INTERPRETASI CITRA MENGGUNAKAN STEREOSKOP
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of INTERPRETASI CITRA MENGGUNAKAN STEREOSKOP
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGINDRAAN JAUH
ACARA II
LATIHAN INTREPRETASI KENAMPAKAN FISIOGRAFIS LAHAN
SECARA STEREOSKOPIS DENGAN FOTO UDARA PANKROMATIK HITAM
PUTIH
Dsusun oleh: Dibina oleh:
Nurlaela Bapak Alfi Nur
Rosydi
120721403798 -
PENDIDIKAN GEOGRAFI
1
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2014
LATIHAN INTREPRETASI KENAMPAKAN FISIOGRAFIS SECARA
STEREOSKOPIS DENGAN FOTO UDARA PANKROMATIK
HITAM PUTIH
A. Tujuan:
Melatih Keterampilan Dalam Melakukan Intrepretasi
Foto Udara Secara Stereoskopis Dengan Foto Udara
Pankromatik Hitam Putih, Khususnya Untuk Kenampakan
Fisiografis.
B. Alat dan Bahan:
1. 2 lembar foto udara pankromatik hitam putih skala
1:50.000
(no 11 dan 12)
2. Stereoskop
3. Lembar transparansi
4. Kertas kalkir ukuran A4
5. Kertas HVS ukuran A4
6. Spidol OHP ukuran f warna hitam
7. Drawing pan ukuran 0,3 warna hitam
8. Pensil warna
2
9. Mistar
10. ATK
C. Dasar Teori
Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau
gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kotak langsung terhadap
obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesansd
dan Kiefer, 1979 dalam Sutanto, 1992).
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji
foto udara dan atau citra dengan maksud untuk
menidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya
obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975).
Interpretasi citra dan fotogametri berhubungan sangat
erat, meskipun keduanya tidaklah sama. Bedanya
fotogametri berkepentingan dengan geometri obyek,
sedangkan interpretasi citra berurusan dengan
manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas
3
obyek yang bersangkutan (Glossary of the Mapping
Sciences, 1994).
Proses di dalam interpretasi citra, penafsir
citra mengkaji citra sekaligus berupaya melalui
proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi,
dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada
citra. Sehingga penafsir citra berupaya untuk
mengenali obyek yang tergambar pada citra dan
menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu
seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu
lainnya (Sutanto, 1986).
Rangkaian kegiatan yang diperlukan di dalam
pengenalan obyek yang tergambar pada citra yaitu
deteksi, identifikasi, dan analisis....(Lintz Jr. dan
Simonett,1976). Deteksi berarti penentuan ada atau
tidak adanya sesuatu obyek pada citra. Ia merupakan
tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang
didapat pada tahap deteksi bersfat global. Keterangan
yang didapat pada tahap interpretasi selanjutnya,
yaitu pada tahap identifikasi, bersifat setengah
rinci. Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir
interpretasi, yaitu tahap analisis (Lintz dan
Simonett, 1976).
Menurut Sutanto (1986), karakteristik penting
dari obyek pada citra yang digunakan sebagai
interpretasi citra terdiri dari delapan unsur.
4
Kedelapan unsur tersebut ialah warna (color)/rona (tone),
bentuk (shape), ukuran (size), bayangan (shadow), tekstur
(texture), pola (pattern), situs (site), dan asosiasi
(association). Di antara kedelapan unsur tersebut,
warna/rona merupakan hal yang paling dominan, dan
langsung mempengaruhi pengguna citra dalam memulai
interpretasi.
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi foto
udara monoskopis dan interpretasi foto udara
stereoskopis (Alfi Nur Rusydi). Interpretasi foto
udara monoskopis merupakan kegiatan interpretasi foto
udara tanpa menggunakanalat bantu, hanya menggunakan
mata telanjang. Interpretasi foto udara monoskopis
digunakan untuk menginterpretasi penutup dan
penggunaan lahan. Interpretasi foto udara
stereoskopis merupakan kegiatan interpretasi foto
udara dengan menggunakan alat bantu yang bernama
stereoskop.
5
Pada kegiatan pengamatan ini stereoskop
berfungsi untuk menampilkan gambar 3 dimensi. Gambar
3 dimesi dari citra yang diinterpretasi akan
memudahkan pengamatan. Bidang 3 dimensi menunjukkan
obyek yang mempunyai unsur ukuran lebar, panjang dan
tinggi. Bidang 3 dimensi memungkinkan dilakukan
pengamatan terhadap beda tinggi dan kemiringan lereng
suatu obyek. Foto udara pada umumnya lebih banyak
menampilan gambar 2 dimensi, terutama pada foto udara
tegak lurus. Untuk dapat menampilkan bentuk 3 dimensi
dari foto udara yang diamati, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi yaitu :
1. Terdapat daerah bertampalan pada foto udara.
Setiap foto udara/citra yang akan diinterpretasi
harus merupakan foto udara/citra yang berurutan
garis terbangnya dan mempunyai daerah tampalan
(pada foto 1 ada sebagian wilayah yang sama
dengan foto 2)
2. Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar
daerah yang bertampalan kira-kira 1/3 – 2/3 dalam
sebuah foto/citra.
3. Gambar dari foto udara tersebt memiliki sudut
pengambilan yang berbeda dalam satu jalur terbang.
4. Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang
sama.
6
Posisi Stereoskop saat Pengamatan
Prinsip kerja stereoskop adalah sebagai berikut :
1. Mata 1 (mata kanan) mengamati citra sebelah
kanan
2. Mata 2 (mata kiri) mengamati citra sebelah kiri
3. Stereoskop menyatukan daerah bertampalan
sehingga seolah-olah hanya mengamati 1 citra
saja
7
4. Daerah bertampalan menghasilkan gambar 3
dimensi yang dapat digunakan untuk mengamati
unsur ketinggian dan kemiringan.
Pengenalan kenampakan relief permukaan bumi
atau fisiografi merupakan landasan penting dalam
kajian-kajian yang terkait dengan sumberdaya lahan.
8
Pengamatan tentang aspek fisiografi menempati posisi
yang penting dalam kajian-kajian geografi fisik
(hidrologi, geomorfologi), geologi dan pertanian
(tanah). Meskipun demikian observasi secara langsung
dilapangan tidak selalu menghasilkan deskripsi yang
akurat tentang relief medan yang dihadapi, karena
terbatasnya jarak pandang manusia. Pengenalan
kenampakan fisiografi kadang-kadang lebih efektif
bila dilakukan dengan bantuan citra pengindraan jauh,
karena citra mampu menampilkan susunan keruangan
(spatial aragement) fenomena relief dengan lebih utuh
dan kontekstual, artinya ada keterkaitan dengan
fenomena lainya. Salah satu jenis citra yang sangat
efektif dalam menyajikan kenampakan fisiografi adalah
foto udara, karena dapat diamati secara streokopis.
9
Kenampakan fisiografi yang tergambar pada foto
udara tidak selalu tepat menyajikan kenyataan
dilapangan. Kekasaran relief yang tampak pada foto
juga dipengaruhi oleh tingkat perbesaran vertical
(vertical exaggeration). Perbesaran vertical terkait
erat dengan rasio antara basis udara (B) dan tinggi
terbang (H), atau sering dinyatakan dengan base-height
ratio. Semakin besar base-height ratio, seamakin besar pula
perbesaran vertikalnya, dan kenampakan relief yang
tidak terlalu kasar akan menjadi semakin kasar,
lereng-lereng menjadi semaki curam, dan lembah-lembah
menjadi semakin dalam. Hal ini sangat membantu dalam
observasi relief mikro suatu wilayah, namun dapat
pula menyesatkan bila hasil dijadikan basis pemodelan
untuk kajian lingkungan, misalnya pendugaan besarnya
erosi atau kehilangan tanah.
10
Dalam melakukan Interpretasi satuan-satuan
fisiografi, apalagi yang lebih spesifik seperti
misalnya satuan batuan (litologi) dan bentuk lahan,
unsure-unsur Interpretasi yang digunakan tidaklah
persis sama dengan unsure-usur Interpretasi penutup
lahan. Unsure rona/warna menjadi tidak penting,
karena hal ini bersifat tidak konsisten untuk satu
satuan fisiografi yang sama. Tekstur perlu
diperhatikan, meskipun kadang-kadang kurang dominan.
Aspek geometri yang perlu diperhatikan (dari bentuk,
ukuran, dan bayangan/kesan ketinggian) ialah
bayangan, karena hal ini mampu menonjolkan kesan
relief yang ada. Pola, situs, dan asosiasi merupakan
unsure-unsur paling penting untuk membedakan suatu
kenampakan fisiografi dari kenampakan lainya.
Penarikan batas satuan-satuan biasanya
dilakukan pada (a) perubahan kemiringan lereng secara
umum, (b) perubahan pola aliran dan/atau kerapatan
11
alur, dan (c) perubahan pola kesan ketiggian.
Disamping itu, adanya pola penutup/penggunaan lahan
kadang-kadang juga dapat membantu dalam membedakan
batas satuan fisiografi, meskipun untuk beberapa
wilayah yang telah di eksploitasi secara eksesif hal
ini justru dapat menyesatkan.
Dalam klasifikasi fisiografi secara sederhana
(yang lebih tepat disebut sebagai klasifikasi
relief), permukaan bumi dapat dikelompokkan menjadi
bebeapa katagori, yaitu (setiap contoh di usahakan
proporsional dengan yang lain) :
(a) Dataran : kenampakan datar-landai, kemiringan
kurang atau sama dengan 3 %.
(b) Berombak : beda tinggi titik tertinggi dengan
terendah kurang dari 50 meter, kemiringan 8-15%
(c) Bergelombng : beda tinggi titik tertinggi dan
terendah maksimal 100 meter, pengulangan cukup
besar, kemiringan 8-15%.
(d) Berbukit : kadang-kadang dirinci menjadi
berbukit kecil, berbukit sedang, dan berbukit,
kemiringan lebih dari 15%, beda tinggi titik
tertinggi dan terendah kurag dari 300 meter.
(e) Bergunung : kemiringan lebih dari 15%, beda
tinggi titik tertinggi dan terendah lebih dari
300 meter.
Selain itu, ada pula klasifikasi lain, yang
lebih mengarah pada klasifikasi bentklahan dan
12
bentanglahan, yang sangat memperhatikan pola.
Misalnya, adanya pola aliran radial sentfugal dapat
ditafsirkan sebagai gunung api (volkan), apabila
reliefnya bergunung. Contoh lain, pola berbukit kecil
membulat seperti kubah dengan frekuensi pengulangan
yang sangat tingi dan pola aliran yang tidak jelas
(kadang-kadang ada aur sungai, tiba-tiba
hilang/terputus) merupakan perbukitan karts.
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pasang kedua foto pada bagian dasar stereoskop
dengan berdampingan/ sejajar
3. Pas kan kedua foto hingga terlihat dengan jelas
dalam bentuk 3 dimensi atau seolah-olah
bertampalan.
13
4. Delineasi objek yang penutup/penggunaan lahan
terekam pada citra foto udara pankromatik dengan
rincian antara lain:
a. Vegetasi
b. Permukiman
c. Lahan Terbangun
d. Lahan Kosong
5. Identifikasi objek berdasarkan ciri-ciri spectral,
spasial, dan temporal
6. Klasifikasi objek yang tampak pada citra
berdasarkan pengetahuan
7. Analisis objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama
8. Dedukasi objek pada citra kearah yang lebih khusus
9. Sajikan data hasil interpretasi citra kedalam
bentuk peta tentative yang siap pakai dalam 3
macam layout pada lembar tranparansi, kertas
kalkir, dan kertas HVS.
a. Langkah-langkah penggambaran peta siap pakai
pada lembar transparansi:
1) Setelah melakukan pengamatan pada stereoskop,
tempel lembar transparansi pada citra foto
udara pankromatik yang bertampalan
2) Tarik garis tepi untuk menggambar sisi peta
menggunakan spidol OHP warna hitam dilembar
transparansi
14
3) Identifikasi kenampakan fisiografis kemudian
gambar menggunkan spidol OHP warna hitam
dilembar transparansi
4) Tambahkan keterangan berupa judul, skala,
orientasi, legenda, sumber, identitas
mahasiswa pembuat peta, jurusan, universitas,
dan tahun pembuatan peta dilembar transparansi
b. Langkah-langkah penggambaran peta siap pakai
pada kertas kalkir:
1) Tempel kertas kalkir pada lembar transparansi
2) Lakukan pengulangan gambar pada kertas kalkir
menggunakan drawing pan.
3) Tambahkan keterangan berupa judul, skala,
orientasi, legenda, sumber, identitas
mahasiswa pembuat peta, jurusan, universitas,
dan tahun pembuatan peta dikertas kalkir.
c. Langkah-langkah penggambaran peta siap pakai
pada kertas HVS:
1) Tempel kertas kalkir pada lembar transparansi
2) Lakukan pengulangan gambar pada kertas kalkir
menggunakan drawing pan
3) Tambahkan warna menggunakan pensil warna
dengan keterangan hijau muda untuk Vkr, hijau
agak tua untuk Vks, hijau tua untuk Vkt, biru
untuk lahan terbangun, kuning untuk lahan
kosong, dan merah untuk pemukiman.
15
4) Tambahkan keterangan berupa judul, skala,
orientasi, legenda, sumber, identitas
mahasiswa pembuat peta, jurusan, universitas,
dan tahun pembuatan peta dikertas HVS.
10. Melakukan pembahasan
11. Membuat laporan praktikum
E. Hasil Praktikum
1. Peta tentative kenampakan fisiografis pada lembar
transparansi (terlampir)
2. Peta tentative kenampakan fisiografis pada kertas
kalkir (terlampir)
3. Peta tentative kenampakan fisiografis pada kertas
HVS (terlampir)
F. Pembahasan
Praktikum kali ini membicarakan tentang
interpretasi kenampakan fisiografis secara
stereoskopis yaitu dengan menggunakan alat
16
stereoskop. Foto udara yang gunakan dalam praktikum
kali ini adalah foto udara pankromatik hitam putih
JATIM/BAKO dengan skala 1: 50.000 dan No peta 11
dan 12 dgn tampalan 61%.
Interpretasi citra adalah suatu kegiatan untuk
menetukan bentuk dan sifat obyek yang nampak pada
citra. Interpretasi foto udara stereoskopis
merupakan kegiatan interpretasi foto udara dengan
menggunakan alat bantu yang bernama stereoskop.
Setelah melakukan interpretasi foto udara
stereoskopis menggunakan stereoskop, terdapat 5
kategori kenampakan fisiografis yang dapat diamati,
yaitu dataran, bergunung, berbukit, bergelombang,
dan berombak. Namun kenampakan fisiografis tak
terlepas dari 8 unsur pokok interpretasi citra foto
udara yang digunakan untuk mengenali objek.
Kedelapan unsur tersebut meliputi warna atau rona,
bentuk, ukuran, bayangan , tekstur, pola, situs, dan
asosiasi.
Berikut Jabaran Analisa Peta Tentative Kenampakan
Fisiografis:
Pada peta pankromatik hitam putih no 11 dan 12,
diketahui bentukan lahan secara keseluruhan adalah
bentukan lahan pegunungan sehingga terdapat 5
kategori kenampakan fisiografis yang dapat diamati
dengan beberapa unsur pokok interpretasi citra.
17
Berikut Jabaran Analisis Kenampakan Objek pada Peta
Tentative kenampakan fisiografis:
1. Dataran
Pada foto udara pankromatik hitam putih yang
diinterpretasi, terlihat beberapa kenampakan
dataran dengan rona cerah, bentuk yang tak
beraturan , tanpa bayangan yang menandakan bahwa
daerah ini termasuk daerah yang sangat landai,
bertekstur halus. Dataran dipeta tentativ
kenampakan fisiografi ditandai dengan kode D
(Dataran).
2. Bergunung
Pada foto udara pankromatik hitam putih yang
diinterpretasi, terlihat beberapa kenampakan
fisiografi bergunung, hal ini ditandai dengan
rona cerah dengan sekeliling terlihat gelap atau
bisa dikatakan yang gelap tersebut adalah
bayangan dan yang terang adalah puncak gunung.
Dari kenampakan yang terlihat, wilayah ini tampak
lebih tinggi dari wilayah-wilayah lain ditandai
dengan tekstur agak kasar bercampur bayangan yang
merata disetiap sudut datangnya matahari.
Fisiografis bergunung dipeta tentativ kenampakan
fisiografis ditandai dengan kode (Tdm)
3. Berbukit
18
Pada foto udara pankromatik hitam putih yang
diinterpretasi, terlihat beberapa kenampakan
fisiografi berbukit, hal ini ditandai dengan rona
gelap dikarenakan bayangan dari gunung yang
memiliki ketinggian maksimum. Selain bayangan,
tekstur pada kenampakan fisiografis nampak lebih
kasar dari kenampakan fisiografi lain,
dikarenakan ketinggian pohon yang tidak merata
dan kerapatan vegetasi yang begitu rapat atau
lebat. Berbentuk tak beraturan. Fisiografis
berbukit dipeta tentativ kenampakan fisiografis
ditandai dengan kode (Tdh).
4. Bergelombang
Pada foto udara pankromatik hitam putih yang
diinterpretasi, terlihat beberapa kenampakan
fisiografi bergelombang, hal ini ditandai dengan
rona yang agak gelap karena masih terbawa oleh
bayangan yang datang dari arah bukit, selain rona
dan bayangan, pada wilayah ini bertekstur kasar
karena faktor ketinggian dan kerapatan vegetasi ,
dengan terdapat pola aliran tidak jelas karena
pada awalnya telihat aliran sungai, namun tiba-
tiba hilang/terputus, itu dapat diprediksikan
bahwa bukit tersebut merupakan wilayah perbukitan
karst. Fisiografis bergelombang dipeta tentativ
kenampakan fisiografis ditandai dengan kode
(Tdr).
19
5. Berombak
Pada foto udara pankromatik hitam putih yang
diinterpretasi, terlihat beberapa kenampakan
fisiografi berombak, hal ini ditandai dengan
kelandaian wilayah jika dibandingkan dengan
wilayah yang lain yang relatif lebih tinggi.
Fisiografi berombak juga bertekstur agak halus
dengan warna yang agak cerah. Fisiografis
berombak dipeta tentativ kenampakan fisiografi
ditandai dengan kode (Tdu).
Berikut table pengamatan penutup dan penggunaan
lahan:
Kunci Interpretasi Citra
Kenampakan FisiografiDataran Bergunun
g
Berbukit Bergelomb
ang
Berombak
Rona
Cerah
Rona
Agak
Cerah
Rona
Gelap
Rona agak
Gelap
Rona
agak
cerahTak ada
bayangan
Sedikit
bayangan
Bayangan
banyak
Banyak
bayangan
Sedikit
bayanganTekstur Tekstur Tekstur Tekstur Tekstur
20
halus agak
kasar
kasar kasar agak
halus
G. Kesimpulan
Dari praktikum stereoskopis dengan menggunakan
stereoskop dan 2 buah foto udara pankromatik
mahasiswa mampu mengetahui cara kerja stereoskop dan
mengidentifikasi kenampakan fisiografis lahan
menggunakan lima kategori kenampakan fisiografis yang
dipadukan dengan unsur pokok interpretasi citra.
Selain itu mahasiswa mampu mengaplikasikannya dalam
bentuk peta tentative.
H. Daftar pustaka
Bambang Saeful Hadi. 2007. PANDUAN PRAKTIKUM
PENGINDERAAN JAUH Edisi Revisi I. Yogyakarta.
Dony purnomo,2009. Unsur-insur penginderaan jauh.
http://masdony.wordpress.com/2009/04/19/unsur-
unsur-iterpretasi-peinderaan-jauh/.(online).
Diakses pada tanggal 01 oktober 2014
21
Kiefer T. M. dan Lillesand R. W., 1990. Penginderaan
Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University
Press. Bulaksumur, Yogyakarta.
Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Sutanto. 2013. Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Dasar.
Geografi UGM Yogyakarta
Rusydi, Alfi Nur S.Si. 2014. Mata Kuliah Pengindraan
Jauh. Universitas Negeri Malang: Malang.
http://www.raharjo.org/nature/penutupan-dan-
penggunaan-lahan.html diakses pada tanggal 01
oktober 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/
Fotografi_Udara_dan_Interpretasi_Citra_Satelit.
(online). Diakses pada tanggal 01 oktober 2014.
http://www.oocities.org/yaslinus/citra.html.
(online). Diakses pada tanggal 08 september 2014
http://awaluddinzaenuri.blogspot.com/2011/05/
intepretasi-kenampakan-fisiografi.html diakses
pada tanggal 01 November 2014
http://udhnr.blogspot.com/2009/06/pengantar-
penginderaan-jauh.html diakses padatanggal 01
November 2014
http://geolaela.blogspot.com/2014/06/diary-gua.html
diakses pada tanggal 01 November 2014
22
Berikut petunjuk kerja penggunaan lahan:
No
Unsur Interpretasi Berdasarkan Kenampakan Foto Pankromatik Jenis Objek
Penggunaan
LahanRona Bentuk
Ukura
n
Bayang
an
Tekst
urPola Situs Asosiasi
1 Cerah Tak
beratu
ran
Besar Tak
ada
Halus Menyeb
ar
- Terdapat
garis-garis
halus dan
berkotak-kota
kecil
didalamnya
yang
menandakan
itu pemukiman
atau lahan
terbangun
Dataran
2 Agak
cerah
Segiti
ga
Besar Sediki
t
Agak
kasar
Memusa
t
- Terdapat
bayangan
Bergunung
23
bayang
an
disekelilingn
ya, itu
menandakan
bahwa wilayah
tersebut
tinggi,
terlihat ada
titik point
yang lebih
tinggi
menandakan
bahwa itu
termasuk
puncak gunung
24
3 Gelap Tak
beratu
ran
Besar Banyak
bayang
an
Kasar Memusa
t
- - Berbukit
4 Gelap Tak
beratu
ran
Besar Banyak
bayang
an
Kasar Menyeb
ar
- Terdapat pola
aliran tidak
jelas karena
pada awalnya
telihat
aliran
sungai, namun
tiba-tiba
hilang/terput
us, itu dapat
diprediksikan
bahwa bukit
tersebut
merupakan
Bergelombang
25