Tumor Mata1
-
Upload
mardiani-agung-novita-syahrial -
Category
Documents
-
view
59 -
download
10
Transcript of Tumor Mata1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kekerapan tumor di mata sangat kecil dibandingkan tumor di bagian
tubuh yang lain, sekitar satu persen saja. Tapi hal ini sangat penting karena
mata alat vital dan pengobatannya terkadang sulit sehingga harus
mengorbankan penglihatan. Karena itu, sering terjadi tawar-menawar antara
dokter dengan pasien untuk mengangkat tumor tersebut karena setiap
pengangkatan tumor ganas mengharuskan tepi sayatan bebas dari sel-sel tumor,
artinya sayatan harus dilakukan beberapa milimeter sampai beberapa
centimeter di luar jaringan tumor.
Bisa dibayangkan, betapa sulit mengatur sayatan yang bebas tumor tanpa
harus mengorbankan bola mata. Kebanyakan pasien tidak ingin kehilangan
matanya, sehingga yang diangkat hanya sebagian, hal inilah yang
menimbulkan kekambuhan dan akhirnya membawa kematian.
1.2 TUJUAN
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah
ini antara lain sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui landasan teoritis tumor mata
B. Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan tumor mata
C. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien tumor
mata
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
A. Definisi
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor
sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai
kanker.
Tumor pada mata disebut juga tumor orbita. Tumor orbita adalah
tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga
merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan kelenjar air
mata.
B. Etiologi
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola
mata. Umumnya diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan
pergerakan mata, atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor
mata terutama faktor genetik. Selain itu sinar matahari, terutama sinar
2
ultraviolet dan infeksi virus Papiloma. Tumor mata juga bisa akibat
penjalaran dari organ tubuh lain, seperti dari paru, ginjal, payudara, otak
sinus, juga leukemia dan getah bening. Sebaliknya, sel tumor mata yang
terbawa aliran darah sering mencapai organ vital lain seperti paru, hati atau
otak, dan menyebabkan kanker di organ itu. Penderita tumor mata, kecuali
retino blastoma, umumnya berusia 24-85 tahun.Sebagian besar tumor
orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal.
Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan
menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek.
C. Klasifikasi
Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti:
Tumor palpebra, yaitu tumor yang tumbuh pada kelopak mata
Misalnya : Tumor Adeneksa, tumor menyerang kelopak mata
(bagian kulit yang dapat membuka dan menutup).
Tumor konjungtiva, yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan
konjungtiva yang melapisi mata bagian depan
b. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata.
Contoh : Retinoblastoma(RB). Jenis ini adalah tumor ganas retina dan
merupakan tumor primer bola mata terbanyak pada anak.
c. Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata.
D. Epidemiologi
Tumor secara umum dibedakan menjadi neoplasma dan non-
neoplasma. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Tumor ganas
terjadi akibat berkembang biaknya sel jaringan sekitar infiltrat, sambil
merusakkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak
menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan
biasanya tidak mengalami metastasis.
3
Apabila ada massa tumor yang mengisi ronggga orbita maka bola
mata akan terdorong ke arah luar yang dalam bahasa kedokteran di sebut
proptosis (mata menonjol). Arah tonjolan bola mata bergantung pada asal
massa tumor. Tumor orbita bisa berasal dari semua jaringan di sekitar bola
mata atau karena penyebaran dari sinus, otak, rongga hidung atau
penyebaran dari organ lain ditubuh. Tumor orbita dapat terjadi pada orang
dewasa ataupun anak-anak. Tumor orbital dapat jinak atau ganas. Mereka
dapat terjadi baik pada anak dan dewasa.
Anak Dewasa
Jinak Ganas Jinak Ganas
Kista Dermoid Rhabdomiosarkoma Meningioma Limphoma
Fibrous dysplasia Sarkoma Ewings Glioma saraf optik Mestatases
Contoh1:
(a)
Pasien dengan kelopak atas kiri
bengkak dan kepenuhan
(b)
CT scan menunjukkan masa limphoma
pada bagian superonasal orbit
4
Contoh 2:
(a)
Pasien dengan protrusi mata
kiri
(b)
CT scan menunjukkan masa lymphoma di kiri orbit, lokasi dan
penampakan masa saran tipe tumor kelenjar lakrimal ganas
disebut adenoma pleomorfik.
Seperti ditunjukkan contoh diatas, CT scan berguna dalam diagnosis
dan biopsy sering kali memberikan garansi untuk membantu diagnosis dan
manajemen pasien.
Tumor orbita relatif jarang dijumpai. Pada proses pengambilan
ruangan di orbita penderita biasanya datang dengan keluhan seperti ada
benjolan yang menyebabkan perubahan bentuk wajah, protopsis, nyeri peri
okular, inflamasi, keluarnya air mata, massa tumor yang jelas nampak.
Insiden tumor orbita bervariasi, tergantung pada metode pemeriksaan yang
dipakai. Frekwensi relatif benigna dan maligna menurut handerson (1984);
disebutkan sebagai berikut : karsinoma (primer metastasis dan
pertumbuhan terus 21 %, kista 12 %, tumor vaskular 10 %, meningioma 9
%, malformasi vaskuler 5% dan tumor saraf tengkorak 4%, serta glioma
optikus dan neurisistik 5%.
Prognosis atau angka keberhasilan kelangsungan hidup penderita
tumor orbita mencapai 80%, artinya masih ada harapan hidup yang cukup
baik. Angka kematian sangat dipengaruhi oleh stadium dari tumor itu
sendiri. Tentu saja pada stadium lanjut angka kelangsungan hidupnya
lebih buruk. Pada jenis-jenis tertentu angka kekambuhannya juga cukup
tinggi.
5
E. Patologi
Tumor bisa tumbuh dari struktur yang terletak didalam atau sekitar
orbit:
a. Kelenjar lakrimal:
Adenoma fleomorfik: tumor kelenjar saliva dan paling umum di
jumpai pada kelenjar parotid biasanya jinak, tapi rekurensi terjadi bila
tidak dilakukan eksisi lengkap.
b. Karsinoma
Jaringan limfoid:
Limfoma: kanker sel darah putih yang disebut limfosit-B, atau sel-B
Retina:
Retinoblastoma: Tumor anak-anak yang sangat ganas.
c. Melanoma
Tulang:
o Osteoma: biasanya mengenai sinus frontal atau ethmoid, bisa
menyebabkan mukosel frontal.
o Kista dermoid, adalah suatu kista atau tumor yang berisi cairan
kental seperti bubur yang disebut sebum, bisa berisi rambut,
dimana kantungnya dilapisi oleh dermis. Umumnya letaknya pada
bidang garis tengah tubuh. Dapat tumbuh di kepala, badan atau
perut . Didapatkan pada anak-anak atau pada bayi sejak lahir.
o Kista epidermoid adalah suatu kista yang kantungnya dilapisi
epidermis berisi massa kental. Sering terdapat di kulit telapak kaki
atau tangan. Penyebabnya diduga trauma dimana sel epidermis
masuk ke subkutan dan tumbuh disana.
d. Sinus paranasal, nasofaring:
Karsinoma: Sering menginvasi dinding medial orbit pada tahap dini
penyakit.
e. Selubung saraf optik:
Meningioma: sering meluas keintrakranial melalui foramen optik.
6
f. Saraf optik:
Glioma (astrositoma pilositik): tumor yang tumbuh di berbagai bagian
otak. Tumbuh sangat lambat.
Neurofibroma/neurinoma: benjolan seperti daging yang lembut, yang
berasal dari jaringan saraf.
g. Jaringan ikat:
Rabdomiosarkoma: Tumor anak-anak ganas dengan pertumbuhan
dan penyebaran lokal cepat.
h. Metastasis melalui darah:
Dewasa:
Karsinoma 'breast'
Karsinoma bronchial
Anak-anak:
Neuroblastoma
Sarkoma Ewing
Leukemia
Tumor testikuler
i. Lesi orbital non-neoplastik:
Hemangioma/limfangioma kavernosa: Lesi jinak yang sering
terjadi pada dewasa.
Pseudotumor
Eksoftalmos endokrin
Granulomatosis Wagener
Histiositosis X
Sarkoidosis
Fistula karotid-kavernosa tampil dengan eksoftalmos
pulsatif.
F. Manifestasi Klinis
7
a. Nyeri orbital
Jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan
gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.
b. Proptosis
Pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering
dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau
tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
c. Arah bola mata tidak lurus kedepan
d. Turunnya penglihatan sampai buta
Penglihatan terganggu akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau
tak langsung akibat kerusakan vaskuler.
e. Penglihatan ganda
f. Nyeri
g. Merah
h. Pembengkakan kelopak atau terlihatnya massa tumor
Mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula
karotid-kavernosa.
i. Palpasi
Bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau
bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan
mukosel.
j. Pulsasi
Menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotidkavernosa atau malformasi
arteriovenosa, dengarkan adanya bruit.
k. Gerak mata
Sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin
akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI
pada fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus
kavernosus.
G. Patofisiologi
8Berfungsinya
onkogen(karsinogenic
Agent)
Gangguan mekanisme
pengendalian pertumbuhan
normal
9
Infeksi virus( Virus SV –4)
Mutasi gen pengendali pertumbuhan
Perubahan epitel daerah orbital/operasi
Jinak (Epidermoid, sel besar, adeno carsinoma )
- Kohesif- Tumbuh
lambat- Pola teratur- Berkapsul
Ganas/kanker (Sel kecil/oat cell)
- Kurang kohesif- Pertumbuhan cepat- Pola tidak teratur- Tidak berkapsul
KecemasanPersiapan operasiPenekanan reseptor Pada orbita
mengeluarkan prostalagnin,
serotonin, bradikinin, norefinefrin, ion
hidrogen, ion kalium dan subtance P
BenjolanPada daerah
orbita
Ggn body imagge
Operasi
Resiko terjadi cedera ( Posisi
operasi/hipotermi
Pemakaian anastesi
Tindakan operatif/konservatif/paliatif
Kekurangan volume cairan
Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Nyeri
Post operasiKerusakan jaringan
Resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Post Anestesi
Suhu lingkungan yang rendah, lemak sub kutan tipis, adaptasi
terhadap suhu rendah -, penurunan metabolisme akibat
puasa
Puasa, perdarahan
H. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Sebagian tumor orbita dapat dengan mudah diidentifikasi, namun ada
tumor orbita yang tidak terihat sampai berkembang membesar sehingga
menimbulkan kelainan di orbita. Tumor orbita sering didiagnosa dengan
bantuan CT-Scan atau MRI, sementara itu diagnosa pasti melalui
pemeriksaan patologi anatomi.
a. Foto polos orbit
Menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen optik
(meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi
(retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma sering
menyebabkan sklerosis lokal.
b. CT scan orbit
Menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan
adanya setiap perluasan keintrakranial.
c. Venografi orbital
Mungkin membantu.
10
Resiko terjadi cedera (hipotermi)
Kekurangan volume cairan
d. Pencitraan tomografi terkomputer pada tumor orbita
Tomografi terkomputer ini sangat membantu
karena dengan alat itu dapat terlihat dengan
jelas seluruh jaringan lunak orbita dan
tulang-tulangnya sekalipun. Dengan
tomografi terkomputer diperoleh kesehatan
nilai akurasi sampai sekitar 80-85 %, hal ini
dapat dicapai, oleh karena dengan
pemeriksaan tomografi terkomputer tampak
perbedaan densitas jaringan yang
rnembentuk jenis tumor tersehut Untuk lesi
yang terletak di retrobulbair dengan
pemeriksaan tomografi terkomputer
didapatkan nilai akurasi 99.4 %. Hasil
pemeriksaan tomografi terkomputer yang
negatif palsu dapat terjadi bila lesi terbatas
di daerah bulbus okuli.
Pemeriksaan diagnostik pada mata secara umum sebagai berikut :
a. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan
kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi atau
penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.
11
b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa
tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
Glaukoma.
c. Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut
tertutup pada glaukoma.
e. Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.
Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan
anemia sistemik / infeksi.
I. Penatalaksanaan
Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi,
dan tipe tumor. Sebagian tumor orbita hanya membutuhkan terapi medis
(obat-obatan) dan sebagian membutuhkan tindakan yang lebih radikal
yaitu mengangkat secara total massa tumor, sebagian lainnya tidak
membutuhkan terapi. Kadang-kadang setelah pengangkatan massa tumor
pasien masih membutuhkan terapi tambahan seperti radioterapi (sinar) dan
kemoterapi.
a. Tumor jinak
Memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan
hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.
b. Tumor ganas
Memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga berreaksi baik
dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma
kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.
Pendekatan operatif :
Pengobatan tumor mata umumnya bersifat operatif. Kadang-kadang
diperlukan pemberian obat antikanker (sitostatika) atau penyinaran. Organ
12
mata relatif kecil, sehingga operasi tumor sering sulit dilakukan tanpa
mengorbankan mata, apalagi jika datang pada stadium lanjut. Selain itu,
penanganan tumor harus tuntas, operasi tidak bersih menyebabkan
kekambuhan.
a. Orbital medial, untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik.
b. Transkranial-frontal, untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau
terletak posterior dan medial dari saraf optik.
c. Lateral, untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari
saraf optik.
Prioritas Keperawatan
a. Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut
b. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman
penglihatan
c. Mencegah komplikasi
d. Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan
kebutuhan pengobatan
J. Komplikasi
a. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan
kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
b. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang
pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
2.2 LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Identitas Klien
Pasien (diisi lengkap)
13
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tgl Masuk RS :
Penanggung Jawab (diisi lengkap)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah klien mengalami gangguan penglihatan/adanya benjolan
pada mata.
Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).
Apakah ada benjolan pada daerah sekitar mata/dahi, ada perasaan
yang tidak nyaman akibat adanya benjolan, nyeri, takut. Tampak
benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran benjolan, jenis benjolan
(keras, lunak, mobile/tidak ).
Riwayat kesehatan yang lalu
14
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien).
Apakah klien punya riwayat trauma pada mata atau riwayat
penyakit tumor, memiliki faktor resiko penyakit mata (memiliki
diabetes, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit mata dalam
keluarga seperti glaukoma, atau mengkonsumsi obat-obatan yang
mempengaruhi mata).
Riwayat kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun
tidak).
Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit
tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
GCS
Tanda Vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
Kesadaran
Pemeriksaan Mata : Status lokalis (Visus, koreksi, skiaskopi,
tonometri, kedudukan, pergerakan, Palpebrae Superior, Palpebrae
inferior, Konjungtiva palpabrae, Konjungtiva bulbi, Konjungtiva
forniks, skera, iris, pupil, lensa, funduskopi, refleks fundus, Corpus
Vitreum, tens oculi, Sistem Lakrimalis
B. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
Pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon preoperasi
1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan
keluarga tentang rencana prosedur bedah dan kemungkinan
15
gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan reaksi pasien
terhadap rencana pembedahan mata.
Menanyakan pada klien tentang pengalaman pembedahan,
pengalaman anestesi, riwayat pemakaian tembakau, alkohol,
obat-obatan.
Biasanya klien mengalami perubahan status kognitif karena
pembedahan yang akan dihadapi.
2. Pola nutrisi metaboli k
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit
dan pola makan setelah sakit?
Apakah ada perubahan pola makan klien?
Kaji apa makanan kesukaan klien?
Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.
Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi klien, apakah
klien sebelumnya jarang mengonsumsi makanan yang
mengandung vitamin A, dan vitamin E
Biasanya klien dengan glaukoma akut akan merasa mual /
muntah
3. Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah
mengalami gangguan?
Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?.
4. Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari
sebelum menghadapi pembedahan, apakah klien dapat
melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?
Apakah aktivitas terganggu karena gangguan penglihatan yang
dihadapinya?
5. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi,
berapa lama klien tidur dalam sehari?
16
Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri
pada mata, pusing, dan lain lain.
Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan
tidur dan istirahat (Ruth F. Craven, Costance J Himle, 2000).
Pada pasien preoperasi yang terencana mengalami kecemasan
yang mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara 3 – 5
jam, sedangkan kebutuhan tidur dan istirahat normal adalah
antara 7 – 8 jam. (Gunawan L, 2001).
6. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan
Apakah klien mengalami kesulitan saat membaca atau melihat
Apakah menggunakan alat bantu melihat
Bagaimana hasil visus
Apakah ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya
Klien akan mengalami gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas),
sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/
merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak
lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotofobia. Perubahan kacamata / pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
Pada mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
(katarak). Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan
kornea berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.
Adanya ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma
kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar
mata, sakit kepala (glaucoma akut)
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya apakah klien merasa rendah diri ?
17
Biasanya klien akan takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan
setelah operasi.
Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena
terjadi perubahan dalam penglihatan.
8. Pola peran hubugan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan
selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial
klien dengan masyarakat sekitarnya?
Pola peran hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan
kepribadiannya. Klien dengan kepribadian tipe ekstrovert pada
orang biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka,
hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan
seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi
rasa cemas dalam menghadapi pra operasi.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?
Apakah ada perubahan kepuasan pada klien berkaitan dengan
kecemasan dan ketakutan sebelum operasi?
Pada pasien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang
mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada
kemampuan seksualnya
10. Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah?
Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan
stres?
Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan .
Takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian,
takut tentang ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau
ancaman lain terhadap citra tubuh dapat menyebabkan
ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer and Bare, 2002).
18
11. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
pembedahan?
Pengkajian pola fungsional Gordon postoperasi
1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit
yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien?
Bagaimana pandangan klien tentang penyakitnya setelah
pembedahan?
Apakah klien merasa lebih baik setelah pembedahan?
Apakah klien mengetahui cara merawat matanya pasca operasi?
2. Pola nutrisi metaboli k
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit
dan pola makan setelah sakit?
Apakah ada perubahan pola makan klien?
Kaji apa makanan kesukaan klien?
Kaji riwayat alergi klien.
Kaji apakah klien mengetahui makanan yang dapat
mempengaruhi proses kesembuhan matanya?
Biasanya klien akan dipasangi infus, monitor, respirator pasca
operasi
3. Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien setelah
pembedahan?
Apakah mengalami gangguan?
Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?.
4. Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari,
apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu
keluarga?
19
Ada beberapa aktivitas atau kegiatan yang dilarang dalam waktu
tertentu pasca operasi.
pasca operasi klien dalam posisi tertelentang dan monitor jika
terjadi perdarahan dan adanya penurunan kesadaran
5. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa
lama klien tidur dalam sehari?
Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur pasca operasi
seperti nyeri dan lain lain. Biasanya pasien mengalami gangguan
tidur karena nyeri pasca operasi dan menjaga posisi saat tidur.
6. Pola kognitif persepsi
Kaji apakah ada komplikasi pada kognitif, sensorik, maupun
motorik setelah pembedahan, terutama pada mata klien.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya pasca operasi?
Apakah klien merasa optimis dengan kesembuhan pada
matanya?
8. Pola peran hubugan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan
selama dirawat di Rumah Sakit pasca operasi?
Bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya?
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?
Apakah ada perubahan kepuasan pada klien?
Pada klien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang
mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada
kemampuan seksualnya
10. Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah, terutama
cemas karena tidak tahu kepastian kesembuhan matanya?
20
Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan
stres?
11. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya?
Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan
klien?
C. Asuhan keperawatan
Diagnosa keperawatan preoperasi
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
1. Gangguan persepsi penglihatan
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya massa
pada mata
3. Knowledge deficit (kurang pengetahuan) tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan b.d kurangnya informasi
NANDA 1
Gangguan persepsi penglihatan
Defenisi:
Perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan yang diterima yang
disertai dengan penyusutan, pelebihan, penyimpangan, atau gangguan
tanggapan terhadap rangsangan tersebut.
Batasan karakteristik:
Berubahnya ketajaman pancaindera
Berubahnya respon yang umum terhadap rangsangan
Distorsi pancaindera
NOC 1 :
21
Orientasi Kognitif
Indikator:
Mampu mengenal diri sendiri
Mampu mengenal orang penting lainnya
Mampu mengenal tempat yang sekarang
Kompensasi tingkah laku Penglihatan
Indikator:
Pantau gejala dari semakin buruknya penglihatan
Mampu memposisikan diri untuk penglihatan
Menggunakan layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah
Menggunakan alat bantu penglihatan yang lemah
NIC 1:
Peningkatan Komunikasi : Defisit Melihat
Aktifitas:
o Kenali diri sendiri ketika memasuki ruang pasien
o Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi,
menarik diri, dan menolak kenyataan)
o Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan
o Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya
o Gambarkan lingkungan kepada pasien
o Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa
memberitahu pasien
o Memprakarsai untuk menyerahkan ke ahli terapi sebagaimana
mestinya
o Rujuk pasien dengan masalah penglihatan ke agen yang sesuai
Manajemen Lingkungan
o Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien
22
o Hilangkan bahaya lingkungan (misal, permadani yang bisa dilepas-
lepas dan kecil, mebel yang dapat dipindah-pindahkan)
o Hilangkan objek-objek yang membahayakan dari lingkungan
o Kawal klien selama kegiatan-kegiatan di bangsal sebagaimana
mestinya
o Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan
jangkauan
o Sediakan tempat tidur tinggi-rendah yang sesuai
o Manipulasi pencahayaan untuk kebaikan terapeutik
o Sediakan alat-alat yang adaptif (misal, bangku untuk melangkah atau
pegangan tangan) yang sesuai
o Susun perabotan di dalam kamar dalam tatakan yang sesuai yang
bagus dalam mengakomodasi ketidakmampuan pasien ataupun
keluarga
o Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan
jangkauan
o Kurangi stimulus lingkungan sebagaimana mestinya
o Hindarkan mengekspos yang tak penting, draf-draf, memanas-
manasi, atau menakut-nakuti
o Batasi pengunjung
o Bawa benda-benda yang familiar dari rumah
o Ijinkan keluarga/orang tertentu lainnya untuk tetap bersama pasien
o Didik pasien dan pengunjung mengenai perubahan/tindakan
pencegahan, sehingga mereka tidak akan dengan segaja mengganggu
lingkungan yang direncanakan
o Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang menciptakan
lingkungan rumah yang aman bagi pasien
NANDA 2
23
Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya massa
dalam mata p. 352
Defenisi: merasakan kurang, bantuan, dan kelebihan fisik, psikospiritual,
lingkungan dan dimensi social.
Batasan karakteristik:
Gejala penyakit yang berhubungan
Gangguan pola tidur
Melaporkan ketidaknyamanan
Melaporkan gelisah
NOC 2
Comfort level (tingkat kenyamanan) p. 173
Indikator:
Melaporkan kecewa dengan control gejala
Melaporkan kecewa dengan control nyeri
Menyatakan kecewa dengan tingkat kenyamanan
NIC 2
Pain management (Manajemen nyeri) p. 412
Aktivitas:
o Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi
o Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
o Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
o Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
o Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
24
o Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
o Kurangi factor presipitasi nyeri
o Pilih dan lakukan penanganan nyeri
o Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
o Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
o Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
o Evaluasi keefektifan control nyeri
o Tingkatkan istirahat
o Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
o Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
NANDA 3
Knowledge deficit (kurang pengetahuan) tentang penyakit, prognosis
dan pengobatan b.d kurangnya informasi
Defenisi :tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
berhubungan dengan topik spesifik.
Batasan karakteristik:
Mengikuti instruksi yang tidak akurat
Tidak familiar dengan informasi
NOC 3
Pengetahuan :proses penyakit
Indikator :
Kenalkan pasien dengan nama penyakit
Deskripsikan proses penyakit
Deskripsikan penyebab atau factor yang berkonstribusi
Deskripsikan factor resiko
Deskripsikan efek penyakit
Deskripsikan komplikasi
25
Deskripsikan pengukuran untuk meminimalisasi perkembangan
penyakit
Pengetahuan : aktivitas pengobatan
Mengidentifikasi aktifitas pengobatan
Menjelaskan tujuan aktifitas
Mendeskripsikan efek dari aktifitas
Mendeskripsikan aktifitas yang terbatas
Mendeskripsikan aktifitas pencegahan
Mendeskripsikan faktor toleransi aktifitas yang rendah
Mendeskripsikan strategi peningkatan aktifitas secara berlanjut
Mendeskripsikan bagaimana mengamati aktifitas
Melaksanakan pengontrolan aktifitas diri
Mendeskripsikan hambatan-hambatan untuk melakukan
implementasi rutin
Mendeskrispsikan rencana pelaksanaan latihan
Mendeskrispsikan praktik latihan
NIC 3
Mengajarkan :proses penyakit
Defenisi :membantu pasien untuk memahami informasi
berhubungan dengan proses penyakit yang spesifik
Aktivitas :
o Menilai level pengetahuan pasien berhubungan dengan proses
penyakit
o Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya dengan anatomi
dan fisiologi
o Deskripsikan tanda umum dan symptom penyakit
o Mendeskripsikan proses penyakit secara tepat
o Identifikasi penyebab yang mungkin
o Sediakan informasi kepada pasien tentang kondisi
26
o Sediakan informasi pada keluarga atau yang lainnya tentang
kemajuan pasien
o Sediakan informasi tentang pengobatab diagnostik
o Diskusikan terapi atau pilihan pengobatan
o Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin
o Memperjelas informasi, disediakan oleh anggota tim kesehatan
lainnya
Mengajarkan : Prosedur/Pengobatan
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya tentang kapan dan
dimana prosedur/pengobatan akan dilakukan, dengan tepat
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya tentang berapa lama
prosedur/pengobatan yang diharapkan
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya yang akan
melakukan prosedur/pengobatan
o Menjelaskan maksud dari prosedur/pengobatan
o Menjelaskan prosedur/pengobatan
o Instruksikan pada pasien bagaimana bekerjasam/berrpartisipasi
selama prosedur/pengobatan, dengan tepat
o Mengatur perjalanan dari prosedur/ruang pengobatan dan area
tunggu, dengan tepat
o Memperkenalkan pasien pada staf yang akan terlibat dalam
prosedur/pengobatan, dengan tepat
o Menjelaskan kebutuhan untuk peralatan yang pasti (contoh:
peralatan monitor) dan fungsinya
o Mendiskusikan kebutuhan untuk tindakan khusus selama
prosedur/pengobatan, dengan tepat
o Informasikan pada pasien bagaimana mereka dapat membantu pada
proses penyembuhan
27
o Menyediakan informasi ketika dan dimana hasilnya akan didapat dan
bagaimana menjelaskannya
o Mendiskusikan pengobatan alternative, dengan tepat
o Mengikutsertakan keluarga/orang penting lainnya, dengan tepat
Diagnosa keperawatan post operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
1. Kecemasan berhubungan dengan hasil pembedahan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan pasca operasi
NANDA 1
Cemas berhubungan dengan hasil dari pembedahan (p. 242)
Defenisi:
Sebuah perasaan ketidaknyamanan, tidak enak atau takut samar-samar
disertai oleh respon otonom sumbernya sering tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu; perasaan ketakutan yang disebabkan oleh
antisipasi bahaya. itu adalah mengubah sinyal yang memperingatkan
bahaya yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil
langkah-langkah untuk menghadapi ancaman
Batasan karakteristik:
Insomnia
Kawatir
Menggigil
Gelisah
Tidak nafsu makan
Tekanan darah meningkat
Sulit konsentrasi
NOC 1 :
K ontrol kecemasan (p. 116)
28
Indikator:
Memonitor intensitas kecemasan
Mengeliminasi penyebab kecemasan
Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
Merencanakan strategi koping
Gunakan strategi koping yag efektif
Gunakan teknik relaksasi
Perhatikan hubungan social
Laporkan tidur yang tidak adekuat
Control respon cemas
NIC 1:
Penurunan kecemasan (p.109)
Aktifitas:
o Gunakan ketenangan, meyakinkan pendekatan
o Jelaskan semua prosedur
o Lihat untuk mengerti perspektif pasien terhadap situasi stress
o Sediakan informasi tentang diagnosis, pengobatan, dan prognosis
o Tetap bersama pasien untuk kenyamanan dan mengurangi takut
o Tanggapi perilaku
o Ciptakan suasana untuk menfasilitasi kepercayaan
o Menyemangati secara verbal mengenai perasaan, persepsi, dan
ketakutan
o Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
o Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menurunkan kecemasan
o Ajarkan klien menggunakan teknik relaksasi
o Gunakan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan, jika
diperlukan
NANDA 2
29
Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan pasca operasi
Defenisi:
Ketiadaan atau kekurangan informasi teori yang berhubungan yang
berhubungan dengan suatu topik tertentu/spesifik
Batasan karakteristik:
Keterbatasan teori
Kesalahan menafsirkan informasi
Tidak terbuka
Tidak ada minat dalam belajar
Ketiadaan daya ingat
Tidak tahu dengan sumber informasi
NOC 2 :
Pengetahuan: Prosedur Perawatan
Indikator:
Mendeskripsikan prosedur perawatan
Menjelaskan tujuan prosedur
Mendeskripsikan langkah prosedur
Mendeskripsikan bagaimana melakukan prosedur
Mendeskripsikan tindakan pencegahan yang berhubungan dengan
prosedur
Mendeskripsikan prosedur yang terbatas Mendeskripsikan alat dan
bahan perawatan Menunjukkan prosedur perawatan
Mendeskripsikan tindakan mengatasi komplikasi
Mendeskripsikan efek samping yag potensial
NIC 2:
Mengajarkan: Setelah Operasi
Aktifitas:
30
o Informasikan kepada pasien dan orang lain yang penting tentang
tanggal yang tetap, waktu, dan penempatan perawatan
o Informasikan kepada pasien dan orang lain yang penting berapa
lama perawatan diharapkan berlangsung
o Menentukan pengalaman pasien yang berhubungan dengan
pembedahan sebelumnya dan tingkat pengetahuan yang
berhubungan dengan perawatan
o Mendeskripsikan berbagai pengobatan setelah operasi, efek yang
akan terjadi pada pasien, dan dasar pemikiran untuk
mengguanakannya
o Memperkenalkan pasien dengan staf yang akan dilibatkan dalam
perawatan/perawtan setelah operasi, dengan tepat
o Menjelaskan maksud dari tujuan setelah operasi
o Mendeskripsikan rutinitas sesudah operasi/perlengkapan (misalnya:
pengobatan, perawatan yang berhubungan dengan pernafasan,
saluran, mesin, pendukung selang karet, pembalut luka berhungan
dengan pembedahan, ambulasi, diet, kunjungan keluarga, dan
menjelaskannya secara tepat, dengan tepat
o Informasikan pada pasien tentang bagaimana mereka dapat
membantu proses penyembuhan
2.3 PENDIDIKAN KESEHATAN
Petunjuk Umum bagi Pasien setelah Operasi Mata
Petunjuk di bawah ini disiapkan sebagai informasi umum dan saran
sehubungan dengan kondisi mata dan dirancang sebagai panduan tentang
bagaimana cara merawat mata.
31
Panduan perawatan mata ini tentunya tidak komprehensif dan mengikuti
cara pencegahan ini tidak sepenuhnya menjamin terhindar dari komplikasi.
Namun, panduan ini berguna bagi untuk perawatan mata setelah operasi dan
dapat membantu mengurangi resiko yang dapat menyebabkan komplikasi.
1. Tetap gunakan pelindung mata hingga keesokan harinya
2. Jangan menggunakan tetes mata / salep apapun pada mata yang akan
dioperasi pada hari operasi
3. Klien mungkin diopname selama beberapa hari jika kondisi klien
membutuhkan rawat inap pada saat pemeriksaan dokter
4. Perawat akan membuka perban /pelindung mata keesokan harinya.
Perawat akan membersihkan mata dan mengenakan obat tetes mata / salep
untuk klien. Sementara itu, perawat akan menunjukkan kepada klien dan
anggota keluarga cara menggunakan obat tetes mata dan saran mengenai
cara perawatan mata klien
5. Ada kemungkinan mata klien sedikit kemerahaan dan bengkak dan
penglihatan menjadi buram, namun efek ini akan hilang secara bertahap.
Intruksi Khusus
1. Hindari menggosok mata atau menutup mata terlalu erat atau memberikan
tekanan apapun pada mata selama enam (6) minggu
2. Nyeri ringan dapat diatasi dengan obat penahan nyeri (analgesic) yang
diresepkan oleh dokter
3. Mata mungkin merasakan tidak nyaman yang disebabkan oleh jahitan
operasi dan ketidaknyamanan ini dapat berlangsung hingga jahitan dibuka
4. Hindari berenang hingga dokter mengijinkan
5. Hindari sabun dan air masuk kedalam kelopak mata saat mencuci muka
6. Cairan bercak darah dapat keluar dari mata selama beberapa hari pertama.
Usap dengan tissue bersih
7. Gunakan pelindung mata pada malam hari selama 3 hingga 4 (3 – 4)
minggu untuk melindungi mata tergosok dengan tidak sengaja
32
8. Mencuci rambut di salon dengan cara menengadahkan kepala anda
kebelakang
9. Hindari batuk dan bersin kuat
10. Tidak perlu posisi tidur tertentu. Klien dapat berbaring dengan posisi yang
nyaman; namun, hindari tekanan pada mata yang dioperasi
BAB III
PENUTUP
33
Seperti di bagian tubuh lain, mata juga bisa terserang tumor, baik jinak
maupun ganas. Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh.
Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai
kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor orbita.
Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola
mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan
kelenjar air mata.
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola mata.
Umumnya diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan pergerakan
mata, atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor mata
terutama faktor genetik. Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada
ukuran, lokasi, dan tipe tumor.
Prioritas Keperawatan adalah mencegah penyimpangan penglihatan lanjut,
meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan,
mencegah komplikasi, memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis
dan kebutuhan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
34
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions
Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St.
Louis :Mosby Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2009-2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
Singapore National Eye Centre. (2010). “kondisi mata dan perawatan”
http://www.snec.com.sg/. Diakses tanggal 16 September 2011
http://www.dexamedica.com, Tumor Orbita
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Orbita.html, Tumor Orbita
http://cyberwoman.cbn.net.id, Waspadai kanker mata
http://digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail....http://www.klinikmatanusantara-manado.com/file/859.pdf
http://ocw.usu.ac.id/course/download/...special.../sss155_slide_tumor_orbita.pdf
35