Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

31
BAB I TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Di Indonesia infeksi virus dengue pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologi baru diperoleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut- turut dilaporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini infeksi virus dengue sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit didaerah pedesaan. Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan dengan benar, sehingga angka kematian akibat infeksi virus dengue dapat ditekan serendah mungkin Patogenesis Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection Hypothesis dapat dilihat pada rumusan yang dikemukakan oleh Suvatte (1997) yaitu akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi antidengue yang rendah, maka respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue. Virus dalam jumlah banyak mengakibatkan terjadinya replikasi virus dengue dalam limfosit yang sedang bertranformasi. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi (virus-antibodi kompleks) yang selanjutnya : 1. Akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan meningkatnya permeabilizas pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat

Transcript of Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Page 1: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Di Indonesia infeksi virus dengue pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologi baru diperoleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut-turut dilaporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Pada saat ini infeksi virus dengue sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit didaerah pedesaan.

Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan dengan benar, sehingga angka kematian akibat infeksi virus dengue dapat ditekan serendah mungkin

Patogenesis

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection Hypothesis dapat dilihat pada rumusan yang dikemukakan oleh Suvatte (1997) yaitu akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi antidengue yang rendah, maka respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue. Virus dalam jumlah banyak mengakibatkan terjadinya replikasi virus dengue dalam limfosit yang sedang bertranformasi. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi (virus-antibodi kompleks) yang selanjutnya :

1. Akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan meningkatnya permeabilizas pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian.

2. Dengan terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah maka mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dan terjadi trombositopenia hebat serta perdarahan. Disamping itu, trombosit yang mengalami metamorfosis akan melepaskan faktor trombosit 3 yang mengaktivasi sistem koagulasi.

3. Aktivasi faktor Hageman (Faktor XII) dan aktivasi sistem koagulasi mengakibatkan terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP). Menurunnya faktor koagulasi dan kerusakan hati akan menambah beratnya perdarahan.

Page 2: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya
Page 3: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Kriteria diagnosis menurut WHO adalah sebagai berikut

1. Kriteria klinis.

a. Demam tinggi mendadak, terus menerus selam 2-7 hari

b. Manifestasi perdarahan ditandai satu atau lebih keadaan berikut : uji Torniquet positif, ptekie, purpura, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarhan gusi hematemesis dan melena.

c. Hepatomegali

d. Syok yang ditandai nadi cepat dan lemah disertai penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah

2. Kriteria laboratrium

a. Trombositopeni (trombosit < 100.000/mm3)

b. Heomokonsentrasi (Peningkatan hematokrit > 20%)

Diagnosa ditegakan 2 kriteria klinis + 1 kriteria laboratorium. Pada kasus syok, peningkatan hematokrit dan adanya trombositopeni mendukung diagnosa DBD

Indikator fase syok

1. Hari sakit ke 4-5

2. Suhu turun

3. Nadi cepat tanpa demam

4. Hipotensi

5. Leukopeni (< 5000/mm3)

Tabel berikut berisi tanda / gejala klinis dan laboratorium untuk membuat diagnosisUndifferentiated Fever / Dengue Fever / Dengue Hemorrhagic Fever ( WHO system for classifying dengue syndromes ).

Tabel 1. Tanda klinis dan laboratories infeksi virus dengue

Syndrome Clinical Hemorrhage ** Laboratory*

Undifferentiated Fever Fever, mild respiratory or GI symptoms T.T. + or -; bleeding signs + or - plt NL

hct NL

Dengue Fever Fever, headache, myalgia, leukopenia,

usually rash.

T.T. + or -; bleeding signs + or - plt or NL

hct NL

Dengue Hemorrhagic Fever

Grade I Fever, mild respiratory or GI symptoms T.T. +; bleeding signs - plt

hct

Grade II Fever, mild respiratory or GI symptoms T.T. +; bleeding signs + plt

hct

Page 4: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Dengue Shock Syndrome

Grade III As in grade I or II. Cool, clammy skin,

enlarged liver, hypotension or narrow pulse pressure ***

T.T. + or -; bleeding signs + or - plt

hct

Grade IV As in grade III. Blood pressure

unobtainable.

T.T. usually -; bleeding signs + or - plt

hct

* plt = platelet count. Abnormal value = 100.000 platelets per cubic milimeter. Hct = hematocrit. Abnormal value = 20 percen higher than recovery value.

** T.T. = tourniquet test, performed using blood pressure cuff inflated midway between systolic and diastolic for 5 min.

*** Narrow pulse pressure = systolic – diastolic 20 mm Hg.

(Dikutip dari WHO. Guidelines for treatment of dengue fever / dengue hemorrhagic fever in small hospitals. New Delhi, 1999).

Indikasi pemberian darah

a. Terdapat perdarahan secara klinis

b. Setelah mendapat cairan kristaloid, syok menetap, Ht turun, diduga telah terjadi perdarahan, berikan darah segar 10ml/kgBB

c. Apabila kadr Ht tetap.40 vol%, maka berikan darah dalam volume kecil

d. Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna untuk koreksi gangguan koagulopati atau koagulasi intravaskuler diseminata (KID) pada syok berat yang menimbulkan perdarahan masih

e. Pemberian tranfusi suspensi trombosit pada KID harus disertai plasma segar (berisi faktor koagulsi yang diperlukan) untuk mencegah perdarahn lebih hebat.

Pencegahan

Pencegahan penyakit DBD tergantung pada pengendalian vektor, yang dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya : Metode lingkungan, biologis dan kimiawi. Cara yang paling efektif adalah mengkombinasikan cara-cara diatas, disebut dengan 3M plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain melakukan beberapa hal lain seperti menggunakan kelambu waktu tidur, menggunakan repellen,

memasang obat nyamuk, menggunakan insektisida, dan lain-lain. Vaksin terhadap berbagi tipe virus dengue masih dalam penelitian.

Penatalaksanaan

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dansebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan

Page 5: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

intensif. Untuk dapat merawat pasien DBD dengan baik, diperlukan dokter danperawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dankoloid, serta bank darah yang senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis dini danmemberikan nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda syok, merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dantidak tertolong. Kunci keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.

1. Demam dengue

Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien dianjurkan

• Tirah baring, selama masih demam.• Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.• Untuk menurunkan suhu menjadi < 39°C, dianjurkan pemberian

parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat meyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.

• Dianjurkan pemberian cairan danelektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.

• Monitor suhu, jumlah trombosit danhematokrit sampai fase konvalesen.

Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan. Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok). Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi, apalagi bila disertai berkeringat dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus segera dibawa segera ke rumah sakit. Penerangan untuk orang tua tertera pada Lampiran 1. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi. Tatalaksana DD tertera pada Bagan 2 (Tatalaksana tersangka DBD).

2. Demam Berdarah Dengue

Ketentuan Umum

Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD danpenyakit lain adalah adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dankegagalan sirkulasi. Maka keberhasilan

Page 6: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan Ease awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/ Ipb (rata-rata dihitung pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit dansebelum terjadi penurunan suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan plasma danmerupakan indikasi untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada asus dengan peningkatan hematokrit yang terus menerus danpenurunan jumlah trombosit < 50.000/41. Secara umum pasien DBD derajat I danII dapat dirawat di Puskesmas, rumah sakit kelas D, C danpads ruang rawat sehari di rumah sakit kelas B danA.

Fase Demam

Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat simtomatik dansuportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD. Parasetamol direkomendasikan untuk pemberian atau dapat di sederhanakan seperti tertera pada Tabel 1.

Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia danmuntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum asi, tetap harus diberikan disamping larutan oiarit. Bila terjadi kejang demam, disamping antipiretik diberikan antikonvulsif selama demam.

Tabel Dosis parasetamol Menurut Kelompok Umur

Umur (tahun) Parasetamol ( tiap kali pemberian )

Dosis ( mg ) Tablet (1tab=500mg)

< 1 60 1/8

1 – 3 60 – 125 1/8 – ¼

4 – 6 125 – 250 ¼ - ½

7 – 12 250 – 500 ½ - 1

Page 7: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi. Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari ke 3-5 fase demam. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarka derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan darah dantekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga sampai suhu normal kembali. Bila sarana pemeriksaan hematokrit tidak tersedia, pemeriksaan hemoglobin dapat dipergunakan sebagai alternatif walaupun tidak terlalu sensitif. Untuk Puskesmas yang tidak ada alat pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkan dengan menggunakan Hb. Sahli dengan estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb

Penggantian Volume Plasma

Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang. Walaupun demikian, penggantian cairan harus diberikan dengan bijaksana danberhati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap 30-60 menit). Tetesan dalam 24-28 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit, danjumlah volume urin. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.

Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dankehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.

Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5 sampai 8%), seperti tertera pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Kebutuhan Cairan pada Dehidrasi Sedang (defisit cairan 5 – 8 % )

Berat Badan waktu masuk RS ( kg ) Jumlah cairan Ml/kg berat badan per hari

<7 220

7 - 11 165

12 – 18 132

>18 88

Page 8: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Pemilihan jenis danvolume cairan yang diperlukan tergantung dari umur danberat badan pasien serta derajat kehilangan plasma, yang sesuai dengan derajat hemokonsentrasi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan ideal untuk anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungan dari tabel 3 berikut.

Tabel 3 Kebutuhan Cairan Rumatan

Berat badan (kg) Jumlah Cairan (ml)

10 100 per kg BB

10 - 20 1000 + 50 x kg ( diatas 10 kg )

>20 1500 + 20 x kg (diatas 20 kg )

Misalnya untuk anak berat badan 40 kg, maka cairan rumatan adalah 1500+(20x20) =1900 ml. Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24 jam. Oleh karena perembesan plasma tidak konstan (perembesam plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dan kehilangan plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit. Penggantian volume yang bedebihan danterus menerus setelah plasma terhenti perlu mendapat perhatian. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali kedalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema paru dandistres pernafasan. Pasien harus dirawat dansegera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu gelisah, letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dannadi lemah, tekanan nadi menyempit (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, danpeningkatan mendadak dari kadar hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus menerus walaupun telah diberi cairan intravena.

Jenis Cairan (rekomendasi WHO)

Kristaloid.

Larutan ringer laktat (RL) Larutan ringer asetat (RA) Larutan garam faali (GF) Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL) Dekstrosa 5% dalam larutan

ringer asetat (D5/RA) Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)

(Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran)

Koloid.

Dkstran 40 Plasma Albumin

Page 9: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

3. Sindrom Syok Dengue

Syok merupakan Keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang utama yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan cepat mengalami syek dansembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam. Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur dantekanan nadi <20 mm Hg segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam seiama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB.

Penggantian Volume Plasma Segera

Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat > 20 ml/kg BB. Tetesan diberikan secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan sesuai berat BB ideal danumur 10 mm/kg BB/jam, bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum dapat teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid danberi cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan. Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid syok masih menetap sedangkan kadar hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap > tinggi, maka berikan darah dalam volume kecil (10 ml/kg BB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kgBB/ 24 jam. Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dankadar hematokrit.

Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma

Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah membaik dankadar hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10 ml/kg BB/jam dankemudian disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi selama 24-48 jam. Pemasangan CVP yang ada kadangkala pada pasien SSD berat, saat ini tidak dianjurkan lagi.

Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun, dibandingkan nilai Ht sebelumnya. Jumlah urin/ml/kgBB/jam atau lebih merupakan indikasi bahwa keadaaan sirkulasi membaik. Pada umumnya, cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam syok teratasi. Apabila cairan tetap diberikan dengan jumlah yang berlebih pada saat terjadi reabsorpsi plasma dari ekstravaskular (ditandai dengan penurunan kadar hematokrit setelah pemberian cairan rumatan), maka akan menyebabkan hipervolemia dengan akibat edema paru dangagal jantung. Penurunan hematokrit pada saat reabsorbsi plasma ini jangan dianggap sebagai tanda perdarahan, tetapi disebabkan oleh hemodilusi. Nadi yang kuat, tekanan darah normal, diuresis cukup, tanda vital baik, merupakan tanda terjadinya fase reabsorbsi.

Page 10: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit

Hiponatremia danasidosis metabolik sering menyertai pasien DBD/SSD, maka analisis gas darah dankadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat. Apabila asidosis tidak dikoreksi, akan memacu terjadinya KID, sehingga tatalaksana pasien menjadi lebih kompleks.

Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dan dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan sebagai akibat KID, tidak akan tejadi sehingga heparin tidak diperlukan.

Pemberian Oksigen

Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok. Dianjurkan pemberian oksigen dengan mempergunakan masker, tetapi harus diingat pula pada anak seringkali menjadi makin gelisah apabila dipasang masker oksigen.

Transfusi Darah

Pemeriksaan golongan darah cross-matching harus dilakukan pada setiap pasien syok, terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock). Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit untuk mengetahui perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai hemokonsentrasi. Penurunan hematokrit (misalnya dari 50% me.njadi 40%) tanpa perbaikan klinis walaupun telah diberikan cairan yang mencukupi, merupakan tanda adanya perdarahan. Pemberian darah segar dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup mengandung plasma, sel darah merah dan faktor pembesar trombosit. Plasma segar dan atau suspensi trombosit berguna untuk pasien dengan KID dan perdarahan masif. KID biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan perdarahan masif sehingga dapat menimbulkan kematian. Pemeriksaan hematologi seperti waktu tromboplastin parsial, waktu protombin, dan fibrinogen degradation products harus diperiksa pada pasien syok untuk mendeteksi terjadinya dan berat ringannya KID. Pemeriksaan hematologis tersebut juga menentukan prognosis.

Monitoring

Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah

• Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.

• Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan klinis pasien stabil.

• setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah

Page 11: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

mencukupi.• Jumlah dan frekuensi diuresis.

Pada pengobatan syok, kita harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis belum cukup 1 ml/kg/BB, sedang jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan diperkuat dengan tanda overload antara lain edema, pernapasan meningkat, maka selanjutnya furasemid 1 mg/kgBB dapat diberikan. Pemantauan jumlah diuresis, kadar ureum dankreatinin tetap harus dilakukan. Tetapi, apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok belum dapat terkoreksi dengan baik, maka pemberian dopamia perlu dipertimbangkan.

Ruang Rawat Khusus Untuk DBD

Untuk mendapatkan tatalaksana DBD lebih efektif, maka pasien DBD seharusnya dirawat di ruang rawat khusus, yang dilengkapi dengan perawatan untuk kegawatan. Ruang perawatan khusus tersebut dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, dantrombosit yang tersedia selama 24 jam. Pencatatan merupakan hal yang penting dilakukan di ruang perawatan DBD. Paramedis dapat didantu oleh orang tua pasien untuk mencatatjumlah cairan baik yang diminum maupun yang diberikan secara intravena, serta menampung urin serta mencatat jumlahnya.

Kreteria Memulangkan Pasien

Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini

1.Tampak perbaikan secara klinis

2.Tidak demam selaina 24 jam tanpa antipiretik

3.Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)

4. Hematokrit stabil

5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/pl

6. Tiga hari setelah syok teratasi

7. Nafsu makan membaik

TATALAKSANA ENSEFALOPATI DENGUE

Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- danjumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. Perawatan jalan

Page 12: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.

Mengingat pada saat awal pasien datang, kita belum selalu dapat menentukan diagnosis DD/DBD dengan tepat, maka sebagai pedoman tatalakasana awal dapat dibagi dalam 3 bagan yaitu

• Tatalaksana kasus tersangka DBD, termasuk kasus DD, DBD derajat I dan• DBD derajat II tanpa peningkatan kadar hematokrit. (Bagan 2 dan 3)• Tatalaksana kasus DBD, temasuk kasus DBD derajat II dengan peningkatan

kadar hematokrit (Bagan 4)• Tatalaksana kasus sindrom syok dengue, termasuk DBD derajat III dan IV

(Bagan 5)

Page 13: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : MI

No MR : 087395

Jenis kelamin : laki – laki

Umur : 5,5 tahun

Seorang pasien laki – laki 5,5 tahun datang ke IGD RSUD Rasidin Padang diantar oleh ibunya dengan :

Keluhan Utama : Tangan dan kaki teraba dingin sejak 12 sebelum masuk RS

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Demam sejak 5 hari sebelum masuk RS. Demam mendadak, tinggi, terus-menerus,

tidak berkeringat dan tidak menggigil

- Pusing – pusing, sakit diseluruh kepala, terutama terasa disekitar bola mata serta nyeri

pada persendian sejak 5 hari yang lalu

- Sakit perut sejak 3 hari sebelum masuk RS, terutama di ulu hati, mual (+), muntah (+)

- Riwayat perdarahan (+). Pasien muntah berwarna hitam kecoklatan sebanyak 2 kali,

1 hari yang lalu dan hari ini. 1 hari yang lalu BAB warna kehitaman. Bintik

perdarahan bawah kulit muncul 2 hari yang lau.

- Keluar darah dari hidung tidak ada, perdarahan bawah kulit ada sejak 2 hari yang lalu.

- Tangan dan kaki teraba dingin sejak 12 jam sbeleum masuk RS

- Buang air kecil ada, 6 jam yang lalu, jumlah sedikit warna kuning pekat

- Batuk, pilek, dan sesak napas tidak ada

- Anak tidak mau mau makan dan minum sejak sakit

- Pasien anak ke 2 dari 2 bersaudara, tinggal di wilayah perkampungan yang cukup

ramai penduduknya, jarak antar rumah rapat. Tetangga pasien juga ada yang

menderita penyakit DBD dan dirawat d RS.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.

Page 14: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Pemeriksaan Fisik (9 Januari 2012, pukul 12.40)

Tanda vital :

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : sadar

Frekuensi nadi : 150 x/menit ( cepat halus )

Frekuensi nafas : 46 x/menit

Suhu : 37,2 ºC

Berat badan : 16 Kg

Hidung : napas cuping hidung (-)

Kulit : teraba dingin, ptekie spontan (+)

Kepala : bulat simetris,rambut hitam tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Mulut : mukosa mulut dan bibir kering

Tenggorokan : T1-T1, tidak hiperemis,

Leher : tidak terba pembesaran KGB

Dada :

Paru

Inspeksi : normochest

Palpasi : palpasi fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : bronkovesikuler Rh -/- Wh -/-

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising

Tidak ada

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Palpasi : Hepar teraba 1/4-1/4, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, lien

tidak teraba

Page 15: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Nyeri tekan ulu hati (+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) normal

Ekstremitas

akral dingin, refilling kapiler lambat (>2 detik), sianosis (-), reflek fisiologis +/+,

reflek patologis -/-.

Pemeriksaan Laboratorium

Darah :

Hb : 14,1 gr%

Leukosit : 9.900

Trombosit : 22.000

Hematokrit : 41 vol%

Diagnosis : Dengue Syok Sindrom ( DHF grade III, hari ke 6 )

Tatalaksana ( IGD )

• O2 2 ltr/menit

• IVFD RL 400 cc guyur → syok teratasi. Lanjutkan 36 tetes/ menit

• Ranitidin 3 x ½ ampul

• Cefotaxime 2 x 500 mg IV

• Kontrol VS tiap jam

• Kontrol urin

• Cek Hb/Ht/Tr 6 jam lagi

• Cross match trombosit 4 unit

Kontrol Intensif Pasien 9 januari 2012

Tanggal TD Nadi Nafas Suhu Perdarahan Urin P. Labor Cairan keterangan9/1 201212.40wib

- cepat halus

46 x(O2 ltr/’)

37,2 Lambung (hematemesis)

Sedikit, kuning pekat(6 jam yg lalu)

Hb 14,1L 9.900Ht 41%Tr.22.000

RL 400ccguyur

Konsul dr.SpA ( blm bs dihubungi)IGD

13.20 - 130x 45x 37 - - - RL 40 tts/’ IGDSyok teratasi

Page 16: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

13.50 - 130x 43x 37 - - - RL 36 tts/’ Konsul dr.SpA (IGD)Pasien dipindahkan ke bangsal )

16.15 90/60 105x 28x 37,3 - 50 ccKuning

- RL 30 tts/’ Bangsal

17.30 100/70

120x 40x 37 - - RL 30 tts/’ Bangsal

19.00 100/60

100x 24x 37,1 - Hb 12,2Ht 35%Tr 17.000

RL 30 tts/’ - Crossmatch- Siapkan transfusi trombosit 4 unit

22.00 100/60

100x 30x 37,7 - - Transfusi trombosit

2 unit

10 januari 2012

S/ Demam (-), sakit kepala (-),mual dan muntah tidak ada. Minum mau. Perdarahan spontan

tidak ada. Nyeri di ulu hati tidak ada. BAK kuning ( sudah tidak pekat lagi ),

O/ Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : sadar

Pemeriksaan fisik

10/1/2012 TD100/60

Nadi 100x

Nafas 28x

suhu37,2

Perdarahan (-)

Urin 150ccWarna kuning

Hb 9Tr 49.000Ht 30%

RL20 tts/’

-Diet MLTerapi lain dilanjutkan-Imunos syr 2x1cth

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Jantung : irama teratur, bising tidak ada

Paru : vesikuler , ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : distensi tidak ada

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Kesan/ syok teratasi

D/ DHF grade III hari ke VII

Sikap :

Diet ML dimulai

IVFD RL 30 tts/menit makro

Page 17: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Imunos syr 2x1 cth

Banyak minum 2L/hari

Th/ lain dilanjutkan

11 Januari 2012

S/ Demam (-), sakit kepala (-),mual dan muntah tidak ada. Minum mau. Perdarahan spontan

tidak ada. Nyeri di ulu hati tidak ada. BAK biasa

O/ Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : sadar

Pemeriksaan fisik

Tanggal 11/1/2012

TD100/60

Nadi100x

Nafas 24x

suhu37

Perdarahan (-)

160cc Hb 9Tr 87.000Ht 30%

RL20 tts/’

Terapi dilanjutkan Aff infus.Ganti inject pump

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Jantung : irama teratur, bising tidak ada

Paru : vesikuler , ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : distensi tidak ada

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

D/ DHF grade III hari ke VIII

Sikap :

Diet ML

IVFD RL aff. Ganti inject pump

Imunos syr 2x1 cth

Banyak minum 2L/hari

Th/ lain dilanjutkan

12 januari 2012

S/ Demam (-), sakit kepala (-),mual dan muntah tidak ada. Minum mau. Perdarahan spontan

tidak ada. Nyeri di ulu hati tidak ada. BAK biasa

Page 18: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

O/ Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : sadar

Pemeriksaan fisik

Tanggal12/1/2012

TD 100/60

Nadi 100x

Nafas 25x

suhu37

Perdarahan - Urin 180cc Hb 8,7Tr 128.000

- Terapi dilanjutkan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Jantung : irama teratur, bising tidak ada

Paru : vesikuler , ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen : distensi tidak ada

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

D/ DHF grade III hari ke IX

Sikap :

Diet ML

Imunos syr 2x1 cth

Banyak minum 2L/hari

Th/ lain dilanjutkan

13 januari 2012

S/ Demam (-), sakit kepala (-),mual dan muntah tidak ada. Minum mau. Perdarahan spontan

tidak ada. Nyeri di ulu hati tidak ada. BAK biasa

O/ Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : sadar

Pemeriksaan fisik

Tanggal13/1/2012

TD100/60

Nadi 100x

Nafas 25x

suhu37

- 180cc Hb 8,6Ht 25%Tr 225.000

- Pasien boleh pulang.

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Jantung : irama teratur, bising tidak ada

Paru : vesikuler , ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada

Page 19: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Abdomen : distensi tidak ada

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

D/ DHF grade III hari ke X ( perbaikan)

Sikap :

Boleh pulang

Imunos syr 2x1 cth

Page 20: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien anak laki laki umur 5,5 tahun dengan diagnosa kerja

Dengue Syok Syndrom (DHF hari ke 7). Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Dari anamnesis diketahui bahwa keluhan utama pasien adalah tangan dan kaki teraba

dingin sejak 12 sebelum masuk RS. Pasien demam sejak 5 hari sebelum masuk RS, demam

mendadak, tinggi, terus-menerus, tidak berkeringat dan tidak menggigil. Pusing – pusing,

sakit diseluruh kepala, terutama terasa disekitar bola mata serta nyeri pada persendian sejak 5

hari yang lalu. Sakit perut sejak 3 hari sebelum masuk RS, terutama di ulu hati, mual (+),

muntah (+). Riwayat perdarahan (+). Pasien muntah berwarna hitam kecoklatan sebanyak 2

kali, 1 hari yang lalu dan hari ini. 1 hari yang lalu BAB warna kehitaman. Keluar darah dari

hidung tidak ada, bintik perdarahan bawah kulit ada sejak 2 hari yang lalu. Tangan dan kaki

teraba dingin sejak 12 jam sbeleum masuk RS. Buang air kecil ada, 6 jam yang lalu, warna

kuning pekat.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum lemah, Frekuensi nadi 150 x/menit

( cepat halus ), Frekuensi nafas 46 x/menit, Suhu 37,2 ºC, NCH (-), Kulit : teraba dingin,

ptekie spontan (+) , Mulut : mukosa mulut dan bibir kering. Abdomen Hepar teraba 1/4-

1/4, tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, lien tidak teraba , Nyeri tekan ulu hati (+)

Ekstremitas akral dingin, refilling kapiler lambat (>2 detik), sianosis (-), reflek fisiologis +/+,

reflek patologis -/-. Hasil pemeriksaan Laboratorium Hb 14,1 gr%, Leukosit 9.900.

Trombosit 22.000. Hematokrit : 41 vol%

Pasien didiagnosis dengan Dengue Syok Sindrom ( DHF grade III, hari ke 6 ) sesuai

dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa adanya demam, perdarahan spontan, dengan

atau tanpa hepatomegali dan ditemukan gejala kegagalan sirkulasi; meliputi nadi yang

cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, ekstremitas

dingin dan anak gelisah merupakan klasifikasi DHF grade III dengan tanda – tanda syok.

Pasien ditatalaksana di IGD dengan O2 2 ltr/menit, IVFD RL guyur 400 cc secepatnya.

Setelah syok teratasi, tetsan infus diturunkan menjadi 36 tetes/menit. Pasien dikontrol intensif

di IGD dan diruangan. Cek Hb,Ht, dan trombosit serta urin 6 jam kemudian, persiapkan

crossmatch transfusi trombosit 4 unit. Terapi lainnya Ranitidin 3 x ½ ampul, Cefotaxime 2 x

500 mg IV. Berikut perkembangan perjalanan penyakit pasien :

Page 21: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya

Perkembangan perjalanan penyakit pasien

Tanggal TD Nadi Nafas Suhu Perdarahan Urin P. Labor Cairan keterangan9/1 201212.40wib

- cepat halus

46 x(O2 ltr/’)

37,2 Lambung (hematemesis)

Sedikit, kuning pekat(6 jam yg lalu)

Hb 14,1L 9.900Ht 41%Tr.22.000

RL 400ccguyur

IGDKonsul dr.SPA dlm bs dihubungi

13.20 - 130x 45x 37 - - - RL 40 tts/’ IGD13.50 - 130x 43x 37 - - - RL 36 tts/’ IGD

Konsul dr.SpAPasien dipindahkan ke bangsal )

16.15 90/60 105x 28x 37,3 - 50 cckuning

- RL 30 tts/’ Bangsal

17.30 100/70 120x 40x 37 - - - RL 30 tts/’ Bangsal

19.00 100/60 100x 24x 37,1 - Hb 12,2Ht 35%Tr 17.000

RL 30 tts/’ - Crossmatch- Siapkan transfusi trombosit 4 unit

22.00 100/60 100x 30x 37,7 - - - Transfusi trombosit

2 unit

10/1/2012 100/60 100x 28x 37,2 - Urine 150 cc

Hb 9Tr 49.000Ht 30%

RL20 tts/’

-Diet ML-Imunos syr 2x1cthTerapi lain dilanjutkan

11/1/2012 100/60 100x 24x 37 - Urine 150 cc

Hb 9Tr 87.000Ht 30%

RL20 tts/’

Aff infus.Ganti inject pumpTerapi lain dilanjutkan

12/1/2012 100/60 100x 25x 37 - Urine 160 cc

Hb 8,7Tr 128.000

- Terapi lain dilanjutkan

13/1/2012 100/60 100x 25x 37 - Urine 180 cc

Hb 8,6Ht 25%Tr 225.000

- Pasien boleh pulang.

Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan Dengue Syok Sindrom (DHF grade III hari

ke VI). Pada penatalaksanaan kasus DSS cairan kristaloid adalah pilihan utama yang

diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pada

pasien dilakukan transfusi trombosit 2 unit karena jumlah trombosit semakin menurun

( 17.000/mm3). Pasien di evaluasi secara intensif. Setelah keadaan umum membaik, tanda –

tanda perdarahan (-) hematologi stabil pasien dipulangkan

Page 22: Tinjauan Pustaka Dss Dan Laporan Kasusnya