Tutorial 2 L6 BLOK 20

43

Click here to load reader

description

Skenario Tutorial PHA

Transcript of Tutorial 2 L6 BLOK 20

Page 1: Tutorial 2 L6 BLOK 20

SKENARIO B BLOK 20

Pelayanan kesehatan

Linda dan laura sahabat karib saat masih SMA. Mereka sekolah dan tinggal di

satu daerah yang jauh dari perkotaan (daerah rural). Keduanya telah menikah dan

saat ini, sama-sama sedang hamil dan menantikan kelahiran anak pertamanya.

Linda bersuamikan pria yang berpengghasilan rata-rata. Linda tinggal bersama

suaminya di pinggiran kota yang di dekat rumahnya berpraktik seorang dokter

spesialis kebidanan dan kandungan.

Laura bersuamikan seorang pria yang sukses dalam mengembangkan pertanian

dengan berkebun kelapa sawit yang sangat luas. Boleh dikatakan penghasilan

keluarganya dalam sebulan jauh di atas rata-rata keluarga pada umumnya. Karena

tinggal di daerah perkebunan, tidak ada dokter yang berpraktik di dekat-dekat

rumahnya, termasuk untuk mendapatkan pertolongan emergensi apabila

diperlukan. Dokter layanan primer maupun puskesmas sebagai first point of

contact penanganan pasien dan merujuk pasien apabila diperlukan juga tidak ada.

Linda menjadi seorang ibu dengan bayi yang sangat sehat. Sebaliknya Laura

karena tidak mendapatkan prenatal care yang cukup adekuat, melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah yang disertai dengan kelainan paru yang berat.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Hamil

2. Daerah rural

3. Merujuk

4. First point of contact

5. Dokter layanan primer

6. Puskesmas

7. Prenatal care

8. BBLR

9. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan

10. Emergency

1

Page 2: Tutorial 2 L6 BLOK 20

11. Kelainan paru

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Linda dan Laura saat SMA tinggal di daerah yang jauh dari perkotaan

(daerah rural)

2. Laura saat ini sedang hamil, tinggal di daerah perkebunan dan tidak ada

dokter layanan primer dan puskesmas sebagai first point of contact

sedangkan Linda yang juga sedang hamil tinggal di daerah dekat praktik

dokter.

3. Linda menjadi ibu dari bayi yang sehat sedangkan Laura melahirkan bayi

dengan BBLR disertai kelainan paru yang berat karena tidak mendapat

prental care yang cukup.

III. ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana usaha pembentukan pelayanan kesehatan? (ima)

2. Bagaimana agar proses pelayanan masyarakat berjalan dengan baik sesuai

standar pelayanan kesehatan? (widya)

3. Bagaimana upaya agar terdapat tenaga kesehatan di daerah tersebut dan

tenaga kesehatan tersebut betah di daerah tersebut? (ipeh)

4. Apa yang menyebabkan bayi Laura BBLR?

5. Bagaimana metode agar kejadian BBLR tidak terulang?

6. Bagaimana metode pelayanan masyarakat agar berjalan efisien dan

efektif? (iwa)

7. Apa yang dimaksud dengan dokter layanan primer?

8. Apa fungsi dan peran serta azas puskesmas? (nina)

9. Bagaimana administrasi di puskesmas?

10. Apa yang dilakukan apabila pelayanan kesehatan gagal? (gita)

11. Bagaimana peraturan pelayanan kesehatan di puskesmas?

2

Page 3: Tutorial 2 L6 BLOK 20

IV. HIPOTESIS

Untuk mencapai suatu pelayanan kesehatan yang bermutu didaerah rural

diperlukan sarana berupa tenaga medis. Akses merupakan syarat pelayanan

kesehatan agar bermutu.

V. SINTESIS

1. STRUKTURAL ORGANISASI DINAS KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

(POLA MAKSIMAL)

3

Page 4: Tutorial 2 L6 BLOK 20

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

(POLA MINIMAL)

Persyaratan Jabatan

Berdasarkan Pasal 17 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok

Pokok Kepegawaian ditentukan bahwa pengangkatan dalam jabatan

(fungsional dan struktural) berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan

kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang telah ditetapkan.

Dalam mengimplementasikan kompetensi jabatan bidang kesehatan perlu

mempertimbangkan hal-hal yang secara substansial terkait dengan sifat

pembangunan kesehatan antara lain :

1) Pelayanan kesehatan terkait dengan pelayanan publik yang sangat

spesifik yang bertujuan menyelamatkan jiwa manusia yang

membutuhkan tingkat kompetensi yang tinggi yang diikuti dengan

4

Page 5: Tutorial 2 L6 BLOK 20

pengawasan, bimbingan dan pengendalian teknis oleh tenaga yang

mumpuni.

2) Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang padat teknologi dan

padat profesi, yang hingga saat ini tidak kurang dari 24 jabatan

fungsional kesehatan,seperti:

A. Jabatan Fungsional Kesehatan :

1. Jabatan fungsional Dokter.

2. Jabatan fungsional Dokter Gigi

3. Jabatan fungsional Perawat

4. Jabatan fungsional Bidan

5. Jabatan fungsional Apoteker

6. Jabatan fungsional Asisten

Apoteker

7. Jabatan fungsional Pengawas

Farmasi,Makanan dan Minuman

8. Jabatan fungsional Pranata

Laboratorium Kesehatan

9. Jabatan fungsional Entomolog

Kesehatan

10. Jabatan fungsional Epidemiolog

Kesehatan

11. Jabatan fungsional Sanitarian

12. Jabatan fungsional Penyuluh

Kesehatan Masyarakat

13. Jabatan fungsional Perawat Gigi

14. Jabatan fungsional

Administrator Kesehatan

15. Jabatan fungsional Nutrisionis

16. Jabatan fungsional Fisioterapis

17. Jabatan fungsional Terapis

Wicara

18. Jabatan fungsional Teknisi

Elektromedis

19. Jabatan fungsional Refraksionis

Optisien

20. Jabatan fungsional Okupasi

Terapis

21. Jabatan fungsional Orthotik

Prostetis

22. Jabatan fungsional Teknisi Gigi

23. Jabatan fungsional Transfusi

Darah

B. Tenaga Jabatan Fungsional Nonkesehatan seperti :

1. Arsiparis;

2. Pranata Komputer;

3. Analis Kepegawaian;

4. Pranata Humas;

5. dll.

5

Page 6: Tutorial 2 L6 BLOK 20

3) Sebagai penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat Strata kedua

(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) dan Strata ketiga (Dinas Kesehatan

Provinsi) dalam Sistem Kesehatan Nasional maka organisasi kesehatan

khususnya Dinas Kesehatan Daerah baik Dinas Kesehatan Provinsi

maupun Kabupaten/Kota dituntut tidak hanya berciri manajerial,

melainkan juga harus berciri pelayanan.

Sejalan dengan ketentuan dimaksud guna menjamin keberhasilan

pelaksanaan visi dan misi pembangunan nasional kesehatan,dan

merujuk pada Keputusan Kepala BKN No. 46A Tahun 2003, seorang

Kepala Dinas Kesehatan diharuskan mempunyai kompetensi minimal

sebagai berikut :

Kompetensi Dasar :

a. Integritas

Bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebojakan organisasi

serta kode etik profesi dengan mempertahankan norma-norma sosial,

etika dan organisasi walaupun dalam keadaan yang sulit untuk

melakukannya, sehingga terdapat satu kesatuan antara kata dan

perbuatan.

b. Kepemimpinan

Kemampuan untuk menggerakkkan, memberdayakan, membimbing,

mengarahkan, mendidik serta mengambil keputusan yang positif bagi

staf dan pegawainya menuju ketujuan organisasi.

c. Perencanaan

Kemampuan untuk menggambarkan tujuan, memaparkan rencana,

menganalisa untung ruginya, manfaat dan dampaknya,

mengevaluasinya sehingga membawa kemajuan organisasi.

d. Penganggaran

Menguasai prinsip dan teknik penganggaran, mampu menelaah

anggaran, merencanakan dan menyusun anggaran, mengetahui pola

pengelolaan keuangan.

e. Pengorganisasian

6

Page 7: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Kemampuan mengatur dan mengelola sumberdaya, membagi tugas

dan menjabarkan fungsi, menempatkan SDM sesuai dengan kualifikasi

dan kompetensinya, membina kelancaran organisasi berdasarkan alur

tugas, hak, kewenangan dan tanggung jawab.

f. Kerjasama

Kemampuan membangun kerjasama baik dalam lingkungannnya

maupun dengan pemangku kepentingan, agar program dan kegiatan

kerja yang dilaksanakan dapat dirasakan semua pihak.

g. Fleksibilitas

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif dalam

situasi dan kondisi yang berbeda dengan berbagai individu atau unit

kerja lain, dapat menghargai pendapat yang berbeda dan dapat

menerima perubahan dalam organisasi.

Gambaran komponen dalam kompetensi dasar tersebut di atas,

selama ini telah dilaksanakan dan tertuang dalam penilaian Daftar

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).

Kompetensi Bidang :

a. Berorientasi pada Pelayanan (BpP)

Keinginan untuk membantu, melayani atau memberikan pelayanan

kesehatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat artinya selalu

berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan yang menggunakan hasil kerja organisasi yang dipimpinnya

baik internal maupun eksternal organisasi.

b. Berorientasi pada Kualitas (BpK)

Melaksanakan tugas-tugas dengan teliti berdasarkan standard an

prosedur yang berlaku dan mempertimbangkan semua aspek pekerjaan

yang dilakukan.

c. Berpikir Analitis (BA)

Kemampuan untuk memahami situasi atau masalah kesehatan dengan

menguraikan masalah tersebut menjadi bagian – bagian yang lebih

7

Page 8: Tutorial 2 L6 BLOK 20

rinci, dan mengidentifikasi penyebab dari situasi atau masalah tersebut

serta memprediksi akibatnya.

d. Berpikir Konseptual (BK)

Kemampuan untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan dalam

pelaksanaan tugas, mengolah data beragam dan tidak lengkap menjadi

informasi yang jelas, mengidentifikasi pokok permasalahan serta

menciptakan konsep-konsep baru.

e. Keahlian Teknikal/Profesional/ Manajerial (KTPM).

Penguasaan pengetahuan bidang kesehatan berupa teknik, manajerial

maupun profesional; serta memiliki motivasi untuk menggunakan dan

mengembangkan serta memberikan advokasi kepada pihak-pihak yang

terkait.

Untuk memenuhi persyaratan jabatan, kompetensi dan perilaku secara

obyektif dapat diukur dari: pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja,

etika, keterampilan kerja dan syarat psikologi.

Persyaratan Jabatan Struktural Dinas Kesehatan Daerah

Yang dimaksud dengan jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas

tercantum dalam struktur organisasi yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Jabatan struktural Dinas

Kesehatan Daerah meliputi jabatan dalam organisasi Dinas Kesehatan Daerah.

Sesuai dengan uraian di atas dan merujuk Persyaratan Jabatan yang diatur

dalam Pedoman Formasi Dan Persyaratan Jabatan Dinas Kesehatan Daerah,

disamping telah memenuhi jenjang kepangkatan dan standar kompetensi umum

yang telah ditetapkan, pejabat perangkat daerah bidang kesehatan mempunyai

kualifikasi yang sesuai dengan substansi kesehatan yang merupakan tugas pokok

dan fungsinya harus mempunyai penguasaan bidang pengetahuan yang terkait

dengan bidang kesehatan berupa penguasaan teknis,managerial maupun

profesionalisme,serta memiliki motivasi untuk menggunakan dan

mengembangkannya.

8

Page 9: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Jabatan-jabatan struktural Dinas Kesehatan Daerah yang menjadi cakupan

dalam bahasan ini meliputi : (1) Jabatan Kepala Dinas, Sekretariat, Kepala

Bidang, Kepala Subbagian dan Kepala Seksi pada Dinas Kesehatan Daerah. (2)

Jabatan Kepala UPTD.

Untuk dapat diangkat dalam suatu jabatan struktural dalam lingkup Dinas

Kesehatan Daerah harus memenuhi syarat minimal sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pendidikan yang diakui adalah berdasarkan ijazah yang dimiliki oleh

calon pemangku jabatan. Pendidikan tersebut dari berbagai disipilin ilmu yang

dibutuhkan di lingkungan kesehatan dari Universitas/Perguruan Tinggi,

Politeknik/AkademiKesehatan baik negeri maupun swasta dari dalam maupun

luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dari Departemen Pendidikan

Nasional.

Pada prinsipnya setiap eselon jabatan mempunyai persyaratan sebagai

berkut :

1. Kepala Dinas Kesehatan :

Eselon II A dan II B dipersyaratkan minimum Magister/SP1

Kesehatan atau yang disetarakan (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker,

Psikolog, Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Sarjana Kesehatan lainnya).

2. Bidang/Seksi di lingkungan Dinkes :

a. Eselon IV A dan IV B yang merupakan jabatan teknis kesehatan dengan

tingkat pendidikan minimum Diploma III Kesehatan atau yang

disetarakan.

b. Eselon III, dipersyaratkan minimum Sarjana / Diploma IV Kesehatan

atau yang disetarakan (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Psikolog,

Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Sarjana Kesehatan lainnya)

3. Sekretariat/Subaggian di lingkungan Dinkes :

a. Eselon IV yang merupakan jabatan teknis umum dengan tingkat

pendidikan minimum Diploma III atau yang disetarakan sesuai

kompetensinya.

9

Page 10: Tutorial 2 L6 BLOK 20

b. Eselon III, dipersyaratkan minimum Sarjana/ Diploma IV atau yang

disetarakan sesuai kompetensinya.

Untuk menjamin profesionalitas, pejabat kesehatan daerah yang

diangkat yaitu berpendidikan Dokter, Dokter Gigi, Sarjana Kesehatan

Masyarakat, Apoteker dan Sarjana Kesehatan lainnya.

2. Pelatihan

Persyaratan pelatihan dibedakan antara persyaratan umum dan persyaratan

khusus

a. Persyaratan umum

Sebagai persyaratan untuk menduduki jabatan struktural tertentu yaitu

pelatihan struktural yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah bagi

Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut :

1) Diklatpim Tk. II : Untuk pejabat eselon II

2) Diklatpim Tk. III : Untuk pejabat eselon III

3) Diklatpim Tk IV : Untuk pejabat eselon IV

b. Persyaratan khusus

Disamping persyaratan umum,ditetapkan persyaratan lain secara khusus

berlaku untuk pengangkatan pada jabatan kesehatan yaitu Diklat teknis antara

lain :

1) Administrasi kesehatan/Manajemen kesehatan, harus diikuti oleh semua

pejabat dari eselon III sampai ke eselon II agar memiliki wawasan

pengadministrasian/pengelolaan pelayanan kesehatan dengan baik

2) Spesifik untuk jabatan yang harus diikuti oleh calon pejabat tertentu agar

mempunyai kompetensi yang dituntut bagi pemangku jabatan tertentu.

3. Kepangkatan

Untuk menduduki suatu pada eselon tertentu,seorang PNS minimal harus

mempunyai golongan kepangkatan tertentu sebagaimana diatur dalam

Peraturan Perundangan yang berlaku, yaitu sebagai berikut :

10

Page 11: Tutorial 2 L6 BLOK 20

a. Eselon II sudah menduduki golongan pangkat IV/b untuk eselon IIA dan

golongan IV/a untuk eselon IIB.

b. Eselon III sudah menduduki golongan pangkat III/d untuk eselon IIIA dan

golongan III/c untuk eselon IIIB

c. Eselon IV sudah menduduki golongan pangkat III/b untuk eselon IVA dan

golongan pangkat III/a untuk eselon IVB

4. Pengalaman Kerja

Pengalaman memangku jabatan struktural kesehatan dan jabatan

fungsional kesehatan merupakan persyaratan untuk menduduki suatu jabatan

struktural kesehatan. Persyaratan untuk setiap eselon adalah sebagai berikut :

a. Untuk eselon II A sudah pernah menduduki jabatan eselon II B atau

jabatan fungsional kesehatan yang disetarakan dengan golongan

pangkatnya.

b. Untuk eselon II B sudah pernah menduduki jabatan eselon III A dalam

dua jenis jabatan yang berbeda (tour of duty area) atau jabatan fungsional

kesehatan yang disetarakan dengan golongan pangkatnya.

c. Untuk eselon III A dan III B sudah pernah menduduki jabatan

kesehatan eselon IV A atau IV B atau jabatan fungsional kesehatan yang

disetarakan dengan golongan pangkatnya.

d. Untuk eselon IV A dan eselon IV B sudah pernah menduduki jabatan

fungsional kesehatan yang disetarakan dengan golongan pangkatnya atau

jabatan non struktural dengan pendidikan bidang kesehatan

2. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung berbagai komponen dalam

pelayanan kesehatan.

A. Teori Sistem

Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai

hubungan diantara variabel dependen dan independen yang di asumsikan

11

Page 12: Tutorial 2 L6 BLOK 20

berinteraksi satu sama lain .Sistem terbentuk dari subsistem yang saling

berhubungan dan saling mempengaruhi.

Sistem terdiri dari:

1. Input

Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan

untuk berfungsinya sebuah sistem. Input sistem dalam pelayanan

kesehatan antara lain: potensi masyarakat, tenaga, sarana kesehatan , dsb.

2. Proses

Merupakan kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi

sebuah hasil yang di harapkan dari sistem tersebut. Proses dalam

pelayanan kesehatan antara lain: Berbagai kegiatan dalam pelayanan

kesehatan

3. Output

Merupakan hasil yang di peroleh dari sebuah proses. Output

pelayanan kesehatan antara lain : Pelayanan yang berkualitas dan

terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.

4. Dampak

Merupakan Akibat dari output (hasil suatu sistem) terjadi dalam

waktu yang relatif lama . Dampak sistem pelayanan kesehatan antara lain :

Masyarakat sehat , Angka kesakitan dan kematian menurun.

5. Umpan Balik

Merupakan hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari

sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan

balik dari pelayanan kesehatan antara lain : Kualitas tenaga kesehatan.

6. Lingkungan

Merupakan semua keadaan di luar sistem tetapi dapat

mempengaruhi pelayanan kesehatan .

B. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang di berikan

kepada masyarakat. Menurut Leavel dan Clark dalam memberikan

12

Page 13: Tutorial 2 L6 BLOK 20

pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan

yang akan diberikan , yaitu :

a. Health Promotion (promosi kesehatan)

Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui

peningkatan kesehatan . yang bertujuan untuk memberikan atau

meningkatkan status kesehatan masyarakat . Contoh : Kebersihan

perorangan , perbaikan sanitasi lingkungan , dsb.

b. Specifik Protection (Perlindungan Khusus)

Merupakan masyarakat terlindung dri bahaya atau penyakit-penyakit

tertentu . Contoh : Imunisasi , Perlindungan keselamatan kerja

c. Early Diagnosis and Prompt treatment (Diagnosis dini dan pengobatan

segera)

Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dilakukan untuk mencegah

penyebaran penyakit . Contoh : Survei penyaringan khusus .

C. Lembaga Pelayanan Kesehatan

Merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada

masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan,bevariasi berdasarkan

tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Terdiri dari:

Rawat Jalan

Bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat

pelaksanaan diagnosis dan pengobatan penyakit akut/mendadak dan

kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap.

Institusi

Merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya

cukup dalam memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan.

Contoh: Rumah sakit, Pusat Rehabilitasi, dsb.

Hospice

Bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan

pada klien dengan sakit terminal sampai melewati masa terminal

dengan tenang. Biasana digunakan dalam homecare.

13

Page 14: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Community Based Agency

Dilakukan keluarga klien seperti praktek perawat keluarga

tersebut,dsb.

D. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

Dalam pelayanan kesehatan,dapat mencakup pelayanan dokter,

pelayanan keperawatan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Terdapat 3

bentuk Pelayanan Kesehatan,antara Lain:

1) Primary  Health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)

- Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah

kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat sehingga

kesehatan optimal dan sejahtera.

- Sifat pelayanan kesehatan: pelayanan kesehatan dasar

- Tempat: Puskesmas (balai kesehatan)

2) Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)

Untuk klien yang membutuhkan perawat rawat inap tapi tidak

dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.

- Tempat: Rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis.

3) Tertiary Health Care (Pelayanan kesehatan tingkat ketiga)

- Tingkat pelayanan tertinggi

- Membutuhkan tenaga ahli/ subsepesialis dan sebagai tempat

rujukan utama seperti tipe A atau B.

E. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

1.      Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru

2.      Pergeseran Nilai Masyarakat

3.      Aspek Legal dan Etik

4.      Ekonomi

5.      Politik

14

Page 15: Tutorial 2 L6 BLOK 20

3. UPAYA PENYELENGGARAAN SDM KESEHATAN

a. Perencanaan SDM Kesehatan

Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan dilakukan dengan

memperhatikan kebutuhan SDM Kesehatan yang diutamakan, baik dalam

upaya kesehatan primer maupun upaya kesehatan sekunder serta tersier.

Perencanaan SDM Kesehatan yang meliputi jenis, jumlah, dan

kualifikasinya dilakukan dengan meningkatkan dan memantapkan

keterkaitannya dengan unsur lainnya dalam manajemen pengembangan

dan pemberdayaan SDM Kesehatan dengan memperhatikan tujuan

pembangunan kesehatan dan kecenderungan permasalahan kesehatan di

masa depan. Perencanaan SDM Kesehatan dilakukan dengan mendasarkan

pada fakta (berbasis bukti) melalui peningkatan sistem informasi SDM

Kesehatan.

b. Pengadaan SDM Kesehatan

Standar pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM

Kesehatan mengacu kepada standar pelayanan dan standar kompetensi

SDM Kesehatan dan perlu didukung oleh etika profesi SDM Kesehatan

tersebut. Pemerintah dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat

menetapkan standar kompetensi dan standar pendidikan yang berlaku

secara nasional. Pemerintah bertanggung-jawab mengatur pendirian

institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan tenaga kesehatan

yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan. Pendirian institusi

pendidikan dan pembukaan program pendidikan ditekankan untuk

menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang bermutu dan dapat bersaing

secara global dengan memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan,

dinamika pasar baik di dalam maupun di luar negeri, dan kemampuan

produksi tenaga kesehatan dengan yang sudah ada. Pemerintah dengan

melibatkan organisasi profesi membentuk badan regulator profesi yang

bertugas menyusun berbagai peraturan persyaratan, menentukan

kompetensi umum, prosedur penetapan kompetensi khusus tenaga

15

Page 16: Tutorial 2 L6 BLOK 20

kesehatan, serta menentukan sertifikasi institusi pendidikan dan pelatihan

profesi.

Kompetensi tenaga kesehatan harus setara dengan kompetensi

tenaga kesehatan di dunia internasional, sehingga registrasi tenaga

kesehatan lulusan dalam negeri dapat diakui di dunia internasional.

Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan harus memenuhi

akreditasi sesuai dengan peraturan perundangan. Institusi/fasilitas

pelayanan kesehatan yang terakreditasi wajib mendukung

penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan. Penyelenggaraan

pendidikan tenaga kesehatan harus responsif gender yang berorientasi

kepada kepentingan peserta didik (“student centered”).

c. Pendayagunaan SDM Kesehatan

Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah

melakukan upaya penempatan tenaga kesehatan yang ditujukan untuk

mencapai pemerataan yang berkeadilan dalam pembangunan kesehatan.

Dalam rangka penempatan tenaga kesehatan untuk kepentingan pelayanan

publik dan pemerataan, pemerintah melakukan berbagai pengaturan untuk

memberikan imbalan material atau non material kepada tenaga kesehatan

untuk bekerja di bidang tugas atau daerah yang tidak diminati, seperti:

daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, pulau-pulau terluar

dan terdepan, serta daerah bencana dan rawan konflik.

Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah dan Swasta melakukan

rekrutmen dan penempatan tenaga kesehatan dan tenaga pendukung

kesehatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pembangunan

kesehatan dan atau menjalankan tugas dan fungsi institusinya.

Pemerintah Daerah bersama UPT-nya dan masyarakat melakukan

rekrutmen dan penempatan tenaga penunjang (tenaga masyarakat) yang

diperlukan untuk mendukung UKBM sesuai dengan kebutuhan

pembangunan kesehatan. Pemerintah dan swasta mengembangkan dan

menerapkan pola karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara transparan,

16

Page 17: Tutorial 2 L6 BLOK 20

terbuka, dan lintas institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan

fungsional. Pemerintah bersama organisasi profesi dan swasta

mengupayakan penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan dalam rangka

peningkatan karir dan profesionalisme tenaga kesehatan.

Pendayagunaan tenaga kesehatan untuk keperluan luar negeri

diatur oleh lembaga pemerintah dalam rangka menjamin keseimbangan

antara kemampuan pengadaan tenaga kesehatan di Indonesia dan

kebutuhan tenaga kesehatan Indonesia di luar negeri serta melindungi hak-

hak dan hak asasi manusia tenaga kesehatan Indonesia di luar negeri.

Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing hanya dilakukan

pada tingkat konsultan pada bidang tertentu, dalam rangka alih teknologi

dan ditetapkan melalui persyaratan sesuai peraturan perundangan yang

berlaku. Dalam rangka mengantisipasi globalisasi perlu dilakukan

pengaturan agar masuknya SDM Kesehatan warga negara asing dengan

teknologi, modal, dan pengalaman yang mereka punyai tidak merugikan

SDM Kesehatan Indonesia.

Tenaga kesehatan Warga Negara Indonesia lulusan institusi luar

negeri yang telah memperoleh pengakuan dari Departemen yang

bertanggung-jawab atas pendidikan nasional, mempunyai hak dan

kewajiban yang sama dengan tenaga kesehatan lulusan dalam negeri.

Dalam rangka pendayagunaan SDM Kesehatan yang sesuai kebutuhan

pembangunan kesehatan, perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM

Kesehatan secara terus menerus (pra-jabatan/”pre-service” dan “in-

service”), diantaranya melalui pelatihan yang terakreditasi yang

dilaksanakan oleh institusi penyelenggara pelatihan yang terakreditasi.

d. Pembinaan dan Pengawasan SDM Kesehatan

Pembinaan penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan

SDM Kesehatan di berbagai tingkatan dan atau organisasi memerlukan

komitmen yang kuat dari pemerintah dan dukungan peraturan perundang-

undangan mengenai pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan

17

Page 18: Tutorial 2 L6 BLOK 20

tersebut. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan

profesi dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi, dan

pemberian lisensi bagi tenaga kesehatan yang memenuhi syarat.

Sertifikasi tenaga kesehatan dalam bentuk ijazah dan sertifikat

kompetensi diberikan Departemen Kesehatan setelah melalui uji

kompetensi yang dilaksanakan organisasi profesi terkait. Registrasi tenaga

kesehatan untuk dapat melakukan praktik profesi di seluruh wilayah

Indonesia diberikan oleh Departemen Kesehatan, yang dalam

pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

Perizinan/lisensi tenaga kesehatan profesi untuk melakukan praktik

dalam rangka memperoleh penghasilan secara mandiri dari profesinya

diberikan oleh instansi kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

setelah mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi terkait.

Pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan dilakukan melalui

sistem karier, penggajian, dan insentif untuk hidup layak sesuai dengan

tata nilai di masyarakat dan beban tugasnya agar dapat bekerja secara

profesional. Pengawasan SDM Kesehatan dilakukan untuk mencegah

terjadinya pelanggaran disiplin melalui pengawasan melekat dan

pengawasan profesi. Dalam hal terjadi pelanggaran disiplin oleh tenaga

kesehatan maupun tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang bekerja

dalam bidang kesehatan dan menyebabkan kerugian pada pihak lain, maka

sanksi administrasi maupun pidana harus dilakukan dalam rangka

melindungi masyarakat maupun tenaga yang bersangkutan sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Jenis fasilitas kesehatan yang seharusnya ada di daerah rural

Menyadari bahwa pelayanan kesehatan yang terkotak-kotak bukan

pelayanan kesehatan yang baik, maka berbagai pihak berupaya mencari

jalan keluar yang sebaik-baiknya. Salah satu dari jalan keluar tersebut

ialah memperkenalkan kembali bentuk pelayanan kesehatan yang

menyeluruh dan terpadu.

18

Page 19: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Pengertian pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu

yang diterapkan di kini, adalah dalam arti system. Di sini pelayanan

kesehatan dibagi atas beberapa strata, untuk kemudian antara satu strata

dengan strata lainnya, diikat dalam suatu mekanisme hubungan kerja

(system rujukan), sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan

yang terpadu.

Berdasarkan system rujukan di atas, maka pada daerah rural, dalam

hal ini dianggap Yankes str I dan masyarakat, maka fasilitas

kesehatan yang seharusnya tersedia adalah puskesmas, posyandu,

polindes, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) atau UKBM

lainnya.

5. DOKTER LAYANAN PRIMER

Dokter layanan primer adalah dokter praktik umum yang mempunyai

kompetensi melakukan pelayanan promosi, prevensi, kuratif dan rehabilitatif

secara komprehensif melalui pendekatan secara holistik.

Pelayanan kesehatan promotif : Merupakan suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan

kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

19

Page 20: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Pelayanan kesehatan preventif : Suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu

masalah kesehatan/penyakit.

Pelayanan kesehatan kuratif : Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian

kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

Pelayanan kesehatan rehabilitatif

Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas

penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota

masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin

sesuai dengan kemampuannya.

6. PUSKESMAS

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat

opembanguna kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam

kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh terpadu dan

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu.

Tujuan:

Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

Fungsi:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

- Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya

agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

- Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

20

Page 21: Tutorial 2 L6 BLOK 20

- Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan

masyarakat:

- Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat.

- Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaan.

- Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan

program kesehatan.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan.

- Pelayanan kesehatan perorangan

- Pelayanan kesehatan masyarakat

Azaz pengelolaan puskesmas:

1. Asas pertanggung jawaban wilayah

Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang

terjadi di wilayah kerjanya.

2. Asas peran serta masyarakat

Bentuk pelayanan kesehatan yang peran serta masyarakat banyak

macamnya contohnya posyandu.

3. Asas keterpaduan

Berupaya memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan program

kesehatan lain (lintas program) tetapi juga dengan program dari sektor lain

(lintas sektor)

4. Asas rujukan

Jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya

ke saranan kesehatan yang lebih mampu.

21

Page 22: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Untuk membentuk puskesmas yang efektif dan efisien diperlukan perencanaan

tingkat puskesmas dimana semua tindakan manajemen dan kegiatan disesuaikan

dengan perencanaan.

Tiga aspek pokok perencanaan :

1. Hasil dari pekerjaan perencanaan puskesmas.

2. Perangkat perencanaan puskesmas.

3. Proses.

Manajemen puskesmas

1. Proses Pencapaian Tujuan Puskesmas.

Untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien,

pimpinan Puskesmas dituntut untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen,

yaitu fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan oleh pimpinan Puskesmas secara

terorganisasi,berurutan dan berkesinambungan.

Fungsi manajemen yang digunakan oleh Puskesmas diadaptasi dari

fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Terry dengan penambahan fungsi

evaluating (Penilaian), sehingga fungsi-fungsi manajemen Puskesmas adalah

sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan);

b. Organizing (Pengorganisasian);

c. Actuating (Penggerakan Pelaksanaan);

d. Controlling (Pengawasan/Pembimbingan);

e. Evaluating (Penilaian)

Planning (Perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan

merumuskan tujuan Puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif

kegiatan untuk mencapainya. Tanpa ada fungsi perencanaan Puskesmas,

tidak ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk

mencapai tujuan

Puskesmas. Melalui fungsi perencanaan Puskesmas akan ditetapkan tugas-

tugas pokok staf dan dengan tugas-tugas ini pimpinan Puskesmas akan

22

Page 23: Tutorial 2 L6 BLOK 20

mempunyai pedoman supervisi dan menetapkan sumber daya yang

dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya.

Organizing (Pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan

manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki

Puskesmas dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan

Puskesmas. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga

meliputi proses pengintegrasian semua sumber daya yang dimiliki

Puskesmas.

Actuating (directing, commanding, motivating, influencing) atau

fungsi penggerakan pelaksanaan Puskesmas adalah proses pembimbingan

kepada staf agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal

menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan

yang dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan

yang efektif, pengembangan motivasi, komunikasi, dan pengarahan sangat

membantu suksesnya pelaksanaan fungsi aktuasi.

Controlling (pengawasan dan pengendalian) adalah proses untuk

mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang

sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpanagan.

Pelaksanaan fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja

(standard performance).

Evaluating (Penilaian) adalah suatu proses untuk menentukan nilai

atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis

dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria

yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta

memberikan saransaran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari

pelaksanaan program (Azwar,1998).

2. Proses Menselaraskan Tujuan Organisasi dan Tujuan Pegawai

3. Proses Mengelola dan Memberdayakan Sumber Daya dalam

Rangka Efisiensi dan Efektifitas Puskesmas

23

Page 24: Tutorial 2 L6 BLOK 20

4. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah

5. Proses Kerjasama dan Kemitraan

Pelayanan kesehatan masyarakat seperti misalnya mengatasi keadaan

wabah yag terjangkit di wilayah kerjanya. Pelaksana pelayanan kesehatan

masyarakat sehari-hari, dipercayakan kepada puskesmas, yang oleh pemerintah

memang didirikan di setiap kecamatan. Kecamatan yang jumlah penduduknya

lebih dari 30.000 dan yang wilayah kerjanya luas maka didirikan puskesmas

pembantu. Kecuali itu untuk lebih mendekatkan pelayan kesehatan kepada

masyarakat yang jauh tinggal dari puskesmas maka diselenggarakan puskesmas

keliling. Kegiatan utama posyandu yang dikelola dengan prinsip dari dan oleh

masyarakat secara umum dapat dibedakan dengan :

1. Pelayanan KIA

2. Pelayanan gizi

3. Pelayanan keluarga berencana

4. Pemberian oralit

5. Imunisasi

Agar dapat bekerja efisien di daerah rural, maka tenaga kesehatan harus

dapat mengelola input (SDM, pembiayaan,sarana serta metoda) dengan baik

sehingga output yang diharapkan (pelayanan kesehatan yang terpadu, menyeluruh

dan berkesinambungan) dapat tercapai.

Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit. Sebagai dokter layanan

primer, pelayanan kesehatan lebih diutamankan melalui upaya promotif dan

preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan upaya

tersebut diharapkan angka kesakitan masyarakat dapat berkurang dan derajat

kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

Fasilitas Penunjang puskesmas

24

Page 25: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan

kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk

dapat dengan mudah mendapatkanakses layanan Puskesmas. Agar jangkauan

pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas,Puskesmas perlu ditunjang dengan

Puskesmas Pembantu, Bidan desa di daerah yang belumterjangkau oleh pelayanan

kesehatan yang sudah ada. Disamping itu penggerakan peran sertamasyarakat

untuk mengelola Posyandu dan membina dasawisma akan dapat

menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.

1. Puskesmas Pembantu

Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau Pusban,

adalah unitpelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi menunjang serta

membantu melaksanakankegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam

ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.

2. Puskesmas Keliling

Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang

dilengkapi dengankendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan

peralatan kesehatan, peralatankomunikasi serta sejumlah tenaga dari

Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsimenunjang dan membantu

melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayahkerjanya yang

belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.

3. Bidan Desa

Pada setiap desa yang belum ada pelayanan kesehatannya, ditempatkan

seorang bidan yang nertemp[at tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab

langsung kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa

dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa.

Tugas utama bidan desa yaitu membina peran serta masyarakat melalui

pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok Dasawisma disamping

memberikan pelayanan langsung di posyandu dan pertolongan persalinan di

rumah penduduk. Selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan

anggota keluarga dasawisma umtuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk

25

Page 26: Tutorial 2 L6 BLOK 20

lebih lanjut ke puskesmas atau fasilitas kesehatan yang lebih mampu dan

terjangkau secara nasional.

Hubungan antar pelbagai sarana pelayanan kesehatan

KESIMPULAN :

1. Untuk adanya tenaga medis disuatu puskesmas maka harus ada

pengorganisasian ke DINKES TKT I dan seterusnya keatas.

2. Untuk menjamin suatu tenaga medis ada dan bertahan disuatu daerah

tertentu maka harus ada upaya dari pemerintah setempat untuk memenihi

fasilitas-fasiltas untuk pelayanan kesehatan agar mencapai mutu dari

pelayanan kesehatan tersebut berupa manfaat bagi pemakai jasa pelayanan

kesehatan, penyelenggara pelayanan kesehatan dan penyandang dana

pelayanan kesehatan.

26

MENDAGRI

GUBERNUR

BUPATI

CAMAT

LURAH

LKMD

PUSKEMAS PEMBANTU

POSYANDU

DEPKES

KANWIL

KANDEP

KANKES

DINKES TKT II

DINKES TKT I

PUSKESMASPUSKESMAS

Page 27: Tutorial 2 L6 BLOK 20

Administrasi Kesehatan

7. Kapan sistem kesehatan dikatakan gagal memenuhi tujuan?

Sistem kesehatan dikatakan gagal bila tidak memenuhi 3 unsur pokok dari

system kesehatan itu sendiri, yaitu :

a. Organisasi pelayanan

Suatu system kesehatan yang baik, haruslah memiliki kejelasan dalam

pengorganisasian upaya kesehatannya (organization of services). Kejelasan

yang dimaksudkan di sini menunjuk kepada jenis, bentuk, jumlah, penyebaran,

jenjang serta hubungan antara satu upaya kesehatan dengan upaya kesehatan

yang lainnya. Jika kejelasan yang seperti ini tidak dimiliki, maka system

kesehatan tersebut tidak sempurna.

27

Permasalahan bayi dengan BBLR dan permasalahan kesehatan

teratasi sehingga permasalahan kesehatan di daerah tempat tinggal

Laura berkurang

Pelaksanaan berdasarkan administrasi kesehatan dengan memperhatikan

Input, Proses, Output

Permasalahan Kesehatan bayi dengan Berat Badan baru lahir rendah pada

Laura

Diperlukan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di daerah

sekitar tempat tinggal Laura (di sekitar perkebunan) baik dalam masalah kesehatan kehamilan maupun permasalahan

kesehatan lainnya

Page 28: Tutorial 2 L6 BLOK 20

b. Organisasi pembiayaan

Suatu system kesehatan yang baik, haruslah memiliki kejelasan dalam

pengorganisasian pembiayaan kesehatannya (organization of finance).

Kejelasan yang dimaksudkan di sini menunjuk pada jumlah, penyebaran,

pemanfaatan serta mekanisme pembiayaan upaya kesehatan yang berlaku.

Sama halnya dengan organisasi pelayanan, maka jika organisasi pembiayaan

ini tidak baik, maka system kesehatan tersebut termasuk kedalam kategori

tidak sempurna.

c. Mutu pelayanan dan pembiayaan

Syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh suatu system kesehatan yang baik

ialah terjaminnya mutu pelayanan dan pembiayaan kesehatan (quality of

services and finances). Mutu yang dimaksudkan di sini ialah di satu pihak,

yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap kesehatan,

dan di pihak lain yang sesuai pula dengan situasi dan kondisi social ekonomi

masyarakat.

28

ORGANISASI PELAYANAN

SISTEM KESEHATAN

MUTU PELAYANAN DAN PEMBIAYAAN

ORGANISASI PEMBIAYAAN

Page 29: Tutorial 2 L6 BLOK 20

VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Azrul, Anwar. Pengantar Administrasi Kesehatan edisi ketiga. Binarupa

Aksara: 1988

2. Sutisna Sulaeman, Endang. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di

Puskesmas.pdf

29