Tutorial Blok Aktivitas Dan Mobilitas 1

download Tutorial Blok Aktivitas Dan Mobilitas 1

of 21

description

SPINAL CORD INJURY

Transcript of Tutorial Blok Aktivitas Dan Mobilitas 1

Tutorial Blok aktivitas dan mobilitas 1

Tutorial Blok aktivitas dan mobilitas 1 Kelompok 6

Nama anggota kelompok Elli nova sitepu(101101101)Ida v siburian (101101088)Frida (101101086)Mawah iqbal (101101089)Sevan (101101095)Devi cordi asdo(101101094) Sri hartati sinaga(101101096)Pangihutan (101101090)Nurhanifa (101101037)Yulice w sihotang (101101097)Sartika nina novita (101101085)

Pemicu Laki-laki 30 tahun . Jatuh dari tangga setelah minum bir 12 gelas . Dia ditemukan setengah jam setelah jatuh dengan posisi terlentang . Saat ini dia masih bisa bangun dan bergerak tetapi kedua lengannya terasa lemah . Tekanan darah 120/60 mmHg , pulse rate 98x/ menit , respiratory rate 24x/menit , suhu 36,6 derajat celcius , saturasi oksigen 92 % . Tampak abrasi pada kulit kepala diarea temporal kiri . Pernafasan teridentifikasi bau etanol .

Apakah yang terjadi pada laki-laki tersebut ?

More info 1 : pemeriksaan neurologi Bicara kacau , GCS 14 ,pergerakan semua ekstermitas lemah terutama ekstremitas atas , tidak mampu menggengam erat tangan pemeriksa . Mengeluh nyeri pada c-spine , lengan dan bahu kiri nyeri , kedua ekstremitas atas kebas , terpasang neck collar keras pada c-spine . MRI c-spine perdarahan substansi sentral pada c-spine cord .

More info 2 : 24 jam pasca injury GCS 15 , tekanan darah 120/70 mmHg , pulse rate 85x/menit , respiratory rate 14x/menit, suhu 36,6 derajat celcius, saturasi oksigen 95 % ,kedua lengan tidak mampu melawan gravitasi kedua tungkai hanya mampu melawan gravitasi namun tidak mampu melawan tahanan minimal . Sensasi dibawah C-5 berkurang . Tonus spingter ni menurun , nyeri perirectal , abnormal sensorik bilateral , pasien mengalami inkontinensia urin dan alvi .

DEFENISI SPINAL CORD INJURY Spinal cord injury (SCI) adalah cidera mengenai cervikalis, vertebralis, dan Lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian,kecelakaan lalu lintas,kecelakaan olahraga dsb.6

KLASIFIKASI SCILesi Komplet Termasuk quadriplegia komplet atau paraplegia komplet merupakan kehilangan sensasi dan kontrol otot volunter dibawah cedera totalLesi tidak kompletMerupakan pemeliharaan serat-serat sensorik atau motorik atau keduanya dibawah lesi. Lesi tidak komplet di klasifikasikan sesuai area medula spinalis yang rusak: sentral, lateral dan anterior

7Lesi tidak kompletKarakteristikPenyebab1.Sindrom Medulla PusatDefisit motorik (pada ekstremitas atas bila dibandingkan dengan ekstremitas bawah: Kehilangan sensori yang bervariasi,tetapi lebih berat pada ekstremitas atas), adanya disfungsi defekasi dan berkemihCidera hiperektensi atau kurangnya suplai darah menuju medula spinalis2.Sindrom Medulla AnteriorKehilangan sensasi nyeri dan temperatur di bawah batas luka, paralisis, dan fungsi motorik terlihat dibawah tingkat lesi: Sentuhan ringan, pergerakan, posisi dan vibrasi masih utuhHerniasi diskus akut atau cedera hiperefleksi dikaitkan dengan dislokasi fraktur vertebra. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat cedera pada arteri spinalis anterior.3.Sindrom Brown-sequard (Medulla Lateral)Paralisis ipsilateral bersamaan dengan kehilangan sensasi sentuhan,tekanan dan getaran,sensasi nyeri dan suhu kontralateralLesi yang disebabkan oleh hemiseksi trasversal medulla,biasanya akibat cedera pisau atau tembakan8

ETIOLOGIKecelakaan Lalu lintas ( mobil,motor,dll)Jatuh dari tempat yang tinggiKecelakaan karena olahragaLuka tusuk atau luka tembak pada daerah vertebra

9PATOFISIOLOGIJatuh dari tangga dengan posisi terlentang Trauma vertebraFraktur ataupun dislokasi tulang belakang yang dapat megenai medulla spinalis Kontusio Kompresi tulang ( pemotongan komplit ataupun tidak komplit )Perdarahan sehingga terjadi pembengkakan Medula spinalis tertekan oleh kepingan tulang belakang yang patah Kompresi pada saraf spinalis S2, S3 , S4 Inkontinensia urin dan alvi Penekanan medulla spinalis Penekanan saraf yang ada pada tulang belakang C4-C5 Paralisis , sensasi dibawah C5 berkurang , tekanan darah 120/60 mmHg pulse rate 98X/menit 10

11

Manifestasi klinis pemeriksaan fisik Pemeriksaan refleks Pemeriksaan refleks dalam , refleks achilles menghilangnya .Refleks patella biasanya melemah pada otot hamstring Pemeriksaan refleks patologis . Pada fase akut refleks akan hilang setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali namun didahuli oleh refleks patologis Refleks bulbokavernosus ( + ) : adanya syok spinal Pemeriksaan perkemihan dan pencernaan Bila terjadi lesi pada kauda ekuina ( kandung kemih dikontrol oleh S2-S4 ) maka hubungan antara kandung kemih dan pusat spinal hilang sehingga refleks kandung kemih hilang sementara dan klien akan mengalami inkontinensia urin Gejala awal tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu : neuropraksia , hilangnya suara bising usus , kembung , defekasi ( -) Ada atau tidaknya lesi dimulut dan perubahan pada lidah menandakan adanya dehidrasi

Lanjutan Pemeriksaan motorik Paralisis motorik dan paralisis alat alat dalam , tergantung dari ketinggian terjadinya trauma . Gejala utama gangguan motorik sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena Pemerikasaan lokalis Look . Ada atau tidaknya perubahan warna kulit , abrasi dan memar .Feel . Prosesus spinosus dipalpasi untuk mengkaji ada atau tidaknya celah yang dapat diraba akibat sobeknya ligamentum posterior , menandakan cidera tidak stabil sering didapati adanya nyeri tekan pada area lesi Move . Gerakan tulang spinal atau punggung tidak boleh dikaji pada disfungsi motorik . Yang dikaji : kelemhan dan kelumpuhan pada seluruh ekstremitas dengan menggunakan derajat kekuatan otot

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKA. Rontgen Foto Pemeriksaan foto AP lateral dan obliq dilakukan untuk menilai: diameter anteroposterior kanal spinal. kontur, bentuk, dan kesejajaran vertebrata. pergerakan fragmen tulang dalam kanal spinal.Keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus. ketinggian ruangan diskus intervertebralis.

Lanjutan B. CT scan dan MRI

CT scan dan MRI bermanfaat untuk menunjukkan tingkat penyumbatan kanalis spinalis. Pada fraktur dislokasi cedera paling sering terjadi pada sambungan torako-lumbalis dan biasanya disertai dengan kerusakan pada bagian terbawah korda atau kauda equina. Klien harus diperiksa dengan sangat hati-hati agar tidak membahayakan korda atau akar saraf lebih jauh.

LanjutanFoto thoraks untuk mengetahui keadaan paru ( bila perlu ).AGDA untuk mengetahui keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi .

Penatalaksanaan farmakoterapi Aspek medulla spinalis Kortikosteroid ( mengurangi edema )Deksametason , dosis :Hari 1 : 4x5 mg/ hari melalui IM Hari2 : 3x5 mg/hari melalui IMHari 3 :2x5 mg/hari melalui IMHari4 : 1x5 mg/hari melalui IM Hari5 : 1x5 mg/hari melaui IM Metilprednisolon 1mg deksametason ekuivalen dengan 8 mg metilpreniloson Triamsinolon 1mg deksametason ekuivalen dengan 8 mg triamnolon Obat vaskulotropik Misalnya asam traneksamat 5 % , sebanyak 2x1 ampil / hari selama 5 hari berturut turut Obat neurotropik / roboransia

Lanjutan Aspek gangguan sistemik a. Neurogenic shock ( bradikardi dan hipotensi )(tensi dibawah 100/60 mmmhg ) bila kurang dari nilai ini maka dapat diberikan adrenalin 0.2 mg subkutan , boleh diulang setengAh sampai satu jam bila denyut jantung kuarng dari 44x / menit berikan intermiten sulfas atrofin 0.25 mg melalui IV b.untuk menurunkan tensi :Klonidin IM /IV perlahan lahan sebanyak 1 ampul / 10 cc larutan garam fisiologik , dapat diulang setelah 3 jam tensi belum normal Aspek muskuloskeletal Untuk mengurangi spastitisitas:Diazepam 3x5 10 mg Baklofen 3x5 mg

Lanjutan Khusus untuk area servikal Traksi yang dapat dilakukan :Traksi glison : hanya digunakan sementara , setelah itu sebaiknya dilanjutkan dengan traksi crutchfield tidak lebih dari 2 hari . Traksi crutchfeild dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama dan beban lebih berat ( 4-5kg), hingga tidak saja bermanfaat sebagai reduksi / reposisi tapi juga alat fiksasi permanen operatif Tindakan operatif perlu dilakukan pada keadaan :Kedudukan fragmen fraktur jelek , sedangkan usaha untuk mengembalikan penjajaran secara konservatif sulit dilakukan Adanya pecahan pecahan tulang yang masuk kedalam kanalis vertebra Adanya fraktur terbuka ( komplikata ) rehabilitatif Bladder training dan bowel training , melatih otot otot perkemihan dan spinkter ani 2. Latihan fisik agar penderita dapat mobilisasi , dapat berpindah dari satu tempat ketempat lainnya tanpa bantuan . Harus dipahami kursi roda bukan tujuan akhir rehabilitasi , bila mempunyai kemampuan dorong penderita untuk berjalan menggunakan tongkat ataun ortosis kaki 3.Latihan agar mampu mengurus sendiri kebutuhan vital sehari hari misalnya : makan , minum, mandi, buang air , menyisir rambut

Komplikasi

Autonomic dysreflexsia Terjadi pada klien dengan lesi diatsa torakal , paling umum terjadi pada cedera servikal Tanda tanda nya :Bradikardi , hipertensi , berkeringat , goose flesh , sakit kepala berat , nasal stuffnes .Fungsi seksual Impotensi , penurunan sensasi , kesulitan ejakulasi ( pada pria)Stroke Kebutaan Kematian

Kesimpulan Laki-laki tersebut mengalami spinal cord injury ( SCI) tipe lesi incompelete ; sindrom medula sentral /pusat