Tutorial 2 L6 BLOK 20
Click here to load reader
-
Upload
gita-tanelvi -
Category
Documents
-
view
55 -
download
3
description
Transcript of Tutorial 2 L6 BLOK 20
SKENARIO B BLOK 20
Pelayanan kesehatan
Linda dan laura sahabat karib saat masih SMA. Mereka sekolah dan tinggal di
satu daerah yang jauh dari perkotaan (daerah rural). Keduanya telah menikah dan
saat ini, sama-sama sedang hamil dan menantikan kelahiran anak pertamanya.
Linda bersuamikan pria yang berpengghasilan rata-rata. Linda tinggal bersama
suaminya di pinggiran kota yang di dekat rumahnya berpraktik seorang dokter
spesialis kebidanan dan kandungan.
Laura bersuamikan seorang pria yang sukses dalam mengembangkan pertanian
dengan berkebun kelapa sawit yang sangat luas. Boleh dikatakan penghasilan
keluarganya dalam sebulan jauh di atas rata-rata keluarga pada umumnya. Karena
tinggal di daerah perkebunan, tidak ada dokter yang berpraktik di dekat-dekat
rumahnya, termasuk untuk mendapatkan pertolongan emergensi apabila
diperlukan. Dokter layanan primer maupun puskesmas sebagai first point of
contact penanganan pasien dan merujuk pasien apabila diperlukan juga tidak ada.
Linda menjadi seorang ibu dengan bayi yang sangat sehat. Sebaliknya Laura
karena tidak mendapatkan prenatal care yang cukup adekuat, melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah yang disertai dengan kelainan paru yang berat.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Hamil
2. Daerah rural
3. Merujuk
4. First point of contact
5. Dokter layanan primer
6. Puskesmas
7. Prenatal care
8. BBLR
9. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
10. Emergency
1
11. Kelainan paru
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Linda dan Laura saat SMA tinggal di daerah yang jauh dari perkotaan
(daerah rural)
2. Laura saat ini sedang hamil, tinggal di daerah perkebunan dan tidak ada
dokter layanan primer dan puskesmas sebagai first point of contact
sedangkan Linda yang juga sedang hamil tinggal di daerah dekat praktik
dokter.
3. Linda menjadi ibu dari bayi yang sehat sedangkan Laura melahirkan bayi
dengan BBLR disertai kelainan paru yang berat karena tidak mendapat
prental care yang cukup.
III. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana usaha pembentukan pelayanan kesehatan? (ima)
2. Bagaimana agar proses pelayanan masyarakat berjalan dengan baik sesuai
standar pelayanan kesehatan? (widya)
3. Bagaimana upaya agar terdapat tenaga kesehatan di daerah tersebut dan
tenaga kesehatan tersebut betah di daerah tersebut? (ipeh)
4. Apa yang menyebabkan bayi Laura BBLR?
5. Bagaimana metode agar kejadian BBLR tidak terulang?
6. Bagaimana metode pelayanan masyarakat agar berjalan efisien dan
efektif? (iwa)
7. Apa yang dimaksud dengan dokter layanan primer?
8. Apa fungsi dan peran serta azas puskesmas? (nina)
9. Bagaimana administrasi di puskesmas?
10. Apa yang dilakukan apabila pelayanan kesehatan gagal? (gita)
11. Bagaimana peraturan pelayanan kesehatan di puskesmas?
2
IV. HIPOTESIS
Untuk mencapai suatu pelayanan kesehatan yang bermutu didaerah rural
diperlukan sarana berupa tenaga medis. Akses merupakan syarat pelayanan
kesehatan agar bermutu.
V. SINTESIS
1. STRUKTURAL ORGANISASI DINAS KESEHATAN
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA
(POLA MAKSIMAL)
3
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA
(POLA MINIMAL)
Persyaratan Jabatan
Berdasarkan Pasal 17 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok
Pokok Kepegawaian ditentukan bahwa pengangkatan dalam jabatan
(fungsional dan struktural) berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan
kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang telah ditetapkan.
Dalam mengimplementasikan kompetensi jabatan bidang kesehatan perlu
mempertimbangkan hal-hal yang secara substansial terkait dengan sifat
pembangunan kesehatan antara lain :
1) Pelayanan kesehatan terkait dengan pelayanan publik yang sangat
spesifik yang bertujuan menyelamatkan jiwa manusia yang
membutuhkan tingkat kompetensi yang tinggi yang diikuti dengan
4
pengawasan, bimbingan dan pengendalian teknis oleh tenaga yang
mumpuni.
2) Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang padat teknologi dan
padat profesi, yang hingga saat ini tidak kurang dari 24 jabatan
fungsional kesehatan,seperti:
A. Jabatan Fungsional Kesehatan :
1. Jabatan fungsional Dokter.
2. Jabatan fungsional Dokter Gigi
3. Jabatan fungsional Perawat
4. Jabatan fungsional Bidan
5. Jabatan fungsional Apoteker
6. Jabatan fungsional Asisten
Apoteker
7. Jabatan fungsional Pengawas
Farmasi,Makanan dan Minuman
8. Jabatan fungsional Pranata
Laboratorium Kesehatan
9. Jabatan fungsional Entomolog
Kesehatan
10. Jabatan fungsional Epidemiolog
Kesehatan
11. Jabatan fungsional Sanitarian
12. Jabatan fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat
13. Jabatan fungsional Perawat Gigi
14. Jabatan fungsional
Administrator Kesehatan
15. Jabatan fungsional Nutrisionis
16. Jabatan fungsional Fisioterapis
17. Jabatan fungsional Terapis
Wicara
18. Jabatan fungsional Teknisi
Elektromedis
19. Jabatan fungsional Refraksionis
Optisien
20. Jabatan fungsional Okupasi
Terapis
21. Jabatan fungsional Orthotik
Prostetis
22. Jabatan fungsional Teknisi Gigi
23. Jabatan fungsional Transfusi
Darah
B. Tenaga Jabatan Fungsional Nonkesehatan seperti :
1. Arsiparis;
2. Pranata Komputer;
3. Analis Kepegawaian;
4. Pranata Humas;
5. dll.
5
3) Sebagai penanggungjawab Upaya Kesehatan Masyarakat Strata kedua
(Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) dan Strata ketiga (Dinas Kesehatan
Provinsi) dalam Sistem Kesehatan Nasional maka organisasi kesehatan
khususnya Dinas Kesehatan Daerah baik Dinas Kesehatan Provinsi
maupun Kabupaten/Kota dituntut tidak hanya berciri manajerial,
melainkan juga harus berciri pelayanan.
Sejalan dengan ketentuan dimaksud guna menjamin keberhasilan
pelaksanaan visi dan misi pembangunan nasional kesehatan,dan
merujuk pada Keputusan Kepala BKN No. 46A Tahun 2003, seorang
Kepala Dinas Kesehatan diharuskan mempunyai kompetensi minimal
sebagai berikut :
Kompetensi Dasar :
a. Integritas
Bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebojakan organisasi
serta kode etik profesi dengan mempertahankan norma-norma sosial,
etika dan organisasi walaupun dalam keadaan yang sulit untuk
melakukannya, sehingga terdapat satu kesatuan antara kata dan
perbuatan.
b. Kepemimpinan
Kemampuan untuk menggerakkkan, memberdayakan, membimbing,
mengarahkan, mendidik serta mengambil keputusan yang positif bagi
staf dan pegawainya menuju ketujuan organisasi.
c. Perencanaan
Kemampuan untuk menggambarkan tujuan, memaparkan rencana,
menganalisa untung ruginya, manfaat dan dampaknya,
mengevaluasinya sehingga membawa kemajuan organisasi.
d. Penganggaran
Menguasai prinsip dan teknik penganggaran, mampu menelaah
anggaran, merencanakan dan menyusun anggaran, mengetahui pola
pengelolaan keuangan.
e. Pengorganisasian
6
Kemampuan mengatur dan mengelola sumberdaya, membagi tugas
dan menjabarkan fungsi, menempatkan SDM sesuai dengan kualifikasi
dan kompetensinya, membina kelancaran organisasi berdasarkan alur
tugas, hak, kewenangan dan tanggung jawab.
f. Kerjasama
Kemampuan membangun kerjasama baik dalam lingkungannnya
maupun dengan pemangku kepentingan, agar program dan kegiatan
kerja yang dilaksanakan dapat dirasakan semua pihak.
g. Fleksibilitas
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif dalam
situasi dan kondisi yang berbeda dengan berbagai individu atau unit
kerja lain, dapat menghargai pendapat yang berbeda dan dapat
menerima perubahan dalam organisasi.
Gambaran komponen dalam kompetensi dasar tersebut di atas,
selama ini telah dilaksanakan dan tertuang dalam penilaian Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).
Kompetensi Bidang :
a. Berorientasi pada Pelayanan (BpP)
Keinginan untuk membantu, melayani atau memberikan pelayanan
kesehatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat artinya selalu
berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang menggunakan hasil kerja organisasi yang dipimpinnya
baik internal maupun eksternal organisasi.
b. Berorientasi pada Kualitas (BpK)
Melaksanakan tugas-tugas dengan teliti berdasarkan standard an
prosedur yang berlaku dan mempertimbangkan semua aspek pekerjaan
yang dilakukan.
c. Berpikir Analitis (BA)
Kemampuan untuk memahami situasi atau masalah kesehatan dengan
menguraikan masalah tersebut menjadi bagian – bagian yang lebih
7
rinci, dan mengidentifikasi penyebab dari situasi atau masalah tersebut
serta memprediksi akibatnya.
d. Berpikir Konseptual (BK)
Kemampuan untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan dalam
pelaksanaan tugas, mengolah data beragam dan tidak lengkap menjadi
informasi yang jelas, mengidentifikasi pokok permasalahan serta
menciptakan konsep-konsep baru.
e. Keahlian Teknikal/Profesional/ Manajerial (KTPM).
Penguasaan pengetahuan bidang kesehatan berupa teknik, manajerial
maupun profesional; serta memiliki motivasi untuk menggunakan dan
mengembangkan serta memberikan advokasi kepada pihak-pihak yang
terkait.
Untuk memenuhi persyaratan jabatan, kompetensi dan perilaku secara
obyektif dapat diukur dari: pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja,
etika, keterampilan kerja dan syarat psikologi.
Persyaratan Jabatan Struktural Dinas Kesehatan Daerah
Yang dimaksud dengan jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas
tercantum dalam struktur organisasi yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Jabatan struktural Dinas
Kesehatan Daerah meliputi jabatan dalam organisasi Dinas Kesehatan Daerah.
Sesuai dengan uraian di atas dan merujuk Persyaratan Jabatan yang diatur
dalam Pedoman Formasi Dan Persyaratan Jabatan Dinas Kesehatan Daerah,
disamping telah memenuhi jenjang kepangkatan dan standar kompetensi umum
yang telah ditetapkan, pejabat perangkat daerah bidang kesehatan mempunyai
kualifikasi yang sesuai dengan substansi kesehatan yang merupakan tugas pokok
dan fungsinya harus mempunyai penguasaan bidang pengetahuan yang terkait
dengan bidang kesehatan berupa penguasaan teknis,managerial maupun
profesionalisme,serta memiliki motivasi untuk menggunakan dan
mengembangkannya.
8
Jabatan-jabatan struktural Dinas Kesehatan Daerah yang menjadi cakupan
dalam bahasan ini meliputi : (1) Jabatan Kepala Dinas, Sekretariat, Kepala
Bidang, Kepala Subbagian dan Kepala Seksi pada Dinas Kesehatan Daerah. (2)
Jabatan Kepala UPTD.
Untuk dapat diangkat dalam suatu jabatan struktural dalam lingkup Dinas
Kesehatan Daerah harus memenuhi syarat minimal sebagai berikut :
1. Pendidikan
Pendidikan yang diakui adalah berdasarkan ijazah yang dimiliki oleh
calon pemangku jabatan. Pendidikan tersebut dari berbagai disipilin ilmu yang
dibutuhkan di lingkungan kesehatan dari Universitas/Perguruan Tinggi,
Politeknik/AkademiKesehatan baik negeri maupun swasta dari dalam maupun
luar negeri yang sudah mendapat akreditasi dari Departemen Pendidikan
Nasional.
Pada prinsipnya setiap eselon jabatan mempunyai persyaratan sebagai
berkut :
1. Kepala Dinas Kesehatan :
Eselon II A dan II B dipersyaratkan minimum Magister/SP1
Kesehatan atau yang disetarakan (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker,
Psikolog, Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Sarjana Kesehatan lainnya).
2. Bidang/Seksi di lingkungan Dinkes :
a. Eselon IV A dan IV B yang merupakan jabatan teknis kesehatan dengan
tingkat pendidikan minimum Diploma III Kesehatan atau yang
disetarakan.
b. Eselon III, dipersyaratkan minimum Sarjana / Diploma IV Kesehatan
atau yang disetarakan (Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Psikolog,
Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Sarjana Kesehatan lainnya)
3. Sekretariat/Subaggian di lingkungan Dinkes :
a. Eselon IV yang merupakan jabatan teknis umum dengan tingkat
pendidikan minimum Diploma III atau yang disetarakan sesuai
kompetensinya.
9
b. Eselon III, dipersyaratkan minimum Sarjana/ Diploma IV atau yang
disetarakan sesuai kompetensinya.
Untuk menjamin profesionalitas, pejabat kesehatan daerah yang
diangkat yaitu berpendidikan Dokter, Dokter Gigi, Sarjana Kesehatan
Masyarakat, Apoteker dan Sarjana Kesehatan lainnya.
2. Pelatihan
Persyaratan pelatihan dibedakan antara persyaratan umum dan persyaratan
khusus
a. Persyaratan umum
Sebagai persyaratan untuk menduduki jabatan struktural tertentu yaitu
pelatihan struktural yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah bagi
Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut :
1) Diklatpim Tk. II : Untuk pejabat eselon II
2) Diklatpim Tk. III : Untuk pejabat eselon III
3) Diklatpim Tk IV : Untuk pejabat eselon IV
b. Persyaratan khusus
Disamping persyaratan umum,ditetapkan persyaratan lain secara khusus
berlaku untuk pengangkatan pada jabatan kesehatan yaitu Diklat teknis antara
lain :
1) Administrasi kesehatan/Manajemen kesehatan, harus diikuti oleh semua
pejabat dari eselon III sampai ke eselon II agar memiliki wawasan
pengadministrasian/pengelolaan pelayanan kesehatan dengan baik
2) Spesifik untuk jabatan yang harus diikuti oleh calon pejabat tertentu agar
mempunyai kompetensi yang dituntut bagi pemangku jabatan tertentu.
3. Kepangkatan
Untuk menduduki suatu pada eselon tertentu,seorang PNS minimal harus
mempunyai golongan kepangkatan tertentu sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundangan yang berlaku, yaitu sebagai berikut :
10
a. Eselon II sudah menduduki golongan pangkat IV/b untuk eselon IIA dan
golongan IV/a untuk eselon IIB.
b. Eselon III sudah menduduki golongan pangkat III/d untuk eselon IIIA dan
golongan III/c untuk eselon IIIB
c. Eselon IV sudah menduduki golongan pangkat III/b untuk eselon IVA dan
golongan pangkat III/a untuk eselon IVB
4. Pengalaman Kerja
Pengalaman memangku jabatan struktural kesehatan dan jabatan
fungsional kesehatan merupakan persyaratan untuk menduduki suatu jabatan
struktural kesehatan. Persyaratan untuk setiap eselon adalah sebagai berikut :
a. Untuk eselon II A sudah pernah menduduki jabatan eselon II B atau
jabatan fungsional kesehatan yang disetarakan dengan golongan
pangkatnya.
b. Untuk eselon II B sudah pernah menduduki jabatan eselon III A dalam
dua jenis jabatan yang berbeda (tour of duty area) atau jabatan fungsional
kesehatan yang disetarakan dengan golongan pangkatnya.
c. Untuk eselon III A dan III B sudah pernah menduduki jabatan
kesehatan eselon IV A atau IV B atau jabatan fungsional kesehatan yang
disetarakan dengan golongan pangkatnya.
d. Untuk eselon IV A dan eselon IV B sudah pernah menduduki jabatan
fungsional kesehatan yang disetarakan dengan golongan pangkatnya atau
jabatan non struktural dengan pendidikan bidang kesehatan
2. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung berbagai komponen dalam
pelayanan kesehatan.
A. Teori Sistem
Teori sistem merujuk pada serangkaian pernyataan mengenai
hubungan diantara variabel dependen dan independen yang di asumsikan
11
berinteraksi satu sama lain .Sistem terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
Sistem terdiri dari:
1. Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan
untuk berfungsinya sebuah sistem. Input sistem dalam pelayanan
kesehatan antara lain: potensi masyarakat, tenaga, sarana kesehatan , dsb.
2. Proses
Merupakan kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi
sebuah hasil yang di harapkan dari sistem tersebut. Proses dalam
pelayanan kesehatan antara lain: Berbagai kegiatan dalam pelayanan
kesehatan
3. Output
Merupakan hasil yang di peroleh dari sebuah proses. Output
pelayanan kesehatan antara lain : Pelayanan yang berkualitas dan
terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.
4. Dampak
Merupakan Akibat dari output (hasil suatu sistem) terjadi dalam
waktu yang relatif lama . Dampak sistem pelayanan kesehatan antara lain :
Masyarakat sehat , Angka kesakitan dan kematian menurun.
5. Umpan Balik
Merupakan hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari
sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan
balik dari pelayanan kesehatan antara lain : Kualitas tenaga kesehatan.
6. Lingkungan
Merupakan semua keadaan di luar sistem tetapi dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan .
B. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang di berikan
kepada masyarakat. Menurut Leavel dan Clark dalam memberikan
12
pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan
yang akan diberikan , yaitu :
a. Health Promotion (promosi kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui
peningkatan kesehatan . yang bertujuan untuk memberikan atau
meningkatkan status kesehatan masyarakat . Contoh : Kebersihan
perorangan , perbaikan sanitasi lingkungan , dsb.
b. Specifik Protection (Perlindungan Khusus)
Merupakan masyarakat terlindung dri bahaya atau penyakit-penyakit
tertentu . Contoh : Imunisasi , Perlindungan keselamatan kerja
c. Early Diagnosis and Prompt treatment (Diagnosis dini dan pengobatan
segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit . Contoh : Survei penyaringan khusus .
C. Lembaga Pelayanan Kesehatan
Merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyarakat untuk meningkatkan status kesehatan,bevariasi berdasarkan
tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Terdiri dari:
Rawat Jalan
Bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan penyakit akut/mendadak dan
kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap.
Institusi
Merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya
cukup dalam memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan.
Contoh: Rumah sakit, Pusat Rehabilitasi, dsb.
Hospice
Bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan
pada klien dengan sakit terminal sampai melewati masa terminal
dengan tenang. Biasana digunakan dalam homecare.
13
Community Based Agency
Dilakukan keluarga klien seperti praktek perawat keluarga
tersebut,dsb.
D. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Dalam pelayanan kesehatan,dapat mencakup pelayanan dokter,
pelayanan keperawatan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Terdapat 3
bentuk Pelayanan Kesehatan,antara Lain:
1) Primary Health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
- Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah
kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat sehingga
kesehatan optimal dan sejahtera.
- Sifat pelayanan kesehatan: pelayanan kesehatan dasar
- Tempat: Puskesmas (balai kesehatan)
2) Secondary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Untuk klien yang membutuhkan perawat rawat inap tapi tidak
dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
- Tempat: Rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis.
3) Tertiary Health Care (Pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
- Tingkat pelayanan tertinggi
- Membutuhkan tenaga ahli/ subsepesialis dan sebagai tempat
rujukan utama seperti tipe A atau B.
E. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
2. Pergeseran Nilai Masyarakat
3. Aspek Legal dan Etik
4. Ekonomi
5. Politik
14
3. UPAYA PENYELENGGARAAN SDM KESEHATAN
a. Perencanaan SDM Kesehatan
Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan SDM Kesehatan yang diutamakan, baik dalam
upaya kesehatan primer maupun upaya kesehatan sekunder serta tersier.
Perencanaan SDM Kesehatan yang meliputi jenis, jumlah, dan
kualifikasinya dilakukan dengan meningkatkan dan memantapkan
keterkaitannya dengan unsur lainnya dalam manajemen pengembangan
dan pemberdayaan SDM Kesehatan dengan memperhatikan tujuan
pembangunan kesehatan dan kecenderungan permasalahan kesehatan di
masa depan. Perencanaan SDM Kesehatan dilakukan dengan mendasarkan
pada fakta (berbasis bukti) melalui peningkatan sistem informasi SDM
Kesehatan.
b. Pengadaan SDM Kesehatan
Standar pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM
Kesehatan mengacu kepada standar pelayanan dan standar kompetensi
SDM Kesehatan dan perlu didukung oleh etika profesi SDM Kesehatan
tersebut. Pemerintah dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat
menetapkan standar kompetensi dan standar pendidikan yang berlaku
secara nasional. Pemerintah bertanggung-jawab mengatur pendirian
institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan tenaga kesehatan
yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan. Pendirian institusi
pendidikan dan pembukaan program pendidikan ditekankan untuk
menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang bermutu dan dapat bersaing
secara global dengan memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan,
dinamika pasar baik di dalam maupun di luar negeri, dan kemampuan
produksi tenaga kesehatan dengan yang sudah ada. Pemerintah dengan
melibatkan organisasi profesi membentuk badan regulator profesi yang
bertugas menyusun berbagai peraturan persyaratan, menentukan
kompetensi umum, prosedur penetapan kompetensi khusus tenaga
15
kesehatan, serta menentukan sertifikasi institusi pendidikan dan pelatihan
profesi.
Kompetensi tenaga kesehatan harus setara dengan kompetensi
tenaga kesehatan di dunia internasional, sehingga registrasi tenaga
kesehatan lulusan dalam negeri dapat diakui di dunia internasional.
Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan harus memenuhi
akreditasi sesuai dengan peraturan perundangan. Institusi/fasilitas
pelayanan kesehatan yang terakreditasi wajib mendukung
penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan. Penyelenggaraan
pendidikan tenaga kesehatan harus responsif gender yang berorientasi
kepada kepentingan peserta didik (“student centered”).
c. Pendayagunaan SDM Kesehatan
Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
melakukan upaya penempatan tenaga kesehatan yang ditujukan untuk
mencapai pemerataan yang berkeadilan dalam pembangunan kesehatan.
Dalam rangka penempatan tenaga kesehatan untuk kepentingan pelayanan
publik dan pemerataan, pemerintah melakukan berbagai pengaturan untuk
memberikan imbalan material atau non material kepada tenaga kesehatan
untuk bekerja di bidang tugas atau daerah yang tidak diminati, seperti:
daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, pulau-pulau terluar
dan terdepan, serta daerah bencana dan rawan konflik.
Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah dan Swasta melakukan
rekrutmen dan penempatan tenaga kesehatan dan tenaga pendukung
kesehatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan dan atau menjalankan tugas dan fungsi institusinya.
Pemerintah Daerah bersama UPT-nya dan masyarakat melakukan
rekrutmen dan penempatan tenaga penunjang (tenaga masyarakat) yang
diperlukan untuk mendukung UKBM sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Pemerintah dan swasta mengembangkan dan
menerapkan pola karir tenaga kesehatan yang dilakukan secara transparan,
16
terbuka, dan lintas institusi melalui jenjang jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Pemerintah bersama organisasi profesi dan swasta
mengupayakan penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan dalam rangka
peningkatan karir dan profesionalisme tenaga kesehatan.
Pendayagunaan tenaga kesehatan untuk keperluan luar negeri
diatur oleh lembaga pemerintah dalam rangka menjamin keseimbangan
antara kemampuan pengadaan tenaga kesehatan di Indonesia dan
kebutuhan tenaga kesehatan Indonesia di luar negeri serta melindungi hak-
hak dan hak asasi manusia tenaga kesehatan Indonesia di luar negeri.
Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing hanya dilakukan
pada tingkat konsultan pada bidang tertentu, dalam rangka alih teknologi
dan ditetapkan melalui persyaratan sesuai peraturan perundangan yang
berlaku. Dalam rangka mengantisipasi globalisasi perlu dilakukan
pengaturan agar masuknya SDM Kesehatan warga negara asing dengan
teknologi, modal, dan pengalaman yang mereka punyai tidak merugikan
SDM Kesehatan Indonesia.
Tenaga kesehatan Warga Negara Indonesia lulusan institusi luar
negeri yang telah memperoleh pengakuan dari Departemen yang
bertanggung-jawab atas pendidikan nasional, mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan tenaga kesehatan lulusan dalam negeri.
Dalam rangka pendayagunaan SDM Kesehatan yang sesuai kebutuhan
pembangunan kesehatan, perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM
Kesehatan secara terus menerus (pra-jabatan/”pre-service” dan “in-
service”), diantaranya melalui pelatihan yang terakreditasi yang
dilaksanakan oleh institusi penyelenggara pelatihan yang terakreditasi.
d. Pembinaan dan Pengawasan SDM Kesehatan
Pembinaan penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan
SDM Kesehatan di berbagai tingkatan dan atau organisasi memerlukan
komitmen yang kuat dari pemerintah dan dukungan peraturan perundang-
undangan mengenai pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan
17
tersebut. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi bagi tenaga kesehatan
profesi dilakukan melalui sertifikasi, registrasi, uji kompetensi, dan
pemberian lisensi bagi tenaga kesehatan yang memenuhi syarat.
Sertifikasi tenaga kesehatan dalam bentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi diberikan Departemen Kesehatan setelah melalui uji
kompetensi yang dilaksanakan organisasi profesi terkait. Registrasi tenaga
kesehatan untuk dapat melakukan praktik profesi di seluruh wilayah
Indonesia diberikan oleh Departemen Kesehatan, yang dalam
pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi.
Perizinan/lisensi tenaga kesehatan profesi untuk melakukan praktik
dalam rangka memperoleh penghasilan secara mandiri dari profesinya
diberikan oleh instansi kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
setelah mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi terkait.
Pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan dilakukan melalui
sistem karier, penggajian, dan insentif untuk hidup layak sesuai dengan
tata nilai di masyarakat dan beban tugasnya agar dapat bekerja secara
profesional. Pengawasan SDM Kesehatan dilakukan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran disiplin melalui pengawasan melekat dan
pengawasan profesi. Dalam hal terjadi pelanggaran disiplin oleh tenaga
kesehatan maupun tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang bekerja
dalam bidang kesehatan dan menyebabkan kerugian pada pihak lain, maka
sanksi administrasi maupun pidana harus dilakukan dalam rangka
melindungi masyarakat maupun tenaga yang bersangkutan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Jenis fasilitas kesehatan yang seharusnya ada di daerah rural
Menyadari bahwa pelayanan kesehatan yang terkotak-kotak bukan
pelayanan kesehatan yang baik, maka berbagai pihak berupaya mencari
jalan keluar yang sebaik-baiknya. Salah satu dari jalan keluar tersebut
ialah memperkenalkan kembali bentuk pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan terpadu.
18
Pengertian pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu
yang diterapkan di kini, adalah dalam arti system. Di sini pelayanan
kesehatan dibagi atas beberapa strata, untuk kemudian antara satu strata
dengan strata lainnya, diikat dalam suatu mekanisme hubungan kerja
(system rujukan), sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan
yang terpadu.
Berdasarkan system rujukan di atas, maka pada daerah rural, dalam
hal ini dianggap Yankes str I dan masyarakat, maka fasilitas
kesehatan yang seharusnya tersedia adalah puskesmas, posyandu,
polindes, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) atau UKBM
lainnya.
5. DOKTER LAYANAN PRIMER
Dokter layanan primer adalah dokter praktik umum yang mempunyai
kompetensi melakukan pelayanan promosi, prevensi, kuratif dan rehabilitatif
secara komprehensif melalui pendekatan secara holistik.
Pelayanan kesehatan promotif : Merupakan suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
19
Pelayanan kesehatan preventif : Suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
Pelayanan kesehatan kuratif : Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif
Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas
penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya.
6. PUSKESMAS
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat
opembanguna kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
Tujuan:
Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
Fungsi:
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
- Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
- Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
20
- Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan
masyarakat:
- Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat.
- Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
- Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan
program kesehatan.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan.
- Pelayanan kesehatan perorangan
- Pelayanan kesehatan masyarakat
Azaz pengelolaan puskesmas:
1. Asas pertanggung jawaban wilayah
Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang
terjadi di wilayah kerjanya.
2. Asas peran serta masyarakat
Bentuk pelayanan kesehatan yang peran serta masyarakat banyak
macamnya contohnya posyandu.
3. Asas keterpaduan
Berupaya memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan program
kesehatan lain (lintas program) tetapi juga dengan program dari sektor lain
(lintas sektor)
4. Asas rujukan
Jika tidak mampu menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya
ke saranan kesehatan yang lebih mampu.
21
Untuk membentuk puskesmas yang efektif dan efisien diperlukan perencanaan
tingkat puskesmas dimana semua tindakan manajemen dan kegiatan disesuaikan
dengan perencanaan.
Tiga aspek pokok perencanaan :
1. Hasil dari pekerjaan perencanaan puskesmas.
2. Perangkat perencanaan puskesmas.
3. Proses.
Manajemen puskesmas
1. Proses Pencapaian Tujuan Puskesmas.
Untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien,
pimpinan Puskesmas dituntut untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen,
yaitu fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan oleh pimpinan Puskesmas secara
terorganisasi,berurutan dan berkesinambungan.
Fungsi manajemen yang digunakan oleh Puskesmas diadaptasi dari
fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Terry dengan penambahan fungsi
evaluating (Penilaian), sehingga fungsi-fungsi manajemen Puskesmas adalah
sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan);
b. Organizing (Pengorganisasian);
c. Actuating (Penggerakan Pelaksanaan);
d. Controlling (Pengawasan/Pembimbingan);
e. Evaluating (Penilaian)
Planning (Perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan Puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif
kegiatan untuk mencapainya. Tanpa ada fungsi perencanaan Puskesmas,
tidak ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk
mencapai tujuan
Puskesmas. Melalui fungsi perencanaan Puskesmas akan ditetapkan tugas-
tugas pokok staf dan dengan tugas-tugas ini pimpinan Puskesmas akan
22
mempunyai pedoman supervisi dan menetapkan sumber daya yang
dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Organizing (Pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan
manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki
Puskesmas dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan
Puskesmas. Atas dasar pengertian tersebut, fungsi pengorganisasian juga
meliputi proses pengintegrasian semua sumber daya yang dimiliki
Puskesmas.
Actuating (directing, commanding, motivating, influencing) atau
fungsi penggerakan pelaksanaan Puskesmas adalah proses pembimbingan
kepada staf agar mereka mampu dan mau bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan
yang dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan
yang efektif, pengembangan motivasi, komunikasi, dan pengarahan sangat
membantu suksesnya pelaksanaan fungsi aktuasi.
Controlling (pengawasan dan pengendalian) adalah proses untuk
mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang
sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpanagan.
Pelaksanaan fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar kinerja
(standard performance).
Evaluating (Penilaian) adalah suatu proses untuk menentukan nilai
atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis
dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria
yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta
memberikan saransaran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari
pelaksanaan program (Azwar,1998).
2. Proses Menselaraskan Tujuan Organisasi dan Tujuan Pegawai
3. Proses Mengelola dan Memberdayakan Sumber Daya dalam
Rangka Efisiensi dan Efektifitas Puskesmas
23
4. Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah
5. Proses Kerjasama dan Kemitraan
Pelayanan kesehatan masyarakat seperti misalnya mengatasi keadaan
wabah yag terjangkit di wilayah kerjanya. Pelaksana pelayanan kesehatan
masyarakat sehari-hari, dipercayakan kepada puskesmas, yang oleh pemerintah
memang didirikan di setiap kecamatan. Kecamatan yang jumlah penduduknya
lebih dari 30.000 dan yang wilayah kerjanya luas maka didirikan puskesmas
pembantu. Kecuali itu untuk lebih mendekatkan pelayan kesehatan kepada
masyarakat yang jauh tinggal dari puskesmas maka diselenggarakan puskesmas
keliling. Kegiatan utama posyandu yang dikelola dengan prinsip dari dan oleh
masyarakat secara umum dapat dibedakan dengan :
1. Pelayanan KIA
2. Pelayanan gizi
3. Pelayanan keluarga berencana
4. Pemberian oralit
5. Imunisasi
Agar dapat bekerja efisien di daerah rural, maka tenaga kesehatan harus
dapat mengelola input (SDM, pembiayaan,sarana serta metoda) dengan baik
sehingga output yang diharapkan (pelayanan kesehatan yang terpadu, menyeluruh
dan berkesinambungan) dapat tercapai.
Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit. Sebagai dokter layanan
primer, pelayanan kesehatan lebih diutamankan melalui upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan upaya
tersebut diharapkan angka kesakitan masyarakat dapat berkurang dan derajat
kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.
Fasilitas Penunjang puskesmas
24
Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, sarana perhubungan dan
kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk
dapat dengan mudah mendapatkanakses layanan Puskesmas. Agar jangkauan
pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas,Puskesmas perlu ditunjang dengan
Puskesmas Pembantu, Bidan desa di daerah yang belumterjangkau oleh pelayanan
kesehatan yang sudah ada. Disamping itu penggerakan peran sertamasyarakat
untuk mengelola Posyandu dan membina dasawisma akan dapat
menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.
1. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu yang lebih sering dikenal sebagai Pustu atau Pusban,
adalah unitpelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi menunjang serta
membantu melaksanakankegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
2. Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan Keliling yang
dilengkapi dengankendaraan bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan
peralatan kesehatan, peralatankomunikasi serta sejumlah tenaga dari
Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsimenunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayahkerjanya yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
3. Bidan Desa
Pada setiap desa yang belum ada pelayanan kesehatannya, ditempatkan
seorang bidan yang nertemp[at tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab
langsung kepada kepala puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa
dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 jiwa.
Tugas utama bidan desa yaitu membina peran serta masyarakat melalui
pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok Dasawisma disamping
memberikan pelayanan langsung di posyandu dan pertolongan persalinan di
rumah penduduk. Selain itu juga menerima rujukan masalah kesehatan
anggota keluarga dasawisma umtuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk
25
lebih lanjut ke puskesmas atau fasilitas kesehatan yang lebih mampu dan
terjangkau secara nasional.
Hubungan antar pelbagai sarana pelayanan kesehatan
KESIMPULAN :
1. Untuk adanya tenaga medis disuatu puskesmas maka harus ada
pengorganisasian ke DINKES TKT I dan seterusnya keatas.
2. Untuk menjamin suatu tenaga medis ada dan bertahan disuatu daerah
tertentu maka harus ada upaya dari pemerintah setempat untuk memenihi
fasilitas-fasiltas untuk pelayanan kesehatan agar mencapai mutu dari
pelayanan kesehatan tersebut berupa manfaat bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan, penyelenggara pelayanan kesehatan dan penyandang dana
pelayanan kesehatan.
26
MENDAGRI
GUBERNUR
BUPATI
CAMAT
LURAH
LKMD
PUSKEMAS PEMBANTU
POSYANDU
DEPKES
KANWIL
KANDEP
KANKES
DINKES TKT II
DINKES TKT I
PUSKESMASPUSKESMAS
Administrasi Kesehatan
7. Kapan sistem kesehatan dikatakan gagal memenuhi tujuan?
Sistem kesehatan dikatakan gagal bila tidak memenuhi 3 unsur pokok dari
system kesehatan itu sendiri, yaitu :
a. Organisasi pelayanan
Suatu system kesehatan yang baik, haruslah memiliki kejelasan dalam
pengorganisasian upaya kesehatannya (organization of services). Kejelasan
yang dimaksudkan di sini menunjuk kepada jenis, bentuk, jumlah, penyebaran,
jenjang serta hubungan antara satu upaya kesehatan dengan upaya kesehatan
yang lainnya. Jika kejelasan yang seperti ini tidak dimiliki, maka system
kesehatan tersebut tidak sempurna.
27
Permasalahan bayi dengan BBLR dan permasalahan kesehatan
teratasi sehingga permasalahan kesehatan di daerah tempat tinggal
Laura berkurang
Pelaksanaan berdasarkan administrasi kesehatan dengan memperhatikan
Input, Proses, Output
Permasalahan Kesehatan bayi dengan Berat Badan baru lahir rendah pada
Laura
Diperlukan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di daerah
sekitar tempat tinggal Laura (di sekitar perkebunan) baik dalam masalah kesehatan kehamilan maupun permasalahan
kesehatan lainnya
b. Organisasi pembiayaan
Suatu system kesehatan yang baik, haruslah memiliki kejelasan dalam
pengorganisasian pembiayaan kesehatannya (organization of finance).
Kejelasan yang dimaksudkan di sini menunjuk pada jumlah, penyebaran,
pemanfaatan serta mekanisme pembiayaan upaya kesehatan yang berlaku.
Sama halnya dengan organisasi pelayanan, maka jika organisasi pembiayaan
ini tidak baik, maka system kesehatan tersebut termasuk kedalam kategori
tidak sempurna.
c. Mutu pelayanan dan pembiayaan
Syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh suatu system kesehatan yang baik
ialah terjaminnya mutu pelayanan dan pembiayaan kesehatan (quality of
services and finances). Mutu yang dimaksudkan di sini ialah di satu pihak,
yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap kesehatan,
dan di pihak lain yang sesuai pula dengan situasi dan kondisi social ekonomi
masyarakat.
28
ORGANISASI PELAYANAN
SISTEM KESEHATAN
MUTU PELAYANAN DAN PEMBIAYAAN
ORGANISASI PEMBIAYAAN
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Azrul, Anwar. Pengantar Administrasi Kesehatan edisi ketiga. Binarupa
Aksara: 1988
2. Sutisna Sulaeman, Endang. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di
Puskesmas.pdf
29