tumor hipofisis revisi.docx
-
Upload
merrycardina -
Category
Documents
-
view
353 -
download
6
Transcript of tumor hipofisis revisi.docx
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
1/34
1
Referat
TUMOR HIPOFISIS
Oleh :
Ervan Arditya Kusuma (0910312107)
Tiara Dwi Pratiwi (0910312110)
Ghozi Natul Isral (1010311024)
Saskia Konita (1010312087)
Maryam Syifaurrahmah (1010312061)
Pembimbing :
dr. Sylvia Rachman, Sp.Rad (K)
ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2014
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
2/34
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga referat yang berjudul Tumor Hipofisisini dapat kami
selesaikan. Referatini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Sylvia Rachman, Sp.Rad (K)
sebagai preseptor.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekandokter muda dan semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan
referatini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referatini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk
perbaikan demi kesempurnaan referatini. Akhir kata penulis berharap semoga
referatini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman semua pihak
tentang Tumor hipofisis Padang, September 2014
Penulis
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
3/34
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................... ....................................... 4
2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipofisis ................................................ 4
2.1.1 Anatomi ........................................................................... 4
2.1.2 Fisiologi ........................................................................... 6
2.1.3 Radioanatomi ................................................................... 8
2.2 Definisi dan Klasifikasi .............................................................. 12
2.3 Epidemiologi ............................................................................. 13
2.4 Etiologi ......... ............................................................................. 13
2.5 Patofisiologi . ............................................................................. 142.6 Gejala Klinis . ............................................................................. 15
2.7 Diagnosis ...... ............................................................................. 17
2.7.1 Pemeriksaan radiologi Konvensional ............................... 18
2.7.2 Pemeriksaan CT Scan.............................................................. 18
2.7.3 Pemeriksaan MRI ............................................................. 20
2.7.4 Pemeriksaan Kedokteran Nuklir ...................................... 22
2.8 Diagnosis Banding ..................................................................... 222.9 Tatalaksana ................................................................................. 25
2.9.1 Operatif............................................................................. 26
2.9.2 Radioterapi ....................................................................... 26
2.9.3 Medikamentosa ................................................................ 27
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 30
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
4/34
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar yang sangat penting bagi tubuh
manusia, kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal,
ovarium dan testis, kontrol laktasi, kontraksi uterin sewaktu melahirkan, tumbuh
kembang yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan
intravaskular dengan memelihara reabsorpsi cairan di ginjal.
Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior,
pada lobus anterior terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormonpeptida.
Sedangkanpadalobus posterior melepaskan 2 macamhormonpeptida. Tumor
padakelenjariniakanmemberikangejalakarenaadanyaefekmasaataugangguanprodu
ksihormonpadapenderitanya. 1
Tumor hipofisisatau adenoma pituitary merupakan tumor intrakranial yang
paling umumyaitu 10-15% darisemuaneoplasma primer.Insiden per tahundari
tumor hipofisisbervariasiyaituantara 1-7/100.000 penduduk.Sebagianbesar tumor
hipofisisditemukanpadausiadewasamudanamundapat pula
ditemukanpadaremajamaunpunusialanjut. Sementarasumber lain
menuliskanbahwa tumor hipofisisditemukanpadasemuaumur,namuninsidennyameningkatdengansemakinmeningkatnyausiadanpuncaknyaantara
dekade ketigadan kelima. 2
Terdapatduatipe tumor hipofisisberdasarkanukuranyaitumikroadenoma(
ukurantumor 10 mm). Dimana 60%
dari tumor hipofisisadalahmakroadenomadan 40%
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
5/34
5
mikroadenomasedangkanberdasarkanhormon yang disekresikandibagiduatipeyaitu
non fungsionaldanfungsional. 1,3
Tumor
hipofisisdapatmenimbulkanberbagaimacamgangguanakibathipofungsi,
hiperfungsiatauefekmasa tumor.Gangguantersebutmemilikigambaranklinis yang
bervariasisepertidefisiensihormonatauberlebihnyahormonsertasakitkepalaataugang
guanlapanganpandangakibatmasa tumor. 2
Pada 50% kasus, ditemukan tumor yang telahmeluaske supra sela,
danjugaseringkalimenginvasi sinus sphenoid dan sinus
kavernosus.Denganperluasandaninvasi tumor tersebut, makakontrol tumor
hanyadenganoperasitidaklahcukup.Padakeadaantersebutpemberianterapiradiasi
post operasitelahbanyakdipakaidenganhasil yang cukupbaik,
dimanadapatmenurunkanangkarekurensilokal dari 22%-71%
setelahtindakanoperasimenjadi 8%-21% biladitambahkantindakanradiasi post
operasi. 3
Diagnosis dini tumor
hipofisisseringkaliterlambatkarenakurangnyakewaspadaansertagejaladantandaklin
is yang minimal.Dalamduadekadeterakhir, diagnosis tumor
hipofisismengalamikemajuankarenaperkembangansarana diagnosisseperti computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI). 2
Olehkarenaitupengetahuanmengenaigambaranradiologis tumor
hipofisisdiperlukanuntukmendiagnosasecaradinipasien yang mengalami tumor
hipofisis.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
6/34
6
1.2 Batasan Masalah
Pembahasan referat ini dibatasipada anatomi, etiologi, epidemiologi,
patogenesis, gejalaklinis,
pemeriksaanpenunjangdantatalaksanatentangtumorhipofisis.
1.3 Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuanuntukmenambahpengetahuanpembacamengenai
anatomi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejalaklinis,
pemeriksaanpenunjangdantatalaksanatentangtumorhipofisis.
1.4 Metode Penulisan
Referat ini merupakantinjauankepustakaan yang
merujukkepadaberbagailiteratur.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
7/34
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Hipofisis
2.1.1 Anatomi
Kelenjar hipofisis disebut juga sebagai kelenjar pituitari. Kata hipofisis
berasal dari bahasa yunani, hypo yang berarti dibawah dan physis yang berarti
pertumbuhan. Kelenjar hipofisis terletak di fossa hipofiseal sella tursika di tulang
spenoidale dengan tangkai pituitary (infundibulum). Berat kelenjar hipofisis
adalah 0,5 gr dengan diameter 1-5 cm dan ukuran normal pada manusia 10 x
13 x 16 mm. 4
Selama embriogenesis, sebagian hipofisis berkembang dari kavitas oral
primitive (ektoderm oral) dan sebagian lagi berasal dari jaringan saraf.
a. Infundibulum dan kantong Rathke berkembang dari lapisan ektoderm
neural dan ektoderm oral
b. Kantong Rathke menyempit di bagian basal
c. Kantong Rathke terpisah dari epitel oral
d. Adenohipofisis terbentuk dari pengembangan dari pars distalis, pars
tuberalis, dan pars intermedia sementara neurohipofisis terbentuk dari
perkembangan pars nervosa, batang infundibulum dan eminensia
mediana. 2,4,5,6
Kelenjar hipofisis dapat dibagi bagi menjadi bagian yang berbeda, yaitu
a. Adenohipofiis (hipofisis anterior)
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
8/34
8
Hanya terdiri dari epitel kelenjar (adeno artinya kelenjar). Merupakan
bagian dari hipofisis yang berkembang dari ektoderm. Terdapat pars distalis, pars
tuberalis, dan pars intermedia.
b. Neurohipofisis (hipofisis posterior)
Merupakan bagian dari hipofisis yang berkembang dari jaringan saraf.
terdapat pars nervosa, bagian yang paling besar dan infundibulum yang terdiri dari
eminentia mediana dan stem.
c. Pars intermedia
Merupakan daerah kecil avaskuler yang terletak diantara adenohipofisis
dan neurohipofisis. Pada manusia nyaris tidak terdapat hipofisis pars intermedia,
namun ada pada beberapa jenis hewan tingkat rendah dan ukurannya jauh lebih
besar serta jauh lebih berfungsi. 4,6
Gambar 2.1. Anatomi dari kelenjar hipofisis anterior dan posterior
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
9/34
9
Gambar 2.2. Lokasi dari kelenjar hipofisis
2.1.2 Fisiologi Kelenjar Hipofisis
a. Hipofisis anterior (adenohipofisis)
Berasal dari kantong Rathke yang merupakan invaginasi epitel faring
sewaktu pembentukan embrio. Hormon yang disekresi oleh hipofisis anterior
adalah:
- Hormon pertumbuhan, selain dari efek umum dalam menyebabkan
pertumbuhan, juga mempunyai berbagai efek metabolik yang spesifik,
meliputi:
a. Meningkatkan kecepatan sintesis protein di sebagian besar sel tubuh
b. Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak,
meningkatkan asam lemak bebas dalam darah, dan meningkatkan
penggunaan asam lemak untuk energi
c. Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
10/34
10
- Adrenokortikotropik, mengatur sekresi beberapa hormon
adrenokortikal, mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan
lemak
- Tirotropin (TSH/thyroid-stimulating hormone), mengatur kecepatan
sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid serta mengatur
kecepatan sebagian besar reaksi kimia dalam tubuh.
- Prolaktin, meningkatkan pertumbuhan kelenjar payudara dan produksi
air susu
- Dua hormon gonadotropin, follicle-stimulating hormone dan
luteinizing hormone, mengatur pertumbuhan ovarium dan testis serta
aktivitas hormonal dan reproduksinya. 4
b. Hipofisis posterior (neurohipofisis)
Terdiri dari sel-sel seperti glia yang disebut pituisit. Bagian ujung ini
terletak pada permukaan kapiler, tempat granula sekretorik menyekresikan dua
hormon hipofisis posterior, yaitu: 4
- Hormon antidiuretik (ADH) atau vasopresin. Pembebasan vasopresin
ke dalam aliran darah mengakibatkan otot polos pada dinding arteri
kecil dan arteriol berkontraksi. Kontraksi ini mengakibatkan lumen
menyempit dan menaikkan tekanan darah. Namun,fungsi utamavasopresin adalah meningkatkan permeabilitas air pada tubuli
kontortus distal dan duktus koligens ginjal.
- Oksitosin. Selama kelahiran, oksitosin dibebaskan dari neurohipofisis;
hormon ini menginduksi kontraksi kuat otot polos uterus yang
mengakibatkan kelahiran bayi. Saat menyusui, tindakan mengisap
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
11/34
11
puting susu oleh bayi memicu refleks ejeksi susu pada kelenjar
mammae laktans. Tindakan ini membebaskan oksitosin yang
merangsang sel mioepitel yang mengelilingi alveoli dan duktus
kelenjar mammae agar berkontraksi. Hal ini mengakibatkan
pengeluaran susu ke dalam duktus ekskretorius kelenjar mammae dan
puting susu. 4
2.1.3 Radioanatomi
a. Foto rontgen kranial potongan sagital
Kelenjar hipofisis terletak di fossa hipofiseal sella tursika di tulang
spenoidale dengan tangkai pituitary (infundibulum). 4 Dari foto rontgen kranial
potongan sagital didapatkan gambaran sella tursika seperti berikut :
Gambar 2.3. Foto polos kranial potongan sagital yang memperlihatkan bagian sella tursika 7
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
12/34
12
Gambar 2.4. Radioanatomi dari foto polos kranial potongan sagital 7
b. CT Scan Kepala potongan Axial
Gambaran dari potongan CT scan memperlihatkan dengan jelas kelainan
organ kepala dan ekstensinya. 8
Gambar 2.5. CT Scan Kepala potongan aksial yang memperlihatkan kelenjar hipofisis 9
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
13/34
13
Gambar 2.6. Radioanatomi dari CT scan kepala 9
c. Gambaran MRI Kepala
Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan menggunakan
fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal, dan sagital dngan gambaran
yang sangat baik pada fosa posterior karena tidak terdapat artefak tulang. MRI
merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif dalam mendeteksi tumor seperti
adenoma hipofisis. 10
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
14/34
14
Gambar 2.7. MRI Kepala potongan Sagital yang memperlihatkan kelenjar hipofisis
Gambar 2.8. Radioanatomi MRI Kepala potongan sagital 9
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
15/34
15
2.2 Definisi dan Klasifikasi
Tumor hipofisis juga biasa disebut dengan istilah adenoma hipofisis.
adeno - berarti kelenjar, -oma berarti tumor. Adenoma hipofisis kebanyakan
berasal dari dua pertiga bagian depan kelenjar hipofisis. Tumor yang berasal dari
sepertiga bagian posterior hipofisis biasanya jinak dan dapat disembuhkan. 1
Berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 1,11,12 :
a. adenoma hipofisis non-fungsional
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor hipofisis dan biasanya
lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Nama lain dari tumor ini ialah null
cell tumor , undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma . Karena
tumor ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak
memberikan gejala. Sehingga ketika diagnosa ditegakkan umumnya tumor sudah
dalam ukuran yang sangat besar, atau sudah timbul gejala akibat massa. Tumor
biasanya solid walaupun bisa ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
b. adenoma hipofisis fungsional
adenoma hipofisis fungsional terdiri dari :
- adenoma yang bersekresi prolaktin
- adenoma yang bersekresi growth hormone (GH)- adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
- adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)
Tumor yang mensekresikan TSH kelenjar hipofisis bagian anterior
berperan dalam sekresi dan pengaturan dari berbagai hormon peptida dan
stimulating factor. Tumor yang berasal dari bagian ini akan memproduksi secara
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
16/34
16
berlebihan beberapa atau salah satu dari hormon monopeptida, jika ini terjadi
maka dinamakan fungsional atau screting adenoma.
Berdasarkan ukurannya, tumor hipofisis dibagi menjadi1 :
a. mikroadenoma.
Tumor ini berukuran kurang dari 1 cm dan lokasinya masih dalam sella
tursica, belum menginvasi struktur di sekitarnya seperti sphenoid dan sinus
cavernosus.
b. makroadenoma
Tumor ini berukuran lebih dari 1 cm dan biasanya sudah meluas dari sella
tursica serta menginvasi struktur yang berdekatan.
2.3 Epidemiologi
Tumor hipofisis atau adenoma pituitary merupakan tumor intrakranial
yang paling umum yaitu 10-15% dari semua neoplasma primer.Insiden per tahun
dari tumor hipofisis bervariasi yaitu antara 1-7/100.000 penduduk. Sebagian besar
tumor hipofisis ditemukan pada usia dewasa muda namun dapat pula ditemukan
pada remaja maunpun usia lanjut. Sementara sumber lain menuliskan bahwa
tumor hipofisis ditemukan pada semua umur, namun insidennya meningkat
dengan semakin meningkatnya usia dan puncaknya antara dekade ketiga dankelima. 2
2.4 Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor
hipofisis merupakan hasil dari perubahan DNA satu sel sehingga menyebabkan
pertumbuhan sel tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
17/34
17
multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, hal ini terjadi pada
sebagian kecil kasus. Selain itu, tumor hipofisis bisa dapat merupakan hasil
metastasis dari kanker primer lainnya1.
2.5 Patofisiologi 1,11
Terdapat dua teori mengenai asal dari tumor hipofise. Teori yang paling
umum diterima adalah teori yanng menyatakan bahwa tumor ini merupakan
kelainan intrinsik dalam kelenjar itu sendiri. Teori lainnya menyebutkan bahwa
tumor hipofise muncul sebagai hasil dari stimulasi yang berkelanjutan dari
hipotalamus yang menyekresikan hormon-hormon atau faktor. Teori pertama
yang menyatakan bahwa tumor hipofise adalah primer atau muncul sebagai akibat
dari kelainan intrinsik dalam kelenjar lebih banyak digunakan.
Kemajuan terbaru dalam bidang biologi molekuler telah memfasilitasi
penelitian yang lebih definitif untuk tumor ini menggunakan metode inaktivasi-X
alel. Penelitian ini menunjukkan bahwa tumor hipofise berasal dari monoklonal.
Jadi tumor timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Hipofise
neoplasia adalah proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan
disregulasi pertumbuhan sel seperti proliferasi, diferensiasi, dan produksi hormon.
Hal ini dimulai sebagai hasil dari aktivasi fungsi onkogen atau setelah inaktivasi
gen suppresor tumor, atau keduanya. Aktivasi fungsi onkogen merupakan faktorutama yang akan memicu perubahan alel tunggal yang dapat menyebabkan
perubahan dari fungsi seluler. Sebaliknya, inaktivasi dari tumor suppresor bersifat
resesif dalam hal ini oleh karena itu kedua alel gen harus terpengaruhi seterusnya
mempengaruhi fungsi seluler.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
18/34
18
Sebagian besar tumor hipofise muncul dari bagian anterior dari kelenjar
yang dikenal sebagai adenohipofise. Adenoma adalah tumor pada bagian
sekretori yang memproduksi dan melepaskan satu atau lebih hormon hipofise
yang diproduksi oleh lobus anterior. Pseudocapsule yang membatasi nya dengan
jaringan normal disekitarnya akan ditekan oleh tumor. Kasus adenoma jarang
ditemukan muncul dari pars tuberalis, perluasan kecil dari lobus anterior
sepanjang anterior distal dari anterior hipofise atau tumor yang muncul dari sinus
sfenoid, nasofaring, atau klivus.Tumor hipofisis anterior akan menimbulkan efek
massa terhadap struktur sekitarnya.
2.6 Gejala Klinis
Tumor hipofise bisa menyebabkan tanda dan gejala yang dibagi menjadi
empat kategori 1,11,12 :
a. Penekanan kelenjar normal disekitarnya
Pasien bisa muncul dengan hipopituitari yang disebabkan oleh
gangguan fungsi normal dari berbagai jalur hormonal dari hipofise
anterior. Salah satu yang paling rentan adalah jalur hipofise- gonad, yang
mana gangguan kecil dari siklus FSH atau LH bisa mengakibatkan
gangguan libido dan fertilitas pada kedua jenis kelamin dan siklusmenstruasi pada wanita. Selain itu, bagian yang rentan terhadap efek
penekanan lokal antara lain jalur hipofise-tirod dan jalur hipofise-adrenal.
Pasien bisa muncul dengan hipotiroid sekunder atau hipokortisol relatif
yang dipredisposisi oleh krisis addison.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
19/34
19
Pada dewasa, kadar prolaktin yang rendah tidak terlalu dipikirkan.
Begitu juga dengan efek klinis dari defisiensi growth hormone pada
komposisi tubuh dan metabolisme tulang.
b. Hipersekresi Hormonal
Tumor hipofise bisa memproduksi satu atau lebih hormon hipofise
dalam jumlah berlebihan, yang mana hal ini akan memicu gejala yang
spesifik terhadap hormon tertentu yang disekresikan secara berlebihan.
Tumor yang berlebihan menyekresikan Growth Tumor dapat menginduksi
sindrom acromegali yang ditandai oleh pembesaran ekstremitas distal dan
memperjelas tonjolan tulang wajah dengan pertumbuhan yang berlebihan
dari tulang tengkorak. Pasien dengan tumor tersebut berisiko untuk
penyakit jantung dan diabetes melitus dan apabila tidak ditangani dengan
baik dapat menurunkan harapan hidup.
Tumor hipofise yang menyekresikan adrenocorticotropin secara
berlebihan bisa menyebabkan hiperkotisol dan penyakit Cushing. Pasien
dengan penyakit Cushing menunjukkan perubahan di tubuhnya yang
diakibatkan karena deposit lemak yang menyebabkan penderita terlihat
buffalo hump dan moon facies. Pasien juga cenderung untuk memiliki
striae di abdominal, osteoporosis, dan diabetes melitus, kelemahan ototterutama di bagian proksimal dan dapat memicu ganggungan psikiatri.
Prolaktinoma menyebabkan galaktorea pada wanita dan pria serta
gangguan siklus menstruasi pada wanita yang dapat berujung pada
infertilitas. Supresi tidak langsung pada estrogen menyebabkan produksi
prolaktin yang berlebihan. Laki-laki dengan prolaktinoma menunjukkan
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
20/34
20
penurunan fungsi seksual yang dapat berujung pada infertilitas. Hal yang
sama juga terjadi pada tumor pada gonadotropin yang menyekresikan
FSH, LH , atau keduanya yang akan berefek pada siklus menstruasi,
fertilitas, dan fungsi seksual.
c. Gangguan Visual
Pasien dengan perluasan ke area supraseluler dari non-fungsional
tumor biasanya datang ke pelayanan medis dengan keluhan hilangnya
penglihatan. Tumor hipofise dapat menyebabkan penurunan penglihatan
apabila tumor tersebut meluas hingga menekan jalur visual.
Macroadenoma biasanya meluas diatas sela ke kiasma optikum
menyebabkan defek pada area bitemporal yang dimulai dari kuadran atas
dan berlanjut mengenai seluruh area bitemporal dan menyebabkan
hemianopsia bitemporal.
d. Sakit Kepala
Sebagian besar pasien dengan tumor hipofise datang dengan
keluhan sakit kepala. Pasien sering sakit kepala kronis dan berulang
sehingga disarankan brain ct-scan kemudian tampak lesi yang tidak
terduga di area hipofise. Walaupun sakit kepala baru akan muncul pada
pasien dengan tumor besar yang meluas ke sela tursika dan menginvasiatau menekan dura yang sensitif nyeri, namun keluhan ini sudah muncul
pada pasien dengan tumor kecil dan non invasif.
2.7 Diagnosis
Adenoma hipofise bisa dicurigai dari riwayat medis, gejala, dan
pemeriksaan fisik. Pada kasus curiga tumor hipofise yang diperlukan adalah
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
21/34
21
pengujian fungsi hormon untuk setiap pasien. Tes hormon dapat mendeteksi atau
mengkonfirmasi adenoma fungsional, serta menentukan apakah ada bukti
insufisiensi hipofisis11
.
2.7.1 Pemeriksaan Radiologi Konvesional
Foto X-rays tidak cukup baik untuk pencitraan jaringan lunak, sehingga
sudah digantikan oleh CT scan dan MRI. 2
Namun pada adenoma hipofisis non fungsional pada rontgen foto lateral
tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella menipis dan membulat
seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka pada lateral foto
tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP dari kelenjar
hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang pada yang
lainnya normal < 9 masing-masing. 5
Gambar 2.9. Foto rontgen kepala pada tumor hipofisis.
2.7.2 Pemeriksaan CT scan
CT scandapatdigunakanuntukpasien yang tidakdapatmenjalani MRI,
tetapijugasebagaitambahanuntuk MRI. CT
memilikikeuntunganuntukmenunjukkanperluasan di sella dorsum danerosiclivus,
yang pentingdalamperencanaan operasi. 3 Selain itu pada CT scan juga
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
22/34
22
memberikan keuntungan yaitu dapat mendeteksi adanya gambaran kalsifikasi dan
kontraindikasi pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan MRI.
CT scan digunakan untukmendiagnosamikroadenoma,
karenakemampuandeteksi tumor untuk diameter 2-5 mm. Pemeriksaan CT
inidilakukandenganmenggunakanzatkontras, akantampakgambaran tumor
berbentuk oval/bulat, berbatashalussedikithiperdensatauisodense. Kistaperdarahan
yang sudah lama dan tumor yang regresifmemperlihatkangambaran densitas yang
menurun, apabilanilaidensitasmeningkatmakadicurigaiadanya tumor bleeding .4
Gambar 2.10 CT (non-kontras) gambaran besarhiperdensesellar mass
memperluaskewilayahsuprasellardanmenyebabkanperpindahanstruktursekitarnya
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
23/34
23
Gambar 2.11 Gambaran CT-Scan kepala pada tumor hipofisis13
2.7.3 Pemeriksaan M agneti c Resonance I maging (MRI)
MRI otak merupakan modalitas pencitraan yang paling sensitif dalam
mendiagnosa kelainan intrakranial. MRI dapat melukiskan anatomi dengan detail
yang sangat baik dan dapat memperlihatkannya dengan akurasi yang jauh lebih
baik dibandingkan dengan CT scan 10.
Selain pemindaian pada proyeksi aksial seperti pada CT, beberapa
proyeksi lain yang biasa digunakan adalah aksial, koronal dan sagital.
Penampakannya bervariasi sesuai dengan jenis sekuens denyut misalnya CSF
pada T1 terlihat berwarna hitam (sinyal lemah) sementara pada T2 terlihat
berwarna putih (sinyal kuat) 10.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan standard pemeriksaan
pencitraan untuk daerah sella. Mikroadenoma dapat dideteksi melalui pemberian
kontras maksimal dengan hipofisis normal biasanya setelah 30-50 detik 14.
Mikroadenoma biasanya memberikan gambaran hipotens pada T1 pre-
kontras dan memberikan gambaran yang bervariasi pada T2.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
24/34
24
MRI pada makroadenoma digunakan untuk menentukan perluasan,
khususnya pada sinus kavernosus. Makroadenoma lebih mudah dideteksi secara
radiologis dibandingkan dengan mikroadenoma karena diameternya yang lebh
dari 10 mm. Pada T1tanpa kontras tumor hipofisis intrinsik ini terlihat hipointens
dibandingkan dengan jaringan kelenjar hipofisis di sekitarnya. Tumor
menunjukkan penngkatan heterogen setelah pemberian galodinum. Pada T2 tumor
terlihat hiperintens dibandingkan dengan mikroadenoma terutama jika tumor
lunak atau nekrotik. 14
Pituitary Apoplexy ( perdarahan pada hipofisis) merupakan sindroma klinis
yang ditandai dengan sakit kepala, muntah, ophtalmoplegia dan kebutaan. T1 dan
T2 MRI memberikan gambaran dari lamanya perdarahan.
Gambar 2.12. Gambaran MRI pada tumor hipofisis tipe mikroadenoma 14
Gambar 2.13 Gambaran MRI pada tumor hipofisis tipe makroadenoma 14
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
25/34
25
Gambar 2.14 Gambaran MRI pada Pituitary apoplexy 14
2.7.4 Pemeriksaan Radionuklir 12
DTPA-D-Phe-octreotide (pentetreotide) (SST)
Reseptor SST menunjukkan adenoma hipofisis yang memproduksi hormon
pertumbuhan. Sebagian besar pasien dengan adenoma hipofisis menunjukkan
hasil positif terhadap reseptor SST dan penulis lain melaporkan hasil skintigrafi
positif pada pasien dengan gejala klinis non-functioning pituitary adenoma.
Skintigrafi menunjukkan bahwa uptake 111 n-pentetreotide pada pasien lebih tinggi
daripada kontrol dan respon terhadap pengobatan berhubungan dengan intensitas
uptake skintigrafi. Oleh karena itu, skintigrafi 111 n-pentetreotide dapagt digunakan
sebagai tes fungsional untuk memprediksi dan memonitor respon pengobatan.
Namun, ketepatan diagnostiknya masih kurang bagus sehingga masih terbatas
dalam penggunaannya di klinik.
Gambar 2.15 Pemeriksaan skintigrafi pada tumor hipofisis
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
26/34
26
2.8 Diagnosis Banding 15,16
a. Craniopharyngiomas
Craniopharyngiomas merupakan lesi suprasellar yang terbanyak
dengan insiden sekitar 3% dari tumor intrakranial. Tumor ini tumbuh
lambat, jinak, yang berasal dari sisa epitel skuamosa kantong Rathke.
Tumor ini sering pada anak dan dewasa muda, tapi dapat juga ditemukan
pada orang dewasa. Secara histologis, craniopharyngioma dapat dibagi
dua tipe yaitu adamantinomatosa dan squamous papillary .1
Gejala yang
sering ditemukan adalah sakit kepala, gangguan penglihatan, hidrosefalus,
dan hipopituitarism. Walaupun lokasinya di suprasellar, sebanyak 50%
craniopharingioma meluas sampai ke dalam sella. Pada pemeriksaan CT
scan dan MRI, craniopharyngioma menunjukkan gambaran khas heteregon
dengan komponen kista dan padat dengan kalsifikasi (sekitar 93%). Pada
pemeriksaan dengan kontras terdapat enhancement pada komponen padat
dan dinding kista. 15,16
Gambar 2.16. Craniopharyngioma suprasella dengan massa kistik dan padat suprasella kalsifikasiyang khas pada CT (terdapat enhancement kontras pada T1 dan T2) 15
b. Meningioma
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
27/34
27
Meningioma pada regio sella (sinus cavernosus, planum sfenoid,
diafragma sella, prosesus klinoid) merupakan 11% tumor sella dan parasella dan
20-30% dari meningioma intrakranial. Tumor ini tumbuh lambat dan termasuk
tumor jinak. Pada pemeriksaan MRI didapatkan gambaran isointens pada T1 dan
isointens atau sedikit hiperintens pada T2. Setelah pemberian kontras didapatkan
gambaran enhancement yang homogen (Gambar 2). Meningioma juga sering
menunjukkan gambaran dural tail sign, namun gambaran ini dapat jug a terdapat
pada tumor intrakranial lain.
Gambar 2.17 . Gambaran enhancement kontras potongan koronal pada T1. Meningioma terlihat pada sinus cavernosus kiri. 15
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
28/34
28
Gambar 2.18 . Meningioma parasagital kiri dari planum sfenoid dengan dural tail ( GambaranT1 setelah pemberian kontras potongan koronal dan sagital) 15
c. Germ Cell Tumor
Germinoma intrakranial sering terjadi pada pineal dan regio suprasella,
tapi juga dapat terjadi di intrasella. Kadang-kadang tumor ini dapat meluas ke
sella tursika dan menstimulasi makroadenoma hipofisis. Germinoma biasanya
menunjukkan enhancement kontr as yang mencolok dengan batas yang jelas.
d. Aneurisma
Aneurisma regio sella biasanya berasal dari bagian kavernosus atau
supraklinoid dari arteri karotis interna. Aneurisma ini merupakan 10% dari semua
aneurisma cerebral.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
29/34
29
Gambar 2.19 . Paraophtalmic giant aneurysm arteri karotis interna kanan dengan perluasan kekiasma optik. (gambaran T1 setelah pemberian kontras dan angiogram arteri karotis internakanan) 15
2.9 Tatalaksana 1,12
Hampir semua tumor hipofise merupakan adenoma (tumor jinak).
Pengobatan adenoma hipofisis tergantung pada hipersekresi hormon tertentu.
Pengobatannya juga tergantung pada ukuran tumor (mikroadenoma atau
makroadenoma). Pengobatan tumor hipofisis diantaranya adalah:
2.9.1 Operatif
Terapi utama dari kebanyakan tumor hipofisis adalah pembedahan.
Namun, keberhasilan pembedahan tergantung pada tipe tumor, lokasi, ukuran, dan
penyebaran ke organ sekitar. Teknik operasi yang digunakan adalah sebagai
berikut.
a. Pembedahan Transsfenoidal
Pembedahan ini merupakan jenis teknik pembedahan yang sering
dilakukan untuk mengangkat tumor hipofisis, yaitu melalui sinus sfenoid. Dari
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
30/34
30
segi anatomi, kelenjer hipofise terletak di belakang sinus sfenoid. Namun teknik
pembedahan ini terbatas pada tumor dengan mikroadenoma.
b. Kraniotomi
Kraniotomi digunakan pada tumor dengan ukuran yang besar atau telah
menimbulkan komplikasi.
2.9.2 Radioterapi
Terapi radiasi direkomendasikan jika tindakan pembedahan tidak bisa
dilakukan, tumor tumbuh lagi setelah operasi, atau tumor menyebabkan gejala
yang tidak bisa disembuhkan dengan obat. Terapi radiasi konvensional
diberikan sebanyak lima kali seminggu selama empat sampai 6 minggu.
Walaupun efektif, radioterapi konvensional memiliki efek samping yang besar
seperti kerusakan kelenjer hipofisis normal, jaringan otak, saraf optik, dan
meningkatkan risiko kanker otak. Untuk meminimalkan efek samping, berikut
teknik radioterapi yang digunakan pada tumor hipofisis.
a. IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy)
IMRT merupakan bentuk yang lebih maju dari radioterai tiga dimensi.
Teknik ini menggunakan sistem komputerisasi dengan efek samping radiasi
minimal terhadap jaringan normal sekitar.
b. Stereotactic Radiosurgery / Stereotactic Radiation TherapyTerapi radiasi ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi pada
tumor dengan satu kali penyinaran ( radiosurgery ) atau beberapa penyinaran
(radioterapi). Penyinaran lebih tepat mengenai organ target tumor
dibandingkan dengan radioterapi standar sehingga efek samping terhadap
kelenjer hipofisis normal dan jaringan otak lebih minimal.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
31/34
31
c. Proton Beam Radiation Therapy
Bentuk radioterapi ini menggunakan sinar proton untuk membunuh sel
kanker. Sinar X melepaskan energinya sebelum dan setelah mengenai organ
target, sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang normal. Namun,
sinar proton hanya melepaskan energinya setelah menempuh jarak tertentu
sehingga kerusakan jaringan normal sekitar lebih minimal. Teknik ini juga
lebih tepat mengenai target organ. Namun, pemakaian radioterapi ini masih
terbatas.
2.9.3 Medikamentosa
Beberapa obat dapat digunakan untuk mengobati tumor hipofisis yang
memproduksi hormon.
a. Prolactinoma (tumor hipofisis yang memproduksi hormon prolaktin)
Obat untuk tumor ini disebut dopamin agonis, contohnya
cabergoline dan bromocriptine yang berfungsi mengecilkan tumor
dan menghentikan produksi hormon prolaktin oleh tumor. Obat ini
sangat efektif untuk pengobatan prolaktinoma sehingga pada tumor
jenis ini tidak dibutuhkan tindakan pembedahan.
b. Growth Hormon Secreting Tumor
Tumor ini dapat menyebabkan akromegali pada dewasa dan
gigantisme pada anak-anak. Pemberian obat seringkali tidak efektif
untuk tumor jenis ini, sehingga pengobatan bukan terapi utama.
Beberapa obat yang digunakan adalah somatostatin analog, growth
hormon antagonist, dan dopamin agonist.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
32/34
32
c. ACTH Secreting Tumor
Tumor jenis ini menyebabkan kelenjer hipofisis memproduksi
hormon steroid secara berlebihan, seperti kortisol sehingga
menyebabkan Cushing Disease. Beberapa obat yang dapat
digunakan adalah pasireotid, cyproheptadin, steroidogenesis
inhibitor, mifepriston, dan dopamin agonis.
d. TSH-Secreting tumor
Untuk tumor ini, somatostatin analog seperti octreotide dan
lanreotide dapat menurunkan produksi TSH oleh tumor. 1
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
33/34
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor hipofisis atau adenoma pituitary merupakan tumor intrakranial
yang paling umum yaitu 10-15% dari semua neoplasma primer. Tumor hipofisis
akan menimbulkan manifestasi klinis yang bervariasi baik gejala hormone
maupun gejala peningkatan tekanan intrakranial. Untuk mendiagnosa tumor ini
secara dini diperlukan pemeriksaan baik secara radiologi dan laboratorium.
Pemeriksaan radiologi yang baik digunakan untuk mendiagnosa tumor adalah
MRI.
Penatalaksanaan tumor hipofisis multi disiplin ilmu, tatalaksana secara
bedah maupun radioterapi. Penatalaksanaan secara radioterapi dan pembedahan
dapat meningkatkan angka kesembuhan dan mengurangi angka kekambuhan dari
tumor hipofisis. Tatalaksana secara radiasi dapat diberikan sebagai terapi adjuvan
pada kasus residu pasca operasi, kadar hormonal yang persisten pasca operasi
maupun pada kasus yang progesif/residif. Radiasi primer dapat pula diberikan
sebagai terapi alternatif pada kasus yang tidak dapat dioperasi.
-
8/11/2019 tumor hipofisis revisi.docx
34/34
DAFTAR PUSTAKA
1. Iskandar J. 2002. Tumor hipofisis. Diakses darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-iskandar%20japardi50.pdf pada 1 September 2014
2. Pradana S. 2009. Tumor hipofisis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3, ed5. Interna Publishing : Jakarta.
3. Rachel G. 2010. Pituitary Adenomas: The Entity and The Imaging. Mink Radiologic Imaging. Vol 1. : United States
4. Guyton. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
5. Woodruff. 1993. Fundamentals of neuroimaging . Philadelphia : WB Saunders.
6. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:EGC
7. Moeller TB, Reif E. 2000. Pocket Atlas of Radiographic Anatomy . New York :Thieme
8. Rasad S. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai PenerbitFKUI
9. Moeller TB, Reif E. 2007. Pocket Atlas of Sectional Anatomy volume 1 : Headand Neck . New York : Thieme
10. Patel PR, 2005. Lecture Notes : Radiology. Jakarta : Erlangga Medical Series.
11. Arafah BM, Nasrallah MP. 2001. Pituitary Tumors: pathophysiology, clinicalmanifestations and management . Journal endocrine-related cancer : 287-305.
12. Fahlbusch R, Gerganov VM. 2012. Pituitary tumors. Brain tumors 3 rd edition .Elsevier
13. Wu LM, Li YL, Yin YH. 2014. Usefulness of Dual-Energy ComputedTomography Imaging in the Differential Diagnosis of Sellar Meningiomas and
Pituitary Adenomas : Preliminary Report. Plos one 9(3) : e90658
14. Mazumdar A. 2006. Imaging of the Pituitary and Sella Tursica . Expert revanticancer ther. 6(9).
15. Doerfler A, Richter G. 2008. Lesions within and Around the Pituitary . Neuroradiology Journal
16. Bladowska J, Sasiadek M. 2012. Diagnostic Imaging of the Pituitary and Parasellar Region. Neuroradiology Journal
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-iskandar%20japardi50.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-iskandar%20japardi50.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-iskandar%20japardi50.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-iskandar%20japardi50.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1960/1/bedah-iskandar%20japardi50.pdf