Variasi Cara Pembelajaran Persamaan Linear Satu Variabel
Transcript of Variasi Cara Pembelajaran Persamaan Linear Satu Variabel
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
262
262
Variasi Cara Pembelajaran Persamaan Linear Satu Variabel
Sendi Ramdhani
FKIP Universitas Suryakancana Cianjur
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek penting dalam pembelajaran persamaan linear satu
variabel dan pembelajaran yang efektif yang mendukung siswa untuk memahami persamaan linear
satu variabel. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen pembelajaran
yang berdasarkan lesson study yang berlandaskan teori variasi. Subjek penelitian menggunakan
pemilihan dengan sampel tujuan, dipilih 3 kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data adalah dengan
1) pengamatan pada setiap pembelajaran dan 2) tes yang terdiri dari pretes dan postes. Hasil
penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut, 1) aspek penting dalam pembelajaran persamaan linear
satu variabel adalah model kongkrit karena persamaan linear satu variabel adalah pembelajaran
pertama bagi siswa dalam bentuk persamaan yang abstrak atau awal transisi pembelajaran matematika
dari induktif dan kongkrit ke deduktif dan abstrak sehingga dibutuhkan model kongkrit untuk
membantu siswa memahaminya, 2) pembelajaran yang efektif yang mendukung siswa untuk
memahami persamaan linear satu variabel adalah penggunaan diagram alur yang mengarahkan siswa
ke model kongkrit.
Kata kunci : persamaan linear satu variabel, variasi, diagram alur
Pendahuluan
Matematika adalah ilmu yang terstruktur dimana konsep-konsep matematika
tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang
paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks(Tim MKPBM, 2001).
Dalam matematika terdapat konsep atau topik prasyarat yang menjadi dasar untuk
memahami topik atau konsep selanjutnya.
Salah satu topik atau konsep dalam matematika yang menjadi prasyarat untuk
memahami konsep atau topik lain adalah persamaan linear satu variabel. Topik
persamaan linear satu variabel dipelajari pada kelas VII Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Kemampuan siswa dalam persamaan linear satu variabel menjadi salah satu
syarat untuk memahami persamaan linear dua variabel, sistem persamaan linear dua
variabel, persamaan kuadrat, dan masih banyak lagi. Terlebih lagi kemampuan siswa
dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel akan sangat dibutuhkan oleh
siswa dalam memahami materi-materi matematika pada kelas dan jenjang
berikutnya. Bahkan juga untuk materi-materi pada mata pelajaran lain seperti fisika,
kimia, ekonomi, dan lain-lain.
Persamaan linear merupakan topik yang menurut para siswa merupakan hal sulit,
karena merupakan awal transisi pembelajaran matematika dari induktif dan kongkrit
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
263
263
ke deduktif dan abstrak (Andrews, 2011). Hal ini dapat dilihat bahwa kemampuan
siswa dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel masih kurang.
Berdasarkan pada hasil tes kemampuan pada materi persamaan linear satu variabel
yang diberikan kepada beberapa siswa kelas VII dan VIII di beberapa sekolah di
kabupaten Malang, terdapat banyak siswa yang mendapatkan nilai kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah mereka (Islamiyah,
2014). Begitu pula hasil observasi peneliti pada sebuah sekolah di Bandung para
siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel.
Siswa kesulitan dalam memahami transisi dari aritmatika ke aljabar karena berkaitan
dengan ketidakpahaman mereka terhadap peran dan makna simbol-simbol
matematika secara umum dan tanda ―sama dengan‖ secara khusus. Hal ini bisa
disebabkan karena kesalahan pengajaran ataupun kesenjangan kognitif. Namun Pirie
dan Martin (1997) berpendapat bahwa penyebabnya lebih cenderung pada kesalahan
pengajaran daripada kekurangan kognitif (Andrews, 2014). Sehingga perlu dicari
bentuk pengajaran atau pembelajaran seperti apa yang baik untuk para siswa dalam
memahami dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan persamaan linear satu
variabel. Untuk mengetahui bentuk pembelajaran seperti apa yang baik dapat
dilakukan dengan lesson study.
Menurut Sparks (Mahmudi, 2006), lesson study adalah suatu proses kolaboratif
dimana sekelompok guru mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran,
merencanakan suatu perbaikan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
mengevaluasi dan merevisi pembelajarannya, mengajarkan pembelajaran yang telah
direvisi, mengevaluasi lagi, dan berbagi (menyebarluaskan) hasilnya kepada guru-
guru lain. Sementara Friedkin (2005) mendefinisikan lesson study sebagai suatu
proses yang melibatkan guru yang bekerja sama untuk merencanakan,
mengobservasi, menganalisis, dan memperbaiki pembelajarannya. Pembelajaran
dalam lesson study sering disebut sebagai “research lesson” atau pembelajaran
penelitian (Mahmudi, 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan ―Variasi Cara
Pembelajaran Persamaan Linear Satu Variabel‖.
Teori variasi adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada penelitian
phenomenographic (Marton & Booth, 1997). Ide utama di phenomenography adalah
untuk mengidentifikasi dan menjelaskan cara-cara kualitatif berbeda di mana orang
mengalami fenomena tertentu di dunia, terutama dalam konteks pendidikan (Marton,
1993). Sebuah bagian penting dari teori variasi adalah fokus yang kuat pada obyek
belajar.
Asumsi utamanya adalah bahwa variasi merupakan prasyarat untuk melihat aspek
yang berbeda dari kecerdasan obyek belajar. Oleh karena itu faktor didaktik paling
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
264
264
kuat untuk belajar siswa adalah bagaimana obyek belajar diwakili dalam situasi
mengajar. Untuk memahami apa yang memungkinkan belajar dalam satu situasi
mengajar dan tidak di tempat lain, seorang peneliti harus fokus pada kecerdasan apa
yang bervariasi dan apa yang berubah selama proses pelajaran (Marton & Morris,
2001). Marton et al. (2004) telah mengidentifikasi empat pola variasi atau
pendekatan untuk membahas objek pembelajaran, yaitu:
1. Kontras: untuk mengalami sesuatu, seseorang harus mengalami sesuatu yang lain
untuk membandingkannya dengan yang lain.
2. Generalisasi: untuk sepenuhnya memahami apa'' tiga'' adalah, kita harus juga
mengalami berbagai penampilan dari'' tiga''.
3. Pemisahan: dalam rangka untuk mengalami aspek tertentu dari sesuatu, dan dalam
rangka memisahkan aspek ini dari aspek-aspek lain, itu harus bervariasi
sedangkan aspek-aspek lain tetap invarian.
4. Fusi: Jika ada beberapa aspek penting bahwa pelajar harus mempertimbangkan
pada saat yang sama, mereka semua harus mengalami secara bersamaan. (Marton
et al., 2004, 16).
Menurut Leung (2003), pola-pola variasi menciptakan peluang bagi siswa untuk
memahami konsep abstrak formal yang mendasari. Tujuan pembelajaran dapat
dilihat dari berbagai perspektif yang berbeda: dari guru, siswa, dan peneliti.
Tujuannya dimaksudkan pembelajaran mengacu pada obyek belajar dilihat dari
perspektif guru. Ini mencakup apa yang guru inginkan terhadap siswa selama
pembelajaran. Para siswa mengalami pembelajaran dengan cara mereka sendiri dan
apa yang mereka sadari dalam pembelajaran merupakan obyek hidup belajar. Apa
yang siswa benar-benar pelajari tidak selalu sesuai dengan apa dimaksudkan oleh
guru. Objek berlaku dari pembelajaran yang diamati dari perspektif peneliti dan
mendefinisikan apa yang mungkin dapat dipelajari selama pembelajaran, sampai
sejauh mana pembentukan kondisi yang diperlukan oleh obyek belajar unt dalam
kelas. Tujuannya untuk mengetahui gambaran ruang belajar siswa dan guru yang
diciptakan secara bersama-sama, yaitu, keadaan yang digunakan untuk membedakan
aspek penting dari obyek belajar (Marton & Tsui, 2004).
Metode
Penelitian ini merupakan research lesson atau pembelajaran penelitian. Hal ini dapat
dilakukan dengan lesson study untuk mengamati proses pembelajaran. Secara umum
terdapat tiga langkah kegiatan lesson study, yaitu (1) tahap perencanaan, (2) tahap
pelaksanaan (Plan), dan (3) tahap refleksi (See). (Mahmudi, 2006).
Adapun desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
265
265
O X1 O
O X2 O
O X3 O
Keterangan : O = prates dan postes
X1 = variasi pembelajaran satu
X2 = variasi pembelajaran dua
X3 = variasi pembelajaran tiga
Instrumen pretes dan postes untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan persamaan linear satu variabel.Tes memuat beberapa bentuk
persamaan linear satu variabel dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih sulit, yaitu
bentuk x + b = c, bentuk ax + b = c, bentuk ax + b = cx + d, bentuk a(x+b) = c, dan
bentuk
.
Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran oleh Guru Pertama
Guru pertama untuk menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel
menggunakan variasi pembelajaran yang ketiga. Di awal pembelajaran guru
memberikan permasalahan, yaitu dengan menanyakan soal sebagai berikut, umur Siti
dua kali umur adiknya dan jumlah umur siti dan adiknya 24, guru menanyakan umur
Siti dan adiknya kepada para siswa.
Guru mengarahkan siswa untuk memisalkna umur siti dengan s dan umur adiknya
dengan a, sambil mengulang kembali tentang pembahasan variabel. Sehingga
persamaan linear sebagai berikut, s = 2a dan s + a = 24 sehingga 2a + a = 24 atau
3a = 24 . Selanjutnya guru menerangkan bahwa bentuk 3a = 24 adalah persamaan
linear satu variabel beserta penjelasan tentang pengertian persamaan linear satu
variabel.
Langkah pembelajaran selanjutnya adalah bahwa untuk menyelesaikan persamaan
linear satu variabel siswa dengan menggunakan analogi timbangan sehingga sebagai
berikut,
3a = 24 : 3
a = 8
sehingga dapat disimpulkan bahwa umur adik Siti adalah 8 dan umur Siti adalah 16.
Selanjutnya siswa diberikan bentuk persamaan linear satu variabel yang lain, yaitu
5m + 4 = 2m + 6, adapun penyelesaiannya guru mengajarkan sebagai berikut,
5m + 4 = 2m + 6 - 4
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
266
266
5m = 2m + 2 - 2m
3m = 2 : 3
𝑚
Guru memberikan permasalahan berikutnya, Pak Tarto memiliki tanah berbentuk
persegi panjang, lebar tanah tersebut lebih pendek 4 meter dari panjangnya, jika
keliling tanah 80 meter, tentukan luas tanah Pak Tarto. Guru mengarahkan para
siswa untuk memisalkan panjang dengan p dan lebar dengan l, sehingga p = l + 4
dan 2p + 2l = 80 atau 2(l + 4) + 2l = 80
2l + 8 + 2l = 80
4l + 8 = 80 - 8
4l = 72 : 4
l = 1
p = 22
jadi luas tanah tersebut 18 m x 22 m = 396 m2
Pembelajaran oleh Guru Kedua
Guru kedua menggunakan variasi pembelajaran pertama. Di awal pembelajaran guru
menjelaskan tentang pengertian persamaan linear satu variabel. Selanjutnya guru
menganalogikan persamaan linear satu variabel dengan konsep timbangan. Misalnya
3x + 5 = 8.
Gambar 1
Masing-masing diambil 5
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
267
267
Gambar 2
Masing-masing dibagi 3
Gambar 3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa x = 1
Langkah pembelajaran berikutnya adalah menjelaskan dalam bentuk abstraknya,
yaitu
3x + 5 = 8
3x + 5 – 5 = 8 – 5 (dikurang 5)
3x + 0 = 3
3x = 3
Selanjutnya para siswa diberikan beberapa contoh penyelesaian persamaan
linear satu variabel seperti, 1) 4y – 10 = 4; 2) 5m + 4 = 2m + 6 ; 3) 6(x – 5) = x -3;
4)
.
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
268
268
Pembelajaran oleh Guru Ketiga
Guru ketiga menggunakan variasi pembelajaran kedua. Pada awal pembelajaran guru
memberikan permasalahan, yaitu dengan menanyakan soal sebagai berikut, umur Siti
dua kali umur adiknya dan jumlah umur Siti dan adiknya 24, guru menanyakan umur
Siti dan adiknya kepada para siswa.
Guru mengarahkan siswa untuk memisalkna umur siti dengan s dan umur adiknya
dengan a, sambil mengulang kembali tentang pembahasan variabel. Sehingga
persamaan linear sebagai berikut, s = 2a dan s + a = 24 sehingga 2a + a = 24 atau
3a = 24 . Selanjutnya guru menerangkan bahwa bentuk 3a = 24 adalah persamaan
linear satu variabel beserta penjelasan tentang pengertian persamaan linear satu
variabel.
Penyelesaian dari 3a = 24 guru menjelaskan dengan metode alur, sebagai berikut,
Gambar 4
Adapun untuk penyelesaiannya sebagai berikut
Gambar 5
OUTPUT
a
Kalikan dengan 3C
24
INPUT
OPERASI
8
dibagidengan 3
24
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
269
269
Selanjutnya diberikan beberapa contoh bentuk persamaan linear satu variabel, seperti
pada gambar 6 berikut ini,
Gambar 6
Para siswa diberikan penjelasan untuk menyelesaikan beberapa contoh persamaan
linear satu variabel seperti x + 5 = 12, 3x + 6 = 8, 2x – 4 = 8, 3(x – 6) = 18, dan
.
Analisis Pretes dan Postes
Rata-rata Pretes, Postes, dan Gain
Tabel 1
Pembelajaran Rata-rata
Pretes
Rata-rata
Postes
Rata-rata
Gain
Deviasi
Standar
Postes
Guru Pertama 5,66 9,09 0,22 3,53
Guru Kedua 6,23 6,97 0,05 2,75
Guru Ketiga 4,57 10,35 0,37 2,51
Tabel 1 memperlihatkan bahwa rata-rata postes tertinggi ada pada pembelajaran oleh
guru ketiga, yaitu yang menggunakan variasi pembelajaran kedua atau yang
menggunakan diagram alur. Rata-rata pretes pada pembelajaran oleh guru ketiga
paling rendah. Hal ini mengakibatkan rata-rata gain pada pembelajaran oleh guru
ketiga paling tinggi, yaitu 0,37 dan termasuk pada kategori sedang. Adapun pada
pembelajaran oleh guru pertama dan kedua gain ada pada kategori rendah. Deviasi
standar pada pembelajaran oleh guru ketiga juga terlihat paling kecil hal ini
menunjukan jarak antara nilai terbesar dan terkecil paling kecil.
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
270
270
Tabel 2. Kualitas Kemampuan Menyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel
Pembelajaran Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat
Rendah
Guru Pertama 2 4 10 12 4
Guru Kedua 0 4 6 23 6
Guru Ketiga 0 15 15 8 1
Tabel 2 menunjukan bahwa 15 siswa atau 38% siswa pada pembelajaran yang
dilakukan oleh guru ketiga berada pada kategori tinggi dan 15 siswa atau 38% juga
berada pada kategori sedang, dan hanya 23% siswa berada pada kategori rendah dan
sangat rendah. Adapun pada pembelajaran yang dilakukan oleh guru pertama
terdapat 6 siswa atau 19% berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi, 10 siswa
atau 31% berada pada kategori sedang, dan 16 siswa atau 50% siswa berada pada
kategori rendah dan sangat rendah. 29 siswa atau 74% pada pembelajaran yang
dilakukan oleh guru kedua berada pada kategori rendah dan sangat rendah, dan 16%
berada pada kategori sedang dan tinggi.
Tabel 3. Kemampuan Siswa Menyelesaikan Bentuk x + a = b
Pembelajaran Guru Pertama Guru Kedua Guru Ketiga
Rata-Rata
Kemampuan 68% 60% 71%
Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel
bentuk x + a = b paling tinggi pada pembelajaran oleh guru ketiga atau yang
menggunakan variasi pembelajaran kedua, yaitu 70%. Perbedaan kemampuan siswa
pada pembelajaran oleh guru kesatu, guru kedua dan ketiga tidak terlalu jauh semua
berada pada kategori tinggi.
Tabel 4. Kemampuan Siswa Menyelesaikan Bentuk ax + b = c
Pembelajaran Guru Pertama Guru Kedua Guru Ketiga
Rata-Rata
Kemampuan 56% 34% 68%
Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel
bentuk ax + b = c paling tinggi pada pembelajaran oleh guru ketiga atau yang
menggunakan variasi pembelajaran kedua, yaitu 68% atau kategori tinggi.
Kemampuan siswa pada pembelajaran oleh guru kesatu atau yang menggunakan
variasi pembelajaran ketiga 56% atau kategori sedang. Adapun Kemampuan siswa
pada pembelajaran oleh guru kedua berada pada kategori rendah.
Tabel 5. Kemampuan Siswa Menyelesaikan Bentuk ax + b = cx + d
Pembelajaran Guru Pertama Guru Kedua Guru Ketiga
Rata-Rata
Kemampuan 21% 8% 17%
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
271
271
Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel
bentuk ax + b = cx + d paling tinggi pada pembelajaran oleh pertama atau yang
menggunakan variasi pembelajaran ketiga, yaitu 21%. Perbedaan kemampuan siswa
pada pembelajaran oleh guru kesatu, kedua, dan ketiga tidak terlalu jauh berada pada
kategori sangat rendah.
Tabel 6. Kemampuan Siswa Menyelesaikan Bentuk a(x + b) = c
Pembelajaran Guru Pertama Guru Kedua Guru Ketiga
Rata-Rata
Kemampuan 8% 5% 40%
Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel
bentuk a(x + b) = c paling tinggi pada pembelajaran oleh guru ketiga atau
yang menggunakan variasi pembelajaran kedua, yaitu 40% atau berada dalam
kategori rendah. Perbedaan kemampuan siswa pada pembelajaran oleh guru kesatu
dan kedua dengan ketiga cukup jauh berada pada kategori sangat rendah.
Tabel 7. Kemampuan Siswa Menyelesaikan Bentuk
Pembelajaran Guru Pertama Guru Kedua Guru Ketiga
Rata-Rata
Kemampuan 4% 9% 21%
Rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel
bentuk
paling tinggi pada pembelajaran oleh guru ketiga atau yang
menggunakan variasi pembelajaran kedua, yaitu 21%. Perbedaan kemampuan siswa
pada pembelajaran oleh guru kesatu dan kedua dengan ketiga cukup jauh.
Berdasarkan analisis pretes dan postes terlihat bahwa pembelajaran yang dilakukan
oleh guru ketiga, yaitu yang menggunakan variasi pembelajaran kedua atau yang
menggunakan diagram alur peningkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran oleh guru pertama dan kedua yang menggunakan variasi pembelajaran
pertama dan ketiga. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata gain pada pembelajaran oleh
guru pertama 0,22 termasuk dalam kategori rendah, dan pembelajaran oleh guru
kedua 0,05 termasuk dalam kategori dua, dan pembelajaran oleh guru ketiga 0,37
termasuk dalam kategori sedang.
Penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan menggunakan diagram alur lebih
mudah dipahami oleh siswa. Variasi pembelajaran penyelesaian persamaan linear
satu variabel dengan diagram alur mudah dipahami oleh siswa karena siswa hanya
perlu berpikir mundur dan menurut para siswa tidak terlalu abtrak.
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
272
272
Namun pada bentuk-bentuk persamaan linear satu variabel tertentu siswa kesulitan
menggunakan diagram alur, yaitu bentuk persamaan linear satu variabel yang
memuat variabel di kanan dan kiri persamaan, misalnya bentuk persamaan 5m + 4 =
2m + 6 atau bentuk ax + b = cx + d. Hasil postes para siswa pada pembelajaran oleh
guru ketiga menunjuka rata-rata kemampuan siswa hanya 17% atau berada
dikategori sangat rendah. Hal ini dikarenakan tidak mungkin menggunakan diagram
alur karena variabel harus berada pada kanan saja atau kiri saja, sehingga perlu
perubahan bentuk terlebih dahulu dan untuk merubah bentuk siswa harus
menggunakan variasi pembelajaran pertama atau ketiga.
Bentuk persamaan linear satu variabel yang memuat variabel di kanan dan kiri
persamaan atau bentuk ax + b = cx + d, terdapat beberapa siswa yang dengan variasi
pembelajaran ketiga atau cara aljabar bisa menyelesaikannya. Hal ini dapat dilihat
dari hasil jawaban siswa pada postes. Persamaan linear satu variabel bentuk ax + b =
cx + d, dalam penyelesaiannya harus dirubah ke dalam bentuk (a – c) x + b = d.
Perubahan bentuk ax + b = cx + d ke dalam bentuk (a – c) x + b = d
dilakukan dengan cara aljabar.
Hasil analisis postes untuk bentuk persamaan linear x + b = c, para siswa dengan
semua variasi pembelajaran, terlihat para siswa tidak kesulitan dalam
menyelesaikannya. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata kemampuan siswa berada pada
kategori cukup. Kesalahan para siswa dalam menyelesaikan persamaan linear bentuk
x + b = c terletak pada operasi bilangan bulat, pecahan, atau desimal.
Para siswa dalam menyelesaikan bentuk ax + b = c pada pembelajaran oleh ketiga
guru atau semua variasi pembelajaran tidak mengalami kesulitan. Hal ini dapat
terlihat dari hasil postes para siswa pada pembelajaran oleh guru pertama dan ketiga,
rata-rata kemampuan siswa berada pada kategori cukup. Namun pada pembelajaran
oleh guru kedua, rata-rata kemampuan siswa berada pada kategori sangat rendah.
Para siswa pada pembelajaran oleh guru kedua melakukan kesalahan hanya
melakukan operasi pada satu ruas saja, misalnya 5 – 3x = - 4, siswa melakukan
kesalahan dengan merubah menjadi 5 – 5 – 3x = - 4. Siswa lupa, tidak mengurangi -4
dengan 5. Hal ini terjadi juga pada beberapa siswa pada pembelajaran oleh guru
kedua, seperti pada gambar 7.
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
273
273
Gambar 7
Adapun para siswa pada pembelajaran guru ketiga atau variasi pembelajaran diagram
alur, beberapa siswa banyak melakukan kesalahan pada soal misalnya 5 – 3x = 2,
dalam diagram siswa mengalikan x dengan 3 dan kurangi 5 padahal seharusnya x
dikalikan dengan – 3 dan ditambah 5. Lebih jelas pada gambar 8.
Gambar 8
Bentuk penyelesaian persamaan linear satu variabel a ( x + b) = c oleh beberapa
siswa pada pembelajaran oleh guru ketiga atau diagram alur dapat menyelesaikannya
dengan cukup mudah. Hal ini dikarenakan menurut para siswa, tidak membutuhkan
operasi lain untuk menyelesaikannya. Sedangkan dengan cara aljabar atau
pembelajaran oleh guru pertama dan kedua, siswa harus mengalikan a dengan ( x +
b). Siswa masih banyak melakukan kesalahan dalam melakukan operasi perkalian a
dengan ( x + b). Adapun kesalahan beberapa siswa pada pembelajaran oleh guru
ketiga atau varaisi pembelajaran diagram alur terlihat pada gambar 4.18,
ketidaktelitian siswa. Misalnya, pada soal 2(2 – x) = 5, beberapa siswa
mencantumkan pada diagram dikurangi 2 dikali 2, seharusnya dikali negatif satu
ditambah 2, kemudian dikali 2.
Gambar 9
Para siswa dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel bentuk
mengalami kesulitan. Walaupun papa penyelesaian bentuk sederhana seperti
, para siswa mampu menyelesaikannya. Sedangkan untuk bentuk soal-soal
lainnya siswa cukup kesulitan dalam menyelesaikannya misalnya soal
. Namun beberapa siswa pada pembelajaran oleh guru ketiga atau
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
274
274
variasi pembelajaran dengan diagram alur siswa cukup mudah menyelesaikannya
seperti pada gambar 10.
Gambar 10
Kesimpulan dan Saran
Aspek penting dalam pembelajaran persamaan linear satu variabel adalah model
kongkrit. Persamaan linear satu variabel adalah pembelajaran pertama bagi siswa
dalam bentuk persamaan yang abstrak atau awal transisi pembelajaran matematika
dari induktif dan kongkrit ke deduktif dan abstrak sehingga dibutuhkan model
kongkrit untuk membantu siswa memahaminya. Variasi pembelajaran persamaan
linear satu variabel yang diawali dengan pengajuan masalah yang berkaitan dengan
persamaan linear satu variabel dan dengan diagram alur mengarahkan siswa ke
model kongkrit.
Pembelajaran yang efektif yang mendukung siswa untuk memahami persamaan
linear satu variabel adalah penggunaan diagram alur yang mengarahkan siswa ke
model kongkrit. Variasi pembelajaran persamaan linear satu variabel dengan diagram
alur dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami transisi dari aritmatika ke
aljabar karena berkaitan dengan ketidakpahaman mereka terhadap peran dan makna
simbol-simbol matematika secara umum dan tanda ―sama dengan‖ secara khusus.
Penggunaan diagram alur dapat dijadikan pembelajaran yang efektif untuk
mendukung siswa dalam memahami persamaan linear satu variabel yang merupakan
persamaan berbentuk abstrak. Lesson study merupakan cara yang efektif untuk
mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran, merencanakan suatu perbaikan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan merevisi
pembelajarannya, mengajarkan pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi
lagi, dan berbagi (menyebarluaskan) hasilnya kepada guru-guru lain. Perlu dicari
metode lain untuk membantu siswa untuk menyelesaikan bentuk persamaan linear
satu variabel ax + b = cx + d.
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
275
Daftar Pustaka
Islamiyah, Amaliyah A. 2014. Pengembangan Permainan Puzzle untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel
Siswa SMP Kelas VII. Tersedia:http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/matematika/article/view/33286. [8 Juli 2014]
Andrew, Paul. 2011. The Teaching of Linear Equations: Comparing Effective
Teachers from Three High Achieving European Countries. [Online].
Tersedia:
http://www.cerme7.univ.rzeszow.pl/WG/11/CERME7_WG11_Andrews.pdf.[
8 Juli 2014]
Attorps, Liris, dkk. Varied Ways to Teach the Definite Integral Concept. dalam
International Electronic Journal of Mathematics Education – IΣJMΣ Vol.8,
No.2-3.
Leung, A. (2003). Dynamic geometry and the theory of variation. In N. Pateman, B.
J. Doughherty, & J. Zillox, Proceedings of the 27th International Conference
for the Psychology of Mathematics Education (Vol. 3, pp.197-204).
Honolulu: University of Hawaii.
Mahmudi, Ali. (2006). Lesson Study. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Tentang
Lesson Study Bagi Guru-Guru MGMP Bidang Studi Matematika dan IPA
Kecamatan Jetis Bantul Yogyakarta Pada 12 Oktober 2006
Marton, F., & Tsui, A. (2004). Classroom discourse and the space of learning.
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-
UPI.