Tia
Transcript of Tia
BAB I
Tinjauan Teori
1.1 Definisi
TIA didefinisikan secara patofisiologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah
yang tidak adekuat. Definisi klinis stroke iskemik ialah deficit neurologis fokal yang timbul
akut dan berlangsung lebih lama dari 24 jam dan tidak disebabkan oleh perdarahan.
TIA dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
- Faktor pembuluh darah
- Faktor susunan darah
- Faktor aliran darah (CBF)
1.2 Etiologi
Penyebab TIA sama dengan stroke penyumbatan, yaitu karena adanya penimbunan kolesterol di
dinding pembuluh darah otak atau adanya gumpalan darah dalam aliran darah ke otak dari
bagian tubuh lain, seringkali berasal dari jantung, yang antara lain dapat berupa:
1. Trombosis.: proses koagulasi dalam pembuluh darah yang berlebihan sehingga menghambat
aliran darah dalam sistem kardiovaskuler.
2. Embolisme : penyumbatan pembuluh darah yang terjadi di berbagai bagian tubuh oleh
embolus (zat asing) yang bergerak melalui aliran darah dan kemudian bersarang di dalamnya.
3. Perdarahan serebri : perdarahan otak
1.3 Tanda dan Gejala
Gejala Transient Ischemic Attack mirip dengan stroke biasa. Berikut adalah beberapa gejalanya,
tergantung bagian mana dari sistem peredaran darah dan otak yang terkena:
a. Masalah penglihatan di salah satu atau kedua mata, termasuk penglihatan ganda dan kebutaan
sementara.
b. Pusing, bingung, dan lemah.
c. Kesulitan berbicara, termasuk berbicara dengan intonasi kacau.
d. Tidak dapat berjalan (ataxia)
e. Kehilangan ingatan atau kesadaran secara tiba-tiba.
f. Kesulitan koordinasi tangan dan lengan.
g. Lemah atau lumpuh di satu sisi tubuh.
Tanda-tandanya:
a. Salah satu sisi tubuh terasa kebas (mati rasa) dan berat.
b. Kesulitan menggerakkan lengan, leher, wajah hanya pada satu sisi tubuh.
c. Pandangan kabur dan suram, atau segala sesuatu tampak dobel bahkan tak bisa melihat sama
sekali.
d. Susah bicara, huruf atau kata yang diucapkan berantakan.
e. Sulit mengerti suatu susunan huruf.
f. Merasa sulit berdiri tegak dan berjalan lurus, pusing, atau jadi ceroboh.
1.4 Fisiologis
Stroke sementara ini disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah,
sumbatan dan penyempitan atau pecahnya pembuluh darah bahkan kelainan jantung, semua ini
menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai. Sehingga dapat menyebabkan
kerusakan/kematian sel saraf otak. Akibatnya sistem saraf terganggu.
1.5 Patofisiologis
1.6 Manifestasi Klinis
a) Defisit motorik yang umum
1. Hemiparesis (kekuatan otot yang berkurang pada separuh tubuh) atau hemiplegia (kelumpuhan
yang dialami oleh satu sisi dari bagian tubuh)
2. Disartria (gangguan bicara yang diakibatkan cidera neuromuscular).
3. Disfagia (kesulitan menelan)
b) Defisit sensori yang umum
1. Defisit visual
2. Hilang respon terhadap sensasi superfisial
3. Hilang respon terhadap propriresepsi (kemampuan mengontrol gerakan dan posisi tubuh).
4. Defisit perceptual.
c) Defisit bahasa
d) Defisit Intelektual
e) Defisit Emosional
f) Disfungsi kandung kemih
g) Disfungsi usus
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan CT (Computed Tomography)
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3. MRA (Magnetic Resonance Angiography)
4. Ultrasonografi Doppler transkranial dapat dipakai untuk mendiagnosis oklusi atau stenosis
arteri intrakranial besar. Gelombang intrakranial yang abnormal dan pola aliran kolateral dapat
juga dipakai untuk menentukan apakah suatu stenosis pada leher menimbulkan gangguan
hemodinamik yang bermakna.
1.8 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan:
a. Membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama)
menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-plasminogen
activator). Pengobatan ini hanya boleh diberikan pada stroke iskemik dengan waktu onset < 3
jam dan hasil CT Scan normal. Obat ini sangat mahal dan hanya dapat dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas yang lengkap.
b. Pertimbangkan pemantauan irama jantung untuk pasien dengan aritmia jantung atau
iskemia miokard. Bila terdapat fibrilasi atrium respons cepat maka dapat diberikan digoksin
0,125-0,5 mg intravena atau verapamil 5-10 mg intravena atau amiodaron 200 mg drips dalam
12 jam.
c. Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh terlalu cepat
diturunkan.Akibat penurunan tekanan darah yang terlalu agresif pada stroke iskemik akut dapat
memperluas infark dan perburukan neurologis.
BAB II
Asuhan Keperawatan Pada PasienTIA
(Transient Ischemic Attack)
2.1 Pengkajian
Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada klien dengan stroke infark perlu dilakukan
pengkajian yang lebih menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek yang ada sehingga dapat
ditemukan masalah-masalah yang ada pada klien dengan stroke infark.
1. Aktivitas atau istirahat
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas ataupun
istirahat, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : merasa kesulitan dalam melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis ( hemiplegi ), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat.
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), kelemahan umum, gangguan penglihatan
dan gangguan tingkatan kesadaran.
2. Sirkulasi
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami perubahan dalam sistem sirkulasi, hal ini dapat
diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia
Tanda : hipertensi arterial, frekuensi nadi dapat bervariasi, distrimia, perubahan EKG
3. Integritas Ego
Pada klien dengan stroke infark akan merasakan suatu perubahan keadaan emosional dalam
dirinya, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : perasaan tidak berdaya dan putus asa.
Tanda : emosi yang labil, ketidaksiapan untuk marah , sedih, gembira dan kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami perubahan dalam kebutuhan eliminasinya, baik
kebutuhan bak maupun bab, hal ini dapat diketahui melalui gejala sebagai berikut :
Gejala : perubahan pola kemih, distensi abdomen, bising usus negatif.
5. Makan / Minum
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makan
dan minum, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah, kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan,
disfagia, ada riwayat diabetes mellitus, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan, obesitas.
6. Neurosensori
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami gangguan pada sistem neurosensorinya, hal ini
dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : pusing, sakit kepala, kelemahan atau kesemutan, kebas, penglihatan menurun,
penglihatan ganda, gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : gangguan fungsi kognitif, kelemahanatau paralisis, afasia, kehilangan kemampuan untuk
mengenali atau menghayati rangsangan visual, pendengaran, kekakuan muka dan kejang.
7. Nyeri atau Kenyamanan
Pada klien dengan stroke infark akan merasakan suatu keadaan ketidaknyamanan, hal ini dapat
diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : sakit kepala
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
8. Pernafasan
Pada klien dengan stroke infark biasanya akan mengalami masalah dalam sistem pernafasannya,
hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : merokok
Tanda : ketidak mampuan menelan , batuk ataupun tambatan jalan nafas, pernafasan sulit, suara
nafas terdengar ronkhi.
9. Keamanan
Pada klien dengan stroke infark akan sangat rentan terhadap faktor keamanan, hal ini dapat
diketahui melalui tanda sebagai berikut :
Tanda : masalah dengan penglihatan, tidak mampu mengenali objek, gangguan regulasi suhu
tubuh, kesulitan dalam menelan, perhatian sedikit terhadap keamanan.
10. Interaksi sosial.
Pada klien dengan stroke infark biasanya akan mengalami kesulitan dalam melakukan sosial
dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dapat diketahui melalui tanda sebagai berikut :
Tanda : masalah bicara, ketidak mampuan untuk berkomunikasi
11. Penyuluhan atau Pembelajaran
Pada klien dengan stroke infark sangat diperlukan penyuluhan / pembelajaran untuk mencegah
masalah lebih lanjut, hal ini dapat diketahui melalui gejala sebagai berikut :
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga dan stroke
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien stroke untuk mengetahui penyebab dan
daerah yang terkena menurut Doenges (1999) adalah sebagai berikut :
1.Angiografi Serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik.
2.CT Scan : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan infark.
3.Pungsi lumbal : menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis emboli
serebral dan TIA.
4.MRI : menunjukan adanya daerah yang mengalami infark, haemoragik, malformasi
arteriovena.
5.Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasikan penyakit arterivena.
6.EEG : mengidentifikasi masalah yang didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7.Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna dan parsial dinding aneurisma.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang telah didapat atau terkaji, kemudian data dikumpulkan maka
dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan yang ada pada klien
dengan stroke infark.Diagnosa keperawatan pada klien stroke adalah sebagai berikut :
1.Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai darah
serebral, gangguan oklusif, haemoragik, vasospasme serebral, edema serebral.
2.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan,
paralisis.
3.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, kesulitan
menelan dan menurunnya nafsu makan.
4.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi,
inkontinensia, perubahan status nutrisi.
5.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuskuler, kehilangan tonus atau kekuatan otot, kelemahan/kelelahan umum.
6.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi sensori, transmisi,
integritas, stress, psikologis.
7.Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan
dan ketahanan kerusakan kognitif, nyeri, depresi.
8.Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
pengetahuan, tidak mengenal sumber-sumber informasi.
2.3 Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan pada klien dengan stroke infark ditemukan, maka dilanjutkan
dengan menyusun perencanaan untuk masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa
keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :
1.Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai darah
serebral, gangguan oklusif, hemoragik, vasospasme serebral, edema serebralRencana Perawatan
NODX
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Perfusi jaringan
tidak efektif:
cedera b.d
gangguan sirkulasi
darah ke otak
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
...... jam diharapkan
perfusi jaringan efektif
dg KH:
1.Perfusi jaringan
cerebral: Fungsi
neurology
meningkat, TIK
dbn,Kelemahan
Peningkatan perfusi serebral
- Kaji kesadaran klien
- Monitor status respirasi
- Kolaborasi obat-obatan untuk
memepertahankan status
hemodinamik.
- Monitor laboratorium utk status
oksigenasi: AGD
Monitor neurology
- Monitor pupil: gerakan,
berkurang
2.Status
neurology:Kesadaran
meningkat,Fungsi
motorik
meningkat,Fungsi
persepsi sensorik
meningkat., Komunikasi
kognitif
meningkat, Tanda vital
stabil
kesimetrisan, reaksi pupil
- Monitor kesadaran,orientasi,
GCS dan status memori.
- Ukur vital sign
- Kaji peningkatan kemampuan
motorik, persepsi sensorik ( respon
babinski)
- kaji tanda-tanda keadekuatan
perfusi jaringan cerebral
- Hindari aktivitas yg dapat
meningkatkan TIK
- Laporkan pada dokter ttg
perubahan kondisi klien
2 Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b/d
ketidakmampuan
pemasukan b.d
faktor biologis
Setelah dilakukan askep ..
jam terjadi peningkatan
status nutrisi dg KH:
- Mengkonsumsi
nutrisi yang adekuat.
- Identifikasi
kebutuhan nutrisi.
- Bebas dari tanda
malnutrisi.
Managemen nutrisi
- Kaji pola makan klien
- Kaji kebiasaan makan klien dan
makanan kesukaannya
- Anjurkan pada keluarga untuk
meningkatkan intake nutrisi dan
cairan
- Kelaborasi dengan ahli gizi
tentang kebutuhan kalori dan tipe
makanan yang dibutuhkan
- Tingkatkan intake protein, zat
besi dan vit c
- Monitor intake nutrisi dan kalori
- Monitor pemberian masukan
cairan lewat parenteral.
Nutritional terapi
- kaji kebutuhan untuk
pemasangan NGT
- berikan makanan melalui NGT
k/p
- berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk mendukung
makan
- monitor penurunan dan
peningkatan BB
- monitor intake kalori dan gizi
3 Kerusakan mobilitas
fisik b.d kerusakan
neuromuskuler,
kerusakan persepsi
sensori, penurunan
kekuatan otot.
Setelah dilakukan Askep
…. jam diharapkan
terjadi peningkatan
mobilisasi, dengan
criteria:
Level mobilitas:
- Peningkatan fungsi
dan kekuatan otot
- ROM aktif / pasif
meningkat
- Perubahan pposisi
adekuat.
Latihan : gerakan sendi (ROM)
- Kaji kemampuan klien dalam
melakukan mobilitas fisik
- Jelaskan kepada klien dan
keluarga manfaat latihan
- Kolaborasi dg fisioterapi utk
program latihan
- Kaji lokasi nyeri/
ketidaknyamanan selama latihan
- Jaga keamanan klie
- Bantu klien utk mengoptimalkan
gerak sendi pasif manpun aktif.
- Fungsi motorik
meningkat.
- ADL optimal
- Beri reinforcement ppositif
setipa kemajuan
Terapi latihan : kontrol otot
- Kaji kesiapan klien utk
melakukan latihan
- Evaluasi fungsi sensorik
- Berikan privacy klien saat
latihan
- Kaji dan catat kemampuan klien
utk keempat ekstremitas, ukur vital
sign sebelum dan sesudah latihan
- Kolaborasi dengan fisioterapi
- Beri reinforcement ppositif
setipa kemajuan
4 Kerusakan
komunikasi verbal
b.d penurunan
sirkulasi ke otak.
Setelah dilakukan askep
…. jam, kemamapuan
komunitas verbal
meningkat,dg criteria:
Kemampuan
komunikasi:
- Penggunaan isyarat
- Nonverbal
- Penggunaan bahasa
tulisan, gambar
- Peningkatan bahasa
lisan
Komunikasi :
kemampuan
penerimaan.
· Kemampuan
interprestasi meningkat
Mendengar aktif:
- Kaji kemampuan berkomunikasi
- Jelaskan tujuan interaksi
- Perhatikan tanda nonverbal klien
- Klarifikasi pesan bertanya dan
feedback
- Hindari barrier atau halangan
komunikasi
Peningkatan komunikasi: Defisit
bicara
- Libatkan keluarga utk
memahami pesan klien
- Sediakan petunjuk sederhana
- Perhatikan bicara klien dg
cermat
- Gunakan kata sederhana dan
pendek
- Berdiri di depan klien saat
bicara, gunakan isyarat tangan.
- Beri reinforcement positif
- Dorong keluarga utk selalu
mengajak komunikasi denga klien
5 Sindrom defisit self-
care: b.d
kelemahan,
gangguan
neuromuskuler,
kerusakan
mobilitas fisik
Setelah dilakukan askep
… jam, self-care optimal
dg kriteria :
- Mandi teratur.
- Kebersihan badan
terjaga
- kebutuhan sehari-hari
(ADL) terpenuhi
Self-care assistant.
- Kaji kemampuan klien dalam
pemenuhan kebutuhan sehari – hari
- Sediakan kebutuhan yang
diperlukan untuk ADL
- Bantu ADL sampai mampu
mandiri
- Latih klien untuk mandiri jika
memungkinkan.
- Anjurkan, latih dan libatkan
keluarga untuk membantu
memenuhi kebutuhan klien sehari-
hari
- Berikan reinforcement positif
atas usaha yang telah dilakukan
klien.
6 Risiko infeksi b.d
imunitas tubuh
primer menurun,
prosedur invasif
Setelah dilakukan askep
… jam tidak
terdapat faktor risiko
infeksi pada klien
dengan KH:
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi
- Status imune klien
adekuat
- V/S dbn,
- AL dbn
Konrol infeksi :
- Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain.
- Pertahankan teknik isolasi.
- Batasi pengunjung bila perlu.
- Intruksikan kepada keluarga
untuk mencuci tangan saat kontak
dan sesudahnya.
- Gunakan sabun anti miroba
untuk mencuci tangan
- Lakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan keperawatan.
- Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
- Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
- Lakukan dresing infus, DC
setiap hari.
- Tingkatkan intake nutrisi dan
cairan
- Berikan antibiotik sesuai
program.
Proteksi terhadap infeksi
- Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
- Monitor hitung granulosit dan
WBC.
- Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
- Pertahankan teknik isolasi bila
perlu.
- Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap kemerahan, panas.
- Dorong istirahat yang cukup.
- Monitor perubahan tingkat
energi.
- Dorong peningkatan mobilitas
dan latihan.
- Instruksikan klien untuk minum
antibiotik sesuai program.
- Ajarkan keluarga atau klien
tentang tanda dan gejala infeksi.
- Laporkan kecurigaan infeksi.
7 Kurang pengetahuan
keluarga tentang
penyakit dan
perawatannya b/d
kurang paparan
dan keterbatasan
kognitif
Setelah dilakukan askep
… jam pengetahuan
keluarga klien meningkat
dg KH:
- Keluarga
menjelaskan tentang
penyakit, perlunya
Mengajarkan proses penyakit
- Kaji pengetahuan keluarga
tentang proses penyakit
- Jelaskan tentang patofisiologi
penyakit dan tanda gejala penyakit
- Beri gambaran tentaang tanda
gejala penyakit kalau
pengobatan dan
memahami perawatan
- Keluarga
kooperativedan mau
kerjasama saat dilakukan
tindakan
memungkinkan
- Identifikasi penyebab penyakit
- Berikan informasi pada keluarga
tentang keadaan pasien, komplikasi
penyakit.
- Diskusikan tentang pilihan
therapy pada keluarga dan rasional
therapy yang diberikan.
- Berikan dukungan pada keluarga
untuk memilih atau mendapatkan
pengobatan lain yang lebih baik.
- Jelaskan pada keluarga tentang
persiapan atau tindakan yang akan
dilakukan
8 Gangguan eliminasi
BAB berhubungan
dengan imobil
Setelah dilakukan
askep .. .jam pasien tdk
mengalami konstipasi dg
KH:
- Pasien mampu BAB
lembek tanpa kesulitan
Konstipation atau impaction
management
- Monitor tanda dan gejala
konstipasi
- Monitor pergerakan usus,
frekuensi, konsistensi
- Identifikasi diet penyebab
konstipasi
- Anjurkan pada pasien untuk
makan buah-buahan dan makanan
berserat tinggi
- Mobilisasi bertahab
- Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake makanan dan
cairan
- Evaluasi intake makanan dan
minuman
- Kolaborasi medis untuk
pemberian laksan kalau perlu
9 Gangguan menelan
berhubungan
dengan kerusakan
neuromuskuler
otot menelan
sete lah dilakukan askep
… jam status menelan
pasien dapat berfungsi
Mewasdai aspirasi
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor status paru-paru
- Monitor jalan nafas
- Posisikan 30-400
- Berikan makan atau NGT jika
memungkinkan
- Hindari memberikan makan
peroral jika terjadi penurunan
kesadaran
- Siapkan peralatan suksion k/p
- Tawarkan makanan atau cairan
yang dapat dibentuk menjadi bolus
sebelum ditelan
- otong makanan kecil-kecil
- erus obat sebelum diberikan
- Atur posisi kepala 30-450 setelah
makan
Terapi menelan
- Kolaborasi dengan tim dalam
merencanakan rehabilitasi klien
- Berikan privasi
- Hindari menggunakan sedotan
minum
- Instruksikan klien membuka dan
menutup mulut untuk persiapan
memasukkan makanan
- Monitor tanda dan gejala aspirasi
- Ajarkan klien dan keluarga cara
memberikan makanan
- Monitor BB
- Berikan perawatan mulut
- Monitor hidrasi tubuh
- Bantu untuk mempertahankan
intake kalori dan cairan
- Cek mulut adakah sisa makanan
- Berikan makanan yang lunak.
10 Risiko trauma atau
injuri berhubungan
dengan penurunan
kesadaran
Setelah dilakukan askep
… jam terjadi
peningkatan Status
keselamatan Injuri fisik
Dg KH :
- Klien dalam posisi
yang aman dan bebas
dari injuri
- Klien tidak jatuh
Manajemen kejang
- monitor posisi tidur klien
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
- Beri oksigen
- Monitor status neurologi
- Monitor vital sign
- Catat lama dan karakteristik
kejang (posisi tubuh, aktifitas
motorik, prosesi kejang)
- Kelola medikasi sesuai order
Manajemen lingkungan
- Identifikasi kebutuhan keamanan
klien
- Jauhkan benda yang
membahayakan klien
- Pasang bed plang
- Sediakan ruang khusus
- Berikan lingkungan tenang
- Batasi pengunjung
- Anjurkan pada keluarga untuk
menunggu atau berada dekat klien
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan serebral adekuat
Kriteria Evaluasi :
a) Mempertahankan tingkat kesadaran
b) TTV stabil
c) Tidak ada peningkatan TIK
Intervensi :
a) Pantau ataupun catat status neuroligis
b) Pantau TTV
c) Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi terhadap cahaya
d) Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan
e) Pertahankan keadaan tirah baring
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan,
paralisis
Tujuan : Mampu mepertahankan kekuatan otot
Kriteria Evaluasi :
a) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian yang terkena
atau kompensasi.
b) Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
c) Mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
a) Kaji kemampuan klien secara fungsional
b) Ubah posisi minimal setiap 2 jam
c) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
d) Tinggikan kepala dan tangan
e) Anjurkan untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang
tidak sakit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, kesulitan
menelan dan menurunnya nafsu makan.
Tujuan : Klien akan mempertahankan status nutrisi, pemasukan cairan dan keseimbangan
cairan.
Kriteria evaluasi :
a) Berat badannya kurang lebih 10 % dari berat badan ideal
b) Mentoleransi terhadap nutrisi parenteral, makanan cair dengan residu minimal, tidak diare,
elektrolit seimbang
c) Menelan makanan yang lunak tanpa aspirasi
Intervensi :
a) Observasi kemampuan menelan, fungsi sensorik dan motorik
b) Monitor pemasukan dan pengeluaran serta pemasukan diet
c) Berikan makanan nasogastrik dan minum
d) Bantu makanan oral bila ada indikasi
e) Observasi makanan yang disukai dan tidak disukai
f) Ukur berat badan
g) Konsultasi ke ahli gizi
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi,
inkontinensia, perubahan status nutrisi.
Tujuan : klien akan mempertahankan integritas kulit, tonus,turgor dan sirkulasi
Kriteria evaluasi :
a) Memiliki kulit yang utuh
b) Bebas dari kemerahan pada tulang yang menonjol
Intervensi :
a) Observasi keutuhan kulit klien, perubahan warna, temperatur, dan adanya edema setiap 4
jam dan sebagaiman kebutuhan
b) Pertahankan kebersihan kulit dan kekeringan
c) Tingkatkan sirkulasi dengan sering mungkin melakukan alih posisi, massase
d) Gunakan alat-alat untuk mencegah penekanan
5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuskuler, kehilangan tonus atau kekuatan otot, kelemahan / kelelahan umum
Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi yang dapat dipahami
Kriteria Evaluasi :
a) Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi
b) Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
c) Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
a) Kaji tipe atau derajat disfungsi
b) Berikan metode komunikasi alternatif seperti menulis dan gambar
c) Bicaralah dengan normal dan hindari percakapan yang cepat
6. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi sensori, transmisi,
integritas, stress, psikologis
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual
Kriteria Evaluasi :
a) Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual
b) Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasikan terhadap/defisit hasil
Intervensi :
a) Kaji keadaan klien
b) Ciptakan lingkungan yang sederhana
c) Berikan stimulus terhadap rasa sentuhan
d) Observasi respon perilaku pasien
e) Bicara dengan tenang, perlahan dan pertahankan kontak mata.
7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan
dan ketahanan kerusakan kognitif, nyeri, depresi
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi
Kriteria Evaluasi :
a) Mendemonstrasikan teknik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
b) Melakukan aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
Intervensi :
a) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari – hari
b) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan sendiri
c) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan
8. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
pengetahuan, tidak mengenal sumber-sumber informasi
Tujuan : Pengetahuan meningkat
Kriteria Evaluasi :
a) Berpartisipasi dalam proses belajar
b) Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau prognosis dan aturan terapuetik
Intervensi :
a) Tinjau ulang atau pertegas kembali pengobatan yang diberikan
b) Identifikasi cara meneruskan program setelah pulang
c) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan kontrol secara medis.
G. Pelaksanaan
Setelah perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang prioritas
maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan keperawatan. Pelaksanaan merupakan
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan dan merupakan tindakan yang bermanfaat bagi klien berhubungan dengan
diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa
tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi. Terkait dengan masalah yang ada pada pasien
stroke, maka pelaksanaan tindakan keperawatan ditujukan pada klien, perawat dan keluarga.
Pelaksanaan pada klien meliputi melakukan, membantu, mengarahkan kebutuhan dan aktivitas
kehidupan sehari-hari kilen yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi klien pada saat
itu. Pada perawat ditujukan untuk memberikan arahan dalam melakukan tindakan keperawatan
yang berpusat pada klien sehingga tujuan dapat tercapai. Pada keluarga ditujukan untuk
memahami kebutuhan klien dan memotivasi klien untuk mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatannya.
Dalam pelaksanaan tindakan, langkah yang dilakukan pertama kali adalah mengkaji kembali
keadaan klien untuk menentukan apakan tindakan keperawatan yang direncanakan masih sesuai
kondisi klien saat itu, memvalidasi rencana keperawatan untuk menentukan apakah tindakan
keperawatan yang direncanakan masih dilanjutkan atau dimodifikasi sesuai keadaan klien saat
itu, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan pada klien baik dalam bentuk
pengetahuan maupun keterampilan keperawatan serta menetapkan strategi tindakan yang akan
dilakukan dan mengkomunikasikan intervensi keperawatan, selain itu juga dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian
catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan,
tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang
dilakukan.
H. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka perlu dilakukan kaji ulang terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan apakah masalah yang muncul pada klien dapat teratasi secara
maksimal atau tidak untuk itu perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai
berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting di
dalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan
diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Prinsip evaluasi adalah obyektivitas yaitu
mengukur keadaan yang sebenarnya, reabilitas yaitu ketepatan hasil ukuran dan validitas yaitu
mengukur dengan tepat harus dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.
Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan terdiri dari, mengumpulkan data keperawatan
pasien, menafsirkan (mengiterprestasikan) perkembangan pasien, membandingkan dengan
keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan kriteria pencapaian
tujuan yang telah di tetapkan, mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan
standar normal yang berlaku.
Evaluasi proses keperawatan terdiri dari evaluasi kwantitatif yaitu penilaian yang dilihat dari
jumblah kegiatan. Evaluasi kwalitatif yaitu evaluasi mutu yang difokuskan pada tiga dimensi
yang saling terkait. Evaluasi struktur / sumber yaitu terkait dengan tenaga manusia / bahan-
bahan yang diperlukan dalam pelaksanan kegiatan. Evaluasi proses (evaluasi formatif) yaitu
pernyataan yang mencerminkan pengalaman perawatan dan analisa respon pasien segera
setelah intervensi. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif) yaitu pernyataan yang mencerminkan suatu
observasi untuk menilai sejauh mana pencapaian tujuan berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
Daftar Pustaka
1. Maharmarjuna, DR. Prof ; Neurologi Klinik Dasar.
2. Kapita Selekta Kedokteran Bagian llmu Penyakit Syaraf : Media Aesculapius; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2000.
3. Prof. DR.dr. S.M. Lumbantobing : Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak : Fakultas
Keodkteran Universitas Indonesia