ILEUS BILL.doc

42
REFERAT ILEUS Pembimbing : Dr. Aunurrafieq Sp.B Disusun oleh : NABIL HARIZ 1102010196 Kepaniteraan Bedah RSUD Pasar Rebo RSUD PASAR REBO JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

description

ileus

Transcript of ILEUS BILL.doc

Page 1: ILEUS BILL.doc

REFERAT ILEUS

Pembimbing :

Dr. Aunurrafieq Sp.B

Disusun oleh :

NABIL HARIZ

1102010196

Kepaniteraan Bedah RSUD Pasar Rebo

RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

Page 2: ILEUS BILL.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus yang

segera memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan

oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya

membutuhkan tindakan operatif. 

Merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai 60-70% dari

seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendisitis akut. Ileus memiliki mortalitas tinggi jika

tidak segera didiagnosis dan ditangani dalam 24 jam.

Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson,

2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderitaileus setiap tahunnya (Jeekel,

2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileusparalitik dan obstruktif tanpa hernia yang

dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 (Departemen Kesehatan Indonesia).

Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan darurat,dan

mortalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan awal dan diagnosis yang tepat.

Perlekatan usus sebagai penyebab dari Ileus saat ini menempati urutan pertama. Maingot

melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari Ileus adalah perlekatan. Survey Ileus Obstruksi di

RSUD DR. Soetomo pada tahun 2001 mendapatkan 50% dari penyebabnya adalah perlekatan

usus, kemudian diikuti Hernia 33,3%, keganasan 15%, Volvulus 1,7%.

Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Keduanya

memiliki cara penanganan yang berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus

yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis,

perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada

dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian. 

Obstruksi usus besar sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomic seperti

volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi kolon lebih kompleks

karena masalahnya tidak bisa hilang dengan sekali operasi saja. Terkadang cukup sulit untuk

menentukan jenis operasi kolon karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan

letak anatominya.

1

Page 3: ILEUS BILL.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 ANATOMI

Usus halus

Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan

usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke

hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang

membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan

sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M

sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus

halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan

usus penyerapan (ileum). 1

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari

merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di

ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar

pada derajat sembilan.Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas

dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang

berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam

duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika

penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan. 1,2

2. Jejunum

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus

halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia

2

Page 4: ILEUS BILL.doc

dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.

Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang

memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas

jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan

usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk

membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari

kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari

bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”. 1

3. Ileum

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan

manusia) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan

dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan

berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. 1

Usus Besar (Kolon)

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5

m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar

daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin

kecil. 1,2

3

Page 5: ILEUS BILL.doc

Usus besar dibagi menjadi

sekum, kolon dan rektum. Pada

sekum terdapat katup ileocaecal dan

appendiks yang melekat pada ujung

sekum. Sekum menempati dekitar

dua atau tiga inci pertama dari usus

besar. Katup ileocaecal mengontrol

aliran kimus dari ileum ke sekum.

Kolon dibagi lagi menjadi kolon

ascendens, transversum, descendens

dan sigmoid. Kolon ascendens

berjalan ke atas dari sekum ke

permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah

mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura

hepatik). 1

Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra

sampai fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke

bawah, membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan

kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon

sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga

pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum,

meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di sini rektum melanjutkan diri sebagai

anus dalam perineum. 1

Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (sekum,

kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum) dengan cabangnya yaitu a.

ileokolika, a. kolika dekstra, a. kolika media, serta a. pancreaticoduodenalis inferior dan arteria

mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon

descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum) melalui a. kolika sinistra, a. sigmoidalis,

a. hemoroidalis superior. 1

4

Page 6: ILEUS BILL.doc

Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi limphatici mesenterikus dan akhirnya

mencapai nodi limphatici mesenterikus superior. Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan

cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak di sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk

kolon ascendens dan dua pertiga dari kolon transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi

limphatici mesenterikus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga distal kolon transversum

dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici mesenterikus inferior. 1

Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter

eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan kolon ascendens

dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf

mesenterikus superior. Pada kolon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan

saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesenterikus superior

dan inferior. 1

Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolon transversum,

sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon

descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis dari pleksus saraf mesenterikus inferior dan saraf

parasimpatis nervus pelvikus. Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan

kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai

efek berlawanan. 1

2.2 FISIOLOGI

Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan-bahan

nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh

kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan di

dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,

lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret

pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim.

Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga

memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus

enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan

zat – zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus akan mencampur zat –zat

yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan sekresi usus dan pergerakan peristaltik

5

Page 7: ILEUS BILL.doc

mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung

lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk

absorbsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.

Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir

pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melalui

dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk

digunakan oleh sel – sel tubuh. Selain itu, air,

elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.

Kontraksi usus halus disebabkan oleh

aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2

lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan

otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada

kontraksi segmentasi untuk mencampur makanan

adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami

distensi oleh makanan, dinding usus halus akan

berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini

melibatkan segmen usus halus sekitar 1 – 4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang

berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian

seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini

berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan mengadakan

hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbs (Price, 2002).

Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang

merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi

berlangsung 8 sampai 12 kali/menit pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum.

Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan menuju ke arah kolon dengan

kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian

distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar

3 sampai 5 cm

Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian besar

disebabkan oleh masuknya makanan ke duodenum sehingga menimbulkan refleks peristaltik

yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin, CCK, serotonin, dan

6

Page 8: ILEUS BILL.doc

insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus. Sebaliknya sekretin dan glukagon

menghambat pergerakan usus halus.

Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di dalam

caecum meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal akan meningkat

dan gerakan peristaltik ileum akan berkurang sehingga memperlambat pengosongan ileum. Bila

terjadi peradangan pada caecum atau pada appendiks maka sfingter ileocaecal akan mengalami

spasme, dan ileum akan mengalami paralisis sehingga pengosonga ileum sangat terhambat.

2.3 ILEUS

Definisi

Ileus merupakan suatu kondisi dimana terdapat gangguan pasase (jalannya makanan) di

usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terutama dibagi dua berdasarkan

penyebabnya, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik .

Epidemiologi

Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson,

2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya

(Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia

yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 (Departemen Kesehatan

Indonesia). Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan darurat,dan

mortalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan awal dan diagnosis yang tepat.

Perlekatan usus sebagai penyebab dari Ileus saat ini menempati urutan pertama. Maingot

melaporkan bahwa sekitar 70% penyebab dari Ileus adalah perlekatan. Survey Ileus Obstruksi di

RSUD DR. Soetomo pada tahun 2001 mendapatkan 50% dari penyebabnya adalah perlekatan

usus, kemudian diikuti Hernia 33,3%, keganasan 15%, Volvulus 1,7%.

Klasifikasi

a. Ileus mekanik

1) Berdasarkan lokasi obstruksi

Letak tinggi : bila mengenai usus halus (gaster-ileum terminal)

Letak rendah : bila mengenai usus besar (ileum terminal-anus)

2) Berdasarkan sifat sumbatan

7

Page 9: ILEUS BILL.doc

Partial obstruction : terjadi sumbatan sebagian lumen

Simple obstruction : terjadi sumbatan total yang tidak disertai terjepitnya

pembuluh darah. Biasanya terjadi pada obstruksi usus yang disebabkan oleh tumor

atau askariasis.

Strangulated obstruction: terjadi penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi

iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan

gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. Biasanya

terjadi pada obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan

volvulus.

3) Berdasarkan kecepatan timbul

Akut : dalam hitungan jam

Kronik : dalam hitungan minggu

Kronik dengan serangan akut

b. Ileus neurogenik

1) Adinamik/ileus paralitik : ileus timbul karena adanya lesi saraf (terjepit, peritonitis

umum) sehingga terjadi paralisis yang berakibat ileus paralitik.

2) Dinamik/ileus spastika : ileus terjadi karena rangsangan saraf, keracunan, histeri,

neurasteni, sehingga timbul kenaikan rangsang terlalu kuat, saraf parasimpatik di

tunika muskularis yang berkotraksi bersamaan dimana normalnya bergantian yang

berakibat spasme dan makanan tidak bisa menuju distal.

c. Ileus vascular

Ileus yang berhubungan dengan penyakit jantung, karena adanya trombus/embolus

pada pembuluh darah sehingga timbul iskemik, gangren, nekrosis, bisa juga perforasi.

2.3.1 Ileus Paralitik

2.3.1.1 Definisi

Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu

melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya (Sjamsuhidajat, 2003). Ileus paralitik

ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan

(operasi) yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat

mempengaruhi kontraksi otot polos usus. Ileus paralitik merupakan kondisi dimana terjadi

8

Page 10: ILEUS BILL.doc

kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi mekanik. (Badash,

2005)

Ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara akibat suplai saraf otonom

mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang

usus, contohnya amiloidosis, distrofi otot, gangguan endokrin, seperti diabetes militus, atau

gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson (Sjamsuhidajat, 2003)

2.3.1.2 Etiologi

Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intraabdominal seperti

pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis,

perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi,

sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit

(hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang

mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus

halus biasanya pertama kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam)

dan kolon (48-72 jam). (Badash, 2005)

Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus

mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk mengangkut isi usus. Kurangnya

tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus.

Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan yang

paling umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang diharapkan

dari pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2-3 hari, setelah

motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah

operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi

setelah operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan retroperitoneal

dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat terjadi setelah pembedahan kolon.

Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi

kolon ileus terbuka.

Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus merasa tidak

nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi paru. Ileus juga meningkatkan

katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus meningkatkan biaya perawatan medis

karena memperpanjang rawat inap di rumah sakit (Badash, 2005).

9

Page 11: ILEUS BILL.doc

Beberapa penyebab terjadinya ileus:

Trauma abdomen

Pembedahan perut (laparatomy)

Serum elektrolit abnormalitas

Hipokalemia

Hiponatremia

Hipomagnesemia

Hipermagensemia

Infeksi, inflamasi atau iritasi (empedu, darah)

1. Intrathorak

1. Pneumonia

2. Lower lobus tulang rusuk patah

3. Infark miokard

2. Intrapelvic (misalnya penyakit radang panggul)

3. Rongga perut

1. Radang usus buntu

2. Divertikulitis

3. Nefrolisiasis

4. Kolesistitis

5. Pankreatitis

6. Perforasi ulkus duodenum

Iskemia usus

1. Mesenterika emboli, trombosis iskemia

Cedera tulang

1. Patah tulang rusuk

2. Vertebral Retak (misalnya kompresi lumbalis Retak )

Pengobatan

1. Narkotika

10

Page 12: ILEUS BILL.doc

2. Fenotiazin

3. Diltiazem atau verapamil

4. Clozapine

5. Obat Anticholinergic

2.3.1.3 Patofisiologi

Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf

simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan

banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem

simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui

pengaruh langsung norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia

merangsangnya), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin

pada neuron-neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis

dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal (Badash, 2005).

Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan

menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun tidak

semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa

neuron bersifat inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor,

kemungkinan peptide intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.

Menurut beberapa hipotesis, ileus pasca operasi dimediasi melalui aktivasi hambat busur

refleks tulang belakang. Secara anatomis, 3 refleks berbeda yang terlibat: ultrashort refleks

terbatas pada dinding usus, refleks pendek yang melibatkan ganglia prevertebral, dan refleks

panjang melibatkan sumsum tulang belakang. (Nobie, 2003)

Respon stres bedah mengarah ke generasi sistemik endokrin dan mediator inflamasi yang juga

mempromosikan perkembangan ileus.

Penyakit atau keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan seperti yang

tercantum dibawah ini:

Neurogenik

- Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada operasi abdominal.

11

Page 13: ILEUS BILL.doc

- Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan neurotransmitter

asetilkolin.

Hormonal

Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum

terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam lemak dan

monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat dalam

meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan empedu kedalam usus

halus dimana empedu kemudian memainkan peranan penting dalam mengemulsikan

substansi lemak sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi. Kolesistokinin juga

menghambat motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu disaat bersamaan dimana

hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu, hormon ini juga menghambat

pengosongan makanan dari lambung untuk memberi waktu yang adekuat supaya terjadi

pencernaan lemak di traktus gastrointestinal bagian atas.

Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung juga memiliki

fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin berperan sebagai respons dari

getah asam lambung dan petida penghambat asam lambung sebagai respons terhadap

asam lemak dan asam amino.

Inflamasi

- Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).

- prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.

Farmakologi

Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari pleksus

mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos usus dan menghambat

gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan untuk gerakan propulsi.

- Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang mempersarafi otot polos

usus.

2.3.1.4 Manifestasi Klinik

Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yang disebabkan

oleh penghambatan neuromuscular dengan aktifitas simpatik yang berlebihan. Sangat umum,

terjadi setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus akan kembali normal pada: usus kecil 24

jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari.12

Page 14: ILEUS BILL.doc

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention),

anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut

kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus

obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik

abdomen yang paroksismal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan

bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi,

pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi

peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis,

manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis.

2.3.1.5 Diagnosa

Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu

bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus

halus atau besar.

Anamnesa

Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus, rasa mual dan

dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB ataupun flatus, rasa

tidak nyaman diperut tanpa disertai nyeri.

Pemeriksaan fisik

- Inspeksi

Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit

maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen,

hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus tidak terlihat gerakan peristaltik.

- Palpasi

Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan,

yang mencakup ‘defence muscular’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa

yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.

- Perkusi

Hipertimpani

- Auskultasi

13

Page 15: ILEUS BILL.doc

Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan borborigmi

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit.

Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar elektrolit, ureum,

glukosa darah dan amylase. Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis.

Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar. Air fluid level

ditemukan berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada

ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila dengan

pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan foto abdomen dengan

mempergunakan kontras.

2.3.1.6 Penatalaksanaan

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa

dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer

dan pemberiaan nutrisi yang adekuat (Sjamsuhidajat, 2003) Prognosis biasanya baik,

keberhasilan dekompresi kolon dari ileus telah dicapai oleh kolonoskopi berulang (Levine,

1992). Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau parasimpatomimetik

pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa

nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit

dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip

pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat

untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin

dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. (Sjamsuhidajat, 2003)

1. Konservatif

Penderita dirawat di rumah sakit.

Penderita dipuasakan

Kontrol status airway, breathing and circulation.

Dekompresi dengan nasogastric tube.

Intravenous fluids and electrolyte

14

Page 16: ILEUS BILL.doc

Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

2. Farmakologis

Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.

Analgesik apabila nyeri.

Prokinetik: Metaklopromide, cisapride

Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin

Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

3. Operatif

Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis

sekunder atau rupture usus. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan

teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

Pintas usus : ileostomi, kolostomi.

Reseksi usus dengan anastomosis

Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.

2.3.1.7 Diagnosis Banding

Masalah lain yang perlu dipertimbangkan

Masalah umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga disebut sebagai sindrom

Ogilvie, dan obstruksi usus mekanik.

Pseudo-obstruction (Pseudo-obstruksi)

Pseudo-obstruksi didefinisikan sebagai penyakit akut, ditanda dengan distensii dari usus

besar. Seperti ileus, itu terjadi didefinisikan karena tidak adanya gangguan mekanik. Beberapa

teks dan artikel cenderung menggunakan ileus sinonim dengan pseudo-obstruksi. Namun, kedua

kondisi itu adalah hal yang berbeda. Pseudo-obstruksi ini jelas terbatas pada usus besar saja,

sedangkan ileus melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar kanan terlibat dalam

klasik pseudo-obstruksi, yang biasanya terjadi pada pasien yang terbaring lama di tempat tidur

dengan gambaran penyakit ekstraintestinal serius atau pada pasien trauma. Agen farmakologis,

15

Page 17: ILEUS BILL.doc

aerophagia, sepsis, dan perbedaan elektrolit juga dapat berkontribusi untuk kondisi ini.Kondisi

kronis pada pseudo-obstruksi usus juga diamati pada pasien dengan penyakit kolagen-vaskular,

miopati viseral, atau neuropati. Bentuk kronis dari pseudo-obstruksi melibatkan dismotilitas baik

dari usus besar dan kecil. Dismotilitas ini disebabkan hilangnya kompleks motorik yang

berpindah dan bakteri berlebih. semua hal ini bermanifestai klinik sebagai obstruksi usus kecil.

Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan tanda perut kembung tanpa rasa sakit, namun

pasien bisa juga mempunyai gejala mirip obstruksi. Radiografi dari foto polos abdomen

mengungkapkan adanya keadaan yang terisolasi, dilatasi usus proksimal yang membesar, seperti

yang ditunjukkan pada gambar di bawah, dan pencitraan kontras membedakan ini dari obstruksi

mekanik.

Distensi kolon dapat mengakibatkan perforasi caecum, terutama jika diameter caecum

melebihi 12 cm. Tingkat kematian untuk pseudo-obstruksi adalah 50% jika pasien berkembang

menjadi nekrosis iskemik dan perforasi.

Perawatan awal meliputi hidrasi, pemasangan NGT dan rectal tube, koreksi

ketidakseimbangan elektrolit, dan penghentian obat yang menghambat motilitas usus.

Dekompresi melalui kolonoskopi cukup efektif dalam mengurangi pseudo-obstruksi.

Neostigmine intravena mungkin juga efektif, menghasilkan perbaikan pseudo-obstruksi dalam

waktu 10-30 menit. Dosis 2,5 mg dari neostigmine diinfuskan perlahan-lahan selama 3 menit

dengan pengawasan jantung untuk mengamati efek bradikardi. Jika terjadi bradikardia, atropin

harus diberikan. Laparotomi dan reseksi usus untuk peritonitis dan iskemia merupakan jalan

terakhir.

Obstruksi Mekanik

Obstruksi mekanik usus dapat disebabkan oleh adhesi, volvulus , hernia, intususepsi ,

benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut berat yang paroksismal.

Pemeriksaan fisik ditemukan borborygmi bertepatan dengan kram perut. Pada pasien yang kurus,

gelombang peristaltik dapat divisualisasikan. Dengan auskultasi dapat terdengar suara bernada

tinggi, denting suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien

mengeluhkan tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika katup ileocecal

kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata jika pasien mengalami

strangulasi dan perforasi.Tabel berikut menyajikan perbedaan antara ileus, pseudo-obstruksi, dan

obstruksi mekanis.

16

Page 18: ILEUS BILL.doc

Ileus Pseudo-obstruksi Mekanikal Obstruksi

Gejala Sakit perut, kembung,

mual, muntah,

konstipasi

Nyeri kram perut,

konstipasi, obstipasi,

mual, muntah,

anoreksia

Nyeri kram perut,

konstipasi, obstipasi,

mual, muntah,

anoreksia

Temuan Pemeriksaan

Fisik

Silent abdomen,

kembung, timpani

Borborygmi, timpani,

gelombang peristaltik,

bising usus hiperaktif

atau hipoaktif, distensi,

nyeri terlokalisasi

Borborygmi, timpani,

gelombang peristaltik,

bising usus hiperaktif

ayau hipoaktif,

distensi, nyeri

terlokalisasi

Gambaran

Radiografi

dilatasi usus kecil dan

besar, diafragma

meninggi

dilatasi usus besar

yang terlokalisir,

diafragma meninggi

Bow-shaped loops in

ladder pattern,

berkurangnya gas

kolon di distal,

diafragma agak tinggi,

air fluid level.

Tabel. Karakteristik ileus, Pseudo-obstruksi, dan Mekanik Sumbatan. (Fiedberg, 2004)

Tabel. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.

Macam

ileus

Nyeri Usus Distensi Muntah

borborigmi

Bising usus Ketegangan

abdomen

Obstruksi

simple

tinggi

++

(kolik)

+ +++ Meningkat -

Obstruksi

simple

rendah

+++

(Kolik)

+++ +

Lambat,

fekal

Meningkat -

Obstruksi ++++ ++ +++ Tak tentu +

17

Page 19: ILEUS BILL.doc

strangulasi (terus-

menerus,

terlokalisir)

biasanya

meningkat

Paralitik + ++++ + Menurun -

Oklusi

vaskuler

+++++ +++ +++ Menurun +

2.3.1.8 Prognosis

Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu sendiri. Bila ileus hasil

dari operasi perut, kondisi ini biasanya bersifat sementara dan berlangsung sekitar 24-72 jam.

Prognosis memburuk pada kasus-kasus tetentu dimana kematian jaringan usus terjadi; operasi

menjadi perlu untuk membuang jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus cepat

tertangani maka prognosis menjadi lebih baik.

2.3.2 Ileus Mekanik (Ileus Obstruktif)

2.3.2.1 Definisi

Ileus adalah hambatan pasase usus yang dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau

gangguan peristalsis usus. Secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu Ileus Obstruktif dan Ileus

Paralitik. Ileus yang disebabkan oleh

obstruksi disebut juga ileus mekanik, dan

memiliki angka kejadian tersering.

2.3.2.2 Klasifikasi

Lokasi Obstruksi

Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum

Letak Tengah : Ileum Terminal

Letak Rendah : Colon-Sigmoid-

rectum

Stadium

Parsial : menyumbat lumen sebagian

Simple/Komplit: menyumbat lumen total

Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa 

18

Page 20: ILEUS BILL.doc

2.3.2.3 Etiologi

i. Penyempitan lumen usus

Isi Lumen : Benda asing, skibala, ascariasis.

Dinding Usus : stenosis (radang kronik),

keganasan.

Ekstra lumen : Tumor intraabdomen.

ii. Adhesi

iii. Invaginasi 

iv. Volvulus 

v. Malformasi Usus

19

A. Hernia inkarserata B. InvaginasiC. Adesi D. Volvulus E. Tumor ususF. Askaris

Page 21: ILEUS BILL.doc

2.3.2.4Patofisiologi

Pada ileus obstruksi, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan

neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah

yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps.

Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi udema

dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan

progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko

dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian. (Purnawan, 2009)

Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan dengan hernia

inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi biasanya berawal dari

obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemia yang cepat pada

dinding usus. Usus menjadi udema dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi. 

2.3.2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis.

Nyeri (Kolik)

Obstruksi usus halus : nyeri dirasakan disekitar umbilikus

Obstruksi kolon : nyeri dirasakan disekitar suprapubik.

Muntah

Stenosis Pilorus : Encer dan asam

Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan

Obstruksi kolon : onset muntah lama.

Perut Kembung (distensi)

Konstipasi

Tidak ada defekasi

Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan

adanya hernia inkarserata. Selain itu, invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar

berupa lendir dan darah. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus

serta onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset

yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

20

Page 22: ILEUS BILL.doc

2. Pada pemeriksaan fisik dapat pula ditemukan :

Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti : 

Takikardia, pireksia (demam), Rebound tenderness, nyeri lokal, hilangnya suara usus

local. Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi. 

Adanya obstruksi ditandai dengan :

Inspeksi

Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan

skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen

berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.

Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan

peristaltik melemah sampai hilang.

Perkusi

Hipertimpani

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Rectal Toucher

- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

- Feses yang mengeras : skibala

- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

3. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat

membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap

awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya

hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase

sering didapatkan.10 Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya

21

Page 23: ILEUS BILL.doc

terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non

strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan

adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik

bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.

Radiologik

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto

polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen

mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada

obstruksi kolon.

Foto Polos Abdomen

Dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level” terutama pada obstruksi

bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka

akan terlihat gambaran berupa hilangnya mucosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding

usus. Pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga dan air-

fluid level. Penggunaan kontras dikontraindikasikan jika adanya perforasi-peritonitis. Barium

enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus.

Gambar 2.4 Radiolagi dari Ileus obstruktif (American Gastroenterological Association,

2003)

2.3.2.6 Diagnosis banding

Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:

1. Carcinoid gastrointestinal.22

Page 24: ILEUS BILL.doc

2. Penyakit Crohn.

3. Intussuscepsi pada anak.

4. Divertikulum Meckel.

5. Ileus meconium.

6. Volvulus.

7. Infark Myocardial Akut.

8. Malignansi, Tumor Ovarium.

9. TBC Usus.

2.3.2.7 Penatalaksanaan

Obstruksi mekanis di usus dan jepitan atau lilitan harus dihilangkan segera setelah

keadaan umum diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan meliputi

tatalaksana dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit dan dekompresi pipa lambung.

Tindakan bedah dilakukan apabila terdapat strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata dan

tidak ada perbaikan pada pengobatan konservatif. (Purnawan,2009)

1. Persiapan penderita

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi ileus

secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang

atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :

Balance Penderita dirawat di rumah sakit.

Penderita dipuasakan

Kontrol status airway, breathing and circulation.

Dekompresi dengan nasogastric tube.

Intravenous fluids and electrolyte

Dipasang kateter urin untuk menghitung cairan.

2. Operatif

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya

maupun kondisi sebelum sakit.

Apakah ada risiko strangulasi.

23

Page 25: ILEUS BILL.doc

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong

dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama,

sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus :

a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk

membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan

oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang

tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada

Ca stadium lanjut.

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk

mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi

strangulate dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik

oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca

sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus

dan anastomosis.

3. Pasca Operasi

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih

ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen usus

tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut mengandung banyak bahan-

bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus

kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah

berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.

Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca bedah.

Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam basa

darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut,

apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai

selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis.

Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian

24

Page 26: ILEUS BILL.doc

antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

(Purnawan, 2009)

2.3.2.8 Komplikasi 

Nekrosis usus

Perforasi usus

Sepsis

Syok-dehidrasi

Abses

Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

Pneumonia aspirasi dari proses muntah

Gangguan elektrolit

2.3.2.9 Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera

dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau

komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya

baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat

2.3.3 Ileus Vaskuler

Etiologi

Terjadi akibat adanya sumbatan pada cabang-cabang arteri vena mesentrika superior, arteri vena

mesentrika inferior oleh thrombus dan embolus sehingga terjadi : gangren hekrose

nekroseis perforasi cepat terjadi toksemia. Terjadinya ileus vaskuler juga dihubungkan

dengan penderita infark miokard dan atrium fibrilasi.

Komplikasi

1. Trombus yang hebat vasa yang tersumbat pecah perdarahan

2. Keluarnya lendir, darah per anus

Penanganan

1. Tidak ada tindakan konservatif (karena terjadinya lambat maka diagnose ditegakkan

setelah muncul gejala hebat)

2. Tindakan operatif : Dilakukan laparotomi, bila ada perdarahan diatasi dengan reseksi

segmen usus dengan mesentriumnya lalu dilakukan end to end anastomose.

25

Page 27: ILEUS BILL.doc

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ileus dibedakan menjadi beberapa macam, ileus obstruktif, ileus paralitik dan ileus

vaskuler, Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Penyebab

terbanyak dari Ileus adalah perlekatan atau adhesi, kemudian diikuti Hernia, keganasan, dan

Volvulus.

Penegakan diagnosis pada illeus meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang, terdapat 4 gejala cardinal yang sering dijumpai yaitu nyeri abdomen (kolik

abdomen), muntah, distensi dan konstipasi. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takikardia,

demam, nyeri tekan abdomen, nyeri lokal pada perut, dan distensi perut. Salah satu pemeriksaan

penunjang pada illeus adalah pemeriksaan radiologi, gambaran radiologi berupa pengumpulan

gas dalam lumen usus yang melebar (dilatasi) dinding usus menebal membentuk gambaran

heering bone appearance dan terdapat gambaran Air fluid level.

Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu sendiri, bila penyebab

primer dari ileus cepat tertangani maka prognosis menjadi lebih baik. Prognosis ileus baik bila

diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.

26

Page 28: ILEUS BILL.doc

DAFTAR PUSTAKA

American Gastroenterological Association. 2003. Reviews : Postoperatives Ileus : Etiologies and

Interventions. University of California San Fransisco : California.

Badash, Michelle. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical Bowel Obstruction).

EBSCO Publishing, 2005.

Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J., and Katz,

J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.

Davidson, Intestinal Obstruction. 2006. Available at: http//www.mayoclinic.com. Accessed july

9, 2012.

Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle, W.L., Li,

B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29,

2004.

Hamami, AH., Pieter, J., Riwanto, I., Tjambolang, T., dan Ahmadsyah, I. Usus Halus, apendiks,

kolon, dan anorektum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan

De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal: 615-681.

Levine, B.A., and Aust, J.B. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam Buku Ajar Bedah Sabiston’s

essentials surgery. Editor: Sabiston, D.C. Alih bahasa: Andrianto, P., dan I.S., Timan. Editor

bahasa: Oswari, J. Jakarta: EGC, 1992.

Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 2003. Available

at://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_ObstruksiIleus.pdf/06_ObstruksiIleus.html. Accessed

juli 20, 2012

Nobie BA. Obstruction, small bowel. 2007. Available at: http//www.emedicine.com. Accessed

juni 20, 2012.

Purnawan, Iwan. 2009. Ileus. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

27

Page 29: ILEUS BILL.doc

Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price, S.A., McCarty, L.,

Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC, 1994.

Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar Ilmu

Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal: 181-

192.

28