Tutorial Klinik Telinga

download Tutorial Klinik Telinga

of 19

description

anatomi telinga

Transcript of Tutorial Klinik Telinga

ANATOMI FISIOLOGI DAN PEMERIKSAAN TELINGA

PendahuluanTelinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks pendengaran dan keseimbangan anatominya juga sangat rumit. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

Telinga adalahorganpendengaranyang memiliki tiga bagian:telinga luar(bagian yang kita lihat di sepanjang sisi kepala kita di belakangpelipis), telinga tengah, dan telinga bagian dalam. Mendengar melibatkan semua bagian telinga serta korteks pendengaran di otak. Telinga luar membantu mengkonsentrasikan getaran udara pada gendang telinga dan membuatnya bergetar. Getaran ini diteruskan oleh serangkaian tulang kecil di telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di sana mereka merangsang serat-serat saraf pendengaran untuk mengirimkan impuls ke otak.

Anatomi Telinga

1. Anatomi Telinga Luar

a. Aurikula : berfungsi untuk mengumpulkan getaran udara, bentuknya berupa lempeng tulang rawan yang elastic dan tipis yang ditutupi kulit, memiliki otot intrinsic dan ekstrinsik, serta dipersarafi oleh nervus fasialis. Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengan lapisan subkutis pada permukaan anterolateral, serta ditemukan rambut kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.b. Meatus akustikus eksterna : tabung berkelok-kelok yang terbentang antara aurikula dan membrane timpati, berfungsi menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke membrane timpani dengan panjang sekitar 2,5 cm.Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang berhubungan dengan kelenjar sebasea, sedangkan dalam liang ditemukan serumen berwarna coklat yang berfungsi sebagai pelindung. Serumen merupakan modifikasi kelenjar keringat bergabung dengan kelenjar sebasea yang bermuara langsung ke permukaan kulit.

2. Anatomi Telinga Tengah (kavum timpani)

Telinga tengah (kavum timpani) adalah ruang berisi udara dalam pars peterosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membrane mukosa, didalamnya terdapat tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrane timpani ke telinga dalam. Atap kavum timpani dibentuk oleh lempeng tulang tipis yang dinamakan teg,mentum timpani, merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis yang memisahkan kavum timpani dari meninges dan lobus temporalis dalam fossa kranii media.a. Membrane timpani : adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu. Permukaan luar ditutupi epitel berlapis gepeng, sedangkan permukaan dalam oleh epitel silindris, terpasang secara serong menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Membrane timpani berbentuk bulat dengan garis tengah sekitar 1 cm, pinggirnya menebal tertanam ke dalam alur sisi tulang yang disebut sulkus tympani. Membrane timpani sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh nervus auditorius.b. Osikula auditus : terdiri atas malleus, incus, dan stapes. Maleus dan incus berputar pada sumbu anterior posterior yang berjalan melalui : 1) Ligamentum yang menghubungkan prosesus anterior malleus dengan dinding anterior kavum timpani2) Prosesus anterior malleus dengan prosesus brevis inkudis3) Ligamentum yang menghubungkan prosesus brevis inkudis dengan dinding posterior kavum timpaniSelama penghantaran getaran dari membrane timpani ke perilimf melalui osikula mengalami pembesaran dengan 1,3:1 dan luas membrane timpani + 17 kali lebih besar dari luas basis stapes yang berakibat tekanan efektif pada perilimf meningkat menjadi 22:1.c. Tuba auditiva : bagian ini meluas dari dinding anterior kavum timpani ke bawah, depan dan medial sampai ke nasofaring. Bagian 1/3 posterior terdiri atas tulang dan 2/3 anterior tulang rawan. Berhubungan dengan nasofaring setelah berjalan diatas muskulus kontriktor faring superior. Tuba auditiva berfungsi membuat seimbang tekanan udara dalam kavum timpani dan nasofaring.d. Antrum Mastoideum : bagian ini terletak dibelakang kavum timpani dalam pars petrosa ossis temporalis bentuknya bundar dengan garis tengah 1 cm. dinding anterior berhubungan dengan kavum timpani dan dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideum dan serebellum. e. Sellulae mastoidea : prosesus mastoideus mulai berkembang pada tahun kedua kehidupan. Sellulae mastoid adalah suatu rongga yang berhubungan dalam prossesus mastoid, berhubungan dengan antrum dan kavum timpani sebelah atasnya, serta dilapisi membrane mukosa.

3. Anatomi Telinga Dalam

Suatu system saluran dan rongga didalam pars petrosum tulang temporalis, didalmnya terdapat labirin membranosa yang merupakan suatu rangkaian saluran dan rongga-rongga, labirin membranosa berisi cairan endolimf, dinding labirin mempunyai membranosa yang memisahkan endolimf dengan perilimf. Labirin terletak dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga tengah terdiri atas bagian-bagian berikut :a. Labirintus osseus (labyrinthus osseus) : terdiri atas vestibulum, semisirkularis dan koklea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak dalam substansi tulang padat terstruktur, dilapisi endosteum dan berisi cairan bening (perilimf) yang terletak dalam labirintus membraneus.1) Vestibulum : bagian pusat labirintus osseus pada dinding lateral terdapat fenestra vestibule yang ditutup oleh basis stapedis dan fenestra koklea. Dalam vestibulum terdapat sakulus dan utrikulus labirintus mambranaseus.2) Kanalis semisirkularis : bermuara pada bagian posterior vestibulum, terdiri atas tiga kanalis, yaitu kanalis superior, posterior dan lateralis. Tiap kanalis melebar pada salah satu ujungnya yang disebut ampula dan ketiganya bermuara ke dalam vestibulum melalui lima lubang. Dalam setiap kanalis terdapat duktus semi sirkularis.3) Koklea : bermuara pada bagian anterior vestibulum, puncaknya menghadap ke anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Perilimf dalam skala vestibule dipisahkan dari kavum timpani oleh basis stapedis dan ligamentum anulare pada fenestra vestibuli, sedangkan perilimf dalam skala tympani dipisahkan dari kavum timpani oleh membrane timpani sekunder pada fenestra koklea.Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat ganglion spiralis yang sebagian besar diliputi tulang bagian bawah dan menyatu dengan membrane basilaris melintasi duktus koklearis dan melekat pada ligamentum basilaris.Membrane basilaris : dibentuk oleh lapisan serat-serat kolagen, permukaan bawah yang menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan skala fibrosa yang mengandung pembuluh darah.Membrane vestibularis : adalah suatu lembaran jaringan ikat tipis,diliputi pada permukaan atas vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan epitel selapis gepeng yang terdiri atas sel mesenkim.Duktus koklearis : duktus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi dan tidak beraturan, dibawahnya terdapat jaringan ikat yang banyak mengandung kapiller yang disebut stria vaskularis. Duktus koklearis merupakan tempat sekresi endolimf dan termasuk organ korti.b. Labirintus membranosus : terdapat dalam labirintus osseus. Struktur ini berisi endolimf dan dikelilingi oleh perilimf, terdiri atas utrikulus dan sakulus yang terdapat dalam vestibulum terdiri atas duktus semi sirkularis, didalam kanalis sirkularis dan duktus kokhlearis, struktur ini saling berhubungan dengan bebas. Labirintus membranosus merupakan suatu system yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Dinding labirintus membranosus melekat pada periosteum yang melapisi labirin tulang oleh perilimf.1) Utrikulus : bagian yang terbesar terdiri atas dua buah sakus yang mempunyai hubungan tidak langsung dengan sakulus dan duktus endolimfatikus (ductus endolymphaticus) melalui ductus utrikulosakularis (ductus utriculosaccularis).2) Sakulus : bentuknya bulat berhubungan dengan utrikulus dan bergabung dengan duktus utrikulosakularis berlanjut dan berakhir pada kantong buntu kecil yaitu sakus endolimfatikus yang tereltak dibawah durameter pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis.Utrikulus dan sakulus mempunyai dinding dengan lapisan jaringan ikat halus yang mengadung sejumlah fibroblast dan melanosit, macula utrikulus dinding lateral berbentuk ovoid. Pada permukaan macula terdapat suatu lapisan gelatin disebut membrane otolik. Membrane ini mengandung badan Kristal kecil yang terdiri atas kalsium karbonat dan protein. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan membrane otolik akibatnya terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak pada sel-sel rambut.c. Duktus semisirkularis : meskipun diameternya jauh lebih kecil dari kanalis semi sirkularis tetapi memiliki konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun tegak lurus satu terhadap yang lainnya. Bila kepala digerakkan lebih cepat atau lebih lambat maka kecepatan gerakan endolimf dalam duktus semisirkularis akan berubah terhadap dinding duktus semisirkularis. Perubahan ini dideteksi oleh reseptor sensoris dalam ampula duktus semisirkularis.Sebuah Krista ditemukan dalam setiap ampula menyilang sumbu panjang saluran yang dibentuk saluran penyokong seperti sel rambut pada macula, mikrovili, stereosilia, dan linosilia yang terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula. Krista ampularis dan sel rambut dirangsang oleh geralan endolimf akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam macula, sel-sel rambut juga akan terangsang, tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membrane otolik.d. Duktus kokhlearis : berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens. Epitel yang terletak diatas lamina bassilaris membentuk organ korti (spiralis) dan mempunyai reseptor-reseptor sensoris untuk mendengar. Epitel lapis duktus koklearis mengandung pigmen, bentuknya lebih tinggi dan tidak beraturan, dibawahnya terdapat jaringan ikat mengadung banyak kapiler disebut stria vaskularis dan merupakan sekresi endolimf.e. Organ korti : terdiri atas sel penyokong yang berjalan sepanjang koklea berbentuk kerucut ramping. Bagian yang lebar mengandung init disebut apeks masuk kedalam permukaan bawah kepala sel tiang dalam. Sel rambut organ korti terletak dalam basis yang melebar, mengandung 50-60 sel rambut stereosilia dan bagian apical sel rambutnya tanpa kinosila. Permukaan organ korti diliputi oleh suatu lembaran gelatinosa yang terdiri atas substansi dasar homogen yang mengandung serat yang menyebar diatas sel rambut.f. Ganglion spiral : merupakan neuron bipolar cabang dari sentral akson, bermielin membentuk nervus akustikus. Cabang perifer (dendrite) yang bermielin akan berjalan dalam saluran-saluran pada tulang yang mengitari ganglion. Gelombang punyi dikonduksi dari perilimf dalam skala vestibule ke endolimf dalam duktus koklearis, dengan cara tertentu memengaruhi sel-sel rambut. Nervus akustikus mempunyai bagian vestibularis untuk asupan dari bagian labirin dan beberapa serat yang bergabung dengan nervus koklearis. Fisiologi 1. PendengaranTelinga luar menangkap gelombang bunyi lalu diubah menjadi getaran-getaran oleh membrane timpani. Getaran ini diteruskan oleh rangkaian tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum hingga meimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dan pergerakan cairan dalam skala vestibule dan skala timpani. Membrane timpani pada tingkap bulat bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga menggerakkan duktus koklearis dan membrane basiliarisnya. Membrane basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi, sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain dari duktus koklearis.2. KeseimbanganNervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis semisirkularis, mengantarkan impuls-impuls menuju ke otak. Impuls-impuls itu dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang didorong ke arah satu sisi, maka kepala orang itu cenderung untuk miring kea rah lain (berlawanan dengan arah badan yang didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan diatur, posisi berdiri dipertahankan dan jatuhnya badan dapat dihindarkan. Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semisirkuler inilah yang merangsang impuls, yang segera dijawab badan berupa gerak refleks, guna memindahkan berat badan serta mempertahankan keseimbangan.

Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi BunyiBunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.

Fisiologi fungsional jendela oval dan bulatMemegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan membrana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombangGerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengakibatkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.

Kehilangan PendengaranAda dua jenis kehilangan pendengaran.1. Kehilangan konduktifBiasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.2. Kehilangan sensorisMelibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional. Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai tingkat kehilangan pendengaran. Kebanyakan di antaranya dapat ditolong dengan terapi medis atau bedah atau dengan alat bantu dengar dan memandu pasien ke pusat pelayanan.

Pengkajian Kemampuan MendengarPemeriksaan Telinga:Telinga luar diperiksa denganinspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumaticPengkajian Fisik.Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi, cairan, simetris dan sudut penempelan ke kepala.Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjukkan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.a. Otoskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana timpani.b. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

GAMBAR Teknik untuk menggunakan otoskop.

c. Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.d. Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuanpada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.e. Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.f. Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.g. Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

Ketajaman Auditoriusa. Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji kemampuan pasien mendengarkanb. Bisikan kata atau detakan jam tangan.c. Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,d. Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara mengkaji ketajaman auditorius.

Penggunaan uji Weber dan RinneMemungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineuralUji WeberMemanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral.Uji Rinnegagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid (konduksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.

Prosedur Diagnostik Auditorius dan VestibulerDalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting.Uji audiometri ada dua macam:a. audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya), danb. audiometri wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan membedakan suara.Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.

FrekuensiMerujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwensi daria. 20 sampai 20.000Hz.b. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada denganc. frekuensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nadad. 10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.e. Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh internsitas suara yang biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara yang lebih keras i 80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara ya terdengar tidak nyaman dapat merusak telinga dala Timpanogram atau audiometri impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup (Gbr. Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tertutup)

Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur syaraf, seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti penyakit Mniere dan fistula perilimfe. Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui elektroda transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat. Untuk persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah. Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan, posisional atau kaloris. Digunakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerakan mata diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis lateralis paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan dekat mata. Pasien diminta tidak meminum supresan vestibuler seperti sedativa, penenang, antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam sebelum pengujian. ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius internus atau fosa posterior.Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran respons motoris dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform), dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seperti panggung bergerak dengan layar bergerak.Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat desibel di mana suara masih terdengar pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.

18