ileus obsrruktif
-
Upload
risa-maulida-widjaya -
Category
Documents
-
view
268 -
download
0
description
Transcript of ileus obsrruktif
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. U.I.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 60 tahun
S. Perkawinan : Menikah
Alamat : Sidamukti Rt 002/008
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 30 November 2015
No. RM : 312523
2. Anamnesis umum
Keluhan Utama
Perut kembung sejak 2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan
Tidak BAB dan kentut sejak 2 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan perut terasa kembung sejak 2 minggu SMRS.
Kejadiannya secara perlahan semakin lama perut os semakin membesar dan keras. Os
mengaku belum BAB dan kentut sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
perut (+), mual (+), muntah (+) berwarna cairan putih tapi tidak sering, pusing (+),
STATUS PASIEN
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. Cempaka Putih Tengah I/1
sesak (+), badan os terasa lemas. Os juga tidak bisa makan hanya bisa minum saja.
Sebelumnya os mengaku sering telat makan. Os sudah berobat ke dokter tetapi
keluhan os tidak membaik malah perut os semakin membesar.
Anamnesis khusus
Riwayat penyakit terdahulu
Belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya
Riwayat DBD, Demam tifoid, Malaria, dan Hepatitis disangkal
Riwayat TB disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Asma Disangkal
Os pernah menjalani operasi batu ginjal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu
Riwayat penyakit dalam keluarga
Ibu os memiliki riwayat penyakit hipertensi
Os menyangkal adanya riwayat penyakit diabetes kencing manis, asma, TB
dan penyakit jantung dalam keluarga os.
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan yang sama
seperti pasien.
Riwayat alergi obat
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat sebelumnya.
Riwayat pengobatan
Os sudah berobat ke dokter dan di berikan obat-obatan tetapi keluhan yang di
rasakan os tidak kunjung membaik
Riwayat Psikososial
Os perokok berat sejak usia muda. Jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-
buahan. Os mengaku makan tidak tidak teratur. Minum alcohol (-)
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
1
GCS : 15 (Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 121/82 mmHg
Nadi : 117 x/menit (regular, kuat angkat dan isi cukup)
Respirasi : 22 x/menit (regular)
Suhu : 36,6°C
Status general
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : Normonasi, Deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-), darah (-)
Mulut : Mukosa bibir basah (+), sianosis (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-
T1
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), bruit arteri karotis (-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hepar setinggi ICS 6
midclavicularis dextra.
Auskultasi : Suara nafas vesikular (+/+), Ronki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV parasternalis dextra
Batas jantung atas : ICS II parasternalis sinistra
Batas jantung kiri : ICS V midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II murni regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen buncit, membesar
Auskultasi : bising usus sedikit berkurang
2
Perkusi : hipertympani di seluruh regio abdomen
Palpasi : Keras, nyeri tekan (-) , nyeri episgastrium (-), hepatomegali (-),
splenomegali(-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis
Inferior : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Turgor kulit baik (+)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal (satuan normal)
Elektrolit (Na, K, Cl)
Natrium 148 135-148 mmol/l
Kalium 2,9 3,5-5,3 mmol/l
Klorida 109 95-108 mmol/l
Radiologi
Foto abdomen datar 2 posisi
3
Peritoneal fat normal
Distribusi udara usus halus meningkat tisak tampauk udara mengisi daerah pelvis
Dinding menebal, air fluid level (+)
Tidak tampak free air
Kesan : suspek ileus obstrukti
Tidak ada tanda-tanda penumoperitonium
Diagnosis
4
Ileus obtruktif
Penatalaksanaan
Infus RL 20 tpm
Ondansentron 3x8 gr
Ranitidine 2x1 mg
Ceftriaxone 1x2 gr
Pasang NGT
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan mekanis yang
disebabkan oleh adanya kelainan dalam lumen usus, dinding usus, atau luar usus
yang menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrosis pada segmen usus tersebut.
Ileus obstruktif adalah kegagalan isi intestinal untuk melanjutkan
perjalanannya menuju ke anus. Suatu penyebab fisik menyumbat usus (baik usus
besar maupun usus halus) dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebagian
maupun total. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau
kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Tipe obstruksi usus terdiri dari :
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau
kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid
dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia
dan abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis
dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
2.2 Epidemiologi
6
Ileus obstruktif merupakan salah satu kegawatdaruratan abdominal dengan
tingkat mortalitas yang berkisar antara 2-8% yang dapat meningkat hingga 25%
bila terdapat iskemik dan keterlambatan penanganan. Perlekatan usus sebagai
penyebab dari Ileus saat ini menempati urutan pertama. Maingot melaporkan
bahwa sekitar 70% penyebab dari Ileus adalah perlekatan. Survey Ileus Obstruksi
di RSUD DR. Soetomo pada tahun 2001 mendapatkan 50% dari penyebabnya
adalah perlekatan usus, kemudian diikuti Hernia 33,3%, keganasan 15%, Volvulus
1,7%.
2.3 Etiologi
Ileus obstruktif sering dijumpai dan merupakan penyebab terbesar
pembedahan pada akut abdomen. Hal ini terjadi ketika udara dan hasil sekresi tak
dapat melewati lumen intestinal karena adanya sumbatan yang menghalangi.
Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan oleh tiga mekanisme:
- Blokade intralumen (obturasi)
- Intramural atau lesi intrinsik dari dinding usus
- Kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari intestinal.
Berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya obstruksi intestinal
biasanya terjadi melalui satu mekanisme utama. Satu pertiga dari seluruh pasien
yang mengalami ileus obstruktif, ternyata dijumpai lebih dari satu faktor etiologi
yang ditemukan saat dilakukan operasi.
7
Gambar 1. Penyebab ileus obstruktif (Sumber: Simatupang, 2010)
Penyebab terjadinya ileus obstruktif beragam jumlahnya berdasarkan umur
dan tempat terjadinya obstruksi. Adhesi post operatif merupakan penyebab utama
dari terjadinya obstruksi usus halus. Pada pasien yang tidak pernah dilakukan
operasi laparotomi sebelumnya, adhesi karena inflamasi dan berbagai hal yang
berkaitan dengan kasus ginekologi harus dipikirkan. Adhesi, hernia, dan malignansi
merupakan 80% penyebab dari kasus ileus obstruktif. Pada anak-anak, hanya 10%
obstruksi yang disebabkan oleh adhesi; intususepsi merupakan penyebab tersering
dari ileus obstruktif yang terjadi pada anak-anak. Volvulus dan intususepsi
merupakan 30% kasus komplikasi dari kehamilan dan kelahiran. Kanker harus
dipikirkan bila ileus obstruktif ini terjadi pada orang tua. Metastasis dari
genitourinaria, kolon, pankreas, dan karsinoma gaster menyebabkan obstruksi lebih
sering daripada tumor primer di intestinal. Malignansi, divertikel, dan volvulus
merupakan penyebab tersering terjadinya obstruksi kolon, dengan karsinoma
kolorektal.
8
Tabel 1. Beberapa Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal (Whang et al., 2005)
(Thompson, 2005)
Obturasi Intraluminal Lesi Ekstrinsik Lesi Intrinsik
Benda Asing
Iatrogenik
Tertelan
Batu Empedu
Cacing
Adhesi Kongenital
Atresia, stenosis, dan webs
Divertikulum Meckel
Benda Asing
Hernia
Eksternal
Internal
Intususepsi Massa
Anomali organ atau
pembuluh darah
Organomegali
Akumulasi Cairan
Neoplasma
Inflamasi
Divertikulitis
Drug-induced
Infeksi
Coli ulcer
Pengaruh Cairan
Barium
Feses
Meconium
Neoplasma
Tumor Jinak
Karsinoma
Karsinoid
Limpoma
Sarcoma
Post Operatif
Volvulus
Trauma
Intramural Hematom
Adhesi Post Operasi
Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ
dalam dan atau jaringan tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit
dan menarik organ dari tempatnya dan merupakan penyebab utama dari obstruksi
usus, infertilitas (bedah gynecolog), dan nyeri kronis pelvis. Adhesi dapat timbul
karena operasi yang sebelumnya, atau peritonitis setempat atau umum.
9
Pita adhesi timbul diantara lipatan usus dan luka dan situs operasi. Adhesi
ini dapat meyebabkan obstruksi usus halus dengan menyebabkan angulasi akut dan
kinking, seringnya adhesi ini timbul beberapa tahun setelah operasi. Hal ini
dikarenakan teknik operasi yang salah atau terlalu banyak trauma pada usus
sewaktu operasi sehingga usus rusak dan terbentuk jaringan parut yang dapat
mengalami penyempitan. Ada prinsip dan teknik yang digunakan pada pembedahan
untuk meminimalkan komplikasi post operasi seperti terjadinya adhesi. Prinsip dan
teknik tersebut meliputi:
- Penanganan jaringan secara menyeluruh dengan baik
- Mengontrol pendarahan
- Memilih jahitan dan implan dengan hati-hati
- Menjaga jaringan tetap lembab
- Mencegah infeksi
Trauma jaringan selama operasi, proses inflammasi, sisa darah, bakteri dan
jaringan nekrotik memang akan memicu sel-sel mesotel memproduksi eksudat yang
kaya fibrin dan menyebabkan terbentuknya adhesi fibrinous. Akan tetapi cepatnya
pembentukan adhesi fibrinous dalam waktu beberapa jam setelah ini karena
peritoneum memiliki daya penyembuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan
penyembuhan luka biasa. Fibrin-fibrin ini dapat diabsorpsi secara komplit,
sehingga rongga peritoneal menjadi bersih kembali atau dapat diorganisasi dengan
tumbuhnya fibroblast yang membentuk adhesi fibrous yang menetap.
Ada beberapa teori mengenai pembentukan adhesi. Teori paling awal yaitu
teori primitif yang menyebutkan adanya trauma pada peritoneum maka terjadi
penyembuhan sehingga pada akhirnya terbentuk adhesi. Teori berikutnya yaitu
teori klasik yang menyebutkan adanya stimulus yang menyebabkan pembentukan
adhesi seperti trauma, infeksi dan iskemia. Stimulus ini akan menciptakan respons
inflammasi intraperitoneal akut dan akan menghasilkan eksudat yang kaya fibrin.
10
Dengan peritoneum yang intak, maka adhesi fibrinous akan dihambat dan
fibrin akan diresorpsi. Bila terdapat peritoneum yang tidak sehat maka adhesi
fibrinous ini akan menetap dan diorganisasi. Teori yang dianut sekarang adalah
modifikasi teori klasik yaitu stimulus yang berbeda terhadap peritoneum
menciptakan derajat yang berbeda terhadap penurunan kadar Plasminogen
Activator Activity(PAA). Penurunan level PAA ini akan menyebabkan organisasi
dari adhesi fibrinous sehingga terbentuk adhesi.
Inti dari patofisiologi adhesi pascaoperasi adalah keseimbangan dinamis
antara pembentukan fibrin dan fibrinolysis. Dengan kadar PAA yang menurun
maka kadar plasminogen menjadi plasmin akan menurun, sehingga mengakibatkan
aktivitas fibrinolitik menurun.
Fibrin dapat terbentuk dalam waktu 10 menit dan organisasi dimulai dengan
migrasi dari fibroblast dalam waktu 3 hari pertama. Fibroblast akan membentuk
prekollagen lalu selanjutnya menjadi serabut kollagen serta akhirnya membentuk
serabut elastik. Pembentukan adhesi yang komplit selesai dalam waktu 10 hari.
Klasifikasi Adhesi Pascaoperasi
Adhesi pascaoperasi dapat diklasifikasikan berdasarkan makroskopis
maupun histologis. Berdasarkan makroskopis adhesi pascaoperasi diklasifikasikan
sebagai berikut:
• Grade I : Adanya deposit fibrin, tipis seperti benang atau adanya adhesi
antar organ yang ringan dan dapat dipisahkan secara tumpul
• Grade II : Adanya adhesi yang dapat dipisahkan secara tumpul, tapi sebagian
perlu dipisahkan secara tajam dengan vaskularisasi yang rapuh
• Grade III : Vaskularisasi jelas, adhesi cukup kuat sehingga harus dipisahkan
secara tajam
• Grade IV : Adhesi kuat, luas, harus dipisahkan secara tajam dan karenanya
dapat terjadi kerusakan organ yang memerlukan terapi
pembedahan.
11
Berdasarkan histologis, adhesi pascaoperasi diklasifikasikan sebagai berikut:
• Grade I : Terdapat beberapa fibrin dan jaringan ikat yang sangat renggang
dengan serat retikulin yang sangat rapuh
• Grade II : Terdapat jaringan ikat yang renggang mengadung sel-sel dan
kapiler-kapiler. Serabut-serabut kollagen dapat terlihat.
• Grade III : Struktur dari jaringan ikat lebih tebal, terdapat pengurangan
jumlah dari sel-sel, dengan peningkatan jumlah pembuluh darah,
kadang-kadang serabut ikat elastik dan otot polos dapat
ditemukan
• Grade IV : Ditemukan skar atau jaringan kallus yang lebih matur, biasanya
jaringan adhesi sudah menyatu dengan serosa organ sebelahnya,
dapat ditemukan otot polos.
2.4 Klasifikasi Ileus Obstruktif
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a. Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus
dan neoplasma.
b. Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan
volvulus.
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
12
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :
a. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis),
neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu
2.5 Patofisiologi ileus obstruktif
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada
gambar 2. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan
dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus
menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan
ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke
dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,
distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah
mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus
13
melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa
nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap 3 sampai 5
menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas peristaltik
mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan gambaran
auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya obstruksi,
maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.23
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul
muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus
menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai
kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik.
Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika
ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan
ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi
dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka
dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan syok.23
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi
pada usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan dan
gas yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan strangulasi
ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus. Plasma bisa
juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas peritonealis. Mukosa
usus yang normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat) bagi penyerapan
bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif
terhadap perubahan dalam aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka
timbul iskemik dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan
eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.23
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen
usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat
menyebabkan kematian.23 Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk
14
dan jalan keluar suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya
dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi
dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif. Penyebab
ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus,
volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam
gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang
menyebabkan obstruksi aliran keluar ke vena.23
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)
dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi
cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva
ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat. Sehingga dehidrasi
cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan ileus obstruksi
kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva
ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus
halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi membentuk gelung
tertutup dan distensi kontinu menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter
terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan atas hukum Laplace, yang
mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular pada tekanan tertentu
apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu. Sehingga karena
15
volemikPeritonitis septikemia
Pelepasan bakteri dari toksin dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan sirkulasi sistematik
Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum
Iskemia dinding usus
Volume ECF ↓
Kehilangan H2O dan elektrolit
Proliferasi bakteriyang berlangsung
cepat
Tekanan intralumen ↑
Distensi
Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal
dari letak obstruksi
Ileus obstruktif
diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area ini yang biasanya pecah
pertama.
Gambar 2. Patofisiologi ileus obstruktif
2.6 Manifestasi Klinis
1. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung
lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah
periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul
dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya
bervariasi tergantung sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang
dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi
komplit.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik usus
yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus. Bising usus yang
meningkat dan metabolic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas operasi
16
atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana
nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan
operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
4. Obstruksi pada kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat
sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu
mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus,
akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan
akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
2.7 Penegakkan Diagnosis
Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang
air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai nyeri pada
perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan bersifat kolik, umunya berlokasi di
sekitar umbilikus atau suprapubik dan dapat disertai dengan peningkatan suara
peristaltik usus.
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat
buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat
diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi
17
sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus.25 Onset keluhan yang
berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat
dapat menjurus kepada ileus letak rendah.
3. Pemeriksaan Fisik
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi. Pada urinalisa, berat jenis dapat meningkat dan ketonuria
yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal
atau sedikit meningkat , jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis.
Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan radiologis
18
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan
pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia
inkarserata. Pada invaginasi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis.
Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
Palpasi Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
Perkusi Hipertimpani.
AuskultasiHiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase lanjut bising usus
dan peristaltik melemah sampai hilang.
Rectal
Toucher
Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
Darah (+) : strangulasi, neoplasma
Feses mengeras : skibala
Feses (-) : obstruksi usus letak tinggi
Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
a. Foto Polos Abdomen
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
1) Posisi terlentang (supine)
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan
(Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari pengumpulan
gas dalam lumen usus yang melebar.
19
Gambar 3. Distensi usus proksimal dari obstruksi
Gambar 4. Herring
bone appearance
2) Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level dan step
ladder appearance.
Gambar 5. Step-ladder appearance
20
3) Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
Gambaran radiologis digunakan untuk melihat air fluid level dan
kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan
pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi,
sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.
Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma
dan air fluid level.
Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya
pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level.
Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja,
pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk
dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah.
Gambar 6. Air Fluid Level
Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak
dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocecal
junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding
21
usus halus yang terdilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus yang sirkular
menyerupai kostanya. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-
pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang
mengalami distensi.
- Ileus obstruktif letak tinggi
Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi
tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal
di iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari
ikan), dan muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak
gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti
tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan transudasi
berada dalam usus halus yang mengalami distensi.
22
Gambar 6. Ileus obstruktif letak tinggi
- Ileus obstruktif letak rendah
Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal
sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal
sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua
dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk
gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta
dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada
tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek
yang berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance
karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi
dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.
Gambar 7. Ileus obstruktif letak rendah
b. Barium Enema
23
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan kontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan
dalam pemeriksaan radiologi alat cerna adalah barium sulfat (BaSO4).
Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat dan tidak mudah larut
dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu
sehingga menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada
pemeriksaan esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat
kliasma pada pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut,
sehingga menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien
meminum suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti kontrasnya
sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto – foto dalam posisi
yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi
letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
Gambar 8. Barium enema pada ileus obstruktif
24
c. CT-Scan Abdomen
CT (Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana
sinar X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur
jumlah sinar x yang diteruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya.
Komputer akan segera menganalisa data dan mengumpulkan dalam bentuk
potongan cross sectional. Foto ini juga dapat disimpan, diperbesar maupun
di cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis
dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan
mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,
mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan
memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini
dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
Gambar 9. CT Scan ileus obstruktif
2.8 Diagnosis Banding
1. Ileus obstruktif
2. Ileus paralitik
Tabel 2. Perbedaan Ileus Obstruktif dengan Ileus Paralitik
Perbedaan Obstruktif Paralitik
25
Nyeri perut(+) hilang timbul, dapat
memberat atau menetap(-)
Riwayat pengobatan Obat antidiareRiwayat operasi, tumor,
hernia
Inspeksi Kontur dan gerakan usus Distensi hebat
AuskultasiBising usus meningkat,
nada tinggiBising usus menghilang
PalpasiDapat ditemukan massa
atau herniasiTidak ada massa
Foto Polos AbdomenDilatasi usus disertai step
ladder dan air fluid level
Distensi usus general
disertai herring bone dan
air fluid level
Tabel.3. Perbedaan Radiologi obstruksi intestinal dan ileus
Temuan Radiologis Osbtruksi Mekanik Ileus
Air-fluid Level Present proximal to
obstruction
Prominent throughout
Gas in small intestine Large bowel shape loops;
stepladder pattern
Gas present diffusely;
moveable
gas ini colon Absent or diminished Increase throughout
Thickened bowel wall Present if chronic or
strangulation
Present with inflamation
Intraabdominal fluid Rare Often present
Diapraghm Slightly elevated; normal
motion
Elevated; decrease
motion
Gastrointestinal contrast
media
Rapid progression to point of
obstruction
Slow progression to
colon
Tabel 4. Perbedaan Jenis Ileus
Macam Ileus Nyeri Usus Distensi Muntah Bising Usus Ketegangan
26
borborigmi abdomen
Obstruksi
simple tinggi++ (kolik) + +++ ↑ -
Obstruksi
simple rendah+++ (kolik) +++
+ (lambat,
fekal)↑ -
Obstruksi
strangulasi
++++
(terus-
menerus,
terlokalisir)
++ +++Tak tentu
(umum ↑)+
Paralitik + ++++ + ↓ -
Oklusivaskuler +++++ +++ +++ ↓ +
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ileus obstruktif adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi serta menghilangkan penyebab
obstruksi.
Terapi untuk ileus obstruktif adalah konservatif dan operatif. Terapi
konservatif berupa dekompresi dan rehidrasi, kemudian terapi operatif diperlukan
setelahnya.
1. Obstruksi usus halus (letak tinggi)
Terapi operatif biasanya dilakukan karena adanya risiko strangulasi.
Selama masih terdapat obstruksi, kecurigaan akan adanya strangulasi tidak
dapat disingkirkan.
Persiapan sebelum operasi:
27
a. Pemasangan NGT (nasogastric tube) yang bertujuan untuk mengurangi
muntah, mencegah aspirasi serta mengurangi distensi abdomen
(dekompresi).
b. Resusitasi cairan dan elektrolit untuk mengganti cairan dan elektrolit yang
hilang akibat muntah dan memperbaiki keadaan umum pasien.
c. Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.
Operasi:
Tindakan ini dapat dilakukan bila rehidrasi sudah tercapai dan organ-
organ vital berfungsi secara optimal. Prosedur operasi yang akan dilakukan
tergantung dari penyebab obstruksi. Perlengketan dilepaskan atau bagian yang
menyebabkan obstruksi dibuang. Terkadang suatu penyumbatan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh
perlengketan. Usus yang mengalami strangulasi dipotong. Berikut adalah
indikasi operasi: (i) strangulasi (ii) Obstruksi lengkap (iii) Hernia inkarserata
serta (iv) Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
Pasca operasi:
Pengobatan pasca operasi sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal harus dihindari dan diberikan kalori yang cukup. Perlu
diingat bahwa pada pasca operasi, usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
28
2. Obstruksi usus besar (letak rendah)
Persiapan sebelum oerasi sama seperti persiapan pada obstruksi usus
halus. Operasi terdiri atas proses kolostomi dekompresi atau hanya kolostomi
transversal pada pasien yang sudah lanjut usia. Perawatan pasca operasi
ditujukan untuk mempersiapkan pasien menjalani reseksi elektif berikutnya
pada lesi obstruktif yang tidak dibuang.
2.10 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,
tempat dan lamanya obstruksi. Pada pasien yang sangat muda ataupun terlalu tua
penderita maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang
dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi usus
besar mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi memiliki angka
kematian sebanyak 5%. Mayoritas pasien yang meninggal adalah pasien yang
sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi memiliki angka
kematian sekitar 8%, jika oeprasi dilakukan dalam jangka waktu ≤ 36 jam sesudah
timbulnya gejala dan meningkat hingga 25% jika operasi dilakukan > 36 jam
Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15-30%.
Perforasi caecum merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dicegah.
29
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia, A., Wilson L (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4. EGC: Jakarta.
Faradilla, Nova. 2009. Ileus Obstruksi. Pekanbaru : FK UNRI
Pierce A., Neil R. (2006). At Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga,
Jakarta
Hagen-Ansert, S. 2010. Sonographic Evaluation of the Acute Abdomen. Retrieved
June 6th, 2011, Available at:
http://www.gehealthcare.com/usen/education/proff_leadership/products/
msucmeaa.html
Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Retrieved June 6th,
2011, from emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview
Khan, A. N. (2009, September 11). Small Bowel Obstruction. Retrieved June 6th,
2011, Available at emedicine: http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview
Snell (1995). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Gore RM, Levine MS. Textbook of gastrointestinal radiology. 3rd ed. Philadelphia, Pa:
Saunders/Elsevier, 2008.
Thompson, J. S. 2005. Intestinal Obstruction, Ileus, and Pseudoobstruction. In R. H.
Bell, L. F. Rikkers, & M. W. Mulholland (Eds.), Digestive Tract Surgery (Vol. 2, p.
1119). Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher
Whang, E. E., Ashley, S. W., & Zinner, M. J. 2005. Small Intestine. In B. e. al (Ed.),
Schwatz`s Principles Of Surgery (8 ed., p. 1018). McGraw-Hill Companies.
30
Simatupang O N. 2010. Ileus Obstruktif. Samarinda: UNMUL Retrieved June 6th,
2011, Available at: http://www.scribd.com/doc/28090500/ileus-obstruksi
Sabiston. (1992). Buku Ajar Ilmu Bedah Bagian Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
31