Tumor Desmoid

download Tumor Desmoid

of 20

Transcript of Tumor Desmoid

Tumor desmoid a. Definisi Merupakan suatu tumor fibrous yang agresif dan jarang memiliki kesamaan dengan soft tissue di sekitarnya. Suatu fibromatosis agresive non metastasis. b. Ruang lingkup Tumor desmoid merupakan tumor yang jarang terjadi insidensi: 2-4 perjuta penduduk. Tumor ini dapat berasal dari jaringan dinding abdomen dan jaringan mesenterium. Secara klinis berupa tumor dengan berbagai ukuran, pada umumnya tidak nyeri kecuali bila terjadi infiltrasi ke jaringan sekitar walaupun dikatakan tidak mempunyai potensi malignansi tumor ini sering menginfiltrasi jaringan sekitar dan menimbulkan rekurensi (40%). c. Indikasi

Tumor desmoid pada dinding abdomen Tumor desmoid dinding abdomen yang residif

d. Kontra indikasi Secara Umum dan khusus tidak ada e. Diagnosis Banding Soft tissue tumor dinding abdomen f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan patologi anatomi CT-scan atau MRI

Teknik Operasi 1. Pasien dalam posisi supine dengan general anestesi. 2. Dilakukan desinfeksi pada lapangan operasi dipersempit dengan kain steril. 3. Dilakukan marker pada massa tumor. 4. Dilakukan eksisi luas sampai 2 3 cm jaringan sehat. 5. Defek dinding abdomen dapat ditutup primer tergantung luas defek, atau dipasang prostesa (Mesh)

g. Komplikasi operasi

Angka recurent tinggi Infeksi Perdarahan

h. Mortalitas Tergantung besar dan axtensi tumor serta luasnya defek dinding abdominal. i. Perawatan Pasca Bedah Perawatan luka terbuka sampai timbul jaringan granulasi dengan dilakukan skin graft. j. Follow-up

Radiotheraphy untuk mengontrol rekurens. Chemotheraphy (5 FU, MTX, Doxorubicin). EFINISI BATU EMPEDU Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis. Koledokolitiasis adalah salah satu penyakit gastrointestinal yang paling sering dijumpai pada praktek sehari-hari. Kebanyakan pasien batu empedu adalah asimtomatik. Manifestasi klinis batu empedu dapat berupa nyeri episodic, kolesistitis akut atau ikterus obstruktif, kolangitis dan pancreatitis bila batu empedu migrasi ke dalam duktus koledukus. Pendekatan klinis batu empedu mengalami revisi besar sejak berkembangnya kolesistektomi laparoskopik. Selain itu keberadaan ERCP secara dramatis mengurangi tindakan bedah untuk pembuangan batu koledokus. Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan makin bertambah dengan meningkatnya usia prevalensi batu empedu bervariasi secara luas diberbagai Negara dan diantara kelompok kelompok etnik yang berbeda beda oada satu Negara. Faktor gaya hidup seperti diet, obesitas, penurunan berat badan dan aktibitas fisik yang rendah juga berpengaruh. Rasio penderita wanita terhadap pria yakni tiga banding satu pada kelompok usia dewasa masa reproduktif dan berkurang menjadi kurang dari dua banding satu pada usia di atas 70 tahun.

GEJALA Sebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-kadang batu yang besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung empedu dan masuk ke usus halus atau usus besar, dan menyebabkan penyumbatan usus (ileus batu empedu). Yang lebih sering terjadi adalah batu empedu keluar dari kandung empedu dan masuk ke dalam saluran empedu. Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke usus halus atau tetap berada di

dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan aliran empedu maupun gejala. Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka penderita akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal sebagai nyeri kolik. Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya, kemudian berkurang secara bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul, bisa berlangsung sampai beberapa jam. Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling banyak dirasakan di perut atas sebelah kanan dan bisa menjalar ke bahu kanan. Penderita seringkali merasakan mual dan muntah. Jika terjadi infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam, menggigil dan sakit kuning (jaundice). Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi infeksi. Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri akibat penyumbatan kandung empedu. Penyumbatan menetap pada duktus sistikus menyebabkan terjadinya peradangan kandung empedu (kolesistitis akut). Batu empedu yang menyumbat duktus pankreatikus menyebabkan terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri, jaundice dan mungkin juga infeksi. Kadang nyeri yang hilangtimbul kambuh kembali setelah kandung empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di dalam saluran empedu utama. PENYEBAB Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor resikonya adalah : *> usia lanjut *> kegemukan (obesitas) *> diet tinggi lemak *> faktor keturunan.

Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan diluar empedu. Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu. Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan kandung empedu. Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau infeksi hati. Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.

PENGOBATAN Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilangtimbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak.

Batu Kandung Empedu Jika batu kandung emped menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan

kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan. Sekitar 1-5 orang dari setiap 1.000 orang yang menjalani kolesistektom meninggal. Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. Kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut.

Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan sebagai berikut: *> mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan *> memperpendek masa perawatan di rumah sakit. Teknik lainnya untuk menghilangkan batu kandung empedu adalah: - pelarutan dengan metil-butil-eter - pemecahan dengan gelombang suara (litotripsi) - pelarutan dengan terapi asam empedu menahun (asam kenodiol dan asam ursodeoksikolik). Batu Saluran Empedu Batu saluran empedu bisa menyebabkan masalah yang serius, karena itu harus dikeluarkan baik melalui pembedahan perut maupun melalui suatu prosedur yang disebut endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP). Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut, kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang di dalam sfingter Oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut.

Komplikasi yang mungkin segera terjadi adalah: *> perdarahan *> peradangan pankreas (pankreatitis) *> perforasi atau infeksi saluran empedu.

Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagi. Batu kandung empedu tidak dapat diangkat melalui prosedur ERCP. ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat.

PENCEGAHAN Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak hewani. 1. Definisi Kolelitiasis Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi.

Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. 2. Patologi kolelitiasis Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu, yang terdiri dari : kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, fosfolipid (lesitin) dan elektrolit. Batu empedu memiliki komposisi yang terutama terbagi atas 3 jenis : 1. batu pigmen 2. batu kolesterol 3. batu campuran (kolesterol dan pigmen) 3. Etiologi kolelitiasis Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu. 4. Patofisiologi kolelitiasis 1. Batu pigmen Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam

lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi. Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase Presipitasi / pengendapan Berbentuk batu empedu Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi Batu kolesterol Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid). Proses degenerasi dan adanya penyakit hati Penurunan fungsi hati Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme Mal absorpsi garam empedu Penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu Peningkatan sintesis kolesterol Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol kandung empedu Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu Penyakit kandung empedu (kolesistitis) Pengendapan kolesterol Batu empedu

5. Manifestasi klinis kolelitiasis Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya gangguan pada epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa penuh diperut, distensi abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan atas. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada kuadran I yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul) terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai rasa mual dan ingin muntah dan pada pagi hari karena metabolisme di kandung empedu akan meningkat. Mekanisme nyeri dan kolik bilier Batu empedu Aliran empedu tersumbat (saluran duktus sistikus) Distensi kandung empedu Bagian fundus (atas) kandung empedu menyentuh bagian abdomen pada kartilago kosta IX dan X bagian kanan Merangsang ujung-ujung saraf sekitar untuk mengeluarkan bradikinin dan serotonin Impuls disampaikan ke serat saraf aferen simpatis Menghasilkan substansi P (di medula spinalis) Thalamus

Korteks somatis sensori Bekerjasama dengan pormatio retikularis (untuk lokalisasi nyeri) Serat saraf eferen Hipotalamus

Nyeri hebat pada kuadran kanan atas dan nyeri tekan daerah epigastrium terutama saat inspirasi dalam

Penurunan pengembangan thorak Menjalar ke tulang belikat (sampai ke bahu kanan) Nyeri meningkat pada pagi hari Karena metabolisme meningkat di kandung empedu Mekanisme mual dan muntah Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar yang mengeluarkan enzimenzim SGOT dan SGPT, menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah. Apabila saraf simpatis teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh dengan gas maka terjadilah kembung. Obstruksi saluran empedu Alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu, kolesterol) Proses peradangan disekitar hepatobiliar Pengeluaran enzim-enzim SGOT dan SGPT Peningkatan SGOT dan SGPT Bersifat iritatif di saluran cerna

Merangsang nervus vagal (N.X Vagus) Menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis

Penurunan peristaltik sistem Akumulasi gas usus pencernaan (usus dan lambung) di sistem pencernaan Makanan tertahan di lambung Rasa penuh dengan gas Peningkatan rasa mual Kembung Pengaktifan pusat muntah (medula oblongata) Pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan, serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma Muntah Mekanisme ikterik, BAK berwarna kuning Akibat adanya obstuksi saluran empedu menyebabkan eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) menurun sehingga feses tidak diwarnai oleh pigmen empedu dan feses akan berwarna pucat kelabu dan lengket seperti dempul yang disebut Clay Colored. Selain mengakibatkan peningkatan alkali fospat serum, eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) juga mengakibatkan peningkatan bilirubin serum yang diserap oleh darah dan masuk ke sirkulasi sistem sehingga terjadi filtrasi oleh ginjal yang menyebabkan bilirubin dieksresikan oleh ginjal sehingga urin berwarna kuning bahkan kecoklatan. Obstuksi saluran empedu Ekresi cairan empedu ke duodenum (saluan cerna) menurun

Feses tidak diwarnai Peningkatan alkali fosfat serum Peningkatan bilirubin serum oleh pigmen empedu Diserap oleh darah

Feses pucat/ berwarna kelabu Masuk ke dan lengket (seperti dempul) sirkulasi sistem Disebut Clay Coroled Filtrasi oleh ginjal Bilirubin dieksresikan oleh gi Warna urin kuning/ kecoklatan

6. Nilai hasil pemeriksaan laboratorium (dalam buku patofisiologi vol 1) 1.Uji eksresi empedu Fungsinya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresikan pigmen. Bilirubin direk (terkonjugasi) merupakan bilirubin yang telah diambil oleh sel-sel hati dan larut dalam air.Makna klinisnya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresi pigmen empedu. Bilirubin ini akan meningkat bila terjadi gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi. Nilai normal : 0,1-0,3 mg/dl Bilirubin indirek (tidak terkonjugasi) merupakan bilirubin yang larut dalam lemak dan akan meningkat pada keadaan hemolitik (lisis darah). Nilai normal : 0,2-0,7 mg/dl Bilirubin serum total merupakan bilirubin serum direk dan total meningkat pada penyakit hepatoselular Nilai normal : 0,3-1,0 mg/dl Bilirubin urin / bilirubinia merupakan bilirubin terkonjugasi dieksresi dalam urin bila kadarnya meningkat dalam serum, mengesankan adanya obstruksi pada sel hatiatau saluran empedu. Urin berwarna coklat bila dikocok timbul busa berwarna kuning. Nilai normal : 0 (nol) 2.Uji enzim serum Asparte aminotransferase (AST / SGOT ) dan alanin aminotransferase (ALT / SGPT) merupakan enzim intrasel yang terutama berada di

jantung, hati, dan jaringan skelet yang dilepaskan dari jaringan yang rusak (seperti nekrosis atau terjadi perubahan permeabilitas sel dan akan meningkat pada kerusakan hati. Nilai normal AST / SGOT dan ALT / SGPT : 5-35 unit/ml. Alkaline posfatase dibentuk dalam hati dan dieksresikan ke dalam empedu, kadarnya akan meningkat jika terjadi obstuksi biliaris. Nilai normalnya : 30-120 IU/L atau 2-4 unit/dl. 7. Pemeriksaan diagnostic 1. Ronsen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan. 2. Kolangiogram / kolangiografi transhepatik perkutan Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko sepsis dan syok septik. 3. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi) Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi 8. Penatalaksanaan a. Non Bedah, yaitu : Therapi Konservatif Pendukung diit : Cairan rendah lemak Cairan Infus Pengisapan Nasogastrik Analgetik Antibiotik Istirahat

Farmako Therapi Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol. Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini pengobatan perlu dilanjutkan. Pembedahan Cholesistektomy Merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis atau pada cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif . Tujuan perawatan pre operasi pada bedah cholesistectomy 1. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur operasi. 2. Meningkatkan kesehatan klien baik fisik maupun psikologis 3. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang hal-hal yang akan dilakukan pada post operasi. Tindakan Keperawatan Pada Cholecystotomy 1. Posisi semi Fowler 2. Menjelaskan tujuan penggunaan tube atau drain dan lamanya 3. Menjelaskan dan mengajarkan cara mengurangi nyeri : Teknik Relaksasi Distraksi Terapi 1.Ranitidin Komposisi : Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml injeksi. Indikasi : ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung ( Dalam kasus kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik). Perhatian : pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.

2.Buscopan (analgetik /anti nyeri) Komposisi : Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi Indikasi : Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih wanita. Kontraindikasi : Glaukoma hipertrofiprostat. 3. Buscopan Plus Komposisi : Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg,. Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik pada saluran uriner, bilier, dan organ genital wanita. 4. NaCl i. NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida yang dimana kandungan osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh. ii. NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh. Penatalaksanaan Diet Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak, sehingga klien dianjurkan/ dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan tambahan seperti : buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi / teh. 9. Diagnosa yang muncul Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi kandung empedu Mual berhubungan dengan iritasi pada sistem gastrointestinal Defisit pengetahuan berhubungan dengan salah dalam memahami informasi yang ada 10. Asuhan Keperawatan Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi kandung empedu Tujuan : Nyeri akan berkurang dengan kriteria : Tingkat kenyamanan terpenuhi : perasaan senang secara fisik dan psikologis (Comfort Level ). Tingkat nyeri berkurang atau menurun (Pain Level) .

Intervensi : Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, meliputi : lokasi, karakteristik, awitan / durasi, Frekuensi, Kualitas, Intesitas dan keparahan nyeri. Berikan Informasi tentang nyeri, seperti : Penyebab nyeri, seberapa akan berlangsung dan antisipasinya serta ketidaknyamanan dari prosedur. Ajarkan penggunaan teknik Non-farmakologis, seperti : Relaksasi, Distraksi, Kompres Hangat / dingin, Masase ) Mempertahankan Tirah Baring Pemberian Analgetik Rasional : Agar kita mengetahui seberapa parah nyeri yang dirasakan klien Agar klien mengetahui tenyang nyeri yang bdirasakan klien Agar klien dapat mengalihkan rasa nyeri Dengan tirah baring akan mengurangi nyeri tekanan pada intra abdomen terutama posisi fowler rendah Untuk mengurangi nyeri Diagnosa : Mual berhubungan dengan iritasi pada gangguan sistem gastrointestinal Tujuan : Status Nutrisi : Asupan makanan dan cairan dalam 24 jam terpenuhi / adekuat Pasien terbebas dari mual Tingkat kenyamanan terpenuhi : Perasaan lega secara fisik dan psikologis Intervensi : Penatalaksanaan Cairan : peningkatan keseimbangan cairan Pemantauan Cairan : Pengumpulan dan Analisis data klien Pemantauan Nutrisi : Pengumpulan dan Analisa data klien Berikan therapi IV sesuai dengan anjuran Rasional : Untuk pencegahan komplikasi yang disebabakan oleh kadar cairan yang tidak normal Untuk mengatur keseimbangan cairan Untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi Untuk meminimalkan rasa mual dan membantu intake nutrisi Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan Salah dalam memahami informasi yang ada Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan diri dan keluarga Intervensi : Panduan Sistem Kesehatan Pengajaran Proses Penyakit

Pengajaran diet yang dianjurkan Pengajaran Prosedur atau penanganan Pengajaran aktivitas/ latihan yang harus dilakukan Rasional : Untuk memfasilitasi daerah klien dan penggunaan layanan kesehatan yang tepat Membantu klien dalam memahami informasi yang berhubungan dengan proses timbulnya penyakit secara khusus Agar klien mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan Agar klien memahami terhadap penanganan yang dilakukan / dianjurkan Agar klien mengalami aktiv itas apa yang harus dilakukan

DIVERTICULITIS DIVERTICULITISDefinisi Diverticulitis Diverticulitis adalah suatu kondisi dimana diverticuli pada kolon (usus besar) pecah. Pecahnya berakibat pada infeksi pada jaringan-jaringan yang mengelilingi usus besar. Definisi Diverticulosis Kolon (usus besar) adalah suatu struktur seperti tabung yang panjang yang menyimpan dan kemudian mengeliminasi material sisa. Tekanan didalam usus besar menyebabkan kantong-kantong dari jaringan yang menonjol keluar yang mendorong keluar dari dinding-dinding usus besar ketika seseorang menua (menjadi tua). Suatu kantong yang menonjol yang mendorong keluar dari dinding usus besar disebut suatu diverticulum. Lebih dari satu kantong yang menonjol dirujuk sebagai diverticula. Diverticula dapat terjadi diselururuh usus besar namun adalah paling umum dekat ujung dari usus besar kiri yangdisebut sigmoid colon. Kondisi yang mempunyai diverticula ini pada usus besar disebut diverticulosis. Seorang pasien dengan diverticulosis mungkin mempunyai sedikit atau tidak ada gejalagejala. Ketika suatu diverticulum pecah dan menjadi infeksi, kondisi ini disebut diverticulitis. Seorang pasien yang menderita dari diverticulitis akan mempunyai nyeri perut, kepekaan perut, dan demam. Ketika perdarahan berasal dari suatu diverticulum, ia disebut perdarahan diverticular. Seorang pasien yang menderita konsekwensikonsekwensi dari diverticulosis pada usus besar dirujuk sebagai mempunyai penyakit diverticular. Penyakit diverticular adalah umum didunia barat namun sangat jarang di area-area seperti Asia dan Africa. Penyakit diverticular meningkat dengan umur. Ia adalah tidak umum sebelum umur empat puluh, dan terlihat pada lebih dari lima puluh persen dari orangorang yang berumur lebih dari enam puluh tahun di Amerika. Mengingat kebanyakan pasien-pasien dengan penyakit diverticular tidak mempunyai atau mempunyai sedikit gejala-gejala, beberapa pasien-pasien akan mengembangkan perdarahan, pecah dan

infeksi (diverticulitis), sembelit, kejang-kejang perut, dan bahkan halangan usus besar. Terbentuknya Diverticula Dinding yang berotot dari usus besar bertumbuh menjadi lebih tebal seiring dengan umur. Penebalan dinding usus besar mungkin mencerminkan peningkatan tekanan-tekanan yang diperlukan oleh usus besar untuk mengeliminasi feces (tinja). Suatu diet yang rendah serat dapat menjurus pada feces yang kecil dan keras yang adalah sulit untuk dikeluarkan. Seiring waktu, kontraksi-kontraksi yang bertenaga pada usus besar mendorong lapisan dalam usus keluar (burut) melalui retakan-retakan pada dinding-dinding yang berotot. Kantong-kantong yang berkembang ini disebut diverticula. Gejala-Gejala Penyakit Diverticular Kebanyakan pasien-pasien dengan diverticulosis mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala. Kondisi diverticulosis pada individu-individu ini ditemukan secara kebetulan sewaktu tes-tes untuk persoalan-persoalan usus lain. Dua puluh persen dari pasien-pasien dengan diverticulosis akan mengembangkan gejala-gejala yang berhubungan dengan diverticulosis. Gejala-gejala yang paling umum dari penyakit diverticular termasuk: * kejang perut, * sembelit, dan * diare. Gejala-gejala ini berkaitan dengan kesulitan untuk mengeluarkan feces sepanjang usus besar kiri yang dipersempit oleh penyakit diverticular. Komplikasi-komplikasi yang lebih serius termasuk: * diverticulitis, * terkumpulnya nanah (abscess) pada pelvis, * halangan usus besar, * infeksi umum dari rongga perut (bacterial peritonitis), dan * perdarahan kedalam usus besar. Suatu diverticulum dapat pecah, dan bakteri didalam usus besar dapat menyebar kedalam jaringan-jaringan yang mengelilingi usus besar menyebabkan diverticulitis. Sembelit atau diare mungkin juga terjadi. Suatu kumpulan dari nanah dapat berkembang disekitar diverticulum yang meradang, menjurus pada pembentukan dari suatu bisul-bisul (abscess), umumnya pada pelvis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, diverticula yang meradang dapat mengikis kedalam kandung kemih, menyebabkan infeksi kandung kemih dan mengeluarkan gas waktu membuang air kecil (kencing). Peradangan pada usus besar dapat juga menjurus pada halangan usus besar. Dengan jarang, suatu diverticulum pecah secara bebas kedalam rongga perut menyebabkan suatu infeksi yang membahayakan nyawa yang disebut peritonitis.

Perdarahan diverticular terjadi ketika diverticulum yang berkembang membesar mengikis kedalam suatu pembuluh darah pada dasar dari suatu diverticulum. Pengeluaran rektal dari darah dan gumpalan-gumpalan yang merah, gelap atau berwarna merah tua terjadi tanpa suatu nyeri perut yang berkaitan dengannya. Jarang, darah mungkin adalah hitam dari suatu diverticulum dari usus besar kanan. Perdarahan mungkin adalah terus menerus atau sebentar-sebentar, berlangsung beberapa hari. Pasien-pasien dengan perdarahan yang aktif umumnya diopname di rumah sakit untuk pengamatan. Cairan-cairan intravena diberikan untuk mendukung tekanan darah. Transfusi-transfusi darah adalah perlu untuk mereka yang dengan kehilangan darah yang sedang sampai berat. Pada suatu individu yang jarang dengan perdarahan yang cepat dan berat, tekanan darah dapat jatuh (merosot), menyebabkan kepeningan, shock, dan kehilangan kesadaran. Pada kebanyakan pasien-pasien, perdarahan berhenti secara spontan dan mereka dipulangkan kerumah setelah beberapa hari di rumah sakit. Pasienpasien dengan perdarahan yang menetap (gigih) dan berat memerlukan pengangkatan diverticula yang berdarah secara operasi. Mendiagnosis Penyakit Diverticular Sekali dicurigai, diagnosis dari penyakit diverticular dapat dikonfirmasikan oleh suatu keragaman dari tes-tes. Barium x-rays (barium enemas) dapat dilaksanakan untuk menggambarkan usus besar. Diverticula terlihat ketika barium mengisi kantong-kantong yang menonjol dari dinding usus besar. Penggambaran langsung dari usus dapat dilakukan dengan tabung-tabung yang lentur yang dimasukkan melalui rectum dan dimajukan kedalam usus besar. Tabung-tabung yang pendek (sigmoidoscopes) atau tabung-tabung yang lebih panjang (colonoscopes) mungkin digunakan untuk membantu dalam diagnosis dan untuk mengeluarkan atau meniadakan penyakit-penyakit lain yang dapat meniru penyakit diverticular. Pada pasien-pasien yang dicurigai mempunyai bisul-bisul (abscess) diverticular yang menyebabkan nyeri dan demam yang gigih, pengujian-pengujian ultrasound dan CT scan dari perut dan pelvis dapat dilakukan untuk mendeteksi kumpulan-kumpulan dari cairan nanah. Perawatan Penyakit Diverticular Perawatan Medis Untuk Diverticulitis Banyak pasien-pasien dengan diverticulosis mempunyai gejala-gejala yang minimal atau tidak ada gejala-gejala, dan tidak memerlukan perawatan spesifik yang mana saja. Suatu diet berserat yang tinggi dan suplemen-suplemen serat dinasehati untuk mencegah sembelit dan pembentukan lebih banyak diverticula. Pasien-pasien dengan gejala-gejala nyeri perut yang ringan yang disebabkan oleh kejang

otot di area dari diverticula mungkin mendapat manfaat dari obat-obat anti-kejang seperti: * chlordiazepoxide (Librax), * dicyclomine (Bentyl), * hyoscyamine, atropine, scopolamine, phenobarb (Donnatal), dan * hyoscyamine (Levsin). Beberapa dokter-dokter juga merokomendasi penghindaran dari kacang-kacang, jagung, dan biji-bijian untuk mencegah komolikasi-komplikasi dari diverticulosis. Apakah pembatasan-pembatasan secara makanan ini bermanfaat adalah tidak pasti. Ketika diverticulitis terjadi, antibiotik-antibiotik biasanya diperlukan. Antibiotikantibiotik oral adalah cukup ketika gejala-gejalanya adalah ringan. Beberapa contohcontoh dari antibiotik-antibiotik yang biasanya diresepkan termasuk: * ciprofloxacin (Cipro), * metronidazole (Flagyl), * cephalexin (Keflex), dan * doxycycline (Vibramycin). Cairan atau makanan-makanan berserat dinasehati selama serangan-serangan akut dari diverticulitis. Ini dilakukan untuk mengurangi jumlah material yang melalui usus besar, yang akhirnya secara teori, mungkin memperburuk diverticulitis. Pada diverticulitis yang berat dengan demam tinggi dan nyeri, pasien-pasien diopname dan diberikan antibiotikantibiotik secara intravena. Operasi diperlukan untuk mereka dengan halangan usus besar yang gigih atau bisul-bisul (abscess) yang tidak merespon pada antibiotik-antibiotik. Operasi Untuk Diverticulitis Diverticulitis yang tidak merespon pada perawatan medis memerlukan intervensi secara operasi. Operasi biasanya melibatkan pengaliran dari segala kumpulan-kumpulan dari nanah dan resection (pengangkatan secara operasi) dari segmen dari usus besar yang mengandung diverticuli, biasanya sigmoid colon. Oleh karenanya, pengangkatan secara operasi dari diverticula yang bverdarah adalah perlu untuk mereka dengan perdarahan yang gigih. Pada pasien-pasien yang memerlukan operasi untuk menghentikan perdarahan yang gigih, lokalisasi yang tepat menjadi penting sekali untuk memandu ahli bedah. Adakalanya, diverticula dapat mengikis kedalam kandung kemih yang berdekatan, menyebabkan kekambuhan infeksi urin yang berat dan pengeluaran gas sewaktu kencing. Situasi ini jugamemerlukan operasi. Adakalanya, operasi mungkin disarankan untuk pasien-pasien dengan kekambuhan serangan-serangan yang seringkali dari diverticulitis yang menjurus pada berkali-kali perawatan dengan antibiotik-antibiotik, opname-opname di rumah sakit, dan hari-hari

kerja yang hilang. Sewaktu operasi, tujuannya adalah mengangka semua atau hampir semua dari usus besar yang mengandung diverticula dalam rangka untuk mencegah episode-episode dari diverticulitis di masa depan. Ada sedikit konsekwensi-konsekwensi jangka panjang dari resection (pengangkatan secara operasi) dari sigmoid colon untuk diverticulitis, dan operasi seringkali dapat dilakukan secara laparoskopi, yang membatasi nyeri setelah operasi dan waktu untuk sembuh. Yang Dapat Dibuat Untuk Mencegah Penyakit Diverticular Sekali terbentuk, diverticula adala permanen. Tidak ada perawatan telah ditemukan untuk mencegah komplikasi-komplikasi dari penyakit diverticular. Diet-diet tinggi serat meningkatkan limbak feces dan mencegah sembelit, dan secara teori mungkin membantu mencegah lebih jauh pembentukan diverticular atau perburukan dari kondisi diverticular. Beberapa dokter-dokter merekomendasi pencegahan kacangkacangan, jagung, dan biji-bijian yang dapat menyumbat (mengisi) bukaan-bukaan dari diverticular dan menyebabkan diverticulitis. Apakah penghindaran dari makanan macam itu bermanfaat adalah tidak jelas. Pasien-pasien dengan penyakit diverticular yang diketahui yang mengembangkan demam, kedinginan atau nyeri perut yang tidak dapat dijelaskan harus memberitahu dokter mereka karena kemungkinan dari komplikasi-komplikasi dari diverticulitis. Suatu pengertian yang lebih baik tentang cara diverticula terbentuk dan menjadi terinfeksi akan mudah-mudahan menjurus pada penemuan dari cara-cara yang lebih efektif untuk mengendalikan kondisi-kondisi umum ini.