kecocokan ataumendekati kecocokan antara data pengukuran di lapangan (titik biru)dengan kurva pemodelan resistivity (kurva kuning).

Dengan cara trial & error dicoba berkali-kali akan mendapatkannilai ketebalan dan nilai resitivitas dari perlapisan

Hasil perhitungan nilai Root Mean Square (RMS)

sedapat mungkin dibawah 5 %,

Beberapa kali uji coba perbaikan pada kurva kuning yang

akhirnya didapatkan nilai RMS dari semula 5,0632%

kemudian uji coba berikutnya didapatkan nilai 4,3986%

seperti pada contoh gambar berikut.

Setelah kita menganggap hasilForward Modeling yang kitalakukan sudah mendekati atauberhimpit dengan titik – titik kurvaresistivity lapangan, langkahselanjutnya adalah melakukandengan sistim Inverse Modeling.

Mula – mula kita klik windowInverse Modeling

Maka akan muncul tampilanwindow Inverse Modeling yangisi awalnya sama dengan yangada di window ForwardModeling, namun di WindowInverse Modeling kita tidak bisamelakukan perubahan atauedit nilai kedalaman dan nilairesitivity yang terdapat dalamkolom Model Parameter.

Pada window Inverse Modeling inikita hanya melakukan“penyesuaian” atau“menghimpitkan / Matching Curve“antara titik – titik data resistivityyang diambil dilapangan dengankurva resistivity modelingsemaksimal mungkin agar salingberhimpitan, hal ini bisa juga dilihatnilai dari RMS (Root Mean Square)antara sebelum dan sesudahdilakukannya proses InverseProcessing.

Hasil akhir dari proses pengolahan data resistivitasini bisa kita lihat pada Window Interpreted Data

Hasil keseluruhan pada window Interpreted Data akan tersaji sebagai 2 (dua) gambar halaman berikut

Hasil keseluruhan pada Window Interpreted Data, bisa

kita simpan dalam bentuk file image dengan format

.bmp dengan cara klik File > Print To File

Data tersebut disimpan dengan nama file: T_26.bmp

Interpretasi Data T 26

Hasil Interpretasi Studi Kasus

Desa Veteran Jaya, di Air Tuha, Kec. Martapura, Kab. Ogan Komering Ulu Timur, Prov.

Sumatera Selatan.

Kelompok batuan dengan tahanan jenis antara 20 ~ 91 Ωm, terdiri dari fragmen berbutir halus ~

sedang. tersusun oleh batupasir lempungan dan tuf.

Tingkat kelulusan rendah ~ sedang, ditafsirkan berupa pasir, pasir lempungan tuffaan termasuk

dalam Formasi Kasai (QTk)

Simulasi Penggunaan SoftwareRES2DINV

Penginputan Data RES2DINV pada NotepadLine 1 : Nama lintasan pengukuran.Line 2 : Spasi elektroda terkecilLine 3 : Jenis konfigurasi

(Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole dipole = 3,Pole-dipole 6, Wenner-Schlumberger =7).

Line 4 : Jumlah total titik data.Line 5 : Jenis lokasi - X untuk titik-titik data.

Masukan angka 0 jika lokasi elektroda pertama dalam konfigurasi digunakan untukmengukur titik data. Masukkan 1 jika titik data terletak pada titik tengah konfigurasi.

Line 6 : Tanda untuk data IP (masukan 0 untuk data tahanan jenis)Line 7 : Lokasi-x, spasi elektroda, faktor seperasi elektroda n dan nilai tahanan jenis pada

titik data pertama. Lokasi-x, spasi elektroda, n, nilai tahanan jenis semu pada titikdata kedua. dst(bila ada data elevasi dapat dimasukkan pada baris bawah)

Line 8 : Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat Line terakhir.

Baris 1 : Nama lintasan pengukuranBaris 2 : Spasi elektroda terkecilBaris 3 : Jenis KonfigurasiBaris 4 : Jumlah titik dataBaris 5 : IP = 0 &Baris 6 : Tipe konfigurasi, masukan 2

untuk konfigurasi pole- dipoleBaris 7 : Lokasi titik, elektroda arus

elektroda potensia-nilai n, rho-tahanan jenis

Baris 8 : Untuk mengakhiri angka 0sebanyak 4 kali

Menghitung Nilai Resistivitas Semu dan Dimasukkan Kedalam Tabel Bentuk Notepad

Menginstalasi Software RES2DINV ver 3.53

• Res2Dinv• Autorun• JACOBWIN• Setup

Kopi-kan Re2dinv.exe serta Jacobwin.exedari sumber / CD / Flashdisk ke folderc:\res2dinv, kemudian klik yes jika muncul“message box overwrite”

Klik dua kali Jacobwin.exe yang sudah di-kopi kedalam folder tersebut

Klik pada ikon Jacobwin menucalculate klik CalculateJacobian, tunggu sampaiproses kalkulasi selesai

Kalkulasi mungkinmembutuhkan waktusampai 10 ~ 15 menit

Software RES2DINVver 3.53 telah siapuntuk digunakan

Menjalankan SoftwareRES2DINV

Menu Utama

File

Read data File

Tampilan RES2DINV

Menu Utama

Edit

Menu Utama

Change Setting

Tampilan RES2DINV Menu Utama

Inversion

Menu Utama

Display

Topography Option

Tampilan RES2DINV

TampilanRES2DINV

Tampilan Window pada

Direktori penyimpan data

Nama file

Muncul

tampilan

keterangan

kondisi data file

yang dibaca

Kemudian pindah pada kolom

Inversion klik sub menu Choose

Logarithm of Apparent Resistivity Kemudian muncul sub

menu logarithm,

Pilih / klik apparent

resistivity

Kembali ke

menu Inversion

klik / pilih sub

menu Least

Squares

Inversion

Akan muncul

pengolahan data

lapangan dalam

bentuk 2D

Nilai RMS error

7,6 %

Nilai RMS error 7,6 %

harus diolah

kembali / diperkecil

Kembali ke Menu

Edit

Pilih / klik sub

menu Exterminate

Bad Datum Points

Pilih / klik sub

menu

Exterminate Bad

Datum Points

Muncul tampilan

data yang akan di

perhalus

(smoothing)

Klik titik - titik

datum yang di

smoothing (titik

menjadi warna

merah)

Titik – titik datum yang

sekiranya tidak baik atau

kurang selaras, agar di klik

dengan mouse dan akan

tampil tanda + warna

merah yang berarti titik

tersebut di eliminasi

sampai titik – titik lintasan

dirasa cukup baik.

Kemudian keluar / exit,

akan muncul beberapa

pernyataan bahwa lintasan

tersebut telah di edit.

(Exit Quit Edit Window

Remove Datum Point

Choice Data Set has

been Updated. General

Array Data Set

Simpan file pada direktori

File Data tersimpan

dengan *.DAT. (dapat tetap

memakai nama lama atau

nama baru, sesuai selera

dan keperluan selanjutnya).

Kemudian file yang telah

diperbaiki tersebut dipanggil

kembali dengan Menu File

Read Data File (slide 49)

Dan kemudian dilakukan prosespengolahan seperti yang telahdilaksanakan, sampai iterasi RMSsesuai dengan kehendak

Pada proses iterasi kedua

diperoleh RMS sebesar 5.4 %

dan proses dilanjutkan

sampai mencapai RMS 4.1 %.

Kemudian apabila datalapangan sesungguhnya masihdirasa RMS error tinggi makadapat dilakukan pengolahanlebih lanjut dengan mengubahparameter input pada ChangeSetting

Kemudian pilih menu

Inversion dan pilih Least

squares inversion.

Muncul hasil nilai inversi

Dimana Line 1 adalah data rho apparent hasil inputan. Pada Line 2adalah perhitungan dari rho apparent dan pada Line ketiga adalah hasilinversi yang di dapat. Dalam contoh diatas nilai RMS error nya tinggi,naka diperlukan pengurangan nilai RMS sehingga model mendekatidengan kondisi lapangan.

• Untuk merubah nilai RMS tersebut

dapat diatur parameter inputan yang

terdapat pada menu Change Setting.

• Klik Damping Factor

• Mengubah nilai Damping Factor. Karena

asumsinya data kita banyak noise maka

gunakan faktor damping awal yang

relatif kecil (sebagai contoh 0.1), dan

minimum damping faktornya 0.03.

• Kemudian klik OK.

Kemudian klik Sub Menu Damping

Factor, akan muncul tampilan pada

gambar berikut.

Bahwa damping factor mempunyai

nilai dari 0,25 sampai 0,05.

Apabila pada data lapangan terjadi

banyak koreksi noise, maka

sebaiknya dipakai faktor damping

awal yang relatif kecil, katakanlah 0,1

dan nilai minimum damping factor

0,10 sampai 0,01. katakanlah pilih

nilai 0,03.

Kemudian klik OK.

Untuk merubah nilai RMS tersebut dapat diatur

parameter inputan yang terdapat pada menu

Change Setting.

Mengubah nilai Damping Factor. Karena

asumsinya data kita banyak noise maka

gunakan faktor damping awal yang relatif kecil

(sebagai contoh 0.1), dan minimum damping

faktornya 0.03. Kemudian klik OK.

Kemudian klik Optimize Damping Factor yes

Kemudian Vertical / Horisontal Flatness Ratio.

Pemilihan Vertical / Horisontal Flatness Ratio

berfungsi untuk mempertajam arah anomali

sendiri,

Apabila arah anomaly menghasilkan nilai yang

memanjang secara vertical maka nilai Vertical

/ Horisontal Flatness Ratio dapat ditingkatkan,

Apabila secara horisontal dapat direndahkan.

Dalam contoh ini akan diberikan nilai 2.

Kemudian klik OK.

Kemudian lanjut ke Sub Menu Finite Mesh

Grid Size.

Silahkan klik pada pilihan 4 nodes.

Pemilihan 4 nodes ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil prosesing data

dimana pada resistivitas yang kontras

akan memberikan hasil yang cukup jelas.

Pilih Finite Mesh Grid Size, klik pada

pilihan 4 nodes.

Pemilihan 4 nodes ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil prosesing data

dimana pada resistivitas yang kontras

akan memberikan hasil yang lebih jelas.

Pada pilihan Use Finite Element Method

terdapat pilihan forward modelling

yang akan kita gunakan.

Pada contoh ini kita menggunakan

Finite-Element, karena didasarkan data

yang kita gunakan terdapat konten

topografinya, bila tidak ada konten

topografinya maka gunakan Finite

Difference.

Dan pada Type of Finite Element kita

pilih triangular.

Kemudian klik OK.

Pada pilihan Use Finite Element method terdapat pilihan

forward modelling yang akan kita gunakan. Dan pada

Type of Finite element kita pilih triangular. Kemudian klik

OK.

Pada pilihan Finite Mesh Grid Size, klik pada pilihan 4

nodes. Pemilihan 4 nodes ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil prosesing data dimana pada

resistivitas yang kontras akan memberikan hasil yang

lebih jelas.

Pada pilihan Mesh Refinement

bertujuan untuk memberikan nilai

perhitungan pada resistivity menjadi

lebih akurat pada arah vertical.

Terdapat 3 tipe (normal mesh, finer

mesh, finest mesh). Pemilihan

berdasarkan pada kontras resistivitas

yang terdapat pada data.

Pada contoh ini kita gunakan finer

mesh dan pemilihan node 4 nodes.

Pada pilihan Number of Iteration, atur

jumlah iterasi yang akan dilakukan.

Kemudian lanjut ke Sub Number of Iteration.

Atur jumlah ierasi yang akan dilaksanakan.

Kemudian lanjut ke Sub

Number of Iteration.

Atur jumlah ierasi yang akan

dilaksanakan.

Selain mengatur setting inputan, kita juga

dapat menghilangkan nilai datum yang

dirasa kurang baik, dengan cara memilih

Edit pada menubar kemudian pilih

Exterminated Bad Datum Point, Setelah

diklik akan muncul tampilan seperti di

bawah ini:

Kemudian kembali ke proses inversi.

Inverison> Least Square Inversion. Lihat

perbedaan nilai RMS errornya, apakah

semakin kecil atau malah semakin besar.

Yang bagus adalah RMS errornya kecil.

Ketik angka iterasi yang telah dilakukan berdasarkanproses inversi sebelumnya. Pada pilihan Set ResistivityContour Value pilih Logaritmic Contour Interval. Klik OK

Kemudian kembali ke proses awal Edit

Exterminate Bad Datum Point.

Lihat perbedaan nilai RMS errornya,

apakah semakin kecil atau malah

semakin besar.

Yang bagus adalah RMS errornya kecil.

Bilamana tetap besar lanjutkan proses

perbaikan datum sampai selesai

Proses Inverison Least Square

Inversion dst

Untuk menampilkan data pilih

Display kemudian pilih Show

Inversion Result. Pada pilihan

Display Section klik pilihan Display

data and model section

Muncul tampilan seperti ini:

Apabila data terdapat konten

topografi dan akan

memunculkannya pilih Include

Topography in Model Display.

Model 2-D dan 3-D menggunakan program inversi yangterdiri dari kotak persegi. Susunan kotak persegi initerikat oleh distribusi titik datum dalam psuedosection.Subrutin dari pemodelan ke depan digunakan untukmenghitung nilai tahanan jenis semu dan teknik optimasileast-square non linier digunakan untuk rutin inversi.

Nilai tahanan jenis semu (apparent resistivity) diperoleh darisetiap perbedaan perpindahan elektrode arus adalah perkalianantara faktor K dengan nilai tahanan R. Variasi dari setiap nilaitahanan jenis semu diperoleh dari penambahan atauperpindahan elektrode arus sesuai dengan penetrasi arus yangmasuk. Keadaan operasioanl yang sama dapat dilakukan padaaturan Wenner ataupun offset Wenner. Interpretasi hasilnyaadalah horizontal profiling dan vertical electrical sounding.

Rangkuman

Evaluasi1. Jelaskan tentang Pengertian Konsep Dasar Survei Geolistrik 1D, 2D dan 3D

2. Jelaskan beberapa macam Perangkat Lunak Survei Geolistrik

3. Jelaskan tentang perbedaan Hasil Perangkata Lunak 1D, 2D dan 3D

4. Jelaskan tatacara Survei Mapping Geolistrik

Terima Kasih

Analisis dan Interpretasi Data Geolistrik untuk Airtanah

Pelatihan Teknologi Geolistrik 2 Dimensi untuk

Perencanaan Pemanfaatan Potensi Airtanah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

BALAI UJI COBA SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI