Tugas Responsi Dhika

download Tugas Responsi Dhika

of 4

description

ggg

Transcript of Tugas Responsi Dhika

Risqi Maharhika R102011101079

Tugas Responsi 1. Kontraindikasi pemeriksaan tonometri adalah adanya ulkus pada mata, adanya trauma tajam pada bola mata, pasien mengalami penurunan kesadaran dan tidak kooperatif, adanya hematoma yang sangat besar pada palpebra superior dan inferior dan pasien tidak bisa membuka matanya.2. Panus merupakan sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir pada kornea. Terdapat pada trakhoma, kesalahan pemakaian lensa kontak, konjungtivitis fliktenularis, konjungtivitis limbik superior, dan luka bakar kornea. 3. Seseorang diragukan penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi, maka dilakukan uji pin hole. Bila dengan pin hole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang atau tetap dengan diletakkannya pin hole, maka terdapat kelainan organik atau kekeruhan penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun. Pada pasien katarak, visus tidak maju ketika di pin hole karena terdapat kekeruhan di media refraksinya. 4. Arcus senilis adalah munculnya gambar lingkaran berwarna putih yang mengelilingi kornea mata. Arcus senilis ini muncul seiring dengan pertambahan usia dan paling sering muncul pada pria. Penyebabnya adalah penumpukan kolesterol dan lemak yang berada di dalam kornea. Penumpukan yang paling banyak berada di atas dan bawah kornea mata. Penumpukan ini akan terus menyebar sampai terbentuk cincin yang sepenuhnya mengitari kornea mata. Dua dari tiga pria usia delapan puluhan akan mempunyai arkus senilis. Arkus senilis juga paling banyak dijumpai pada perokok, penderita darah tinggi, dan pasien kencing manis. Timbulnya arkus senilis di bawah usia 40 tahun mengindikasikan tingginya kadar kolesterol atau kadar protein di dalam tubuh seseorang. Namun jika arkus senilis hanya mengenai salah satu sisi mata saja, kemungkinan ada penurunan aliran darah terhadap mata yang mempunyai arkus senilis tersebut. Hal tersebut mengindikasikan adanya kalsifikasi dari arteri karotis5. Pseudo pterigium adalah keadaan apabila terdapat suatu ulkus kornea atau kerusakan permukaan kornea, dan dalam proses penyembuhannya konjungtiva menutupi luka tersebut sehingga terlihat seolah - olah konjungtiva menutupi kornea Perbedaan Pseudo-pterigium dengan pterigium : a. puncak pterigium menunjukan pulau - pulau Fuchs pada kornea sedangkan pseudopterigium tidakb. pseudoptergium didahului riwayat kerusakan permukaan kornea, sedangkan pterigium tidakc. pembuluh darah konjungtiva lebih menonjol pada pterigium daripada pseudopterigiumd. pada pseudopterigium dapat dimasukan sonde di bawahnya, sedangkan pterigium tidake. pterigium dapat berasal dari arah nasal atau temporal sedangkan pseudopterigium terletak dimana saja yang terdapat bekas ulserasi atau kerusakan kornea.Pseudo pterigium dapat berasal dari ulkus kornea perifer atau adanya peradangan pada permukaan bola mata yaitu pada cicatrizing conjunctivitis, luka bakar kornea, serta adanya iritasi kronis sekunder akibat penggunaan lensa kontak yang dikaitkan dengan berkurangnya lubrikasi pada mata. 6. Pemeriksaan untuk melihat adanya defek pada konjungtiva adalah uji Rose Bengal. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat adanya sel yang mati pada kornea dan konjungtiva.

a. DasarRose bengal mewarnai sel dan nukleus, dan hanya sel yang telah mati. Sel mati dengan pewarnaan Rose Bengal akan memberikan warna merah. Pewarnaan positif pada konjungtiva merupakan hal yang selalu terjadi pada sindroma mata kering. Kerugian dari bahan ini adalah sangat iritatif dan memberikan pewarnaan yang lama / berjam-jam. Iritasi terjadi terhadap konjungtiva, pinggir kelopak dan kulitb. AlatRose bengal 1 % dalam akuaAnestesi lokal tetes matac. Teknik 1. Anestesi lokal diberikan pada mata yang akan diperiksa2. Beberapa tetes Rose Bengal diletakkan pada limbus superior3. Rose Bengal yang menyebar dicuci dengan garam fisiologisd. Nilai Akan terlihat pewarnaan pada epitel kornea atau konjungtiva yang telah mati. 7. Uji Plasido merupakan uji untuk melihat kelengkungan kornea. Uji ini diindikasikan untuk pasien post trauma yang mengenai kornea, pasien dengan riwayat ulkus kornea, pasien dengan riwayat keratitis superfisial keratitis profunda, keratektasi, serta keadaan keadaan yang dapat mengubah kelengkungan kornea.8. Obat dengan kandungan Na Sulfasetamide 10 % + kloramfenikol adalah Albucetin. Indikasi pemakaian obat ini adalah untuk pasien dengan konjungtivitis, trakhom, ulkus kornea, dakriosistisis. 9. Cendo Lyteers merupakan salah satu preparat mata buatan dengan sediaan tetes mata. Kandungannya adalah ion Natrium dan Kalium dengan Benzalkonium Cl. Indikasi adalah melunakkan atau melicinkan atau sebagai pengganti air mata pada kontak lensa, mata buatan atau mata yang dikeringkan. 10. Natrium diklofenak merupakan salah satu NSAID. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Sama seperti obat NSAID lainnya, obat ini harus dipakai berhati-hati pada penderita tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis untuk orang dewasa adalah 100-150 mg per hari.11. Tiamfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang mempunyai cara kerja seperti kloramfenikol. Tiamfenikol kurang aktif dibandingkan dengan kloramfenikol, namun sama efektifnya dan efek bakterisidnya lebih baik terhadap Haemophilus spp dan Neisseria spp. Tiamfenikol bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom bakteri secara reversible sehingga menghambat sintesis protein dan bakteri yang peka, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik).Kloramfenikol merupakan golongan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50S yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.