Tugas Sist. Pencernaan Hemoroid
-
Upload
ega-yakuzainsom -
Category
Documents
-
view
68 -
download
17
Transcript of Tugas Sist. Pencernaan Hemoroid
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan
oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod
yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod
eksternal (Brunner & Suddarth, 1996).
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
B. TUJUAN
1. Tujuan UmumMahasiswa mengetahui tentang konsep teori serta asuhan keperawatan yang tepat untuk klien dengan Hemoroid.
2. Tujuan Khususa) Mahasiswa mengetahui Pengertian dari Hemoroidb) Mahasiswa mengetahui Etiologi dari Hemoroidc) Mahasiswa mengetahui patofisiologis pada Hemoroidd) Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari Hemoroide) Mahasiswa mengetahui klasifikiasi dari Hemoroidf) Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari Hemoroidg) Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan dari Hemoroidh) Mahasiswa mengetahui komplikasi Hemoroidi) Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hemoroid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales
(bacon) (Kapita Selekta Kedokteran).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik (Buku Ajar Ilmu Bedah).
Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena pleksus hemoroidalis inferior atau superior,
akibat peningkatan tekanan vena yang persisten (Kamus Kedokteran Dorland).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid dibagi menjadi 2,
yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis
suparior dan media dan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai
dengan istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani,
dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan
tindakan (R. Sjamsuhidayat, wim de jong).
Hemorid merupakan varises (pelebaran) dari plexus hemoroidalis yang dapat
menimbulkan keluhan dan gejala distal rectum atau dianal canal.
Hemoroid adalah suatu keadaan dimana telah terjadi dilatasi vena dalam kanal analdan
pembengkakan jaringan di sekitarnya. Karena penyakit ini terjadi pada ujung saluran
pembuangan, maka tidak jarang orang menyebutnya dengan sebutan penyakit “knalpot”,
layaknya sebuah mobil.
B. ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik.
Kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama di daerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan:
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tudak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
Orang yang pekerjaan nya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
Gangguan devekasi miksi.
Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
Tonus spingter ani yang kaku atau lemah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hemoroid
Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid
yaitu :
1. Adanya tumor intra abdomen.
2. Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan hormonal.
3. Mengedan sewaktu partus.
Faktor predisposisi terjadinya Hemoroid :
a. Terlalu banyak mengedan saat buang air besar
b. Kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama
c. Mengangkat beban terlalu berat
d. Wanita hamil yang mengedan saat melahirkan
e. Diare kronik
f. Usia lanjut
g. Hubungan seks peranal
h. Hereditas/ keturunan
i. Sembelit
j. Genetik predisposisi
k. Kurang berolahraga atau imobilisasi
l. Kurang makan-makanan berseerat
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda utama biasanya adalah perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar, tidak
bercampur dengan feses, dan jumlahnya bervariasi. Bila hemoroid bertambah besar maka dapat
terjadi prolaps. Pada awalnya biasanya dapat tereduksi spontan. Pada tahap lanjut, pasien harus
memasukkan sendiri setelah defekasi. Dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak
dapat dimasukkan. Kotoran di pakaian dalam menjadi tanda hemoroid yang mengalami prolaps
permanen. Kulit di daerah perinial akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi bila timbul
thrombosis luas dengan edema dan peradangan.
Anamnesis harus dikaitkan dengan factor obstifasi, defekasi yang keras yang
membutuhkan tekanan intra abdominal tinggi (mengejan), juga sering pasien harus duduk
berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri yang merupakan gejala radang.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi bila telah terjadi thrombus. Bila
hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan
dapat dilihat pada satu atau beberapa kuadran.
Selanjutnya secara sistematik dilakukan pemeriksaan dalam rectal secara digital dan
dengan anoskopi. Pada pemeriksaan rectal secara digital mungkin tidak ditemukan apa-apa bila
masih dalam stadium awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan untuk melihat hemoroid interna
yang tidak mengalami penonjolan (kapita selekta kedokteran).
D. PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum
terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena
kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi
pada daerah tersebut dan nekrosis.
1. Hemorrhoid interna
Sumbatan aliran darah system porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan terbentuk
kolateral pada vena hemorroidalis superior dan medius. Selain itu Sistem vena portal tidak
mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
2. Hemorrid eksterna
Robeknya vena hemorroidalis inferior membentuk hematoma di kulit yang berwarna
kebiruan, kenyal-keras,dan nyeri. Bentuk ini sering nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Gejala Klinik Hemoroid
1. Gejala utama berupa :
a. Perdarahan melalui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses.
b. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemaroid sesuai gradasinya.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi
dan disusul reduksi spontan saat defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna
ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.
2. Gejala lain yang mengikuti :
a. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan edema yang meradang.
b. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
c. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi
Jenis-Jenis Hemoroid
Hemoroid diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Hemoroid eksterna, yaitu hemoroid yang muncul di luar sfingter anal
2. Hemoroid interna, yaitu hemoroid yang terjadi di atas sfingter anal (Brunner & Suddarth,
2001 : 1138)
Hemoroid Eksterna
Hemoroid Eksterna diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut : pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus (hematoma) nyeri dan gatal
b. Kronik : satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah
Hemoroid interna
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu:
a. Derajat I
Perdarahan merah segar tanpa nyeri saat defekasi, bila terjadi pembesaran hemoroid yang
tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II
Menonjol melalui kanalis analis pada saat mengejan ringan, tetapi dapat masuk kembali
secara spontan, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan.
c. Derajat III
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari. Hemoroid menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi
d. Derajat IV
Prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk mengalami trombosis atau
infark. Hemoroid menonjol keluar dan tidak dapat didorong masuk.
- Terlalu banyak duduk- Mengejan yang kronis- Stuwing vena- Kurang olah raga- Batuk yang kronis- Akibat portal hipertension
Penurunan kelancaran aliran darah pada vena
WOC
Penekanan pada vena
Terjadi pelebaran vena dan berkelok-kelok
Haemorrhoid
BAB keras
Mengenai saraf di anus
Perdarahan terus menerus
Penurunan kadar Hb
Tindakan Op haemorrhoidectomy
Terputusnya sensitivitas jaringan BAB ditahan
Gg. pola BAB
Anemis
Intoleransi aktivitas Gg. cairan elektrolit
- Nyeri - Resiko terjadinya infeksi - Gg. Keb. Istirahat (tidur)- Intoleransi aktivitas
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
F. TERAPI KONSERVATIF
Terapi Konservatif diberikan pada hemoroid derajat I dan II dimana bukan ditujuan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidalis tapi untuk menghilangkan keluhan. Terapi konservatif ini
diberikan untuk pasien dengan gejala yang minor dan memiliki kebiasaan diet atau higiene yang
tidak normal.
1. Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki cara defekasi.
Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola
atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri
atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam
posisi jongkok/squatting). Makanan berserat akan menyebabkan gumpalan isi usus besar namun
lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air
selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram
bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket
dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila
dibiarkan.
2. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala.
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
a. Obat yang memperbaiki defekasi
Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool
softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain psylium atau
isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago
ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan
volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung.
Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll).
b. Obat simptomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau
kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu.
Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid
atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat penghenti perdarahan
Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid
yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika
berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet
selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti,
edema, dan prolaps.
3. Invasif
Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan
tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif. Dilakukan jika pengobatan
farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.
Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat
I dan II. Dan selebihnya adalah eksisi (Felix, 2006).
Fiksasi terdiri dari:
a. Skleroterapi
Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat sklerosan yang
disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut
sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan
berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in almond oil dan 1% polidocanol.
Metode ini mudah dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik.
b. Rubber band ligation
Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena hemoroidalis sampai terjadi
ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur ini
dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.
c. Infrared thermocoagulation
Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya
mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping dari infrared berupa
kerusakan jaringan sekitar yang sehat, maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu
diukur akurat. Metode ini diperuntukkan pada derajat 1-2.
d. Laser haemorrhoidectomy
Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan
memotong. Namun, biayanya mahal.
e. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Metode ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara
tepat lokasi arteri hemoroidalis yang hendak dijahit.
f. Cryotherapy
Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang akurat dalam menentukan
area freezing.
G. TINDAKAN OPERATIF atau TINDAKAN HEMOROIDEKTOMI
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkatan pleksus hemoroidalis dan mukosa
atau tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih.
Buang air besar dengan perdarahan berupa darah segar dan tidak bercampur dengan
feses, prolaps hemoroid disertai dengan anal discharge, pruritus ani dan dermatitis disekitar anus
(proktitis).
Indikasi operasi
Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.
Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana.
Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
Kontra indikasi operasi
Hemoroid derajat I dan II
Penyakit Chron’s
Karsinoma rectum yang inoperable
Wanita hamil
Hipertensi portal
Teknik pengangkatan
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode:
1. Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier)
Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari
rectum.
2. Metode White head (eksis atau jahitan primer longitudinal)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol
3. Metode Morgan-Milligan
Semua primary piles diangkat
H. PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
b. Persiapan di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain:
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara
umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat
dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga
bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi. Komplikasi yang
paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang
serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit
yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135
– 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70
– 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi
harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam
jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-
paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah
yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.
7) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi
dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk
dan perut tidak boleh tegang.
2. Letakkan tangan diatas perut
3. Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut
tertutup rapat.
4. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui mulut.
5. Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
6. Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif
7. Latihan Batuk Efektif
8. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan
pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut
jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru
karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan
terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi
ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).
Faktor resiko
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
A. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko
lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun .
sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi
organ.
B. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan
dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan.
Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah
protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng
(diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali
sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan
mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit
dirawat karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring
dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif.
Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit
biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
C. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal
menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan
juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
D. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak
terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah
terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau
juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin
yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang
mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Penggunaan oabat-
obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.
E. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama
terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.
F. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-
masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko
pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka
sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari
asprirasi dengan pemasangan NGT.
I. PERSIAPAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah
fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan), MRI
(Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL
(Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo
Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit,
LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan
rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10
malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP
(ppst prandial).
J. KOMPLIKASI HEMOROIDEKTOMI
Komplikasi hemoroidektomi:
1. Komplikasi awal:
a) Rasa nyeri pasca operasi, berlangsung s/d 2-3 minggu. Hal ini terutama karena insisi dan
ligasi pedikel hemoroid.
b) Infeksi luka jarang terjadi, dapat timbul abses (1%), Infeksi nekrotikans berat jarang
ditemukan
c) Perdarahan pasca operasi
d) Pembengkakan jembatan-jembatan kulit
e) Inkontinesia berat jangka pendek
2. Komplikasi lanjut terdiri dari:
a) Stenosis ani
b) Terbentuknya skin tag
c) Kekambuhan
d) Fisura Ani. (retakan pada dinding anus yang disebabkan oleh peregangan akibat lewatnya
feses yang keras ataupun trauma) *fisiologi Sylvia 2006
e) Inkontinensia ringan
f) Infark feses, akibat penggunaan narkotika pasca operasi sebagai anti nyeri.
g) Perdarahan akibat pernanahan / infeksi daerah pedikel. Biasanya sehingga ikatan/ jahitan
terlepas. Hal in dapat terjadi pada pada hari ke 7-16 pasca operasi.Tidak ada tindakan
sepesifik yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi ini. Biasanya penderita harus
menjalani “operasi ulangan” untuk beberapa ligasi / jahitan hemostasis dengan di ruang
operasi.
K. PENCEGAHAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
3. Makan makanan berserat (buah, sayuran, sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-25 gram
sehari
4. Hindari terlalu banyak duduk
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar (seks anal).
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10. Jangan mengejan berlebihan
11. Duduk berendam pada air hangat
12. Minum obat sesuai anjuran dokter
13. Lakukan defekasi yang sehat.
L. PENDIDIKAN KESEHATAN DAN DISCHARD PLANNING
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien hemoroid yaitu:
1. Menjaga Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
2. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal dibantu dengan menggunakan
laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus.
3. Beritahukan klien Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk
dengan salep, supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah
baring.
4. Lakukan sitbath setiap kali setelah BAB paling kurang 1-2 minggu setelah operasi (untuk
pasien pasca operasi)
5. Makan diet berserat yang adekuat, minum paling sedikit 2000 ml cairan dan berolah raga
ringan.
6. Pelembek feses mungkin dibutuhkan setiap hari atau setiap beberapa hari hingga
penyembuhan sempurna.
7. Laporkan gejala-gejala : perdarahan rektal, nyeri terus menerus waktu defikasi, drainasse
yang supuratif
8. Dietetik dan kebiasaan defekasi “ yang sehat”.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus
atau nyeri pada saat defikasi
c. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa
hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes
2. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali.
Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa
juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis
3. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut
4. Riwayat social
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
3) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : Nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
4) Nutrisi
Gejala : Penurunan berat badan dan anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
5) Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur, Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
6) Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai
benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah
eksternal.
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong
angin
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan di
rumah
3. Intervensi
Pre Operasi
No.Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasilIntervensi Rasional
1. Resiko kekurangan
nutrisi berhubungan
dengan pecahnya vena
plexus hemmoroidalis
ditandai dengan
perdarahan yang terus -
menerus waktu BAB.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam, resiko
kekurangan
nutrisi
terpenuhi.
Kriteria hasil:
Tidak
terdapat
anemis
Perdarahan
terhenti
BB tidak
turun
Observasi tanda-
tanda anemis
Diet rendah sisa
atau serat selama
terjadi perdarahan
Berikan
penjelasan tentang
pentingnya diet
kesembuhan
penyakitnya
Beri kompres es
pada daerah
terjadinya
perdarahan
Beri obat atau
terapi sesuai
dengan pesanan
dokter
Tanda – tanda anemis
diduga adanya kekurangan
zat besi (Hb turun)
Dapat mengurangi
perangsangan pada daerah
anus sehingga tidak terjadi
perdarahan
Pendidikan tentang diet,
membantu keikut sertaan
pasien dalameningkatkan
keadaan penyakitnya
Pasien dengan pecahnya
vena plexus hemoriodalis
perlu obat yang dapat
membantu pencegahan
terhadap perdarahan yang
mememrlukan penilaian
terhadap respon secara
periodic
Pasien dengan pecahnya
vena flexus
hemmoroidalis perlu obat
yang dapat membantu
pencegahan terhadap
perdarahanyangmemerluk
an penilayan terhadap
respon obat tersebut secara
periodik
2. Defisit personal hygene
pada anus berhubungan
dengan massa yang
keluar pada daerah
eksternal
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam, terjaganya
kebersihan
anus.
Kriteria hasil:
Tidak ada
tanda-tanda
infeksi
Tidak terasa
gatal-gatal
pada daerah
anus
Rasa gatal
pada anus
berkurang
Berikan sit bath
dengan larutan
permagan
1/1000% pada
pagi dan sore hari.
Lakukan digital
(masukan prolaps
dalam tempat
semula setelah di
bersihkan)
Observasi keluhan
dan adanya tanda-
tanda perdarahan
anus
Beri penjelasan
cara
membersihkan
anus dan menjaga
kebersihanya
Meningkatkan kebersihan
dan memudahkan
terjadinya penyembuhan
prolaps
Peradangan pada anus
menandakan adanya suatu
infeksi pada anus
Pengetahuan tentang cara
membersihkan anus
membantu keikutsertaan
pasien dalam
mempercepat
kesembuhanya.
Post Operasi
No.Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasilIntervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan
dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan
terpasangnya cerobong
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
Beri posisi tidur
yang
menyenangkan
pasien
Dapat menurunkan
tegangan abdomen dan
meningkatkan rasa control
angin. selama 2 x 24
jam, gangguan
rasa nyaman
terpenuhi.
Kriteria hasil:
Tidak
terdapat
rasa nyeri
pada luka
operasi
Pasien
dapat
melakukan
aktivitas
ringan.
Skala nyeri
0-1
Klien
tampak
rileks
Ganti balutan
setiap pagi sesuai
tehnik aseptik
Latihan jalan
sedini mungkin
Observasi daerah
rektal apakah ada
perdarahan
Cerobong anus
dilepaskan sesuai
advice dokter
(pesanan)
Berikan
penjelasan tentang
tujuan
pemasangan
cerobong anus
(guna cerobong
anus untuk
mengalirkan sisa-
sisa perdarahan
yang terjadi
didalam agar bisa
Melindungi pasien dari
kontaminasi silang selama
penggantian balutan.
Balutan basah bertindak
sebagai penyerap
kontaminasi eksternal dan
menimbulkan rasa tidak
nyaman
Menurunkan masalah
yang terjadi karena
imobilisasi
Perdarahan pada jaringan,
imflamasi lokal atau
terjadinya infeksi dapat
meningkatkan rasa nyeri.
Meningkatkan fungsi
fisiologis anus dan
memberikan rasa nyaman
pada daerah anus pasien
karena tidak ada sumbatan
Pengetahuan tentang
manfaat cerobong anus
dapat membuat pasien
paham guna cerobong
anus untuk kesembuhan
lukanya.
keluar)
2. Resiko terjadinya
infeksi pada luka
berhubungan dengan
pertahanan primer
tidak adekuat
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam, resiko
infeksi teratasi.
Kriteria hasil:
tidak
terdapat
tanda-tanda
infeksi
(dolor,
kalor,
rubor,
tumor,
fungsioles)
radang luka
mengerin
hasil LAB:
leukosit
dan
trombosit
Observasi tanda
vital tiap 4 jam
Observasi balutan
setiap 2 – 4 jam,
periksa terhadap
perdarahan dan
bau
Ganti balutan
dengan teknik
aseptik
Bersihkan area
perianal setelah
setiap defekasi
Berikan diet
rendah serat/ sisa
dan minum yang
cukup
Respon autonomik
meliputi TD, respirasi,
nadi yang berhubungan
denagan keluhan /
penghilang nyeri .
Abnormalitas tanda vital
perlu di observasi secara
lanjut
Deteksi dini terjadinya
proses infeksi dan /
pengawasan penyembuhan
luka oprasi yang ada
sebelumnya
Mencegah meluas dan
membatasi penyebaran
luas infeksi atau
kontaminasi silang
Mengurangi / mencegah
kontaminasi daerah luka
Mengurangi ransangan
pada anus dan mencegah
mengedan pada waktu
defikasi
3. Kurang pengetahuan
yang berhubungan
dengan kurang
informasi tentang
perawatan dirumah.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam, kurangnya
Diskusikan
pentingnya
penatalaksanaan
diet rendah sisa
Pengetahuan tentang diet
berguna untuk melibatkan
pasien dalam
merencanakan diet di
rumah yang sesuai dengan
yang dianjurkan oleh ahli
pengetahuan
teratas
Kriteria hasil:
klien tidak
banyak
bertanya
tentang
penyakitnya
Pasien
dapat
menyatakan
atau
mengerti
tentang
perawatan
di rumah
Keluarga
klien
paham
tentang
proses
penyakit
Klien
menunjukk
an wajah
tenang
Demontrasikan
perawatan area
anal dan minta
pasien
mengulanginya
Berikan rendam
duduk sesuai
pesanan
Bersihkan area
anus dengan baik
dan keringkan
seluruhnya setelah
defekasi
Berikan balutan
Diskusikan gejala
infeksi luka untuk
dilaporkan ke
dokter
Diskusikan
mempertahankan
difekasi lunak
dengan
menggunakan
pelunak feces dan
makanan laksatif
gizi
Pemahaman akan
meningkatkan kerja sama
pasien dalam program
terapi, meningkatkan
penyembuhan dan proses
perbaikan terhadap
penyakitnya
Meningkatkan kebersihan
dan kenyaman pada
daerah anus (luka atau
polaps)
Melindungi area anus
terhadap kontaminasi
kuman-kuman yang
berasal dari sisa defekasi
agar tidak terjadi infeksi
Melindungi daerah luka
dari kontaminasi luar
Pengenalan dini dari
gejala infeksi dan
intervensi segera dapat
mencegah progresi situasi
serius
Mencegah mengejan saat
difekasi dan melunakkan
feces
alami
Jelaskan
pentingnya
menghindari
mengangkat
benda berat dan
mengejan
Menurunkan tekanan intra
abdominal yang tidak
perlu dan tegangan otot
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Hemoroid. http://medlinux.blogspot.com/2009/02/hemoroid.html. (diakses : 21
Maret 2013).
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://ilmukedokteran.blog.ca/2010/12/07/askep-hemoroid-10134695/
http://www.gocb.co.cc/2011/03/askep-hemoroid.html
Johnson, M., 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,
Philadelphia.
McCloskey,J.C. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC), second edition, Mosby,
Philadelphia.
NANDA, 2009. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2007 – 2008, NANDA
International, Philadelphia.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC