Tugas Sistem Pencernaan Ileus

download Tugas Sistem Pencernaan Ileus

of 20

Transcript of Tugas Sistem Pencernaan Ileus

BAB IIKONSEP DASAR TEORIA. PENGERTIANIleus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas(kelumpuhan) saluran gastrointestinal tanpa disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering disebut dengan ileus paralitik.Obstruksi Ileus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.(Selvia A.Price).

Dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.

Ileus ada dua jenis yaitu :a) Illeus obstruktifMerupakan suatu sinonoma yang berbahaya dan membutuhkan tindakan segera menurut letak obstruksinya dibagi dalam 2 golongan: Obstruksi tinggi, jika mengenai usus halus Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar

(Kapita selekta kedokteran,2000, hal : 318)

b) Illeus paralyticaGangguan pasase usus oleh karena paralytic usus di mana syaraf dari usus sebagian, seluruhnya tidak bekerja.Ileus paralitic atau adynamic ileus adalah Keadaan dimana usus gagal/tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.(Penyakit Dalam,2001, Hal :237)Ada dua tipe obstruksi yaitu :1. Mekanis (Ileus Obstruktif)Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.Obstruksi usus halus dapat di sebabkan oleh perlekatan usus,hernia,neoplasma,intususepsi,volvulus,benda asing,batu empedu yang masuk ke usus melalui vistula kolesisenterik,penyakit radang usus striktur,fibrokistik dan hematoma.2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson.B. ETIOLOGI

1) Illeus obstruktif :a. Kelainan di dalam lumen akibat benda asingb. Kelainan di dalam dinding seperti heman, stenosis, resiao congenital strictora.c. Kelainan di luar dinding usus

2) Illeus paralytic :a. Konsumsi obat-obatanb. Konsumsi alkoholc. Kimiawid. Post operatife. Sepsis

C. TANDA DAN GEJALA

a) Obstruksi Usus HalusGejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus.Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area gastriuntestinalyang terjadi, semakin jelas adaanya distensi abdomen. Jika berlaanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.b) Obstruksi Usus BesarNyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.(Arif mansjoer,Kapita selekta Kedokteran,2002) Tanda dan gejala lainnya :1) Nyeri abdomen2) Muntah3) Obstipasi/diare4) Perut kembung5) Kejang hilang timbul(Potter&Perry,Keperawatan Medikal Bedah,2004)

D. PATOFISIOLOGIPeristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.IleusPseudo-obstruksiObstruksi mekanik usus

AnamnesisNyeri abdomen ringan, kembung, mual, muntah, obstipasi, konstipasiNyeri kram abdominal, mual, muntah, anoreksia, obstipasi, konstipasiNyeri kram abdominal, mual, muntah, anoreksia, obstipasi, konstipasi

Pemeriksaan fisik abdomenBising usus hilang, distensi, timpaniBorborygmi, timpani, gelombang peristaltic, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, distensi, nyeri tekan localBorborygmi, gelombang peristaltic, bising usus bernada tinggi, distensi, nyeri tekan local

Foto polos abdomenDilatasi usus kecil & usus besar, elevasi diafragmaDilatasi isolasi pada usus besar, elevasi diafragmaBerbentuk lesi gas kolon distal, diafragma agak tinggi, air-fluid levels

Tabel : Perbedaan dari ileus, pseudo-obstruksi, dan obstruksi usus mekanik, (Mukherjee, S, 2008).E. KOMPLIKASIDAN PROGNOSIS

KOMPLIKASI : Peritonitis septikemia Syok hipovolemia Perforasi usus Kemungkinan terjadinya hernia Karsinoma kolon Prostat

PROGNOSIS : Angka kematian keseluruhan untuk obstruksi usus halus kira-kira 10 %. Angka kematian untuk obstruksi non strangulata adalah 5-8 %, sedangkan pada obstruksi strangulata telah dilaporkan 20-75 %. Angka mortalitas untuk obstruksi kolon kira-kira 20 %.(Arif Mansjoer,2000)F. PENATALAKSANAAN

a) Sasaran pengobatan untuk menghilangkan nyeri abdomen, mengontrol diare/konstipasi.b) Diet diprogramkan untuk menentukan tipe makanan apa yang mungkin bertindak sebagai iritanc) Diet tinggi serat untuk membantu mengontrol diare dan konstipasid) Latihan direncanakan untuk membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan motilitas ususe) Antidepresi dapat membantu dalam mengobati ansietas dasar dan depresif) Antikolinergis dan penyekat saluran kalsium diprogram untuk menurunkan spasme otot halus, menurunkan kram-kram dan konstipasi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium: Peningkatan kadar Hemoglobin (indikasi dari dehidrasi), leukositosis, peningkatan PCO2 / asidosis metabolik2. Rontgen abdomen3. Sigmoidescopy4. Colonoscopy5. Radiogram barium

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan feses2. Pemeriksaan kontras radiologis3. Proktoskopi4. Enema baitum dan kolonoskopi5. Manometri dan elektromiografi

BAB IIIPATHWAY

BAB IVKONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian ileus terdiri atas pengkajian, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan kembung dan tidak bisa kentut (flatus). Keluhan adanya kembung dan tidak bisa flatus bersifat akut disertai mual, muntah, anoreksia, dan nyeri ringan pada abdomen.

Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji riwayat pembedahan abdominal, jenis pembedahan, penyebab adanya intervensi bedah, kondisi klinik preoperatif, pengetahuan mobilisasi dini pasien praoperatif, dan adanya penyakit sistemik yang memperberat, seperti adanya sepsis, gangguan metabolik, penyakit jantung, pneumonia pasca bedah, prosedur bedah saraf, dan trauma abdominal berat.

Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan karena perut kembung dan belum bisa melakukan flatus, serta perlunya pemenuhan informasi.

Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis. Pada survei umum pasien terlihat lemah. TTV biasa didapatkan adanya perubahan. Pada pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan :-Inspeksi : Secara umum akan terlihat kembung dan didapatkan adanya distensi abdominal.-Auskultasi : Bising usus atau tidak ada.-Palpasi : Nyeri tekan lokal pada abdominal.-Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.

Pengkajian diagnostik yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit atau metabolik, foto polos abdominal untuk mendeteksi adanya dilatasi gas berlebihan dari usus kecil dan usus besar.

Pola Kesehatan Gordon

a)Aktivitas atau istirahatGejala: Kelelahan dan ngantuk.Tanda : Kesulitan ambulasib)SirkulasiGejala: Takikardia, pucat, hipotensi (tanda syok)c)EliminasiGejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan FlatusTanda : Perubahan warna urine dan fecesd)Makanan atau cairanGejala: anoreksia, mual atau muntah dan haus terus menerusTanda : muntah berwarna hitam dan fekal, membran mukosa pecah-pecah, kulit buruk.e)Nyeri atau KenyamananGejala: Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolikTanda : Distensi abdomen dan nyeri tekanf)PernapasanGejala: Peningkatan frekuensi pernafasanTanda : Napas pendek dan dangkal

Pengkajian Penatalaksanaan Medis

1. Konservatif

Sebagian besar kasus ileus pasca bedah mendapat intervensi konservatif. Pasien harus menerima hidrasi intravena. Untuk pasien dengan muntah dan distensi, penggunann selang nasogastrik diberikan untuk menurunkan gejala, namun belum ada penelitian untuk literature yang mendukung penggunaan selang nasogastrik untuk memfasilitasi resolusi ileus. Panjang selang ke saluran gastrointestinal tidak memiliki manfaat atas perbaikan ileus. Untuk pasien dengan ileus berlarut-larut, obstruksi mekanis harus diperiksa dengan studi kontras. Sepsis dan gangguan elektrolit yang mendasari, terutama hipokalemia, hiponatremia, dan hipomagnesemia, dapat memperburuk ileus. Kondisi ini didiagnosis dan diperbaiki, (Mukherjee, 2008).Cara lainnya adalah menghentikan obat yang memproduksi ileus (misalnya : opiate). Dalam suatu studi, jumlah morfin yang diberikan secara langsung akan berhubungan dengan terjadinya ileus, (Cali, 2000).

Penggunaan narkotika pasca operasi dapat dikurangi dengan suplemen dengan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS). OAINS dapat menurunkan ileus dengan menurunkan peradangan local dan dengan mengurangi jumlah narkotika yang digunakan. Studi mioelektrik dari elektroda ditempatkan pada usus besar, dimana studi ini telah mengungkapkan resolusi lebih cepat dari yang diberikan pada pasien ileus versus yang diberikanketorolac morfin, namun kelemahan OAINS digunakan mencakup disfungsi trombosit dan ulserasi mukosa lambung. Kondisi ini dapat dipertimbangkan dengan penggunaan agen cyclooxygenase-2, untuk menurunkan efek samping ini, (Ferraz, 1995).

Sampai saat ini belum ada suatu variabel yang secara akurat memprediksi resolusi ileus. Pemeriksaan kondisi klinis masih menjadi parameter penting untuk mengevaluasi asupan oral dan fungsi usus yang baik. Laporan dari pasien bahwa sudah terjadi flatus, harus dinilai ulang dengan seksama secara pemeriksaan fisik dan diagnostic yang akurat, serta tidak boleh hanya mengandalkan dari laporan pasien (Mukherjee, 2008).

2. Terapi Diet

Umumnya, menunda intake makan oral sampai tanda klinis ileus berakhir. Namun, kondisi ileus tidak menghalangi pemberian nutrisi enteral. Pemberian enteral secara hati-hati dan dilakukan secara bertahap, (Ng WQ, 2003). Pada suatu studi pemberian permen karet menunjukkan bahwa mengunyah permen karet sebagai bentuk pemberian makanan palsu pada fase pemulihan awal dari ileus pasca bedah setelah laparoskopi colectomy. 19 pasien yang menjalani elektif laparoskopi colectomy secara acak. 10 pasien yang ditetapkan ke grup permen karet dan 9 untuk kelompok control. Kelompok permen karet yang digunakan 3x sehari dari pasca operasi pertama pagi sampai intake oral. Terjadinya flatus lebih cepat dalam kelompok permen karet daripadadi kelompok control buang air besar pertama tercatat pada 3,1 hari dalam kelompok permen karet versus 5,8 hari pada kelompok control, (Asao, 2002).

3. Terapi Aktivitas

Kebijakan konvensional pada praktek klinik memberikan pemahaman bahwa ambulasi dini merangsang fungsi usus dan meningkatkan ileus pasca bedah, meskipun hal ini belum ditunjukkan dalam literature.

Dalam sebuah studi nonrandomized mengevaluasi 34 pasien, elektroda bipolar seromuscular ditempatkan di segmen saluran gastrointestinal setelah laparotomi. 10 pasien ditugaskan untuk ambulasi pada pasca operasi hari pertama, dan yang lainnya 24 pasien ditugaskan untuk ambulasi pada pasca bedah hari keempat. Hasil yang didapat, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil mioelektrik dalam pemulihan di lambung, jejunum, atau usus antara 2 kelompok tersebut, (Waldhausen, 1990). Walaupun begitu, ambulasi tetap bermanfaat dalam mencegah pembentukan atelektasis, obstruksi vena profunda, dan pneumonia tetapi tidak memiliki peran dalam mengobati ileus.

4. Terapi Farmakologi

Sampai saat ini belum terdapat studi yang menilai manfaat supositoria danenema untuk pengobatan ileus. Eritromisin, suatu agonis resptor motilin, telah digunakan untuk paresis pasca operasi lambung namun belum terbukti bermanfaat bagi ileus. Metoklopramid, sebuah antagonis dopaminergik, sebagai obat anti muntah dan prokinetik. Data telah menunjukkan bahwa pemberian obat ini dapat benar-benar memperburuk ileus, (Mukherjee, 2008).

Terapi farmakologis yang dianjurkan adalah golongan opioid antagonis selektif, misalnya alvimopan. Alvimopan ini ditunjukkan untuk membantu mencegah ileus post operative reseksi usus, (Maron, 2008).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Konstipasi b.d. hipomotilitas/kelumpuhan intestinal.2) Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal.3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Rencana intervensi disususun sesuai dengan tingkat toleransi individu. Pada pasien ileus, intervensi pada masalah keperawatan actual/resiko tinggi syok hipovolemik dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada asuhan keperawatan pasien gastroenteritis. Untuk intervensi masalah nyeri, kecemasan dan pemenuhan informasi dapat disesuaikan pada intervensi masalah pasien diverticulitis.1.Konstipasi b.d. hipomotilitas/kelumpuhan intestinal.

Tujuan : Dalam waktu 5x24 jam terjadi perbaikan konstipasi.Kriteria evaluasi :-Laporan pasien sudah mampu flatus dan keinginan untuk melakukan BAB.-Bising usus terdengar normal, frekuensi 5-25 x / menit.-Gambaran foto polos abdomen tidak terdapat adanya akumulasi gas di dalam intestinal.

INTERVENSIRASIONAL

Kaji factor predisposisi terjadinya ileus.Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pasca bedah abdomen, tetapi ada factor predisposisi lain yang mendukung peningkatan resiko terjadinya ileus. Hal ini harus segera dikolaborasikan untuk mendapat intervensi medis, misalnya adanya sepsis harus diatasi, kondisi gangguan elektrolit harus dikoreksi.

Monitoring status cairan.Penurunan volume cairan akan meningkatkan resiko ileus semakin parah karena terjadi gangguan elektrolit. Peran perawat harus mendokumentasikan kondisi status cairan dan harus melaporkan apabila didapatkan adanya perubahan yang signifikan.

Evaluasi secara berkala laporan pasien tentang flatus dan periksa kondisi bising usus.Pemantauan secara rutin dapat memberikan data dasar pada perawat atau sebagai pera untuk kolaborasi dengan medis tentang kondisi perbaikan ileus. Hasil evaluasi harus didokumentasikan secara hati-hati pada status medis.

Pasang selang nasogastrik.Pemasangan selang nasogastrik dilakukan untuk menurunkan keluhan kembung dan distensi abdomen. Perawat melakukan pemantauan setiap 4 jam dari pengeluaran pada selang nasogastrik.

Lakukan teknik ambulasi.Walaupun terdapat studi yang tidak berhubungan dengan peningkatan resolusi ileus. Dalam sebuah studi non-randomized mengevaluasipasien, elektroda bipolar seromuskular ditempatkan di segmen saluran gastrointestinal setelah laparotomi. 10 pasien ditugaskan untuk ambulasi pada pasca operasi hari pertama, dan yang lainnya 24 pasien ditugaskan untuk ambulasi pada pasca bedah hari ke 4. Hasil yang didapat, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil mioelektrik dalam pemulihan di lambung, jejunum atau usus antara 2 kelompok tersebut, (Waldhausen, 1990). Akan tetapi pelaksanaan ambulasi tetap bermanfaat dalam mencegah pembentukan atelektasis, obstruksi vena profunda, dan pneumonia.

Kolaborasi :Opioid antagonis selektif.Alvimopan ini ditunjukkan untuk membantu mencegah ileus post operatif reseksi usus, (Maron, 2008).

2.Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal.

Tujuan : Dalam waktu 5x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.Kriteria evaluasi :-Pasien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembap, turgor kulit normal.-TTV dalam batas normal.-CRT < 3 detik, urin > 600 ml/hari.-Laboratorium : Nilai elektrolit normal.

INTERVENSIRASIONAL

Monitoring status cairan (turgor kulit, membrane mukosa, urine output).Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urin, monitoring yang ketat pada produksi urin < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.

Kaji sumber kehilangan cairan.Kehilangan cairan darimuntah dapat disertai dengan keluarnya natrium via oral yang juga akan meningkatkan resiko gangguan elektrolit.

Dokumentasikan intake dan output cairan.Sebagai data dasar dalam pemberian terapi cairan dan pemenuhan hidrasi tubuh secara umum.

Monitor TTV secara berkala.Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemi yang memberikan manifestasi sudah terlibatnya system kardiovaskular untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah.

Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaphoresis secara teratur.Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer.

Kolaborasi :-Pertahankan pemberian cairan secara intravena.-Evaluasi kadar elektrolit.-Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan control intake dan output cairan.-Sebagai deteksi awal menghindari gangguan elektrolit sekunder dari muntah pada pasien peritonitis.

3.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurangnya intake makanan yang adekuat.

Tujuan : Setelah 7x24 jam asupan nutrisi dapat optimal dilaksanakan.Kriteria evaluasi :-Bising usus kembali normal dengan frekuensi 5-25x/menit.-Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.-Terjadi penurunan gejala kembung dan distensi abdomen.-Berat badan pada hari ke 7 pasca bedah meningkat minimal 0,5 kg.

INTERVENSIRASIONAL

Evaluasi secara berkala kondisi motilitas usus.Sebagai data dasar teknik pemberian asupan nutrisi.

Hindari intake apapun secara oral.Umumnya, menunda intake makanan oral sampai tanda klinis ileus berakhir. Namun kondisi ileus tidak menghalangi pemberian nutrisi enteral.

Berikan nutrisi parenteral.Pemberian enteral diberikan secara hati-hati dan lakukan secara bertahap sesuai tingkat toleransi dari pasien.

Berikan stimulant permen karet.Pada suatu studi pemberian permen karet menunjukkan bahwa mengunyah permen karet sebagai bentuk pemberian makanan palsu pada fase pemulihan awal dari ileus pasca bedah setelah laparoskopi colectomy. 19 pasien yang menjalani elektif laparoskopi colectomy secara acak. 10 pasien yang ditetapkan ke grup permen karet dan 9 untuk kelompok control. Pada kelompok yang mendapat makanan palsu berupa permen karet dengan durasi 3x sehari pada hari pertama pasca operasi. Terjadi flatus lebih cepat pada kelompok yang mendapat makanan palsu permen karet daripada di kelompok control.

Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodic (sekali seminggu).Berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

Lakukan perawatan mulut.Intervensi ini untuk menurunkan resiko infeksi oral.

Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nitrisi yang akan digunakan pasien.Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu.

4. PELAKSANAAN

Pelaksanaan asuhan kerawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan keperawatan yang telah di terapkan meliputi tindakan idependent, dependetn, interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari bebrapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data,(Susan Martin, 1998).

5. EVALUASI

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :1)Kemampuan motilitas pasien meningkat dan konstipasi dapat teratasi2)Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan tubuh3)Asupan nutrisi tubuh optimal4)Pasien tidak mengalami syok hipovolemik5)Terjadi penurunan respons kecemasan6)Terpenuhinya informasi kesehatan7)Nyeri terkontrol atau teradaptas

BAB VPENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

Halaman JudulKata PengantarDaftar isiBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. TujuanC. Implikasi KeperawatanBAB II KONSEP DASAR TEORIA. PengertianB. EtiologiC. Tanda dan GejalaD. PatofisiologiE. Komplikasi dan PrognosisF. PenatalaksanaG. Data PenunjangH. PencegahanBAB III PATHWAYSBAB IV KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian2. Diagnosa3. Perencanaan4. Pelaksanaan5. EvaluasiBAB V PENUTUP1. Kesimpulan2. SaranDaftar Pustaka

TUGAS MAKALAH

KELOMPOK V

TENTANGASUHAN KEPERAWATAN PADA ILEUS

Demi memenuhi tugas mata kuliah sistem pencernaanDosen Pengampu : Ibu. Heni Purwaningsih, S.Kep., Ns

Di Susun Oleh :

1. Muhamad Arjuna Wadi(2. Putri Hestiningtyas(010111a091)3. Rizal Marjuki(4. Whindi Yuliawati(010111a127)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANUNGARAN2013