Makalah_PBL revisi.docx

28
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Problematika Pendidikan Bidang Studi yang dibimbing oleh Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed. Oleh Dwi Retno Wahyuni 120331540720 Reny Eka Evi Susanti 120331540725 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

description

pbl

Transcript of Makalah_PBL revisi.docx

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Problematika Pendidikan Bidang Studi

yang dibimbing oleh Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed.

Oleh

Dwi Retno Wahyuni 120331540720

Reny Eka Evi Susanti 120331540725

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Oktober 2013

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Strategi pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru agar

seorang siswa dapat maksimal dalam memahami materi pelajaran, sehingga

setelah melakukan pembelajaran siswa akan memiliki kompetensi sebagaimana

tuntutan dari materi pelajaran yang dipelajari. Berbagai macam strategi

pembelajaran yang diimplementasikan mempunyai karakteristik tertentu dengan

segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu strategi mungkin baik

untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu,

tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Pembelajaran yang hanya

menggunakan komunikasi satu arah dapat mengurangi kreativitas siswa dalam

mengkonstruk pengetahuan dalam dirinya. Banyak siswa yang merasa bingung

dan sulit mendalami dengan materi yang telah disampaikan guru,

akibatnya siswa cenderung malas untuk mencari informasi dari luar atau dari

berbagai sumber referensi. Hal ini bisa mempengaruhi pada kurangnya

pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diajarkan. Perkembangan dalam

kegiatan proses belajar mengajar diharapkan siswa mengalami perubahan

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penerapan kurikulum 2013

menuntut adanya perubahan strategi pembelajaran di kelas ke arah Student

Centered Learning.

Salah satu model pembelajaran yang merupakan model pembelajaran

student centered adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran

berbasis masalah. PBL membantu untuk meningkatkan perkembangan

keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif,

kritis, dan belajar aktif. PBL memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah,

komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik

dibanding pendekatan yang lain.

Penerapan PBL dalam pembelajaran layaknya dua sisi mata uang yang

memiliki kelebihan dan kekurangan. Gallagher et al. (1995) melihat PBL sebagai

meniru situasi kehidupan nyata dan menjadi inheren interdisipliner, yang

1

2

memungkinkan siswa untuk memahami bagaimana berbagai disiplin ilmu

berinteraksi ketika pemecahan masalah. Melalui proses pembelajaran di kelas,

guru memberdayakan siswa untuk menjadi mandiri dan mampu mendekati jenis

masalah kompleks yang akan mereka hadapi. Sehingga melalui makalah ini

penulis mengharapkan dapat mengulas secara rinci implementasi PBL dalam kelas

dan kendala-kendala apa saja yang terjadi selama penerapan PBL berlangsung

serta menemukan solusi yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini

adalah:

1. Apakah Problem Based Learning (PBL) itu?

2. Bagaimana mengimplementasikan PBL dalam pembelajaran?

3. Apa saja Problematika dari implikasi PBL dalam pembelajaran?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam makalah ini

adalah:

1. Mengetahui teori yang melandasi PBL, pengertian PBL dan alasan

menggunakan PBL

2. Mengetahui implementasikan PBL dalam pembelajaran

3. Mengetahui problematika dari implementasi Problem Based Learning dalam

pembelajaran

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Poblem-Based Learning (PBL)

1. Teori Belajar yang Melandasi Poblem-Based Learning (PBL)

Pada student centered learning siswa bertanggung jawab dalam proses

belajarnya sendiri, sehingga siswa menjadi pusat dari proses belajar mengajar.

Terdapat dua teori pendidikan yang mendasari konsep student centered learning,

yaitu instruktivisme dan kontruktivisme. Teori instruktivisme yang diperkenalkan

oleh Skinner menekankan peranan instruksi dalam proses pembelajaran, yang

menyatakan bahwa belajar merupakan hasi linstruksi yang diberikan kepada siswa

sehingga siswa akan belajar melalui proses yang sudah terstruktur, sedangkan

guru akan memberikan umpanbalik, review dan praktik.

PBL merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berlandaskan teori

konstruktivisme. Teori konstruktivisme menekakan pentingnya proses aktif dan

reflektif dalam pembelajaran. Piagget dan Vygotsky dalam teori kontruktivisme

kognitif mengemukakan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam

proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Mereka

berpendapat bahwa, pembelajaran yang baik melibatkan siswa pada situasi yang

memberi kesempatan pada mereka untuk melakukan percobaan sendiri, mencoba

memanipulasi tanda-tanda, memanipulasi simbol-simbol, bertanya dan

menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang mereka lihat pada saat

lain dan membandingkan temuannya dengan temuan anak lain. Dalam hal ini,

guru bertindak hanya sebagai fasilitator yang akan mengarahkan siswa dalam

proses belajart ersebut.

Strategi PBL mengharuskan siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan

masalah yang diberikanoleh guru. Menurut Brunner pembelajaran menekankan

penalaran induktif dan proses inkuiri. Dalam teori tersebut dikenal adanya

Scaffolding sebagai suatu proses dimana seseorang siswa dibantu guru atau orang

lain yang memilki kemampuan lebih dalam menuntaskan masalah tertentu

sehingga dapat melampaui kapasitasperkembangannya.Hal inimemungkinkan

siswa memiliki kemampuan untuk mendefinisikan masalah, mengidentifikasi dan

4

menyelesaikan masalah, memperoleh dan mengintrepetasi data, serta membuat

perencanaan. Implementasi PBL dalampembelajaran di kelas diharapkan dapat

mendukung penerapan kurikulum 2013 di sekolah. Kurikulum 2013 berpusat pada

potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta

lingkungannya. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

2. Pengertian Poblem-Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (Poblem-Based Learning) selanjutnya

disingkat dengan PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang

dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu

model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki

ketrampilan untuk memecahkan masalah. Lebih lanjut Hatta dan Marsigit (2013)

menyatakan bahwa PBL merupakan metode pembelajaran yang bercirikan adanya

permasalahan nyata yang tidak terstruktur dengan baik sebagai konteks untuk

peserta didik belajar berfikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah dan

memperoleh pengetahuan. Sedangkan menurut Sudarman (2007: 69) menyatakan

bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Menurut Dasna dan sutrisno (2007: 76) mengemukakan bahwa,

karakteristik PBL antara lain: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2)

memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata

peserta didik, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar

disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik

dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka

sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, (6) menuntut peserta didik untuk

mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk

atau kinerja.

5

Berdasarkan uraian diatas bahwa pembelajaran dengan menggunakan

model PBL dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang apa yang

dipelajari sehingga diharapkan dapat diterapkan dalam kondisi nyata pada

kehidupan sehari-hari. Kegiatan dalam model PBL yaitu:

1. Dimulai adanya masalah yang dapat dimunculkan dari peserta didik atau guru

2. Siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah diketahui dan

yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut

3. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan,

sehingga mereka terorong berperan aktif dalam belajar

4. Siswa bekerja dalam menyelesaikan masalah secara berkelompok

5. Kegiatan pemecahan masalah meliputi membuat hipotesis, merancang

percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,

menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, presentasi, berdiskusi, dan

membuat laporan

2. Alasan Menggunakan Poblem-Based Learning (PBL)

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli

pembelajaran menyarankan menggunakan pembelajaran yang berbasis

konstruktivistik. Hal ini diutarakan mengingat beberapa fakta yang terjadi dalam

kegiatan belajar mengajar antara lain: (1) tingkat pemahaman materi ajar yang

masih rendah (tingkat ingatan dan pemahaman (C1; C2); tingkat aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi masih kurang. (dalam belajar siswa cenderung menghafal

dibanding berpikir), (2) atmosfir belajar siswa masih rendah (belajar untuk

ulangan) bukan untuk menguasai kompetensi tertentu. (3) alat evaluasi di tingkat

sekolah masih belum standar. (Hasil belajar baik belum tentu

kompeten/menguasai materi dengan baik), (4) siswa malas/kurang motivasi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa PBL sebaiknya

digunakan sebagai model pembelajaran karena:

a) Terjadi pembelajaran bermakna karena adanya peserta didik menerapkan

pengetahuan yang dimiliknya dan berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan

6

b) Peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan

dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan

c) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif dalam

bekerja, motivasi internal untuk belajar

d) Mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok

B. Implementasi PBL dalam Pembelajaran

Dalam melakukan pembelajaran dengan metode PBL ada tiga komponen

yang saling terlibat yaitu:

1. Institusi

Institusi dalam hal ini adalah sekolah, yang akan mendukung pelaksanaan

pembelajaran PBL yaitu mempersiapkan sarana pembelajaran, perpustakaan, dan

alat-alat laboratorium, mempersiapkan sarana jaringan komputer.

2. Pengajar

Peran pengajar yaitu (1) menyiapkan RPP, materi pelajaran, (2)

memberikan sumber berupa buku referensi dan link website, (3) fasilitator

pembelajaran dan membangun komunitas pembelajaran (4) sebagai evaluator.

3. Peserta didik

Peran peserta didik secara umum adalah mempersiapkan diri untuk belajar

dan bekerja secara berkelompok serta berperan aktif dalam pembelajaran.

Ada beberapa cara menerapkan PBL dalam pembelajaran di kelas, secara

umum penerapan PBL ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan

oleh peserta didik. Masalah tersebut berasal dari peserta didik atau disiapkan oleh

pengajar.

Langkah-langkah pemecahan masalah dengan menggunakan PBL antara

lain menurut Panen(dalam Dasna & Sutrisno, 2007), yaitu: (1) mengidentifikasi

masalah, (2)mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan

masalah, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan

penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan uji coba terhadap rencana yang

ditetapkan, (8) melakukan tidakan untuk memecahkan masalah. Lebih lanjut

Sintaks Problem Based Learning menurut Arends (dalam Dasna & Sutrisno,

2007) adalah sebagai berikut:

7

Fase Aktivitas Guru

Fase 1:

Mengorientasikan siswa

pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang

diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada

aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2:

Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

yang dihadapi

Fase 3:

Membimbing

penyelidikan individu

maupun kelompok

Mendorong siswa mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari

untuk penjelasan dan pemecahan

Fase 4:

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan, dan model, dan

membantu mereka untuk berbagi tugas dengan

temannya.

Fase 5:

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap

penyelidikan dan proses-proses yang digunakan

selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Tabel. 2.1 Sintaks Problem Based Lerning (PBL)

Tema : Penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan (formalin dan

boraks)

Sumber : sindonews.com, “Penggunaan bahan berbahaya pada jajanan masih marak”

Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu : mengidentifikasi makanan yang

mengandung bahan kimia berbahaya

menayangkan video/foto tentang kondisi makanan yang menggunakan

bahan kimia berbahaya

8

menyampaikan fakta/artikel tentang penggunaan bahan kimia berbahaya

pada makanan

Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

mengarahkan masalah “bagaimana mengidentifikasi bahwa makanan

tersebut menggunakan bahan kimia berbahaya atau tidak”

meminta siswa membentuk kelompok dan mendiskusikan untuk

memecahkan masalah

meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi

Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Meminta siswa/kelompok mempresentasikan langkah–langkah yang akan

dilakukan dalam rangka memecahkan masalah (jadwal, kegiatan,

produk/target)

Menyampaikan saran/mengarahkan siswa tentang prosedur kerja yang

dibuat

Membimbing siswa melakukan percobaan/ mengumpulkan data

(melakukan penilaian kinerja)

Mengarahkan/mendampingi siswa melakukan pengelompokan data,

analisis data, pengujian hipotesis

Mengarahkan siswa menelaah teori/merekomendasikan bahan pustaka

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Meminta siswa/kelompok membuat laporan hasil pemecahan masalah

Memberikan masukan/koreksi format/struktur bahasa laporan

Meminta siswa melakukan presentasi

Mendiskusikan presentasi laporan/tanya jawab

Memberikan masukan untuk revisi

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Meminta siswa/kelompok melakukan refleksi: Apa yang mereka rasakan

telah dilakukan secara optimal ,apa yang belum, bagaimana memperbaiki.

Apa tindaklanjutnya

Melakukan evaluasi (tes) – soal pemecahan masalah- disamping penilaian

laporan dan unjuk kerja

Memberikan masukan hasil evaluasi

9

Merencanakan pemecahan masalah berikutnya (tema berbeda)

Tabel. 2.2 Contoh penerapan Sintaks Problem Based Lerning (PBL)

C. Problematika Penerapan PBL

1. Kelebihan dan Kekurangan Implementasi PBL

PBL memiliki kelebihan sebagai berikut (Halonen, 2010):

a. Kemampuan retensi dan pemanggilan kembali (recall) pengetahuan lebih

besar

b. Mengembangkan keterampilan interdisipliner:

Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek

Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik

Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan

c. Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup:

Cara meneliti

Cara berkomuniasi dalam kelompok

Cara mengatasi masalah

d. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri dan

kelompok (peer assessment), berpusat pada siswa,dan memiliki efektivitas

tinggi.

e. Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan

Umpan balik segera

Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai

Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran (taksonomi

Bloom)

f. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis dan memecahkan masalah

g. Meningkatkaan motivasi dan kepuasan siswa, interaksi siswa-siswa, dan

interaksi siswa-guru

Seperti model pembelajaran yang lain selain mempunyai kelebihan PBL

memiliki kekurangan sebagai berikut (Halonen, 2010):

a. Membutuhkan perencanaan dan sumber daya yang sangat besar:

10

Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi

Penyediaan sumberdaya untuk siswa, misalnya, ruang diskusi, literatur,

perpustakaan tradisional maupun e-library, narasumber, tenaga profesional

di bidangnya

b. Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan guru untuk

menghargai pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang diperoleh siswa

selama proses pembelajaran

c. Memerlukan perubahan paradigma:

Pergeseran dari fokus dari “apa yang diajarkan guru” (teacher-centered)

menjadi “apa yang dipelajari siswa” (student-centered)

Perubahan pandangan guru sebagai “pakar” yang berperan sebagai “bank

pengetahuan” melalui pembelajaran dan peragaan di kelas, menjadi guru

sebagai “fasilitator “ atau “tutor” pembelajaran

d. Hasil penerapan PBL sulit untuk ditafsirkan, maksudnya guru sulit mengukur

kemampuan pemecahan masalah serta mengingat pengetahuan serta

memakan waktu lebih banyak karena butuh analisa mendalam (Feletti et. al,

1997)

e. Berdasarkan analisis RPP dengan menggunakan PBL oleh Hasni (2011)

diperoleh:

Fase 1 : Orientasi siswa terhadap masalah.

Pada fase ini guru sudah menjelaskan tujuan pembelajaran, namun

belum ada penjelasan tentang aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan

serta tidak ada narasi untuk membangun motivasi siswa. Selain itu

masalah yang diajukan tidak berasal dari video/ artikel kejadian yang

ada disekitar siswa yang terkait dengan materi laju reaksi.

Fase 2:Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada fase ini guru sudah membagi kelompok dan guru sudah

membatasi pokok bahasan dengan memberikan LKS, namun guru

belum membagi subtopik kepada masing-masing kelompok secara

spesifik.

Fase 3: Membimbing penyelidikan idividu dan kelompok

11

Pada fase ini guru sudah mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai dengan permasalahan, namun seharusnya guru

meminta siswa memperoleh informasi tidak hanya berasal dari LKS

saja.

Fase 4:Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru sudah meminta siswa mengumpulkan laporan hasil diskusi

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses

Guru sudah meminta siswa melakukan refleksi terhadap hasil diskusi

2. Solusi dalam Menangani Kendala Penerapan PBL

a. Guru harus dibekali mengenai strategi pembelajaran PBL melalui pelatihan

terlebih dahulu, meliputi bagaimana prosedur pelaksanaan PBL, skenario,

hingga pembuatan instrument penilaian. Sumber daya pendukung seperti

buku dapat di peroleh dari e-book yang disediakan dalam kurikulum 2013,

dan siswa dapat mencari fakta atau masalah yang terkait dalam internet yang

diberikan sebelum pembelajaran dimulai sebagai tugas rumah.

b. Komitmen guru dalam implementasi PBL memang harus ditumbuhkan secara

personal sebagai dedikasi guru terhadap peserta didiknya. Guru setidaknya

dapat melihat keberhasilan dalam mendidik siswa sebagai motivasi.

c. Mengubah paradigma menjadi Student-Centered Learning dapat melalui

evaluasi yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan bukan merupakan evaluasi

standar yang berlaku untuk seluruh siswa, tetapi lebih bersifat individu

sepanjang proses pembelajarannya. Pembuatan portfolio bagi siswa

merupakan salah satu bentuk evaluasi siswa sepanjang proses belajar. Peran

serta guru dalam menyusun evaluasi dapat mendukung perubahan paradigma

guru menjadi seorang fasilitator yang dapat mengukur sejauh mana

pengetahuan siswa terhadap materi yang telah mereka peroleh sendiri tanpa

langsung diberikan oleh guru.

d. Instrumen yang digunakan dalam penilaian ini berupa lembar observasi yang

berfungsi untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar

berlangsung dan lembar soal tes tiap siklusnya yang berfungsi untuk

mengukur prestasi belajar siswa. Sedangkan validitas instrument

12

menggunakan validitas Ahli seperti teman sejawat. Refleksi dapat berupa

evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan

waktu dari setiap macam tindakan, melakukan diskusi untuk membahas hasil

evalusi tentang rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa dan

memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi

f. Berdasarkan hasil analisis RPP dengan menggunakan PBL oleh Hasni (2011)

terdapat beberapa kekurangan dalam penerapan PBL dalam pembelajaran,

maka dapat diberikan beberapa solusi :

fase 1: Guru memberikan video atau artikel yang berhubungan dengan materi

laju reaksi misalnya reaksi pembentukan korosi dan peledakan bom

fase 2: Guru membagi subtopik secara spesifik, maksudnya setiap kelompok

mendapatkan subtopik yang berbeda sehingga diskusi kelas dapat

hidup

Fase 3: guru sebaiknya meminta siswa untuk study literature dan tidak hanya

terpaku pada LKS bisa dari internet, atau buku bacaan lain yang

relevan.

Fase 5: sebaiknya guru memberikan penegasan konsep laju reaksi serta

mengulas hal yang baru dan berbeda pada tiap kelompok.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PBL merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah

awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Siswa

diberikan permasalahan pada awal pelaksanaan pembelajaran oleh guru,

selanjutnya selama pelaksanaan pembelajaran siswa memecahkannya yang

akhirnya mengintegrasikan pengetahuan kedalam bentuk laporan.

2. Alasan PBL digunakan karena beberapa fakta yang terjadi dalam kegiatan

belajar mengajar antara lain tingkat pemahaman materi ajar yang masih

rendah,atmosfir belajar siswa masih rendah, alat evaluasi di tingkat sekolah

masih belum standar, siswa malas/kurang motivasi.

3. Dalam penerapan PBL meliputi lima fase antara lain: (1) Fase 1: Mengorien-

tasikan siswa pada masalah, (2) Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar,

(3) Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) Fase

4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Fase 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Masalah utama dalam mengevaluasi penerapan PBL adalah hasil penerapan

PBL sulit untuk ditafsirkan, sehingga guru harus membuat instrumentasi yang

tepat serta sering melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan

B. Saran

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan PBL terlebih

dulu guru harus mempersiapkan tema umum yang akan didiskusikan sehingga

siswa dapat mengajukan beberapa permaslahan dan dapat diselesaikan secara

berkelompok. Selain itu guru harus mempersiapkan instrumen baik instrumen

perlakuan maupun instrumen pengukuran.

13

Daftar Pustaka

Boud, David and Grahame I Feletti (eds). 1997. The Challenge of Problem-Based

Learning. 2ndEdition. Bolton : Northen Phototypcsetting.

Dasna, I. W., & Sutrisno. 2007. Pembelajarn Berbasis Masalah (Problem-Based

Learning). Dalam Waras Kamdi (Ed), Model-Model Pembelajaran Inovatif

(hlm.76-95).Malang: UM Press.

Fairuz. 2010. Pendidikan – Konsep SCL (Student-Centered Learning). (Online).

(http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/08/28/pendidikan-konsep-scl-

student-centered-learning/), diakses 29 September 2013.

Gallagher, Shelagh A & Stepien. William J. 1995. Implementing Problem Based

Learning in Science Classroom. School Science and Mathemathic.

Halonen D (2010). Problem based learning: A case study. University fo Manitoba.

auspace.(athabascau.ca:8080/.../Problem%20Based%20Learning.ppt).

Diakses 29 September 2013

Hasni, D. R. 2011. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil

Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta:

Program S1 Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Hatta, & Marsigit. 2013. Berbagai Metode Pembelajaran yang Cocok untuk

Kurikulum 2013. Jakarta

Sudarman. 2007 . Problem Based Leaarning: Suatu Model Pembelajaran untuk

Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah.

Jurnal Pendididkan Inovatif, 2 (2): 68-73.

14

15

16

Lampiran RPP Hasni (2011)