Vertigo
-
Upload
yerusiyansi -
Category
Documents
-
view
48 -
download
0
Transcript of Vertigo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kita
pun pernah mengami vertigo. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani
“vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa
seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di
Amerika mempersentasikan wanita lebih banyak dari pada pria. Vertigo juga
lebih sering terdapat pada usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi
dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah
satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami
vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan
begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat
merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang
klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti
terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau
gangguan orientasi.
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan
keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki
pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan yang benar,
maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa
mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi
fokus pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa definisi dari vertigo ?
1.2.2 Apa etiologi dari vertigo ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dan pathway dari vertigo ?
1
1.2.4 Apa saja jenis-jenis dari vertigo ?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinis dari vertigo ?
1.2.6 Apa saja pemeriksaan fisik untuk pasien vertigo ?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien vertigo ?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan medis dari vertigo ?
1.2.9 Bagaimana manajemen asuhan keperawatan pada pasien vertigo
secara teoritis ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar para pembaca, mahasiswa keperawatan pada khususnya
dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar serta
managemen asuhan keperawatan pada penderita dengan masalah
vertigo.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini bagi para
pembaca dan mahasiswa keperawatan yaitu :
1.3.2.1 Untuk mengetahui definisi dari vertigo.
1.3.2.2 Untuk mengetahui etiologi dari vertigol.
1.3.2.3 Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari vertigo.
1.3.2.4 Untuk mengetahui jenis-jenis dari vertigo.
1.3.2.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari vertigo.
1.3.2.6 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan fisik untuk pasien
vertigo.
1.3.2.7 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk
pasien vertigo..
1.3.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari vertigo.
1.3.2.9 Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada
pasien dengan vertigo.
2
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu bagi para pembaca selain dapat
menambah wawasan, juga agar pembaca lebih mendalami tentang
Manajemen Asuhan Keperawatan Vertigo. Selain itu, bagi mahasiswa
keperawatan khususnya, makalah ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga dapat hasil yang
diharapkan dapat tercapai.
1.5 Metode Penulisan
Penulis menggunakan 2 metode dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.5.1 Studi Kepustakaan
yaitu menggunakan buku-buku referensi terpercaya dan literatur
penunjang lainnya.
1.5.2 Metode Media Informatika
yaitu metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Vertigo
Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika terjadi disfungsi yang
cukup cepat dan asimetris system vestibuler perifer (telinga dalam) (Smeltzer
& Bare, 2002).
Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.
Pengertian vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan
hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik
(pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar,
atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang
biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa
berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
2.2 Etiologi Vertigo
Vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak. Tubuh merasakan posisi dan
mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di
dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya
sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
4
Penyebab umum dari vertigo:
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler.
4. Kelainan di telinga
1) Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo).
2) Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri.
3) Herpes zoster.
4) Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga).
5) Peradangan saraf vestibuler
5. Kelainan neurologis
1) Sklerosis multipel.
2) Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya.
3) Tumor otak.
4) Tumor yang menekan saraf vestibularis.
2.3 Patofisiologi dan Pathway Vertigo
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem
ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang
berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
5
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual
dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi
fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri
akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar akan
diproses lebih lanjut. Respon yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/
tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo
dan gejala otonom, di samping itu respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Gambar. Pathway Vertigo
6
2.4 Jenis-Jenis Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo
sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang
senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk
menjaga keseimbangan.
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut
kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo
periferal antara lain penyakit- penyakit seperti benign parozysmal positional
vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere
(gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang
pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di
dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah
percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
2.5 Manifestasi Klinis
Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar atau
penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar,
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, nadi lemah, nyeri
kepala, penglihatan kabur, tinitus, mudah tersinggung, gelisah.
Gejala yang sering menyertai vertigo menurut jenisnya :
No Vertigo Periferal
(Vestibulogenik)
Vertigo Sentral
(Non-Vestibuler)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pandangan gelap
Rasa lelah dan stamina menurun
Jantung berdebar
Hilang keseimbangan
Tidak mampu berkonsentrasi
Perasaan seperti mabuk
Pandangan ganda
Sukar menelan
Kelumpuhan otot-otot wajah
Sakit kepala yang parah
Kesadaran terganggu
Tidak mampu berkata-kata
7
7.
8.
9.
10
.
11
.
Otot terasa sakit
Mual dan muntah-muntah
Memori dan daya pikir menurun
Sensitif pada cahaya terang dan
suara
Berkeringat
Hilangnya koordinasi
Mual dan muntah-muntah
Tubuh terasa lemah
2.6 Pemeriksaan Fisik pada Pasien Vertigo
1. Pemeriksaan mata.
2. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh. Test pendegaran bisa menetukan
adanya kelainan telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan
pendengaran. Untuk menguji keseimbangan pasien diminta untuk berdiri
dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata
terbuka kemudian dengan mata tertutup.
3. Pemeriksaan neurologik.
4. Pemeriksaan otologik.
5. Pemeriksaan fisik umum.
2.7 Pemeriksaan Peuunjang
Pemeriksaan CT-scan atau MRI kepala dapat menunjukkan kelainan
tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga infeksi maka bisa diambil
contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang. Sedangkan
kalau di duga terjadi penurunan aliran darah ke otak, maka di lakukan
pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh
darah yang menuju ke otak.
2.8 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Obat untuk mengurangi
vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan
skopolamin. Skopolamin terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness,
8
yang terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa
hari. Semua obat diatas bisa menyebabkan ngantuk, terutama pada usia lanjut.
Skopolamin dalam bentuk plester kulit memiliki efek mengantuk yang paling
efektif.
Langkah-langkah penatalaksanaan untuk meringankan atau mencegah
gejala vertigo:
1. Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.
2. Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
3. Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala ke kiri dan ke kanan.
4. Bangun secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak dari tempat
tidur.
5. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
6. Gerakkan kepala secara hati-hati.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
VERTIGO SECARA TEORITIS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan
membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri
kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
3.1.2 Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat,
wajah tampak kemerahan.
3.1.3 Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi,
kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala,
mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
3.1.4 Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,
hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri),
penurunan berat badan.
3.1.5 Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera
kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius,
tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore,
perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka
terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
10
3.1.6 Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri,
kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada
diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
3.1.7 Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala
pada gangguan sinus).
3.1.8 Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.
3.1.9 Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga,
penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi
oral/hormone, menopause.
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi,
perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
1) Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
2) Tanda-tanda vital normal.
3) pasien tampak tenang dan rileks.
11
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital,
intensitas/skala nyeri.
2. Anjurkan klien istirahat
ditempat tidur.
3. Atur posisi pasien senyaman
mungkin.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan
napas dalam.
5. Kolaborasi untuk pemberian
analgetik.
1. Mengenal dan memudahkan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
2. Istirahat untuk mengurangi intesitas
nyeri.
3. Posisi yang tepat mengurangi
penekanan dan mencegah ketegangan
otot serta mengurangi nyeri.
4. Relaksasi mengurangi ketegangan
dan membuat perasaan lebih nyaman.
5. Analgetik berguna untuk mengurangi
nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat.
Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.
2) Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di
miliki.
3) Mengkaji situasi saat ini yang akurat.
4) Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang
tepat
Intervensi Rasional
1. Kaji kapasitas fisiologis yang
bersifat umum.
1. Mengenal sejauh dan
mengidentifikasi penyimpangan
fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan
12
2. Sarankan klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
3. Berikan informasi mengenai
penyebab sakit kepala,
penenangan dan hasil yang
diharapkan.
4. Dekati pasien dengan ramah dan
penuh perhatian, ambil
keuntungan dari kegiatan yang
dapat diajarkan.
tindakan keperawatan.
2. Klien akan merasakan kelegaan
setelah mengungkapkan segala
perasaannya dan menjadi lebih
tenang.
3. Agar klien mengetahui kondisi dan
pengobatan yang diterimanya, dan
memberikan klien harapan dan
semangat untuk pulih.
4. Membuat klien merasa lebih berarti
dan dihargai.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal
informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi,
ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan: Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur
dan proses pengobatan.
Kriteria Hasil:
1) Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
2) Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
regimen perawatan.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
2. Berikan penjelasan pada klien
1. Mengetahui seberapa jauh pengalaman
dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
2. Dengan mengetahui penyakit dan
13
tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.
3. Diskusikan penyebab individual dari
sakit kepala bila diketahui.
4. Minta klien dan keluarga
mengulangi kembali tentang materi
yang telah diberikan.\
5. Diskusikan mengenai pentingnya
posisi atau letak tubuh yang normal.
6. Anjurkan pasien untuk selalu
memperhatikan sakit kepala yang
dialaminya dan faktor-faktor yang
berhubungan.
kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.
3. Untuk mengurangi kecemasan klien
serta menambah pengetahuan klien
tetang penyakitnya.
4. Mengetahui seberapa jauh pemahaman
klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.
5. Agar klien mampu melakukan dan
merubah posisi/letak tubuh yang
kurang baik.
6. Dengan memperhatikan faktor yang
berhubungan klien dapat mengurangi
sakit kepala sendiri dengan tindakan
sederhana, seperti berbaring,
beristirahat pada saat serangan.
3.3 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya (Carpenito, 1999:28).
Tujuan pemulangan pada vertigo adalah :
1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
2. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah
kekambuhan.
3. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan tera
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar,
atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang
biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf
yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan
tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Vertigo timbul jika terdapat
ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran.
Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler
atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke
pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-
prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei
N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Obat untuk mengurangi
vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan
skopolamin. Langkah-langkah penatalaksanaan untuk meringankan atau
mencegah gejala vertigo: tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata, tidur
dengan posisi kepala yang agak tinggi, buka mata pelan-pelan, miringkan
badan atau kepala ke kiri dan ke kanan, bangun secara perlahan dan duduk
dulu sebelum beranjak dari tempat tidur, hindari posisi membungkuk bila
mengangkat barang, gerakkan kepala secara hati-hati.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah tentang manajemen asuhan keperawatan
vertigo, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca
terutama pemahaman yang berhubungan dengan bagaimana melakukan
15
sebuah manajemen asuhan keperawatan terutama pada pasien yang mengalami
vertigo.
DAFTAR PUSTAKA
Carpernito, L.J.1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, Ed 2.Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed 3. Jakarta: EGC.
Price, S.A., & Wilson, L.M.2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Vol 2. Jakarta: EGC.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Ed 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G.2002. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth, Vol 3.Jakarta: EGC.
Israr, Yayan A.2008.Vertigo,[pdf],http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/vertigo_files-of-drsmed.pdf. (diakses tanggal 12 september 2014 pukul 17.35).
Khahfi, Ahmad.2009.Asuhan Keperawatan Keluarga Vertigo,[online].http://Ners_el-key-ASKEP-KELUARGA-VERTIGO.htm. (diakses tanggal 18 September 2014 pukul 18.15).
16