Tumor Intraabdomen
-
Upload
chantikabunganugraha -
Category
Documents
-
view
20 -
download
2
description
Transcript of Tumor Intraabdomen
Presentasi Kasus Bedah Anak
SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 3 TAHUN DENGAN MASSA
INTRAABDOMEN DD METASTASE
Oleh:
Lauraine Wijayaningtyas Sinuraya
G99151008
Pembimbing:
dr. Nunik Agustriani, Sp.BA
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2016
BAB I
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
I. Identitas Pasien
Nama : An DI
Umur : 3 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Banaran, Surakarta
Tanggal Masuk : 7 Maret 2016
Tanggal Periksa : 21 Maret 2016
No. RM : 013320xx
II. Keluhan Utama
Perut merongkol dan sulit BAB sejak 2 minggu SMRS
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang bersama dengan orangtuanya pada tanggal 7 Maret
2016 dengan keluhan perut pasien terasa merongkol dan sakit disertai sulit
BAB sejak 2 minggu SMRS. BAB pasien sedikit dan nafsu makan pasien
juga menurun. Sebelumnya pasien sudah dibawa ke PKU Muhammadiyah
dan dirawat inap selama 1 minggu, diberi obat-obatan dan mendapat
transfusi darah sebanyak 2 kolf. Karena keterbatasan sarana maka pasien
dirujuk ke RSUD Dr Moewardi.
Pasien juga mengeluhkan adanya bengkak pada gusi sebelah
kirinya sejak 2 minggu SMRS, awalnya berukuran kecil seperti sariawan
namun lama-lama semakin membesar. Gusi mudah berdarah disangkal,
nyeri tekan (-), gigi goyang (-).
Pasien memiliki riwayat jatuh terpeleset di rumah sekitar 1 tahun
yang lalu, setelah itu pasien kadang merasa sulit berjalan dan nyeri pada
bagian paha sebelah kiri namun keadaan membaik dengan dipijat.
Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan gangguan BAB namun
perut pasien masih dirasakan merongkol. Pada gusi pasien sebelah kiri
juga masih tampak adanya bengkak sebesar bola pingpong, nyeri tekan (-).
Selain itu pasien masih mengaku paha kirinya kadang terasa sakit saat
diposisikan lurus, sehingga pasien selalu melipat kakinya untuk
mengurangi rasa nyeri.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi : -
Riwayat trauma : jatuh terpeleset di rumah sekitar 1 tahun yang lalu
Riwayat mondok : RS PKU Muhammadiyah tanggal 29 Februari
2016 – 5 Maret 2016.
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat pijet : (+) setelah lahir
V. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
VI. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu G1P0A0 secara spontan. Paien lahir cukup bulan
yaitu saat usia kehamilan 37 minggu. Berat bayi lahir 2400 gram. Pasien
lahir dengan APGAR score 7-7-8.
VII. Riwayat Kehamilan
Riwayat Ibu ANC : rutin di bidan setempat
Riwayat Ibu sakit saat hamil : disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang
2. Vital Sign:
- HR : 88 x/menit
- RR : 18 x/ menit
- T : 37,1 C
3. Kulit
Ujud kelainan kulit (-), hiperpigmentasi (-)
4. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut kering (-), rambut warna hitam, sukar dicabut.
5. Mata
Mata cekung (-/-) Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (+/+) ,
sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (2mm/2mm),
perdarahan subconjungtiva (OD)
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi(-/-)
7. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), kering (-), stomatitis (+), gusi
oedem (-/+)
8. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-)
9. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-)
10. Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakhea (-), JVP tidak
meningkat
11. Toraks
Normochest, gerakan dinding dada simetris
12. Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : bunyi jantung I-II intenstas normal, regular, bising (-).
13. Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor/sonor.
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) normal, suara tambahan (-/-)
14. Abdomen
Inspeksi : distended (+), stoma (-), produk (-), tampak benjolan pada
perut
Palpasi : teraba massa (+) di hipochondriaca sinistra-dextra
konsistensi keras, ukuran: 8x5x3 cm, tidak terfiksir, nyeri
tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) 7x/menit
15. Genitourinaria : anus (+) normal, testis dan scrotum (+) normal.
16. Ekstremitas : CRT < 2 detik, ADP teraba kuat, turgor kulit <2”
Akral dingin Oedema
- -
- -
C. ASSESSMENT I
Massa intraabdomen suspect fecal colon
- -
- -
D. PLANNING I
1. O2 3 lpm
2. IVFD RL 16 tpm
3. Injeksi Metamizol 300 mg/8jam
4. Injeksi Ranitidin 15 mg/12jam
5. Spooling
6. Rontgen abdomen tampak pelvis
7. Cek darah lengkap
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium darah (7 Maret 2016) di RSUD Dr. Moewardi
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 14.2 g/dL 10.8 - 12.8
Hematokrit 39 % 35 - 43
Leukosit 6.0 ribu/µl 5.5 – 17.0
Trombosit 78 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 4.71 juta/µl 3.90 - 5.30
Golongan darah A
Hemostasis
PT 12.9 detik 10.0 - 15.0
APTT 23 detik 20.0 - 40.0
INR 1.030 -
Kimia Klinik
Globulin 3.9 g/dl -
Albumin 4.0 g/dl 3.8 – 5.4
LDH 1306 u/dl 140-300
b. Pemeriksaan Bone Survey tanpa Kontras (Tanggal 9 Maret 2016)
di RSUD Dr Moewardi
Keterangan :
a. Sesuai gambaran primary malignant bone tumor pada iliac wing kiri
suspect ewing sarcoma
b. Multipel lesi litik pada collum 1/3 proksimal os femur suspect bone
metastasis
c. Old fraktur pada os clavicula kanan 1/3 tengah
d. Pneumonia dapat merupakan pulmonal metastasis pneumonic type
3. MSCT Whole Abdomen dengan Kontras (Tanggal 16 Maret 2016)
di RSUD Dr Moewardi
Keterangan
Enhanching soft tissue mass dengan lesi osteolitik, periosteal reaction
tipe sunburst dan zona transisional luas pada iliac wing kiri, osc
ischium kiri dan os pubis kiri sesuai gambaran primary malignant bone
tumor DD
- Ewing sarcoma
- Osteosarcoma
Disertai limphadenopati parailiaka dan inguinal bilateral (N1),
pneumonia dan bone metastasis (lesi litik multipel pada corpus VL1,
caput-os femur kiri 1/3 proksimal) (M1b) T3 N1 M1b (Stadium
IVB)
F. ASSESSMENT II
1. Tumor intraabdomen DD metastasis
G. PLANNING II
1. Pro biopsi insisi
2. Terapi lain sesuai TS pediatri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Tumor ganas pada anak merupakan sekitar 2% dari seluruh penyakit
kanker pada manusia. Seperti dilaporkan dalam kepustakaan, leukemia akut
merupakan keganasan terbanyak yang ditemukan pada anak kemudian
berturut–turut ialah tumor otak, limfoma maligna, neuroblastoma,
nefroblastoma, rhabdomiosarkoma, kanker tulang, retinoblastoma, kanker hati
dan lain–lain. Namun demikian penemuan di Jakarta menunjukkan bahwa
retinoblastoma menduduki urutan ke-3 setelah tumor otak. Hal yang sama
juga ditemukan di Afrika dan India. Bila dilihat dari lokasi asal tumor, maka
tumor abdomen menempati urutan ke-3 setelah leukemia akut dan tumor otak.
Dibandingkan dengan tumor lain yang letaknya di permukaan, maka diagnosis
dini tumor abdomen anak pada dasarnya sulit, apalagi bila tumor masih kecil
dan belum memberikan keluhan berarti. Oleh karena itu bila terdapat
kecurigaan kemungkinan adanya tumor abdomen, diperlukan pemantauan
yang cermat untuk dapat secepatnya diketahui. Tumor Abdomen Bagian
terbesar tumor abdomen terdiri dari neuroblastoma, tumor Wilms, teratoma,
tumor ovarium, limfoma abdomen, hepatoma dan lain–lain. Pada umumnya
anak dengan tumor abdomen hampir tidak memberikan keluhan apabila masih
dini, bahkan tidak jarang keluhan tidak atau belum timbul walaupun tumor
telah dapat diraba. Hal ini mungkin karena sifat rongga perut yang yang
longgar, sehingga bila ada massa di dalamnya, dapat tumbuh sampai cukup
besar tanpa mengganggu organ di sekitarnya. Gejala-gejala umum yang
disebabkan oleh adanya kanker seperti lesu, lemah, badan makin kurus,
keringat berlebih, demam, pucat dan rasa nyeri dalam perut, perlu
mendapatkan perhatian seksama meskipun gejala seperti tersebut di atas dapat
dijumpai pula pada berbagai penyakit infeksi kronis yang masih banyak
terdapat di Indonesia.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak
membuncit dan keras ataupun pada saat anak dimandikan. Apabila telah
diketahui ada tumor dalam abdomen, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik
dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat
mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Ditentukan apakah
letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tetapi pada tumor yang
terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila
tumor yang berasal dari rongga pelvis telah mendesak ke rongga abdomen.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan. Pemeriksaan darah
tepi dan laju endap darah masih tetap diperlukan untuk menentukan pakah
tumor tersebut memang ganas dan apakah tumor telah mengganggu sistem
hematopoiesis, seperti perdarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum
tulang dan lain-lain. Kemudian dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen
dan khusus untuk tumor retroperitoneal diperlukan pemeriksaan pielografi
intravena. Selanjutnya pemeriksaan ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan
sesuai sarana dan prasarana. Adakalanya pemeriksaan ini juga dapat
membantu menentukan tumor itu ganas, yaitu bila ditemukan tidak adanya
batas antara tumor dan jaringan sekitarnya yang berarti tumor telah melakukan
penyusupan atau mengadakan destruksi jaringan sekitarnya atau adanya
pembesaran kelenjar getah bening dan metastasis di tempat lain. Untuk tumor
yang diketahui menghasilkan produk metabolit tertentu atau marker, perlu
diperiksa kadarnya, sebaiknya sebelum dilakukan pengobatan untuk
menunjang diagnosis. Pemeriksaaan ini diulang secara berkala untuk menilai
keberhasilan pengobatan dan kemungkinan residif. Selanjutnya penderita
dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menjalani laparatomi eksplorasi. Saat itu
ditentukan apakah tumor dapat diangkat seluruhnya atau sebagian atau hanya
dapat dilakukan biopsi. Keterangan ini diperlukan untuk tindakan selanjutnya.
Bila tumor dapat diangkat seluruhnya maka stadium tetap, tetapi bila tumor
hanya dapat diangkat sebagian (debulking) atau tumor pecah selama operasi
(spill), maka stadium dinaikkan setingkat. Untuk tumor yang hanya dapat
dibiopsi, biasanya dilanjutkan dengan kemoterapi atau radiasi dahulu dan
setelah tumor mengecil dilakukanre-laparatomi.
B. DEFINISI
Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan
yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan
sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk
dan strukturnya. Kelainan ini dapat meluas ke retroperitonium, dapat
terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior.
C. GEJALA KLINIS Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan. Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan akronim WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicurigai.
C = change in bowel or bladder habitA = a sore that does not heal
U = unusual bleeding or discharge
T = thickening in breast or elsewhere
I = indigestion or difficult
O = obvious change in wart or mole
N = nagging cough or hoarseness
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika
mulai mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat
rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor
abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus.
Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan
secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini
mungkin. Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah
perut tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma
berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen. Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.
Tanda dan Gejala : - Hiperplasia. - Konsistensi tumor umumnya padat atau keras. - Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan
ikat, dan apabila tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau lunak.
- Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor. - Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
- Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa. - Konstipasi. - Nyeri. - Anoreksia, mual, lesu. - Penurunan berat badan. - Pendarahan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANGEndoskopi (sebuah penelitian dimana sebuah pipa
elastis digunakan untuk melihat bagian dalam pada saluran pencernaan) adalah prosedur diagnosa terbaik. Hal yang memudahkan seorang dokter untuk melihat langsung dalam perut, untuk memeriksa helicobacter pylori, dan untuk mengambil contoh jaringan untuk diteliti di bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar X barium jarang digunakan karena hal tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap awal dan tidak dianjurkan untuk biopsi. Jika kanker ditemukan, orang biasanya menggunakan computer tomography (CT) scan pada dada dan perut untuk memastikan penyebarannya yang mana tumor tersebut telah menyebar ke organ-organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa menunjukkan penyebaran tumor. Dokter biasanya melakukan endoskopi ultrasonic (yang memperlihatkan lapisan saluran pencernaan lebih jelas karena pemeriksaan diletakkan pada ujung endoskopi) untuk memastikan kedalaman tumor tersebut dan pengaruh pada sekitar getah bening. Pemeriksaan imaging yang diperlukan
untuk membantu menegakkan diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) banyak jenisnya mulai dari yang konvensional sampai dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih sesuai dengan kasus yang dihadapi. Pada tumor ganas yang letaknya profunda dari bagian tubuh atau organ, pemeriksaan imaging diperlukan untuk tuntunan (guiding) pengambilan sample patologi anatomi, baik itu dengan cara fine needle aspiration biopsi (FNAB) atau biopsy lainnya. Selain untuk membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan staging dari tumor ganas. Beberapa pemeriksaan imaging tersebut antara lain: - Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak, leher, toraks, abdomen, tulang dll. - Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in loop, kistografi, dll. - USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll. - CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala, thoraks, abdomen, whole body scan, dll. - MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya dikatakan lebih baik dari CT. - Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat scanning
dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium, dll. Contoh: scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll. - RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).
E.NEUROBLASTOMA
Diagnosis dini tumor ini sulit. Sebagian besar datang dalam stadium lanjut
sehingga diagnosis lebih mudah ditegakkan tetapi angka kematiannya tinggi.
Tumor ini paling banyak berasal dari kelenjar adrenal dan gejala yang ditimbulkan
merupakan akibat dilepaskannya metabolit katekolamin secara berlebihan yaitu
berupa hipertensi, kemerahan (flushing), keringat yang berlebihan dan demam.
Bila tumor telah membesar menyebabkan perasaan tidak nyaman dan penuh
dalam perut disertai penurunan berat badan sampai failure to thrive.
Ditemukannya benjolan-benjolan subkutis terutama di daerah kepala atau
proptosis dan ekimosis periorbita, merupakan gambaran penyakit yang lanjut atau
metastasis. Kadar vanillyl mandelic acid (VMA) ialah suatu derivat katekolamin
biasanya meningkat dan dapat ditemukan dalam urin penderita. Pemeriksaan foto
polos abdomen tidak jarang dapat ditemukan tanda-tanda perkapuran dalam massa
tumor dan pada pielografi intravena biasanya sistem pelviokalises masih baik
hanya letaknya berubah. Pemeriksaan USG dan CT scan dapat lebih mengetahui
perluasan tumor dan metastasis.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis tumor, kadang-
kadang diperlukan pemeriksaan imunohistokimia seperti neurofilament,
synaptophysin dan neuron specific enolase (NSE) Pada stadium lanjut dapat
ditemukan kelompok-kelompok metastasis neuroblastoma dalam sumsum tulang.
F.NEFROBLASTOMA(TumorWilms’)
Tumor ini berasal dari parenkim ginjal, oleh karena itu bila telah menyebar
dapat menimbulkan hematuria. Disamping itu dapat disertai hipertensi karena
tumor ini dapat merangsang aktifitas renin. Gejala tersebut dapat disertai nyeri,
demam ataupun kadang-kadang anemia atau gejala tumor abdomen umumnya.
Tumor Wilms’ disebut dalam kepustakaan dapat disertai aniridia dan
hemihipertrofi, walaupun keadaan tersebut sangat jarang. Pada pielografi
intravena biasanya ditemukan gambaran sistem pelviokalises yang rusak atau
gambar hidronefrosis dan tidak jarang gambaran sekresi ginjal tidak tampak. Pada
stadium lanjut dapat ditemukan gambaran metastasis dalam paru. Ultrasonografi
dan CT scan walaupun tidak mutlak tetapi sangat membantu menegakkan
diagnosis dan juga mencari metastasis. Diagnosis pasti ditentukan dengan
pemeriksaan histopatologi dari ginjal yang berisi tumor yang telah diangkat pada
laparatomi eksplorasi. Limfoma Abdomen Limfoma abdomen dapat timbul dari
kelenjar getah bening di hati, limpa dan usus. Apabila timbul di hati atau limpa
akan menyebabkan hepatomegali atau splenomegali atau keduanya. Tetapi bila
timbulnya di usus, maka massa tumor dapat menyebabkan obstruksi usus atau
sebagai leading point untuk terjadinya intususepsi. Gejala yang dapat timbul ialah
nyeri disertai pembengkakan perut dan perubahan kebiasaan buang air besar serta
gejala obstruksi usus serta mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna jarang
terjadi apalagi perforasi usus. Biasanya pasien dengan gejala seperti tersebut di
atas datang pada ahli bedah. Pemeriksaan radiologik yang diperlukan ialah barium
meal terutama bila obstruksinya parsial. Dapat pula dilakukan pemeriksaan USG
usus.
G.TERATOMA
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di mana–mana.
Tumor yang asalnya dari rongga abdomen hanya sekitar 1-2% dan biasanya
letaknya retroperitoneal. Kira-kira 29% teratoma berasal dari ovarium. Teratoma
retroperitoneal harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma atau
rhabdomiosarkoma. Selain ditemukan massa tumor dalam abdomen yang
biasanya cukup besar, untuk teratoma matur, pada pemeriksaan foto polos
abdomen dapat ditemukan gambaran gigi, tulang dan lain-lain.
H.RHABDOMIOSARKOMA
Umumnya sebagian tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah
besar dapat mendesak ke rongga abdomen sehingga secara klinis sukar dibedakan
asalnya. Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret berdarah ataupun
obstruksi saluran kemih. Pada anak perempuan tumor dapat keluar melalui vagina
khususnya jenis botryoid, sehingga diagnosis menjadi lebih mudah. Pemeriksaan
penunjang lain untuk tumor ini tidak banyak memberikan bantuan kecuali
pemeriksaan histopatologis dan imunohistokimia seperti vimentin, actin, myosin
dan desmin.
Kepustakaan
1. Sinniah D, Evans AE. Neuroblastoma. Dala : D’Angio GJ, Sinniah D,
Meadows AT, Evans AE, Pritchard J, Ed. Practical pediatric oncology; edisi
ke-1 New York: Wiley Liss, 1992;300-4
2. Brodeur GM, Castleberry RP. Neuroblastoma. Dalam: Pizzo PA, Poplak
PG, Ed. Principles and practice of pediatric oncology; edisi ke-2. Philadelphia:
JB Lippincott 1993;746-51
3. D’Angio GJ. Tumours of the kidney. Dalam: D’AngioGJ, Sinniah D,
Meadows AT, Evans AE, Pritchard J, Ed. Practical pediatric oncology; edisi
ke-1. New York: Wiley Liss, 1992;307-13
4. Green DM, D’Angio GJ, Beckwith JB,dkk. Wilm’s Tumor
(Nephroblastoma, Renal Embryoma). Dalam: Pizzo PA, Poplack PG, Ed.
Principles and practice of pediatric oncology; edisi ke-2. Philadelphia: JB
Lippincott 1993;719-23
5. Finlay JL, Bunin NJ, Sinniah D. Non-Hodgkin’s lymphoma. Dalam:
D’Angio GJ, Sinniah D, Meadows AT, Evans AE, Pritchard J, Ed. Practical
pediatric oncology; edisi ke-1. New York: Wiley Liss, 1992;268-77
6. Magrath I. Malignant Non-Hodgkin’s lymphomas in Children. Dalam:
Pizzo PA, Poplack PG, Ed. Priciples and practice of pediatric oncology; edisi
ke-2. Philadelphia: JB Lippincott 1993:551-554
7. Baker DL, Bunin NJ. Germ cell tumors. Dalam: D’Angio GJ, Sinniah D,
Meadows AT, Evans AE, Pritchard J, Ed. Practical pediatric oncology; edisi
ke-1. New York: Wiley Liss, 1992;340-43
8. Ablin A, Isaacs H, Jr. Germ cell tumors. Dalam: Pizzo PA, Poplack PG, Ed.
Principles and practice of pediatric oncology; edisi ke-2. Philadelphia: JB
Lippincott, 1993;873-79
9. Womer RB, Sinniah D. Soft tissue sarcomas. Dalam: D’Angio GJ, Sinniah
D, Meadows AT, Evans AE, Pritchard J, Ed. Practical pediatric oncology;
edisi ke-1. New York: Wiley Liss, 1992;318-23
10. Raney RB, Jr, Hays DM, Tefft M, Triche TJ. Rhabdomyosarcoma and the
Undifferentiated sarcomas. Dalam: Pizzo PA, Poplack PG, Ed. Principles and
practice of pediatric oncology; edisi ke-2. Philadelphia: JB Lippincott,
1993;775-6