Tugas Makalah Mudharabah Final

23
MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH AKAD MUDHARABAH Disusun untuk memenuhi mata kuliah Akuntansi Syariah Dosen pengampu M.Djazari, M.Pd / Mahendra Adhi N, M.Sc 1. Arif Nur!h! " #$%1&1%1#1' &. (alih D)i Kurnia)an * #$%1&1%1#++ ,R-DI AKUNTANSI AKULTAS /K-N-MI UNI0/RSITAS N/(/RI Y-(YAKARTA &#11 BAB I 1

description

Tugas Makalah Mudharabah Final

Transcript of Tugas Makalah Mudharabah Final

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAHAKAD MUDHARABAHDisusun untuk memenuhi mata kuliah Akuntansi SyariahDosen pengampu M.Djazari, M.Pd / Mahendra Adhi N, M.Sc

1. Arif Nugroho - 084121410152. Galih Dwi Kurniawan 08412141033

PRODI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2011BAB IPENDAHULUANKonsep akuntansi konvensional yang telah diterapkan di Indonesia maupun sebagai standar internasional selama ini merupakan adopsi pada barat dan budaya kapitalis yang hanya mengandalkan materi dan duniawi. Dengan semakin berkembangnya pola pikir manusia yang tidak hanya mengedepankan kepentingan duniawi, maka dirasa perlu untuk menyeimbangkannya dengan kepentingan ukhrawi. Sehingga akhir-akhir ini terjadi suatu peningkatan terhadap kajian bidang akuntansi menuju akuntansi dalam perspektif Islami atau akuntansi syariahSalah satu aspek yang mendorong akuntansi dengan perspektif Islam atau akuntansi syariah di Indonesia adalah dengan munculnya perbankan syariah. Bank syariah dalam usahanya memberikan pembiayaan dan jasa lainnya selalu berlandaskan pada prinsip syariah. Kegiatan operasional pada bank syariah terdiri dari kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana. Selain itu juga ada jasa-jasa perbankan lain yang disediakan oleh bank syariah. Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dana, bank syariah menerima simpanan dari masyarakat. Sedangkan dalam rangka penyaluran dana, bank syariah memberikan jasa dalam bentuk pembiayaan.Terdapat beberapa pembiayaan yang ditawarkan oleh bank syariah. Salah satu produk yang ditawarkan oleh bank syariah adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan ini menggunakan sistem bagi hasil antara nasabah dengan bank dalam pembagian keuntungannya sesuai dengan nisbah yang disepakati pada saat akad. Pembiayaan mudharabah berbeda dengan produk pembiayaan yang ditawarkan oleh bank konvensional. Pada pembiayaan mudharabah diterapkan keadilan, kejujuran dan transparansi dari kedua belah pihak. Hubungan antara bank dan nasabah tidak hanya sebagai debitor dengan kreditor saja, tetapi hubungan keduanya diakui sebagai mitra kerja yang lebih dekat dan lebih humanis.Pembiayaan mudharabah sendiri membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi antara bank syariah yang satu dengan yang lain. Perbedaan perlakuan tersebut akan mengakibatkan dampak terhadap hal keadilan dalam menentukan laba bagi pemegang saham dan depositor.

Dengan terbitnya PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia, telah membawa era baru bagi industri keuangan di tanah air yang berprinsip syariah. PSAK No. 59 telah menjadi peraturan dan standar yang baku bagi operasional perbankan syariah di Indonesia sehingga dapat dijadikan pedoman bagi lembaga keuangan dan perbankan syariah. PSAK No. 59 diterbitkan pada tanggal 1 Mei 2002 dan mulai diberlakukan secara efektif di Indonesia tanggal 1 Januari 2003. Adapun keberadaan bank syariah di Indonesia dimulai sejak tahun 1992 yaitu dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia.

BAB IIPEMBAHASANA. PENGERTIAN AKAD MUDHARABAHAkad Mudharabah adalah perjanjian antara dua pihak yang berbisnis/berinvestasi, dimana satu pihak sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan pihak lainnya sebagai pengelola bisnis (mudharib). Dalam akad Mudharabah secara baku sudah ditetapkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Akad harus disepakati di muka sebelum kerjasama bisnis/investasi dimulai.B. LANDASAN SYARIAHSecara umum landasan dasar syariah akad Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dari ayat al Quran dan hadits berikut ini :1. Dalil Al QuranDalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karuniaallah SWT... (QS. Al-Muzzammil: 20)apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dancarilah karunia Allah SWT... (QS. Al-Jumuah:10)2. Dalil dari HaditsDari Shalih bin Suhaib R.A. Bahwa Rasulullah Saw bersabda : Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan : Jual-Beli secara tangguh, Muqaradhah ( Mudharabah ), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (HR Ibnu Majah no. 2280, Kitab at Tijarah)3. Dalil dari IjmaImam Zailai, dalam kitabnya Nasbu ar Rayah (4/13), telah menyatakan bahwa para sahabat telah sepakat terhadap pengolahan harta anak yatim secara Mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang di kutip Abu Ubaid dalam kitab al Amwal. C. RUKUN AKAD MUDHARABAHAl Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya memiliki tiga rukun:1. Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib).2. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan.3. Pelafalan perjanjian.Rukun pertama: adanya dua atau lebih pelaku.Kedua pelaku kerja sama ini adalah pemilik modal dan pengelola modal. Disyaratkan pada rukun pertama ini keduanya memiliki kompetensi beraktifitas (Jaiz Al Tasharruf) dalam pengertian mereka berdua baligh, berakal, Rasyid dan tidak dilarang beraktivitas pada hartanya. Sebagian ulama mensyaratkan bahwa keduanya harus muslim atau pengelola harus muslim, sebab seorang muslim tidak ditakutkan melakukan perbuatan riba atau perkara haram. Namun sebagian lainnya tidak mensyaratkan hal tersebut, sehingga diperbolehkan bekerja sama dengan orang kafir yang dapat dipercaya dengan syarat harus terbukti adanya pemantauan terhadap aktivitas pengelolaan modal dari pihak muslim sehingga terlepas dari praktek riba dan haram.Rukun kedua: objek Transaksi.Objek transaksi dalam Mudharabah mencakup modal, jenis usaha dan keuntungan.1. ModalDalam sistem Mudharabah ada empat syarat modal yang harus dipenuhi:a. Modal harus berupa alat tukar/satuan mata uang (Al Naqd) dasarnya adalah ijma atau barang yang ditetapkan nilainya ketika akad menurut pendapat yang rojih. b. Modal yang diserahkan harus jelas diketahuic. Modal yang diserahkan harus tertentu.d. Modal diserahkan kepada pihak pengelola modal dan pengelola menerimanya langsung dan dapat beraktivitas dengannya.Jadi dalam Mudharabah disyaratkan modal yang diserahkan harus diketahui dan penyerahan jumlah modal kepada Mudharib (pengelola modal) harus berupa alat tukar seperti emas, perak dan satuan mata uang secara umum. Tidak diperbolehkan berupa barang kecuali bila ditentukan nilai barang tersebut dengan nilai mata uang ketika akad transaksi, sehingga nilai barang tersebut yang menjadi modal Mudharabah. Kejelasan jumlah modal ini menjadi syarat karena menentukan pembagian keuntungan. Apabila modal tersebut berupa barang dan tidak diketahui nilainya ketika akad, bisa jadi barang tersebut berubah harga dan nilainya seiring berjalannya waktu, sehingga memiliki konsekuensi ketidakjelasan dalam pembagian keuntungan.2. Jenis UsahaJenis usaha di sini disyaratkan beberapa syarat:a. Jenis usaha tersebut di bidang perniagaanb. Tidak menyusahkan pengelola modal dengan pembatasan yang menyulitkannya, seperti ditentukan jenis yang sukar sekali didapatkan, contohnya harus berdagang permata merah delima atau mutiara yang sangat jarang sekali adanya. c. Asal dari usaha dalam Mudharabah adalah di bidang perniagaan dan bidang yang terkait dengannya yang tidak dilarang syariat. Pengelola modal dilarang mengadakan transaksi perdagangan barang-barang haram seperti daging babi, minuman keras dan sebagainya.3. KeuntunganSetiap usaha dilakukan untuk mendapatkan keuntungan, demikian juga Mudharabah. Namun dalam Mudharabah disyaratkan pada keuntungan tersebut empat syarat:a. Keuntungan khusus untuk kedua pihak yang bekerja sama yaitu pemilik modal (investor) dan pengelola modal. Seandainya disyaratkan sebagian keuntungan untuk pihak ketiga, misalnya dengan menyatakan: Mudharabah dengan pembagian 1/3 keuntungan untukmu, 1/3 untukku dan 1/3 lagi untuk istriku atau orang lain, maka tidak sah kecuali disyaratkan pihak ketiga ikut mengelola modal tersebut, sehingga menjadi qiraadh bersama dua orang. Seandainya dikatakan: separuh keuntungan untukku dan separuhnya untukmu, namun separuh dari bagianku untuk istriku, maka ini sah karena ini akad janji hadiyah kepada istri.b. Pembagian keuntungan untuk berdua tidak boleh hanya untuk satu pihak saja. Seandainya dikatakan: Saya bekerja sama Mudharabah denganmu dengan keuntungan sepenuhnya untukmu maka ini dalam madzhab Syafii tidak sah.c. Keuntungan harus diketahui secara jelas.d. Dalam transaksi tersebut ditegaskan prosentase tertentu bagi pemilik modal (investor) dan pengelola. Sehingga keuntungannya dibagi dengan persentase bersifat merata seperti setengah, sepertiga atau seperempat. Apabila ditentuan nilainya, contohnya dikatakan kita bekerja sama Mudharabah dengan pembagian keuntungan untukmu satu juta dan sisanya untukku maka akadnya tidak sah. Demikian juga bila tidak jelas persentase-nya seperti sebagian untukmu dan sebagian lainnya untukku.Dalam pembagian keuntungan perlu sekali melihat hal-hal berikut:a. Keuntungan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak, namun kerugian hanya ditanggung pemilik modal.b. Pengelola modal hendaknya menentukan bagiannya dari keuntungan. Apabila keduanya tidak menentukan hal tersebut maka pengelola mendapatkan gaji yang umum dan seluruh keuntungan milik pemilik modal (investor). c. Pengelola modal tidak berhak menerima keuntungan sebelum menyerahkan kembali modal secara sempurna. Berarti tidak seorangpun berhak mengambil bagian keuntungan sampai modal doserahkan kepada pemilik modal.d. Keuntungan tidak dibagikan selama akad masih berjalan kecuali apabila kedua pihak saling ridha dan sepakat.Rukun ketiga: Pelafalan Perjanjian (Shighoh Transaksi).Shighah adalah ungkapan yang berasal dari kedua belah pihak pelaku transaksi yang menunjukkan keinginan melakukannya. Shighah ini terdiri dari ijab qabul. Transaksi Mudharabah atau Syarikat dianggap sah dengan perkataan dan perbuatan yang menunjukkan maksudnya.D. JENIS-JENIS AKAD MUDHARABAHa. Mudharabah MuthlaqahYang dimaksud dengan transaksi Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul Maal dan Mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Jenis ini memberikan kebebasan kepada Mudhorib (pengelola modal) melakukan apa saja yang dipandang dapat mewujudkan kemaslahatan.b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah atau disebut jega dengan istilah restricted mudharabah / specified Mudharabah adalah kebalilan dari Mudharabah Muthlaqah. Si Mudharib (Pelaksana) dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.c. Mudharabah MusytarakahMudharabah Musytarakah adalah salah satu bentuk akad mudharabah dengan pengelola dana (mudharib) turut menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi, diperlukan karena mengandung unsur kemudahan dalam pengelolaannya serta dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi para pihak.

E. BERAKHIRNYA AKAD MUDHARABAHLamanya kerjasama dalam mudharabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerja sama dengan menberitahukan pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut :1. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan.2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.5. Modal sudah tidak adaF. PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA (PSAK 105 PAR 11)Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit) tidak termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip bagi hasil seperti yang digunakan dalam Undang-undang No.10 tahun 1998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi di antara pemilik dana dan penglelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilik dana.Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati biaya-biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.Contoh perhitungan bagi hasil (bank sebagai pemilik dana) :Penjualan Rp.1.000.000HPP(Rp 650.000)Laba kotorRp. 350.000Biaya-biaya(Rp 250.000)Laba (rugi) bersihRp. 100.000a) Metode Profit sharing dengan nisbah bank syariah : pengelola = 30 : 70Bank syariah:30% x Rp. 100.000 = Rp. 30.000Pengelola :70% x Rp. 100.000 = Rp. 70.000b) Metode revenue sharing dengan nisbah bank syariah : pengelola = 10 : 90Bank syariah:10% x Rp. 350.000 = Rp. 35.000Pengelola :90% x Rp. 350.000 = Rp. 315.000Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaopran, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesui nisbah yang disepakati (PSAK 105 Par 20)G. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 105)Akuntansi Untuk Pemilik Dana1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana2. Pengukuran investasi mudharabaha. investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;b. investasi mudharabah dlam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan.Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas harus disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat kontrak.Ada 2 alasan tidak digunakannya dasar historical cost untuk mengukur aset nonkasa. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak bank yang melakukan kontrak untuk nilai aset nonkas menuju aplikasi konsep representational faithfulnes dalam pelaporan.Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.Jurnal pada saat penyerahan kas :Dr. Investasi mudharabah xxxCr. KasxxxInvestasi mudharabah dlam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan, kemungkinan ada 2 :1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diaortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabaha. Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas :Dr. Investasi mudharabah xxxCr. Keuntungan TangguhanxxxCr. Aset Nonkasxxxb. Jurnal Amortisasi keuntungan tangguhan :Dr. keuntungan tangguhan xxxCr. Keuntunganxxx2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada saat penyerahan aset nonkasJurnal :Dr. Investasi mudharabah xxxCr. Keuntungan TangguhanxxxCr. Aset Nonkas Mudharabahxxx3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkasa. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalain atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. Jurnal :Dr. Kerugian Investasi mudharabah xxxCr. Investasi mudharabahxxxb. Penurunan nilai setelah usaha dimulaiJika sebagian Investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasilJurnal :Dr. KasxxxDr. Penyisihan Investasi mudharabahxxxCr. Pendapatan bagi hasil mudharabahxxxc. Penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah.Investasi mudharabah yang diberikan dalam aset (nonkas) dan aset nonkas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.Jurnal :Dr. KasxxxDr. Kerugian Investasi mudharabahxxxCr. Pendapatan bagi hasil mudharabahxxx4. Kerugian Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir.Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dana dibentuk penyisihan kerugian investasiJurnal :Dr. Kerugian Investasi mudharabahxxxCr. Penyisihan Kerugian Investasi mudharabahxxxCatatan : Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai awal mudharabah5. Hasil usahaBagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutangJurnal :Dr. Piutang pendapatan bagi hasilxxxCr. Pendapatan bagi hasil mudharabahxxxPada saat pengelola dana membayar bagi hasilJurnal :Dr. KasxxxCr. Piutang pendapatan bagi hasilxxx6. Akad mudharabah berakhirPada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah: diakui sebagai keuntungan atau kerugian.Jurnal :Dr. Kas/Piutang/Aset NonkasxxxDr. Penyisihan kerugian investasixxxCr. Investasi mudharabahxxxCr. KeuntunganxxxA T A UDr. Kas/Piutang/Aset NonkasxxxDr. Penyisihan kerugian investasixxxDr. Kerugian xxxCr. Investasi mudharabahxxx7. PenyajianPemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat8. PengungkapanPemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada :a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha mudharabah, dan lain-lain.b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;c. Penyajian kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan;d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai psak 101 tentang penyajian laporan keuangan syariahAkuntansi Untuk Pengelola Dana1. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer dikukur sebesar nilai tercatat.2. Pengukuran Dana syirkah temporerDana Syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.Jurnal :Dr. Kas/ Aset NonkasxxxCr. Dana Syirkah Temporerxxx3. Penyaluran kembali dana syirkah temporerJika pengelola dana menyalurkan kembali dana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset. Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran kembali dana syirkah temporer :Dr. Kas/ PiutangxxxCr. Pendapatan yang belum dibagikanxxxHak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.Jurnal :Dr. Beban bagi hasil mudharabahxxxCr. Utang bagi hasil mudharabahxxxJurnal pada saat pengelola dana membagay bagi hasil :Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxxCr. Kasxxx4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatannya sama dengan akuntansi konvensional. Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan). Jurnal :Dr. PendapatanxxxCr. BebanxxxCr. Pendapatan yang belum dibagikanxxxJurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana :Dr. Beban bagi hasil mudharabahxxxCr. Utang bagi hasil mudharabahxxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil :Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxxCr. KasxxxJurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian Dr. Pendapatan xxxDr. Penyisihan kerugianxxxCr. Bebanxxx5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.Jurnal :Dr. Beban xxxCr. Utang lain-lain / Kasxxx6. Diakhir akadJurnal :Dr. Dana Syirkah TemporerxxxCr. Kas/Aset NonkasxxxJika ada penyisihan kerugian sebelumnya Jurnal :Dr. Dana Syirkah TemporerxxxCr. Kas/Aset NonkasxxxCr. Penyisihan kerugianxxx7. PenyajianPengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan :a. Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabahb. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.8. PengungkapanPengelola dana merupaka transaksi mudharabah dalam laporan keuangan :a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;b. Rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya.c. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.Asumsi pencatatan untuk pengelola dana yang telah dibahas di atas menggunakan akad mudharabah muthalaqah, apabila akadnya Mudharabah Muqayyadah, di mana dana dari pemilik dasa langsung disalurkan kepada pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana pertama hanya bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pengelola dana lain (kedua), maka dana untuk jenis seperti ini akan dilaporkan off balance sheet. Atas kegiatan tersebut pengelola dana pertama akan menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan pengelola dana lain (kedua) berlaku nisbah bagi hasil.H. ILUSTRASI PENCATATAN AKUNTANSI AKAD MUDHARABAH

Contoh Soal Pencatatan Akuntansi Mudharabah dengan Penyerahan Dana Investasi dalam Bentuk Kas1. Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Ibu Yolanda, seorang pedagang buku di Pasar Buku Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah (BJS sebagai pemilik dana dan Yolanda sebagai pengelola dana). BJS memberikan modal kepada Yolanda sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dan berakhir 31 Pebruari 2009 dengan nisbah bagi hasil : Yolanda : BJS = 75%: 25%. Buat jurnal setelah penyerahan danaa. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam RupiahInvestasi Mudharabah10.000.000Kas10.000.000b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam RupiahKas Mudharabah10.000.000Dana Syirkah temporer10.000.0002. Pada Tanggal 31 Januarii 2009, hasil usaha perdagangan buku Ibu yolanda adalah:Pendapatan: Rp 1.000.000Biaya-biaya: Rp 800.000

Jurnal sebelum bagi laba sesuai nisbaha. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam RupiahTidak ada b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam RupiahPendapatan yang didapat dari penjualan dicatat seperti biasa, menggunakan prinsif cash basis (karena untuk perhitungan bagi hasil)Kas xxxPendapatanxxxDiakhir bulan atau akhir periode ketika akan dilakukan perhitungan bagi hasil, maka akun pendapatan harus ditutup dengan melakukan jurnal:Pendapatan1.000.000Biaya800.000Pendapatan yang belum dibagikan200.000

perhitungan bagi laba sesuai nisbah Yolanda = 75% x (1.000.000-800.000) = 150.000BJS = 25% x (1.000.000-800.000) = 50.000

Jurnal untuk mencatat Pembayaran hasil perhitungan bagi hasil dari Yolanda kepada pemilik dana (BJS)a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam RupiahKas50.000Pendapatan Bagi hasil50.000Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:Piutang Mudharabah50.000Pendapatan bagi hasil50.000

Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJSKas50.000Piutang Mudharabah50.000b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam RupiahCost bagi hasil50.000Kas-Mudharabah50.000Jika pembayaran bagi hasil tidak dibagikan langsung kepada BJS, tetapi diakumulasikan pembayarannya diakhir tahun, maka jurnalnya:Cost bagi hasil50.000Utang Bagi Hasil mudharabah50.000Diakhir tahun ketika uang pembayaran tersebut diterima oleh BJS, dengan kata lain, dibayarkan oleh YolandaUtang bagi hasil mudharabah50.000Kas Mudharabah50.000

Jurnal untuk mencatat hasil perhitungan bagi hasil hak Pengelola dana (Ibu Yolanda)a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam RupiahTidak adab. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam RupiahBiaya bagi hasil150.000Kas Mudharabah150.000Jurnal untuk pembukuan pengelola dana untuk kepentingan sendi:Kas150.000Pendapatan Bagi hasil150.0003. Seperti pada No. 2 diatas. Buatlah ayar jurnal penutup untuk bagi hasi tersebut pada 31 Januari 2009.

a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam RupiahTidak adab. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam RupiahPendapatan yang belum dibagikan200.000Cost Bagi Hasil200.0004. Sajikan laporan keuangan neraca dari data diatas kecuali untuk rekening kas abaikan dulu. Dengan situasi bagi hasil langsung dibagikan diakhir bulan itu juga.a. Neraca untuk pemilik danaAsetPiutang Bagi Hasil Mudharabah 0Investasi Mudharabah10.000.000Penyisihan Kerugian( 0)10.000.000b. Neraca untuk Pengelola DanaUtangUtang Bagi Hasil Mudharabah 0Dana SyirkahTemporer10.000.000Penyisihan Kerugian 010.000.0005. Selama bulan Pebruari 2009, hasil pengelolaan dana adalahPendapatanRp 800.000Biaya-biayaRp 1.000.000Buatlah Jurnal untuk mencatat kerugian tersebuta. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam RupiahKerugian Mudharabah200.000Penyisihan Kerugian Mudharabah200.000b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam RupiahPendapatan800.000Penyisihan Kerugian mudharabah200.000Biaya-biaya1.000.0006. Buatlah laporan keuangan neraca untuk bulan Pebruari 2009a. Neraca untuk pemilik danaAsetPiutang Bagi Hasil Mudharabah 0Investasi Mudharabah10.000.000Penyisihan Kerugian( 200.000)9.800.000b. Neraca untuk Pengelola DanaUtangUtang Bagi Hasil Mudharabah 0Dana SyirkahTemporer10.000.000Penyisihan Kerugian (200.000)9.800.000

7. Buatlah Jurnal Untuk menutup pengembalian Investasi mudharabah pada akhir akad.a. Jurnal Pemilik Dana (BJS) dalam RupiahKas9.800.000Penyisihan kerugian mudharabah 200.000Investasi mudharabah10.000.000b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Yolanda, seorang Pedagang) dalam RupiahDana Syirkah Temporer10.000.000Kas9.800.000Penyisihan kerugian 200.000

BAB IIIKESIMPULANSetelah membaca uraian yang telah disampakan di atas kita dapat mengambil simpulan beberapa point penting yaitu :1. Akad Mudharabah adalah perjanjian antara dua pihak pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola bisnis (mudharib) untuk berbisnis/berinvestasi, Akad harus disepakati di muka sebelum kerjasama bisnis/investasi dimulai.2. landasan dasar syariah akad Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dari ayat al Quran dan hadits berikut ini :a. Dalil Al Quranb. Dalil dari Haditsc. Dalil dari Ijma3. Al Mudharabah seperti usaha pengelolaan usaha lainnya memiliki tiga rukun:Adanya dua atau lebih pelaku yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola a. (mudharib).b. Objek transaksi kerja sama yaitu modal, usaha dan keuntungan.c. Pelafalan perjanjian.4.Jenis-jenis akad mudharabaha. Mudharabah Muthlaqahb. Mudharabah Muqayyadah c. Mudharabah Musytarakah5.Berakhirnya akad mudharabahmenberitahukan pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut :Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada a. waktu yang telah ditentukan.b. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akalc. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah ia harus beritikad baik dan hati-hati.e. Modal sudah tidak ada6.Prinsip pembagian hasil usaha (psak 105 par 11)Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan

DAFTAR PUSTAKANurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empathttp://bangzam.blogspot.com/2009/06/syariah-akad-mudharabah.htmlhttp://ekonomisyariat.com/fikih-ekonomi-syariat/mengenal-konsep-mudharabah.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mudharabahhttp://alislamu.com/muamalah/11-jual-beli/269-bab-mudharabah.html

20