STATUS GIZI USILA

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia Usia lanjut merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Menurut pengertian gerontologi, lansia adalah suatu tahap dalam hidup manusia mulai dari bayi, anak-anak, remaja, tua, dan lanjut usia. Lansia bukanlah penyakit melainkan suatu proses alami yang tidak bisa dihindarkan. 11 Boedhi- Darmojo memaparkan proses menua secara sehat (healthy aging) yang menjadi harapan setiap orang. Proses menua secara sehat tersebut dipengaruhi oleh faktor endogenik seperti genetik, proses penuaan; dan eksogenik yang terdiri dari faktor lingkungan dan gaya hidup seperti yang ditunjukkan skema di bawah ini (gambar 1). 5 Gambar 1. Model healthy aging dengan faktor-faktornya (Sumber : Boedhi-Darmojo, 2008) 5 Healthy Aging (Menua Sehat) Cellullar Exogenic Factors Life - Style Environment Organ Tissue Anatomical Endogenic Aging Healthy Aging (Menua Sehat) Cellullar Exogenic Factors Life - Style Environment Organ Tissue Anatomical Endogenic Aging

description

LANJUT USIA

Transcript of STATUS GIZI USILA

Page 1: STATUS GIZI USILA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Batasan Lanjut Usia

Usia lanjut merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Menurut pengertian

gerontologi, lansia adalah suatu tahap dalam hidup manusia mulai dari bayi, anak-anak,

remaja, tua, dan lanjut usia. Lansia bukanlah penyakit melainkan suatu proses alami

yang tidak bisa dihindarkan.11 Boedhi-Darmojo memaparkan proses menua secara sehat

(healthy aging) yang menjadi harapan setiap orang. Proses menua secara sehat tersebut

dipengaruhi oleh faktor endogenik seperti genetik, proses penuaan; dan eksogenik yang

terdiri dari faktor lingkungan dan gaya hidup seperti yang ditunjukkan skema di bawah

ini (gambar 1).5

Gambar 1. Model healthy aging dengan faktor-faktornya

(Sumber : Boedhi-Darmojo, 2008)

Dalam mendefinisikan batasan penduduk usia lanjut menurut Badan Koordinasi

Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek

biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial.12

a. Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan

secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.

5

Healthy Aging(Menua Sehat)

Cellullar

Exogenic Factors

Life - StyleEnvironment

OrganTissue

Anatomical

Endogenic Aging

Healthy Aging(Menua Sehat)

Cellullar

Exogenic Factors

Life - StyleEnvironment

OrganTissue

Anatomical

Endogenic Aging

Page 2: STATUS GIZI USILA

Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta

sistem organ.

b. Secara ekonomi, penduduk lansia lebih dipandang sebagai beban daripada sebagai

sumber daya, bahkan ada mengidentikan kehidupan masa tua sebagai beban keluarga

dan masyarakat.

c. Dari aspek sosial, penduduk lansia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di

Eropa, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Akan tetapi,

penduduk lansia di Indonesia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus

dihormati oleh warga muda.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 3

yaitu: lanjut usia (elderly) 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia

sangat tua (very old) di atas 90 tahun.2 Dalam penelitian ini digunakan batasan umur

menurut Depkes (2009) dalam Anggraini (2008), di mana batasan lansia yang dipakai

meliputi beberapa kelompok yaitu: kelompok usia virilitas / pra senilis 45 – 59 tahun,

kelompok usia lanjut 60 – 69 tahun, dan kelompok usia lanjut resiko tinggi yaitu usia

lebih dari 70 tahun.11,13

2.2 Permasalahan Kesehatan Pada Lanjut Usia

Seiring dengan terjadinya proses menua, manusia secara progresif akan

kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan semakin banyak terjadi abnormalitas

metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti hipertensi,

aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker.11,12 Parameter yang pasti dalam proses

penuaan ini sukar didapat. Parameter masa usia kadang-kadang tidak sesuai dengan

parameter biologis.5,11,14 Problema fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada usia

lanjut adalah:

1. Mudah lelah, hal ini dapat disebabkan oleh

a. Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, depresi)

b. Gangguan organis

2. Kekacauan pikiran, dapat disebabkan oleh alkohol, penyakit metabolik, dehidrasi atau

gangguan fungsi otak dan hati

3. Nyeri dada, dapat disebabkan oleh:

Penyakit jantung koroner yang menyebabkan iskemia jantung

6

Page 3: STATUS GIZI USILA

Aneurisma aorta

Perikarditis (radang selaput jantung)

Gangguan pada sistem alat pernapasan

4. Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, dapat disebabkan karena:

Kelemahan jantung

Gangguan sistem saluran nafas

Lain-lain, misalnya: keadaan badan yang lemah, anemia, faktor psikologis

5. Berdebar-debar, dapat disebabkan oleh:

Gangguan irama jantung, penyakit kronis, faktor psikologis

6. Pembengkakan pada kaki bagian bawah, dapat disebabkan karena:

Gagal jantung

Kekurangan vitamin B1

Gangguan penyakit hati

Penyakit ginjal

7. Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan oleh karena

Gangguan sendi pada tulang belakang (osteoporosis, osteomalasi)

Gangguan pankreas

Gangguan ginjal, bisa berupa batu ginjal

8. Nyeri pada sendi pinggul, biasanya disebabkan karena

Gangguan sendi pinggul (radang atau keropos)

Kelainan tulang sendi (patah tulang, dislokasi)

Kelainan saraf punggung bagian bawah yang terjepit

9. Berat badan menurun, dapat disebabkan karena

Nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup

Penyakit kronis tertentu

Gangguan pada saluran pencernaan

Faktor ekonomis (pensiunan)

10. Sering ngompol, hal ini dapat disebabkan oleh:

Obat diuretika dan obat penenang

Radang kantung kemih dan saluran kemih

Faktor psikologis

11. Gangguan pada ketajaman penglihatan, dapat disebabkan karena:

7

Page 4: STATUS GIZI USILA

Presbiopia (rabun jauh)

Katarak (kekeruhan lensa)

Glaukoma (tekanan dalam bola mata yang tinggi)

12. Gangguan pada pendengaran, dapat disebabkan karena:

Kelainan degeneratif (otosklerosis), dimana ketulian pada usia lanjut sering

menyebabkan mental confusion.

13. Gangguan tidur, dapat disebabkan karena:

Faktor ekstrinsik: lingkungan yang kurang tenang

Faktor intrinsik: dapat organik atau psikogenik

14. Keluhan pusing atau sakit kepala, dapat disebabkan karena:

Gangguan lokal: migraine, glaukoma, sinusitis, sakit gigi dll

Penyakit sistemis seperti hipoglikemia atau uremia

Psikologis : kecemasan, masalah kehidupan, dll.

Ciri-ciri khas gangguan penyakit pada usia lanjut pada umumnya bersifat ganda

(multiple), kumulatif, tanpa gejala, progresif, berlangsung lama dan tumpang tindih

(overlapping).5,14 Pada orang-orang sakit dengan lanjut usia sering kali harus

dipertimbangkan kemungkinan adanya penyakit keganasan pada organ tertentu yang

mudah menyebar pada organ tubuh lainnnya.

2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan Lansia

2.3.1 Jenis Kelamin

Laki – laki memiliki risiko status kesehatan rendah yang lebih besar dibandingka

perempuan. Hal ini dikarenakan laki – laki lebih rentan terhadap paparan faktor – faktor

eksogen dibandingkan perempuan. Selain itu, hal ini juga didukung oleh usia harapan

hidup perempuan yang terbukti lebih lama daripada laki-laki. Peningkatan usia harapan

hidup pada perempuan lebih mendominasi yakni 52% dibandingkan usila laki-laki

sebanyak 48%.4,14

Menurut jenis kelamin dapat dilihat bahwa angka penduduk lansia perempuan

dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan penduduk usila laki-laki (43,99%

berbanding 18,76%).14Secara genetis kromosom perempuan yang terdiri dari kromosom

x dianggap lebih kuat dibandingkan kromosom x dan y yang dimiliki pria, sehingga

perempuan dianggap lebih tahan terhadap serangan penyakit, namun banyak pula

8

Page 5: STATUS GIZI USILA

penyakit endogen seperti kanker yang menyerang kaum perempuan seperti kanker

payudara dan leher rahim.15 Karenanya banyak penelitian tentang kesehatan selalu

membandingkan antar jenis kelamin laki – laki dan perempuan.

2.3.2 Status Pernikahan

Status pernikahan lansia akan mempengaruhi pola perilaku kehidupan yang

dijalaninya. Kebanyakan penduduk lansia bergantung pada pasangannya sehingga cara

pandang dalam menjalani hidup akan berbeda antara yang tidak mempunyai pasangan

dengan yang masih mempunyai pasangan.11

Menurut penelitian Rimbawan (2007), menunjukkan bahwa status perkawinan

lansia baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun pedesaan polanya relatif sama.

Lebih dari 65% lansia masih berstatus kawin, kemudian proporsi besar kedua yaitu

sekitar 27% berstatus cerai mati, kemudian disusul oleh yang belum kawin (sedikit di

atas 4%), dan cerai hidup (hampir 2%). Padahal secara umum dalam satu rumah tangga

yang bertindak sebagai kepala keluarga dan sekaligus juga sebagai penopang ekonomi

keluarga adalah pihak suami. Kondisi seperti ini dapat mempercepat munculnya

masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa khususnya bagi lansia

perempuan cerai mati.15 Karena usia harapan hidup perempuan yang lebih panjang

dibandingkan laki-laki, maka lebih banyak usila perempuan yang ditinggal meninggal

lebih dulu oleh suaminya, dan karena perbedaan gender menyebabkan perempuan

terbiasa mengurus dirinya sendiri, sehingga lebih siap untuk tinggal sendiri. Sedangkan

usila laki-laki lebih banyak berstatus kawin.6,16

2.3.3 Status Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan

keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari

kualitas pendidikan. Pendidikan yang memadai mempunyai andil besar terhadap

kemajuan sosial ekonomi seseorang. Pendidikan yang makin tinggi dapat menghasilkan

keadaan sosial ekonomi yang makin baik dan kemandirian yang makin mantap.16

Pendidikan yang telah dijalani penduduk lansia akan berpengaruh terhadap

pengetahuan, wawasan, dan pandangan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh pula

terhadap pola perilaku kehidupan dan aktivitas sehari-hari, termasuk pola makan, cara

9

Page 6: STATUS GIZI USILA

pandang terhadap hidup sehat, dan akses mereka terhadap pelayanan kesehatan.

Pendidikan dapat mempengaruhi kesehatan melalui berbagai cara. Penduduk lansia

yang semakin terdidik lebih mampu memilih fasilitas pelayanan kesehatan atau dokter

yang lebih berkualitas, lebih tahu resiko pola hidup tidak sehat (seperti merokok atau

minum alkohol), dan lebih mampu dalam mencegah gejala serangan penyakit secara

tiba-tiba.17

Kondisi pendidikan lansia di Indonesia masih sangat memprihatinkan karena

diperkirakan sekitar 60% dari penduduk lansia tidak pernah memperoleh pendidikan

formal. Hal ini sejalan dengan penelitian Boedhi-Darmojo di Jawa Tengah pada tahun

1991 di mana sebagian besar para usila mempunyai pekerjaan sebagai tenaga kerja tidak

terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga profesional. Penelitian di

Semarang juga disebutkan bahwa tingkat pendidikan seorang lansia berbanding positif

langsung dengan tingkat kesehatan mereka.5,17

2.3.4 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh individu atau masyarakat yang dapat

mencerminkan hasil keseimbangan antara konsumsi gizi dengan kebutuhan tubuh akan

zat gizi. Sedangkan penilaian status gizi merupakan proses pengumpulan informasi dan

membuat interpretasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan. Menilai status gizi pada

lansia memerlukan metode pengukuran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi pada

struktur tubuh, komposisi tubuh, serta penurunan fungsi-fungsi organ tubuh. Metode

yang bisa digunakan antara lain pengukuran antropometri, pemeriksaan klinis, biokimia,

dan evaluasi konsumsi makanan.16

Masalah gizi yang umum terjadi pada usila selain kekurangan gizi juga

kelebihan gizi yang merupakan faktor resiko beberapa penyakit degeneratif.18 Dalam

proses menua, berbagai perubahan gaya hidup dan fisiologis terjadi, seperti

berkurangnya asupan makanan, berkurangnya olahraga, dan kehilangan massa otot. Gizi

yang kurang bagi usila merupakan faktor resiko berbagai masalah kesehatan dan

berkaitan dengan menurunnya otonomi, meningkatnya risiko penyakit infeksi, dan

meningkatnya angka mortalitas.19 Bagi usila, pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan

dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan yang dialaminya. Selain itu, hal ini dapat menjaga kelangsungan

10

Page 7: STATUS GIZI USILA

pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Pola makan yang teratur 3

kali sehari disarankan pada kelompok ini. Kebutuhan kalori pada usila berkurang karena

berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang

dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya: untuk

jantung, usus, pernafasan, dan ginjal.5

Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan

di masyarakat. Salah satu metodenya adalah pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun

ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Pengukuran IMT menggunakan rumus BB (kg) / TB2 (m), di mana ambang normal IMT

untuk orang Indonesia adalah 18,6 – 25,0 kg/m2 .4,16

2.3.5 Penyakit pada Usila

Meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang

kompleks bagi lansia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami

proses menjadi tua mengakibatkan para lansia mengalami perubahan fisik dan mental,

yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Transisi demografi ke arah menua

akan diikuti oleh transisi epidemiologi ke arah penyakit degeneratif seperti rematik,

diabetes, hipertensi, jantung koroner, dan neoplasma.4,11 Angka kesakitan penduduk

lansia tahun 2009 sebesar 30,46% artinya bahwa setiap 100 orang usila, sekitar 30 orang

di antaranya mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk usila perkotaan 27,20% lebih

rendah dibandingkan usila pedesaan 32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat

kesehatan usila daerah pedesaan lebih rendah. Bila dilihat perkembangannya, derajat

kesehatan penduduk usila relatif tidak berbeda. Angka kesakitan penduduk usila pada

tahun 2005 sebesar 29,98% dan tahun 2009 sebesar 30,46 %.

Kebiasaan berobat serta cara berobat yang dilakukan seseorang, merupakan

salah satu faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah orang yang

bersangkutan telah memiliki perilaku hidup sehat. Berdasarkan Profil Penduduk Lanjut

Usia 2010, ternyata 32,24% lanjut usia mencari pengobatan di puskesmas, namun masih

ada yang mengobati sendiri dengan menggunakan obat modern 60,47%, dan obat

tradisional 10,87%.4

11

Page 8: STATUS GIZI USILA

Salah satu penyakit yang banyak diderita lansia adalah hipertensi. Hipertensi

pada lansia mempunyai prevalensi yang tinggi, pada usia di atas 65 tahun didapatkan

antara 60-80%. Selain itu prevalensi gagal jantung dan stroke juga tinggi, keduanya

merupakan komplikasi hipertensi. Oleh karena itu, penanggulangan hipertensi amat

penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada usia lanjut.

Penanggulangan hipertensi pada lansia amat bermanfaat dan telah terbukti dapat

mengurangi kejadian komplikasi kardiovaskular. Sesuai Konsensus Penanggulangan

Hipertensi yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Hipertensi Indonesia, pengobatan

dimulai bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg bila kondisi dan harapan hidup baik,

atau tekanan darah sistolik > 140 bila disertai diabetes melitus atau merokok atau

disertai faktor resiko lainnya.20

Menurut Setiati dkk (2009), gangguan yang sering menjadi masalah terhadap

kemandirian lanjut usia dikenal dengan istilah “14 i”, yaitu immobilisasi (berkurangnya

kemampuan gerak), instabilitas postural (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah

jatuh), intellectual impairment (gangguan intelektual), isolation (depresi), insomnia

(susah tidur), inkontinensia urine (mengompol), impotence (impotensi), immune

deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), infection (infeksi), inanition (kurang gizi),

irritable colon (gangguan saluran cerna), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-

obatan), impaction (konstipasi), impairment of vision, hearing, taste, smell,

communication, convalenscence, and skin integrity (gangguan panca indera,

komunikasi, penyembuhan, dan kulit), serta impecunity (berkurangnya kemampuan

keuangan).5,21 Kemunduran fungsi tubuh dan kemunduran peran akan sangat

berpengaruh pada kemandirian lansia. Oleh karena itu, untuk mengetahui healthy life

expectancy atau perkiraan masa hidup sehat, dimana lansia dapat beraktivitas tanpa

memerlukan bantuan dapat dievaluasi dari tingkat kemandirian lansia menggunakan

kuisioner ADL Barthel (Activity Daily Living).18,21

2.3.6 Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan

sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap

sebagai faktor resiko dari berbagai penyakit. Lebih dari 57% setiap rumah tangga pada

masyarakat Indonesia mempunyai sedikitnya seorang perokok dalam rumahnya, dan

12

Page 9: STATUS GIZI USILA

91,8% perokok tersebut merokok di rumah. Karenanya diperkirakan sekitar 43 juta

anak-anak dan ibu rumah tangga yang terkena paparan asap rokok secara terbuka

sebagai perokok pasif yang bahayanya lebih besar diderita oleh mereka yang bukan

perokok. Dari gambaran di atas maka pada saatnya akan timbul berbagai penyakit

seperti penyakit pembuluh darah jantung dan otak, diabetes, penyakit paru-paru, kanker,

dan lain-lain.17

Merokok merupakan faktor resiko terpenting untuk terjadinya penyakit tidak

menular, karena dapat menyebabkan arteriosklerosis dini, penyakit jantung koroner,

penyakit paru obstruktif kronis, serta kanker paru, laring, rongga mulut, pankreas, dan

esofagus, selain itu, juga dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar lemak dalam

darah sebagai faktor resiko terjadinya stroke, penyakit jantung, dan pembuluh darah.21,22

Setiati dkk (2009) membuktikan bahwa merokok menurunkan kadar

kolesterol HDL. Penurunan HDL pada laki-laki rata-rata 4,5 mg/dl dan pada perempuan

6,5 mg/dl. Perokok dikategorikan sebagai21:

a. Perokok ringan : < 10 batang/hari

b. Perokok sedang : 10 – 20 batang/hari

c. Perokok berat : >20 batang/hari

2.3.7 Olahraga

Olahraga adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran

tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan

kualitas hidup yang sehat dan bugar.4 Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan

gaya hidup di mana gerak fisik yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental

maksimal. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan

gizi seseorang dan selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit.11

Pola hidup juga bisa mempengaruhi kerentanan fisik terutama kurangnya

aktivitas fisik. Akibatnya, timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes

melitus, penyakit jantung, hipertensi, keganasan, dan lain-lain. Gaya hidup pada zaman

modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti jarang bergerak

karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya

teknologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci. Gaya hidup seperti itu tidak

13

Page 10: STATUS GIZI USILA

baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang

bergerak, sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit.15

Olah raga apapun baik untuk kesehatan seperti senam, berenang, jalan kaki,

yoga, taichi, dan lain-lain. Berolah raga bersama orang lain lebih menguntungkan,

karena dapat bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, mendapat kenalan baru,

serta mengadakan kegiatan lainnya, seperti berwisata dan makan bersama. Kebanyakan

olah raga dilakukan pada pagi hari setelah subuh, di mana udara masih bersih. Berolah

raga dapat menurunkan kecemasan dan mengurangi perasaan depresi dan rendah diri.

Selain fisik sehat, jiwa juga terisi, membuat kita merasa muda dan sehat di usia tua.23

Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan

akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usila kemampuan akan turun

antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usila ingin berolahraga harus memilih sesuai

dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usila

perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu

relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalitenik, tidak kompetitif, atau bertanding.15

Beberapa tahun terakhir ini banyak dilakukan penelitian mengenai proses

menua. Dari penelitian tadi disimpulkan, usaha-usaha untuk menanggulangi proses

menua, sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Latihan-latihan olahraga merupakan cara

yang sangat baik untuk menanggulangi proses menua. Jantung, otak, dan fungsi-fungsi

pengatur badan akan mendapatkan keuntungan dari berolahraga.4,22

2.3.8 Pola Tidur

Istirahat yang cukup diperlukan agar tubuh kembali ke kondisi normal setelah

digunakan untuk beraktifitas. Istirahat terbaik adalah tidur. Tidur 6 – 8 jam sehari sudah

lebih dari cukup. Tidur terlalu lama, akan cenderung mengganggu kesehatan. Saat tidur

pun tubuh butuh nutrisi. Bila tidur terlalu lama, tubuh akan mengalami katabolik.

Akibatnya, akan semakin merasa malas, tidak bertenaga, dan memboroskan waktu.11

Kurang tidur dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mengingat

informasi yang kompleks. Umumnya manusia bisa tidur dalam 6 – 8 jam sehari. Tapi

terkadang ada orang yang bisa tidur di bawah 6 jam. Kurang tidur berdampak negatif

bagi tubuh kita seperti kurang konsentrasi, cepat marah, lesu, dan lelah. Setiap tahun

14

Page 11: STATUS GIZI USILA

diperkirakan sekitar 20 – 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan

sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada

usila cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus

yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.21 Hasil riset

terbaru para ahli dari University of Chicago membuktikan, tiga hari mengalami kurang

tidur, kemampuan tubuh dalam memproses glukosa akan menurun secara drastis,

sehingga dapat meningkatkan resiko mengidap diabetes.24

2.3.9 Pekerjaan atau Pendapatan

Bekerja adalah suatu kegiatan jasmani atau rohani yang menghasilkan sesuatu.

Bekerja sering dikaitkan dengan pendapatan dan pendapatan sering dikaitkan dengan

kebutuhan manusia.16 Untuk itu agar dapat tetap hidup manusia harus bekerja. Dengan

bekerja orang akan dapat memberi makan dirinya dan keluarganya, dapat membeli

sesuatu, dan dapat memenuhi kebutuhannya yang lain. Saat ini ternyata di antara

kelompok lansia banyak yang tidak bekerja atau tidak memiliki pendapatan sendiri.

Tingkat pengangguran usila relatif tinggi di daerah perkotaan, yaitu 2,2%. Dengan

makin sempitnya kesempatan kerja maka kecenderungan pengangguran kelompok

lansia akan semakin banyak. Partisipasi angkatan kerja makin tinggi di pedesaan

daripada di kota.

Lansia yang masih bekerja sebagian besar terserap dalam bidang pertanian dan

perdagangan.4 Lansia lebih banyak yang bekerja di sektor perdagangan yaitu 38,4%

sedangkan yang bekerja di sektor pertanian 27,0%, sisanya berada di sektor jasa 17,3%,

industri 9,3%, angkutan 3,3%, bangunan 2,8%, dan sektor lainnya relatif kecil 1%.4

Seringkali mereka menemukan kenyataan bahwa sangat sedikit kesempatan kerja yang

tersedia bagi mereka, walaupun mereka ingin bekerja dan sanggup untuk melakukan

pekerjaan tersebut. Hal ini dikarenakan pendidikan yang dimiliki lansia tidak lagi

terarah pada pasar tenaga kerja dan tidak dimasukkan dalam kebijakan–kebijakan

pendidikan yang berkelanjutan.

Pembinaan ketrampilan dan pelatihan yang dilakukan terus-menerus hanya

berlaku bagi orang-orang muda. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya lansia bersaing

di pasaran kerja, sehingga banyak lansia yang tidak bekerja meskipun tenaganya masih

15

Page 12: STATUS GIZI USILA

kuat dan mereka masih berkeinginan untuk bekerja. Ada beberapa kondisi yang

membatasi kesempatan kerja bagi usila24:

a. Wajib pensiun, pemerintah dan sebagian besar industri/perusahaan mewajibkan

pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka tidak mau lagi merekrut pekerja

yang mendekati usia wajib pensiun, karena waktu, tenaga, dan biaya untuk melatih

mereka sebelum bekerja relatif mahal.

b. Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para lansia sulit

mendapatkan pekerjaan.

c. Sikap sosial, kepercayaan bahwa pekerja yang sudah tua mudah kena kecelakaan,

karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan teknik-teknik modern

merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk mempekerjakan lansia.

d. Fluktuasi dalam daur usaha, jika kondisi usaha suram maka kelompok lansia yang

pertama kali harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang yang lebih muda

apabila kondisi usaha sudah membaik.

Sebagaimana dengan manusia lainnya, penduduk lansia mempunyai kebutuhan-

kebutuhan untuk melanjutkan hidupnya. Karena itu, penduduk lansia perlu memiliki

sumber pendapatan mandiri yang memadai untuk memenuhi kebutuhannya agar

kehidupannya sejahtera.4

2.3.10 Lingkungan Tempat Tinggal

Secara umum lansia cenderung tinggal bersama anaknya yang telah menikah25.

Tingginya kelompok usila yang tinggal dengan anaknya menunjukkan masih kuatnya

norma bahwa kehidupan orang tua merupakan tanggung jawab anak-anaknya. Survei

yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

terhadap 400 penduduk usia 60 – 69 tahun, yang terdiri dari 329 pria dan 71 wanita,

menunjukkan bahwa hanya sedikit penduduk lanjut usia yang tinggal sendiri (1,5%),

diikuti oleh yang tinggal dengan anak (3,3%), tinggal dengan menantu (5,0%), tinggal

dengan suami/istri dan anak (29,8%), tinggal dengan suami,istri dan menantu (19,5%),

dan penduduk lanjut usia yang tinggal dengan pasangannya (18,8%).25

Penduduk lansia yang hidup sendiri secara umum memiliki tingkat kesejahteraan

yang lebih rendah dibanding dengan lansia yang tinggal dengan keluarganya.21,24,25

Penelitian oleh Haris (2011) menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di Panti Sosial

16

Page 13: STATUS GIZI USILA

Tresna Wredha lebih banyak mengalami depresi dibandingkan dengan lansia yang

diasuh oleh keluarganya.26 Hidup bersama dengan keluarga lebih memberikan rasa

aman dan menghilangkan rasa kesepian bagi penduduk lansia. Kebutuhan psikososial

dari penduduk lansia lebih dapat terpenuhi jika mereka hidup bersama keluarga/anak

mereka. Kondisi psikososial yang lebih baik akan dapat menopang status kesehatan dan

berdampak positif bagi kondisi kesehatan lansia.5,18,23

2.3.11 Kesehatan Psikologis / Depresi Pada Lansia

Depresi adalah salah satu gejala psikiatri yang paling sering ditemui pada lansia.

Depresi juga merupakan salah satu faktor resiko tersering terjadinya kasus bunuh diri

dan penurunan status kesehatan pada lansia akibat penelantaran diri. Faktor resiko pada

populasi yang cenderung melakukan bunuh diri dan penelantaran diri yaitu: Laki-laki,

usia lanjut, individu yang terisolasi.7

Menurut teori Erikson, kepribadian terus berkembang dan terus tumbuh dengan

perjalanan kehidupan. Perkembangan ini melalui beberapa tahapan psikososial seperti

melalui konflik-konflik yang terselesaikan oleh individu tersebut yang dipengaruhi oleh

maturitas kepribadian pada fase perkembangan sebelumnya, dukungan lingkungan

terdekatnya dan tekanan hidup yang dihadapinya.15,22 Erikson menyebutkan adanya

krisis integrity versus despair yaitu individu yang sukses melampaui tahapan tadi akan

beradaptasi dengan baik, menerima segala perubahan yang terjadi dengan tulus dan

memandang kehidupan dengan rasa damai dan bijaksana. Contoh resolusi yang kurang

berhasil akan dicirikan dengan perasaan bahwa hidup ini terlalu pendek, dengan

perasaan tidak memiliki, pemberontakan, rasa marah, dan putus asa. Kondisi ini akan

menyebabkan lansia rentan terhadap depresi.15

Depresi juga termasuk salah satu faktor yang menyebabkan penurunan nafsu

makan dan berat badan pada lansia, defisit sosial akibat isolasi diri, serta munculnya

keluhan – keluhan somatis pada orang lanjut usia. Keluhan – keluhan kesehatan fisik

yang diungkapkan para lansia dapat bertumpang tindih dengan keadaan depresi/ mental

yang menyertainya.11 Oleh karena itu, depresi dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan lansia dan dapat pula sebagai dampak dari menurunnya status kesehatan fisik

lansia akibat menderita penyakit degeneratif yang tidak kunjung sembuh dan

memerlukan kontrol yang berkelanjutan.5,15

17