Tutorial Klinik Pinguekulitis

26
BAB I STATUS PASIEN A. IDENTITAS Nama : Ny. S Umur : 45 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Petani Alamat : Kepil RT 001 RW 002 Kepuhsari Manyaran Wonogiri Tanggal periksa : 27Mei 2015 No. RM : 01302616 Cara Pembayaran : Umum B. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : mata sebelah kanan merah. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh mata sebelah kanan merah dan nrocos. Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur, pandangan doble, silau, gatal, ataupun nyeri. Keluhan sudah dirasakan pasien sejak sepuluh hari yang lalu setelah terkena sabun cuci piring. Mata 1

description

mata

Transcript of Tutorial Klinik Pinguekulitis

BAB ISTATUS PASIEN

A. IDENTITASNama : Ny. SUmur: 45 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamPekerjaan: PetaniAlamat: Kepil RT 001 RW 002 Kepuhsari Manyaran WonogiriTanggal periksa: 27Mei 2015No. RM: 01302616Cara Pembayaran: Umum

B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama: mata sebelah kanan merah.

2. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluh mata sebelah kanan merah dan nrocos. Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur, pandangan doble, silau, gatal, ataupun nyeri. Keluhan sudah dirasakan pasien sejak sepuluh hari yang lalu setelah terkena sabun cuci piring. Mata sebelah kiri pasien normal dan tidak ada keluhan. Pasien awalnya memberikan tetes mata yang diberi oleh bidan desa namun sampai hari kesepuluh belum juga sembuh.

3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kencing manis: disangkal Riwayat hipertensi: disangkal Riwayat alergi: disangkal Riwayat pemakaian kaca mata: disangkal Riwayat operasi mata : disangkal Riwayat penyakit serupa: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat hipertensi: disangkal Riwayat kencing manis: disangkal Riwayat penyaki serupa: disangkal5. KesimpulanAnamnesisODOS

ProsesInflamasi-

LokalisasiKonjungtiva bulbi-

SebabBelum diketahui-

PerjalananAkut-

KomplikasiBelum ditemukan-

C. PEMERIKSAAN FISIK1. Kesan UmumKeadaan umum baik E4V5M6, gizi kesan cukupT = 110/80 mmHg N = 84x/menit Rr = 18x/menit S= 36,5C

2. Pemeriksaan SubyektifODOS

Visus sentralis jauh6/66/6

Pinholetidak dilakukantidak dilakukan

Refraksidalam batas normaldalam batas normal

Visus Perifer

Konfrontasi tesdalam batas normaldalam batas normal

Proyeksi sinarBaikbaik

Persepsi warnadalam batas normaldalam batas normal

3. Pemeriksaan Obyektifa) Sekitar MataTanda radangtidak adatidak ada

Lukatidak adatidak ada

Paruttidak adatidak ada

Kelainan warnatidak adatidak ada

Kelainan bentuktidak adatidak ada

b) SuperciliumWarnahitamhitam

Tumbuhnyanormalnormal

Kulitsawo matangsawo matang

Geraknyadalam batas normaldalam batas normal

c) Pasangan Bola Mata dalam OrbitaHeteroforiatidak adatidak ada

Strabismustidak adatidak ada

Pseudostrabismustidak adatidak ada

Exophtalmustidak adatidak ada

Enophtalmustidak adatidak ada

Anopthalmustidak adatidak ada

d) Ukuran Bola MataMikrophtalmustidak adatidak ada

Makrophtalmustidak adatidak ada

Ptisis bulbitidak adatidak ada

Atrofi bulbitidak adatidak ada

Buftalmustidak adatidak ada

Megalokorneatidak adatidak ada

e) Gerakan Bola MataTemporal superiordalam batas normaldalam batas normal

Temporal inferiordalam batas normaldalam batas normal

Temporaldalam batas normaldalam batas normal

Nasaldalam batas normaldalam batas normal

Nasal superiordalam batas normaldalam batas normal

Nasal inferiordalam batas normaldalam batas normal

f) Kelopak MataGerakannyadalam batas normaldalam batas normal

Lebar rima10 mm10 mm

Blefarokalasistidak ada tidak ada

Tepi kelopak mata

Oedemtidak adatidak ada

Margo intermarginalistidak adatidak ada

Hiperemisadatidak ada

Entropiontidak adatidak ada

Ekstropiontidak adatidak ada

g) Sekitar Saccus LacrimalisOedemtidak adatidak ada

Hiperemistidak adatidak ada

h) Sekitar Glandula LacrimalisOedemtidak adatidak ada

Hiperemistidak adatidak ada

i) Tekanan Intra OkulerPalpasikesan normalkesan normal

Tonometer Schiotztidak dilakukantidak dilakukan

j) KonjungtivaKonjungtiva palpebra

Oedemtidak adatidak ada

Hiperemistidak adatidak ada

Sikatriktidak adatidak ada

Konjungtiva Fornix

Oedemtidak adatidak ada

Hiperemistidak adatidak ada

Sikatriktidak adatidak ada

Konjungtiva Bulbi

Pterigiumtidak adatidak ada

Oedemtidak adatidak ada

Hiperemisadatidak ada

Sikatriktidak adatidak ada

Injeksi konjungtivaadatidak ada

Caruncula dan Plika Semilunaris

Oedemtidak adatidak ada

Hiperemistidak adatidak ada

Sikatriktidak adatidak ada

k) SkleraWarnahiperemisputih

Penonjolantidak adatidak ada

l) KorneaUkuran12 mm12 mm

Limbusjernihjernih

Permukaanrata. mengkilatrata. mengkilat

Sensibilitasnormalnormal

Keratoskop (Placido)tidak dilakukantidak dilakukan

Fluoresin Testtidak dilakukantidak dilakukan

Arcus senilis(-)(-)

m) Kamera Oculi AnteriorIsijernihjernih

Kedalamandalamdalam

n) IrisWarnacoklatcoklat

Gambaranspongiousspongious

Bentukbulatbulat

Sinekia Anteriortidak adatidak ada

o) PupilUkuran3 mm3 mm

Bentukbulatbulat

Tempatsentralsentral

Reflek direk(+)(+)

Reflek indirek(+)(+)

Reflek konvergensibaikbaik

p) LensaAda/tidakadaada

Kejernihanjernihjernih

Letaksentralsentral

Shadow test(-)(-)

q) Corpus VitreumKejernihantidak dilakukantidak dilakukan

D. KESIMPULAN PEMERIKSAANODOS

Visus Sentralis Jauh6/66/6

Pinholetidak dilakukantidak dilakukan

Sekitar matadalam batas normaldalam batas normal

Superciliumdalam batas normaldalam batas normal

Pasangan bola mata dalam orbitadalam batas normaldalam batas normal

Ukuran bola matadalam batas normaldalam batas normal

Gerakan bola matadalam batas normaldalam batas normal

Kelopak matahiperemisdalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalisdalam batas normaldalam batas normal

Sekitar glandula lakrimalisdalam batas normaldalam batas normal

Tekanan Intra Okulerkesan normalkesan normal

Konjunctiva bulbihiperemisdalam batas normal

Sklerahiperemisdalam batas normal

Korneadalam batas normaldalam batas normal

Camera oculi anteriordalam batas normaldalam batas normal

Irisdalam batas normaldalam batas normal

Pupildalam batas normaldalam batas normal

Lensadalam batas normaldalam batas normal

Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan

E. GAMBAR

Gambar 1. Okuler Dextra

Gambar 3. Okuler Dextra dan Okuler Sinistra

F. DIAGNOSIS BANDING1. Pinguekulitis2. Pterigium3. Episkleritis4. Konjungtivitis

G. DIAGNOSISOD Pinguekulitis

H. TERAPI 1. Tobroson ed 4 dd gtt 12. Metyl Prednisolon 3 dd 1

I. PROGNOSISODOS

Ad vitambonambonam

Ad sanambonambonam

Ad kosmetikumbonambonam

Ad fungsionambonambonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Mata dan KonjungtivaMata adalah sebuah organ yang kompleks yang memiliki lebih dari satu sistem anatomi yang mendukung fungsi mata itu sendiri. Secara garis besar anatomi mata terdiri dari (luar ke dalam), yaitu kornea, kamera okuli anterior, iris, lensa, kamera okuli posterior (vitreus body), retina, dan nervus optikus. Ada beberapa sistem anatomi yang mendukung fungsi organ mata, yaitu :1. Anatomi kelopak mataKelopak mata memiliki peranan proteksi terhadap bola mata dari benda asing yang menbahayakan mata. Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Pada kelopak terdapat bagian bagian seperti kelanjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis dan kelenjar Meibom. Sementara pergerakan kelopak mata dilakukan oleh M. Levator palpebra yang dipersarafi oleh N. Fasialis.2. Anatomi sistem lakrimalSistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :a.Sistem produksi atau glandula lakrimal. Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata.b.Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.3. Anatomi konjungtivaKonjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :a.Konjungitva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.b.Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.c.Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.4. Anatomi bola mataBola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :a.Sklera, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.b.Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah apabila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Badan siliar menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor).c.Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.5. Anatomi rongga orbitaRongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersamasama tulang palatinum dan zigomatikus.

Gambar 2.1 Anatomi mata

B. Fisiologi KonjungtivaKonjungtiva merupakan membran mukus yang transparan yang membentang di permukaan dalam kelopak mata dan permukaan bola mata sejauh dari limbus. Ini memiliki suplai limfatik yang tebal dan sel imunokompeten yang berlimpah. Mukus dari sel goblet dan sekresi dari kelenjar aksesoris lakrimal merupakan komponen penting pada air mata. Konjungtiva merupakan barier pertahanan dari adanya infeksi. Aliran limfatik berasal dari nodus preaurikuler dan submandibula, yang berkoresponden dengan aliran di kelopak mata. Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :1.Konjungtiva palpebra dimulai dari hubungan mukokutaneus pada tepi kelopak dan bergabung ke lapis tarsal posterior (Ilyas dan Yulianti, 2012). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris (Vaughan, 2000).2.Konjungtiva forniks merupakan konjungtiva peralihan konjungtiva palpebra dan bulbi.3.Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera anterior dan bersambung dengan epitel kornea pada limbus. Punggungan limbus yang melingkar membentuk palisade Vogt. Stroma beralih menjadi kapsula Tenon kecuali pada limbus dimana dua lapisan menyatu (Ilyas dan Yulianti, 2012).. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan melipat berkalikali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Lipatan konjungtiva bulbaris tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terletak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa (Vaughan, 2000).

Gambar 2.2. Anatomi konjungtiva mata

C. Pasokan darah, limfe dan persarafanArteriarteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali.Pembuluh limfe konjungtiva terusun dalam lapisan superfisial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oftalmik) pertama nervus V. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri (Vaughan, 2000). Histologi konjungtiva :1.Epitel konjungtiva merupakan jenis yang non-keratinisasi dan tebalnya sekitar 5 sel. Sel basal kuboid menyusun sel polihedral yang mendatar sebelum sel tersebut terlepas dari permukaan. Sel goblet terdapat di dalam sel epitelnya. Sel goblet kebanyakan terdapat di inferoir dari nasal dan di konjungtiva forniks, dimana jumlahnya sekitar 5 10% jumlah sel basal (Ilyas dan Yulianti, 2012).. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel sel epitel skuamosa. Sel sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen (Vaughan, 2000).2.Stroma (substansia propria) terdiri atas jaringan ikat yang banyak kehilangan pembuluh darah. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler.D. Pinguekulitis1. DefinisiPinguekula adalah benjolan yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva pada konjungtiva bulbi. Letak bercak ini di daerah celah kelopak mata, baik bagian temporal maupun nasal, terutama di bagian nasal. Pinguekula dapat ditemukan pada orang tua, namun juga bisa pada orang dewasa dan akan-anak, baik laki-laki maupun perempuan (Ilyas dan Yulianti, 2012; Perdami, 2010; Ilyas, 2009).Pingekuela terlihat sebagai penonjolan berwarna putih hingga kuning keabu-buan, berupa hipertrofi atau penebalan selaput lendir (Perdami, 2010). Pinguekulitis merupakan peradangan dan pembengkakan pinguekula (Ilyas, 2009). Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi (penguekulitis), maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar (Ilyas dan Yulianti, 2012).

2. EtiologiTerdapat terutama di daerah tropis dan berhubungan langsung dengan pajanan sinar ultraviolet dan lingkungan berangin. Lebih sering pada orang dewasa yang sering terpajan sinar matahari, debu, dan angin panas (Ilyas dan Yulianti, 2012; Perdami, 2010; Ilyas, 2009).

3. Gejala KlinisPenonjolan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits) yang terletak di dekat limbus (Perdami, 2010). Berbeda dengan pterigium yang berbentuk seperti baji dan merupakan jaringan fibrosis yang tumbuh ke arah kornea. Pada pinguekula, penonjolan yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva hanya akan ada di bagian sklera, tidak mencapai pada bagian kornea (Micha, 2011).Dalam keadaan iritasi, keluhan biasanya terasa seperti ada benda asing disertai adanya hiperemi akibat injeksi konjungtiva. Penderita umumnya datang pada dokter karena adanya peradangan tersebut, atau karena penonjolan yang jelas sehingga penderita khawatir akan terjadi suatu keganasan, atau karena alasan kosmetik (Perdami, 2010).

4. Gambaran HistopatologiPada gambaran histopatologi menunjukan degenerasi serat kolagen stroma konjungtiva dengan menipisnya epitel permukaan dan disertai kalsifikasi akibat perkembangannya yang lambat (Ilyas, 2009).

5. Diagnosis BandingPinguekulitis dapat didiagnosis banding dengan pterigium, episkleritis, dan konjungtivitis. Pterigium adalah suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degenerative dan invasive. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal konjungtiva yang meluas ke arah kornea. Pterigium mudah meradang dan mengiritasi kedua mata (Ilyas, 2009).Episkleritis adalah peradangan pada lapisan paling luar sklera yang umumnya disebabkan alergi. Pada mata dapat ditemukan kemerahan setempat yang menunjukkan pelebaran pembuluh darah episklera. Peradangan dapat pula mengenai hampir seluruh bola mata (Perdami, 2010).Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata (Bradford, 2004).

6. Penegakan DiagnosisDiagnosa ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala saat anamnesis dan hasil pemeriksaan. Pada pinguekulitis secara umum dilakukan pemeriksaan inspeksi menggunakan slit lamp (Caesarina, 2012).

7. PenatalaksanaanPinguekula biasa tidak memerlukan pengobatan dan bila mengganggu kosmetik kadang-kadang dilakukan eksisi. Namun, apabila terlihat adanya tanda peradangan atau terjadi pinguekulitis dapat diberi obat anti radang yang akan mengurangi mata merah. Steroid topikal dapat mempercepat redanya peradangan. Dapat pula dianjurkan untuk menghindari faktor-faktor pemicu rangsangan (Ilyas dan Yulianti, 2012; Perdami, 2010; Ilyas, 2009).Hendaknya pasien melakukan mengkonsumsi obat secara teratur dan kembali untuk kontrol pada waktu yang telah ditentukan. Hindari mengucek mata karena dapat memperparah iritasi. Setelah iritasi sembuh, sebaiknya pasien melindungi mata dari faktor-faktor penyebab timbulnya iritasi ulang, misalnya dengan menggunakan kacamata pelindung pada saat keluar rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy of Opthalmology.Caesarina, IR. 2012. Pinguekula. NTB: Universitas Mataram.Ilyas S. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.Ilyas S dan Yulianti SR (2012). Ilmu penyakit mata edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.Micha, Munro. 2011. Pinguecula and Pterygium. http://www.faculty.sfasu.edu/munromicha/spe516/pinguecula_pterygium_simms.doc Diakses Mei 2015Perdami. 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Perdami.Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. 2000. Widia Meka. Jakarta.

4