PEMBESARAN IKAN LELE

23
Laporan Praktikum Hari/Tgl : Senin/ 11 Januari 2010 m.k. Dasar-dasar Akuakultur Asisten : Moch Johan Chandra Muhammad Harir Riri Fitri Maria Yuliyanti Trian Rizky Febriansyah PEMBESARAN IKAN LELE Clarias gariepinus Oleh: Arif Baswantara C54080027

description

kegiatan akuakultur dalam bentuk pembesaran ikan lele.......

Transcript of PEMBESARAN IKAN LELE

Page 1: PEMBESARAN IKAN LELE

Laporan Praktikum Hari/Tgl : Senin/ 11 Januari 2010m.k. Dasar-dasar Akuakultur Asisten : Moch Johan Chandra

Muhammad Harir Riri Fitri Maria

Yuliyanti Trian Rizky Febriansyah

PEMBESARAN IKAN LELEClarias gariepinus

Oleh:Arif Baswantara

C54080027

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010

Page 2: PEMBESARAN IKAN LELE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan gizi akan protein hewani saat ini dirasakan sangat diperlukan.

Salah satu sumber protein hewani tersebut adalah ikan. Karena semakin besarnya

permintaan ikan, maka pemenuhannya tidak cukup hanya kita peroleh dari

kegiatan perikanan tangkap. Hal ini yang mengakibatkan diperlukannya adanya

kegiatan budidaya.

Secara garis besar, kegiatan budidaya dibagi menjadi dua bagian, yaitu

kegiatan produksi on farm dan off farm. Kegiatan on farm meliputi kegiatan

pembenihan,pendederan, dan pembesaran. Pada kegiatan off farm meliputi

pengadaan prasarana dan sarana produksi, penanganan hasil panen, distribusi

hasil, dan pemasaran.

Pada praktikum kali ini, kita akan melakukan pembesaran ikan lele

(Clarias gariepinus). Ikan lele dapat tetap hidup dan tumbuh pada padat

penebaran yang tinggi sehingga menguntungkan dalam segi ruang maupun

finansial. Pemasaran ikan lele juga relatif mudah karena komoditi ini banyak

diminati oleh masyarakat. Oleh sebab itulah ikan lele dipilih dalam praktikum

pembesaran ini.

Dalam produksi pembesaran, terdapat beberapa tahap proses yang meliputi

persiapan wadah, penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan air,

pemberantasan hama dan penyakit, pemantauan pertumbuhan populasi, dan

pemanenan.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pembesaran ikan lele

(Clarias gariepinus) dan menghasilkan ikan ukuran siap konsumsi.

Page 3: PEMBESARAN IKAN LELE

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Lele

Ikan lele memiliki bentuk tubuh memanjang, bentuk kepala pipih dan tidak

bersisik. Mempunyai sungut yang memanjang yang terletak di sekitar kepala

sebagai alat peraba ikan. Mempunyai alat olfactory yang terletak berdekatan

dengan sungut hidung. Penglihatannya kurang berfungsi dengan baik. Ikan lele

mempuyai lima sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan

sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi sebagai patil,

tetapi pada lele lemah dan tidak beracun. Insang berukuran kecil, sehingga

kesulitan jika bernafas. Selain brnafas dengan insang juga mempunyai alat

pernafasan tambahan (arborencent) yang terletak pada insang bagian atas.

(Najiyati,1992)

Berdasarkan pada taksonominya, ikan lele dapat di klasifikasikan sebagai

berikut (Sanin, 1984)

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Ostariophysoidei

Sub Ordo : Siluroidea

Family : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias batrachus

Page 4: PEMBESARAN IKAN LELE

2.2 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur

dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolisme

(Soetjiningsih, 1988).

Ada perbedaan kecepatan tumbuh antara ikan lele lokal dan ikan lele dumbo.

Ikan lele dumbo biasanya kemiliki kecepatan tumbuh yang lebih besar

dibandingkan dengan ikan lele lokal. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

ikan lele, yaitu faktor internal meliputi genetik dan kondisi ikan itu sendiri, dan

faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan contohnya air.

2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) adalah jumlah ikan yang

hidup hingga akhir pemeliharaan. Untuk mengetahuinya digunakan rumus

sederhana, yaitu jumlah ikan yang ditebar dikurangi dengan jumlah ikan yang

hidup kali seratus persen. Faktor yang mempengaruhi SR ini antara lain faktor

lingkungan (kualitas air, pH, kekeruhan, jumlah oksigen terlarut), makanan,

predator yang bisa menurunkan SR.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki tingkat

kelangsungan hidup yang tinggi. Hal ini disebabkan karena lele memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya, antara lain lebih

tahan terhadap penyakit, lebih cepat besar, dan mampu beradaptasi dengan mudah

pada berbagai kondisi lingkungan,termasuk kondisi lingkungan yang buruk.

(Angkringan, 2009)

2.4 Pakan Ikan

Ikan lele termasuk ikan omnivor yaitu pemakan segala. Ikan lele dapat

memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai

makanannya. Dalam usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pelet) sangat

berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Page 5: PEMBESARAN IKAN LELE

2.5 Kualitas Air

Lele termasuk ikan air tawar yang menyukai genangan air. Di sungai-sungai,

ikan ini lebih banyak dijumpai di tempat-tempat yang aliran airnya tidak terlalu

deras. Kondisi yang ideal bagi hidup lele adalah air yang mempunyai pH 6,5-9

dan bersuhu 24–26 ºC. Kandungan O² yang terlalu tinggi akan menyebabkan

timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya

penurunan kandungan O² secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematiannya.

(Najiyati, 1992)

Page 6: PEMBESARAN IKAN LELE

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pembesaran Ikan Lele dilaksanakan dari tanggal 15 Oktober 2009 hingga

tanggal 18 Desember 2009. Pembesaran ini selesai setelah ikan lele mencapai

bobot layak panennya, yaitu pada kisaran kurang lebih size 8. Pembesaran ikan

lele dilaksanakan di kolam percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pembesaran ikan lele ini adalah ember, jaring,

timbangan, plastik. Bahan yang digunakan dalam pembesaran ikan lele ini adalah

air yang mengalir, pakan, dan daun pisang.

3.3 Prosedur Kerja

Pada awal tahapannya, dilakukan pengeringan pada kolam percobaan yang

akan kita gunakan. Pembersihan dilakukan setelahnya, yaitu mengangkat sisa-sisa

endapan pakan yang masih berada di dalam kolam, dan mengangkat sampah-

sampah dari luar kolam yang masuk ke dalam kolam seperti daun-daunan ataupun

serasah rumput. Kolam dibiarkan kering hingga beberapa hari, dan selanjutnya

dilakukan pengisian air ke dalam kolam, dan pengisian ini memakn waktu yang

cukup banyak.

Setelah air terisi kedalam kolam, selanjutnya dilakukan penebaran ikan.

Ikan yang akan ditebar terlebih dahulu diukur bobotnya agar dapat diketahui

jumlah ikan yang kita tebar, dan jumlah pakan yang dapat kita berikan. Jumlah

yang ditebar pada pembesaran kali ini adalah 11319 ekor.

Terjadi proses aklimatisasi terlebih dahulu dalam penebaran ikan ini.

Proses aklimatisasi adalah proses penebaran secara perlahan pada ikan, ketika

ikan akan di masukkan kedalam kolam. Hal ini dilakukan agar ikan dapat

melalukan adaptasi dengan baik dengan lingkungan perairan yang baru yang akan

ditempati oleh ikan.

Page 7: PEMBESARAN IKAN LELE

Untuk pemeliharaan ikan, jumlah pakan dan volume air harus

diperhatikan, hal ini dimaksudkan agar ikan dapat tumbuh dengan baik dan

mencapai size yang diinginkan. Dalam pemberian pakan, biasa dilakukan tiga kali

dalam sehari, yaitu pada pagi, siang, dan malam hari. Pemberian pakan diberikan

hingga ikan merasa kenyang, jadi pemberian pakan dilakukan hingga ikan tidak

mau lagi memakan pakannya. Dalam penjagaan volume air, harus dipastikan

bahwa outlet berada dalam keadaan bersih dan tidak adanya penyumbatan.

Keadaan inlet juga tetap dalan keadaan mengalir.

Dalam pemeliharaan, dilakukan juga kegiatan sampling, hal ini dilakukan

agar dapat diketahui pertumbuhan bobot ikan dan jumlah pakan yang harus

diberikan. Semakin meningkatnya bobot ikan,maka jumlah pakan ynag diberikan

pun juga meningkat. Dalam sampling ini juga kita dapat melihat keadaan ikan lele

yang sedang kita pelihara, apakah ada penyakit yang menyerang mereka ataupun

adanya persaingan antara mereka. Ikan yang terindikasi terkena penyakit kita

pisahkan dari kolam untuk selanjutnya kita berikan pakan obat. Proses sampling

ini dilakukan dengan menjaring ikan pada tiga lokasi berbeda pada kolam, dan

selanjutnya ikan ditimbang ataupun dilihat keadaan fisiknya.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate adalah jumlah ikan yang

hidup hingga akhir pembesaran. Jumlah ikan yang hidup ini dibuat perbandingan

dengan jumlah seluruh ikanyang ditebaran saat awal penebaran.

Rumus :

Keterangan:

SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

No = jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor)

Page 8: PEMBESARAN IKAN LELE

3.4.2 Konversi Pakan

Konversi pakan atau FCR adalah jumlah pakan yang dihabiskan untuk

menghasilkan 1kg daging. Nilai konversi pakan berujung pada kualitas dari pakan

yang kita berikan.

Rumus :

Keterangan:

FCR = feed conversion rate/ konversi pakan

Pt = pakan total (kg)

Bt = bobot total (kg)

Bo = bobot awal penebaran benih (kg)

3.4.3 Laju Pertumbuhan Harian

Rumus :

Keterangan :

SGR = Pertumbuhan spesifik (%)

Wt = Berat pada akhir penelitian (g)

Wo = Berat pada awal penelitian (g)

t = Waktu yang dibutuhkan dari berat awal hingga berat akhir (hari)

3.4.4 Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan total dari berat bobot akhir dikurangi bobot awal dibagi

dengan waktu yang diperlukan.

Rumus:

Keterangan:

GR = pertumbuhan mutlak (gr/hari) Wo = berat awal saat penebaran benih (gr)

Wt = berat rata-rata pada waktu ke t (gr)

t = waktu pemeliharaan (hari)

Page 9: PEMBESARAN IKAN LELE

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup dapat kita ketahui dari jumlah ikan yang kita

panen. Jumlah tersebut kita bandingkan dengan jumlah benih yang kita tebar. Dari

lima departemen, diperoleh data Tingkat Kelangsungan Hidup sebagai berikut.

Grafik.1. Tingkat Kelangsungan Hidup

Dari data diatas diketahui bahwa Tingkat Kelangsungan Hidup ikan lele

dari departemen BDP sebesar 88.7%, MSP sebesar 82.3%, THP sebesar 79.6%,

PSP sebesar 88.6%, dan ITK sebesar 85.9%.

4.1.2 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dapat kita ketahui dari pengolahan data hasil

sampling yang kita lakukan. Laju pertumbuhan harian selalu membandingkan

antara biomassa ikan saat sampling dengan biomassa ikan saat awal tebar. Data

laju pertumbuhan harian ikan lele dari masing-masing departemen dapat kita lihat

dalam grafik sebagai berikut.

Page 10: PEMBESARAN IKAN LELE

Grafik.2. Laju Pertumbuhan Harian

Dari grafik Laju Pertumbuhan Harian diatas, diketahui bahwa laju

pertumbuhan harian dari setiap departemen mengalami penurunan. Laju

pertumbuhan harian terakhir dari departemen BDP adalah 8.18%, MSP adalah

5.53%, THP adalah 2.08%, PSP adalah 7.78%, dan ITK adalah 5.87%.

4.1.3 Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan Mutlak juga dapat kita ketahui dari pengolahan data hasil

sampling yang kita lakukan. Pertumbuhan mutlak membandingkan antara bobot

rata-rata ikan lele saat sampling dengan bobot rata-rata ikan lele saat awal tebar.

Data pertumbuhan mutlak dari masing-masing departemen dapat kita lihat dalam

grafik sebagai berikut.

Grafik.3. Pertumbuhan Mutlak

Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa pertumbuhan rata-rata ikan lele

per hari dari departemen BDP adalah 2.71 gr/hari, MSP adalah 1.91 gr/hari, THP

adalah 1.38 gr/hari, PSP adalah 1.71 gr/hari, dan ITK adalah 1.83 gr/ hari.

Page 11: PEMBESARAN IKAN LELE

4.1.4 Konversi Pakan

Konversi Pakan dapat kita ketahui dengan membandingkan antara

pertambahan bobot ikan dengan jumlah pakan yang dihabiskan. Konversi pakan

dapat menjadi pembanding kualitas suatu pakan. Nilai konversi pakan dari

masing-masing departemen dapat kita lihat dalam grafik sebagai berikut.

Grafik.4. Konversi Pakan

Data konversi pakan memiliki arti bahwa banyaknya pakan yang

dihabiskan untuk menghasilkan 1kg daging. Dari grafik diatas dapat kita ketahui

bahwa konversi pakan dari departemen BDP adalah 1.05 kg, MSP adalah 1.05 kg,

THP adalah 2.27 kg, PSP adalah 1.65 kg, dan ITK adalah 1.71 kg.

4.1.5 Hasil Panen

Hasil Panen adalah total biomassa yang diperoleh dari hasil pembesaran

lele. Hasil panen tersebut telah termasuk dari biomassa konsumsi, big size, dan

sortir. Data hasil panen dari masing-masing departemen dapat kita lihat dalam

grafik sebagai berikut.

Tabel.1. Hasil Panen

DepartemenPanen dalam biomassa (kg)

daging big size sortir total

BDP 265 117 9.1 391

MSP 401 61 59 521

THP 318.5 84.6 18 421

PSP 315 85 25 425

ITK 333 25 98 456

Page 12: PEMBESARAN IKAN LELE

Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa hasil panen dari departemen

BDP sebesar 391 kg, MSP sebesar 521 kg, THP sebesar 421 kg, PSP sebesar 425

kg, dan ITK sebesar 456 kg.

4.1.6 Analisis Usaha

Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui setiap biaya yang dikeluarkan

untuk kepentingan praktikum pembesaran ini, pendapatan yang diperoleh dari

hasil panen, dan selisih antara keduanya untuk mengetahui keuntungan ataupun

kerugian yang dialami. Data analisis usaha dapat dilihat dalam tabel sebagai

berikut.

Tabel.2. Analisis Usaha

Departemen Pemasukan Pengeluaran Keuntungan

BDP 3667900 3537133 130767

MSP 5029000 4984000 45000

THP 4023800 6253733 -2229933

PSP 4055000 4302307 -1847307

ITK 4412000 4827342 -2015342

Dari tabel di atas dapat kita ketahui keuntungan yang diperoleh dari setiap

departemen. Tanda minus pada kolom keuntungan berarti bahwa departemen

tersebut mengalami kerugian.

4.1.7 Analisis Kualitas Air

Data kualitas air diperoleh dari sampling. Data kualitas air dari masing-

masing departemen terdapat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel.3. Analisis Kualitas Air

ParameterKelas

BDP MSP THP PSP ITK

DO

7.1-7.2

mg/L

6.9-7

mg/L 6.6 mg/L 6.6 mg/L

6.6

mg/L

pH 6.63-6.64 6.85-6.93 6.84-6.92 6.61-6.99

6.81-

7.76

Page 13: PEMBESARAN IKAN LELE

CaCo3

37.79-

47.25

42.52-

47.25

47.25-

70.87

89.76-

94.49 94.49

Alkalinitas 160-176 172-200 60-172 76-104 72-80

Amoniak 0-0.12 0.05-0.08 0.29-0.32 0.15-0.4

0.28-

0.29

Nitrit

0.039-

0.043

0.03-

0.034

0.039-

0.066

0.044-

0.059

0.05-

0.055

Dari tabel diatas diketahui parameter-parameter kualitas air yang diukur,

mulai dari nilai dari DO, pH, CaCO3, alkalinitas, amoniak, dan nitrit. Sebagai

contoh dari data ITK, nilai DO adalah 6.6 mg/L, nilai pH adalah 6.81-7.76, nilai

CaCO3 adalah 94.49, nilai alkalinitas 72-80, nilai amoniak 0.28-0.29, nilai nitrit

0.05-0.055.

4.2 Pembahasan

Tingkat kelangsungan hidup adalah jumlah ikan yang mampu bertahan

hidup hingga akhir pemeliharaan. Dari data yang diketahui, terdapat perbedaan

nilai tingkat kelangsungan hidup dari masing-masing departemen. Departemen

BDP memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dengan 88.7%, dan

departemen THP memiliki tingkat kelangsungan hidup yang rendah dengan

79.6%. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan kualitas air dan cara

pemeliharaan dari setiap departemen. Kualitas air yang sesuai dengan kadarnya

akan sangat berpengaruh dengan tingkat kelangsungan hidup ikan. Semakin besar

nilai tingkat kelangsungan hidup, maka pembesaran ikan berlangsung lebih baik.

Laju pertumbuhan harian adalah pertumbuhan biomassa harian dari awal

penebaran hingga panen. Juga terdapat perbedaan laju pertumbuhan harian dari

setiap departemen. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan ketelitian saat

pemeliharaan dan pemberian pakan. Perbedaan ketelitian inilah yang

mengakibatkan pertumbuhan ikan tidak sama dari setiap departemen.

Pertumbuhan mutlak adalah pertumbuhan dari bobot rata-rata ikan saat

awal penebaran hingga panen. Terdapat perbedaan pertumbuhan mutlak dari

setiap departemen karena perbedaan yang terjadi pada laju pertumbuhan harian.

Page 14: PEMBESARAN IKAN LELE

Semua faktor yang mempengaruhi perbedaan laju pertumbuhan harian juga dapat

mempengaruhi perbedaan pertumbuhan mutlak.

Pertumbuhan ikan terkait dengan pertambahan bobot. Pada masa

pembesaran, bobot akan terus bertambah. Namun ada waktu dimana bobot ikan

tidak lagi bertambah atau pun laju pertumbuhannya menurun. Meskipun

pembesaran terus dilanjutkan, pertumbuhan ikan pun tidak akan bertambah lagi.

Konversi pakan ditentukan dari hasil sampling, yaitu pertambahan bobot

dan jumlah pakan yang dihabiskan. Terjadi perbedaan konversi pakan dari tiap

departemen karena adanya perbedaan bobot rata-rata ikan saat sampling dari

setiap departemen. Konversi pakan menunjukan kualitas suatu pakan, karena

setiap nilai konversi pakan berarti banyaknya pakan yang dihabiskan untuk

menghasilkan 1kg daging. Semakin kecil nilai suatu konversi pakan, maka

semakin bagus mutu pakan tersebut.

Hasil panen adalah total bobot yang didapatkan pada saat akhir

pembesaran. Departemen MSP memiliki hasil panen terbesar yaitu 521 kg dan

departemen BDP yaitu 391 kg. Perbedaan hasil panen terjadi karena adanya

perbedaan pertumbuhan ikan pada masing-masing departemen. Semakin besarnya

hasil panen tidak menentukan semakin besarnya pendapatan, karena hasil panen

ini dibagi lagi menjadi hasil sortir, ukuran konsumsi dan over size.

Analisis usaha merupakan perhitungan pendapatan hasil panen,

pengeluaran untuk benih dan pakan, serta keuntungan ataupun kerugian yang

dialami. Dari analisis usaha ini, kita dapat memperhitungan biaya yang kita

habiskan untuk melakukan pembesaran di waktu selanjutnya.

Selanjutnya kita lihat kembali pada tingkat kelangsungan hidup. Nilai

tingkat kelangsungan hidup yang paling tinggi adalah departemen BDP dengan

88.7%. Dari nilai itu dapat kita ketahui bahwa jumlah ikan yang mati cukup

banyak. Hal tersebut biasa terjadi pada awal penebaran, karena kesalah pada

aklimatisasi ataupun kondisi kesehatan benih. Pada masa pemeliharaan, kematian

terjadi karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan, ruang hidup, dan

sumber penyakit.

Untuk waktu pemanenan, kita dapat mengetahuinya dari grafik

pertumbuhan mutlak. Dari grafik pertumbuhan mutlak dapat kita lihat bahwa

Page 15: PEMBESARAN IKAN LELE

pemanenan baik dilakukan saat pertumbuhan ikan telah mencapai puncak.

Pertubuhan ikan akan menurun pada saat mencapat bobot tertentu, sehingga pada

saat itu jumlah pakan yang kita berikan tidak begitu berpengaruh besar pada

pertambahan bobot ikan. Pada saat seperti itulah ikan lebih baik untuk dipanen.

Waktu panen juga dapat kita tentukan pada saat sampling. Pada saat

sampling kita tidak hanya menimbang bobot ikan, namun juga melihat keadaan

kesehatan ikan. Jika saat sampling tersebut kita menemukan banyak ikan yang

terserang penyakit, maka pemanenan lebih baik kita lakukan lebih awal sebelum

semua ikan tertular penyakit tersebut. Pemanenan ikan juga dapat kita tentukan

jika bobot ikan kita telah memenuhi ukuran konsumsi yaitu kurang lebih

berukuran size 8.

Untuk analisis usaha, kita melihat pengeluaran dan pendapatan yang

diperoleh. Dari kedua data itu kita dapat menetapkan data keuntungan. Dari tabel

analisis usaha, kita dapat melihat bahwa dana yang kita dapatkan dari hasil panen

yang berukuran daging lebih tinggi dibandingkan dengan hasil panen yang

berukuran sortir dan Over size. Hal tersebut berarti bahwa pemanenan yang tepat

waktu jauh lebih baik daripada lebih awal atau pun lebih lama. Dengan

pemanenan yang tepat waktu, maka kita akan mendapatkan hasil panen dengan

ukuran daging dalam jumlah yang lebih banyak, dengan seperti itu maka

pendapatan yang kita peroleh juaga akan semakin tinggi.

Page 16: PEMBESARAN IKAN LELE

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Praktikum pembesaran lele yang dilakukan telah membantu kita untuk

mengetahui tata cara dari pembesaran lele yang dimulai dari penyiapan wadah,

penebaran, pemeliharaan, hingga pemanenan. Kita juga telah mengetahui

parameter-parameter yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembesaran seperti

tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak,

konversi pakan, dan kualitas air. Dalam proses panen, kita telah mengetahui tata

cara menyortir ikan lele mulai dari yang berukuran kecil, big size, dan ukuran

daging atau konsumsi.

5.2 Saran

Pelaksanaan pembesaran ikan lele kali ini telah dilaksanakan dengan baik.

Untuk pelaksanaan kegiatan pembesaran kedepannya, hendaknya mempunyai

jadwal yang pasti mengenai pemberian pakan, sampling, dan pemanenan.