usia penyapihan dengan status gizi anak 1-3 tahun
-
Upload
arik-kristiawan -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of usia penyapihan dengan status gizi anak 1-3 tahun
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep penyapihan, konsep status
gizi, dan konsep anak sebagai acuan dalam penyusunan kerangka konsep dan
hipotesa.
A. Konsep Penyapihan
1) Pengertian penyapihan
Menurut NN (2007) menyapih adalah proses berhentinya masa
menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses itu dapat
disebabkan oleh si anak itu sendiri untuk berhenti menyusu atau bisa juga
dari sang ibu untuk berhenti menyusui anaknya, atau dari keduanya
dengan berbagai alasan (http://creasoft.wordpress.com, 2008).
Menyapih adalah proses bertahap yaitu mula-mula dengan
mengurangi frekuensi pemberian ASI, sampai dengan berhentinya proses
pemberian ASI. (Camain, 2007).
2) Usia penyapihan
Menurut WHO masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif 6
bulan pertama kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6 bulan
berdampingan dengan makanan tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih
(http://creasoft wordpress.com, 2008)
3) Dampak penyapihan ASI yang terlalu dini
Adapun dampak dari penyapihan dini antara lain :
6
7
a. Menyebabkan hubungan anak dan Ibu berkurang keeratannya karena
proses Bounding Etatman terganggu.
b. Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.
c. Pengaruh gizi yang menyebabkan malnutrisi pada anak.
d. Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan
gatal-gatal karena reaksi dari sistem imun.
(Hegar Badriul, 2006)
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan
a. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002), pengetahuan merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap subyek
tertentu. Pengetahuan Ibu merupakan salah satu faktor yang penting
dalam penyapihan anaknya. Karena dengan pengetahuan yang baik
maka Ibu dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang
waktu yang ideal untuk menyapih anaknya.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu proses untuk mengembangkan
semua aspek kepribadian manusia yang meliputi pengetahuan, nilai,
sikap dan keterampilan. Menurut penelitian Nurdrati RD (1998)
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan Ibu semakin pendek
lama menyusui karena dengan pendidikan yang tinggi, karir dalam
kerjanya juga tinggi dan waktu untuk menyusui lebih banyak disita
untuk bekerja.
c. Jumlah anak
8
Seringkali anak tidak mau menyusu dengan sendirinya, kalau Ibu
sedang hamil. Hal ini karena adanya perubahan hormonal pada Ibu
hamil yang menyebabkan menurunnya produksi ASI dan putting susu
menjadi lunak. Penyapihan juga bisa datang dari Ibunya karena adanya
perasaan yang kurang nyaman, mual, muntah dan kelelahan pada Ibu.
(Soetjiningsih, 1997)
d. Pekerjaan
Walaupun Ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya untuk
mencegah penurunan Produksi ASI dan penyapihan dini dianjurkan
mengikuti cara-cara tertentu (Soetjiningsih, 1997).
e. Keadaan payudara Ibu
Keadaan payudara pada Ibu mempunyai peranan yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan menyusui.
(Soetjiningsih, 1997)
Hal-hal yang menyebabkan Ibu tidak mau menyusui yaitu :
(1) Puting susu nyeri atau lecet
Masalah yang tersering dalam menyusui adalah puting susu
lecet sekitar 57% dari Ibu menyusui dilaporkan pernah menderita
kelecetan pada putingnya.
(2) Payudara bengkak
Payudara bengkak terjadi karena ASI tidak disusukan dengan
adekuat sehingga ASI terkumpul pada sistem yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan.
(3) Saluran susu tersumbat
9
Keadaan terjadi sumbatan pada susu atau pada duktus
lactifercus adalah :
a) Mastitis yaitu peradangan pada payudara.
b) Abses payudara, yaitu kelanjutan dari
mastitis.
c) Kelainan anatomis pada putting susu, yaitu
puting yang normal menonjol, kalau putting tidak menonjol
berarti puting inverse atau datar (Soetjiningsih, 1997).
f. Kondisi fisik Ibu
Ibu-ibu yang sakit tidak menyusui adalah Ibu yang sakit berat
dengan keadaan umum yang buruk seperti Ibu dengan eklamsi,
penyakit jantung, hepatitis yang berat serta Ibu dengan penyakit
menular seperti TBC dan kanker payudara. (Soetjiningsih, 1997)
g. Kondisi fisik bayi
Bayi enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus karena
itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa
anak. Menurut Soetjiningsih (1997) kondisi fisik yang mempengaruhi
keberhasilan menyusui antara lain : sumbing pada palatum atau bibir,
reformitis fasial lainnya, kelainan gastro intestinal.
h. Kondisi psikologis Ibu
Kecemasan atau stres dapat menghambat proses laktasi
(Lubis, 1998). Menurut Kartono (2007) terutama disebabkan oleh
faktor psikogenis yang disebabkan oleh kondisi psikis atau kejiwaan
10
ibunya yang kurang mapan. Sebab gangguan psikis ibu pasti mengait
pada kondisi psikis anak bayinya.
i. Kondisi spiritual Ibu
Adanya anjuran bagi umat Islam akan pentingya menyusui
didalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 233 yang artinya : “Para Ibu
hendaknya menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh yaitu
bagi yang menyempurnakan susuan.”
j. Kultural
Ada pandangan sebagian masyarakat bahwa Ibu menyusui dapat
merusak payudara sehingga mengganggu kecantikan Ibu tersebut dan
sebagian lain menganggap bahwa menyusui merupakan perilaku kuno,
bila ingin disebut modern Ibu menggunakan susu formula.
(Lubis, 1998)
k. Usia Ibu
Usia Ibu secara langsung tidak mempengaruhi dalam
menentukan waktu penyapihan tetapi lebih ada padanya pengalaman
laktasi. (Ebrahim, 1998)
5) Cara-cara menyapih yang benar
Beberapa ahli laktasi menyarankan hal-hal berikut ini :
a. Lakukan proses penyapihan ini secara perlahan, misalnya dengan
mengurangi frekuensi menyusui, lakukan bertahap sampai akhirnya
berhenti sama sekali.
11
b. Alihkan perhatian anak dengan melakukan hal lain sehingga anak
tidak ingat saatnya menyusui.
c. Komunikasikan keinginan anda untuk menyapih dengan anak.
Berikan pengertian yang baik dan dengan komunikasi yang mudah
dicerna anak.
d. Hindari menyapih anak dari menyusu ke pacifier (empeng) atau
botol susu.
e. Jangan menyapih anak ketika ia tidak sehat atau sedang sedih,
kesal atau marah. Hal itu akan membuat anak anda merasa tidak
disayangi.
f. Jangan menyapih secara mendadak dan langsung, hal itu akan
membuat perasaan anak terguncang.
g. Jangan menipu anak anda dengan cara mengoleskan jamu diputing
saat menyusui atau apapun yang membuat rasanya tidak nyaman.
(http://creasoft wordpress.com, 2008)
B. Konsep Status Gizi
1) Pengertian
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat – zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang,
baik dan lebih (Almatsier S, 2001 : 1)
2) Penilaian status gizi
12
Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu penilaian status gizi
secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : Antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak
langsung yaitu : survey konsumsi, statistik vital, faktor ekologi.
(Paath Erna Francin, 2004 : 118 – 119)
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter (Supariasa IDN, 2001 : 38). Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks
antropometri yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U).
(Supariasa IDN, 2001 : 56)
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.
Cara menghitung umur dengan menentukan tanggal, hari, bulan, dan
tahun pada waktu anak ditimbang, kemudian kurangi dengan tanggal,
hari, bulan dan tahun anak waktu lahir, sehingga didapatkan umur
anak. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari sampai
dengan 30 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan. Bila kelebihan atau
kekurangan hari sebanyak 1-15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan.
( Supariasa IDN, 2001 : 38).
b. Berat Badan
13
Pada masa bayi, balita berat badan dapat digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi (Supariasa IDN, 2001 : 56).
Untuk menimbang bayi dan anak dapat di gunakan dacin.
(Supariasa IDN, 2001 : 40).
3. Klasifikasi status gizi
Klasifikasi status gizi dengan antropometri ini ada bermacam-macam,
akan tetapi Departemen Kesehatan RI telah menetapkan melalui
SK Menkes No. 920/Menkes/SK/VII/2002, tanggal 1 Agustus Tahun
2002, untuk menggunakan rujukan Baku WHO-NCHS ( Dinkes Propinsi
Jatim Seksi Gizi Subdin Kesga Dan Gizi Program Perbaikan Gizi
Masyarakat, 2005 : 1 ).
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi tabel rujukan Baku WHO-NCHS
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS*Berat badan menurut umur (BB/U)
Gizi lebihGizi baikGizi kurangGizi buruk
> +2 SD> - 2 SD sampai + 2 SD< - 2 SD sampai > -3 SD< -3 SD
(sumber: Dinkes Propinsi Jatim Seksi Gizi Subdin Kesga Dan Gizi
Program Perbaikan Gizi Masyarakat)
4. Cara Penilaian Status Gizi
a. Nilai indeks antropometri BB/U, TB/U atau BB/TB dibandingkan
dengan nilai rujukan WHO-NCHS.
b. Dengan menggunakan batas ambang (“Cut Off Point”) untuk masing-
masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan.
c. Istilah gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak
terjadi kerancuan dalam interprestasi. (Dinkes Propinsi Jatim Seksi
14
Gizi Subdin Kesga Dan Gizi Program Perbaikan Gizi Masyarakat,
2005 : 1).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak
a. Pemberian makanan tambahan
Pemberian makanan tambahan pada balita biasanya di peroleh saat
mengikuti posyandu. Adapun pemberian makanan tersebut berupa
makanan pengganti ASI yang biasanya di dapat dari puskesmas
setempat ( http://ekardiansyah.blogspot.com.2007)
b. Tingkat pendapatan keluarga
Di negara seperti Indonesia yang ju,lah pendapatan penduduk sebagian
besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada
pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi.
Keterbatasan ekonoki yang berarti ketidakmampuan daya beli keluarga
yang berarti tidak mampu membeli makanan yang berkualitas baik,
maka gizi pada balitanya juga akan terganggu
( http://ekardiansyah.blogspot.com.2007)
c. Pemeliharaan kesehatan
Perilaku sehubungan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ( health
promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi,
olahraga, dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit
(health prevention behavior) yang termasuk respons untuk melakukan
pencegahan penyakit.
(http://ekardiansyah.blogspot.com.2007).
15
d. Pola asuh keluarga
Pola asuh keluarga berhubungan dengan menyiapkan makanan,
distribusi makanan dalam keluarga serta memberikan pengasuhan
dasar bagi bayi dan anak seperti memberikan ASI dan makanan
tambahan. Pola asuh makanan anak akan selalu terkait dengan
pemberian makan yang akhirnya akan memberikan sumbangan
terhadap status gizinya. Sebaliknya jika pemberian pengasuhan anak
kurang memadai, terutama keterjaminan makanan dan kesehatan anak
bisa menjadi salah satu faktor yang menghantarkan anak menderita
kurang gizi ( http://ekardiansyah.blogspot.com.2007).
e. Pendidikan orang tua dan pengetahuan gizi
Seseorang yang hanya tamat SD belum tentu jurang mampu menyusun
makanan yang memenuhi persyaratan gizi di bandingkan orang lain
yang pendidikannya lebih tinggi karena sekalipun berpendidikan
rendah kalau orang tersebut rajin mendengarkan siaran pedesaan selalu
turut serta dalam penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinyz
akan baik ( http://ekardiansyah.blogspot.com.2007).
f. Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan yang baik, seperti penyediaan air bersih dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan mengurangi resiko
kejadian penyakit infeksi (Depkes RI, 2002 : 11). Meskipun kesehatan
lingkungan bukan merupakan faktor yang langsung berpengaruh pada
16
status gizi, tetapi faktor ini justru cukup besar peranannya dalam
menentukan kesehatan seseorang
( http://ekardiansyah.blogspot.com.2007 ).
2) Dampak dari status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
yaitu :
a. Status gizi lebih : obesitas (gizi lebih) akan berdampak terhadap
tingginya kejadian berbagai penyakit infeksi dan
pada orang dewasa tampak dengan meningkatnya
penyakit degeneratif seperti jantung koroner,
diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit hati
(Pudjiadi Solihin, 2005 : 145).
b. Status gizi kurang : status pertumbuhan fisik anak terhambat (anak
akan mempunyai tinggi badan lebih pendek),
perkembangan mental terganggu
(Soetjiningsih, 1995 : 6) dan kecerdasan
terhambat sehingga mempunyai IQ lebih rendah
(Depkes RI, 2002 : 8).
c. Status gizi buruk : gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan
sistem organ yang akan merusak sistem
pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme
maupun pertahanan mekanik. Selanjutnya dapat
terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
mental serta penurunan skor
17
(Pudjiadi S, 2005 : 234). Penurunan fungsi atau
berpengaruh terhadap kemampuan belajar,
kemampuan anak beraksi terhadap rangsangan
dari lingkungannya dan perubahan kepribadian
anak (Moehji S, 2003 : 10).
3) Penatalaksanaan dampak dari status gizi anak
a. Status gizi lebih obesitas
Dalam pengobatan obesitas dalam prinsipnya adalah sebagai berikut :
(1) Memperbaiki faktor penyebab cara pengasuhan.
(2) Motivasi orang tua balita yang obesitas dalam prinsipnya tegang
pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi.
(3) Memberikan diet rendah kalori yang seimbang untuk
menghambat kenaikan berat badan, mempertahankan gizi yang
ideal sesuai dengan pertumbuhan anak.
(4) Menganjurkan anak untuk olahraga (bermain secara aktif)
sehingga banyak energi yang digunakan.
(Soetjiningsih, 1995 : 189).
b. Status gizi kurang
(1) Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional
terutama melalui peningkatan produksi beraneka ragam pangan.
(2) Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK)
yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
18
(3) Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan
sistem rujukan mulai dari tingkat pos pelayanan terpadu
(Posyandu) hingga puskesmas dan rumah sakit.
(4) Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi
melalui sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
(5) Peningkatan komunikasi, informasi, edukasi
dibidang pangan dan gizi masyarakat
(Almatsier, 2005 : 307).
c. Status gizi buruk
Penderita yang berobat jalan dirumah sakit selalu dipantau berat
badannya (Pudjiadi, S, 2001:133).
C. Konsep Anak
1) Pengertian anak
Menurut UU no. 23 tahun 2002 definisi anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan
(http://www.menegpp.go.id, 2004)
19
D. Kerangka Konsep
Gambar 1 Kerangka konseptual hubungan usia penyapihan denganstatus gizi anak usia 1-3 tahun.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan : 1. Pengetahuan2. Pendidikan3. Jumlah Anak 4. Pekerjaan 5. Keadaan payudara ibu6. Kondisi fisik ibu7. Kondisi fisik bayi8. Kondisi psikologis ibu9. Kondisi Spiritual ibu10. Kultural 11. Usia ibu
Usia Penyapihan
Status Gizi Anak
Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi :
1. Pemberian makanan
tambahan
2. Tingkat pendapatan
keluarga
3. Pemeliharaan kesehatan
4. Pola asuh keluarga
5. Pendidikan orang tua
dan pengetahuan tentang
gizi
6. Kesehatan lingkungan
20
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan adalah pengetahuan,
pendidikan, jumlah anak, pekerjaan, keadaan payudara ibu, kondisi fisik ibu,
kondisi fisik bayi, kondisi psikologis ibu, kondisi spiritual ibu, kultural, usia
ibu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah :
pemberian makanan tambahan, tingkat pendapatan keluarga, pemeliharaan
kesehatan, pola asuh keluarga, pendidikan orang tua dan pengetahuan tentang
gizi, kesehatan lingkungan. Yang diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan
usia penyapihan dengan status gizi anak.
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pernyataan penelitian. (Nursalam, 2003).
Hipotesis (Ho) menyatakan tidak ada hubungan variabel yang satu
dengan yang lain.
Hipotesis alternatif (Ha) menyatakan ada hubungan antara variabel yang
satu dengan yang lain.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada
hubungan antara usia penyapihan dengan status gizi anak 1-3 tahun.