Tugas Kwu Ikan LELE

download Tugas Kwu Ikan LELE

of 16

description

kewirausahaan

Transcript of Tugas Kwu Ikan LELE

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN21.1 Latar Belakang Usaha21.2 Perumusan Pengambilan Jenis Usaha yang Dipilih31.3 Tujuan dan Manfaat31.3.1 Tujuan31.3.2 Manfaat3BAB 2 TINJAUAN LAPANGAN/LOKASI52.1 Sudut Pandang Ekonomi52.2 Sudut Pandang Psikologi52.3 Sudut Pandang Sosiologi52.4 Keputusan yang Harus Dilaksanakan62.5 Resiko-resiko yang Terjadi6BAB 3 METODE KEAKURATAN USAHA83.1 Manajemen Bisnis83.1.1 Modal Awal83.1.2 Perkiraan Laba/Rugi per Bulan93.1.3 Biaya-biaya93.1.4 Laba Bersih93.1.5 Perkiraan Modal Kembali93.2 Manajemen Pemasaran/Marketing9BAB 4 VALIDASI (PENGUKURAN) USAHA114.1 Kekuatan (Strength)114.2 Kelemahan (Weakness)114.3 Peluang (Opportunity)114.4 Tantangan (Threat)12BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN135.1 Kesimpulan135.2 Saran13DAFTAR PUSTAKA14LAMPIRAN15BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang UsahaIkan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan :a) dapat dibudidayakan di lahan dengan sumber air yang terbatas, b) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, c) pemasarannya relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Budidaya lele relatif sangat mudah dan tidak terlalu merepotkan. Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air, budidaya masih tetap dapat dilakukan. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya sehingga hal tersebut sangat efektif dilakukan terutama bagi yang kesulitan mendapatkan lahan yang cocok untuk pembudidayaan ikan lele. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu. Selain dari segi pembudidayaannya yang mudah, ikan lele juga termasuk ke dalam jenis ikan yang relatif tahan terahadap kondisi ekstrim terutama pada kolam yang kotor, sehingga biaya perawatan kolam dapat diminimalkan.Tingkat permintaan pasar yang tinggi terhadap ikan lele dapat menjadi angin segar bagi usaha pembudidayaan ikan ini. Hal tersebut terbukti dengan harga lele di pasaran yang tinggi, sekitar Rp. 12.000/kg dan menjamurnya usaha kaki lima yang menyertakan lele dalam daftar menu makanannya. Tetapi banyaknya permintaan terhadap ikan lele ini tidak diimbangi oleh penyedia ikan lele segar yang masih sedikit, khususnya di daerah Purbalingga.

1.2 Perumusan Pengambilan Jenis Usaha yang DipilihKami memilih jenis usaha ini disebabkan mudahnya informasi mengenai cara mengembangbiakan lele. Cara pembudidayaan ikan lele dapat dengan mudah kita temukan di internet. Media sosial juga banyak grup-grup atau komunitas yang membahas masalah pembudidayaan ikan lele. Daya beli ikan lele yang cukup tinggi di daerah Blater membuat kita semakin mantap untuk mengadakan usaha ini. Selain itu, kami memilih usaha membudidayakan ikan lele ini karena merupakan hobi dan kesenangan kami. Menjalankan bisnis memang sulit, akan tetapi jika sudah menjadi suatu kesenangan atau hobi maka usaha ini tidak akan menjadi suatu beban yang berat bagi kami. Murahnya alat dan bahan dalam pembuatan kolam pembesaran ikan lele serta mudahnya mencari pakan untuk lele membuat usaha ini cukup menjanjikan dan dapat mendatangkan keuntungan yang besar karena persentase keberhasilannya cukup tinggi.Selain itu kami juga telah mendirikan usaha ini semenjak awal bulan September 2013 yang berlokasi di tanah sewa dari penduduk Desa Blater di jalan Mayjen Sunkono dekat warung bambu.1.3 Tujuan dan Manfaat1.3.1 Tujuana) Membantu para pedagang kaki lima yang kekurangan suplai ikan lele untuk bahan dasar dagangan mereka;b) Membantu memenuhi tingkat permintaan yang tinggi terhadap ikan lele, khususnya di daerah Blater, Purbalingga.

1.3.2 Manfaata) Meningkatkan jiwa kewirausahaan;b) Membentuk mental juang yang tak kenal lelah;c) Mendapatkan penghasilan tambahan;d) Merangsang tumbuhnya usaha lain seperti warung pecel lele; e) Dapat menjadi inspirasi bagi wirausahawan muda lain untuk mengembangkan bakatnya;f) Merupakan kabar baik bagi para pencinta kuliner lele, karena dengan adanya pembudidayaan ikan lele maka akan semakin banyak pula makanan yang berbahan dasar dari ikan lele.

BAB 2TINJAUAN LAPANGAN/LOKASI

2.1 Sudut Pandang EkonomiBerdasarkan sudut pandang ekonomi, tempat yang kami pilih yaitu desa Blater, Purbalingga merupakan tempat yang strategis karena pendapatan dari warga sekitar desa tersebut pun cukup tinggi. Daya beli masyarakat yang besar mengingat banyaknya peminat olahan lele dan di daerah sekitar desa Blater juga banyak terdapat warung makan.Biaya untuk bibit lele, pakan, serta pemeliharaan kolam pembesaran lele yang murah sehingga dapat membuat pengambilan keuntungan yang cukup tinggi. Selain itu, Harga lele yang ditetapkan tengkulak di pasar ikan Purbalingga merupakan harga penjualan lele yang cocok dengan harga yang kami tetapkan yaitu sebesar Rp 12.000,- (dua belar ribu rupiah). Jadi selain kami menjual kepada warga dengan harga tersebut kami juga dapat menjual lele kepada tengkulak dengan keuntungan yang sama.

2.2 Sudut Pandang PsikologiBerdasarkan sudut pandang psikologi, tempat yang kami ambil yaitu desa Blater, Purbalingga merupakan tempat yang bagus untuk mengembangkan usaha ternak lele. Hal ini disebabkan jarangnya peternak lele di daerah ini, sehingga usaha ini unik atau berbeda dari yang dilakukan pengusaha di sekitar desa blater yang dominan memiliki usaha warung makan, petani serta penyewa kamar untuk para mahasiswa sehingga persaingan yang akan terjadi relatif sedikit. Sebagai wirausahawan baru, kita mencoba mengambil resiko untuk berwirausaha ketika sedang menempuh jenjang perkuliahan.

2.3 Sudut Pandang SosiologiBerdasarkan sudut pandang sosiologi, tempat yang kami ambil yaitu desa Blater, Purbalingga merupakan tempat yang tepat untuk mengembangkan usaha ternak lele. Hal ini disebabkan peternak lele di daerah ini merupakan sesuatu yang baru sehingga memudahkan usaha ini berkembang dengan cepat. Pesaing yang relatif sedikit bahkan tidak ada akan membantu dalam perkembangan usaha ini. Di sisi lain dengan permintaan ikan lele yang banyak tetapi penyedia ikan lele yang kurang akan menambah resiko pencurian ikan lele. Namun, kami telah mengambil keputusan untuk tetap melaksanakan usaha ini dengan beberapa pengamanan pada kolam lele.

2.4 Keputusan yang Harus DilaksanakanKeputusan-keputusan yang harus diambil dalam usaha ternak lele ini adalah sebagai berikut:a) Menetapkan kapan memulai usaha ternak lele ini agar tepat dengan musim hujan agar tidak kekeringan yaitu awal bulan September.b) Menentukan jumlah bibit lele yang akan ditebar pada kolam agar dapat menentukan jumlah bibit yang akan dibeli yaitu sebesar 5 cm (umur seminggu) dan jumlah bibit lele sebanyak 4000 ekor.c) Menentukan jenis pakan yang akan diberikan selama proses pembesaran ikan lele.d) Menentukan kapan waktu yang tepat untuk memanen ikan lele dengan berat yang pas dan ukuran yang sesuai dengan kriteria ikan lele yang banyak dijual di pasaran.e) Menetapkan harga ikan lele yang akan dipasarkan.f) Menentukan sasaran pemasaran ikan lele, apakah warung-warung makan, restoran atau warga sekitar atau mungkin semuanya.g) Menentukan jenis publikasi yang akan diterapkan pada proses marketing/pemasaran ikan lele.

2.5 Resiko-resiko yang TerjadiBeberapa resiko yang akan dihadapi dalam usaha ternak lele ini adalah sebagai berikut:a) Kebanjiran pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau.b) Karena lokasi usaha kami yang relatif jauh dari pasar ikan dan tengkulak, akan sedikit sulit untuk mendapatkan bibit ikan lele yang diinginkan.c) Resiko pencurian terhadap bibit ikan lele yang ada di kolam tinggi, mengingat lokasi kolam yang tidak terlindungi oleh pagar.d) Hama penyakit yang seaktu-waktu yang dapat menyerang bibit ikan lele.e) Karena usaha kami masih baru, resiko kerugian sangat mungkin terjadi mengingat kurangnya pengalaman.f) Pencurian ikan kalau tidak ada keamanannya yaitu dengan pembuatan pagar.

BAB 3METODE KEAKURATAN USAHA

3.1 Manajemen BisnisBisnis ternak lele ini akan dilaksanakan oleh beberapa orang, yaitu sekitar 3 orang pada awalnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menambah lagi anggota bisnis kita. Akan lebih mudah dan ringan ketika kita menjalankan suatu usaha secara bersama-sama atau kelompok. Dari segi pembagian modal, operasional dan lain-lain akan lebih mudah dilakukan secara berkelompok. Selain kita dapat saling melengkapi kekurangan satu dengan yang lainnya ketika menjalankan usaha dengan berkelompok.Kolam sebagai tempat pembudidayaan ikan lele direncanakan dibuat sebanyak 5 kolam, ukuran kolam masing-masing adalah 3m x 5m dengan kedalaman 1m. Setiap kolam akan diisi oleh bibit ikan lele sebanyak 800 ekor dengan harga per ekor bibit lele adalah Rp.250,-. Pakan yang akan diberikan adalah pelet dan diberikan dua kali dalam satu hari seberat 2,5 kg untuk keseluruhan kolam. Kolam akan menggunakan terpal dengan harga terpal per meter persegi adalah Rp.5500, sehinga kita membutuhkan terpal dengan ukuran 5m x 7m.Pada awal operasionalnya, bisnis ini hanya mempekerjakan 5 orang yaitu untuk memberi pakan setiap hari dan untuk melakukan perawatan kolam secara berkala. Jadi setiap orang memegang tanggung jawab penuh terhadap satu kolam untuk setiap harinya.

3.1.1 Modal AwalNoPeralatanJumlahSatuanHarga satuanTotal

1Sewa tanah1bulanRp 300.000,00 Rp 300.000

2Peralatan1setRp 150.000,00 Rp 150.000

3Terpal5unitRp 192.500,00 Rp 962.500

4Bibit ikan lele4000ekorRp 250,00 Rp 1.000.000

5Pagar bambu24mRp 1.000,00 Rp 240.000

6Transportasi2kaliRp 100.000,00 Rp 200.000

7Tukang2orangRp 70.000,00 Rp 140.000

Total Rp 2.992.500

3.1.2 Perkiraan laba/rugi per bulanAsumsi pertama per panen (2 bulan) kita dapat menjual ikan lele sebanyak 500 kg dengan jumlah ikan lele per kilogramnya adalah 7 ekor dengan harga per kilogram Rp. 15.000,00 maka diperoleh pendapatan per bulan sebesar Rp. 7.500.000,00.Asumsi kedua per panen (2 bulan) kita menjual minimal 300 kg dengan harga Rp 4.500.000,00 ; sisanya 200 kg yang belum terjual/tidak masuk kriteria tengkulak/pembeli dijual dengan setengah harga awal sehingga terjual dengan harga 200 kg x Rp. 7.500,00 = 1.500.000,00. Jadi total minimal pendapatan adalah Rp 6.000.000,00.

3.1.3 Biaya-biayaPeralatan mengalami penyusutan selama empat tahun dan memiliki nilai residu sebesar Rp. 0 dengan metode garis lurus. Biaya penyusutan tiap bulan dihitung sebagai berikut:

NoNamaJumlahHarga SatuanTotalSatuan

1Upah pekerja2 orangRp 500.000,00Rp 1.000.000/bulan

2Pelet7 sakRp 260.000,00Rp 1.820.000/bulan

3Penyusutan5 unitRp 4.010,00Rp. 20.052/bulan

JumlahRp 2.840.052/bulan

3.1.4 Laba BersihAsumsi pertamaLaba = Rp. 7.500.000,00 (2 x Rp. 2.840.052,00) = Rp. 1.819.896,00/panen (2 bulan)

Asumsi keduaLaba = Rp. 6.000.000,00 (2 x Rp. 2.840.052,00) = Rp. 319.896,00/panen (2 bulan)

3.1.5 Perkiraan modal kembaliAsumsi pertama

Asumsi kedua

3.2 Manajemen Pemasaran/MarketingManajemen pemasaran yang akan dilakukan pada usaha lele ini adalah dengan mesangan pamflet-pamflet di sekitar daerah yang ramai, khususnya di sekitar warung-warung yang menyediakan menu makanan yang terbuat dari lele. Sehingga diharapkan pemilik warung akan tertarik untuk membeli ikan lele dari kami sebagai bahan dasar menu mereka. Pemasangan iklan-iklan di dunia maya terutama di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter juga akan dilakukan. Mengingat perkembangan komunikasi yang sangat pesat di dunia maya dan para pelaku usaha lele ini yang semuanya adalah seorang mahasiswa yang tentunya sangat banyak kenalan di jejaring sosial tersebut, maka metode ini sangat berpeluang untuk mendatangkan konsumen.Pendekatan secara personal kepada pemilik warung-warung makan di sekitar tentunya harus dilakukan. Cara ini sangat efektif karena dengan percakapan-percakapan ringan tersebut dapat menjalin relasi kerjasama yang berkelanjutan, apalagi antara satu sama lain sudah saling mengenal. Selain itu dengan mencari tengkulak-tengkulak ikan yang ada di sekitar daerah Purbalingga juga dapat menjadi alternatif bagi pemasaran ikan lele nantinya ketika sudah datang waktunya panen.Jalan terakhir yang kami pilih untuk menjual hasil panen lele adalah menjualnya ke pedagang pasar yang berada di daerah Purbalingga seperti pasar ikan yang ada di daerah dekat tugu knalpot purbalingga dan pasar Segamas.

BAB 4VALIDASI (PENGUKURAN) USAHA

4.1 Kekuatan (Strength)a) Masih tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari mahalnya harga lele di pasar sekitar Rp. 12.000;b) Harga sewa tanah untuk kolam relatif sangat murah;c) Masih banyaknya lahan yang tersedia untuk pengembangan usaha ini;d) Banyaknya pilihan pakan lele yang murah, namun tetap tidak mengurangi kualitas lele yang dihasilkan;e) Mudahnya menemukan bibit lele dengan berbagai jenis lele dan ukurannya;f) Masa panen yang relatif cepat, sekitar 2 bulan terhitung dari penebaran bibit.

4.2 Kelemahan (Weakness)a) Jauhnya jarak antara tengkulak dengan kolam, sehingga menambah biaya transportasi;b) Angka penyusutan penjualan yang dikarenakan jauhnya jarak ke tengkulak sehingga banyaknya lele yang mati membuat pengurangan nilai produksi;c) Faktor keamanan yang kurang, karena letak kolam lele yang terbuka dan tidak dikelilingi oleh pagar.

4.3 Peluang (Opportunity)a. Banyaknya penjual lele di pasar menjadi nilai tambah karena berarti lele masih mudah dalam pemasarannya;b. Belum banyaknya pembudidayaan lele khususnya di daerah Purbalingga;c. Menjamurnya usaha kaki lima yang menyertakan lele dalam daftar menu makanannya.

4.4 Tantangan (Threat)a) Muka air sungai yang tidak stabil, sehingga ketika musim hujan sering terjadi banjir dan menggenangi kolam. Tetapi ketika musim kemarau air bisa sangat surut bahkan sampai kering;b) Hama penyakit yang dapat sewaktu-waktu menyerang lele;c) Sifat lele yang kanibal dan kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda mengharuskan kita untuk melakukan penyortiran berdasarkan ukurannya.

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanUsaha budidaya ikan lele ini sangat potensial untuk dilaksanakan karena di daerah Blater, Purbalingga ini jarang sekali pembudidaya ikan lele sehingga persaingannya akan sedikit dan cukup mendatangkan keuntungan, hal tersebut dapat dilihat dari keuntungan yang akan didapat yaitu sekitar Rp. 1.159.948,00 per bulan. Selain itu pengembalian modal terhitung relatif singkat yang hanya membutuhkan jangka waktu 2,3 bulan karena usia panen lele kurang lebih sekitar 2 bulan.

5.2 SaranSaran dari penulis perihal pembudidayaan ikan lele ini adalah perlunya dikaji kembali mengenai pakan ikan lele alternatif yang lebih murah sehingga dapat mengurangi nilai modal yang dikeluarkan. Selain itu penanganan untuk bibit ikan lele yang baru dibeli dan akan dimasukkan ke dalam kolam pembesaran harus dilakukan secara tepat agar tidak terjadi kematian masal karena perubahan kondisi air yang mendadak.

DAFTAR PUSTAKA

Hizom, MS. 2012. Bahan Mata Kuliah Kewirausahaan (Entrepreneurship). Purwokerto: Universitas Jenderal SoedirmanMahmudin, Abdul Harits dkk. 2009. Bussiness Plan Budidaya Lele Mantap Jaya. (Online: http://xa.yimg.com/kq/groups/22249913/666419996/name/ proposal; diakses 10 Desember 2013)

LAMPIRANTempat Budidaya Ikan LelePanen Ikan Lele

Hasil Panen

12