Status Gizi Ok

63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tercapainya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan terutama oleh kualitas tumbuh kembang pada awal kehidupan yaitu sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan masa balita, dan merupakan modal dasar untuk proses tumbuh kembang selanjutnya yaitu masa sekolah, remaja, pemuda, usia produktif sampai pada usia lanjut (Djauhar, 1996). Dalam Undang undang kesehatan no 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang mengatur penyelenggaran kesehatan anak, menyatakan bahwa kesehatan anak dilakukan sejak kandungan, masa bayi, masa balita, usia prasekolah dan usia sekolah. Oleh karena itu perbaikan gizi terutama ditujukan pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas dalam arti mampu untuk produktif (BPS, 2001). Salah satu faktor yang mempengaruhi terciptanya SDM yang berkwalitas adalah kondisi gizi yang bermutu baik, kondisi gizi yang bermutu baik sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan gizi seseorang. Oleh sebab 1

description

ok

Transcript of Status Gizi Ok

PAGE 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tercapainya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan terutama oleh kualitas tumbuh kembang pada awal kehidupan yaitu sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan masa balita, dan merupakan modal dasar untuk proses tumbuh kembang selanjutnya yaitu masa sekolah, remaja, pemuda, usia produktif sampai pada usia lanjut (Djauhar, 1996). Dalam Undang undang kesehatan no 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang mengatur penyelenggaran kesehatan anak, menyatakan bahwa kesehatan anak dilakukan sejak kandungan, masa bayi, masa balita, usia prasekolah dan usia sekolah. Oleh karena itu perbaikan gizi terutama ditujukan pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas dalam arti mampu untuk produktif (BPS, 2001). Salah satu faktor yang mempengaruhi terciptanya SDM yang berkwalitas adalah kondisi gizi yang bermutu baik, kondisi gizi yang bermutu baik sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan gizi seseorang. Oleh sebab itu pemenuhan pemenuhan kebutuhan gizi yang bermutu baik dimulai sejak dini dalam kandungan dan usia balita untuk menghasilkan sumber daya yang berkwalitas (Lisdiana, 1997). Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kwalitas tinggi. Dengan demikian balita termasuk kelompok rawan gizi, mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan (Sediaoetomo, 2000). Masalah gizi balita yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan. Sedang masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan (Almatsier, 2002).Berdasarkan hasil pemantauan status gizi Indonesia pada balita tahun 2004 menyebutkan kasus gizi buruk terdapat 8,09% dan gizi kurang 20,47% (DepKes, 2005). Dari seluruh populasi balita sementara tahun 2005 jumlah kasus gizi buruk dan gizi kurang berturut-turut 8,8% dan 19,20%. Sedangkan tahun 2006, selama periode Januari-Oktober, jumlah total kasus gizi buruk yang dilaporkan dan ditangani petugas kesehatan sebanyak 20.580 kasus dan 186 anak mengalami kematian. Upaya pemerintah dalam menanggulangi gizi buruk di masyarakat ialah dengan mengeluarkan kebijakan pemerintah dan desentralisasi yaitu berupa undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan dan propinsi sebagai otonom, mengatur kewenangan pemerintah dalam merencanakan pembangunan dibidang pangan dan gizi, sedangkan rumusan tujuan umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga mencegah dan menurunkan masalah gizi untuk mewujudkan hidup sehat status sosial yang optimal (Widya karya Nasional Pangan dan Gizi, 2000).Dengan melihat kondisi geografis, Letak dan Batas Wilayah nya Puskesmas Mantrijeron terletak di jalan D.I Panjaitan No. 82 Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan Mantrijeron . Batas wilayahnya meliputi, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wirobrajan, Sebelah Utara berbatasan denganKecamatan Kraton, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mergangsan, Sedangkan Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sewon dan Kasihan Bantul.

Berdasarkan data dari Puskesmas Mantrijeron pada Pemantauan Status Gizi (PSG) bulan Januari 2007, Jumlah balita keseluruhan sebanyak 2082 dengan jumlah balita yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) 166 anak. Balita BGM meliputi balita yang berstatus gizi kurang dan gizi buruk (Puskesmas Mantrijeron, 2007) dengan gizi kurang 128 anak dan gizi buruknya 38 anak.Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Status Gizi ditinjau dari Berat badan terhadap Umur, Tinggi badan terhadap Umur dan Berat badan terhadap tinggi badan anak Balita di Puskesmas Mantrijeron . B. Rumusan Masalah

Mengetahui Status Gizi balita yang ditinjau dari berat badan terhadap tinggi badan Anak Balita di Puskesmas Mantrijeron C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisa secara deskriptif tentang status gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Mantrijeron .2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status gizi Balita di tinjau dari berat badan menurut umur di Puskesmas Mantrijeron .b. Mengetahui status gizi Balita di tinjau dari tinggi badan menurut umur di Puskesmas Mantrijeron .

c. Mengetahui status gizi Balita di tinjau dari berat badan menurut tinggi badan di Puskesmas Mantrijeron .

D. Ruang Lingkup

Responden dalam penelitian ini adalah Ibu-ibu yang mempunyai anak usia 12-60 bulan (Balita), Tempat dan Waktu penelitian ini bertempat di wilayah kerja Puskesmas Mantrijeron . Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2008, Materi dalam penelitian ini adalah bidang gizi dengan cakupan gizi masyarakat.E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam meningkatkan status gizi balita.

2. Bagi Instansi TerkaitSebagai bahan sumbangan ilmu pengetahuan tentang status gizi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dan Sebagai salah satu acuan melakukan langkah intervensi yang tepat terhadap masalah gizi.3. Bagi Masyarakat

Dapat melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi masalah gizi Balita.F. Keaslian Penelitian

ET. Erasmus (2001) Meneliti tentang hubungan antara kebiasaan makan, status gizi dengan perkembangan anak usia 4-24 bulan di kelurahan Tegal Panggung Kecamatan Danurejan Kotamadya . Dengan menggunakan penelitian kualitatif dan desain penelitiannya Eksperimental Korelational digunakan untuk kebiasaan makan, status gizi dilihat dari Tinggi badan menurut umur (TB/U) sedangkan perkembangan anak dengan lembar kuesioner Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang diberikan kepada responden. Hasil penelitiannya adalah yang mengalami gizi baik 77%, gizi Sedang 19,4%, dan gizi buruk 2,8%.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan. Pada masa Balita ditandai proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kwalitas tinggi. Balita merupakan kelompok rawan gizi, Balita mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan (Sediaoetomo, 2000).

Masalah kekurangan gizi pada masa balita merupakan masalah penting yang harus diperhatikan. Kekurangan gizi pada masa balita mempunyai resiko penyakit tertentu dan sangat mempengaruhi kecerdasan otak di masa dewasa (Supariasa dkk, 2002).

B. Pertumbuhan Balita

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa Balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 1998).

Balita merupakan kelompok usia yang menunjukan pertumbuhan badan pesat sehingga membutuhkan energi dan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badan, tetapi justru Balita merupakan kelompok rawan gizi yang sering menderita kekurangan gizi (Sediaoetama, 1998). Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat yang merugikan penyediaan makanan bagi Balita menurut Sediaoetama, (2000).

1. Balita belum bisa mengurus dirinya sendiri dan belum bisa berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukan untuk makan.

2. Balita masih dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.

3. Anak Balita mulai turun ke tanah dan terpapar berbagai kondisi yang memungkinkan terkena infeksi atau penyakit lain.

4. Makanan Balita sangat tergantung apa yang diberikan orang dewasa.

Pada Balita yang sehat dan cukup gizi dicerminkan oleh perkembangan anak pada diagram pertumbuhan standar yang menunjukan hubungan tinggi dengan umur, berat dan lingkar kepala. Dengan membandingkan berat badan anak sewaktu ditimbang dengan berat badan untuk umur yang sama pada Kartu Menuju Sehat (KMS), dapat diketahui ada tidaknya hambatan pertumbuhan (Sediaoetama, 2000).

Masa Balita sangat rawan terhadap berbagai macam penyakit. Jaringan tubuh pada masa Balita belum sempurna dan belum kuat seperti halnya pada orang dewasa, sehingga pada Balita daya tahan tubuh masih rendah. Penyakit yang menyerang Balita bersifat akut dan bisa membahayakan. Oleh sebab itu pada masa Balita harus diberikan tindakan preventif yang bisa mencegah terjadinya penyakit, antara lain diberikan makanan yang bergizi dan aman sesuai dengan kebutuhannya, diberikan beberapa imunisasi untuk mempertebal ketahanan tubuh dari berbagai penyakit yang bisa membahayakan kondisi kesehatan balita (Suhardjo, 1992).

C. Status Gizi

Status gizi atau nutrition status merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk, 2002), Menurut Almatsier (2002), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan dalam status gizi kurang, gizi baik, gizi lebih.

Penilaian status gizi, melalui beberapa aspek yaitu klinis, laboratoris, antropometris, khususnya untuk keperluan klasifikasi status gizi yang sering digunakan adalah klasifikasi aspek antropometris. Salah satunya adalah baku antropometri, secara umum antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Parameter antropometri merupakan salah satu penilaian status gizi. Ada beberapa cara penilaian aspek antropometris disebut Indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang biasa digunakan pada Balita adalah BB/U, TB/U, BB/TB (Supariasa dkk, 2002).

1. Pengertian Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan merupakan salah satu parameter antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Berat badan merupakan parameter yang labil, karena dalam keadaan normal berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur, sebaliknya dalam keadaan yang abnormal khususnya keadaan kurang gizi dapat berkembang lebih lambat. Karena sifat berat badan yang labil maka indeks berat badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi Balita saat ini Current Nutritional Status (Supariasa dkk, 2002).

Kelebihan indeks BB/U adalah lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan Over Weight (Supariasa dkk, 2002).

Sedangkan kelemahan indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema atau asites, umur sering sulit ditaksir dengan tepat karena pencatatan umur yang belum baik, memerlukan data umur yang akurat terutama untuk Balita, sering terjadi kesalahan pengukuran, secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat (Supariasa dkk, 2002).

2. Pengertian Tinggi Badan Menurut Umur

Tinggi badan adalah salah satu parameter yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak pada waktu yang relatif lama. Tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu (Poedyasmoro, 2002).

Kelebihan indeks TB/U adalah : baik untuk menilai status gizi masa lampau dan ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa (Soetjiningsih, 1998).

Kelemahan indeks TB/U adalah tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya. Ketepatan umur sulit didapat (Soetjiningsih, 1998).

3. Pengertian Berat Badan Menurut Tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini dan indeks yang independen terhadap umur (Roedjito, 1989). Keuntungan indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus).

Kelemahan indeks BB/TB adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umur. Dalam praktek sering mengalami kesulitan mengukur tinggi badan kelompok balita, membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lebih lama, membutuhkan dua orang untuk melakukannya, sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama dilakukan oleh kelompok tidak profesional (Poedyasmoro, 2002).

4. Pengertian Klasifikasi Status Gizi Balita

Dari indeks antropometri yang digunakan, dibutuhkan ambang batas untuk menginterpretasikannya. Salah satu cara penyajian ambang batas adalah dengan menggunakan Standar deviasi unit ini disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk memantau pertumbuhan Balita (Poedyasmoro, 2002). Rumus perhitungan Z-skor adalah :

Z-skor= Nilai individu subyek-Nilai median baku rujukan

Nilai simpangan baku rujukan

Klasifikasi status gizi Balita berdasarkan SK MENKES RI, NO: 920/Menkes/SK/VIII/2002 adalah :

a. Indeks BB/U

1) Gizi baik bila Z-skor terletak antara M -2 s/d + 2.

2) Gizi kurang bila Z-skor terletak antara M -3 s/d -2.

3) Gizi buruk bila Z-skor terletak < M -3.

4) Gizi lebih bila Z-skor terletak > M +2.

b. Indeks TB/U

1) Normal bila Z-skor M -2.

2) Pendek bila Z-skor terletak antara > M -3 s/d -2.

3) Tinggi > M +2.

c. Indeks BB/TB

1) Normal bila Z-skor terletak antara M -2 s/d +2.

2) Kurus (wasted) bila Z-skor terletak antara > M -3 s/d M +2.

5. Klasifikasi Status Gizi dan ambang batas

a. Berkaitan dengan tujuannya untuk program-program perbaikan gizi masyarakat (DepKes). Khususnya Direktorat Gizi dan Puslitbang Gizi, yang sampai sekarang menitik beratkan pada Balita menetapkan beberapa indeks tunggal yang dapat di pergunakan untuk penilaian status gizi, sebagaimana tercantum pada tabel 1 :

Tabel 1: Klasifikasi Berdasarkan Loka karya Antropometri Gizi DepKes 1974 dan Menurut Puslitbang Gizi 1978

KategoriBB/U*TB/U*BB/TB*LLA/U*LLA/TB*

Gizi Baik Normal100-80100-95100-90100-85100-85

Gizi Kurang