29740

29
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.29740/PP/M.X/16/2011 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak : Juli s.d Juli 2007 Pokok Sengketa : Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Juli 2007 terdiri dari: 1. Koreksi Penyerahan Ekspor yang dianggap sebagai Penyerahan Lokal sebesar Rp.5.322.577.879,00; 2. Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00; Menurut Terbanding : bahwa Terbanding melakukan koreksi penyerahan ekspor yang dianggap sebagai penyerahan lokal sebesar Rp.5.322.577.879,00 (menurut Terbanding merupakan Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang Pajak Pertambahan Nilai-nya harus dipungut, sedangkan menurut Pemohon Banding merupakan Ekspor) berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor: LAP-262/WPJ.07/KP.0505/2009 tanggal 30 Maret 2009 huruf E point 7.1 karena Pemohon Banding bergerak dalam usaha jasa maklon sehingga atas penyerahan ekspor tersebut direclass menjadi penyerahan dalam negeri yang terutang Pajak Pertambahan Nilai; bahwa berdasarkan tanggapan Pemeriksa atas Keberatan Pemohon Banding yang dikirimkan dengan surat Nomor: S-219/WPJ.07/KP.0505/2009 tanggal 7 Agustus 2009, Pemeriksa menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1) Kegiatan usaha Pemohon Banding meliputi jasa maklon. Sehubungan dengan jasa maklon yang dikerjakan, Pemohon Banding menerima pesanan untuk melakukan jasa CMT (Cutting, Making, Triming) atas bahan baku dan bahan pembantu yang diberikan oleh pemesan. Pemohon Banding mengerjakan sesuai instruksi yang diberikan oleh pemesan, kemudian atas permintaan pemesan, produk yang telah jadi langsung dikirim atau diekspor ke pembeli di luar negeri; 2) Berdasarkan Pasal 4 huruf c Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Berdasarkan memori penjelasan Pasal 4 huruf c tersebut, suatu kegiatan penyerahan jasa dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sepanjang memenuhi syarat: - Jasa yang diserahkan adalah Jasa Kena Pajak; - Penyerahan dilakukan di datam Daerah Pabean; - Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan; bahwa dengan rumusan yang berbeda namun dalam nuansa yang sama, berdasarkan Pasal 4 huruf c juncto Pasal 1 angka 14 dan angka 15 Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984, suatu kegiatan penyerahan jasa dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sepanjang memenuhi unsur: - Penyerahan Jasa Kena Pajak; - di dalam Daerah Pabean; - dalam kegiatan usaha atau pekerjaan; - penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak;

Transcript of 29740

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.29740/PP/M.X/16/2011

Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai

Masa Pajak : Juli s.d Juli 2007

Pokok Sengketa : Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Juli2007 terdiri dari:1. Koreksi Penyerahan Ekspor yang dianggap sebagai Penyerahan

Lokal sebesar Rp.5.322.577.879,00;2. Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00;

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding melakukan koreksi penyerahanekspor yang dianggap sebagai penyerahan lokal sebesarRp.5.322.577.879,00 (menurut Terbanding merupakan PenyerahanJasa Kena Pajak di dalam daerah pabean yang Pajak PertambahanNilai-nya harus dipungut, sedangkan menurut Pemohon Bandingmerupakan Ekspor) berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor:LAP-262/WPJ.07/KP.0505/2009 tanggal 30 Maret 2009 huruf E point7.1 karena Pemohon Banding bergerak dalam usaha jasa maklonsehingga atas penyerahan ekspor tersebut direclass menjadipenyerahan dalam negeri yang terutang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa berdasarkan tanggapan Pemeriksa atas Keberatan PemohonBanding yang dikirimkan dengan surat Nomor:S-219/WPJ.07/KP.0505/2009 tanggal 7 Agustus 2009, Pemeriksamenjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) Kegiatan usaha Pemohon Banding meliputi jasa maklon.Sehubungan dengan jasa maklon yang dikerjakan, PemohonBanding menerima pesanan untuk melakukan jasa CMT (Cutting,Making, Triming) atas bahan baku dan bahan pembantu yangdiberikan oleh pemesan. Pemohon Banding mengerjakan sesuaiinstruksi yang diberikan oleh pemesan, kemudian ataspermintaan pemesan, produk yang telah jadi langsung dikirimatau diekspor ke pembeli di luar negeri;

2) Berdasarkan Pasal 4 huruf c Undang-undang Pajak PertambahanNilai 1984, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan ataspenyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yangdilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Berdasarkan memoripenjelasan Pasal 4 huruf c tersebut, suatu kegiatanpenyerahan jasa dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilaisepanjang memenuhi syarat: - Jasa yang diserahkan adalah Jasa Kena Pajak;- Penyerahan dilakukan di datam Daerah Pabean;- Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan;

bahwa dengan rumusan yang berbeda namun dalam nuansa yangsama, berdasarkan Pasal 4 huruf c juncto Pasal 1 angka 14dan angka 15 Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984,suatu kegiatan penyerahan jasa dapat dikenakan PajakPertambahan Nilai sepanjang memenuhi unsur: - Penyerahan Jasa Kena Pajak; - di dalam Daerah Pabean;- dalam kegiatan usaha atau pekerjaan;- penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak;

3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 memberikan definisi JasaKena Pajak sebagai setiap kegiatan pelayanan berdasarkansuatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatubarang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untukdipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkanbarang karena pesanan atau permintaan dengan bahan danpetunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkanUndang-undang ini;

4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tidak mengadakan perubahanatas definisi Jasa Kena Pajak;

bahwa seperti halnya barang, pada hakikatnya semua jasadikenakan pajak, kecuali Undang-undang Pajak PertambahanNilai menetapkan sebaliknya. Atas dasar prinsip ini, makasesuai dengan ketentuan Pasal 4A dan kriteria yangditegaskan dalam memori penjelasannya, dalam Pasal 9Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1994 (dengan rinciandalam Pasal 10 sampai dengan 21) yang telah diperbaharuidalam Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 pada Pasal 6sampai dengan 16, ditetapkan dalam bentuk negative list yangberisi jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak PertambahanNilai;

5. Jasa Maklon tidak termasuk jasa yang tidak dikenakan PajakPertambahan Nilai;

bahwa Dasar Hukum yang digunakan Terbanding adalah sebagaiberikut :

1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah:

a) Pasal 1 huruf d angka 1) huruf c) “Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalahpengalihan hasil produksi dalam keadaan bergerak”;

b) Penjelasan Pasal 1 huruf d angka 1) huruf c)

“Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalahpengalihan Barang dalam keadaan bergerak yaitu perpindahan Barangkarena suatu pesanan atau permintaan untuk menghasilkan Barangdengan bahan dan atas petunjuk dari si pemesan”;

2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah:

a) Pasal 1 huruf d) angka 2) huruf e

“Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atauperbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas ataukemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukanuntuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan denganbahan dan atas petunjuk dari pemesan”;

b) Pasal 1 huruf d) angka 2) huruf f

“Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud pad a huruf e yangdikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini”;

3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewahbeserta perubahan-perubahannya;

Pasal 1 angka 5:“Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atauperbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas ataukemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukanuntuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahanatau atas petunjuk dari pemesan”;

Pasal 1 angka 6:

“Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 5 yangdikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini”;

Pasal 4 huruf c:“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalamDaerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha”;Penjelasan Pasal 4 huruf c:

“Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak meliputibaik Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun Pengusaha yangseharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi belumdikukuhkan;Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagaiberikut:a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; danc. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa KenaPajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri atau Jasa Kena Pajak yangdiberikan secara cuma-cuma”;

Pasal 4A ayat (3):

“Penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilaisebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas kelompok-kelompokjasa sebagai berikut:a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;b. jasa di bidang pelayanan sosial;c. jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;e. jasa di bidang keagamaan;f. jasa di bidang pendidikan;g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;i. jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;j. jasa di bidang tenaga kerja;k. jasa di bidang perhotelan;l. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintahan secara umum”;

4) Lampiran 3 Butir 4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor:KEP-170/PJ./2002 tanggal 28 Maret 2002:“Yang dimaksud dengan jasa maklon pada angka 2 huruf k Lampiran IIKeputusan ini adalah semua pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaiansuatu barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberijasa (disubkontrakkan), sedangkan spesifikasi bahan baku atau barang

setengah jadi dan atau bahan penolong/pembantu yang akan diprosessebahagian atau seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikanatas barang jadi berada pada pengguna jasa”;

5) Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentangBarang dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilaiadalah:

Kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;b. jasa di bidang pelayanan sosial;c. jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;e. jasa di bidang keagamaan;f. jasa di bidang pendidikan;g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;i. jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;j. jasa di bidang tenaga kerja;k. jasa di bidang perhotelan;l. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan

pemerintahan secara umum”;

6) Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentangImpor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu danatau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskandari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai mengatur bahwa JasaKena Pajak tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan daripengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah:

a. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran NiagaNasional atau perusahaan penangkapan ikan nasionalmeliputi:- Jasa persewaan kapal;- Jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu,

jasa tambat, dan jasa labuh;- Jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal;

b. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara NiagaNasional, yang meliputi:- Jasa perawatan pesawat udara;- Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara.

c. Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterimaoleh PT. XYZ;

d. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemboronganbangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 angka 1 danpembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluanibadah;

e. Jasa persewaan rumah susun sederhana dan rumah sangatsederhana; dan

f. Jasa yang diserahkan oleh Tentara Nasional Indonesiadalam rangka tersedianya data batas dan photo udarawilayah Negara Republik Indonesia;

bahwa dalam surat permohonan banding, Pemohon Bandingmengemukakan bahwa imbalan atas jasa maklon pembuatan pakaianjadi yang Pemohon Banding lakukan berdasarkan order dari luarnegeri dan hasil pekerjaan berupa barang jadi tersebut

diserahkan kepada buyers di luar negeri (bukan di dalam DaerahPabean) hal ini dapat dibuktikan dari dokumen ekspor dimanasemua barang jadi pesanan dari luar negeri tersebut dikirimlangsung kepada buyers di luar negeri maka atas penyerahan jasamakloon tersebut tidak memenuhi ketiga syarat dalam penjelasanPasal 4 huruf c Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai karenanyatidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%;

bahwa atas alasan Pemohon Banding sebagaimana diuraikan diatas, pihak Terbanding berpendapat sebagai berikut:

1) Penyerahan jasa maklon yang disengketakan sebesar

Rp.5.322.577.879,00 dilakukan oleh Pemohon Banding padatahun 2007 (setelah berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun1994) di tempat kegiatan usahanya;

2) Terdapat perubahan klasifikasi jasa maklon yang semuladiklasifikasikan sebagai penyerahan Barang Kena Pajak didalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah menjadi klasifikasi Jasa Kena Pajak menurutUndang-undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atasUndang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

bahwa hal ini dapat dilihat dari dihapusnya ketentuan dalamPasal 1 huruf d angka 1) huruf c) Undang-undang Nomor 8Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasadan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan ditambahkannyapengertian Jasa dalam Pasal 1 huruf d) angka 2) huruf eUndang-undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atasUndang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995;

3) Dalam menerapkan ketentuan perpajakan terhadap penyerahanjasa maklon, Pemohon Banding masih mengacu pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 dengan memperlakukan penyerahanjasa maklon sebesar Rp.5.322.577.879,00 sebagai penyerahanBarang Kena Pajak, yaitu dengan menerapkan tarif 0% (nolpersen) pada penyerahan jasa maklon yang dilakukan di DaerahPabean. Padahal penyerahan jasa maklon yang disengketakandilakukan pada tahun 2007 yaitu setelah berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan NilaiBarang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

4) Berdasarkan data yang ada dan ketentuan yang berlakudiketahui bahwa jasa maklon yang dikoreksi oleh Pemeriksasebesar Rp.5.322.577.879,00 sudah memenuhi ketentuan sebagaipenyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yangdilakukan oleh Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir denganUndang-undang Nomor 18 Tahun 2000, hal ini dikarenakanpenyerahan yang dilakukan oleh Pemohon Banding tersebutmemenuhi syarat-syarat sebagai berikut:a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan

c. Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha ataupekerjaannya;

bahwa atas dasar itu, maka terhadap penyerahan jasa maklon yangdisengketakan sebesar Rp.5.322.577.879,00 seharusnya dikenakanPajak Pertambahan Nilai dengan tarif umum (10%);

bahwa berdasarkan kesimpulan di atas, maka Terbandingberpendapat tetap mempertahankan koreksi negatif PenyerahanEkspor dan koreksi positif Penyerahan yang Pajak PertambahanNilai-nya harus dipungut sendiri dan menolak permohonankeberatan Pemohon Banding;

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi penyerahanekspor yang dianggap sebagai penyerahan lokal sebesarRp.5.322.577.879,00 dengan alasan sebagai berikut:

1. Dasar Pengenaan Pajak

bahwa berdasarkan Pemberitahuan Daftar Hasil PenelitianKeberatan Pemeriksa melakukan koreksi berupa reklas daripenjualan ekspor ke penyerahan dalam negeri yang terutangPajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.5.322.577.879,00;

2. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

bahwa Pemohon Banding adalah perusahaan Penanaman ModalAsing yang didirikan berdasarkan akte notaris Suprapto, S.H.No. 28 Tanggal 31 Agustus 2005, disahkan oleh Menteri Hukumdan HAM tanggal 30 Nopember 2005 Nomor: C-3181HT.01.0I.TH.2005 berlokasi di Dalam Kawasan BerikatNusantara, Blok A.06;

bahwa Pemohon Banding menerima pekerjaan pembuatan pakaianjadi atas dasar permintaan dari pemesan di luar negeri danjuga mengerjakan atas dasar permintaan dari pemesan di dalamnegeri, dimana quantity, bahan, spesifikasi tehnis berupaukuran, model dan saat penyerahan barang jadi ditentukanoleh pihak pemesan;

bahwa Jasa Maklon yang dilakukan oleh Pemohon Banding adalahJasa Maklon berdasarkan perjanjian perdata lintas batasnegara dimana pemesan berada di luar negeri dan hasil olahan(barang jadi) sesuai perjanjian kemudian harus diserahkanjuga di luar negeri (bukan di dalam Daerah PabeanIndonesia);

bahwa atas hasil produksi yang telah diekspor ke pihakpembeli tersebut Pemohon Banding menerima pembayaran daripihak pemesan yang dibukukan sebagai penghasilan dariekspor. Pemohon Banding tidak memungut Pajak PertambahanNilai, sedangkan atas penyerahan barang kepada pihak pemesandi dalam negeri dipungut Pajak Pertambahan Nilai 10% sesuaiketentuan yang berlaku;

bahwa Pemeriksa menghitung Pajak Keluaran sebesar 10% xRp.5.322.577.879,00 yang berarti dihitung dari seluruhpenyerahan ekspor;

bahwa menurut Pemohon Banding pengenaan Pajak PertambahanNilai sebesar 10% atas penyerahan jasa maklon keluar negeri

tidak ada dasar hukumnya karena untuk pesanan dari luarnegeri tersebut Pemohon Banding tidak melakukan penyerahandi dalam Daerah Pabean. Seluruh barang jadi berupa baju yangtelah selesai di jahit Pemohon Banding kembalikan kepadapemesan di Luar Negeri;

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 huruf c Undang-undangNomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 menyebutkan: Pajak PertambahanNilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalamDaerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

bahwa selanjutnya Penjelasan Pasal 4 huruf c menyebutkan:

Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagaiberikut:- jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;- penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;- penyerahan dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan yang

bersangkutan;

bahwa dari penjelasan ini secara gamblang, jelas, bahwa jasayang terutang Pajak Pertambahan Nilai harus memenuhi 3(tiga) syarat secara kumulatip sebagaimana tersebut diatas;

bahwa oleh karena imbalan Jasa Maklon atas pembuatan pakaianjadi yang Pemohon Banding lakukan berdasarkan order dariLuar Negeri dan hasil pekerjaan berupa barang jadi tersebutPemohon Banding serahkan kepada buyers di Luar Negeri (bukandi dalam Daerah Pabean) hal ini dapat di buktikan daridokumen ekspor dimana semua barang jadi pesanan dari LuarNegeri tersebut dikirim langsung kepada buyers di LuarNegeri maka atas penyerahan jasa maklon tersebut tidakmemenuhi ke-3 syarat tersebut dan karenanya tidak dikenakanPajak Pertambahan Nilai sebesar 10%;

Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas penyerahan ekspor yangdianggap sebagai penyerahan lokal sebesar Rp.5.322.577.879,00dengan alasan sebagai berikut;

bahwa kegiatan usaha Pemohon Banding meliputi jasa maklon.Sehubungan dengan jasa maklon yang dikerjakan, Pemohon Bandingmenerima pesanan untuk melakukan jasa CMT (Cutting, Making,Triming) atas bahan baku dan bahan pembantu yang diberikan olehpemesan. Pemohon Banding mengerjakan sesuai instruksi yangdiberikan oleh pemesan, kemudian atas permintaan pemesan,produk yang telah jadi langsung dikirim atau diekspor kepembeli di luar negeri;

bahwa berdasarkan Pasal 4 huruf c Undang-undang PajakPertambahan Nilai 1984, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan ataspenyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yangdilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. Berdasarkan memoripenjelasan Pasal 4 huruf c tersebut, suatu kegiatan penyerahanjasa dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sepanjang memenuhisyarat: - Jasa yang diserahkan adalah Jasa Kena Pajak;- Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;- Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan;

bahwa dengan rumusan yang berbeda namun dalam nuansa yang sama,berdasarkan Pasal 4 huruf c juncto Pasal 1 angka 14 dan angka15 Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984, suatu kegiatanpenyerahan jasa dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilaisepanjang memenuhi unsur: - Penyerahan Jasa Kena Pajak; - di dalam Daerah Pabean;- dalam kegiatan usaha atau pekerjaan;- penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak;

bahwa Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 memberikan definisiJasa Kena Pajak sebagai setiap kegiatan pelayanan berdasarkansuatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatubarang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untukdipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barangkarena pesanan atau permintaan dengan bahan dan petunjuk daripemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini;

bahwa Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tidak mengadakanperubahan atas definisi Jasa Kena Pajak;

bahwa seperti halnya barang, pada hakikatnya semua jasadikenakan pajak, kecuali Undang-undang Pajak Pertambahan Nilaimenetapkan sebaliknya. Atas dasar prinsip ini, maka sesuaidengan ketentuan Pasal 4A dan kriteria yang ditegaskan dalammemori penjelasannya, dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor10 Tahun 1994 (dengan rincian dalam Pasal 10 sampai dengan 21)yang telah diperbaharui dalam Peraturan Pemerintah Nomor 144Tahun 2000 pada Pasal 6 sampai dengan 16, ditetapkan dalambentuk negative list yang berisi jenis jasa yang tidakdikenakan Pajak Pertambahan Nilai;- Jasa Maklon tidak termasuk jasa yang tidak dikenakan PajakPertambahan Nilai;

- Dalam menerapkan ketentuan perpajakan terhadap penyerahanjasa maklon, Pemohon Banding masih mengacu pada Undang-undangNomor 8 Tahun 1983 dengan memperlakukan penyerahan jasamaklon sebesar Rp.5.322.577.879,00 sebagai penyerahan BarangKena Pajak, yaitu dengan menerapkan tarif 0% (nol persen)pada penyerahan jasa maklon yang dilakukan di Daerah Pabean.Padahal penyerahan jasa maklon yang disengketakan dilakukanpada tahun 2007 yaitu setelah berlakunya Undang-undang Nomor11 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasadan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

- Berdasarkan data yang ada dan ketentuan yang berlakudiketahui bahwa jasa maklon yang dikoreksi oleh Pemeriksasebesar Rp.5.322.577.879,00 sudah memenuhi ketentuan sebagaipenyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yangdilakukan oleh Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, hal ini dikarenakan penyerahanyang dilakukan oleh Pemohon Banding tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; danc. Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya;

bahwa atas koreksi Terbanding berupa penyerahan ekspor yangdianggap sebagai penyerahan lokal sebesar Rp.5.322.577.879,00yang menyatakan demikian, Pemohon Banding tidak setuju denganalasan sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding menerima pekerjaan pembuatan pakaian jadiatas dasar permintaan dari pemesan di luar negeri dan jugamengerjakan atas dasar permintaan dari pemesan di dalam negeri,dimana quantity, bahan, spesifikasi tehnis berupa ukuran, modeldan saat penyerahan barang jadi ditentukan oleh pihak pemesan;bahwa Jasa Maklon yang dilakukan oleh Pemohon Banding adalahJasa Maklon berdasarkan perjanjian perdata lintas batas negaradimana pemesan berada di luar negeri dan hasil olahan (barangjadi) sesuai perjanjian kemudian harus diserahkan juga di luarnegeri (bukan di dalam Daerah Pabean Indonesia);

bahwa atas hasil produksi yang telah diekspor ke pihak pembelitersebut Pemohon Banding menerima pembayaran dari pihak pemesanyang dibukukan sebagai penghasilan dari ekspor. Pemohon Bandingtidak memungut Pajak Pertambahan Nilai, sedangkan ataspenyerahan barang kepada pihak pemesan di dalam negeri dipungutPajak Pertambahan Nilai 10% sesuai ketentuan yang berlaku;

bahwa Pemeriksa menghitung Pajak Keluaran sebesar 10% xRp.5.322.577.879,00 yang berarti dihitung dari seluruhpenyerahan ekspor;

bahwa menurut Pemohon Banding pengenaan Pajak Pertambahan Nilaisebesar 10% atas penyerahan jasa maklon keluar negeri tidak adadasar hukumnya karena untuk pesanan dari luar negeri tersebutPemohon Banding tidak melakukan penyerahan di dalam DaerahPabean. Seluruh barang jadi berupa baju yang telah selesai dijahit Pemohon Banding kembalikan kepada pemesan di Luar Negeri;

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 huruf c Undang-undang Nomor8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undangNomor 18 Tahun 2000 menyebutkan: Pajak Pertambahan Nilai dikenakanatas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan olehPengusaha;

bahwa selanjutnya Penjelasan Pasal 4 huruf c menyebutkan:

Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagaiberikut:- jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;- penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;- penyerahan dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan yang

bersangkutan;

bahwa dari penjelasan ini secara gamblang, jelas, bahwa jasayang terutang Pajak Pertambahan Nilai harus memenuhi 3 (tiga)syarat secara kumulatip sebagaimana tersebut diatas;

bahwa oleh karena imbalan Jasa Maklon atas pembuatan pakaianjadi yang Pemohon Banding lakukan berdasarkan order dari LuarNegeri dan hasil pekerjaan berupa barang jadi tersebut PemohonBanding serahkan kepada buyers di Luar Negeri (bukan di dalamDaerah Pabean) hal ini dapat di buktikan dari dokumen ekspordimana semua barang jadi pesanan dari Luar Negeri tersebutdikirim langsung kepada buyers di Luar Negeri maka ataspenyerahan jasa maklon tersebut tidak memenuhi ke-3 syarat

tersebut dan karenanya tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilaisebesar 10%;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan PenjelasanTertulis tanpa nomor tanggal 4 Oktober 2010, yang pada pokoknyamengemukakan hal-hal sebagai berikut:

A. Fakta Hukum

bahwa Pemohon Banding adalah perusahaan Penanaman Modal Asingyang berlokasi di Kawasan Berikat PT. (Persero) KBN Cakungsesuai Surat PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara No.095/SLL/DPP.11/10/2005 tanggal 3 Oktober 2005 dan SuratDirektur Tehnis Kepabeanan Nomor: S-763/BC./2005 tanggal 12Oktober 2005;

bahwa Pemohon Banding adalah industri garmen yang juga menerimapekerjaan pembuatan pakaian jadi atas dasar permintaan dariPemesan dimana bahan, spesifikasi teknis berupa ukuran, model,quantitinya;

bahwa proses pengiriman barang jadi/garment seluruhnyadilakukan oleh Pemohon Banding dengan menerbitkan commercialinvoice, menyelesaikan formulir ekspor seperti PemberitahuanEkspor Barang, asuransi, sampai mengurus Bill of Lading sebagaibukti bahwa barang yang diekspor tersebut sudah dimuat di ataskapal;

bahwa biaya-biaya sampai barang tersebut dimuat diatas kapalsesuai perjanjian dibayar dahulu oleh Pemohon Banding,selanjutnya diganti oleh pemesan barang;

bahwa kewajiban Pemohon Banding untuk mengirimkan barang jaditersebut kepada pembeli di luar negeri adalah merupakan bagiandari persyaratan yang ditentukan di dalam kontrak;bahwa atas barang jadi yang telah dikirim/diekspor ke pihakpembeli tersebut kemudian Pemohon Banding menagih imbalan jasamaklonnya setiap bulan dengan cara membuat nota debet kepadapemesan sesuai harga yang disetujui dan dibukukan sebagaipenghasilan dari ekspor;

B. Penyerahan Jasa

bahwa Pemohon Banding menyerahkan jasa maklon yaitu jasa yangmelekat pada barang bergerak yang menurut Keputusan MenteriKeuangan Nomor: 302/KMK.04/1989 Jasa yang melekat pada atau untukbarang bergerak yang dimanfaatkan di luar daerah pabean Republik Indonesiatidak termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerahpabean Republik Indonesia;

C. Tempat Persyaratan

bahwa Pemohon Banding melakukan penyerahan barang jadi berupagarment di atas kapal untuk dikirim kepada Pembeli di Amerikasesuai dengan perjanjian kontrak antara Pemohon Banding denganpemesan;

bahwa tempat penyerahan di atas kapal dalam kasus ini merupakansalah satu syarat /ketentuan yang harus dipenuhi oleh PemohonBanding untuk dapat menagih pembayaran atas jasa maklonnya,

bahkan apabila tidak dilakukan maka pihak Pemesan akanmelakukan claim;

bahwa menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 17Tahun 2006 tentang Kepabeanan penyerahan di atas kapal dengantujuan ekspor secara hukum merupakan ekspor bukan penyerahandalam negeri, Pengaturan semacam ini adalah sesuai denganpraktek bisnis internasional;

bahwa selanjutnya Pasal 1338 KUHPerdata menyebutkan: Suatauperjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi merekayang membuatnya”;

bahwa tempat penyerahan yang ditentukan berdasarkan perjanjianperdata antara dua pihak (berlaku sebagai Undang-undang bagikeduanya) tidak ada kaitannya dengan kewajiban pembayaranbiaya-biaya pengiriman, asuransi, dsb;

D. Ketentuan Pajak Pertambahan Nilai

a. Pajak Pertambahan Nilai Merupakan pajak atas konsumsi didalam negeri

bahwa dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBMantara lain disebutkan bahwa:

“Dengan mengingat pada sistemnya, undang-undang ini dapat disebutUndang-undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak PenjualanBarang atas Barang Mewah untuk memperlihatkan bahwa dua macam pajakyang diatur disini merupakan satu kesatuan sebagai pajak atas konsumi didalam negeri”

bahwa dari rumusan tersebut jelas bahwa Pajak PertambahanNilai adalah Pajak atas konsumsi (barang/jasa) di dalamnegeri, dengan demikian berarti bahwa atas konsumsibarang/jasa di luar negeri tidak dipungut Pajak PertambahanNilai, ketentuan ini sesuai dengan asas teritorialitas yangdianut dalam pemungutan pajak. Dalam kaitan ini perluditambahkan bahwa oleh karena saat dan tempat kapan dandimana barang/jasa dimaksud secara riil (asas realitas)dikonsumsi secara riil sulit untuk diketahui maka untukkepentingan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai menetapkan bahwa saatbarang/jasa tersebut dikonsumsi adalah tempat dan pada saatpenyerahan dilakukan. Dengan kata lain Pajak PertambahanNilai dikenakaan jika tempat penyerahan Barang KenaPajak/Jasa Kena Pajak oleh PKP terjadi di dalam DaerahPabean;

bahwa pelaksanaan prinsip dasar tersebut dituangkan dalamPasal 4 huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentangPajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak PenjualanAtas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir denganUndang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang menyebutkan bahwa:

“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa KenaPajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha”;

bahwa dalam penjelasannya disebutkan bahwa:

“Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak,b. penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean, dan c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya;

bahwa berdasarkan ketentuan ini maka suatu penyerahan akanterutang Pajak Pertambahan Nilai manakala ketiga syarattersebut secara komulatif dipenuhi, dengan demikian makajika salah satu dari tiga syarat tersebut tidak dipenuhimaka atas penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak yangdilakukan, tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;

b. Esensi jasa maklon

bahwa jasa maklon tidak lain dari ongkos kerja yang timbulkarena Pemohon Banding melakukan pekerjaan dalam rangkamenghasilkan Barang Kena Pajak, berupa pakaian jadi ataspesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk daripemesan yang berada di luar daerah pabean;

c. Tempat dan saat jasa (maklon luar negeri) diserahkan

bahwa Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PajakPenjualan atas Barang Mewah sebagaimana teah diubah terakhirdengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 memberikanpenjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan jasa,selengkapnya ketentuan tersebut berbunyi:

“ Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atauperbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas ataukemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukanuntuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahandan atas petunjuk dari pemesan”

bahwa dengan demikian mengingat bahwa pada hakikatnya jasamaklon adalah ongkos kerja yang merupakan salah satu unsurproduksi, disamping bahan baku, bahan pembantu, model, danlain-lain maka saat jasa maklon diserahkan adalah pada saatbarang yang diproduksi (dalam hal ini garment/baju) siapdigunakan oleh pemesan. Untuk keperluan pengenaan PajakPertambahan Nilai saat ini jatuh bersamaan dengan saatbarang yang dihasilkan diserahkan kepada pemesan atau pihaklain yang ditunjuk oleh pemesan;

bahwa pada saat barang tersebut selesai diproduksi,sekalipun telah berujud garment/baju, belum dapat dinyatakanbahwa telah terjadi konsumsi atas jasa maklon, karena syaratadanya penyerahan belum dipenuhi, sebagaimana diuraikandiatas saat dilakukannya konsumsi barang/jasa adalah padasaat dilakukannya penyerahan. Jasa maklon melekat padabarang yang dihasilkan. Oleh karena itu saat penyerahan jasamaklon adalah bersamaan dengan saat penyerahan Barang KenaPajak yang bersangkutan;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang JenisBarang dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak PertambahanNilai,

bahwa Jasa maklon tidak termasuk dalam jenis jasa yangdikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, olehkarenanya jasa maklon merupakan Jasa Kena Pajak. Namun untukmenentukan apakah atas penyerahan jasa maklon tersebutdikenakan/terutang Pajak Pertambahan Nilai atau tidak, perludipastikan terlebih dahulu tempat dan saat dilakukannyapenyerahan. Jika tempat penyerahan terjadi di luar DaerahPabean (Indonesia) maka atas penyerahan jasa maklon dimaksudtidak dikenakan/terutang Pajak Pertambahan Nilai (diIndonesia);

e. Penjelasan mengenai tarif 0 % berdasarkan Pasal 16 B Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa pasal 16 B, menyatakan bahwa atas kegiatan tertentu(antara lain kegiatan di Kawasan Berikat, dapat diberikanfasilitas Pajak Pertambahan Nilai terutang tidak dipungut),dan Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yangPajak Pertambahan Nilai nya tidak dipungut tersebut dapatdikreditkan). Menurut penjelasan Pasal 16 B fasilitas inidiberikan untuk mendorong ekspor;

bahwa hakikat Pasal 16 B khususnya mengenai fasilitas PajakPertambahan Nilai tidak dipungut sama dengan Pasal 7 ayat(2) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Oleh karena ituPasal 7 ayat (2) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai dapatdiberi arti sebagai ketentuan yang bersifat umum sedangkanPasal 16 B Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai merupakanketentuan bersifat khusus (berupa fasilitas);

Penjelasan Pasal 16 B ayat (2) secara tegas menyatakanbahwa:

“adanya perlakuan khusus berupa Pajak Pertambahan Nilai tidak dipungutdiartikan bahwa Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan BarangKena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang mendapat perlakuan khusudimaksud tetap dapat dikreditkan, dengan demikian Pajak Pertambahan Nilaitetap terutang tapi tidak dipungut”

bahwa oleh karena itu menurut Pemohon Banding, apakahberdasarkan Pasal 7 ayat (2) ataupun berdasarkan Pasal 16 BUndang-undang Pajak Pertambahan Nilai, Pemohon Bandingberhak atas Pajak Keluaran nihil (baik dikenakan tarif 0%maupun Pajak Keluaran Tidak dipungut) dan berhak pulamengkreditkan Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajakdimaksud;

bahwa selanjutnya Pemohon Banding menjelaskan sebagaiberikut:

bahwa dalam memori penjelasan Pasal 16 B disebutkan bahwafasilitas tersebut diberikan antara lain untuk mendorongekspor;

bahwa Pasal 16 B dapat dipandang sebagai politik hukumdibidang perpajakan yang menggunakan fungsi reguleren untukmendukung peningkatan perekonomian Indonesia dengan caramendorong ekspor. Sehubungan dengan itu Pemerintah secaraaktif melakukan berbagai regulasi di bidang perekonomian,antara lain dengan mengeluarkan kebijakan tentang KawasanBerikat, EPTE, dan sebagainya;

bahwa kebijakan tersebut dalam Pasal 16 B dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2000 tetapdipertahankan, dan tujuan mendorong ekspor merupakanprioritas nasional;

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 B Undang-undangPajak Pertambahan Nilai tersebut telah dikeluarkan KeputusanMenteri Keuangan Nomor: 291/KMK.05/1997, Nomor:37/KMK.04/2002 dan Nomor: 129/KMK.04/2003, dalam Pasal 14huruf g: “ atas penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasilpekerjaan sub kontraktor oleh PKP di DPIL atau PDKB Lainnyakepada PKP PDKB asal, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilaidan PPnBM”;

bahwa kegiatan maklon atas order dari Luar Negeri yangdilakukan didalam Kawasan Berikat kemudian hasilnya dikirimke Luar Negeri jelas bertujuan untuk mendorong ekspor,karenanya sesuai jiwa Pasal 14 huruf g Keputusan MenteriKeuangan Nomor: 291/KMK.05/1997 tanggal 26 Juni 1997 makaPajak Pertambahan Nilai yang terutang tidak dipungut;

f. bahwa sengketa banding ini adalah sengketa atas ketetapanPajak Pertambahan Nilai untuk Masa Pajak Januari sampaidengan Desember 2007 yang keputusan atas keberatannyaditerbitkan oleh Terbanding pada tahun 2009 yang didasarkanpada ketentuan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun2000 yang tidak mengatur tarif atas ekspor jasa. Terbandinghanya berdasarkan interpretasi karena tidak diatur makaberlaku tarif umum 10 %. Sedangkan Pemohon Bandingberpendapat karena tidak diatur maka Terbanding tidak adahak untuk mengenakan tarif 10%. Sengketa ini diajukankeberatan dan kemudian banding dan belum pernah diputussampai saat ini;

bahwa ketentuan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa maklondalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang diberlakukanmulai 1 April 2010, sesuai Pasal 7 ayat (2) huruf b dan cyang berbunyi: “Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0%(nol persen) diterapkan di atas:

b. penyerahan atas Jasa Kena Pajak dari Dalam Daerah Pabean ke LuarDaerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan danmelakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas Dasar Pesanan atauPermintaandengan bahan dan atas petunjuk dari Pemesan di Luar DaerahPabean;atau

c. Ekspor Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud;

bahwa menurut pendapat Pemohon Banding karena sebelumnyatidak ada ketentuan yang mengatur tentang ekspor jasa(sehingga masing-masing pihak melakukan interpretasi)kemudian timbul ketentuan Undang-undang yaitu Pasal 7Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 maka sengketa antaraPemohon Banding dengan Terbanding yang belum diputusseharusnya diputus tidak lagi berdasarkan interpretasitetapi berdasarkan Undang-undang yang telah ada (ketentuanbaru tersebut);

g. Putusan Pengadilan Pajak dan Ketetapan Pajak atas kasus yangserupa:

bahwa ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk PemohonBanding tahun 2006 perlakukan Terbanding adlaah serupadengan ketetapan tahun 2007, namun setelah diajukan bandingMajelis Hakim Pengadilan Pajak telah memutus dengan PutusanNomor: Put.21113/PP/MVIII/16/2009 danPut.23672/PP/M.VIII/16/2010 yang mengabulkan banding PemohonBanding;

bahwa ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk PemohonBanding tahun 2008 yang diterbitkan Terbanding pada tanggal16 Juli 2010, telah memberlakukan ketentuan Pasal 7 ayat (2)huruf b Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yaitu mengakuiekspor jasa dengan tarif Pajak Pertambahan Nilai 0%;

Kesimpulan:

1. bahwa jasa maklon bukanlah jasa yang berdiri sendiri.Jasa ini terkait dengan Barang Kena Pajak berupagarment/pakaian jadi. Dengan demikian saat jasa maklontersebut siap dinikmati jatuh bersamaan dengan saatBarang Kena Pajak tersebut dikerahkan. Menuru ketentuanPajak Pertambahan Nilai penyerahan barang bergerakterjadi saat penguasaan atas barang tersebut secara fisikberalih. Penguasaan secara fisik oleh pemesan terjadipada saat penguasaan barang dimaksud secara fisik beralihdari penjual/pihak yang memproduksi kepada pemesanataupihak yang ditunjuk. Oleh karena tempat terjadinyapenyerahan barang tersebut di atas kapal untuk tujuanekspor maka penyerahan tersebut memenuhi syarat eksporBarang Kena Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 7 ayat (2)Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Mengingat jasamaklon melekat pada barang dimaksud maka penyerahan jasamaklon terjadi bersamaan dengan penyerahan barangtersebut. Oleh karena jasa maklon melekat pada BarangKena Pajak yang diekspor yang berdasarkan Pasal 7 ayat(2) dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0 %maka atas jasa tersebut juga dikenakan tarif 0 %;

2. bahwa Pasal 16 B dengan tegas menyatakan bahwa atasekspor Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dikenakantariff 0% dan disamping itu, sesuai dengan Pasal 16 B,Pemohon Banding berpendapat bahwa apabila terhadappengembalian hasil produksi/hasil olahan yang dibuat atasdasar penggunaan jasa maklon oleh PKP dalam kawasanberikat dari PKP DPIL atau PDKB lain tidak dipungut PajakPertambahan Nilai dan PPnBM maka sesuai dengan jiwa Pasal16B dimaksud terhadap pengembalian hasil produksi/hasilolahan oleh PDKB kepada pemesan di luar negeri juga tidakdipungut Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM;

3. bahwa Putusan Pengadilan Pajak tahun 2006 dan KetetapanPajak Tahun 2008 atas kasus yang serupa yang dialami olehperusahaan yang sama menurut Pemohon Banding merupakanrujukan dan seyogyanya juga diberlakukan untukpenyelesaian kasus ini;

bahwa Terbanding dalam persidangan menyampaikan PenjelasanTertulis Nomor: S-8978/PJ.07/2010 tanggal 22 Oktober 2010,yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

A. Fakta-fakta Persidangan

bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa kegiatan usahayang dilakukan adalah jasa maklon atas suatu pesanan olehpihak luar negeri, sehingga tidak dikonsumsi di dalamnegeri;

bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa kegiatanpenyerahan jasa maklon tersebut tidak terutang PajakPertambahan Nilai;

B. Dasar Hukum

bahwa Pasal 4 huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undangNomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai danPajak Penjualan Barang Mewah (Undang-undang PPN)menyatakan bahwa penyerahan jasa yang terutang pajakharus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan;c. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya;

bahwa Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000tanggal 22 Desember 2000 sebagaimana telah diubahterakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002tanggal 13 Mei 2002 mengatur bahwa terutangnya PajakPertambahan Nilai atas penyerahan Jasa Kena Pajak terjadipada saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahanuntuk dipakai secara nyata, baik sebagian atauseluruhnya;

bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentangjenis Barang dan Jasa yang tidak dikenakan PajakPertambahan Nilai mengatur bahwa Jasa Maklon tidaktermasuk dalam jenis jasa yang dikecualikan daripengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

C. Tanggapan

bahwa berdasarkan ketentuan di atas, dapat dijelaskanbahwa jasa maklon tidak termasuk dalam jenis jasa yangdikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Maklon terutangpada saat jasa tersebut tersedia untuk diapakai secaranyata baik sebagian atau seluruhnya;

bahwa sesuai dengan dasar hukum yang dikemukakan tersebutdi atas, maka pernyataan bahwa kegiatan usaha yangdilakukan adalah jasa maklon atas suatu pesanan olehpihak luar negeri, sehingga tidak terutang PajakPertambahan Nilai, tidak sesuai dengan ketentuanperpajakan yang berlaku;

bahwa Pemohon Banding telah melakukan penyerahan JasaMaklon yang termasuk Jasa Kena Pajak di daerah Pabean dansehubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaannya;

bahwa sehubungan dengan sengketa banding Pemohon Bandingtersebut, menurut Majelis ketentuan peraturan perundang-undangan terkait adalah sebagai berikut :

bahwa penjelasan umum Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983dinyatakan bahwa ”Dengan mengingat pada sistemnya, Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Pajak Pertambahan NilaiBarang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untukmemperlihatkan bahwa dua macam pajak yang diatur disinimerupakan satu kesatuan sebagai pajak atas konsumsi di dalamnegeri;

bahwa Pasal 4 huruf c Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18Tahun 2000 dinyatakan bahwa: Pajak Pertambahan Nilai dikenakan ataspenyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha. Dalampenjelasan Pasal 4 huruf c Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai ditegaskanbahwa penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagaiberikut:a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;b. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; danc. penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

bahwa dalam Pasal 4 huruf e Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PajakPenjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000mengatur tentang pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ataspemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalamdaerah pabean, sedangkan keadaan sebaliknya tidak diatur dalamUndang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewahsebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 maupun Peraturan Pemerintah Nomor144 Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Jenis Barangdan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 hanyamengatur jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PajakPertambahan Nilai untuk penyerahan di dalam daerah pabean,tidak mengatur penyerahan di luar daerah pabean;

bahwa Keputusan Menteri Keuangan No. 302/KMK.04/1989 tanggal1/4/1989 Tentang Jasa Kena Pajak Selain Jasa Yang DilakukanOleh Pemborong, Jasa Angkutan Udara Dalam Negeri dan JasaTelekomunikasi :

Pasal 2 ayat (1): Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan JasaKena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha dalam lingkungan perusahaan ataupekerjaannya di daerah pabean Republik Indonesia.

Pasal 2 ayat (3) : Tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa KenaPajak di dalam Daerah Pabean Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamayat (1) adalah penyerahan :

b. jasa yang melekat pada atau untuk barang bergerak yang dimanfaatkan di luardaerah pabean Republik Indonesia;

yang dilakukan oleh Pengusaha yang berkedudukan atau bertempat tinggal ataumelakukan usaha di dalam daerah pabean Republik Indonesia.

bahwa berdasarkan uraian dan ketentuan tersebut di atas,menurut Majelis Pajak Pertambahan Nilai dikenakan ataspenyerahan jasa yang dimanfaatkan di daerah pabean RepublikIndonesia;

bahwa Majelis melakukan penelitian atas dokumen pendukung yangdisampaikan Pemohon Banding, diketahui hal-hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan Surat Keterangan Domisili Nomor: 24/KD/PMS.11.1/06/2006 tanggal 21 Juni 2006, diketahui bahwaPemohon Banding berdomisili di Wilayah PT. (Persero) KawasanBerikat Nusantara, dengan alamat lokasi I: Jl. Jawa 14BlokA-06 dan Lokasi II Jl. Madura II Blok D-10, KawasanBerikat Nusantara Cakung Cilincing, Jakarta Utara;

2. Berdasarkan Daftar Realisasi Ekspor Bulan Juli 2007,diketahui bahwa nilai ekspor pakaian jadi sebesar US$2,689,638.33 dengan biaya maklon sebesar US$ 588,622.08 setara dengan Rp.5.322.577.879,00;

3. bahwa biaya maklon sebesar Rp.5.322.577.879,00 dilaporkandalam SPT Pajak Pertambahan Nilai oleh Pemohon Bandingsebagai ekspor;

4. bahwa atas penyerahan jasa maklon kepada pembeli di luarnegeri(CMT/Maklon International) sebesar Rp.5.322.577.879,00oleh Pemohon Banding tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilaikarena pemanfaatan atas jasa tersebut dilakukan di luarnegeri (di luar Daerah Pabean);

bahwa Majelis berpendapat jasa maklon (CMT) yang dilakukan olehPemohon Banding melekat dengan barang bergerak yangdimanfaatkan di luar daerah pabean Republik Indonesia;

bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:302/KMK.04/1989 tanggal 1 April 1989 dimana dalam Pasal 2 ayat(3) yang menyebutkan: Tidak termasuk ke dalam pengertian jasa kena pajakdi dalam daerah pabean Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),adalah penyerahan: b. Jasa yang melekat pada atau untuk barang bergerak yangdimanfaatkan di luar Daerah Pabean Republik Indonesia;

bahwa berdasarkan uraian dan keterangan tersebut di atas,Majelis berpendapat bahwa jasa maklon (CMT) yang dilakukan olehPemohon Banding tidak termasuk dalam pengertian penyerahanJasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean sebagaimana diatur dalamKeputusan Menteri Keuangan Nomor: 302/KMK.04/1989 tanggal 1April 1989;

bahwa selanjutnya atas koreksi Terbanding terhadap PenyerahanEkspor (jasa) Pemohon Banding yang dianggap sebagai PenyerahanLokal sebesar Rp.5.322.577.879,00 tersebut tidak dapatdipertahankan;

1. Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00;

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding melakukan koreksi Pajak Masukansebesar Rp.19.280.007,00 (menurut Terbanding sebesar Rp.7.072.508.613,00 sedangkanmenurut Pemohon Banding sebesar Rp.7.091.788.620,00) berdasarkanLaporan Pemeriksaan Pajak Nomor: LAP-262/WPJ.07/KP.0505/2009tanggal 30 Maret 2009 huruf E point 7.1 dan 8 terkait Pajak

Masukan, Pemeriksa menjelaskan bahwa koreksi Pajak Masukandilakukan karena berdasarkan klarifikasi atas pajak keluaranKantor Pelayanan Pajak dimana PKP Penjual terdaftar, sampaidengan laporan pemeriksaan dibuat, masih ada Kantor PelayananPajak yang belum memberikan jawaban dan ada Kantor PelayananPajak yang memberikan jawaban Tidak Ada. Atas Kantor PelayananPajak yang belum dijawab dilakukan pengujian arus uang danbarang (dalam hal ini Pemeriksa tidak dapat meyakini kebenaranpembayaran faktur pajak tersebut) serta Kantor Pelayanan Pajakyang menjawab Tidak Ada, Pemeriksa melakukan koreksi;

bahwa berdasarkan Pasal 13 ayat (5) Undang-undang Nomor 8 Tahun1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah beserta perubahan-perubahannya, diketahui bahwadalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentangpenyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajakyang paling sedikit memuat: 1) Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; 2) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang

Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; 3) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,

dan potongan harga; 4) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; 5) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut; 6) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan 7) Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani

Faktur Pajak;

bahwa penjelasan Pasal 13 ayat (5) Undang-undang Nomor 8 Tahun1983 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BarangMewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undangNomor 18 Tahun 2000;

bahwa Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak dan dapatdigunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan.Oleh karena itu, Faktur Pajak harus benar, baik secara formalmaupun secara materiil. Faktur Pajak harus diisi secaralengkap, jelas dan benar dan ditandatangani oleh pejabat yangditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menandatanganinya.Namun untuk pengisian keterangan mengenai Pajak Penjualan AtasBarang Mewah hanya diisi apabila atas penyerahan Barang KenaPajak terutang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Faktur Pajakyang tidak diisi sesuai dengan ketentuan dalam ayat ini dapatmengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum didalamnya tidak dapat dikreditkan sesuai dengan ketentuan dalamPasal 9 ayat (8) huruf f. Faktur Penjualan yang memuatketerangan dan yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan dalamayat ini disebut Faktur Pajak Standar;

bahwa Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-549/PJ./2000tanggal 29 Desember 2000 sebagaimana telah diubah terakhirdengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-S9/PJ./2005tanggal 9 Maret 2005;

Pasal 2 ayat (1):

“Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BarangKena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena

Pajak dan atau Jasa Kena Pajak;

b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak dan ataupenerima Jasa Kena Pajak;

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potonganharga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; e. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang Dipungut; f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak”;

bahwa Pasal 9 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PajakPertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewahsebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18Tahun 2000:

Ayat (2):

“Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untukMasa Pajak yang sama”;

Ayat (9):

“Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan PajakKeluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajakberikutnya paling lambat 3 (tiga) bukan setelah berakhirnya Masa Pajakbersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukanpemeriksaan”;

bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (8) Undang-undang Nomor 8 Tahun1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, di atur hal-hal sebagai berikut:

“Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalamayat (2) bagi pengeluaran untuk:

a. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusahadikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyaihubungan langsung dengan kegiatan usaha;

c. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti pungutannyaberupa Faktur Pajak Sederhana;

d. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidakmemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5);

e. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannyaditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;

f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannyatidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilaiyang diketenukan pada waktu dilaksanakannya pemeriksaan”;

bahwa Pasal 33 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan beserta perubahan-perubahannya, disebutkan:

“Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksuddalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannyabertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak, sepanjang tidak dapatmenunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayar”;

bahwa Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-754/PJ./2001 yang antara lain menyebutkan “tujuan dilakukannyakonfirmasi Faktur pajak adalah untuk mendapatkan keyakinan bahwa Faktur Pajak

tersebut telah dilaporkan PKP penerbit sebagai Pajak Keluaran pada SPT Masa PajakPertambahan Nilai”;

bahwa Romawi V Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-10/PJ.52/2006 15 Agustus 2006 tentang Perekaman SPT Masa PPN,Konfirmasi Faktur Pajak, dan Langkah-Langkah PenangananRestitusi dalam rangka Pengamanan Penerimaan Pajak PertambahanNilai, disebutkan:

“Perlu ditegaskan bahwa pelaksanaan konfirmasi, baik untuk Pajak Masukan, PajakKeluaran, Pemberitahuan Impor barang, maupun Pemberitahuan Ekspor Barangmerupakan salah satu prosedur pemeriksaan yang wajib dilakukan, namun bukanmerupakan satu-satunya alat uji yang dipakai untuk meyakini bahwa transaksitersebut benar adanya balk secara formal maupun material. Untuk meyakinikebenaran suatu transaksi agar Pemeriksa mengajukan pengujian lainnya sepertiarus uang, arus barang, arus dokumen, serta meneliti dokumen-dokumenpendukung lainnya yang berkenaan dengan transaksi tersebut”;

bahwa dalam Surat Keberatan maupun dalam Surat Bandingnya,Pemohon Banding menyatakan telah melakukan pembayaran ataspajak masukan tersebut kepada para costumer/suppliers, pihakTerbanding berpendapat sebagai berikut:

1) PPN Masukan yang disengketakan sebesar Rp.19.280.007,00telah dikonfirmasi ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKPPenjual terdaftar dengan Surat Perminitaan Klarifikasi DataPajak Keluaran Nomor: S-2698/WPJ.07/BD.0504/2009 tanggal 6Agustus 2009 yang ditujukan kepada Kantor Pelayanan PajakPenanaman Modal Asing Empat, dengan perincian sebagaiberikut:

No. PKP Penjual NPWPFaktur Pajak PPN

(Rp)

JawabanKlarifika

siNomor Tanggal

1. PT. SeijinIndonesia

02.193.053.2-057.000

010-000.07.00000030

07/07/2007

4.769.174,00

2. PT. SeijinIndonesia

02.193.053.2-057.000

010-000.07.00000032

16/07/2007

14.510.833,00

Jumlah 19.280.007,00

2) Atas permintaan konfirmasi Faktur Pajak ke Kantor PelayananPajak tempat PKP Penjual tersebut, sampai dengan batas 14(empat belas) hari, Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutanbelum memberikan jawabannya;

3) Terbanding mengirimkan surat permintaan klarifikasi kedua keKantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat dengansurat Nomor: S-3022/WPJ.05/BD.0504/2009 tanggal 28 Agustus2009;

bahwa atas surat permintaan kedua tersebut, sampai denganbatas waktu yang telah ditentukan, belum diperoleh jawabandari Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat;

4) Dari rekapitulasi surat jawaban konfirmasi, diketahuisebagai berikut:

No. Uraian JumlahLembar Rp

1. Jawaban Konfirmasi “Ada” 0 0,002. Jawaban Konfirmasi “Tidak Ada

(Surat Teguran)”0 0,00

3. Jawaban Konfirmasi yang belumditerima

2 19.280.007,00

Total 2 19.280.007,00

bahwa Pengujian Arus Uang dan Arus Barang:

Transaksi dengan PT. Seijin Indonesia

a) Faktur Pajak 010-000-07.00000030 tanggal 07-07-2007 sebesarRp.4.769.174,00

bahwa Pemohon Banding memberikan data berupa EmbroideryContract Nomor: 12/HIU-SI/VI/07 tanggal 5 Juli 2007 senilai$ 5,255.52 dan Invoice Nomor: 12/HI-S1/07 tanggal 5 Juli2007 senilai $ 5,781.07 (terdiri dari nilai kontrak ditambahPajak Pertambahan Nilai 10%) dengan permintaan transfer keKEBI atas nama PT. Seijin Indonesia (Acc. No: 2205010800,serta bukti transfer ke Korea Exchange Bank Indonesia (KEBI)atas nama PT. Seijin Indonesia;

bahwa berdasarkan penelitian terhadap bukti transfer tanggal19 Juli 2007 diperoleh informasi bahwa terdapat penyetoranuang kepada PT Seijin Indonesia (Acc No: 2205010800) sebesar$ 4,672.13 (sedangkan besarnya tagihan berdasarkan invoiceadalah sebesar $ 5,781.07) sehingga tidak dapat diketahuidengan pasti apakah pembayaran tersebut sehubungan dengantransaksi Pemohon Banding dengan PT. Seijin Indonesia atasFaktur Pajak Masukan Nomor: 010.000.007-00000030;

bahwa oleh karena itu, Terbanding berkesimpulan bahwa FakturPajak dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar $ 5,255.52 atausebesar Rp.47.691.742,00 (Pajak Pertambahan Nilai sebesarRp.4.769.174,00) tidak dapat dibuktikan Pajak PertambahanNilai Masukannya benar-benar telah dibayarkan kepada PKPPenjual karena bukti transfer yang diberikan tidak sesuaidengan nilai invoice;

b) Faktur Pajak 010-000-07.00000032 tanggal 16-07-2007 sebesarRp.14.510.833,00

bahwa Pemohon Banding tidak memberikan data berupaEmbroidery Contract, invoice dan bukti transfer pembayaranatas transaksi dimaksud;

bahwa oleh karena itu, Terbanding tidak dapat melakukanpengujian arus uang dan barang. Terbanding berkesimpulanbahwa Faktur Pajak Masukan Nomor: 010.000.07-00000032tanggal 16-07-2007 tidak dapat dibuktikan Pajak PertambahanNilai Masukannya benar-benar telah dibayarkan kepada PKPPenjual PT. Seijin Indonesia;

bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Terbanding mengusulkanuntuk menolak permohonan keberatan Pemohon Banding dan tetapmempertahankan koreksi Pemeriksa atas Pajak Masukan yang dapatdikreditkan sebesar Rp.19.280.007,00;

Menurut Pemohon : bahwa Pemohon tidak dapat setuju dengan koreksi Terbanding atasPajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00 karena Pemohon Bandingtelah melakukan pembayaran atas Pajak Masukan tersebut kepadapara customer/supplier;

bahwa setelah membaca Surat Uraian Banding dan meneliti kembalibukti-bukti yang ada pada Pemohon Banding ternyata koreksitersebut terdiri dari Pajak Masukan dalam negeri masa pajakyang sama Rp.19.280.007,00, yang terdiri dari:

No. PKP Penjual NPWP Faktur Pajak PPN(Rp)Nomor Tanggal

1. PT. SeijinIndonesia

02.193.053.2-057

07.00000030

07/07/2007

4.769.174,00

2. PT. SeijinIndonesia

02.193.053.2-057

07.00000032

16/07/2007

14.510.833,00

bahwa atas Pajak Masukan yang dikoreksi Pemeriksa ini PemohonBanding tetap mengajukan banding, karena Pajak PertambahanNilai tersebut benar-benar telah dibayar oleh Pemohon Bandingkepada PKP Penerbit Faktur Pajak tersebut;

Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00 (menurut Terbanding sebesar Rp.7.072.508.613,00 sedangkanmenurut Pemohon Banding sebesar Rp.7.091.788.620,00) dengan alasansebagai berikut:

1) Koreksi Pajak Masukan dilakukan sebab berdasarkanklarifikasi atas pajak keluaran Kantor Pelayanan Pajakdimana PKP Penjual terdaftar, sampai dengan laporanpemeriksaan dibuat, masih ada Kantor Pelayanan Pajak yangbelum memberikan jawaban dan ada Kantor Pelayanan Pajak yangmemberikan jawaban Tidak Ada. Atas Kantor Pelayanan Pajakyang belum dijawab dilakukan pengujian arus uang dan barang(dalam hal ini Pemeriksa tidak dapat meyakini kebenaranpembayaran faktur pajak tersebut) serta Kantor PelayananPajak yang menjawab Tidak Ada, Pemeriksa melakukan koreksi;

2) PPN Masukan yang disengketakan sebesar Rp.19.280.007,00telah dikonfirmasi ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKPPenjual terdaftar dengan Surat Perminitaan Klarifikasi DataPajak Keluaran Nomor: S-2698/WPJ.07/BD.0504/2009 tanggal 6Agustus 2009 yang ditujukan kepada ditujukan kepada KantorPelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat, dengan rinciansebagai berikut:

No. PKP Penjual NPWPFaktur Pajak PPN

(Rp)

JawabanKlarifika

siNomor Tanggal

1. PT. SeijinIndonesia

02.193.053.2-057.000

010-000.07.00000030

07/07/2007

4.769.174,00

2. PT. SeijinIndonesia

02.193.053.2-057.000

010-000.07.00000032

16/07/2007

14.510.833,00

Jumlah 19.280.007,00

bahwa dengan demikian menurut Terbanding Faktur Pajak Nomor:010-000-07.00000030 tanggal 07-07-2007 sebesar Rp.4.769.174,00dan 010-000-07.00000032 tanggal 16-07-2007 sebesarRp.14.510.833,00 tidak dapat dikreditkan pada Masa Pajak Juli2007 karena tidak dapat dibuktikan Pajak Pertambahan NilaiMasukannya telah benar-benar dibayarkan kepada PKP Penjual;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbandingatas Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00 karenaPajak Pertambahan Nilai tersebut benar-benar telah dibayar olehPemohon Banding kepada PKP Penerbit Faktur Pajak tersebut;

bahwa atas koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00,Pemohon Banding pada persidangan tanggal 30 Agustus 2010menyatakan menerima koreksi Pajak Masukan sebesar

Rp.14.510.833,00, sehingga koreksi Pajak Masukan yang masihdibanding oleh Pemohon Banding adalah sebesar Rp.4.679.174,00;

bahwa selanjutnya dalam persidangan Majelis meminta kepadaTerbanding dan Pemohon Banding untuk melakukan uji kebenaranbukti atas koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.4.679.174,00tersebut;

bahwa berdasarkan hasil uji kebenaran bukti materi yangdilakukan oleh Terbanding dan Pemohon Banding terkait dengankoreksi Pajak Masukan sebesar Rp.4.679.174,00 diketahuisebagai berikut:

bahwa koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.4.679.174,00 terkaitdengan:

No. PKP Penjual NPWPFaktur Pajak PPN

(Rp)

JawabanKlarifika

siNomor Tanggal

1. PT. SeijinIndonesia

02.193.053.2-057.000

010-000.07.00000030

07/07/2007

4.769.174,00

Jumlah 4.769.174,00

bahwa bukti yang disampaikan oleh Pemohon Banding saat ujikebenaran bukti adalah sebagai berikut:1. Invoice;2. Rekening Koran;3. Payment Slip;4. Faktur Pajak;5. Surat Jalan;

bahwa dalam uji bukti materi, Terbanding menyatakan hal-halsebagai berikut :

bahwa PPN Masukan yang dikoreksi berasal dari Faktur PajakNomor: 010-000-07.00000030 tanggal 07-07-2007 sebesarRp.4.769.174,00 senilai :DPP USD 5,255,52 Rp. 47.691.742,00PPN Rp. 4.769.174,00

bahwa bukti rekening yang ditunjukkan oleh Pemohon Bandingadalah pembayaran sebesar USD 4,672.13 yang terdiri dari 2invoice yaitu :Inv 10/HI-SI/IV/07 USD 2.007,20Inv 12/HI-SI/IV/07 USD 2.574,93

USD 4,672.13

bahwa penjelasan Pemohon Banding saat uji bukti adalah bahwaatas invoice nomor 12/HI-SI/IV/07 berdasarkan bukti fisikadalah senilai USD 5,255,58, kemudian terjadi klaim dari pihakPemohon Banding sehingga terjadi pengurangan harga/tagihanmenjadi sebagai berikut :Harga semula USD 5,255,52Pengurangan/tidak ada bukti USD 3,048,47

USD 2,207.05PPN (10% x 5,255,52) USD 525,55PPh Pasal 23 (3% x 5,255,52) (USD 157,67)

USD 2.574,93

bahwa berdasarkan hasil pengujian Pemohon Banding tidak dapatmenunjukkan bukti adanya klaim/pengurangan harga dimaksud;

bahwa berdasarkan bukti Faktur Pajak, PPN yang dipungut jugamengacu pada basis USD 5,255,52 begitu juga pemotongan PPhPasal 23 oleh Pemohon Banding juga mengacu pada basis USD5,255,52, dengan demikian Terbanding tidak dapat meyakini bahwabukti pembayaran tersebut terkait dengan Faktur Pajak yangdikoreksi;

bahwa seandainya klaim tersebut benar, maka Faktur Pajak yangditerbitkan tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya baiknilai DPP maupun PPN yang seharusnya dipungut, sehinggaTerbanding berkesimpulan bahwa Faktur Pajak tersebut cacat.Dengan demikian Terbanding tetap mempertahankan koreksitersebut;

bahwa Pemoon Banding telah memperlihatkan bukti pembayaransebesar USD 4,672.13 yang terdiri dari :Inv 10/HI-SI/IV/07 USD 2.007,20Inv 12/HI-SI/IV/07 USD 2.574,93

USD 4,672.13

dan perincian dari pembayaran sebesar USD 2.574,93 adalah :Harga semula USD 5,255,52Pengurangan/tidak ada bukti USD 3,048,47

USD 2,207.05PPN (10% x 5,255,52) USD 525,55PPh Pasal 23 (3% x 5,255,52) (USD 157,67)

USD 2.574,93

bahwa dalam persidangan Terbanding menyatakan tetapmempertahankan koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.4.769.174,00;

bahwa Pemohon Banding dalam persidangan menjelaskan tidakmempunyai bukti klaim/pengurangan harga terkait Faktur PajakPajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.4.679.174,00;

bahwa selanjutnya berdasarkan hasil uji kebenaran bukti materiatas Pajak Masukan yang dilakukan oleh Terbanding dan PemohonBanding serta berdasarkan penelitian Majelis atas bukti-buktiberupa invoice, rekening koran, dan payment slip diketahuibahwa Pajak Masukan sebesar Rp.4.679.174,00 tidak dapatdibuktikan Pemohon Banding, sehingga atas koreksi Pajak Masukansebesar Rp. 4.769.174,00 terkait Faktur Pajak Nomor: 010-000-07.00000030 tanggal 07-07-2007 tetap dipertahankan;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berpendapatkoreksi Terbanding atas Pajak Masukan sebesar Rp.19.280.007,00(Rp.4.679.174,00 + Rp.14.510.833,00) tetap dipertahankan;bahwa selanjutnya berdasarkan keterangan dari Pemohon Bandingdan Terbanding di atas, serta fakta-fakta dan bukti-bukti dalampersidangan, Majelis berkesimpulan terdapat cukup bukti danalasan yang meyakinkan Majelis untuk mengabulkan sebagianpermohonan banding Pemohon Banding dan atas koreksi Terbandingberupa penyerahan ekspor dianggap penyerahan lokal sebesarRp.5.322.577.879,00 tidak dapat dipertahankan dan koreksi PajakMasukan sebesar Rp.19.280.007,00 tetap dipertahankan;

bahwa berdasarkan pemeriksaan atas bukti-bukti, fakta-fakta,penjelasan dan dokumen yang disampaikan Pemohon Banding danTerbanding di dalam persidangan serta data yang ada dalam

berkas banding, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkansebagian permohonan banding Pemohon Banding, sehingga DasarPengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Juli 2007dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

Dasar Pengenaan Pajak :- Ekspor : Menurut Terbanding.............................. Rp.0,00 Koreksi yang tidak dapat dipertahankan Rp.5.322.577.879,00 MenurutMajelis.........................................................Rp. 5.322.577.879,00- Penyerahan yg PPNnya harus dipungut : Menurut Terbanding.............................. Rp.5.322.577.879,00 Koreksi yang tidak dapat dipertahankan (Rp.5.322.577.879,00 ) MenurutMajelis.........................................................Rp. 0,00Dasar Pengenaan Pajak menurut Majelis................ Rp.5.322.577.879,00

Memperhatikan : Surat Banding, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, hasilpemeriksaan dan pembuktian dalam persidangan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum danTatacara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000,

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai Barang dan Jasa sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000;

Memutuskan : Mengabulkan Sebagian permohonan banding Pemohon Bandingterhadap keputusan Terbanding Nomor :KEP-1249/WPJ.07/BD.05/2009 tanggal 19 Nopember2009 mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BayarPajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan Barang KenaPajak dan/atau Jasa Kena Pajak Masa Pajak Juli sampai denganJuli 2007 Nomor: 00195/207/07/057/09 tanggal 30 Maret 2009,atas nama: PT. XXX sehingga perhitungan Pajak Pertambahan NilaiMasa Pajak Juli 2007 menjadi sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah(Rp)

1. Dasar Pengenaan Pajaka. Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang terutangPPN:a.1. Ekspor 5.322.577.879,

00a.2. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungutsendiri

0,00

a.3. Penyerahan yang PPN-nya dipungut olehPemungut PPN

0,00

a.4. Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut 0,00a.5. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaanPPN

0,00

a.6. Jumlah 5.322.577.879,00

b. Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang tidakterutang PPN

0,00

c. Jumlah seluruh Penyerahan 5.322.577.879,00

d. Atas Impor BKP/Pemanfaatan BKP Tidak Berwujuddari Luar Daerah Pabean/Pemanfaatan JKP dariLuar Daerah Pabean/Pemungutan Pajak olehPemungut Pajak/Kegiatan MembangunSendiri/Penyerahan atas Aktiva Tetap yangmenurut Tujuan Semula Tidak UntukDiperjualbelikan:d.1. Impor BKP 0,00d.2. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari LuarDaerah Pabean

0,00

d.3. Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean 0,00d.4. Pemungutan Pajak oleh Pemungut Pajak 0,00d.5. Kegiatan Membangun Sendiri 0,00d.6. Penyerahan atas Aktiva Tetap yang menurut

Tujuan Semula Tidak Untuk Diperjualbelikan0,00

d.7. Jumlah 0,002. Penghitungan PPN Kurang Bayar:

a. PPN yang harus dipungut/dibayar sendiri (tarifx 1.a.2 atau 1.d.6)

0,00

b. Dikurangi:b.1. PPN yang disetor di muka dalam Masa Pajakyang sama

0,00

b.2. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan 7.072.508.613,00

b.3. STP (Pokok Kurang Bayar) 0,00b.4. Dibayar dengan NPWP sendiri 0,00b.5. Lain-lain 0,00b.6 Jumlah 7.072.508.613.

00c. Diperhitungkan:c.1. SKPLB 0,00

d. Jumlah pajak yang dapat diperhitungkan 7.072.508.613,00

e. Jumlah penghitungan PPN Kurang/(lebih) dibayar (7.072.508.613,00)

3. Kelebihan Pajak yang sudah:a. Dikompensasikan ke masa pajak berikutnya 7.091.788.620,

,00b. Dikompensasikan ke masa pajak lain (karenaPembetulan)

0,00

c. Jumlah 7.091.788.620,00

4. PPN yang kurang dibayar 19.280.007.00

5. Sanksi Administrasi:Bunga Pasal 13 (3) KUP 19.280.007,0

0

6. Jumlah PPN yang masih harus dibayar 38.560.014,00