Makalah Final Birokrasi

80
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui sistem manajemen basis data,di sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang Birokrasi Pemerintahan di Indonesia untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak masyarakat peduli terhadap sistem pemerintahan negara saat ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. saya mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih. i

Transcript of Makalah Final Birokrasi

Page 1: Makalah Final Birokrasi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan

makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin saya tidak

akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui sistem manajemen basis

data,di sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun

oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun

maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama

pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang Birokrasi Pemerintahan di Indonesia untuk

dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak masyarakat peduli terhadap

sistem pemerintahan negara saat ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. saya mohon untuk saran

dan kritiknya.

Terima kasih.

Makassar, 20 Juni 2012.

Penulis

i

Page 2: Makalah Final Birokrasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang........................................................................................... 1

b. Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

a. Konsep Dasar Birokrasi............................................................................. 3

b. 7 Konsep Moderen Birokrasi..................................................................... 10

c. Tantangan Paradigma Masa Depan Birokrasi........................................... 13

d. Patologi Birokrasi...................................................................................... 18

e. Paradigm Birokrasi yang Ideal.................................................................. 20

f. 10 Prinsip Mewirausahakan Birokrasi....................................................... 22

g. Netralisasi Birokrasi.................................................................................. 27

h. Birokrasi dan Masyarakat Modern............................................................ 32

i. Netralisasi Tradisional Pendekatan Regional SulSel................................ 35

j. Birokrasi di Indonesia Dari Masa ke Masa............................................... 38

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan................................................................................................ 47

b. Daftar Pustaka........................................................................................... 48

ii

Page 3: Makalah Final Birokrasi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Politik Birokrasi Indonesia berusaha untuk memberikan pengenalan

dan pemahaman kepada mahasiswa tentang konsep birokrasi, relasi antara

birokrasi dengan elemen-elemen dalam sistem politik, serta kinerja dan

akuntabilitas birokrasi, termasuk di dalamnya berbagai bentuk penyelewengan

yang mungkin dapat dilakukan oleh birokrasi, baik dalam konteks global atau

dalam kasus Indonesia. Birokrasi yang seharusnya menjadi pelayan publik dan

bertanggungjawab terhadap rakyat lewat lembaga legislatif kadang menjadi

lembaga yang tidak terkontrol karena berbagai kelebihan dan kekuatannya.

Legislatif bahkan seringkali juga harus kehilangan kendali terhadap birokrasi

karena sumber dayanya yang tidak mencukupi untuk mampu mengawasi

kinerja birokrasi. Untuk itulah diperlukan lembaga legislatif yang kuat yang

didukung dengan seperangkat peraturan yang tegas yang akan cukup

membatasi gerak birokrasi. Selain itu partisipasi masyarakat serta voluntary

sector dalam mengawasi kinerja birokrasi menjadi suatu hal yang mutlak.

Untuk mampu memahami sepak terjang serta warna dari birokrasi di

Indonesia,salah satu birokrasi terkorup di dunia, mahasiswa wajib untuk

mengetahui sejarah awal terbentuknya birokrasi di Indonesia, karena

bagaimanapun, kultur dan setting sosial birokrasi di Indonesia pada masa

lampau akan turut memberikan sumbangannya dalam menciptakan sosok

birokrasi Indonesia pada masa sekarang. Berpijak dari titik itu, maka

mahasiswa akan mudah untuk memahami langkah-langkah dalam reformasi

birokrasi di Indonesia.

1

Page 4: Makalah Final Birokrasi

2. Tujuan

a. Mengetahui konsep apa saja tentang birokrasi.

b. Mengetahui prinsip-prinsip yang terkandung dalam birokrasi.

c. Mengetahui perkembangan birokrasi di Indonesia dari masa ke masa.

2

Page 5: Makalah Final Birokrasi

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR BIROKRASI

1. Kelahiran Konsep Birokrasi

Konsep-konsep yang lahir pada awal abad 19 tentang Birokrasi lahir dari

berbagai cara pengungkapan yang berbeda. Seperti di Perancis penggunaan kata

Birokrasi masih dibatasi pada karya-karya pembuat polemik dan Novel. Seperti

seorang penulis yag bernama Balzac, dia memaparkan sindiran-sindiran tentang

birokrasi didalam Novelnya, dan hal ini dianggap kritis. Tidak hanya Balzac di

Perancis tetapi masih banyak tokoh lain dari berbagai Negara yang memberikan

kritikan mereka terhadap Birokrasi yang pada waktu itu memang tengah menjadi

trend di Eropa, seperti Jerman dan Prussia.

Seorang penulis Inggris John Stuart Mill didalam karyanya yang berjudul

Principles of political economy dia menyusun teorinya sendiri yang menentang

pada pemusatan segala ketrampilan dan pengalaman dalam menangani

kepentingan-kepentingan besar ditangan birokrasi yang dominan dan semua

kekuasaan yang mengorganiasasikan tindakan yang ada didalam masayarakat. Mill

mengembangkan lagi pandangannya tentang Birokrasi lewat tulisan-tulisannya, On

Liberty (1859) dan consideration of representative government (1861). Ia

membandingkan antara Demokrasi dengan Birokrasi yang ditekankan khiusus

pada letak pengambilan keputusan dan kekuasaan yang sesungguhnya, tidak pada

prosese seleksi formal badan-badan yang mungkin memeganng kekuasaan

tertinggi.

3

Page 6: Makalah Final Birokrasi

Sedangkan menurut teori kontinental, menganggap bahwa pertentangan

tulisan bahasa Inggris dan Jerman tentang Birokrasi sangat besar. Max Weber

sendiri mengakui bahwa konteks penulisan tentang Birokrasi dalam bahsa Inggris

dan Jerman sangat bertentangan. Di Jerman gagasan tentang Birokrasi sangat

terkait dengan perubahan-perubahan radikal dalam teori dan praktek administrasi,

mengiringi kekalahan Prussia oleh Napoleon pada 1806. Yang pada waktu itu

gagasan tentang Birokrasi didominasi oleh konsep collegium yang merupakan

sebuah badan jabatan yang bertugas menasehati penguasa dan bertanggung jawab

atas fungsi tertentu dari pemerintahan, seperti keuangan dan tatanan tertentu dalam

undang-undang.yang pada nantinya sistem kolegial tersebut akan berubah menjadi

Biro. Dan perubahan ini membawa perdebatan tersendiri antara Biro dengan

Birokrasi.

2. Rumusan Klasik

a. Moscha dan Michels

Didalam The Ruling Class, Moscha membagi semua pemerintahan menjadi

dua, yaitu Feodal dan Birokratis. Didalam Negara Feodal kelas yang

berkuasa atau yang memerintah berstruktur sederhana. Setiap anggotanya

yang menjalankan fungsi-fungsi ekonomi, perundang-undangan,

administrasi atau militer dan masing-masing dapat menjalankan wewenang

secara langsung dan personal terhadap seorang anggota kelas yang

dipengaruhi. Sedangkan pada Negara Birokratis, fungsi-fungsi tersebut

dipisah secara tajam dari satu sama lainnya dan menjadi kegiatan-kegiatan

eksklusif dari bagian-bagian khusus kelas yang berkuasa, dan diantara

bagian-bagian tersebut ada suatu kelompok yang karenanya suatu negara

dianggap Birokratis.

Pandangan Moscha berbeda dengan pandangan Marxis, ia menolak

pandangan yang disampaikan oleh kaum Marxis. Menurut Moscha apabila

sebuah Birokrasi memonopoli kekayaan dan kekuatan militer disebut

4

Page 7: Makalah Final Birokrasi

sebagai Absolutisme Birokratik. Seperti halnya dengan pandangan Moscha

yang memandang bahwa Birokrasi merupakan sebuah kebutuhan dinegara

modern, Michels juga berpendapat yang sama. Michels berpendapat bahwa

“ siapa yang membicarakan organisasi, menyebut oligarki “. Jeas apa yang

disampaikan oleh Michels lebih las jika dibanding apa yang disampaikan

oleh Moscha. Akan tetapi penyederhanaan konsep birokrasi menurut

Michels dan Moscha mengarah pada penolakan secara dramatis terhadap

struktur pemikiran demokratis konstitusional yang kompleks.

b. Max Weber : Teori Organisasi

Weber memandang bahwa tingkah aku manusia biasanya diorientasikan

pada seperangkat aturan (ordnung) yang berdasarkan analisis sosiologis.

Tanpa aturan-aturan itu tidak mungkin untuk mengatakan apakah suatu

tingkahlaku itu organisasional atau tidak. Menurut Weber aturan-aturan

organisasi disebut dengan Tatanan Administrasi. Aspek terpenting dari

tatanan administrasi ditentukan oleh siapa yang memberi perintah kepada

siapa. Ia beranggapan bahwa birokrasi dan otoritas memiliki hubungan

yang sangat erat, birokrasi tidak akan berjalan tanpa adanya otoritas adalah

inti dari hubungan tersebut.

c. Max Weber : Konsep Birokrasi

Weber tidak pernah mendefinisikan Birokrasi secara gamblang atau

khusus. Ia menganggap bahwa kata Birokrasi digunakan karena memang

sudah seperti bahsa sehari-hari. Jenis konsep umum dari Weber adalah

tentang Birokrasi Patrimonial. Birokrasi Patrimonial ini berbeda dengan

konsep Birokrasi yang paling rasional, karena pada dasarnya Birokrasi

Patrimonial ini memandang keberadaan sebuah badan atau institusi.

Menurut Weber dalam sebuah badan inlah dibutuhkan pejabat-pejabat yang

nantinya akan memiliki otoritas, dengan otoritas inilah yang membuat

pejabat berbeda dengan para pekerja (buruh).

5

Page 8: Makalah Final Birokrasi

d. Max Weber : Batas-batas Tentang Birokrasi

Menurut Weber terdapat lima mekanisme daam membatasi otoritas-otoritas

yang ada :

Kolegalitas, bagi Weber Birokrasi dalam arti bahwa masing-masing

tahapan hierarki jabatan seseorang dan hanya satu orang, memiliki

tanggung jawab untuk mengambil suatu keputusan.

Pemisahan Kekuasaan, Birokrasi mencakup pembagian tugas-tugas

dalam lingkup-lingkup fungsi yang berbeda secara relatif.

Administrasi Amatir, ketika suatu pemerintahan tidak menggaji

para administraturnya maka Pemerintahan itu tergantung pada

orang-orang yang memiliki sumber-sumber yang dapat

memungkinkan mereka menghabiskan waktu tanpa digaji.

Demokrasi Langsung, ada beberapa cara untuk memastikan bahwa

para pejabat dibimbing langsung oleh, dan dapat

dipertanggungjawabkan pada suatu majelis.

Representasi (Perwakilan).

3. Pandangan Weber

Terdapat empat aliran pemikiran yang berpengaruh terhadap

pandangan Weber :

a. Administratur Jerman, hal ini dapat dilihat dari posisi Weber sebagai

seorang hakim yang terlatih, dan juga dari tulisannya tentang sosiolog

hukum yang monumental. Itu juga Administrasi Jerman merupakan

sebuah bagian dari kurikulum Hukum yang normal.

b. Michels, kaitan yang jelas antara pandangan Weber dengan pandangan

Michels adalah sama-sama menyajikan permasalahan hubungan Birokrasi

dan Demokrasi abad 19.

6

Page 9: Makalah Final Birokrasi

c. Marx, disini Weber menyamakan posisi pejabat, memberikan tata urutan

yang tidak berasal dari bukan dirinya sendiri, dengan posisi pekerja yang

diambil dari Marx, yang tidak memiliki sesuatu kecuali tenaga buruhnya.

d. Gustav Schmoller, dimana dia mencoba menyamakan birokrasi dengan

administrasi modern

Max Weber mendapatkan kecaman dan kritikan hanya karena

seringnya Weber menggunakan pembendaharaan yang tidak perlu, atau tata

bahasa dari Weber bisa dikatakan berantakan.

4. Birokrasi dan Para Ideolog

a. Karl Marx

Marx mengintroduksi gagasan Birokrasi tersebut kedalam kritiknya

terhadap konsepsi Hegel terhadap kekuasaan eksekutif suatu negara.

Hegel Menulis dalam buku Philosophy of Right (1821), ia

mengembangkan pendapat bahwa Negra merupakan suatu sarana untuk

kepentingan umum yang berbeda dengan kepentingan yang terpisah dan

kepentingan khusus para anggota masyarakat sispi. Hegel menunjukkan

dua faktor penting untuk menjamin bahwa tindakan-tindakan para pejabat

itu tidak melebihi batas-batas kepentingan umum. Pertama adalah sistem

otoritas hierarkis. Kedua, independensi korporasi-korporasi dan

komunitas-komunitas lokal yang mewujudkan kepentingan-kepentingan

khusus kelompok-kelompok sosial tertentu.

Marx pada dasarnya keberatan terhadap cara Hegel menguji

hubungan antara masyarakat dan negara mula-mula kedua-duanya

terpisah, negara mewakili kepentingan umum, masyarakat mengejar

kepentingan khusus, dan kemudian kedua-duanya disatukan kembali

melalui pembagian-pembagian hierarki, hak-hak beabas untuk korporasi-

korporasi dan moralitas tinggi pejabat. Namun, Marx sependapat dengan

Hegel bahwa para birokrat merupakan pilar utama suatu kelas menengah,

7

Page 10: Makalah Final Birokrasi

tetapi mempertanyakan jenis organisasi apa yang dapat dimiliki jika harus

bergantung pada suatu keseimbangan kpentingan-kepentingan yang

bertentantangan dari pejabat-pejabat dan kelompok-kelompok yang

diistimewakan secara khusus lainnya.

b. Marxis Akhir

Tiadanya catatan Marx tentang birokrasi, menimbulkan dua masalah bagi

pengikutnya. Disatu segi, mereka memiliki sangat sedikit pedoman

tentang bagaimana suatu opartai revolusioner, dan setelah suatu revolusi,

suatu negara sosialis harus diorganisir kedua, ketika suatu negara sosialis

telah berdiri maka munculnya ciri-ciri dalam sistem administrasi yang

tampak begitu mirip dengan yang dikutuk sebagai birokrasi dalam negara-

negara borjuis tidak memiliki penjelasan teoretik yang mudah.

c. Kaum Fasis

Sebagai lawan golongan Marxis, kaum fasis tidak hanya meletakkan teori

suatu Negara pada pusat doktrin mereka, mereka juga berusaha

memecahkan masalah hubungan individu dengan Negara, dengan

menegaskan identitas kepentingan-kepentingan mereka. Otoritas, hierarkis

kewajiban dipuji dan sekalipun ada usaha-usaha untuk menulis dengan

huruf besar ketidakpopuleran pegawai negri, kaum fasis amat dingin

dalam merebut Negra secara utuh dan menggunakannya untuk

tujuanmereka sendiri agar dapat mengasingkan peralatan-peralatannya

dengan demikian ideologi mereka adalah unik dalam memanggapi

Birokrasi.

5. Tujuh konsep modern tentang Birokrasi

Konsep-konsep tentang Birokrasi yang akan disebutkan ini pada

dasarnya adalah pengulasan dari bab-bab sebelumnya :

a. Birokrasi sebagai organisasi rasional

b. Birokrasi sebagai inefisiensi organisasi

c. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat

8

Page 11: Makalah Final Birokrasi

d. Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)

e. Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan oleh pejabat

f. Birokrasi sebagai sebuah Organisasi

g. Birokrasi sebagai masyarakat modern

9

Page 12: Makalah Final Birokrasi

7 KONSEP MODERN BIROKRASI (Martin Albrow)

Martin Albrow adalah sosiolog dari Inggris. Ia banyak menulis seputar

pandangan para ahli seputar konsep birokrasi Weber. Akhirnya, ia sendiri

mengajukan beberapa konsepsinya seputar birokrasi. Albrow membagi 7 cara

pandang mengenai birokrasi. Ketujuh cara pandang ini dipergunakan sebagai pisau

analisa guna menganalisis fenomena birokrasi yang banyak dipraktekkan di era

modern. Ketujuh konsepsi birokrasi Albrow adalah :

1. Birokrasi sebagai organisasi rasional

Birokrasi sebagai organisasi rasional sebagian besar mengikut pada

pemahaman Weber. Namun, rasional di sini patut dipahami bukan sebagai

segalanya terukur secara pasti dan jelas. Kajian sosial tidap pernah

menghasilkan sesuatu yang pasti menurut hipotesis yang diangkat. Birokrasi

dapat dikatakan sebagai organisasi yang memaksimumkan efisiensi dalam

administrasi. Secara teknis, birokrasi juga mengacu pada mode

pengorganisasian dengan tujuan utamanya menjaga stabilitas dan efisiensi

dalam organisasi-organisasi yang besar dan kompleks. Birokrasi juga

mengacu pada susunan kegiatan yang rasional yang diarahkan untuk

pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

2. Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi

Birokrasi merupakan antitesis (perlawanan) dari dari vitalitas

administratif dan kretivitas manajerianl. Birokrasi juga dinyatakan sebagai

susunan manifestasi kelembagaan yang cenderung ke arah infleksibilitas dan

depersonalisasi. Selain itu, birokrasi juga mengacu pada ketidaksempurnaan

dalam struktur dan fungsi dalam organisasi-organisasi besar.Birokrasi terlalu

percaya kepada preseden (aturan yang dibuat sebelumnya), kurang inisiatif,

penundaan (lamban dalam berbagai urusan), berkembangbiaknya formulir

(terlalu banyak formalitas), duplikasi usaha, dan departementalisme. Birokrasi

10

Page 13: Makalah Final Birokrasi

juga merupakan organisasi yang tidak dapat memperbaiki perilakunya dengan

cara belajar dari kesalahannya. Aturan-aturan di dalam birokrasi cenderung

dipakai para anggotanya untuk kepentingan diri sendiri.

3. Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan oleh pejabat.

Birokrasi merupakan pelaksanaan kekuasaan oleh para administrator

yang profesional. Atau, birokrasi merupakan pemerintahan oleh para pejabat.

Dalam pengertian ini, pejabat memiliki kekuasaan untuk mengatur dan

melakukan sesuatu. Juga, seringkali dikatakan birokrasi adalah kekuasaan

para elit pejabat. 

4. Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)

Birokrasi merupakan komponen sistem politik, baik administrasi

pemerintahan sipil ataupun publik. Ia mencakup semua pegawai pemerintah.

Birokrasi merupakan sistem administrasi, yaitu struktur yang mengalokasikan

barang dan jasa dalam suatu pemerintahan. Lewat birokrasi, kebijakan-

kebijakan negara diimplementasikan.

5. Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat.

Birokrasi dianggap sebagai sebuah struktur (badan). Di struktur itu,

staf-staf administrasi yang menjalankan otoritas keseharian menjadi bagian

penting. Staf-staf itu terdiri dari orang-orang yang diangkat. Mereka inilah

yang disebut birokrasai-birokrasi. Fungsi dari orang-orang itu disebut sebagai

administrasi.

6. Birokrasi sebagai suatu organisasi

Birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi berskala besar, formal,

dan modern. Suatu organisasi dapat disebut birokrasi atau bukan mengikut

pada ciri-ciri yang sudah disebut.

7. Birokrasi sebagai masyarakat modern

Birokrasi sebagai masyarakat modern, mengacu pada suatu kondisi di

mana masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang diselenggarakan oleh

birokrasi. Untuk itu, tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar

11

Page 14: Makalah Final Birokrasi

ataupun birokrasi negara. Selama masyarakat tunduk kepada aturan-aturan

yang ada di dua tipe birokrasi tersebut, maka dikatakan bahwa masyarakat

tersebut dikatakan modern.

12

Page 15: Makalah Final Birokrasi

TANTANGAN PARADIGMA MASA DEPAN (Siagian)

Berbagai perkiraan masa depan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

member petunjuk bahwa tantangan yang akan dihadapi oleh birokrasi pemerintahan

di masa depan akan semakin besar, baik dalam bentuk dan jenisnya maupun dalam

intensitasnya. Kesemua tantangan tersebut berkisar pada tuntunan bagi birokrasi

untuk memberikan respons terhadap beraneka ragam perubahan yang terjadi dalam

masyarakat internal suatu Negara bangsa, tingkat regional dan bahkan pada tingkat

global. Peran politik yang dapat dimainkan oleh organisasi-organisasi politik sungguh

penting, antara lain dalam bentuk :

a. Sosialisasi kebijaksanaan politik yang telah disepakati bersama.

b. Penyelenggaraan pendidikan politik bagi para anggotanya.

c. Partisipasi dalam pemilihan umum.

d. Menyalurkan aspirasi para anggota.

e. Melakukan pengawasan social terhadap penyelenggaraan Administrasi

Negara.

Beberapa tantangan birokrasi di masa depan dalam berbagai bidang yaitu :

Tantangan Di Bidang Ekonomi

Birokrasi menghadapi tantangan di bidang kehidupan ekonomi yang sungguh-

sungguh berat dan rumit. Dikatakan demikian, karena dalam peningkatan

kesejahteraan materiil seluruh warga masyarakat harus disadari pentingnya berbagai

hal seperti itu :

a. Demokrasi Ekonomi

Upaya mengatasi kesenjangan social merupakan bagian integral dari

keseluruhan kegiatan untuk memerangi kemiskinan. Dengan menggunakan

tolak ukur tertentu dapat dinyatakan bahwa semua Negara terdapat warga

masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Konsep kemakmuran

adalah konsep yang dinamis yang bahkan tidak ada titik jenuhnya seirama

13

Page 16: Makalah Final Birokrasi

dengan hakikat manusia yang selalu ingin meraih “kemajuan”. Tercapainya

satu tingkat kemakmuran tertentu pada dirinya melahirkan tuntunan

peningkatan yang baru, sehingga dicapai tingkat kemakmuran yang lebih

tinggi.

b. Potensi Nasional

Pada tingkat yang berbeda-beda setiap Negara memiliki potensi nasional

untuk dikembangkan menjadi kekuatan efektif dalam upaya mencapai tujuan

nasioanal Negara yang bersangkutan. Kenyataan yang tidak dapat disangkal

ialah bahwa ada Negara yang potensinya sangat terbatas, tetapi merupakan

pula kenyataan, ada Negara yanglebih mujurkarena potensi nasionalny

relative melimpah. Pada dasarnya potensi nasional itu dapat dikategorikan

pada tiga bentuk, yaitu :

Kekayaan alam

Penguasaan teknologi

Sumber daya manusia

c. Tuntunan yang Meningkat

Para pakar acap kalimenggunakan tingkat pendidikan warga masyarakat

sebagai tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Apabila pendidikan rakyat rata-

rata adalah luluan sekolah menengah pertama, Negara yang bersangkutan

tergolong sebagai Negara yang tingkat kemjuannya “sedang”. Sebaliknya,

suatu Negara dikategorikan sebagai Negara maju apabila pendidikan rata-rata

rakyatnya adalah lulusan sekolah menengah atas. Pandangan demikian

kiranya benar karena dengan pendidikan yang semakin tinggi dalam Negara

yang bersangkutan makin banyak anggota masyarakat yang termasuk pada

kategori “kelas menengah” suatu tolak ukur yang sering digunakan untuk

mengukur maju tidaknya suatu Negara.

d. Kendala yang Dihadapi

14

Page 17: Makalah Final Birokrasi

Kendala yangpaling menonjol di bidang ekonomi yang dihadapi oleh suatu

birokrasi adalah suatu keterbatasan kemampuan Negara yang menyediakan

yang diperlukan untuk membiayai berbagai program yang perlu

ngdilaksanakan. Keterbatasan itu lebih terasa apabila diingat bahwa anggaran

yang tersedia tidak hanya dimaksudkan untuk membiayai program

pembangunan yang menyangkut bidang ekonomi, akan tetapi semua program

yang menjadi tanggungjawab pemerintah.

e. Pelestarian Lingkungan

Semua Negara di dunia dewasa ini dihadapkan kepada masalahj pembangunan

di satu pihak dan pelestarian lingkungan di pihak lain. Yang di dambakan

ialah pembangunan yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan.

Ketangguhan mengatasi masalh-masalah pelestarian lingkungan berangkat

dari dua visi, yaitu :

Eksistensi umat manusia dapat terancam bila lingkungan rusak.

Bumi ini bukan merupakan warisan nenek moyang akan tetapi

dipinjam oleh generasi yang hidup sekarang dari generasi-generasi

yang masih akan lahir kelak.

Tantangan Di Bidang Pendidikan dan Pelatihan

Wahana yang paling efektif untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia

dalam suatu Negara ialah pendidikan dan pelatihan. Bahkan demikian pentingnya

peranan pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia,

para pakar menyatakan bahwa pendidikan itu adalah proses yang berlangsung seumur

hidup. Pendidikan tidak hanya berlangsung disekolah sebagai kegiatan yang formal,

tetapi juga dilingkungan keluarga dan masyarakat berarti penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah melainkan

tanggung jawab pemerintah beserta seluruh komponen masyarakat dalam bidang

pendidikan dan pelatihan, tantangan bagi birokrasi pemerintahan dasarnya terletak

pada :

15

Page 18: Makalah Final Birokrasi

a. Penciptaan iklim yang kondusif bagi terselenggaranya pendidikan dan

pelatihan.

b. Tersedianya seperangkat peraturan dan kebijaksanaan di bidang pendidikan

dan pelatihan untuk dijadikan pedoman oleh semua pihak.

c. Penyelenggaraan sendiri sebagian kegiatan pendidikan formal dari berbagai

tingkat dan jenis serta pelatihan tertentu bagi sebagian warga masyarakat dan

bagi anggota birokrasi sendiri.

Dengan demikian terdapat keterkaitan langsung antara pendidikan dan

pelatihan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia secara nasional dan

peningkatan pengetahuan dan keterampilan para warga masyarakat secara individual.

Tantangan di Bidang Sosiokultural

Dalam mengemban misi dan menyelenggarakan tugas fungsionalnya, suatu

birokrasi pemerintahan tidak bebas norma dan nilai birokrasi terikat pada norma-

norma dan nilai-nilai sosiokultural yang berlaku di masyarakat luas. Dengan

demikian, dalam mengembangkan kultur organisasi, misalnya pimpinan birokrasi

yang bersangkutan harus mendasarkannya pada kultur social yang dianut oleh

masyarakat dan bangsa pada umumnya.

Teknologi informasi pun mempunyai andil yang tidak kecil dalam terjadinya

pergeseran nilai-nilai sosialkultural yang dampaknya pun menyentuh semua sisi

kehidupan dan penghidupan. Informasi di bidang politik, ekonomi, pendidikan,

kemiliteran dan lain sebagainya.

Tantangan Di Bidang Pertahanan dan Keamanan

Para pakar dalam bidang militer, pada umumnya sependapat bahwa dunia

dewasa ini relative lebih aman dibandingkan dengan era terjadinya perang dingin

antara Negara-negara adikuasa. Bahkan sering dikatakan dengan bubarnya Negara

Uni Soviet, Serikat. Aparat pertahanan dan keamanan yang mampu meredam

ancaman dan gangguan yang timbul atau mungkin timbul, baik yangberasal dari lur

16

Page 19: Makalah Final Birokrasi

negeri maupun luar negeri. Hal ini sangat penting karena upaya mencapai tujuan

nasional dapat terhambat apabila situasi keamanan berada pada kondisi labil. Pada

skala dalam ruang linkup ynglebih sempit perlu pula diwaspadai kemungkinan

timbulny gangguan terhadap ketertiban masyarakat, misalnya dalam bentuk

pembunuhan, perampokan, pencurian, perkelahian, pertikaian dan lainnya sebagainya

yang tidak jarang mengundangcampur tangan aparat keamanan.

Tantangan Di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kiranya tidak ada yang menyangkal bahwa salah satu cirri dunia modern

dewasa ini ialah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sangat

pesat, bahkan pada tingkat kepesatan yang belum pernah di alami oleh umat manusia

sebelumnya. Perkembangan pesat demikian dapat merupakan hal yang sangat positif

karena dengan aplikasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu pada

upaya meningkatkan mutu hidup manusia, sungguh banyak manfaat yang dapat di

petik dri padanya.

Ketanguhan suatu birokrasi menghadapi tuntutan yang akan semakin

meningkat itu, pasti akan semakin meningkat apabila suatu birokrasi bebas dari

berbagai “penyakit” yang mungkin menyerangnya. Dapat dikataklan secara

kategorikal bahwa tidak ada birokrasi di manapun di dunia ini yang betul-betul bebas

dari berbagai jenis penyakit. Sebaliknya, tidak ada birokrasi yang menderita penyakit,

semua akan mengidapnya.

PATOLOGI BIROKRASI (Siagian)

17

Page 20: Makalah Final Birokrasi

1. Pengertian Patologi Birokrasi

Patologi merupakan bahasa kedokteran yang secara etimologi memiliki arti

“ilmu tentang penyakit”. Sementara yang dimaksud dengan birokrasi adalah :

"Bureaucracy is an organisation with a certain position and role in running the

government administration of a contry" (Mustopadijaja AR., 1999). Dengan

demikian dapat dilihat bahwa birokrasi merupakan suatu organisasi dengan peran

dan posisi tertentu dalam menjalankan administrasi pemerintah suatu negera.

Sondang P. Siagian (1988) menuliskan beberapa patologi birokrasi yang

dapat dijumpai antara lain:

a. Penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab

b. Pengaburan masalah

c. Indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme

d. Indikasi mempertahankan status quo

e. Empire building (membina kerajaan)

f. Ketakutan pada perubahan, inovasi dan resiko

g. Ketidak pedulian pada kritik dan saran

h. Takut mengambil keputusan

i. Kurangnya kreativitas dan eksperimentasi

j. Kredibilitas yang rendah, kurang visi yang imajinatif

k. Minimmya pengetahuan dan keterampilan.

2. Latar belakang munculnya patologi birokrasi

Birokrasi merupakan wujud terbaik organisasi karena menyediakan konsistensi,

kesinambungan, kemungkinan meramalkan, stabilitas, sifat kewaspadaan, kinerja

efisien dari tugas-tugas, hak keadilan, rationalsm, dan profesionalisme. Ikhtisar

singkat dari keuntungan-keuntungan birokrasi pemerintah adalah: efisien, ideal

18

Page 21: Makalah Final Birokrasi

dan cocok untuk memperkecil pengaruh dari politik dan pribadi di dalam

keputusan-keputusan organisatoris serta wujud terbaik organisasi karena

membiarkan memilih pejabat-pejabat untuk mengidentifikasi dan mengendalikan

yang bertanggung jawab untuk siapa atas apa yang dilakukan.

Apabila ditelusuri lebih jauh, gejala patologi dalam birokrasi menurut

Sondang P. Siagian bersumber pada lima masalah pokok yaitu:

a. Persepsi gaya manajerial para pejabat dilingkungan birokrasi yang

menyimpang dari prinsip prinsip demokrasi. Hal ini mengakibatkan

bentuk patologi seperti penyalahgunaan wewenang dan jabatan menerima

sogok dan nepotisme.

b. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan para petugas pelaksana

berbagai kegiatan operasional mengakibatkan produktivitas dan mutu

pelayanan yang rendah, serta pegawai sering berbuat kesalahan.

c. Tindakan pejabat yang melanggar hukum dengan penggemukan

pembiayaan, menerima sogok, korupsi dan sebagainya.

d. Manifestasi perilaku birokrasi yang bersifat disfungsional atau negatif

seperti sewenang wenang, pura pura sibuk dan diskriminaitif.

e. Akibat situasi internal berbagai instansi pemerintahan yang berakibat

negatif terhadap birokrasi seperti imbalan dan kondisi kerja yang kurang

memadai, ketiadaan deskripsi dan indikator kerja dan sistem pilih kasih.

19

Page 22: Makalah Final Birokrasi

PARADIGMA BIROKRASI YANG IDEAL (Siagian)

Birokrasi diciptakan untuk memberikan pelayanan kepada publik.  Dalam konteks

ini birokrasi memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan

pemerintahan dalam menjalankan program dan kebijakannya untuk dirasakan publik.

Birokrasi harus ditopang oleh paradigma ideal yang harus ada. Paradigma birokrasi

yang ideal berkisar pada empat hal (Toenggul  P.  Siagian: 2000) yaitu :

1. Paradigma di bidang kelembagaan

Birokrasi mampu menyelenggarakan fungsi dengan tingkat efisiensi,

efektivitas dan produktivitas yang semakin tinggi dengan berdasarkan prinsip-

prinsip organisasi yang sehat. Prinsip-prinsip organisasi yang sehat adalah :

a. prinsip kejelasan misi

b. prinsip kejelasan fungsi

c. prinsip kejelasan aktivitas

d. prinsip kesatuan arah

e. prinsip kesatuan perintah

f. prinsip formalisasi

g. prinsip pendelegasian wewenang

h. prinsip desentralisasi 

i. prinsip keseimbangan wewenang dan tanggung jawab.

2. Paradigma manajemen sumber daya manusia

Paradigma manajemen sumber daya manusia dalam birokrasi bermuara dari

semangat pengabdian.  Olehnya manajemen sumber daya manusia diarahkan

pada tersedianya tenaga kerja dalam birokrasi yang secara kuantitatif dan

kualitatif memenuhi tuntutan keseluruhan tugas dan peranan birokrasi dimana

mereka menjadi anggota. Langkah-langkah yang diambil dalam mengelola

sumber daya manusia terdiri dari, yaitu :

20

Page 23: Makalah Final Birokrasi

a. perencanaan tenaga kerja

b. rekrutmen

c. seleksi

d. penempatan sementara

e. penempatan

f. sistem imbalan

g. perencanaan dan pembinaan (pengembangan) karier

h. pendidikan dan pelatihan

i. pemutusan hubungan kerja

j. pemensiunan

k. audit kepegawaian

3. Pengembangan sistem kerja

Pengembangan sistem kerja  untuk menciptakan kesatuan gerak melalui :

a. kesatuan persepsi tentang misi birokrasi.

b. mekanisme perencanaan yang bottom-up approach.

c. formalisasi kegaiatan sejenis atau pembakuan tatacara kerja yang

dikenal istilah standard operating procedures (SOP).

d. mekanisme koordinasi yabng harus mantap.

4. Pengembangan citra

Nilai nilai seperti loyalitas kejujuran, semangat pengabdian, disiplin kerja,

mendahulukan kepentingan bangsa diatas kepentingan sendiri, tidak

memperhitungkan untung rugi dalam pelaksanaan tugas, kesedian berkorban,

dedikasi selalu ditekankan untuk dijunjung tinggi harus dikembangkan

sebagai citra positif birokrasi.

21

Page 24: Makalah Final Birokrasi

10 PRINSIP MEWIRAUSAHAKAN BIROKRASI

(David Osborne dan Ted Gaebler)

Birokrasi pada dasarnya merupakan suatu konsep perpaduan antara

ilmu politik dengan ilmu bidang politik lainnya.B i r o k r a s i m e r u p a k a n

s u a t u a l a t y a n g m e n g g a b u n g k a n s t r u k t u r   organisasi, prosedur

dan protokol dan beberapa regulasi untuk menjalankan suatu aktifitas

dantugas-tugas besar. dalam perkembangannya birokrasi seringkali dicap

sebagai sesuatu yangangkuh,tak tersentuh dan boros. Hal ini tentunya

merupakan suatu paradoks dari fungsi dantujuan birokrasi itu sendiri.Guna

mengatasi hal tersebut para ahli berusaha mengembangkan birokrasi ke arah

yanglebih baik, yaitu dengan cara mengadopsi nilai-nilai swasta,tujuan dari adopsi

nilai-nilai swastat e r s ebu t ada l ah un tuk menc ip t akan pe l ayanan pub l i k

yang l eb ih e f ek t i f dan e f i s i en . Da l am  perkembanggannya konsep tersebut

dinamakan New Public Management.

Munculnya konsep baru tersebut mendapat beberapa perhatian

khususnya Negara-negara seperti A m e r i k a Serikat, Inggris, Australia dan

Selandia Baru. B a n y a k n y a n e g a r a - n e g a r a m a j u t e r s e b u t y a n g

t e r t a r i k p a d a k o n s e p  New Pub l i c Management telah membuat beberapa

ahli administrasi mengembangkan konsep tersebut. Salah satunya ialah David

Osborne dan Ted Gaebler Reinventing Government. 

Dalam bukunya Reinventing Government, David Osborne dan Ted Gaebler

menekankan 10  prinsip yaitu :

1. Bahwa pemerintahan yang baik bersifat katalis, yaitu mengarahkan dari

pada mengayuh, prinsip pertama ini menekankan pada mekanisme

pemisahan antara keputusan kebijakan dan pemberian layanan, tujuan dari

pengarahan ini adalah untuk membuat efisiensi seperti dalam sebuah

organisasi. Adapun cara pemisahan tersebut dapat dilakuakan dengan

22

Page 25: Makalah Final Birokrasi

carakerja sama atau kemitraan antara pemerintah dengan sector swasta yaitu

dimana pemerintah bertindak sebagai pengambilan keputusan dan sector

swasta sebagai pemberi pelayanan.

Implementasi prinsip 1 :

Sosialisasi PHBS (Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dalam rangka

sosialisasi tersebut pemerintah daerah seperti Pemerintah daerah Jawa Barat

dan Pemerintah daerah DKI Jakarta melakukan kerja sama ibu-ibu PKK dan

beberapa LSM lainnya untuk sosialisasi program PHBS yang dimana

pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator saja.

2. Bahwa pemerintah itu memiliki masyarakat karena itu pemerintah harus

lebih bersifata memberi wewenang dari pada melayani, prinsip kedua ini

menekankan pada madsyarakat terutama dalam pelayanan public, yaitu

pemerintah harus mampu memberdayakan masyarakat sehingga mereka

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya (social needs), adanya wewenang ini

jugta memberikan suatu efisiensi terutama dalam masalah biaya dan masalah

fleksibilitas pelayanan public, efisiensi lebih terlihat karena masyarakat lebih

melihat mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi untuk masalahnya sendiri

dibandingkan dengan kalangan professional/pemerintah.

Implementasi prinsip 2 :

Dapat dilihata dari Desa Siaga, program desa siaga secara langsung bertujuan

untuk menciptakan Self Help Community yaitu dengan dibuatnya suatu forum

desa yang dalam pemecahan pemecahan masalah diberikan langsung kepada

pemerintah sebagai pengawas dan fasilitator saj.

3. Bahwa pemerintahan yang baik berwawasan kompetisi yaitu

menciptakan persaingan dalam pemberian pelayanan, yang menekakna

pada persaingan yaitu dengan adanya persaingan yang ketat maka secara

langsung akan menimbulkan suatu efisiensi terutama dalam hal lainnya

kompetisi tersebut juga mampu memberikan suatu nilai inovasi baru dan

mencegah terjadinya monopoli.

23

Page 26: Makalah Final Birokrasi

Implementasi prinsip 3 :

Dapat dilihata dari Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 pada KEPPRES

di atur dengan adanya tender untuk mendapatkan harga yang bersaing tetapi

mendapatkan tetap yang berkualitas.

4. Bahwa pemerintah harus digerakkan oleh misi, prinsip ini bertujuan untuk

mentransformasikan organisasi-organisasi atau pemerintahan yang digerakkan

oleh peratyuran menjadi digerakkan oleh suatu misi. Transformasi dari

peraturan menjadi misi ini digerakkan untuk membuat satu pencapaian atau

suatu target yang jelas, sehingga mampu menimbulkan efisiensi denagan

adanya misi tersebut diharapkan mampu menciptakan fleksibilitas sehingga

dapat menghadapi berbagai kendala yang tidak pasti.

Implementasi prinsip 4 :

Dilihat dari kementrian keuangan terutama dalam pelaksanaan reformasi

dalam internal organisasinya memfokuskan dalam terutang misalnya Balance

Scorecard.

5. Bahwa pemerintah berorientasi pada hasil, membiayai hasil bukan

membiayai masukan menekankan pada efisiensi anggaran yaitu dengan

mengubah focus anggaran yaitu dari input menjadi output sehingga dapat

dilakukan pengukuran kinerja yang baik dan tidak menimbulkan pemborosan

kinerja di masa yang akan dating.

Implementasi prinsip 5 :

Prinsip ke lima masih belum mampu di terapkan di Indonesia, hal ini dapat

dilihat dari berbagaoi program pemerintahan yang tidak mempunyai indicator

yang jelas atau mempunyai otonomi daerah, adanya Big Bang

Desentralilization paska era reformasi tanpa disertai pengawasan membuat

pemborosan yang besar karena penyerapan dana khusus ekonomi daerah tidak

menjadi maksimal.

6. Bahwa pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang berorientasi

pada pelanggan, yang menekankan bahwa pemerintah harus mampu

24

Page 27: Makalah Final Birokrasi

memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat yaitu harus mampu

bersifat responsive terhadap semua masalah. Dalam hal lain prinsip ini juga

menekankan pada adanya feedback masyarakat pada pelayanan public yang

diberikan oleh pemerintah sehingga mampu menciptakan pelayanan public

yang berkualitas.

Implementasi prinsip 6 :

Bertujuan untuk mengurangi sikap arogansi pemerintah namun sayangnya

prinsip tersebut di Indonesia belum ada.

7. Bahwa pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang diugerakkan

oleh semangat wirausaha yaitu menghasilkan dari pada membelanjakan,

menekankan pada Return Of Investement (ROI) yang di dapat dari anggaran,

penganggaran tradisional lebih cenderung untuk lebih focus kepada

penghabisan angggaran, sedangkan dalam pemerintahan wirausaha tersebut

adalah suatu pemborosan karena tidak sesuai dngan semangat wirausaha.

Implementasi prinsip 7 :

Di Indonesia prinsip ini belum bias diterapkan karena pemerintah masih

member subsidi yang sering menimbulkan ketergantungan.

8. Bahwa pemerintah harus selalu bertindak antisipatif yaitu selalu

berusaha mencegah dari pada mengobati, bertujuan untuk selalu

memberikan pengobatan untuk memerangi masdlah dengan cara represif

menjadi preventif yaitu dengan cara penggunaan perancanaan strategis,

pemberian misi di masa depan dan cara lainnya.

Implementasi prinsip 8 :

Di Indonesia prinsip ini telah diterapkan terutama di bidang Kementrian

kesehatan yaitu dengan program perilaku hidup bersih dan sehat yang

bertujuan untuk menghilangkan semua penyakit.

9. Bahwa pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang

didesentralisasikan, sentralisasi merupakan suatu cirri utama birokrasi,

adanya sentralisasi tersebut sering kali membuat pemerintah tidak menjadi

25

Page 28: Makalah Final Birokrasi

lebih responsive, untuk mengatur mengatasi pemerintahan maka ditekankan

pada konsep desentralisasi sehingga pemerintah mampu memberikan

responsive yang tepat dan menghemat biaya.

10. Pemerintah harus berorientasi pasar, yaitu mempercepat perubahan

pasar, prinsip ini menekankan pada solusi ynag cepat untuk memecahkan

maslah yaitu dengan menciptakan pasar. Pasar tersebut merupakan solusi

yang tepat karena pasar tersebut bersifat kompetitif, efekti, dan efisien.

Implementasi prinsip 10 :

Di Indonesia prinsip ini masih belum bias diterapkan karena sikap birokrasi

Indonesia hamper sama dengan Negara-negara nerkembang lainnya yaitu

kaku, tertutup, dan kadang paternaelistik. Sehingga dalam pemecahannya

tidak melibatkan pasar.

Dalam bukunya mewirausahakan Birokrasi ini David Osborne dan Ted

Gaebler menyatakan bahwa bukunya tidak menawarkan suatu konsep yang

baru, melainkan suatu kompilasi suatu konsepdari berbagai aktivisi dan

parktisi dari berbagai Negara. Dalam buku ini juga kita dapat melihat bahwa

penulis terinspirasi pada seorang tokoh management yaitu Peter Drucker,

Edward Demming, dan Thomas Peter. Dalam bukunya ini juga Osborne dan

Gaebler sangat menekankan pada Market Oriented , namun menurut mereka

pasar hanyalah salah satu jawaban dari solusi yang terbaik.

26

Page 29: Makalah Final Birokrasi

NETRALISASI BIROKRASI (Samodra Wibawa)

Ada pandangan yang berkembang dikalangan LSM dan tokoh politik lokal di

daerah ini bahwa untuk memperjuangkan paradigma reformasi dari pada mereka

tidak sama sekali berbuat, mendingan mereka secara ramai-ramai dan secara terus

menerus melakukan demonstrasi ke kantor-kantor pemerintah agar para pegawai

negeri itu dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Kalau

pegawai negeri dan pejabat ditekan terus menerus oleh mahasiswa, dan mereka akan

kehilangan penghasilan tambahan yang lumayan besar yang selama ini mereka terima

dari uang sogok, maka pegawai negeri akan melakukan tekanan kepada pemerintah

pusat agar menaikkan penghasilan mereka. Dan jika memang tak terpenuhi, maka

pegawai negeri akan melakukan mogok kerja di suatu pihak dan membongkar korupsi

korupsi besar yang dilakukan “bos’ mereka dipihak lain. “Perlawanan dari dalam”

yang dimulai dari perang tehadap “birokrasi” ini dapat menjatuhkan pemerintah

(Reformasi Administrasi Pemerintah dalam Samodra Wibawa, 2005).

Dalam kondisi desakan-desakan demonstrasi dengan model semacam ini

kelihatannya makin hari semakin tidak menumbuhkan gairah kerja para pegawai

negeri yang utamanya sering kali menerima sorotan demontran. Pandangan para

demontran bahwa di daerah ini lembaga yang menjadi sarangya koruptor adalah

Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, padahal

tidak selamanya kegiatan demontrasi itu bisa menggerakkan pegawai negeri untuk

melawan atasan alias “bos”atau bisa berperang melawan “birokrasi.”, malah kejadian

sebaliknya para pegawai negeri saat ini lebih memilih melakukan perlawanan dari

pada mereka dihina secara terus menerus.

Pegawai negeri yang ada di daerah ini dalam bekerja melayani kepentingan

publik, dalam bekerja senantiasa mengutamakan efisiensi dan efektivitas pelayanan,

dilain pihak penghasilan mereka yang dibayar oleh pemerintah dalam sebulan relative

belumlah cukup memuaskan atau mencukupi biaya standard kebutuhan minimal

27

Page 30: Makalah Final Birokrasi

pegawani negeri. Persoalan ini merupakan persoalan Negara yang hingga saat ini

pemerintah belum bisa mencari solusi secara bijaksana sehubungan dengan

keterbatasan sumber-sumber pendapatan Negara untuk digunakan sebagai belanja

pegawai negeri.  

Weber dalam Boone dan Bowen dalam Samodra Wibawa (2005) mengatakan

bahwa Birokrasi yang moderen bertindak atas dasar wewenang yang sah , yang

berbasis pada pertimbangan rasional. Dipihak lain apa yang dilakukan birokrasi

tehadap masyarakat hanya akan dipatuhi jika ada aturan hukumnya. Olehnya itu kita

harus mampu mempertahankan eksistensi pegawai negeri sebagai aparat birokrasi dan

bersatu melawan kesewenang-wenangan, ketidak adilan dan keserakahan para

politikus avonturir politik yang bercokol di daerah ini. Dengan demikian kita sebagai

pemilik organisasi publik sekaligus sebagai pelayan publik dapat menjalankan fungsi

dan tugas kita sebaik baiknya kepada masyarakat di daerah ini.

Kesalahan besar yang dimiliki oleh para pemimpin lokal atau publik pigur kita

di kendari sebagai ibu kota provinsi sulawesi tenggara selama ini adalah kurangnya

kejujuran dalam pengakuan jati dirinya atau zelf correction. Apa sesungguhnya

kelebihan yang mereka miliki untuk menjadi andalan jika mereka dipercaya oleh

rakyat untuk memimpin daerah ini.dan juga dimana letak kekurangan yang mereka

miliki jika mereka dipercaya oleh rakyat untuk memimpin daerah ini. Mereka tidak

pernah lebih dulu mau bertanya sama diri sendiri bahwa mampukah mereka itu untuk

menduduki jabatan tertentu berdasarkan biografi sederet pengalaman manajerial,

leadership dan strata pendidikan yang mereka miliki baik formal maupun politik,

sehingga dengan modal itu mereka dapat memimpin dengan baik daerah ini. Tetapi

sesungguhnya kalau kita mau jujur saja bahwa para pemimpin kita yang ada di daerah

ini sebenarnya belumlah siap secara moral untuk menjadi pejabat publik sehingga

ketika mereka diberi kepercayaan oleh rakyat maka mereka tak dapat berbuat apa-apa

malah sebaliknya kebanyakan pejabat yang telah menduduki jabatan tertentu

cenderung memilih memperkaya diri sendiri dan keluarganya, kurang memperhatikan

pembangunan yang menyentuh hati nurani kerakyatan.

28

Page 31: Makalah Final Birokrasi

Menurut Samodra Wibawa (2005) memimpin dapat didefinisikan secara

ringkas sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan prilaku tertentu

guna mewujudkan keinginan keinginan orang pertama. Jadi dalam proses ini ada dua

orang pihak, yakni satu mempengaruhi, sedang yang lain dipengaruhi; dan ada

kepentingan yang ingin diperjuangkan-----paling tidak oleh seorang yang

mempengaruhi. Selanjutnya dari proses kepemimpinan ini akan muncul motivasi

yang kemudian terekpresikan sebagai tindakan atau sikap.

Dengan demikian “memimpin” merupakan aktivitas yang tidak hanya jadi

monopoli seorang pemimpin baik pemimpin formal maupun non formal melainkan

aktivitas yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Seorang pengusaha dapat

“memimpin” seorang pejabat dengan cara memberikan susu tante (sumbangan suka

rela tanpa tekanan) atau susu denko (sumbangan suka rela dengan kompromi),

misalnya agar pejabat tersebut dapat mengeluarkan Surat keputusan untuk

kepentingan usahanya. Keadaan ini persis juga sama sepeti seorang pejabat

“memimpin” para pengusaha dengan “menghimbau” mereka untuk menjadi bapak

angkat bagi industri kecil dan lain sebagainya.

Seorang pemimpin publik, tarulah misalnya Gubernur, dia semestinya harus

memiliki kemampuan manajerial dan leadership yang sudah mampu teruji

ketangguhanya yang dapat diamati melalui proses kepemimpinan partai politik.

Penerapan manajemen kepemimpinan juga harsunya bersifat kondisional, dimana

seorang pejabat publik harus mampu memainkan peran seni memimpin dari berbagai

tipe yang mesti dimunculkan secara apasteriori dalam mengendalikan organisasinya

untuk kepentingan publik. Tapi amat disayangkan pada kenyataannya hampir semua

pejabat publik yang ada di daerah ini kadang tidak memiliki kemampuan manejerial

dan leadership yang memadai, tapi mereka tak mau jujur mengakuinya, malah

sebaliknya menutupi segala kekurangannya dan mengejar ambisi untuk menduduki

jabatan publik misalnya seperti Gubernur. ; Apa akibat yang kita rasakan bahwa

kualitas kepemimpinan mereka kurang memadai untuk membawa arah perkembangan

daerah ini kedepan yang tersistem dalam pola program yang lebih baik dari tahun ke

29

Page 32: Makalah Final Birokrasi

tahun, malah sebaliknya proses politik kekuasan yang lebih dominan ketimbang

proses pembangunan masyarakat. Beberapa tipe atau model kepemimpinan yang

harus dimiliki oleh seorang pejabat publik antara lain : Patrimonial, Otokrasi,

Otoriter, Karismathik dan Demokrasi. Kelima model ini bagi misalnya seorang

Gubernur harus dapat memainkan seni peran dengan mengkombinasikan dalam setiap

aktivitas organisasi pemerintahan yang dipimpinnya sesuai kondisi yang dibutuhkan.

Menurut Samodra Wibawa (2005) mengatakan bahwa “umum” memiliki makna yang

tunggal. Beberapa kemungkinan makna dari kata ini adalah :

a. Orang banyak dalam arti tidak sedikit

b. Orang kebanyakan dalam arti rakyat yang buka penentu kebijakan

c. Masyarakat luas, dalam arti tidak hanya satu golongan saja

d. Seluruh Masyarakat, dalam arti buka hanya orang yang tinggall disuatu

daerah.

Di pihak lain, “umum” bisa pula diartikan sebagai menyangkut hal yang abstrak,

bukannya konkret dalam arti orang atau masyarakat di atas. Dalam pemahaman ini,

“umum” bisa berarti :

a. Suatu yang berkenaan dengan pemerintah atau negara, bukan hal-hal yang

bersangkut paut dengan perorangan atau swasta

b. Hal yang luas atau tidak jelas, bukannya khusus dan tegas

c. Sosial bukannya swasta atau pribadi atau bisnis

d. Yang lazim, bukannya aneh.

Seorang pejabat publik beserta birokrasi jajarannya di daerah ini, bilang pada

rakyatnya bahwa pembebasan tanah yang terdapat dikelurahan T untuk sebuah

konservasi tambang dilakukan demi kepentingan umum, karena itu para warga negara

pemilik tanah dengan iklas merima ganti rugi seribu rupiah saja permeter perseginya.

Mereka mengira bahwa tanah mereka akan dipakai untuk tempat bangunan

pemerintah atau terminal ataupun pasar. Ternyata belakangan baru mereka menyadari

bahwa tanah yang dibeli oleh pemerintah tadi adalah milik perorangan  atau

kelompok pengusaha tertentu yang juga akan digunakan untuk kepentingan usaha

30

Page 33: Makalah Final Birokrasi

perorangan bukannya untuk kepentingan sosial atau kepentingan umum. Ternyata

sang pejabat publik tadi telah melakukan pembohongan publik. Dan hal ini dapat

terjadi oleh karena adanya keterlibatan birokrasi secara tidak langsung dalam

pembelian sebidang tanah milik rakyat tersebut.

Keterlibatan birokrasi dalam pembuatan kebijakan tempaknya memang tidak

terelakan, baik secara praktis maupun secara ideal. Akibatnya birokrasi tidak hanya

memegang wewenang teknis administratif melainkan kadang menggenggam

kekuasaan politis, yang sering kali malah lebih besar dibanding eksekutif, legislatif

maupun yudikatif (Samodra Wibowo, 2005). Para aktivis politik di dalam tubuh

legislatif, misalnya harus dipilih dan hanya bertugas untuk jangka waktu tertentu;

tetapi birokrasi tidak perlu dipilih melainkan diangkat dan bertugas hampir seumur

hidup. Secara demikian dapat dikatakan bahwa birokrat atau aparatur negara atau

pegawai negeri adalah “politikus permanent” (Kingsley dalam Albrow, 1989).

Tindakan ini menurut Woodrow Wilson (1887) seorang ahli administrasi negara telah

mengakui bahwa kekuasaan birokrasi seperti itu tidak berbahaya sepanjang ada

mekanisme pertanggungjawaban (Millet dalam Samodra Wibowo, 2005).

BIROKRASI DAN MASYARAKAT MODERN

31

Page 34: Makalah Final Birokrasi

Suatu sistem proposisi-proposisi eksplanotoris yang berkaitan antara satu

dengan yang lainnya, yang merupakan suatu teori yang ilmiah, tapi tidak semua

pandangan merupakan proposisi yang ilmiah, istilah ini hanya merujuk kepada

preposisi- preposisi yang memiliki imsplikasi emperis yang dapat diperkuat dalam

penelitian yang sistematik yang tidak berlaku bagi semua eksplanasi. Fakta-fakta

yang tidak penting masih memiliki kegunaaan dan begitu juga dengan  imajinasi

tanpa disiplin, namun untuk penelitian emperis dan pandangan-pandangan teoritis

untuk membangun suatu ilmu yang objektif dan sistematis, semua ini harus

dipadukan kedalam satu kesatuan yang utuh, teori hanya mengarahkan penelitian

bahwa peneliti harus dioreantasikan kepada penetapan generasi-generasi teoritis.

Peran Birokrasi Dalam Pemerintahan Yang Modern

Michael G. Roskin, et al. meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4

fungsi birokrasi di dealam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut adalah :

a. Administrasi

Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan,

pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi

dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah mengimplementasikan

undang-undang yang telah disusun oleh legislatif serta penafsiran atas UU

tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan

kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum itu sendiri telah

dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan.

b. Pelayanan

Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau kelompok-

kelompok khusus. Badan metereologi dan Geofisika (BMG) di Indonesia

merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana badan tersebut ditujukan

demi melayani kepentingan masyarakat yang akan melakukan perjalanan atau

mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam. Untuk batas-batas tertentu,

32

Page 35: Makalah Final Birokrasi

beberapa korporasi negara seperti PJKA atau Jawatan POS dan Telekomunikasi

juga menjalankan fungsi public service ini.

c. Pengaturan (regulation)

Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi

mengamankan kesejahteraan masyarakat.Dalam menjalankan fungsi ini, badan

birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus

kepentingan masyarakat banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan

pada dua pilihan ini.

d. Pengumpul Informasi (Information Gathering)

Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan

mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan

baru yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual. Badan

birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara

tentu menyediakan data-data sehubungan dengan dua hal tersebut. Misalnya,

pemungutan uang yang tidak semestinya (pungli) ketika masyarakat membuat

SIM atau STNK tentunya mengalami pembengkakan. Pungli tersebut merupakan

pelanggaran atas idealisme administrasi negara, oleh sebab itu harus ditindak.

Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan membuat prosedur baru

untuk pembuatan SIM dan STNK agar tidak memberi ruang bagi kesempatan

melakukan pungli.

Birokrasi yang sempurna tidak pernah bisa diwujudkan, tidak ada satupun

organisasi emperis yang memiliki struktur yang sama  persis dengan konstruksi

ilmiah. Model tipe birokrasi yang ideal sebenarnya bukanlah satu skema konseptual

semata, tidak hanya mencakup definisi-definisi konsep, tetapi generalisasi implisit

tentang hubungan antara generasi itu secara khusus hubungan hipotesa bahwa

berbagai kharakteristik birokrasi beragam mendorong efesiensi adnministrasi.

33

Page 36: Makalah Final Birokrasi

Ketika tidak ada hubungan antara otoritas hirarki yang ketat tidak ada

hubungan  dengan efesiensi bekerja, ini membuktikan bahwa tidak ada semacam ini

dalam birokrasi tipe ideal, temuan ini membuktikan bahwa organisasi-organisasi yang

belum mengalami perkembangan birokrasi secara penuh karena generalisasi-

generalisasi tentang Negara-Negara ideal menentang pengujian sistematis, mereka

tidak memiliki tempat dalam ilmu. Organisasi-organisasi informal diperlukan oleh

berbagai organisasi. Pola-pola informal ini berlainan dengan kejadian-kejadian

pengecualian merupakan suatu regular dari organisasi-organisasi birokrasi  oleh

karenanya perlu dilibatkan  anlisis analisis pola birokrasi.

Ada banyak bukti yang mengatakan kesimpulan yang sebaliknya, hubungan-

hubungan informal dalam praktek-praktek tak resmi sering memberi konstribusi

terhadap efesiensi birokrasi operasi-operasi. Penulis sangat setuju dengan pendapat

diatas, terkadang organisasi eksternal yang mendukung justru kuat dalam membantu

tim utama dalam organisasi, karena mereka tidak terlalu terjebak dengan kerja-kerja

institusi tapi lebih kepada kerja professional.

34

Page 37: Makalah Final Birokrasi

NETRALISASI TRADISIONAL PENDEKATAN REGIONAL

SULAWESI SELATAN

Persoalan netralitas birokrasi sejatinya sudah ada sejak lama. Ilmuwan politik

dan administrasi negara seperti Guy Peters, Nicholas Henry, dan Francis Rourke

hampir sepakat bahwa birokrasi harus aktif membuat keputusan politik. Netralisasi

birokrasi dari politik sebagaimana pandangan Wilson, Goodnow dan White hampir

tidak mungkin dilakukan, karena kekuasaan membuat keputusan yang dimiliki

birokrasi merupakan aktivitas politik.

Dari perspektif ini birokrasi pemerintah itu adalah highly politized.

Dalam tataran hukum formal, sebenarnya netralitas PNS dalam pilkada telah

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, tentang netralitas PNS

dalam Pilkada dan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

SE/08.A/M.PAN/5/2005 tentang netralitas PNS dalam Pilkada. Namun

bagaimanapun aturan yang ada tersebut tetap ada celah yang tak bisa ditembus oleh

perangkat kaca mata hukum karena beragamnya motif, model dan bentuk

keberpihakan PNS terhadap kontestan pilkada yang ada. Apalagi minimnya

partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan.

Gaung Pemilihan Kepala Daerah atau Walikota dan wakil walikota di Kota

Tangsel Banten yang merupakan sebuah hajatan rutin demokrasi secara prosedural

kembali bergema, baik untuk Pilkada Gubernur maupun untuk pemilihan beberapa

Bupati/Walikota. Sehubungan dengan pemilukada ini, tidak dapat dipungkiri akan

selalu ada sorotan ataupun gunjingan akan keberadaan birokrasi yang dipresentasikan

oleh para Pegawai Negeri Sipil. Sorotan utama adalah tentang netralitas dan atau

keberpihakan para birokrat kepada calon peserta tertentu.

Dalam tataran juridis formal sebenarnya netralitas PNS dalam pilkada telah

diatur seperti dalam PP no 6 tahun 2005 tentang netralitas PNS dalam Pilkada

maupun surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

35

Page 38: Makalah Final Birokrasi

SE/08.A/M.PAN/5/2005 tentang netralitas PNS dalam Pilkada. Namun

bagaimanapun aturan yang ada tersebut tetap ada celah yang tak bisa ditembus oleh

perangkat kaca mata hukum karena beragamnya motif, model dan bentuk

keberpihakan PNS terhadap kontestan pilkada yang ada, apalagi aturan tersebut hanya

mengatur secara normatif belum menyentuh aspek substansial.

Selain itu sulitnya membedakan antara kegiatan administratif formalistik yang

dijalankan oleh birokrasi antara tuntutan profesionalitas dengan balutan yang

sebenarnya dukungan informalistik terselubung terhadap pasangan calon tertentu,

apalagi jika kegiatannya berlangsung disaat diluar jam dinas para PNS, maka kata

netralitas itu hanya akan menjadi sebuah bayangan semu belaka dan akan tetap

menjadi sebuah lobang yang gelap untuk diselidiki, dia terasa tetapi tidak teraba.

Menurut Istidjar melalui Sudiman (2009) dalam penelitiannya yang dilakukan

pada Pilkada Gubernur Sulawesi Selatan dan Banten menyebutkan ada dua faktor

yang menyebabkan sulitnya birokrasi untuk netral dalam Pilkada, yakni faktor

internal birokrasi dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah sentimen primordialisme dan logika kekuasaan. Faktor

ini lebih kepada kedekatan etnisitas, kesukuan dan agama.Sedangkan faktor logika

kekuasaan dikarenakan adanya ketidakpastian sistem dalam penjenjangan karir

seorang PNS. Ada sebuah spekulasi politik dan kekuasaan yang diharapkan dari PNS

yang memberikan dukungan politik kepada kontestan pilkada, yaitu akan

meningkatkan karir di birokrasi ketika calon yang didukung menang.

Belajar dari pengalaman masa lalu, politisasi birokrasi ternyata menimbulkan

berbagai persoalan.

a. Pertama, pelayanan yang diberikan menjadi tidak adil karena ada

kecenderungan mengutamakan golongan masyarakat yang memiliki kesamaan

aliran politik, sifat pelayanan tidak objektif, dan tidak mau dikontrol.

b. Kedua, munculnya patronikrasi yakni budaya “gotong royong”, saling

menolong yang membuahkan nepotisme. Pengrekrutan dan promosi pegawai

tidak lagi mengikuti sistem merit dalam tradisi Weberian, tetapi lebih

36

Page 39: Makalah Final Birokrasi

menunjukkan sistem ‘bedol desa’ atau patronase yang didasarkan pada

“kedekatan” dan kesamaan aliran politik. Oleh karena itu, pengrekutan,

promosi dan jabatan birokrasi tidak semata-mata dilihat sebagai prosedur

administrasi tetapi juga sebagai peluang dan investasi politik.

c. Ketiga, profesionalisme dan integritas birokrasi yang idealnya memiliki

akuntabilitas, responsibilitas, responsivitas, dan akseptabilitas yang jelas akan

terpengaruh dengan adanya perbedaan aliran politik. Dalam konteks ini

budaya politik yang cenderung mengajarkan pimpinan baru untuk

menggunakan staf atau pejabat baru, sehingga menyingkirkan pejabat lama

(yang dipandang tak loyal), sulit dihindari.

Birokrasi juga bisa terpecah kedalam berbagai faksi berdasarkan orientasi

pilihan politik. Secara formal, kondisi ini akan berakhir setelah pelantikan kepala

daerah terpilih. Tetapi kenyataannya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk

memperbaiki soliditas birokrasi sebagai imbas dari politisasi selama berlangsungnya

Pemilukada.

37

Page 40: Makalah Final Birokrasi

BIROKRASI DI INDONESIA DARI MASA KE MASA

Birokrasi di Indonesia awalnya sebagaimana diperkenalkan oleh budaya Eropa

di mulai dari masa-masa kolonial antara lain dengan masa cultuurstelsel, masa

desentralisasi dan emansipasi, masa pemerintah pusat (centraal bestuur), masa

Binnenlands Bestuur dan ambtskostuum binnenlands bestuur, masa pendudukan bala

tentara Jepang dan kemudian masa dimana setelah proklamasi kemerdekaan 17

Agustus 1945 pemerintahan Indonesia melalui Kasman Singodimedjo ketua KNIP

pada 25 September 1945 mengumumkan bahwa presiden Indonesia memutuskan bagi

keseluruhan pegawai-pegawai pemerintahan terdahulu dari segala jabatan dan

tingkatan ditetapkan menjadi pegawai pemerintahan Indonesia.

1. Birokrasi Zaman Kerajaan

Sebagian besar wilayah Indonesia sebelum kedatangan bangsa asing pada

abad ke-16, menganut sistem kekuasaan dan pengaturan masyarakat yang

berbentuk sistem kerajaan. Dalam sistem kerajaan, pucuk pimpinan ada di

tangan raja sebagai pemegang kekuasaan tunggal atau absolute. Segala

keputusan ada di tangan raja dan semua masyarakat harus patuh dan tunduk

pada kehendak sang Raja. Birokrasi pemerintahan yang terbentuk pada saat

itu adalah birokrasi kerajaan, yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

a. Penguasa menganggap dan menggunakan administrasi publik sebagai

urusan pribadi

b. Administrasi adalah perluasan rumah tangga istana

c. Tugas pelayanan ditujukan kepada pribadi sang raja

d. “Gaji” dari raja kepada bawahan pada hakikatnya adalah anugerah

yang juga dapat ditarik sewaktu- waktu sekehendak raja

e. Para pejabat kerajaan dapat bertindak sekehndak hatinya terhadap

rakyat, seperti halnya dilakukan oleh raja.

38

Page 41: Makalah Final Birokrasi

Aparat kerajaan dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan

raja. Di dalam pemerintahan pusat (keratin), urusan dalam pemerintahan

diserahkan kepada empat pejabat setingkat menteri (wedana lebet) yang

dikoordinasikan oleh seorang pejabat setingkat Menteri Kordinator (pepatih

lebet). Pejabat-pejabat kerajaan tersebut masing-masing membawahi

pegawai (abdidalem) yang jumlahnya cukup banyak. Daerah di luar keraton,

seperti daerah pantai raja menunjuk bupati-bupati yang setia kepada raja

untuk menjadi penguasa daerah. Para bupati biasanya bupati lama yang telah

ditaklukkan oleh raja, pemuka masyarakat setempat, atau saudara raja

sendiri.

2. Birokrasi Zaman Kolonial

Pelayanan publik pada masa pemerintahan kolonial Belanda tidak

terlepas dari sistem administrasi pemerintahan yang berlangsung pada saat itu.

Kedatangan penguasa kolonial tidak banyak mengubah sistem birokrasi dan

adminitrasi pemerintahan yang berlaku di Indonesia, sebagai bangsa

pendatang yang ingin menguasai wilayah nusantara baik secara politik

maupun ekonomi, pemerintah kolonial menjalin hubungan politik dengan

pemerintah kerajaan yang masih disegani oleh masyarakat, motif utamanya

adalah menanamkan pengaruh politiknya terhadap elite politik kerajaan.

Selama pemerintahan kolonial terjadi dualisme sistem birokrasi pemerintahan.

Di satu sisi telah mulai diperkenalkan dan diberlakukan sistem administrasi

kolonial (binnenlandcshe Bestuur) yang mengenalkan sistem birokrasi dan

administrasi modern, sedangkan pada sisi lain, sistem tradisional (Inheemsche

Bestuur) masih tetap dipertahankan.

Birokrasi pemerintahan kolonial disusun secara hierarki yang

puncaknya pada Raja Belanda. Dalam mengimplementasikan kebijakan

pemerintahan di Negara jajahan, Ratu Belanda menyerahkan kepada

wakilnya, yakni seorang gubernur jenderal. Kekuasaan dan kewenangan

39

Page 42: Makalah Final Birokrasi

gubernur jenderal meliputi seluruh keputusan politik di wilayah Negara

jajahan yang dikuasai. Gubernur Jenderal dibantu oleh para gubernur dan

residen. Gubernur merupakan wakil pemerintah pusat yang berkedudukan di

Batavia untuk wilayah provinsi, sedangkan di tingkat kabupaten terdapat

asisten residen dan pengawas yang diangkat oleh gubernur jenderal untuk

mengawasi bupati dan wedana dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari.

3. Birokrasi Zaman Orde Lama

Berakhirnya masa pemerintahan kolonial membawa perubahan sosial

politik yang sangat berarti bagi kelangsungan sistem birokrasi pemerintahan.

Perbedaan-perbedaan pandangan yang terjadi diantara pendiri bangsa di awal

masa kemerdekaan tentang bentuk Negara yang akan didirikan, termasuk

dalam pengaturan birokrasinya, telah menjurus ke arah disintegrasi bangsa

dan keutuhan aparatur pemerintahan. Perubahan bentuk Negara dari kesatuan

menjadi federal berdasarkan konstitusi RIS melahirkan dilematis dalam cara

pengaturan aparatur pemerintah. Setidak-tidaknya terdapat dua persoalan

dilematis menyangkut birokrasi pada saat itu. Pertama, bagaimana cara

menempatkan pegawai Republik Indonesia yang telah berjasa

mempertahankan NKRI,tetapi relatif kurang memiliki keahlian dan

pengalaman kerja yang memadai. Kedua, bagaimana menempatkan pegawai

yang telah bekerja pada Pemerintah belanda yang memiliki keahlian,tetapi

dianggap berkhianat atau tidak loyal terhadap NKRI.

Demikian pula penerapan sistem pemerintahan parlementer dan sistem

politik yang mengiringinya pada tahun 1950-1959 telah membawa

konsekuensi pada seringnya terjadi pergantian kabinet hanya dalam tempo

beberapa bulan. Seringnya terjadi pergantian kabinaet menyebabkan birokrasi

sangat terfragmentasi secara politik. Di dalam birokrasi tejadi tarik-menarik

antar berbagai kepentingan partai politik yang kuat pada masa itu. Banyak

kebijakan atau program birokrasi pemerintah yang lebih kental nuansa

40

Page 43: Makalah Final Birokrasi

kepentingan politik dari partai yang sedang berkuasa atau berpengaruh dalam

suatu departemen. Program-program departemen yang tidak sesuai dengan

garis kebijakan partai yang berkuasa dengan mudah dihapuskan oleh menteri

baru yang menduduki suatu departemen. Birokrasi pada masa itu benar- benar

mengalami politisasi sebagai instrument politik yang berkuasa atau

berpengaruh.Dampak dari sistem pemerintahan parlementer telah

memunculkan persaingan dan sistem kerja yang tidak sehat di dalam

birokrasi. Birkrasi menjadi tidak professional dalam menjalankan tugas-

tugasnya, birokrasi tidak pernah dapat melaksanakan kebijakan atau program-

programnya karena sering terjadi pergantian pejabat dari partai politik yang

memenangkan pemilu. Setiap pejabat atau menteri baru selalu menerapkan

kebijakan yang berbeda dari pendahulunya yang berasal dari partai politik

yang berbeda. Pengangkatan dan penempatan pegawai tidak berdasarkan

merit system, tetapi lebih pada pertimbangan loyalitas politik terhadap

partainya.

4. Birokrasi Zaman Orde Baru

Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik

korporatisme Negara yang bertujuan untuk mendukung penetarsinya ke dalam

masyarakat, sekaligus dalam rangka mengontrol piblik secara penuh. Strategi

politik birokrasi tersebut merupakan strategi dalam mengatur system

perwakilan kepentingan melalui jaringan fungsional nonideologis, dimana

sistem tersebut memberikan berbagai lisensi pada kelompok fungsional dalam

masyarakat, seperti monopoli atau perizinan, yang bertujuan untuk

meniadakan konflik antar kelas atau antar kelompok kepentingan dalam

masyarakat yang memiliki konsekuensi terhadap hilangnya pluralitas

social,politik maupun budaya. Pemerintahan Orde Baru mulai menggunakan

birokrasi sebagai premium mobile bagi program pembangunan nasional.

Reformasi birokrasi yang dilakukan diarahkan pada :

41

Page 44: Makalah Final Birokrasi

a. Memindahkan wewenang administratif kepada eselon atas dalam

hierarki birokrasi.

b. Untuk membuat agar birokrasi responsif terhadap kehendak

kepemimpinan pusat.

c. Untuk memperluas wewenang pemerintah baru dalam rangka

mengkonsolidasikan pengendalian atas daerah-daerah.

5. Birokrasi Zaman Reformasi

Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya Reformasi, akan

diikuti pula dengan perubahan besar pada desain kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, baik yang menyangkut dimensi kehidupan politik,

sosial, ekonomi maupun kultural. Perubahan struktur, kultur dan paradigma

birokrasi dalam berhadapan dengan masyarakat menjadi begitu mendesak

untuk segera dilakukan mengingat birokrasi mempunyai kontribusi yang besar

terhadap terjadinya krisis multidimensional yang tengah terjadi sampai saat

ini. Namun, harapan terbentuknya kinerja birokrasi yang berorientasi pada

pelanggan sebagaimana birokrasi di Negara-negara maju tampaknya masih

sulit untuk diwujudkan. Osborne dan Plastrik (1997) mengemukakan bahwa

realitas sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh Negara-negara yang

sedang berkembang seringkali berbeda dengan realitas sosial yang ditemukan

pada masyarakat di negara maju. Realitas empirik tersebut berlaku pula bagi

birokrasi pemerintah, dimana kondisi birokrasi di Negara-negara berkembang

saat ini sama dengan kondisi birokrasi yang dihadapi oleh para reformis di

Negara-negara maju pada sepuluh dekade yang lalu. Persoalan birokrasi di

Negara berkembang, seperti merajalelanya korupsi, pengaruh kepentingan

politik partisan, sistem Patron-client yang menjadi norma birokrasi sehingga

pola perekrutan lebih banyak berdasarkan hubungan personal daripada faktor

kapabilitas, serta birokrasi pemerintah yang digunakan oleh masyarakat

sebagai tempat favorit untuk mencari lapangan pekerjaan merupakan sebagian

42

Page 45: Makalah Final Birokrasi

fenomena birokrasi yang terdapat di banyak Negara berkembang, termasuk di

Indonesia.

Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi,

tampaknya belum sepenuhnya dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di

Indonesia. Perkembangan birokrasi kontemporer memperlihatkan bahwa

arogansi birokrasi sering kali masih terjadi. Kasus Brunei Gate dan Bulog

Gate setidak-tidaknya memperlihatkan bahwa pucuk pimpinan birokrasi

masih tetap mempraktikkan berbagai tindakan yang tidak transparan dalam

proses pengambilan keputusan. Birokrasi yang seharusnya bersifat apolitis,

dalam kenyataannya masih saja dijadikan alat politik yang efektif bagi

kepentingan-kepentingan golongan atau partai politik tertentu. Terdapat pula

kecenderungan dari aparat yang kebetulan memperoleh kedudukan atau

jabatan strategis dalam birokrasi, terdorong untuk bermain dalam kekuasaan

dengan melakukan tindak KKN. Mentalitas dan budaya kekuasaan ternyata

masih melingkupi sebagian besar aparat birokrasi pada masa reformasi. Kultur

kekuasaan yang telah terbentuk semenjak masa birokrasi kerajaan dan

kolonial ternyata masih sulit untuk dilepaskan dari perilaku aparat atau

pejabat birokrasi. Masih kuatnya kultur birokrasi yang menempatkan pejabat

birokrasi sebagai penguasa dan masyarakat sebagai pengguna jasa sebagai

pihak yang dikuasai, bukannya sebagai pengguna jasa yang seharusnya

dilayani dengan baik, telah menyebabkan perilaku pejabat birokrasi menjadi

bersikap acuh dan arogan terhadap masyarakat.

Dalam kondisi pelayanan yang sarat dengan nuansa kultur kekuasaan,

publik menjadi pihak yang paling dirugikan. Kultur kekuasaan dalam

birokrasi yang dominan membawa dampak pada terabaikannya fungsi dan

kultur pelayanan birokrasi sebagai abdi masyarakat. Pada tataran tersebut

sebenarnya berbagai praktik penyelewengan yang dilakukan oleh birokrasi

terjadi tanpa dapat dicegah secara efektif. Penyelewengan yang dilakukan

birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa menjadikan masyarakat sebagai

43

Page 46: Makalah Final Birokrasi

objek pelayanan yang dapat dieksploitasi untuk kepentingan pribadi pejabat

ataupun aparat birokrasi. Inefisiensi kinerja birokrasi dalam penyelengaraan

kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik masih tetap terjadi pada masa

reformasi. Birokrasi sipil termasuk salah satu sumber terjadinya inefisiensi

pemerintahan. Inefisiensi kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik terlihat

dari masih sering terjadinya kelambanan dan kebocoran anggaran pemerintah.

Jumlah aparat birokrasi sipil yang terlampau besar merupakan salah satu

faktor yang memberikan kontribusi terhadap inefisiensi pelayanan birokrasi.

Lambannya kinerja pelayanan birokrasi dimanifestasikan pada lamanya

penyelesaian urusan dari masyarakat yang membutuhkan prosedur perizinan

birokrasi seperti pengurusan sertifikasi tanah, IMB, HO dan sebagainya.

Membangun Paradigma Baru

Pembahasan soal pertanyaan pokok apakah birokrasi perlu berpolitik atau

tidak, merupakan persoalan yang sering dibahas dalam studi ilmu politik. Untuk

kasus Indonesia era Orde Lama Dan Orde Baru, dalam praktiknya birokrasi terlibat

dalam kepengurusan dan pemenangan partai politik pemerintah. Walaupun dalam dua

zaman tersebut, sebagaimana kalangan aktor politik, para ilmuwan politik dan

cendekiawan pun ada yang berbeda pandangan. Ada yang menyatakan setuju (pro)

dan ada pula yang menyatakan menolak (kontra) terhadap peran birokrasi dalam

kehidupan politik. Mereka yang pro terhadap ide birokrasi boleh berpolitik antara lain

mendasarkan diri pada asumsi bahwa semua orang mempunyai hak memilih dan hak

dipilih, sehingga tidak rasional membatasi peran politik pegawai negeri. Pembatasan

seperti itu menurut kubu ini dicarikan alasan sebagai tindakan pelanggaran HAM.

Sedangkan mereka yang kontra, lebih mendasarkan diri pada pertimbangan kenyataan

politik bahwa sangat sulit bagi masyarakat luas yang dilayani dan tidak adil bagi

partai politik lainnya, bila birokrasi boleh dan harus berperan ganda sebagai pegawai

pemerintah yang nota bene menjadi pelayan masyarakat, sekaligus bertindak sebagai

aktor politik.

44

Page 47: Makalah Final Birokrasi

Gejala tumpang tindihnya kedua peran tersebut (sebagai pelayan masyarakat

dan aktor politik sekaligus) baik dalam tingkatan perorangan maupun institusi

birokrasi, diduga dan diyakini akan menyebabkan conflict of interest yang pada

akhirnya akan merusak salah satu wadah tersebut, merusak kinerja birokrasi ataupun

bisa merusak kehidupan politik, yang menciptakan pembusukan politik dalam jangka

panjang. Bagian penting yang relevan diperhatikan untuk menyusun paradigma baru

birokrasi adalah perlunya menumbuhkan kesadaran bahwa birokrasi perlu mengakui

bahwa publik-lah yang berkuasa, karena mereka dibiayai oleh pajak yang dibayarkan

oleh masyarakat. Begitu juga perlu menghidupkan koordinasi dan pengawasan dari

rekan kerja ketimbang koordinasi dan pegawasan dari atasan. Dalam model

pemerintahan enterpreuneur, pemerintah dan birokrasi bertindak mengarahkan

masyarakat, bukan mengurusi semua bidang kemasyarakatan, melakukan

pemberdayaan masyarakat bukan cuma melayani masyarkat; membuka kompetisi dan

saling bersaing dalam memberikan pelayanan yang terbaik, bukan monopoli bidang

usaha; bekerja digerakkan oleh misi yang ditetapkan oleh Negara,bukan aturan yang

dibuat sendiri oleh birokrat; menghasilkan pendanaan, bukan menunggu anggaran

dari Negara; bekerja dikendalikan oleh warga Negara pembayar pajak, bukan aturan

sepihak birokrat memperhitungkan adanya tabungan, bukan hanya menghabiskannya;

mempunyai prinsip lebih baik mencegah, daripada mengobati permasalahan;

melibatkan kerja dan pengawasan kelompok (peer group),bukan hanya kerja individu

atau pengawasan atasan; lebih memperhatikan kemauan pasar, ketimbang maunya

organisasi saja.

Selain itu, ada pemikiran yang terus berkembang misalnya :

a. Adanya keinginan perlu tumbuhnya kesadaran baru di kalangan PNS dan

pejabat struktural maupun fungsional bahwa rakyat banyak yang diwakili di

legislatif-lah yang berkuasa, sedangkan pemerintah dan birokrasi hanya

pelaksana.

45

Page 48: Makalah Final Birokrasi

b. Birokrasi perlu transparan dalam kegiatan- kegiatannya dan dalam membuat

ketentuan- ketentuan teknis harus terbuka dan mengikutsertakan wakil-wakil

kelompok kepentingan dalam masyarakat.

c. Pejabat birokrasi perlu “merakyat”, mau turun ke lapangan ke bidang

tanggung jawabnya.

d. Keinginan kelompok LSM agar segala sesuatu yang sudah bisa dan diurus

oleh masyarakat, biarkan dikerjakan oleh masyarakat itu sendiri.

46

Page 49: Makalah Final Birokrasi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Birokrasi sangat mempunyai peranan penting dalam 'kehidupan'

pemerintahan. Dalam model pemerintahan, birokrasi dan pemerintah mengarahkan,

melakukan pemberdayaan masyarakat, saling bersaing dalam memberikan pelayanan

yang terbaik, digerakkan oleh misi yang ditetapkan oleh negara bukan aturan yang

dibuat sendiri, menghasilkan pendanaan bukan menunggu anggaran, dikendalikan

oleh warga negara pembayar pajak, memeperhatikan tabungan, mencegah daripada

mengobati, melakukan kerja kelompok bukan kerja individu dan memperhatikan

kemauan pasar atau publik. Jadi Kepemerintahan tidak dipandang sebelah mata lagi.

Birokrasi bertindak profesional terhadap publik. Berperan menjadi pelayan

masyarakat (public servent). Dalam memberikan pelayanan ada transparansi biaya

yang tidak terjadi pungutan liar. PNS perlu memberikan informasi dan tranparansi

sebagai hak masyarakat dan bisa dimintai pertanggung jawabnya lewat dengar

pendapat dengan legislatif atau kelompok kepentingan yang datang. Melakukan

pemberdayaan publik dan mendukung terbangunnya proses demokratisasi.

47

Page 50: Makalah Final Birokrasi

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan. 2009. “Kamus Umum Bahasa

Indonesia”.Jakarta:Balai Pustaka

http://mustamin/03/2011/konsep-birokrasi.html . (sabtu, 18.21 WITA)

http://subiakto/01/2010/kewirausahaan-dalam-birokrasi/html .(sabtu,19.30

WITA)

http://samodrawibawa/03/2010/netralisasi-birokrasi.html .(sabtu, 20.00 WITA)

http://sumiharjo/01/2011/birokrasi-masa-ke-masa.html . (sabtu, 20.45 WITA)

48

Page 51: Makalah Final Birokrasi

Makalah Final

BIROKRASI

Oleh :

NOVITA SARI

106514031

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2012

49