TUGAS TERSTRUKTUR

11
TUGAS TERSTRUKTUR BUDIDAYA TANAMAN SAYUR “ PERBANYAKAN TANAMAN BAWANG MERAH SECARA VEGETATIF DENGAN UMBI” Oleh : Vivi Mur A A1I007014 Rijal Tri K A1I007015 Hary Yeriana A1I007031 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

Transcript of TUGAS TERSTRUKTUR

Page 1: TUGAS TERSTRUKTUR

TUGAS TERSTRUKTUR

BUDIDAYA TANAMAN SAYUR

“ PERBANYAKAN TANAMAN BAWANG MERAH SECARA

VEGETATIF DENGAN UMBI”

Oleh :

Vivi Mur A A1I007014

Rijal Tri K A1I007015

Hary Yeriana A1I007031

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

PURWOKERTO

2009

Page 2: TUGAS TERSTRUKTUR

I. PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai

arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonominya yang tinggi

maupun dari kandungan gizinya. Meskipun disadari bahwa bawang merah bukan

merupakan kebutuhan pokok, akan tetapi kebutuhannya hampir tidak dapat

dihindari oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-

hari. Kegunaan lain dari bawang merah adalah sebagai obat tradisional yang

manfaatnya telah banyak dirasakan oleh masyarakat. Demikian pula pesatnya

pertumbuhan industri pengolahn makanan akhir-akhir ini juga cenderung

meningkatkan kebutuhan akan bawang merah (Abror, 2007).

Produktivitas nasional masih rendah. Sementara itu, perkembangan

konsumsi bawang merah per kapita per tahun memperlihatkan kenaikan 0,03

persen, yaitu 1,65 kg per kapita per tahun pada tahun 1981. estimasi permintaan

komoditas bawang merah untuk tahun 2000 akan meningkat 5 persen

pertahunnya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa peningkatan hasil produksi

harus segera diupayakan melalui penerapan teknologi maju (seperti kultur

jaringan), sehingga produksi bawang merah dapat mengimbangi permintaan yang

terus meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas (Anonim, 2009).

Page 3: TUGAS TERSTRUKTUR

II. KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI

A. Klasifikasi

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang diklasifikasikan

(menurut Robnowitch and Brewster, 1990 dalam Nani dan Etty, 1995), sebagai

berikut:

Divisio : SpermatophytA

Sub Divisio : Angiospermae

Klasis : Monocotyledonae

Ordo : Asparagales (Lilliiflorae)

Famili : Alliacea ( Amaryllidaceae)

Genus : Alllium

Spesies : Allium cepa group Aggregatum

B. Morfologi

Ciri-ciri morfologis bawang merah adalah berumbi lapis, berakar serabut

dan berdaun silindris seperti pipa memiliki batang sejati yang disebut “diskus”

yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya

perakaran dan tunas perakaran serta mata tunas (titik tumbuh). Pangkal daun

bersatu membentuk batang semu. Batang semu yang berada didalam tanah akan

berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis atau bulbus.

Pada cakram diantara lapisan kelopak daun terdapat mata tunas yang

mampu tumbuh menjadi tanaman baru yang disebut tunas lateral atau anakan.

Tunas lateral tersebut akan membentuk cakram baru, hingga dapat membentuk

umbi lapis. Bawang merah mempunyai sifat merumpun, dimana tiap umbi dapat

Page 4: TUGAS TERSTRUKTUR

menjadi beberapa umbi. Pada dasar cakram tumbuh akar serabut dan dibagian

tengah terdapat mata tunas utama yang kelak tumbuh paling dulu dan dapat

dianggap sebagai tunas apical.

Bunga bawang merah adalah sempurna (hermaproditus) yang pada

umumnya terdiri dari 5-6 helai benag sari, sebuah putik dengan daun bunga yang

berwarna putih. Bakal buah duduk diatas membentuk bangunan bersegi tiga

hingga tampak jelas seperti kubah. Bakal buah ini sebenarnya terbentuk dari tiga

buah ruang dan dalam tiap ruang terdapat dua calon biji. Benang sarinya sendiri

tersusun membentuk dua lingkaran yaitu lingkaran dalam dan luar. Pada lingkaran

luar terdapat 3 benag sari, demikian pula pada lingkaran dalam. Dalam 2-3 hari

semua benang sari menjadi dewasa, tetapi pada umumnya benang sari yang

terletak pada lingkaran dalam lebih cepat dewasa.

Page 5: TUGAS TERSTRUKTUR

III. PERTUMBUHAN BAWANG MERAH

Tanaman bawang merah memiliki kemampuan untuk berkembang biak

secara generatif maupun vegetatif. Pembiakan generatif dilakukan melalui

pembentukan bunga yang akhirnya akan menghasilkan biji. Perbanyakan secara

vegetatif dilakukan melalui perbanyakan umbi. Pada umumnya perbanyakan umbi

dilakukan dengan menanam umbi bawang merah secara utuh atau dengan

memotong sepertiga bagian atas umbi.

Pembiakan vegetatif lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan

pembiakan generatif. Fase vegetatif pada pertumbuhan dan perkembangan

tanaman berhubungan dengan 3 proses penting yaitu pembelahan sel,

perpanjangan sel serta diferensiasi sel. Pembelahan sel terjadi pada proses

pembuatan sel-sel baru yang terdapat didalam jaringan meristematik yaitu pada

titik tumbuh batang, ujung akar dan kambium.

Pertumbuhan pada fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan

akar, daun dan batang baru. Pertumbuhan tanaman didukung oleh peran hasil

fotosintesis yang berupa karbohidrat , protein dan lemak. Fotosintesis yang

merupakan proses perubahan CO2, dan H2O dibawah pengaruh cahaya kedalam

persenyawaan organic yang berisi karbon dan kaya energi, dapat mengakibatkan

pertambahan ukuran dan berat kering tanaman. Dengan bertambahnya jumlah dan

ukuran luas daun pada masa vegetatif yang disertai kemampuan akar dalam

menyerap unsure hara dan air dari dalam tanah, akan semakin meningkat

kemampuan tanaman untuk berfotosintesis. Hasil fotosintesis yang berupa

karbohidrat berperan dalam mendorong pertumbuhan tanaman.

Pembentukan umbi lapis bawang merah terjadi akibat mobilisasi

karbohidrat kepangkal daun muda. Disini terjadi penghambatan pertumbuhan

meristem apical dan akar, umumnya bersama-sama dengan penghentian

pembelahan sel dan pangkal daun muda.

Page 6: TUGAS TERSTRUKTUR

IV. CARA PERBANYAKAN

Pada umumnya perbanyakan bawang merah dilakukan dengan

menggunakan umbi sebagai bibit. Penggunaan bibit berupa umbi bukan biji

dikarenakan kebanyakan bawang merah di Indonesia ini sulit menghasilkan biji

meskipun mungkin ada yang sempat dan dapat berbunga (Wibowo, 2005).

Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi

rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus

berasal dari tanaman yang sehat dan cukup tua yaitu berumur 70 - 80 hari setelah

tanam, dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi

bibit tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak keriput, dan warnanya cerah.

Umbi bibit telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4 bulan sejak dipanen dan

tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Umbi bibit yang baik yang telah disimpan

2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya).

Perbanyakan dengan umbi bibit menurut Rukman (1995) memerlukan

persyaratan kualitas yang baik meliputi:

a. Ukuran umbi bibit terdiri atas 2 kelas yaitu umbi besar kelas 1 beratnya 2,5-

7,5 gram per umbi, dan umbi sedang kelas 2 beratnya 5-7,5 gram per umbi

b. Tanaman dipanen pada umur cukup tua, yakni antara 60-90 hari setelah

tanam dan keadaanya sehat

c. Umbi tidak tercampur dengan varietas lain dan tidak cacat atau luka

d. Telah mengalami masa penyimpanan antara 2-3 bulan.

Sebelum umbi bibit bawang merah ditanam sebaiknya dilakukan

pemotongan ujung umbi sepanjang 1/3 bagian. Cara tersebut mempunyai

beberapa keuntungan, antara lain pertumbuhan bibit merata (seragam), umbi cepat

tumbuh dan berpengarah terhadap makin banyaknya anakan maupun jumlah daun,

sehingga hasil umbinya meningkat (Rukmana, 1995).

Page 7: TUGAS TERSTRUKTUR

V. KESIMPULAN

1. Perbanyakan bawang merah dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan

umbi.

2. Umbi bawang merah sebagai bibit harus yang memenuhi persyaratan untuk

bibit

3. Bibit bawang merah yang digunakan akan mempengaruhi kualitas dari

bawang merah.

Page 8: TUGAS TERSTRUKTUR

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Perbanyakan Bawang Merah. (on-line) http://bloginvitro.blogspot.com/2009/12/perbanyakan-bawang-merah-secara-kultur.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2010.

Prabowo, Yudi, Abror. 2007. Budidaya Bawang Merah. (on-line) http://teknis-budidaya. blogspot .com/2007/10/budidaya-bawang-merah.html . Diakses pada tanggal 10 Maret 2010.

Rukmana, Rahmat. 1994. Bawang Merah. Yogyakarta. Kanisius

Wibowo, Singgih. 2005. Budidaya Bawang. Jakarta. Penebar Swadaya.