Pengertian Status Gizi

31
Pengertian Status Gizi Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh. (Supariasa, 2002) Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan / panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai. (Gibson,1990). Jika keseimbangan terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan kekurangan energi protein berat atau gizi buruk. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien maka akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. (Almatsier, 2001). 2. Klasifikasi Status Gizi Dalam penilaian status gizi, khusunya untuk keperluan klasifikasi maka harus ada ukuran baku (refference). Baku antropometri yang banyak digunakan adalah baku Harvard 1999, baik untuk BB atau TB. Pada tahun 1979 WHO mempublikasikan baku antropometri yang dikenal dengan baku WHO-NCHS dan

description

awesome

Transcript of Pengertian Status Gizi

Page 1: Pengertian Status Gizi

   Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,

atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik

merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

(Supariasa, 2002)

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel

pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan / panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan

dan panjang tungkai. (Gibson,1990). Jika keseimbangan terganggu, misalnya pengeluaran

energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan

energi protein dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan

kekurangan energi protein berat atau gizi buruk. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

gizi dan digunakan secara efisien maka akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin. (Almatsier, 2001).

2.      Klasifikasi Status Gizi

Dalam penilaian status gizi, khusunya untuk keperluan klasifikasi maka harus ada ukuran

baku (refference). Baku antropometri yang banyak digunakan adalah baku Harvard 1999,

baik untuk BB atau TB. Pada tahun 1979 WHO mempublikasikan baku antropometri yang

dikenal dengan baku WHO-NCHS dan dipublikasikan ulang pada tahun 1983. Biro Pusat

Statistik dalam melakukan penilaian status gizi yang dikelola Direktorat Bina Gizi

Masyarakat menggunakan baku WHO-NCHS. Pada prinsipnya penggunaan jenis baku

antropometri di suatu negara didasari atas suatu kesepakatan bersama antara para ah!i di

bidang ini, dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian seperlunya dengan kondisi di negara

yang bersangkutan. Demikian pula halnya di Indonesia, baku antropometri yang digunakan

selama ini (Baku Harvard) didasarkan atas suatu kesepakatan dalam Loka Karya

Antropometri tahun 1975. Penggunaan jenis antropometri tidak mudak harus satu. Dalam

penelitian-penelitian sering pula digunakan baku antropometri lain, seperti telah disebutkan

diatas misalnya penggunaan baku WHO-NCHS yang diterbitkan oleh WHO, Geneva. Untuk

klasifikasi status gizi berdasarkan baku antropometri perlu ada batasan-batasan (out of point)

tertentu. Dalam hal batasan ini beberapa ahli telah mengemukakan berbagai angka untuk

keperluan klasifikasi status gizi (Jauhari, 1988).

Tabel 1. Baku antropometri WHO NCHS

Page 2: Pengertian Status Gizi

Indikator Status gizi KeteranganBB/U BB sangat lebih

BB lebihBB normalBB kurangBB sangat kurang

>3 SD>2 SD s/d 3 SD- 2 SD s/d 2 SD< - 2 SD – (-3) SD< - 3 SD

TB/U Tinggi/JangkungNormalPendekSangat Pendek

>- 3 SD-2 SD s/d 3 SD-3 SD s/d -2 SD< -3 SD

BB/TB ObesitasGemukRisiko GemukNormalKurusSangat Kurus

>3 SD>2 SD s/d 3 SD>1 SD s/d 2 SD-2 SD s/d 1 SD-3 SD s/d < -2 SD< -3 SD

IMT/U ObesitasGemukRisiko GemukNormalKurusSangat Kurus

>3 SD>2 SD s/d 3 SD>1 SD s/d 2 SD-2 SD s/d 1 SD-3 SD s/d < -2 SD< -3 SD

(Sumber :Widyakarya Pangan Nasional & Gizi 2000)

B.     Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan

menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko

atau dengan status gizi buruk. (Achadi, 2002)

Penilaian status gizi bertujuan untuk :

a.       Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi.

b.      Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing yang ada.

c.       Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan dan implementasi

untuk penilaian status gizi.

Metode dalam penilaian status gizi dibagi dalam dua kelompok, yaitu secara langsung

dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari penilaian dengan tanda

klinis, tes laboratorium, metode biofisik dan antropometri. Sedangkan penilaian status gizi

secara tidak langsung berupa survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pengukuran antropometri.

(Achadi, 2002).

1.      Penilaian Status Gizi Secara Langsung

a.       Antropometri

Page 3: Pengertian Status Gizi

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri

secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa, 2002).

b.      Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan

dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial

epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang

dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya

untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk

mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat

gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan

melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

(Supariasa, 2002).

c.       Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan

malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan

kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

(Supariasa, 2002)

d.      Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari

jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

(Supariasa, 2002)

2.      Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

a.       Survei Konsumsi Makanan

Page 4: Pengertian Status Gizi

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi

makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,

keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

(Supariasa, 2002)

b.      Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data

beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran

status gizi masyarakat. (Supariasa, 2002).

c.       Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi

di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. (Supariasa,

2002).

C.     Indikator Pertumbuhan

1.    Indeks Antropometri

a.   Berat Badan Menurut Umur ( BB/U )

Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status

gizi. Berat badan menurut umur tidak sensitif untuk mengetahui apakah seseorang mengalami

kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status

gizi masa lalu maupun masa kini. (Anggraeni, 2012).

b.   Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U )

Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan bengoa (1973) menyatakan

bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa lampau juga lebih erat

kaitannya dengan status sosial ekonomi. (Anggraeni, 2012)

c.    Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/TB )

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal

perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkirakan indeks ini untuk mengidentifikasi

Page 5: Pengertian Status Gizi

status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini

(sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

(Anggraeni, 2012).

d.   Indeks Masa Tubuh/IMT Anak ( IMT/U )

IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat

badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur seperti

yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan, tetapi pada bayi peningkatan IMT naik

secara tajam karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relatif terhadap panjang

badan pada 6 bulan pertama kehidupan. IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap

stabil pada umur 2-5 tahun. (Anggraeni, 2012)

Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan

interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.

Jika seseorang anak mempunyai orang tua yang obes akan meningkatkan resiko terjadinya

kelebihan berat badan pada anak. Anak yang mempunyai salah satu orang tua yang obesitas,

kemungkinan 40 % untuk menjadi kelebihan berat badan. Jika kedua orang tuanya obes,

kemudian meningkat sampai 70 %. Perlu diketahui bahwa anak yang pendek pun dapat

mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. (Anggraeni, 2012)

Page 6: Pengertian Status Gizi

PengertianGIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat

berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit

dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap

TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor

atau marasmik kwashiorkor.

Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah

keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi

dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus,

kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan

Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000). 

Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena

kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama.

Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3

bulan berturut-turut tidak naik)

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal

ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang

tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang

menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk

ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak

mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan

kesehatan.

Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan

ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat

berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak.

Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk,

sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan

kematian.

Perbedaan gizi buruk dengan kelaparan

Page 7: Pengertian Status Gizi

Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan

biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam

jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang

banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak

makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi.

Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur

sosial dan faktor ekonomi

Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan

oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya. Seseorang dapat

terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang

ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental.

Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan

meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga

akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti

seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal. 

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan

membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang

badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan

menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah

standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi

buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.

2.    Indikasi Gizi BurukUntuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak

adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Tinggi dan berat badan kurang

dari standar deviasi ukuran normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Berat

badan yang kurang menandai kalau gizi buruk yang dideritanya akut (belum lama).

Sedangkan jika tinggi badan kurang dan berat badan kurang berarti kondizi gizi

buruk sudah kronis (menahun)

Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan

menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

Page 8: Pengertian Status Gizi

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah

1.    Wajah seperti orang tua

2.    Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)

3.    Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)

4.    Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana

longgar-baggy pants)

5.    Perut cekung

6.    Iga gambang

7.    diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

8.    mudah menangis/cengeng dan rewel

Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwasiokor adalah

1.    Mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran nafas dan diare.

2.    Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)

membulat dan lembab

3.    Pandangan mata sayu

4.    Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit

dan mudah rontok

5.    Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel

6.    Terjadi pembesaran hati

7.    Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

8.    Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)

9.    Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis

kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

3.    Dampak Gizi Buruk

Dampak gizi buruk pada anak terutama balita

1.    Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa

terhambat.

2.    Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi

3.    Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

4.    Pencegahan Gizi Buruk

Page 9: Pengertian Status Gizi

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan

dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal

yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah

beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1)    Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,

anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang

sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2)    Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein,

lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal

10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya

karbohidrat.

3)    Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.

Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,

segera konsultasikan hal itu ke dokter.

4)    Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada

petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah

sakit.

5)    Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang

tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa

diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan

energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.

Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah

berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum.

Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan

akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

5.    Pengobatan Gizi BurukPengobatan gizi buruk

         Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi.

         Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing

penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit

untuk mendapat perhatian medis secara penuh.

Pengobatan pada penderita MEP (Malnutrisi Energi Protein) tentu saja harus

disesuaikan dengan tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya,

Page 10: Pengertian Status Gizi

diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan

protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal.

Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena

masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun

sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh.

Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak

tersebut terus diperbaiki hingga sembuh

Selama ini kita mengetahui bahwa zat gizi sangat diperlukan bagi untuk menjalankan fungsi tubuh agar tetap sehat dan dapat menjalankan aktifitas sehari-hari. Sehingga kita selalu berusaha untuk makan dan tak jarang mengkonsumsi suplemen untuk memenuhi kebutuhan harian tersebut. Namun, beberapa orang tidak mengetahui berapa sebenarnya angka kecukupan gizi sehingga kecukupan gizi biasanya dikira-kira saja. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1593/MENKES/SK/XI/2005 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Nilai AKG ini sesuai rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi XI Tahun 2012.

Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia selanjutnya disingkat AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. AKG hampir sama dengan Recomended Dietary Allowance (RDA) yang diambil dari nilai rata-rata asupan yang cukup untuk memenuhi asupan hampir semua (97-98%) orang sehat. AKG sudah memperhitungkan variasi kebutuhan individu dan cadangan zat gizi dalam tubuh. Nilai AKG ini diambil dari sekitar Kegunaan AKG diutamakan untuk:

1. Acuan dalam menilai kecukupan gizi2. Acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di institusi;3. Acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun

nasional4. Acuan pendidikan gizi5. Acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi

Perlu diketahui bahwa AKG hanya berlaku bagi orang sehat dan kondisi khusus yaitu ibu hamil dan ibu menyusui pada semester pertama dan kedua. AKG tidak mempertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi seperti genetik, kondisi kesehatan, tingkat defisiensi, gaya hidup (merokok dan alkoholik), dan penggunaan obat.

Istilah angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi. Menurut Almatsier (2009) Angka Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirement) adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang/individu agar dapat hidup sehat, diantaranya untuk mempertahankan hidup, melakukan kegiatan internal/eksternal, menunjang pertumbuhan, melakukan aktivitas fisik, pemeliharaan tubuh, basal metabolisme,

Page 11: Pengertian Status Gizi

pernapasan dan evaporasi, serta pencernaan dan eksresi. Kebutuhan gizi mempertimbangkan segala aspek yang mempengaruhi kebutuhan gizi yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh, genetik, kondisi kesehatan, gaya hidup (merokok dan alkoholik), dan penggunaan obat. Angka kebutuhan gizi sifatnya lebih personal yangmana kebutuhannya dihitung berdasarkan kebutuhan perorangan.

Standar Gizi LainSelain istilah angka kecukupan dan kebutuhan gizi, terdapat beberapa istilah lain tentang standar konsumsi zat gizi, yaitu:

1. Estimated Average Requirements (EAR) adalah kebutuhan akan zat gizi yang diharapkan memenuhi kebutuhan setidaknya 50% pada kelompok usia tertentu dalam berdasarkan tinjauan literatur ilmiah.

2. Adequate Intake (AI) adalah jumlah zat gizi yang cukup memadai untuk suatu kelompok demografis tertentu. Nilai AI ini digunakan ketika belum adanya angka kecukupan gizi yang terstandar. Jumlah zat gizi yang ditentukan biasanya tidak setegas AKG/RDA.

3. Tolerable Upper Intake Levels (UL) adalah batas jumlah tertinggi zat gizi yang dapat dikonsumsi oleh manusia sehingga penggunaannya tidak berlebihan dan berdampak bahaya bagi tubuh.

4. Suggested Dietary Target (SDT) adalah jumlah zat gizi yang dibutuhkan untuk mencegah atau mengurangi resiko penyakit degeneratif.

5. Estimated Energy Requirement (EER) adalah jumlah energi yang diperlukan untuk menjaga berat badan dan memelihara kesehatan berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan aktifitas.

6. Acceptable Macronutrient Distribution Ranges (AMDR) adalah rentang asupan untuk sumber energi (karbohidrat, lemak dan protein) yang berhubungan dengan penurunan resiko penyakit kronis. Jika seseorang mengkonsumsi lebih dari AMDR maka memiliki resiko terkena penyakit kronis. Asupan dalam AMDR ini ditetapkan dalam persentase dibandingkan dengan kebutuhan total energi.

izi.depkes.go.id/permenkes-tentang-angka-kecukupan-gizi

Page 12: Pengertian Status Gizi

Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak dengan indeks antropometri

berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) < - 2 SD atau ditemukan tanda-tanda klinis

marasmus dan kwashiorkor. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun. Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat

diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan

menurut tinggi, apabila jauh dibawah standar disebut gizi buruk. Bila gizi buruk disertai

dengan tanda-tanda klinis seperti : anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, perut cekung,

kulit keriput disebut marasmus, dan bila ada bengkak seluruh tubuh terutama pada kaki,

wajah membulat dan sembab, rambut tipis, kemerahan, mudah dicabut, otot mengecil disebut

kwashiorkor.

1.         Besar situasi masalah penyakit dan gizi menurut daerah dan waktu

      Berdasarkan data Susenas, prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita telah berhasil

diturunkan dari 33,57% pada tahun 1992 menjadi 24,66% pada tahun 2000. Namun terdapat

kecenderungan peningkatan kembali pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu jika melihat

pertumbuhan dan jumlah penduduk dan proporsi balita dari tahun ke tahun, sebenarnya

jumlah balita penderita gizi buruk dan kurang cenderung meningkat.

2.         Alasan melaksanakan surveilens

Untuk menanggulangi terjadinya KLB atau kasus gizi terutama gizi buruk, maka perlu

diupayakan suatu sistem kewaspadaan terhadap ancaman terjadinya gizi buruk tersebut.

Maka melalui kegiatan surveilens dan informasinya diharapkan tercapainya peningkatan

sikap tanggap kesiapsiagaan, dilakukannya upaya pencegahan dan tindakan penanggulangan

kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.     Upaya perbaikan gizi dengan ruang lingkup

nasional dimulai pada tahun 1980. Diawali dengan berbagai survei dasar, disusun strategi dan

kebijakan yang pada umumnya melibatkan berbagai sektor terkait. Keberhasilan program

perbaikan gizi dinilai berdasarkan laporan rutin dan juga survei berkala melalui survei khusus

maupun diintegrasikan pada survei nasional seperti Susenas, Survei Kesehatan Rumah

Tangga dan lain-lain.

     Status gizi anak balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara

berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang

telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi

baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar

dikatakan gizi buruk. Namun penghitungan berat badan menurut panjang badan lebih

Page 13: Pengertian Status Gizi

memberi arti klinis. Pengertian gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak

dengan indeks antropometri berat badan terhadap tinggi badan (BB / TB) < - 3 SD atau

ditemukan tanda-tanda klinis marasmus dan kwashiorkor.

      Pada fase lanjut (gizi buruk) akan rentan terhadap infeksi, terjadi pengurusan otot,

pembengkakan hati, dan berbagai gangguan yang lain seperti misalnya peradangan kulit,

infeksi, kelainan organ dan fungsinya (akibat atrophy / pengecilan organ tersebut). Bila gizi

buruk disertai dengan tanda-tanda klinis seperti : wajah sangat kurus, muka seperti orang tua,

perut cekung, kulit keriput disebut marasmus, dan bila ada bengkak terutama pada kaki,

wajah membulat dan sembab disebut kwashiorkor.

      Malnutrisi adalah keadaan gangguan gizi yang disebabkan oleh kurangnya asupaN

makanan dalam waktu yang lama. Malnutrisi merupakan masalah utama kesehatan di dunia.

Malnutrisi berkaitan dengan kemiskinan, berat badan lahir rendah, gagal tumbuh sehingga

kurangnya daya tahan tubuh yang dapat menimbulkan penyakit infeksi (Kanarek, Robin B,

1991)

Penyebab

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar penyebab

anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering

sakit / terkena infeksi.

1.        Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :

a.       Tidak tersedianya makanan secara adekuat.

Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Kemiskinan

merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Makin kecil pendapatan penduduk,

makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.

b.      Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang.

Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu, dan sesudah usia 6 bulan anak tidak

mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan

berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan

pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang

tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.

c.       Pola makan yang salah.

          Suatu studi "positive deviance" mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di

suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya

petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya

Page 14: Pengertian Status Gizi

gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya

berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun

sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh

pada kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh

oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan

yang meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga

dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk.

          Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar

dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya kebiasaan memberi minum

bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada

makanan tertentu ( misalnya tidak memberikan anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini

menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori yang

cukup.

2.        Sering sakit (frequent infection)

Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan,

karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan

meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada

sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi

A.       Klasifikasi

 Gizi buruk dibagi menjadi tiga, yaitu :

1.    Marasmus

   Tanda-tanda :

      Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

      Wajah seperti orang tua

      Cengeng, rewel

      Perut cekung

      Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

      Sering disertai diare kronik atau konstipasi serta penyakit kronik

      Tekanan darah, detak jantung dan pernapasan berkurang

2.    Kwashiorkor

   Tanda-tanda :

       Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis)

Page 15: Pengertian Status Gizi

       Wajah membulat dan sembab

      Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak

berbaring terus menerus

       Cengeng, rewel kadang apatis

       Anak sering menolak segala jenis makanan

       Pembesaran hati

       Sering disertai infeksi, anemia dan diare

       Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut

      Gangguan kulit berupa bercak merah dan meluas dan berubah menjadi hitam dan terkelupas

(Crazy Pavement Dermatosis)

       Pandangan mata anak tampak sayu

                                    3.  Marasmus Kwashiorkor

   Tanda-tanda :

Merupakan gabungan tanda-tanda dari marasmus dan kwashiorkor

B.       Cara diagnosa

Status gizi dapat ditentukan dengan empat cara yaitu: antropometri, klinis, riwayat gizi dan

biokimia. Status gizi (gizi lebih, baik, kurang atau buruk) dapat diketahui dengan

membandingkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB dengan baku antropometri yang digunakan

di Indonesia yaitu baku WHO-NCHS.  Penentuan status gizi buruk dapat dilakukan dengan

cara melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan balita seperti yang

tersebut diatas, jika setelah diplot pada KMS ternyata BB anak berada di bawah garis merah

(BGM), maka lihat kembali apakah BB/U atau BB/TB < - 3 SD, jika ya maka dapat

dikategorikan sebagai balita gizi buruk.

Diagnosis kurang gizi selain ditegakkan melalui pemeriksaan antropometri   (penghitungan

berat badan menurut umur /panjang badan) dapat juga melalui temuan klinis yang dijumpai.

Keadaan klinis gizi buruk dapat dibagi menjadi kondisi marasmus, kwasiorkor dan bentuk

campuran (marasmik kwasiorkor). Apabila ditemukan balita dengan wajah sangat kurus,

muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut marasmus, dan bila ada bengkak

terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut kwashiorkor. Marasmus

kwashiorkor merupakan gabungan tanda-tanda dari marasmus dan kwashiorkor. Pada balita

gizi buruk harus dicari juga apakah ada penyakit penyerta lainnya yang dapat memperburuk

kondisi status gizinya.

Page 16: Pengertian Status Gizi

C.      Prevalensi

Keadaan status gizi balita mengalami perbaikan yaitu dengan menurunnya prevalensi gizi

kurang dari 31.6 % pada tahun 1995 menjadi 26.1 % pada tahun 2001, demikian pula

prevalensi gizi buruk mengalami penurunan dari 11.6 % pada tahun 1995 menjadi menjadi

6.3% pada tahun 2001. Selanjutnya terjadi peningkatan secara perlahan prevalensi gizi

kurang menjadi 27.5% pada tahun 2003, demikian pula prevalensi gizi buruk meningkat

menjadi 8.3 % pada tahun yang sama. Pada tahun 2004, terjadi sedikit penurunan prevalensi

gizi kurang menjadi 25.4% dan gizi buruk menjadi 7.2 %.

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada Tahun 2004 diperkirakan sekitar 5 juta balita

menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,4 juta di antaranya menderita gizi

buruk. Dari balita yang menderita gizi buruk tersebut ada 140.000 menderita gizi buruk

tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, yang

memerlukan perawatan kesehatan yang intensif di Puskesmas dan Rumah Sakit. Berdasarkan

hasil surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dari bulan Januari sampai dengan bulan

Desember 2005, total kasus gizi buruk sebanyak 76.178 balita. Kasus gizi buruk yang

dilaporkan menurun setiap bulan. Semua anak gizi buruk mendapatkan penanganan berupa:

perawatan di Puskesmas dan di Rumah Sakit serta dilakukan tindak lanjut paska perawatan

berupa rawat jalan, dan melalui posyandu untuk dipantau kenaikan berat badan dan

mendapatkan makanan tambahan.

Pada bulan Mei 2005, kasus gizi buruk dilaporkan dari propinsi NTB dan NTT dengan

jumlah kasus sebanyak 9.592 kasus. Pada bulan Juni jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan

meningkat 49.754, hal ini disebabkan jumlah propinsi yang melapor meningkat menjadi 26

propinsi. Di samping itu peningkatan jumlah kasus yang besar karena adanya kegiatan

pencarian kasus baru secara aktif melalui operasi timbang dengan target semua balita

ditimbang dan diukur status gizinya.

Pada bulan Juli 2005 jumlah propinsi yang melapor meningkat menjadi 28 propinsi dengan

total kasus yang dilaporkan sebanyak 1.445 anak. Pada bulan Agustus tahun 2005, propinsi

yang melapor menjadi 29 propinsi dengan jumlah baru yang dilaporkan sebanyak 10.355

anak, penjaringan kasus pada bulan ini dilakukan bersamaan dengan kampanye pemberian

kapsul Vitamin A. Bulan September dan Oktober 2005 jumlah kasus yang dilaporkan

menurun menjadi 471 anak dan 440 anak. Pada bulan November 2005 kasus yang dilaporkan

sebanyak 164 kasus. Pada bulan Desember 2005 dilaporkan sebesar 3.957 anak (Grafik 2).

Page 17: Pengertian Status Gizi

 Jumlah kasus gizi buruk yang meninggal dunia dilaporkan dari bulan Januari 2005 sampai

Desember 2005 adalah 293 balita (Grafik 3). Kasus gizi buruk yang meninggal tersebut pada

umumnya disertai dengan penyakit infeksi seperti ISPA, diare, TB, campak dan malaria.

Jumlah kasus gizi buruk yang meninggal tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 107

kasus, selanjutnya pada bulan-bulan berikutnya kasus gizi buruk yang meninggal cenderung

menurun. Namun demikian pada bulan Desember 2005 kasus gizi buruk yang dilaporkan

meninggal dunia sebanyak 56 kasus yang merupakan laporan dari 9 propinsi yaitu dari Jatim

14 kasus, Sulsel 13 kasus, Gorontalo 13 kasus,NTB 2 kasus, NTT 6 kasus, Lampung 4 kasus,

Sulteng 2 kasus, serta Maluku dan Malut masing-masing 1 kasus.

Faktor Risiko / Gizi yang mempengaruhiBanyak faktor yang mempengaruhi timbulnya gizi buruk dan faktor tersebut saling berkaitan.

Secara langsung, pertama: anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu cukup

lama, dan kedua: anak menderita penyakit infeksi. anak yang sakit, asupan zat gizi tidak dapat

dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat penyakit

infeksi. Secara tidak langsung penyebab terjadinya gizi buruk yaitu tidak cukupnya persediaan

pangan di rumah tangga, pola asuh kurang memadai dan sanitasi/kesehatan lingkungan kurang

baik serta akses pelayanan kesehatan terbatas. Akar masalah tersebut berkaitan erat dengan

rendahnya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan keluarga.

INDIKATOR SURVEILANS GIZIIndikator merupakan suatu alat yang dipakai untuk mengamati dan mendapatkan informasi.

Indikator dirancang dari serangkaian pengukuran.

I. SIFAT-SIFAT UMUM INDIKATOR

Prinsip indikator berdasar pengukuran, tetapi mempunyai arti yang lebih daripada hanya hasil

pengukuran. Suatu indicator mungkin tersusun dari hasil pengukuran-pengukuran di antara

suatu kelompok masyarakat atau suatu daerah.

a. Titik Putus dan Titik Aksi

Nilai yang menjadi batas keadaan yang masih diterima atau batas normal, disebut titik putus

bagi perorangan atau satuan data. Salah satu keuntungan dari penggunaan titik putus adalah

Page 18: Pengertian Status Gizi

usaha system pengamatan gizi dapat memusatkan diri pada sumber pengukuran deretan

variable yang jatuh bebas.

Pengamatan bagian populasi yang terdapat dibawah titik putus, yang menjadi syarat

dimulainya suatu tindakan dapat disebut titik aksi.

b. Sifat-sifat Indikator Sehubungan dengan Pengukuran dan Arti Pentingnya

Kecenderungan yang Terlihat

Indikator harus bersifat peka terhadap perubahan-perubahan dalam status gizi masyarakat

pada waktu sekarang ataupun waktu yang akan datang.

Perkataan kunci yang penting dan menentukan disini adalah kritis, yang berarti bahwa suatu

perubahan dalam status gizi yang cukup besar sehingga memerlukan tindakan

penanggulangan, haruslah jelas tercermin dalam perubahan dan pada indicator. Titik aksi

yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk saat memulai tindakan penanggulangan, dapat

berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi dan hal ini akan berpengaruh pada pemilihan

dan penentuan indicator dan titik aksinya. Suatu perubahan dalam indicator atau dalam

gambaran kecenderungannya, akan merupakan tanda yang dapat dipercaya untuk memulai

tindakan penanggulangan, hanyalah bila perubahan atau kecenderungan itu terletak di luar

daerah nilai-nilai normal atau di luar variasi yang biasa terdapat. Tingkat ketepatan

interpretasi dari perubahan itu tergantung pula pada teknik standar bagi pengukuran sampel

dalam jangka waktu tertentu.

            Sifat spesifik suatu indikator, akan berbeda nilainya bagi sistem surveilans gizi dalam situasi

yang berbeda. Sebagai contoh, bila defisiensi zat besi di suatu daerah merupakan sebab utama

timbulnya anemia, maka perubahan dalam prevalensi kadar hemoglobin rendah akan

merupakan indicator baik bagi status gizi zat besi. Namun hal ini tidaklah benar untuk daerah

yang mempunyai penyakit malaria sebagai sebab utama timbulnya anemia tersebut.

Demikian pula indicator bagi situasi bahan pangan di pasar perkotaan mungkin akan

mempunyai manfaat kecil saja untuk memahami situasi di daerah pedesaan yang terpencil,

yang secara praktis menghasilkan sendiri bahan pangan yang dikonsumsinya.

    c .    Sifat-sifat indikator sehubungan dengan sampel

Struktur dan sifat-sifat sampel mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku indikator dan

terhadap interpretasinya. Idealnya suatu sampel sebaiknya dipilih mewakili populasi yang

sedang dilakukan usaha system pengamatan gizi terhadapnya, serta dibagi dalam kelompok-

Page 19: Pengertian Status Gizi

kelompok yang bersifat relative homogen. Bila hal ini tercapai, maka indicator akan bersifat

mempunyai sesivitas dan spesifitas optimum, maka dapat diambil berbagai interpretasi

dengan tingkat ketepatan tertentu dan diketahui bahwa mewakili populasi induknya dengan

cukup.

 Dalam pelaksanaannya, keadaan yang ideal ini mungkin sulit dicapai, disebabkan

keterbatasan biaya atau sukarnya mencapai kelompok-kelompok masyarakat tertentu, atau

dapat pula karena sumber-sumber data yang tersedia tidak mampu meliputi seluruh populasi

yang dituju, sehingga hasilnya tidaklah mewakili secara representatif, misalnya catatan suatu

Klinik Kesehatan Ibu dan Anak, mungkin masih  dapat dipergunakan bahkan mungkin sangat

berarti tetapi sebaiknya tidak dipakai untuk ekstrapolasi kesimpulan secara umum.

        d. Sifat-sifat Operasional

      Nilai suatu indikator atau gambaran haruslah seimbang dengan pertimbangan praktis tertentu,

yaitu :

      - Mudahnya pengukuran

      Data yang dicapai dengan mudah dengan peralatan minimum dan sedikit  memerlukan

pengolahan jelas, mempunyai kelebihan keuntungan terhadap yang memerlukan metode yang

berliku-liku. Namun ada beberapa keterangan akan lebih mudah didapat dengan pertolongan

teknologi canggih, misalnya : dengan teknik fotogrametik udara.

      - Kecepatan dan frekuensi tersedianya data.

      Bila data dihasilkan  secara berkesinambungan, maka indikatornya mempunyai kelebihan

dalam hal waktu. Hal ini sangat penting bagi penemuan dini perubahan-perubahan yang

mungkin terjadi. Nilai indicator dapat pula ditingkatkan dengan semakin besarnya frekuensi

pengumpulan data, tetapi sebaliknya hal ini haruslah dipertimbangkan dengan tambahan

biaya. Pengukuran yang dilakukan berkesinambungan tidaklah sinonim dengan tersedianya

data untuk dipergunakan secara terus menerus. Sebagai contoh, data dari suatu sampel yang

representative yang mungkin dikumpulkan secara berkesinambungan, tetapi hanyalah akan

mempunyai arti bila seluruh sampelnya telah terkumpul. Maka tidaklah ada gunanya untuk

mengusahakan tersedianya data lebih cepat ataupun lebih sering, jika tidak dapat cepat masuk

atau siap pakai.

       - Biaya

      Biaya untuk usaha mendapatkan data merupakan kendala menyeluruh yang harus

dipertimbangkan dalam menilai suatu indicator. Biaya mempunyai hubungan dengan semua

Page 20: Pengertian Status Gizi

pertimbangan pelaksanaan dan dipengaruhi oleh sifat-sifat yang telah dikemukakan terlebih

dahulu. Karena itu, diperlukan pengambilan keputusan besar dalam segi pelaksanaan dan

mempertimbangkan sumber-sumber data yang tersedia, dalam rangka keseimbangan anatara

nilai data dan biaya untuk mencapainya.

II.   JENIS-JENIS INDIKATOR SURVEILANS GIZI

A. Indikator SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi)

      Indikator yang digunakan dalam SKPG harus dapat menggambarkan perubahan situasi

pangan dan gizi. Indikator dimaksud meliputi situasi produksi pangan dan faktor-faktor

utama yang mepengaruhinya, distribusi dan konsumsi pangan serta status gizi.

      Indikator SKPG dapat dikelompokkan menurut sifat penerapannya yaitu :

1.   Indikator yang bersifat universal (berlaku umum) seperti jumlah keluarga miskin, status gizi

dan harga pangan pokok

2.   Indikator yang bersifat spesifik lokal seperti meningkatnya penjualan aset rumah tangga,

meningkatkan jumlah pengangguran, meningkatkan kriminalitas dan lain sebagainya.

Indikator spesifik lokal dapat dikembangkan oleh  Tim Pangan dan Gizi (TPG) di masing-

masing daerah

Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, indikator SKPG dikategorikan dalam 3 kelompok

utama, yaitu:

1.   Indikator untuk pemetaan situasi pangan dan gizi kecamatan, yaitu prevalensi KEP, luas

kerusakan dan jumlah keluarga miskin

2.   Indikator untuk peramalan produksi dan distribusi pangan, yaitu luas tanam, luas kerusakan,

luas panen, harga panen, harga pangan pokok dan status gizi masyarakat

3.   Indikator untuk pengamatan kejadian rawan pangan dan gizi, yaitu kejadian lokal (indikator

lokal) yang dapat dipakai untuk mengamati ada tidaknya kejadian rawan pangan  dan gizi

http://bidansrimulyanti.blogspot.co.id/2011/04/surveilans-gizi.html

Page 21: Pengertian Status Gizi