uas makalah Polhkum

63
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia – Nya yang pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah Tugas Akhir ini (UAS), dengan Judul Peranan Pemerintah Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Pembentukan Peraturan Hukum Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia ”, akan tetapi penulis sadari meskipun banyak masukan, arahan, bimbingan yang diberikan Dosen sebagai upaya penyempurnaan dalam penyusunan Tugas Akhir (UAS) ini, namun penulis rasakan bahwa Tugas Akhir (UAS) ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Hal ini merupakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dan bukan merupakan suatu kesengajaan. Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya masukan, kritik serta saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir (UAS) ini Akhirnya besar harapan penulis agar Tugas Akhir (UAS) ini dapat bernilai strategis dan bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan menggunakannya untuk kepentingan dan kemajuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1

Transcript of uas makalah Polhkum

KATA PENGANTARDengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia Nya yang pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah Tugas Akhir ini (UAS), dengan Judul Peranan Pemerintah Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Pembentukan Peraturan Hukum Dalam Penegakan Hak Asasi Manusia , akan tetapi penulis sadari meskipun banyak masukan, arahan, bimbingan yang diberikan Dosen sebagai upaya penyempurnaan dalam penyusunan Tugas Akhir (UAS) ini, namun penulis rasakan bahwa Tugas Akhir (UAS) ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Hal ini merupakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dan bukan merupakan suatu kesengajaan. Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya masukan, kritik serta saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir (UAS) ini Akhirnya besar harapan penulis agar Tugas Akhir (UAS) ini dapat bernilai strategis dan bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan menggunakannya untuk kepentingan dan kemajuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------1DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------------2BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------------- 3A. Latar Belakang -------------------------------------------------------------------------------- 4B. Rumusan Masalah ---------------------------------------------------------------------------- 6C. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------------------------ 6D. Manfaat penelitian ----------------------------------------------------------------------------- 6E. Metode Penelitian ------------------------------------------------------------------------------ 7F. Kerangka Teori ----------------------------------------------------------------------------------8BAB II PEMBAHASAN ---------------------------------------------------------------------------------12A. Konsep Negara Hukum Dan Asas-Asas Umum Perundang-Undangan Dalam Hak Asasi Manusia ------------------------------------------------------------------------------------13B. Kebijakan dan Penyelesaian Dalam Penegakan Kasus HAM ----------------------24C. Impelementasi Pemerintah Dalam Penegakan Ham------------------------------------33BAB III PENUTUP ----------------------------------------------------------------------------------------40A. Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------------------------40B. Saran -----------------------------------------------------------------------------------------------40DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------------------------------42

B A B IP E N D A H U L U A NA. Latar BelakangPeranan politik hukum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mengatur dan menegakkan keadilan HAM. dalam perjalana HAM di Indonesia masih belum berjalan dengan efektif. Dimana masih terdapat kelemahan demi kelemahan dalam penegakan HAM serta dalam perakteknya masih banyak yang tertindas dan kehilangan HAM mereka. Di perlukan suatu langkah hukum yang tegas dan lugas dalam penegakan HAM yang memang pada prakteknya walau pun sudah ada undang-undang HAM. Para penggiat HAM sudah sangat sering menyuarakan keadilan dan ketegasan dalam penegakan HAM di Indonesia. Pelanggaran HAM adalah pelanggaran atau kelalaian terhadap kewajiban asasi yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Namun tidak semua pelanggaran yang berkenaan dengan hak merupakan pelanggaran HAM. Yang termasuk dalam pelanggaran HAM diantaranya pelecehan dan pembunuhan,Dalam UU HAM no 39 Tahun 1999 dikatakan Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.[footnoteRef:1] Sehingga dalam undang-undang HAM ini sangat jelas bahwa setiap orang maupun Negara baik sengaja maupun tidak sengaja melawan hukum ,mengurangi dan membatasi atau mencabut dijamin oleh undang-undang. Sebagai Negara yang mendasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, segala aspek kehidupan dalam bidang Kemasyarakatan, Kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Untuk mewujudkan Negara hukum tersebut diperlukan tatanan yang tertib antara lain dibidang pembentukan peraturan perundang-undangan. Tertib pembentukan peraturan perundang-undangan harus dirintis sejak saat perencanaan sampai dengan pengundang-undangannya. Untuk membentuk peraturan perundang-undangan yang baik diperlukan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan sistem, asas, tata cara penyiapan dan pembahasan, teknik penyusunan maupun pemberlakuannya. Selama ini terdapat berbagai macam ketentuan yang berkaitan dengan pembentukan peraturan perundang-undangan termasuk teknik penyusunan perundanga-undangan diatur secara tumpang tindih baik peraturan yang berasal dari, masa kolonial maupun yang dibuat setelah Indonesia merdeka, yaitu : [1: UU HAM no 39 Tahun 1999 pasal 1 ayat 6]

1. Algemeene Bepalingen van Wetgeving vorr Indonesie, yang disengkat AB (Stb. 1874: 23) yang mengatur ketentuan-ketentuan umum peraturan perundang-undangan. mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan, ketentuan AB tersebut tidak lagi berlaku secara utuh karena telah diatur dalam peraturan perundang-undangan nasional.. 2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Menetapkan Undang-undang Darurat tentang Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia Serikat dan tentang Mengeluarkan, Mengumumkan dan Mulai Berlakunya Undang-undang Federal dari Peraturan Pemerintah sebagai Undang-undang Federal. 3. Selain Undang-undang tersebut, terdapat pula ketentuan : a. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1945 tentang Pengumuman dan Mulai Belakunya Undang-undang dan Peraturan Pemerintah; b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234 Tahun 1960 tentang Pengembalian Seksi Pengundangan Lembaran Negara dari Departemen Kehakiman ke Sekretariat Negara; c. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1970 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia; d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 188 Tahun 1998 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang; e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden.

B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, penulis mencoba merumuskan beberapa pokok permasalahan melalui beberapa pertanyaan pokok, 1. Bagaimana peranan pemerintah dalam penegakan ham di indonesia sampai saat ini?2. Bagaimana implementasi asas demokratis yang terjadi sampai saat ini?C. Adapun Tujuan Makalah ini adalah1. Untuk mengetahui dan menganalisis urgensi konsep Negara hukum dan asas-asas umum perundang-undangan, dalam pembentukan penegakan ham.2. Untuk mengkaji implementasi asas demokrasi dalam pembentukan peraturan hukum yang demokratis.D. Manfaat PenelitianDari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk kepentingan akademis maupun untuk kepentingan praktis :a. Manfaat akademis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum pada khususnyab. Manfaat praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan wacana bagi para pemerintah dalam pembentukan peraturan hukum d demokratis serta bagi masyarakat luas untuk dapat berperan serta dalam pembentukan peraturan hukum yang demokratis.E. Metode Penelitian1. Metode PendekatanPendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan yang bersifat Yuridis Empiris. Penelitian yang berbasis pada inventarisasi hukum positif, penemuan azas-azas hukum dan penemuan hukum inconcretto, yang dilengkapi pengamatan operasionalisasi hukum secara empiris di masyarakat.2. Sumber DataPenelitian ini membutuhkan data dari bahan pustaka. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku rian, dan seterusnya.Jadi, data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi kepustakaan yakni denganmempelajari buku-buku, peraturan perundangan, dan semua bentuk tulisan yangberhubungan dengan objek penelitian

G. Kerangka TeoriIde Negara hukum (rechtsstaat) diintrodusir melalui RR 1854 dan ternyata dilanjutkandalam UUD1945 [footnoteRef:2] [2: Wignjosoebroto, Soetandijo, Sejarah Hukum , Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1994, hal:188; adjon,Philipus M.,Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif) , Facultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1994, hal:4]

Dengan demikian ide dasar Negara hukum Pancasila tidaklah lepas dari idedasar tentang rechtsstaat[footnoteRef:3]. Syarat-syarat dasar rechtsstaat : [3: Ibid. , hal:4-5]

1. Asas legalitas Setiap tindak pemerintahan harus didasarkan atas dasar peraturan perundang-undangan (wettelijke grondslag). Dengan landasan ini, Undang-Undang dalam arti formal dan UUD sendiri merupakan tumpuan dasar tindak pemerintahan[footnoteRef:4]. Dalam hubungan ini pembentukan Undang-Undang merupakan bagian penting Negara hukum. [4: Burkens, M.C.,Beginselen Van De Democratische Rechtsstaat, Tjeenk Willink, Zwole, 1990, hal:29; Ibid., hal:5]

2. Pembagian kekuasaanSyarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan Negara tidak boleh hanya bertumpu pada satu tangan.3. Hak-hak dasar (grondrechten)Hak-hak dasar merupakan sasaran perlindungan hukum bagi rakyat dan sekaligusmembatasi kekuasaan pembentukan Undang-Undang.4. Pengawasan pengadilanBagi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas untuk menguji keabsahan (rechtmatigheidstoetsing) tindak pemerintahan. Syarat-syarat dasar tersebut seyogyanya juga menjadi syarat dasar Negara hukum Pancasila. Untuk hal tersebut kiranya dibutuhkan suatu usaha besar berupa suatu kajian yang sangat mendasar terutama tentang ide bernegara bangsa IndonesiaPhilipus M. Hadjon membagi cara memperoleh wewenang atas dua cara,yaitu :1.atribusi; dan2.delegasi dan kadang-kadang juga mandatAtribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan (belsuit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materil.atribusi juga dikatakan sebagai suatu cara normal untuk memperoleh wewenang pemerintahan.sehingga tampak jelas bahwa kewenangan yang didapat melalui atribusi pemerintah adalah kewenangan asli,karena kewenangan itu diperoleh langsung dari peaturan perundang-undangan (utamanaya UUD 1945).dengan kata lain ,atribusi berarti timbulnya kewenangan baru yangsebelumnya kewenangan itu,tidak dimiliki oleh organ pemerintah bersangkutan.Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat belsuit oleh pejabat pemerintahan (Pejabat Tata Usaha Negara)kepada pihak lain tersebut.dengan kata penyerahan,ini berarti adanya perpindahan tanggung jawab dari yang memeberi delegasi (delegans) kepada yang menerima delegai (delegetaris). Suatu delegasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu,antara lain :1.delegasi harus defenitif,artinya delegasi tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu;2.delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan,artinya delegasi hanya hanmya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan;3.delegasi tidak kepada bawahan,artinya dalam hubungan hierarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi;4.kewajiban memberi keterangan (penjelasan),artinya delegasi berwenag untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut;5.peraturan kebijakan (beleidsregel) artinya delegasi memberikan instruksi (petunjuk ) tentang penggunaan wewenang tersebut.Mandat diartikan suatau pelimpahan wewenang kepada bawahan.pelimpahan itu bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk membuat keputusan a/n pejabat Tata Usaha Negara yang memberi mandat.tanggung jawab tidak berpindah ke mandataris,melainkan tanggung jawab tetap berada di tangan pemberi mandate, hal ini dapat dilihat dari kata a.n (atas nama).dengan demikian ,semua akibat hukum yang ditimbulkan oleh adanya keputusan yang dikeluarkan oleh mandataris adalah tanggung jawab si pemberi mandate.Sebai suatu konsep hukum public,wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen,yaitu :1.pengaruh;2.dasar hukum;dan3.konformitas hukumKomponen pengaruh ialah bahwa penggunaan wewenang yang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum. Komponen dasar hukum ialah bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya dan komponen konformitas hukum mengandung makna adanya standar wewenang,yaitu standart umum (semua jenis wewenang) dan standart khusus (untuk jenis tertentu)[footnoteRef:5] [5: Buku penerapan teori hukum pada tesis ,penerbit PT.rajaGrafindo persada tahun 2013,halaman 198-196]

B A B IIP E M B A H A S A NA. Konsep Negara Hukum Dan Asas-Asas Umum Perundang-Undangan Dalam Hak Asasi Manusia Kasus penyelesaian HAM masa lalu memang sangat sulit untuk diungkap dan di adili karena terjadinya kasus pelanggran yang masa lalu tidak terlepas pada rezim dan kepentingan rezim sebelumnya. Sehingga diperlukan suatu ketegasan dan kelugasan agar kasus ini bisa diselesaikan. Karena undang-undang no 39 tahun 1999 tentang HAM sudah jelas menyatakan menjamin HAM setiap orang. Hal ini tidak terlepas dari rezim sebelumnya dimana perumusan kebijakan baru untuk menyelesaikan hubungan dengan rezim sebelumnya. Dalam transisi politik menuju demokrasi banyak kemunculan Negara-negara demokrasi baru . dalam hal ini banyak terjadi di banyak negara yang dalam megalami dan menuju negara yang berdemokrasi . Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi menurut M. Akil Mochtar,SH.MH., sangat tergantung pada emat factor kunci yaitu komposisi elit politik,desainn institusi politik,kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non elit,dan peran masyarakat madani (civil society)[footnoteRef:6].Emperisme hukum melihat hukum dapat direduksi sebagai fakta social. Sedangkan kelsen berpendapat bahwa interprestasi hukum berhubungan dengan norma yang non empiris.norma tersebut memiliki struktur yang dibatasi interprestasi hukum. Disisi lain berbeda dengan madzab hukum alam kelsen berpendapat bahwa hukum tidak dibatasi oleh pertimbangan moral[footnoteRef:7] [6: M. Akil Mochtar, SH. MH., Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta:2005), hal 4.] [7: Teori hans Kelsen tentang hukum,Prof Dr Jimly Asshiddiqie,hal 9]

Dari sudut pandang juristic,kriteria menentukan dari sebuah revolusi adalah bahwa orde yang sedang berkuasa di lengserkan dan digantikan dengan orde baru dalam cara yang tidak diantisipasi sendiri. Biasanya ,orang-orang baru yang di bawa revolusi untuk berkuasa hanya untuk mengakhiri konstitusi dan hukum tertentu dari signifikan politik utama, menempatkan norma-norma lain di tempatnya . bagian besar dari orde lama tetapvalid juga dalam kerangka orde baru. Tetapi frasa bahwa mereka tetap valid tidak memberikan deskripsi memadai pada fenomena. Ini hanya isi dari norma yang tetap sama , bukan alasan validitas meraka .mereka tidak valid dengan semangat yang sudah diciptakan dalam cara yang ditetapkan konstitusi bahwa konstitusi tidak lagi kuat; digantikan oleh konstitusi baru yang merupakan hasil dain prubahan konstitusional pada konstitusi baru jika hukum yang diperkenalkan menurut konstitusi lama terus menjadi valid menurut konstitusi baru, maka ii hanya mungkin karena validitas sudah masuk secara tidak jelas dengan konstitusi baru[footnoteRef:8] [8: Politik Hukum 2 Satya Arinanto ,hal 9 ]

Berbagai indicator dan permasalahan adalah adanya perbedaaan rezim otoritarian yang satu dengan yang lain. Perlu diketahui Demokrasi merupakan system yang di dambakan oleh setiap orang. Demokrasi adalah suatu istilah yang bersifat universal,namun tidak ada suatu system demokrasi yang berlaku untuk semua negara, secara istilah mungkin sama akan tetapi isi dan cara perwujudanya bisa berbeda-beda. Dalam pandangan structural demokrasi adalah system politik yang memelihara keseimbngan antara konflik dan consensus. Demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat persaingan ,dan pertentangan diantara individu dan pemerintah. Akan tetapi demokrasi akan mentolerir konflik ,oleh sebab itu system politik demokrasi menyediakan mekanisme dan prosedur yang mengatur dan menyalurkan konflik sampai pada penyelesaian dalam bentuk kesepakatan. Demokrasi juga dapat dijelaskan sebagai bentuk pemerintahan dengan segenap kegiatan yang dikelola dengan menjadikan rakyat sebagai subyek dan titik tumpu. Selain itu,demokrasi jua dapat diartikan sebagai system pemerintahan yang bertumpu pada daulat rakyat bukan Daulat pemimpin,pemerintah dan raja.melihat dari hal ini dapat diartikan demokrasi diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat.Dalam rezim tidak ada control sipil dan pemimpin serta organisai militer sering melakukan fungsi yang luas dan bervariasi yang jauh dari misi militer yang normal. Dalam hal ini juga sangat perlu diperhatikan dalam control militer. Dalam system demokrasi militer sering di salah gunakan dan di manfaatkan. Kondisi di Indonesia pada saat ini menunjukkan bahwa dominasi besar dan hegomonik dari militer pada masa orde baru merupakan structural yang sangat sulit dinetralisir oleh kekuatan sipil.apalagi kita lihat dalam masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri,tidak mempunyai konsep yang tajam dan konsistensi kuat untuk menetralisir militer.kemampuan militer untuk melakukan pemulihan jelas akan mengancam transisi demokrasi Indonesia.Dalam hal ini juga terjadi perumusan kebijakan baru yang pada kenyataanya sikap ini merefleksikan suatu perumusan yang lebih mendalam dalam gagasan pengadilan sendiri. Indonesia merupakan komunal dimana terdiri dari berbagai macam ras,suku bangsa dan golongan hal ini memberikan ciri bahwa negara Indonesia yang membedakanya dengan negara demokrasi lain. Perspektif yang perlu dicermati da;lam, transisi politik adalah perbedaan rezim otoritarian di tiap negara. Salah satu cara perbaikan dalam masa transisi politik adalah dengan merumuskan kebijakan baru yang berbeda dengan rezim sebelumnya.Seperti di Polandia Rezin demokrasi baru telah mencari suatu kebijakan yang menjadikan mereka negara yang bersih dengan konsep mendahulukan bentuk pertanggungjawaban atas masalah masalah yang terjadi pada masa lalu. Namun nyatanya walau konsep ini berhasil memperbaiki stabilitas politik nasional akan berdampak pada penguburan tuntutan terhadap kebenaran dan keadilan. Disatu sisi transisi ini berhasil namun di sisi lain terdapat penguburan ketidakadilan. Namun ini merupakan suatu cara yang efektif dan patut di contoh karena terdapat kebaikan yang signifikan karena negara Polandia menjadi negara yang bersih. Daslam konteks wacana tentang transisi politik ini,salah satu hal yang paling fundamental ialah berkaitan dengan peran perubahan imaji tentang terhadap kedudukan militer yang kemudian banyak dinyatakan dalam penyusunan konstitusi tertulis dari beberapa negara.Hak asasi manusi adalah hal yang sangat perlu diperhatikan dan di mengerti keberadaanya dimana ini menyangkut hal yang paling disoroti dalam terjadinya transisi politik.apabila kita melihat di Indonesia ketika terjadi masa reformasi tahun 1998, yang terjadi di negara Indonesia. Setelah dibawah rezim Orde Baru selama 32 Tahun dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, melalui dengan adanya gerakan reformasi yang di lakukan oleh para mahasiswa akhirnya pemerintahan yang dibawah Orde Baru jatuh, jatuhnya pemerintahan Orde Baru ini memakan korban yang banyak. Jika dibandingkan dengan negara-negara yang lain dimana terjadi pertumpahan darah yang sangat besar dan berkepanjangan. Menurut Jimly Ashidiqie,semua peristiwa yang mendorong munculnya gerakan kebebasan dan kemerdekaan selalu mempunyai cirri-ciri hubungan kekuasaaan yang menindas dan tidak adil,baik dalam struktur hubungan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain maupun dalam hubungan antara satu pemerintahan dengan pemerintahan dengan rakyatnya. Dalam wacana perjuangan untuk kemerdekaan dan hak asasi manusia pada awal sampai pertengahan abad ke-20 yang menonjol adalah perjuangan mondial bangsa-bangsa terjajah menghadapi bangsa terjajah. Karena itu, rakyat di semua negara yang terjajah secara mudah terbangkitkan semangatnya untuk bersama-sama menyatu dalam gerakan solidaritas perjuangan anti penjajah[footnoteRef:9] [9: Jimly Asshdiqie, Demokrasi dan Hak Asasi manusia, (Jakarta: 2005), hal.10-11]

Sesunggunya ,untuk memngemukakan pendapat sebagaimana dinyatakn kelompok realis,Negara-negara yang melakukan hal-hal yang mungkin dilakukan hanya menyatakan secara sederhana dengan kesimpulan-kesimpulan bersifat normative.hubungan antara tanggung jawab Negara dengan transisi prospeknya terhadap libelarisasi tetap tidak terjustifikasikan secara luas. Dari persfektif kelompok idealis,sebaiknya permasalahan tentang keadilan transisional pada umumnya berkaitan dengan konsepsi kelompok universitas tentang keadilan. Gagasan tentang suatu keadilan retributive atau korektif tentang masa lalu di pertimbangkan sebagai suatu rintisan yang diperlukan bagi transisi liberal, namun demikian penyusunan teori semacam ini tidak mempertimbangkan dengan baik tentang hubungan antara hukum dan perubahan politik. Pada akhirnya pendekatan ini kehilangan butir-butir yang membedakan tentang makna keadilan dalam masa transisi politik.[footnoteRef:10] [10: Prof. Satya ArinantoBuku Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia, Jakarta,Pusat studi hukum tata Negara fakultas hukum Universitas Indonesia cet. Ke 4,hal.238-239]

Dalam hal ini terdapat hal yang perlu dilakukan yaitu sanksi terhadap kejahatan Hak Asasi Manusia ketika tumbangnya pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto dilanjutkan oleh Presiden B.J Habibe selanjutnya Presiden Abdurahman Wahid ,selanjutnya Presiden Megawati Soekarno Putri yang mengawali transisi Politik yang setelah itu diadakan pemilihan secara demokratis yang di menangkan oleh Prersiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono selama dua periode. Dalam masa transisi ini terdapat hal-hal perubahan yang besar dalam negara Indonesia diamana ketika negara Indonesia dikuasai selama 32 tahun . Sangat banyak hal-hal yang di selesaikan karena terdapat pelanggaran hak asasi manusia dan pengaruh pemerintahan Orde Baru sehingga perlu diadakan hal yang signifikan agar semua pelanggaran hak asasi manusia bisa di selesaikan dan terdapat keadilan seperti pembunuhan aktivis munir yang sampai saat ini tidak diketahui siapa pembunuh dan tidak ada kejelasan akan kasus ini, di sisi lain memang perlu penghapusan akan kejahatan masa lalu sperti contoh adalah negara Polandia dimana negara Polandia menjadi neagara yang bersih. Namun hal ini tidak bisa kita sama kan dengan negara Indonesia yang saat ini karena masih banyak pelanggaran yang terjadi dalam korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia. Ini menjadio tantangan yang sangat besar bagi pemerintahan sekarang dimana di perlukan suatu ketegasan dan aturan yang kuat agar terjadi perubahan yang besar dalam transisi politik yang benar dan baik dalam pemerintahan Indonesia pada saat ini.Dalam buku ini juga banyak memberikan banyak contoh tentang kegagalan dan keberhasilan yang terjadi pada beberapa negara yang mengalami transisi politik yang demokrasi .seperti contoh ketika Mahkamah Konstitusi Afrika Selatan dalam kasusu Steven Biko dimana Mahkama Konstitusi menolak kedua argument yang diberikan. Mahkamah mendalikan bahwa kewenangan Komisi untuk memberikan amnesty ,bahkan juga diberlakukan bagi kejahatan terhadap kemanusiaan,dijustifikasi oleh kebutuhan untuk memperoleh kebenaran. Sperti yang diketahui dalam berbagai transisi,fungsi khusus dari penghukuman dan amnesty harus dibandingkan ; dan prioritas relative diantara kedua hal tersebut tidak dapat disusun secara teoritis. Banyak pengalaman beberapa negara setelah terdapat gelombang pasang nyata dari deemokrasi baru yang muncul dari negara-neagar yang bersifat otoriter. Terdapat kareteristik dalam transisi politik sebagaimana yang telah banyak di urakan pada ringkasan sebeumnya dalam pemutusan kaitan dengan masa lalu dengan pencarian jalan baru. Dalam hal ini perlu kita ketahui hal apa yang harus dilakukan ketika ada kejahatan masa lalu atau membiarkan kaitan denganya tetap eksis. Seperti contoh yang terjadi pada masa Perang Dunia ke II telah terdapat serangakaian kediktatoran pembunuh. Bangsa Rusia memulai langkah untuk membawa komunisme ke pengadilan. Dalam hal ini dan kasus ini pelu dilakukan pencaria kebenaran ,rekonsilasi dasn keadilan. Terdapat banyak kejahatan kejahatan dan pelangaran pada rezim sebelumnya hal ini memang tidak terlepas ke satu negara namun terjadi kebanyak negara yang mengalami transisi politik menuju negara yang berdemokrasi. Walapun memang banyak pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi namun hal ini harus dilewatin dengan bijak dan arif oleh pemerintahan yang berkuasa . agar menuju negara yang berdemokrasi dengan baik tanpa mengesampingkan pelanggran hak asasi manusia agar tejadi rasa keadilan.Tidak dapat dipungkiri, bahwa pelanggaran HAM saat ini sudahsangat meresahkan. Setiap tahun telah dilaporkan 6000 kasuspelanggaranHAM. Bahkan dikatakan tetap meningkat. Berikut penyebab darimeningkatnya kasus pelanggaran HAM:1. Tidak jelasnya penyelesaian kasus masa lalu.Kasus-kasus pelanggalan masa lalu tidak ada yang jelaskepastiannya. Bukan hanya seperti contoh diatas, tapi juga sepertikasus pembunuhan Munir, kasus-kasus kekerasan di Wamena danWasior dan kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya yang terjadisekitar tahun 1990-1998. Dimana banyaknya terjadi pelanggaranHAM pada masa tersebut. Karena ketidak jelasan penanganan kasus-kasus tersebut akhirnya malah berdampak pada masa kini. Yaitubertambahnya kasus-kasuspelanggaran HAM.2. Presiden yang tidak berani.Presiden sebagai kepala negara, juga sebagai pemilikkekuasaantertinggi karena dipilih oleh rakyat dengan suara mayoritas harusmampu atau berani mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampumengatasi kasus-kasus pelanggaran HAM. Namun, presiden saat inibahkan tidak mampu lagi menjalankan kewajibannya sebagai kepalanegara, bahkan mulai terikat dengan partai polotik, sehingga setiapkeputusan tergantung partai politiknya. Sungguh ironis dibalik negarayang demokratis.3. Undang-undang yangtak spesifik.Undang-undang yang tak spesifik itu contohnya adalah Apabilakita melihat ketentuan Pasal 7 dan Pasal 9 UU 26/2000, jelas bahwayang diakui sebagai pelanggaran HAM yang berat hanyalahpelanggaran terhadap hak-hak sipil dan politik saja. Sedangkanpelanggaran hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya tidak dikategorikansebagai pelanggaran HAM yang berat. Padahal apabila kitamemperhatikan kebanyakan kasus-kasus pelanggaran terhadap hak-hak sipil dan politik yang terjadi di Indonesia, biasanya dilatarbelakangi oleh pelanggaran terhadap hak-hak ekonomi, sosial, danbudaya, seperti perampasan tanah-tanah masyarakat adat yangberujung penembakan terhadap masyarakat sipil, atau pencemaranlingkungan yang dilakukan oleh perusahan transnasional yangberujung penangkapan dan penyiksaan terhadap masyarakat sipil[footnoteRef:11] [11: Makalah,meningkatnya pelanggaran ham karena tidak tuntasnya kasus-kasus pelanggaran ham di masa lalu,institute pertanian bogor 2011]

Untuk demokrasi yang baik pemerintah harus melakukan peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang tegas agar terjadi Demokrasi yang baik dan benar. Dalam hal peraturan pemerintah harus benar-benar konsentrai yang khusus agar dalam roda pemerintahan yang ada dan kedepanya ada perubahan politik yang baik dan lebih mementingkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat agar negara-negara yang sedang menuju transis tidak berlarut-larut dan terlalu lama menuju negara yang berdemokrasi dan dan lepas dari bayang-bayang rezim yang sebelumnya, dengan salah satunya seperti negara Polandia. Otoritarisme ke demokrasi memang memunculkan Negara-negara demokrasi baru seperti di Eropa Selatan,AmerikaLatin dan Negara lainya, hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi lagi di masa pemerintahan saat ini dan negara mana pun agar terjadi transisi demokrasi yang benar. Dalam hal ini agar terjadi transisi yang baik mileter juga tidak boleh ikut dalam politik dimana milter harus berdiri tegak dan independen. Negara negara itu juga harus menciptakan system kompetisi partai dan intitusi-institusi demokrasi lainya agar terjalin kepercayaan antara pemerintah dan rakyatnya menuju demokrasi yang sempurna.Serta perlu melakukan perumusan baru untuk menyelesaikan hubungan dengan rezim yag sebelumnya. Perumusan ini diperlukan agar terjadi kebenaran dan keadilan. Karena setiap rezim mempunyai kekurangan di masa lalunya apalagi ketika rezim itu belum menuju demokrasi yang merdeka. Namun pemerintahan yang sedang berkuasa tidak perlu dan membesar-besarkan kekuranga dan kesalahan pada rezim sebelumnya,melainkan menyelesaikan dan bertanggung jawab atas masalah yang telah terjadi dan yang paling penting adalah memperbaikin dan melakukan kebijakan untuk perjalanan negara nya kedepan dengan mementingkan kepentingan rakyat dan memajukan negara itu tanpa tersandera pada kebijakan dan kesalahan pada rezim yang sebelumnya.Perhatian Pemerintah tentang hak asasi manusia di indonesia kurang mendapat perhatian, terbukti dengan asuransi para pekerja yang sangat kecil tidak sebanding dengan pekerjaan yang kemungkinan mempertaruhkan nyawa,misalnya para pekerja bangunan dan buruh pabrik. seharusnya pemerintah lebih peduli akan keselamatan warganya. di indonesia perseteruan mengenai sara masih sering terjadi,yang paling sering saat ini adalah kebebasan dalam memeluk agama.kekerasan pun masih banyak terjadi di indonesia,baik yang berupa kriminalitas maupun kekerasan dalam rumah tangga. kriminalitas di indonesia saat ini sudah sulit untuk di tangani,ini karena kurangnya perhatian dari pihak keamanan dan pemerintah yang masih menjadi permasalahan di indonesia adalah masalah ekonomi,alasan ekonomi banyak mengawali adanya tindak kriminalitas di indonesia. seharusnya pemerintah bisa memfokuskan mengenai pembinaan dan membuat banyak kebijakan untuk menambah nilai ekonomi di masyarakat kemungkinan kriminalitas di indonesia akan berkurang.Perlu diketahui bahwa HAM merupakan sesuatu hak yang besifat pokok. Pemenuhan hak asasi merupakan suatu keharusan bagi setiap warga Negara agar hidup sesuai kemanusaiaanya. HAM manusia melingkupi antara lain ha katas kebebasan berpendapatmhak atas keculupan pangan,ha katas rasa aman,ha katas penghidupan dan pekerjaan seta hak-hak lainya sebagaiman tercantum dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia tahun 1948. Penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan dan tidak nperlu ada tekanan dari pihak manapun untuk melakakukaya. Pembangunna bangsa pada dasarnya juga ditujukan untuk memenuhi haks setiap warga Negara. Hak asasi tidak sebatas pada kebebasan seseorang berpendapat namun melainkan menyangkut pemenuhan ha katas keyakinannya,pangan, penghidupan yang layak dan lainnya. Semua itu tidak hanya merupakan tugas dari pemerintah tetapi juga menjadi tugas setiap warga masyarakat untuk memastikan secara konsisten dan berkesinambungan. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan suatu syarat yang untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai sejahtera. Sebab jika hukum ditegakkan dan ketertiban terwujud maka kepastian,rasa aman, tentram ataupun kehidupan yang rukun akan dapat terwujhud. Namun ketidakpastian dalam penegakan hukum dan ketertiban akan mengakibatkan masyarakat yang hilang akan rsa aman dan ketentraman. Ini menunjukkan adanya keterkaitan yang kuat untuk perbaikan pada aspek yang baik. Penegakan dan kepastian HAM sangat diperlukan agar terjadi keadilan bagi setiap masyarat dan warga Negara. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dan tidak ada kejelasan Dallam penyelesaiaanya dan kejelasanya. Diperlukan ketegasan dan perhatian khusus dari pemerintah dalam penegakan dan keadilan dalam hal ini.Pendekatan yang terjadi di era orde baru dengan mengedepankanupaya represif menghasilkan stabilitas keamanan semu dan berpeluang besar menimbulkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia tidak boleh terulang kembali, untuk itu supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan, pendekatan hukum dan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasimasyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini terbukti tidak memuaskanmasyarakat, bahkan berdampak terhadap timbulnya berbagai pelanggaran hak asasi manusia, untuk itu desentralisasi melalui otonomi daerah dengan penyerahan berbagai kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah perlu dilanjutkan, otonomi daerah sebagai jawaban untuk mengatasi ketidakadilan tidakboleh berhenti, melainkan harus ditindaklanjutkan dan dilakukan pembenahan atassegala kekurangan yang terjadi.Reformasiaparatpemerintahdenganmerubahparadigmapenguasamenjadi pelayanmasyarakatdengan caramengadakan reformasi dibidangstruktural, infromental, dan kultular mutlak dilakukan dalam rangka meningkatkankualitapelayanan public untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaranhakasasi manusia oleh pemerintah.Perlu penyelesaian terhadap berbagai Konflik Horizontal dan Konflik Vertikal di tanah air yang telah melahirkan berbagai tindakan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia baik oleh sesama kelompok masyarakat denganacara menyelesaikan akar permasalahan secara terencana dan adil.

B. Kebijakan dan Penyelesaian Dalam Penegakan Kasus HAM Syarat-syarat dasar rechtsstaat menurut M.C. Burkens (1990) : Asas legalitas setiap tindak pemerintahan harus didasarkan atas dasar peraturan perundang-undangan (wettelijke grondslag). Dengan landasan ini[footnoteRef:12]. Undang-Undang dalam arti formal dan UUD sendiri merupakan tumpuan dasar tindak pemerintahan. Dalam hubungan ini pembentukan Undang-Undang merupakan bagian penting Negara hukum. Pembagian kekuasaan : syarat ini mengandung makna bahwa kekuasaan Negara tidak boleh hanya bertumpu pada satu tangan. Hak-hak dasar (grondrechten) : hak-hak dasar merupakan sasaran perlindungan hukum bagi rakyat dan sekaligus membatasi kekuasaan pembentukan Undang-Undang. Pengawasan pengadilan : bagi rakyat tersedia saluran melalui pengadilan yang bebas untuk menguji keabsahan (rechtmatigheidstoetsing) tindak pemerintahan Syarat-syarat dasar tersebut seyogyanya juga menjadi syarat dasar Negara hukum Pancasila. Untuk hal tersebut kiranya dibutuhkan suatu usaha besar berupa suatu kajian yang sangat mendasar terutama tentang ide bernegara bangsa Indonesia. biasanya digunakan dua macam asas, yakni : Asas legalitas; dan Asas perlindungan atas kebebasan setiap orang dan atas hak-hak asasi manusia. Asas legalitas merupakan unsur utama daripada suatu Negara hukum. Semua tindakan Negara harus berdasarkan dan bersumber pada Undang-Undang. Penguasa tidak boleh keluar dari rel-rel dan batas-batas yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Akan tetapi untuk dinamakan Negara hukum tidak cukup bahwa suatu Negara hanya semata-mata bertindak dalam garis-garis kekuasaan yang diberikan kepadanya oleh Undang-Undang. Sudah barang tentu bahwa dalam Negara hukum setiap orang yang merasa hak-hak pribadinya dilanggar, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mencari keadilan dengan mengajukan perkaranya itu di hadapan pengadilan. Menurut Sahardjo, peradilan tidak semata-mata melindungi hak asasi perseorangan, melainkan fungsi hukum adalah untuk mengayomi masyarakat sebagai totalitas, agar supaya cita-cita luhur bangsa tercapai dan terpelihara. Peradilan mempunyai maksud membina, tidak semata-mata menyelesaikan perkara. Hakim harus mengadili menurut hukum dan menjalankan dengan kesadaran akan kedudukan, fungsi dan sifat hukum. Dengan kesadaran bahwa tugas hakim ialah, dengan bertanggungjawab kepada diri sendiri dan kepada Nusa dan Bangsa, turut serta membangun dan menegakkan masyarakat adil dan makmur yang berkepribadian Pancasila[footnoteRef:13]. [12: urkens, M.C.,Beginselen Van De Democratische Rechtsstaat, Tjeenk Willink, Zwole, 1990, hal:29; Hadjon,Philipus M.,Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif) , Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1994,Hal-5] [13: Yamin, Muh.,Proklamasi dan Kontituante Republik Indonesia, Cet. Kedua, PT. Djambatan, Jakarta, 1952, hal:9]

Muh. Yamin mengatakan bahwa untuk menentukan apakah suatu Negara merupakan Negara hukum, semata - mata didasarkan pada asas legalitas. Di sisi lain Gouw Giok Siong menyatakan bahwa asas legalitas, hanyalah merupakan satu unsur atau salah satu corak dari Negara hukum, karena disamping unsur asas legalitas tersebut, masih perlu juga diperhatikan unsur-unsur lainnya, antara lain kesadaran hukum, perasaan keadilan dan perikemanusiaan, baik bagi rakyat maupun pimpinannya. Mengenai asas perlindungan, dalam UUD 1945 ada ketentuan yang menjamin hak - hak asasi manusia.Seseorang dapat mengajukan surat bandingnya untuk hal-hal dimana ia merasa telah diperlakukan tidak sebagaimana mestinya oleh pejabat perpajakan. Orang dapat menuntut/mengajukan gugatan kepada Negara, bila oleh Negara dilakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigedaad), bahwa seseorang dapat melakukan gugatan terhadap Pemerintah Republik Indonesia, jika putusan pejabat yang berwenang dirasa tidak adil. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sudah banyak peraturan-peraturan yang memberi jaminan kepada para warga Negara, untuk menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-tuntutan di muka pengadilan[footnoteRef:14]. bila hak-hak dasarnya atau kebebasannya dilanggar, Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, mendapat tempat utama dan dapat dikatakan sebagai tujuan dari pada Negara hukum; sebaliknya dalam Negara totaliliter tidak ada tempat bagi hak-hak asasi manusia. Istilah rechtsstaat mulai popular sejak abad XIX, meskipun pemikiran tentang itu sudah lama adanya. Istilah the rule of law mulai popular dengan terbitnya buku dari Albert Venn Dicey tahun 1885 dengan judul Introduction to the study of the constitution .Dari latar belakang dan sistem hukum yang menopangnya, terdapat perbedaan antar konsep rechtsstaat dengan konsep the rule of law , pada dasarnya kedua konsep itu mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama yaitu pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Meskipun dengan sasaran yang sama, tetapi keduannya tetap berjalan dengan sistemnya sendiri yaitu sistem hukum sendiri. Konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep the rule of law berkembang secara evolusioner. Hal ini nampak dari isi atau criteria rechtsstaat dan criteria the rule of law . Konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum continental yang disebut civil law atau modern roman law , sedangkan konsep the rule of law bertumpu atas sistem hukum yang disebut common law . Karakteristik civil law adalah administrative, sedangkan karakteristik common law adalah judicial . Perbedaan karakter yang demikian disebabkan karena latar belakang dari pada kekuasaan raja[footnoteRef:15]. Pada zaman Romawi, kekuasaan yang menonjol dari raja yakni membuat peraturan melalui dekrit. Kekuasaan itu kemudian didelegasikan kepada pejabat-pejabat admistrative, sehingga pejabat-pejabat administrative yang membuat pengarahan tertulis bagi hakim tentang bagaimana menyelesaikan suatu sengketa. Begitu besar peran administrasi Negara, sehingga tidaklah mengherankan, kalau dalam sistem continental-lah mula pertama muncul cabang hukum baru yang disebut droit administrative ,dan intinya adalah hubungan antara administrasi Negara dengan rakyat. Sebaliknya di Inggris, kekuasaan utama dari raja adalah memutus perkara. Peradilan oleh raja kemudian berkembang menjadi suatu peradilan, sehingga hakim-hakim peradilan adalah delegasi dari raja, tetapi bukan melaksanakan kehendak raja. Hakim harus memutus perkara berdasarkan kebiasaan umum Inggris (the common custom of England), sebagaimana dilakukan oleh raja sendiri sebelumnya. Dengan demikian nampak bahwa di Eropa peranan administrasi Negara bertambah besar, sedangkan di Inggris peranan peradilan dan para hakim bertambah besar. Sehubungan dengan latar belakang tersebut, di Eropa dipikirkan langkah-langkah untuk membatasi kekuasaan administrasi Negara, sedangkan di Inggris dipikirkan langkah-langkah untuk mewujudkan suatu peradilan yang adil. Dalam perjalanan waktu, konseprechtsstaat telah mengalami perkembangan dari konsep klasik ke konsep modern. Sesuai dengan sifat dasarnya, konsep klasik disebut klasiek liberale en democratische rechtsstaat, yang sering disingkat dengan democratische rechtsstaat. Sedangkan konsep modern lazimnya disebut sociale rechtsstaat atau sociale democratische rechtsstaat. Sifatnya yang liberal bertumpu atas pemikiran kenegaraan dari John Locke, Montesquieu dan Immanuel Kant. Sedangkan sifatnya yang demokratis bertumpu atas pemikiran kenegaraan dari J.J. Rousseau tentang kontrak sosial. Prinsip liberal bertumpu atas liberty (vrijheid ) dan prinsip demokrasi bertumpu atas equality (gelijkheid). Liberty menurut Immanuel Kant adalah the free self-assertion of each-limited only by the like liberty of all [footnoteRef:16]. Atas dasar itu liberty merupakan suatu kondisi yang memungkinkan pelaksanaan kehendak secara bebas dan hanya dibatasi seperlunya, untuk menjamin koeksistensi yang harmonis antara kehendak bebas individu dengan kehendak bebas semua yang lain. Dari sinilah mangalir prinsip selanjutnya yaitu : freedom from arbitrary and unreasonable exercise of the power and authority. Konsepequality mengandung makan yang abstrak dan formal (abstract-formal equality) dan dari sini mengalir prinsip one man-one vote. Menurut S.W. Couwenberg, prinsip-prinsip dasar yang sifatnya liberal dari rechtsstaat meliputi : a. pemisahan antara Negara dengan gereja; b. adanya jaminan atas hak-hak kebebasan sipil (burgelijke vrijheidsrechten) c. persamaan terhadap Undang-Undang (gelijkheid vor de wet); d. adanya konstitusi tertulis sebagai dasar kekuasaan Negara dan dasar sistem hukum; e. pemisahan kekuasaan berdasarkan trias politica dan sistem check and balances; asas legalitas (heerschappij van de wet); g. ide tentang aparat pemerintah dan kekuasaan kehakiman yang tidak memihak dan netral; h. prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap penguasa oleh pengadilan yang bebas dan tidak memihak dan berbarengan dengan prinsip-prinsip tersebut, diletakkan prinsip tanggung gugat Negara secara yuridis; i. prinsip pembagian kekuasaan, baik territorial sifatnya maupun vertical (federasi maupun desentralisasi). C.W. Van der Port menjelaskan bahwa atas dasar demokratis, rechtsstaat dikatakan sebagai Negara kepercayaan timbal balik (de staat van het wederzijds vertrowen) yaitu kepercayaan dari pendukungnya, bahwa kekuasaan yang diberikan tidak akan disalahgunakan, dia mengharapkan kepatuhan dari rakyat pendukungnya[footnoteRef:17]. [14: adjon, Philipus M.,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di indonesia, Sebuah Studi tentang Prinsip-prinsipnya,Penanganannya oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara , PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987, hal:71-74] [15: Couwenberg, S.W.,Westers Staatsrecht als Emancipatie Proces, Samson, Alphen aan de Rijn, 1977, hal:25] [16: Pound, Roscoe,The Development of Constitutional Guaranties of Liberty , Yale University Press, New Haven London, 1957, hal:1-2] [17: Port, C.W. van der, - bewerk door A.M. Donner,Handboek van het nederlanse Staatsrecht , Il e druk, Tjeenk Willink,Zwolle, 1983, hal:143]

Ide rechtsstaat pada awalnya cenderung kearah positivisme hukum yang membawa konsekuensi bahwa hukum harus dibentuk secara sadar oleh Badan Pembentuk Undang-Undang[footnoteRef:18]. Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dimilki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya. Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata-mata bukan dari manusia sendiri tetapi dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Hak Asasi Manusia menurut Ketetapan MPR nomor XVII/MPR/1988, bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrat, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Adapun pengertian Hak Asasi Manusia menurut para tokoh-tokoh lainnya,Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia[footnoteRef:19]. [18: Attamimi, A. Hamid S.,Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia , disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta,1990, hal:322; Hadjon, Philipus M.,Keterbukaan Pemerintah dan Tanggung Gugat Pemerintah , Makalah disampaikan pada seminar Hukum Nasional ke-VI dengan tema Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Jakarta, 12-15 Oktober 1999, hal:7] [19: Makalah Hak asasi dan manusia, universitas islam malang, 2015 hal.6]

Sebagai ilustrasi misalnya ketentuan UUD 1945 yang menyatakan bahwa : kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang. Fungsi Undang-Undang dalam Pasal 28 UUD 1945 tersebut adalah untuk membatasi hak atas kebebasan berserikat dan berpendapat, tetapi bukanlah berarti bahwa Undang-Undanglah sumber hak dan kebebasan tersebut. Sampai seberapa jauh Undang-Undang dapat membatasi hak atas kebebasan tersebut?. Dalam hal ini barangkali dapat dikutip Pasal 19 ayat (3) International Convenant on Civil and Political Rights 1966 : The exercise of rights provided in paragraph 2 of this Article carries with it special duties and responsibilities. It may therefore besubject to certain restrictions, but these small only be such as are provided by law and necessary : c. for respect of the rights or reputation of others; d. for the protection of national security or of public order... Di sisi lain pembatasan semacam itu hendaknya memperhatikan ketentuan Pasal 30 The Universal Declaration of Human Rights yang sama isinya juga dengan Pasal 5 Convenant on Civil and Political Rights 1966 : Nothing in this declaration may be interpreted as implying for any state..., any right to engage in any activity or to perform any act aimed at the destruction of any of the right and freedoms set forth here in. Bagaimanakah Undang-Undang dapat berfungsi secara optimal sebagai salah satu instrument Negara hukum sangat tergantung dari politik perundang-undangan suatu Negara. Politik perundang-undangan yang mengoptimalkan Undang-Undang sebagai instrument Negara hukum hendaknya ditunjang oleh asas-asas perundang - Undangan ngangng baik. Seperti dipaparkan oleh A. Hamid S. Attamimi, di Belanda berkembangnya asas-asas umum perundang-undangan yang baik melalui lima sumber, yaitu: Raad van State, bahan-bahan tertulis tentang pembahasan rancangan peraturan perundang-undangan dalam sidang-sidang parlemen, putusan-putusan hakim, petunjuk-petunjuk teknik perundang-undangan dan hasil akhir komisi pengurangan dan penyederhanaan peraturan perundang-undangan. Asas-asas tersebut oleh para ahli dikumpulkan dan disistematisir, seperti dalam buku I.C. van der Vlies, het wetsbegrip-en beginselen van behoorlijke regelvegeving, 1984 dan dalam bukunya yang kemudian Handboek wet geving, 1987 dan telah dicetak ulang tahun 1991. Sebagai asas-asas umum perundang-undangan yang baik adalah : 1. het beginsel van duidelijke doelstelling (asas tujuan yang jelas) 2. het beginsel van juiste organ (asas lembaga yang tepat) 3. het nodzakelijheidsbeginsel (asas perlunya pengaturan) 4. het beginsel van de uitvoerbaarheid (asas bahwa perundang-undangan dapat dilaksanakan) 5. het beginsel van de konsensus (asas konsensus) 6. het beginsel van de duidelijke terminologie en duidelijke systematiek (asas kejelasan terminologi dan sistematika) 7. het beginsel van de kenbaarheid (asas bahwa perundang-undangan mudah dikenali) 8. het rechtsgelijkheidsbeginsel (asas persamaan) 9. het rechtszekerheidsbeginsel (asas kepastian hukum) 10. beginsel van de individuele rechtsbedeling (asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual) 11. het beginsel dat gerechtvaardigde verwachtingen gehonoreerd moeten worden (asas harus menghormati harapan yang wajar). Sistem pembagian kekuasaan di Indonesia yang digariskan UUD 1945 (khususnya Pasal 5 ayat (1) UUD 1945), perhatian kearah asas-asas perundang-undangan yang baik hendaknya lebih ditingkatkan. Lebih-lebih lagi sistem UUD 1945 yang mempercayakan berbagai aspek kehidupan bernegara kepada pengaturan oleh Undang-Undang telah menempatkan Undang-Undang pada posisi yang sangat strategis dalam Negara hukum Republik Indonesia. Apakah hukum kita akan menjadi hukum represif ataukah hukum otonom ataukah hukum responsif akan sangat tergantung pada politik perundang-undangan yang dianut. Pada prinsipnya Van der Vlies membagi asas-asas perundang-undangan yang baik tersebut kedalam dua kelompok besar yaitu asas-asas formal dan asas-asas material. Tentang adanya asas formal yang berhubungan dengan bagaimananya (hethoe) suatu peraturan dan asas material yang berhubungan dengan apanya (hetwat) suatu peraturan. Apabila mengikuti pengelompokkan asas-asas tersebut, maka asas-asas formal lebih mengarah pada teknik penyusunan yang meliputi bentuk dan susunan, prosedur pembentukan dan wewenang membentuk peraturan hukum. Sedangkan asas-asas material lebih mengarah pada materi-materi yang harus diatur dalam suatu peraturan hukum. Asas-asas formal meliputi Asas tujuan yang jelas; Asas Organ/Lembaga yang tepat; Asas perlunya pengaturan; Asas dapat dilaksan akan; Asas konsensus, dan asas-asas material meliputi Asas tentang terminologi dan sistematika yang benar; Asas tentang dapat dilunasi; Asas perlakuan yang sama dalam hukum; Asas kepastian hukum; Asas pelaksanaan hukum sesuai keadaan individual. Masing-masing asas tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda. Asas-asas formal dalam pembentukan peraturan hukum masing-masing dirumuskan sesuai dengan fungsi dan tujuan.

C. Impelementasi Pemerintah Dalam Penegakan Ham Ideologi yang dianut oleh suatu negara pada dasarnya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat di negara tersebut, termasuk penerapan hak-hak asasi masyarakatnya. Negara-negara Barat, seperti Amerika, dengan paham Liberalismenya memungkinkan masyarakatnya untuk melakukan segala sesuatu dengan sebebas-bebasnya (peran swasta lebih dominan), sedangkan peran pemerintah sangat kecil dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut berdampak pada kondisi kehidupan masyarakatnya yang kebablasan pada beberapa sisi, seperti pergaulan bebas, persaingan bebas, dan sebagainya yang banyak menimbulkan masalah-masalah baru bagi sebagian masyarakat. Imbas lainnya dari paham Liberalisme adalah terhimpitnya kaum ekonomi lemah karena para pemilik modal (kaum kapitalis) memiliki kebebasan dalam melakukan investasi di berbagai sektor usaha. Paham lainnya yang berkembang di negara-negara Timur (seperti di Uni Soviet dan RRC pada masa lalu) adalah komunisme. Dampak yang ditimbulkan oleh ideologi tersebut adalah berkebalikkan dengan apa yang ditimbulkan oleh Liberalisme. Hak-hak masyarakat diakui, namun tidak sepenuhnya dipedulikan oleh pemerintah. Peran pemerintah sangat dominan dalam mengatur berbagai aspek kehidupan. Pada praktik kehidupan bernegara, pemerintah bersikap otoriter dan tidak peduli terhadap aspirasi rakyat. Hal tersebut berdampak pada pembungkaman suara rakyat dan pers, sehingga mencukur demokrasi yang seharusnya menjadi hak rakyat.Berbeda dengan negara-negara tersebut, Indonesia menganut ideologi Demokrasi Pancasila, sehingga implementasi hak asasi manusia di Indonesia seharusnya berjalan dengan baik sesuai dengan sifat-sifat dasar dari paham Demokrasi Pancasila. Menurut ideologi tersebut, hak-hak asasi setiap rakyat Indonesia pada dasarnya diimplementasikan secara bebas, namun tetap dibatasi oleh hak-hak asasi orang lain. Jadi, ideologi ini menawarkan kebebasan yang bertanggung jawab dalam mengimplementasikan hak asasi manusia. Namun hal tersebut perlu dikaji lebih dalam, sebab ideologi yang dianut oleh negara Indonesia tercinta ini belum tentu dapat diterapkan oleh rakyat tersebut dengan benar sepenuhnya. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupanya[footnoteRef:20] [20: Buku panduan pemasyarakatan undang-undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945 dan Ketetapan majelis Permusyawaratan Rakyar Republik Indonesia Cet. keduabelas ,Sekertariat Jendral MPR, hal 175]

Sejak era reformasi berbagai produk hukum dilahirkan untuk memperbaiki kondisi hak asasi manusia di Indonesia, khususnya hak sipil dan politik. Antara lain, UUD 1945 pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan MPR Nomor XVII/ MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU Pers, UU tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat (UU Unjuk rasa), UU HAM (UU No. 39 Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU Otonomi Daerah, perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, dan UU ratifikasi Konvensi Anti Diskriminasi Rasial. Dari sisi politik, rakyat Indonesia telah menikmati kebebasan politik yang luas. Empat kebebasan dasar, yaitu hak atas kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan, yang vital bagi bekerjanya sistem politik dan pemerintahan demokratis telah dinikmati oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan HAM. Tindakan terbaik dalam penegakan HAM adalah dengan mencegah timbulnya semua faktor penyebab dari pelanggaran HAM. Apabila factor penyebabnya tidak muncul, maka pelanggaran HAM pun dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Berikut ini tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus pelanggaran HAM: 1) Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum. 2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah. 3) Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah. 4) Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus). 5) Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara. 6) Meningkatkan kerja sama yang harmonis antar kelompok atau golongan dalam masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-masingMelalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat Indonesia sudah dapat mengekspresikan perasaan dan pendapatnya tanpa rasa takut atau was-was seperti pada zaman Orde Baru. Rakyat Indonesia relatif bebas mengkomunikasikan gagasan dan informasi yang dimilikinya. Rakyat menikmati pula hak atas kebebasan berkumpul. Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti, seminar, rapat-rapat akbar tidak lagi mengharuskan meminta izin penguasa seperti di masa Orde Baru. Kelompok-kelompok masyarakat, seperti, buruh, petani, seniman, dan lain sebagainya yang ingin melakukan demonstrasi atau unjuk rasa di depan kantor atau pejabat publik tidak memerlukan izin, tapi sebelum menjalankan unjuk rasa diwajibkan untuk memberitahu polisi. Rakyat Indonesia telah menikmati juga kebebasan berorganisasi. Rakyat tidak hanya bebas mendirikan partai-partai politik sebagai wahana untuk memperjuangkan aspirasi politiknya. Rakyat bebas pula untuk mendirikian organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti serikat petani, serikat buruh, perkumpulan masyarakat adat, dan lain sebagainya. Dalam bidang hukum ini ,hukum dan kebenarn tak tertulis terkandung dalam penyelenggaraan yang berulang atas hukum tertulis, khususnya terhadp pemberlakuan undang-undang[footnoteRef:21] Selain itu, tumbuhnya organisasi-organisasi rakyat dari bawah ini akan memperkuat masyarakat sipil yang diperlukan bagi berlangsungnya sistem politik dan pemerintahan yang demokratis. [21: Buku Filsafat Hukum,cet.ke 3 penerbit Nusa Media hal.85]

Rakyat Indonesia telah pula menikmati hak politiknya, yaitu hak untuk turut serta dalam pemerintahan di mana rakyat berperan serta memilih secara langsung para anggota DPR dan DPRD pada tahun 1999 dan tahun 2004. Pada tahun 2004 untuk pertama kali rakyat memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya pada tingkat provinsi, kabupaten, dan kotamadya, rakyat dapat memilih langsung Gubernur, Bupati, dan Walikota. Sebelum ini belum pernah ada presiden perwujudan hak atas kebebasan politik dalam sejarah Indonesia.Selain itu, kebebasan politik yang membuka jalan bagi terpenuhinya empat kebebasan dasar yang mencakup hak atas kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, hak atas kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak untuk turut serta dalam pemerintahan, belum dinikmati oleh kelompok minoritas agama. Sejumlah daerah juga memberlakukan perda bermuatan syariah yang sangat bertentangan dengan konsep penghormatan kepada hak asasi manusia dan UUD 1945 pasal 29 yang menjamin kebebasan. warga negara dalam memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.Demikian pula kelompok minoritas dalam agama, misalnya Ahmadiyah terus mengalami diskriminasi dan pengawasan oleh negara. Bukan hanya itu, sebagian penganut Ahmadiyah juga sempat menjadi korban dari tindakan anarkis yang dilakukan oleh sejumlah oknum dari organisasi masyarakat tertentu. Kebebasan politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia ternyata juga tak diimbangi dengan perlindungan hukum yang semestinya bagi hak-hak sipil, seperti, hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak atas kebebasan dari penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat, hak atas pemeriksaan yang adil dan proses hukum yang semestinya, hak atas pengakuan pribadi di depan hukum, dan larangan atas propaganda untuk perang dan hasutan kebencian. Dari berbagai daerah, seperti, Poso, Lombok, Papua, juga Jakarta, dan tempat-tempat lain di Indonesia, dilaporkan masih terjadi kekerasan horisontal yang melibatkan unsur-unsur polisi dan militer. Penganiayaan dilaporkan masih terus di alami oleh kelompok-kelompok masyarakat, seperti, buruh, petani, masyarakat adat, kelompok minoritas agama, dan para mahasiswa.Begitu pula dengan kejahatan terorisme yang dilakukan oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai Jemaah Islamiyah telah menimbulkan korban, berupa hilangnya nyawa manusia, dan hancurnya harta benda miliknya. Kejahatan terorisme telah menimbulkan rasa takut dan tidak aman yang relatif luas di kalangan masyarakat sipil. Pada sisi yang lain kejahatan terorisme di Indonesia telah mengundang lahirnya UU Anti-Kejahatan Terorisme yang mengesampingkan UU Hukum Acara Pidana biasa. Di bawah UU Anti Kejahatan Terorisme itu, polisi dengan mengesampingkan perlindungan hak sipil yang diatur di bawah hukum acara pidana biasa, dengan mudah dapat melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan pemeriksaan terhadap siapa saja yang diduga menjadi bagian dari jaringan aktivitas terorisme. Karena itulah,dengan penelitian dalam bukunya sudjana mengharapkan adanya dua hal. Pertama, adanya wacana pencerahan di tubuh umat islam sendiri,sehingga mereka menyadari bahwa Islam memiliki konsepsi HAM yang benar benar bersumber dari ajaran dan nilai keagamaannya. Lagipula dengan semangat rahmatan alamin-nya konsepsi HAM islam tidak mungkin bisa terhadap kepentingan di luar Ham itu sendir[footnoteRef:22] [22: ibid , hal. 96]

Pelaksanaan UU baru ini telah memberikan dampak buruk bagi hak-hak sipil meskipun belum tentu berdosa, namun karena dicurigai mempunyai hubungan dengan pelaku kejahatan terorisme, bisa mengalami penangkapan, penahanan, kekerasan, penyiksaan, dan pemeriksaan. Keadaan ini jelas memperburuk kondisi hak sipil dan politik. Karena itu, Komnas HAM bersama Komnas-HAM se Asia Pasifik, mendesak agar negara-negara Asia Pasifik tetap tegas dalam memberantas kejahatan terorisme, namun pemberantasan kejahatan itu harus dilakukan dengan mengindahkan hukum HAM.

BAB III PENUTUPA. KesimpulanHAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satuhal yang perlu kitaingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupanbernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentukpelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi ataubahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAMmenempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapatdalam Undang-Undang pengadilan HAM. Dalam kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAMB. SaranSebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati danmenjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangansampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAMkita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.Daftar Pustaka Attamimi, A. Hamid S.,Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia , disertasi, Universitas Indonesia, Jakarta,1990, hal:322; Hadjon, Philipus M.,Keterbukaan Pemerintah dan Tanggung Gugat Pemerintah , Makalah disampaikan pada seminar Hukum Nasional ke-VI dengan tema Reformasi Hukum Menuju Masyarakat Madani, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Jakarta, 12-15 Oktober 1999, hal:7

Burkens, M.C.,Beginselen Van De Democratische Rechtsstaat, Tjeenk Willink, Zwole, 1990, hal:29;Buku panduan pemasyarakatan undang-undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945 dan Ketetapan majelis Permusyawaratan Rakyar Republik Indonesia Cet. keduabelas ,Sekertariat Jendral MPR, hal 175Buku Filsafat Hukum,cet.ke 3 penerbit Nusa Media hal.85Couwenberg, S.W.,Westers Staatsrecht als Emancipatie Proces, Samson, Alphen aan de Rijn, 1977, hal:25Prof. Satya ArinantoBuku Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia, Jakarta,Pusat studi hukum tata Negara fakultas hukum Universitas Indonesia cet. 4,hal.238-239Jimly Asshdiqie, Demokrasi dan Hak Asasi manusia, (Jakarta: 2005), hal.10-11Makalah Hak asasi dan manusia, universitas islam malang, 2015 hal.6M. Akil Mochtar, SH. MH., Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta:2005), hal 4.Makalah,meningkatnya pelanggaran ham karena tidak tuntasnya kasus-kasus pelanggaran ham di masa lalu,institute pertanian bogor 2011Politik Hukum 2 Satya Arinanto ,hal 9Pound, Roscoe,The Development of Constitutional Guaranties of Liberty , Yale University Press, New Haven London, 1957, hal:1-2Port, C.W. van der, - bewerk door A.M. Donner,Handboek van het nederlanse Staatsrecht , Il e druk, Tjeenk Willink,Zwolle, 1983, hal:143Urkens, M.C.,Beginselen Van De Democratische Rechtsstaat, Tjeenk Willink, Zwole, 1990, hal:29; Hadjon,Philipus M.,Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif) , Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1994,Hal-5UU HAM no 39 Tahun 1999 pasal 1 ayat 6Teori hans Kelsen tentang hukum,Prof Dr Jimly Asshiddiqie,hal 9Wignjosoebroto, Soetandijo, Sejarah Hukum , Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1994, hal:188; adjon,Philipus M.,Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif) , Facultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1994, hal:4Yamin, Muh.,Proklamasi dan Kontituante Republik Indonesia, Cet. Kedua, PT. Djambatan, Jakarta,1952, hal:9

21