Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

download Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

of 25

Transcript of Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    1/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    DUA BOCAH KEMBAR

    : untuk Afrizal Malna

    /1/

    Seorang bocah suatu ketika naik ke atas batu besar

    Ia melihat langit merendah, lembah-lembah terhampar

    Dan sebatang anak sungai mengalir ke kejauhan

    Ia melepas topinya dan melemparkannya ke arus

    Sejak itu ribuan kehidupan masa lalunya berakhir

    Dan gulungan naskah nasibnya mulai dituliskan

    Kitab-kitab mendatanginya, buku-buku menuturkan rahasianya

    Namun ia hanya mengutip kata-kata yang mengalir dalam cahaya

    Suara-suara peri penggoda berbisik, musik para pecinta bergema

    Namun ia hanya menyimak alir sungai yang sama setiap harinya

    Dari cahaya kata bocah itu menumbuhkan kota-kota baru

    Kota-kota yang tanpa siang tanpa malam, tanpa garis tanpa batas,

    Dari alir sungai bocah itu menciptakan ribuan dawai

    Dawai-dawai yang berbunyi nyaring meski tak seorang pun memetiknya

    Sudah puluhan tahun, tapi rambut bocah itu tak pernah memutih,

    Badannya tak pernah jadi bungkuk, dan wajahnya bersinar

    Bagaikan tak bersentuh waktu: masih saja wajah segar seorang bocah

    Tiap fajar jemarinya tengadah, menyentuh segalanya seperti angin

    Tatapan matanya tak menerima tak menolak, tak senang tak sedih

    Ia menampung segalanya ibarat langit

    Airmatanya memurnikan arus sungai itu bak kilatan api memurnikan dosa

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    2/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    /2/

    Di sebuah pantai seorang bocah lain memungut topi yang didamparkan arus

    Ketika pertama kali memakainya seketika ia menjadi tua

    Kerut merut di dahinya berlintasan bagai jalan-jalan sepi kota lama

    Matanya rabun karna terlalu letih menatap kejalangan dunia

    Jemarinya terkulai karna menjamah buah-buahan khuldi dari pohon terlarang

    Nasib menisiknya terus menerus seperti ujung jarum menisik kulit sepatu tua

    Bocah tua itu memandang laut, dan laut pun menjadi lembaran cermin

    Yang memantulkan wajah buruknya menjadi ribuan wajah buruk yang sama

    Semuanya serempak balik memandangnya dengan sorot yang ganjil

    Bocah tua itu merasa ngeri, lalu berpaling dan lari lari...

    Di jalan ia bersua seekor kerbau yang tengah tertatih memikul bola bumi

    Bocah tua itu menaikinya namun tak lama kemudian kerbau itu jatuh dan mati

    Bocah tua itu tergeletak di tepi jalan sambil memeluk erat-erat bola bumi,

    Dan menangis.

    Saat itulah bocah tua itu ingat bahwa topi yang dikenakannya bukan miliknya

    Maka, ia tinggalkan bola bumi itu terjelempah di tepi jalan,

    Dan ia mulai suatu perjalanan baru

    Ia masuki goa-goa kata yang paling gelap

    Ia arungi jeram makna yang paling rahasia

    Ia tasrifkan ayat-ayat gemintang, pepohonan, mega dan sungai

    Hanya untuk menemukan bocah pemilik topi yang tak lain kembarannya sendiri.

    2010 (Tia Setiadi, antologi Tangan yang Lain, hlm. 33-36, terbit tahun 2016)

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    3/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    Analisis puisi Dua Bocah Kembar melalui dua lapis tahap, yakni lapis bunyi dan

    lapis kata. Selanjutnya, ditelusuri hubungan antaraunsur dalam puisi kemudian

    simpulan. Puisi ini terdiri dari dua fragmen, ditandai dengan /1/ dan /2/.

    1. Lapis Bunyi

    Orkestrasi Bunyi

    a. Efoni

    o Bait Pertama Fragmen Pertama

    Seorang bocah suatu ketika naik ke atas batu besarIa melihat langit merendah, lembah-lembah terhampar

    Dan sebatang anak sungai mengalir ke kejauhan

    Ia melepas topinya dan melemparkannya ke arus

    Sejak itu ribuan kehidupan masa lalunya berakhir

    Dan gulungan naskah nasibnya mulai dituliskan

    Bait di atas terdapat kombinasi bunyi-bunyi vokal: a, e, i, u,

    dan o; bunyi-bunyi konsonan bersuara: b, d, g, j; bunyi

    likuida: r, l; dan sengau: m, n, ng, ny menimbulkan bunyi

    berirama (efoni). Bunyi-bunyi yang ditimbulkan dalam bait

    tersebut berfungsi untuk melukiskan suasana bahagia. Suasana

    bahagia dianggap sebagai permulaan untuk mengawali kisah

    dalam puisi ini.

    o Bait Kedua Fragmen Pertama

    Kitab-kitab mendatanginya, buku-buku menuturkan rahasianya

    Namun ia hanya mengutip kata-kata yang mengalir dalam

    cahaya

    Suara-suara peri penggoda berbisik, musik para pecinta

    bergema

    Namun ia hanya menyimak alir sungai yang sama setiap

    harinya

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    4/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    Bait di atas terdapat kombinasi bunyi-bunyi vokal: a, e, i, u,

    dan o; bunyi-bunyi konsonan bersuara: b, d, g, j; bunyi

    likuida: r, l; dan sengau: m, n, ng, ny menimbulkan bunyi

    berirama (efoni). Bunyi-bunyi yang ditimbulkan dalam bait

    tersebut berfungsi untuk melukiskan suasana gembira. Suasana

    gembira ini becerita tentang kisah seorang anak yang seolah-

    olah disambut bahagia oleh alam. Terdapat frasa musik para

    pecinta bergema yang menjadi tanda suatu suasana gembira.

    b. Kakofoni

    o Bait Ketiga dan Keempat Fragmen Pertama

    Dari cahaya kata bocah itu menumbuhkan kota-kota baru

    Kota-kota yang tanpa siang tanpa malam, tanpa garis tanpa

    batas,

    Dari alir sungai bocah itu menciptakan ribuan dawai

    Dawai-dawai yang berbunyi nyaring meski tak seorang pun

    memetiknya

    Sudah puluhan tahun, tapi rambut bocah itu tak pernah

    memutih,

    Badannya tak pernah jadi bungkuk, dan wajahnya bersinar

    Bagaikan tak bersentuh waktu: masih saja wajah segar seorang

    bocah

    Tiap fajar jemarinya tengadah, menyentuh segalanya seperti

    angin

    Tatapan matanya tak menerima tak menolak, tak senang tak

    sedih

    Ia menampung segalanya ibarat langit

    Pada dua bait di atas terdapat kombinasi bunyi-bunyi k, p, t,

    dan s. Bunyi-bunyi yang ditimbulkan dalam bait tersebut

    berfungsi untuk melukiskan kekacauan, bahkan terasa hambar.

    Suasana hambar tersebut terasa bahwa kehidupan bocah

    setelah melempas topinya dan melemparkannya ke arus

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    5/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    menjadi hambar dan stagnan. Kehidupan yang stagnan ini jelas

    aneh, tatapan matanya tak menerima tak menolak, tak senang

    tak sedih.

    o Bait Pertama Fragmen Kedua

    Di sebuah pantai seorang bocah lain memungut topi yang

    didamparkan arus

    Ketika pertama kali memakainya seketika ia menjadi tua

    Kerut merut di dahinya berlintasan bagai jalan-jalan sepi kota

    lama

    Matanya rabun karna terlalu letih menatap kejalangan dunia

    Jemarinya terkulai karna menjamah buah-buahan khuldi dari

    pohon terlarangNasib menisiknya terus menerus seperti ujung jarum menisik

    kulit sepatu tua

    Pada bait pertama fragmen kedua di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi k, p, t, dan s. Bunyi-bunyi yang ditimbulkan

    dalam bait tersebut berfungsi untuk melukiskan kekacauan dan

    tidak menyenangkan. Suasana kekacauan dan memuakkan

    tersebut terasa bahwa kehidupan bocah setelah memungut topi

    yang didamparkan arus menjadi menegrikan.. Kehidupan

    bocah berubah drastis seketika ia menjadi tua, kerut merut di

    dahinya..., matanya rabun..., jemarinya terkulai... sehingga

    menjadi sangat buruk.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    6/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    o Bait Kedua Fragmen Kedua

    Bocah tua itu memandang laut, dan laut pun menjadi lembaran

    cermin

    Yang memantulkan wajah buruknya menjadi ribuan wajahburuk yang sama

    Semuanya serempak balik memandangnya dengan sorot yang

    ganjil

    Bocah tua itu merasa ngeri, lalu berpaling dan lari lari...

    Pada bait kedua fragmen kedua di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi k, p, t, dan s. Bunyi-bunyi yang ditimbulkan

    dalam bait tersebut berfungsi untuk melukiskan suasana ganjil.

    Suasana keganjilan tersebut muncul sebab bocah melihat

    wajah buruknya di segala sudut.

    o Bait Ketiga Fragmen Kedua

    Di jalan ia bersua seekor kerbau yang tengah tertatih memikul

    bola bumi

    Bocah tua itu menaikinya namun tak lama kemudian kerbau itu

    jatuh dan mati

    Bocah tua itu tergeletak di tepi jalan sambil memeluk erat-erat

    bola bumi,

    Dan menangis.

    Pada bait kedua fragmen kedua di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi k, p, t, dan s. Bunyi-bunyi yang ditimbulkan

    dalam bait tersebut berfungsi untuk melukiskan suasana

    kesedihan. Suasana kesedihan tersebut dikisahkan bahwa

    bocah menaiki kerbau yang tengah tertatih memikul bola bumi

    yang kemudian kerbau itu jatu dan mati, sehingga bocah itu

    menangis.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    7/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    c. Aliterasi

    o Bait Pertama Fragmen Pertama

    Seorang bocah suatu ketika naik ke atas batu besarIa melihat langit merendah, lembah-lembah terhampar

    Dan sebatang anak sungai mengalir ke kejauhan

    Ia melepas topinya dan melemparkannya ke arus

    Sejak itu ribuan kehidupan masa lalunya berakhir

    Dan gulungan naskah nasibnya mulai dituliskan

    Pada bait pertama fragmen pertama di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi konsonan: k, t, r, l, s, b, p, d, dan h.

    o

    Bait Keempat Fragmen Pertama

    Sudah puluhan tahun, tapi rambut bocah itu tak pernah

    memutih,

    Badannya tak pernah jadi bungkuk, dan wajahnya bersinar

    Bagaikan tak bersentuh waktu: masih saja wajah segar seorang

    bocah

    Tiap fajar jemarinya tengadah, menyentuh segalanya seperti

    angin

    Tatapan matanya tak menerima tak menolak, tak senang tak

    sedih

    Ia menampung segalanya ibarat langit

    Pada bait keempat fragmen pertama di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi konsonan: k, t, g, r, l, s, b, p, d, dan h. Bunyi-

    bunyi ini menggambarkan suasana ganjil, kehidupan stagnan

    tanpa dinamika yang dialami bocah.

    d.

    Asonansi

    o Bait Kedua Fragmen Pertama

    Kitab-kitab mendatanginya, buku-buku menuturkan rahasianya

    Namun ia hanya mengutip kata-kata yang mengalir dalam

    cahaya

    Suara-suara peri penggoda berbisik, musik para pecinta

    bergema

    Namun ia hanya menyimak alir sungai yang sama setiap

    harinya

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    8/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    Pada bait kedua fragmen pertama di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi vokal: a, i, u, dan e. Bunyi-bunyi ini

    menggambarkan suasana kebahagiaan yang dialami oleh ia

    (bocah).

    o Bait Ketiga Fragmen Kedua

    Di jalan ia bersua seekor kerbau yang tengah tertatih memikul

    bola bumi

    Bocah tua itu menaikinya namun tak lama kemudian kerbau itu

    jatuh dan mati

    Bocah tua itu tergeletak di tepi jalan sambil memeluk erat-erat

    bola bumi,Dan menangis.

    Pada bait ketiga fragmen kedua di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi vokal: a, i, u, o, dan e. Bunyi-bunyi ini

    menggambarkan suasana kesedihan bocah yang melihat kerbau

    yang dinaikinyajatuh dan mati, bocahpun menangis.

    o

    Bait Keempat Fragmen Kedua

    Saat itulah bocah tua itu ingat bahwa topi yang dikenakannya

    bukan miliknya

    Maka, ia tinggalkan bola bumi itu terjelempah di tepi jalan,

    Dan ia mulai suatu perjalanan baru

    Ia masuki goa-goa kata yang paling gelap

    Ia arungi jeram makna yang paling rahasia

    Ia tasrifkan ayat-ayat gemintang, pepohonan, mega dan sungai

    Pada bait keempat fragmen kedua di atas terdapat kombinasi

    bunyi-bunyi vokal: a, i, u, o, dan e. Bunyi-bunyi ini

    menggambarkan suasana kesadaran bocah bahwa keburukan

    dan kekacauan yang bocah alami disebabkan ia mengambil

    barang yang bukan haknya.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    9/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    Simbol Bunyi

    a.

    Peniru Bunyi atau Onomatope

    o Larik Ketiga Bait Kedua Fragmen Pertama

    Suara-suara peri penggoda berbisik, musik para pecinta

    bergema

    Larik di atas terdapat peniru suara keadaan bisikan dan suara

    kebahagiaan yang disimbolkan dengan musik para pecinta

    bergema.

    o Larik Ketiga Bait Kedua Fragmen Pertama

    Dawai-dawai yang berbunyi nyaring meski tak seorang pun

    memetiknya

    Larik di atas menirukan suara dawai yang berbunyi nyaring.

    b.

    Lambang Rasa

    o

    Larik Keempat Bait Kedua Fragmen KeduaMaka, ia tinggalkan bola bumi itu terjelempah di tepi jalan,

    Dan ia mulai suatu perjalanan baru

    Ia masuki goa-goa kata yang paling gelap

    Ia arungi jeram makna yang paling rahasia

    Ia tasrifkan ayat-ayat gemintang, pepohonan, mega dan sungai

    Bait di atas terdapat bunyi konsonan b pada bola bumi, g pada

    goa-goa, gelap, gemintang, megamencerminkan rasa gundah

    dan kalut mengarungiperjalanan baru.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    10/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    Persajakan/Rima

    a. Sajak Depan

    o

    Larik Kedua dan Ketiga, Bait Ketiga Fragmen Kedua

    Bocah tua itu menaikinya namun tak lama kemudian kerbau itu

    jatuh dan mati

    Bocah tua itu tergeletak di tepi jalan sambil memeluk erat-erat

    bola bumi,

    Pada dua larik di atas, terdapat pengulangan bocah tua itu.

    Pengulangan ini bertujuan untuk menggambarkan urutan

    peristiwa yang dialami bocah tua itu.

    o Larik Keempat, Kelima, dan Keenam, Bait Keempat

    Fragmen Kedua

    Ia masuki goa-goa kata yang paling gelap

    Ia arungi jeram makna yang paling rahasia

    Ia tasrifkan ayat-ayat gemintang, pepohonan, mega dan sungai

    Pada ketiga larik di atas, terdapat pengulangan ia. Pengulangan

    ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan-perjalanan yang

    dilalui oleh si ia.

    b. Sajak Tengah

    o Larik Keempat, Bait Pertama Fragmen Kedua

    Matanya rabun karna terlalu letih menatap kejalangan dunia

    Jemarinya terkulai karna menjamah buah-buahan khuldi dari

    pohon terlarang

    Pada larik di atas, terdapat pengulangan kata karna.

    Pengulangan ini bertujuan sebagai pelukisan alasan mengapa

    bocah matanya rabun danjemarinya terkulai.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    11/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    o Larik Keempat dan Kelima, Bait Keempat Fragmen

    Kedua

    Ia masuki goa-goa kata yang paling gelap

    Ia arungi jeram makna yang paling rahasia

    Pada kedua larik di atas, terdapat pengulangan yang paling.

    Pengulangan ini bertujuan menerangkan bahwa ia

    berpetualangan sedemikian dahsyatnya, sehingga pengarang

    mengulang kata paling yang diikuti kata sifat gelap dan

    rahasia.

    c. Sajak Dalam

    o Larik Kedua, Bait Pertama Fragmen Pertama

    Ia melihat langit merendah, lembah-lembah terhampar

    Pada larik di atas, terdapat pengulangan /t/ pada melihat dan

    langit, pengulangan /h/ pada merendah dan lembah-lembah.

    Pengulangan ini terdengar merdu.

    o Larik Kedua, Bait Ketiga Fragmen Pertama

    Kota-kota yang tanpa siang tanpa malam, tanpa garis tanpa

    batas

    Pada larik di atas, terdapat pengulangan kata tanpapada tanpa

    malam, tanpa garis, tanpa batas. Pengulangan ini bertujuang

    untuk menegaskan bahwa kota-kota memiliki kehidupan hiruk-

    pikuk sedemikian sibuknya karena siang dan malam tidak ada

    batas.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    12/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    o Larik Kelima, Bait Keempat Fragmen Pertama

    Tatapan matanya tak menerima tak menolak, tak senang tak

    sedih

    Pada larik di atas, terdapat pengulangan kata tak. Pengulangan

    ini bertujuan sebagai penegasan bahwa tatapan matanya

    hambar dan ganjil karena menerima tidak, menolak tidak,

    senang tidak, dan sedih pun tidak.

    d. Belakang

    o

    Larik Pertama dan Kedua, Bait Pertama FragmenPertama

    Seorang bocah suatu ketika naik ke atas batu besar

    Ia melihat langit merendah, lembah-lembah terhampar

    Pada kedua larik di atas, terdapat pengulangan kata bunyi /ar/

    pada besar dan hampar. Pengulangan ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan betapa luasnya pemandangan di sekitar

    bocah.

    2. Lapis Kata

    Gaya Bahasa

    a. Simile

    o Larik Ketiga, Bait Keempat Fragmen Pertama

    Bagaikan tak bersentuh waktu: masih saja wajah segar

    seorang bocah

    Pada larik di atas, terdapat kata perbandingan bagaikan. Fungsi

    bagaikan ini menerangkan bahwa wajah segar seorang bocah

    dibandingkan dengan tak tersentuh waktu. Frasa tak tersentuh

    waktu secara tersirat menandakan bahwa tidak tua, sehingga

    bocah tetap memiliki wajah segar.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    13/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    o Larik Keenam, Bait Keempat Fragmen Pertama

    Ia menampung segalanya ibarat langit

    Pada larik di atas, terdapat kata perbandingan ibarat. Fungsi

    ibarat ini menerangkan bahwa ia dibandingkan dengan langit

    yang mampu menampung segalanya. Menampung di sini

    maksudnya secara tersirat jika langit dianggap tempat

    menampung segala beban manusia.

    o Larik Tunggal Bait Kelima Fragmen Pertama

    Airmatanya memurnikan arus sungai itu bak kilatan api

    memurnikan dosa

    Pada larik di atas, terdapat kata perbandingan bak. Fungsi bak

    ini menerangkan bahwa airmatanya memurnikan arus sungai

    dibandingkan dengan kilatan api memurnikan dosa.

    o Larik Ketiga Bait Pertama Fragmen Kedua

    Kerut merut di dahinya berlintasan bagai jalan-jalan sepi kota

    lama

    Pada larik di atas, terdapat kata perbandingan bagai. Fungsi

    bagai ini menerangkan bahwa kerut merut di dahinya (dahi

    bocah) dibandingkan dengan jalan-jalan sepi kota lama.

    Secara tersurat, maksudnya ialah dahi bocah seolah-olah

    seperti orang tua.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    14/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    o Larik Ketiga Bait Pertama Fragmen Kedua

    Nasib menisiknya terus menerus seperti ujung jarum menisikkulit sepatu tua

    Pada larik di atas, terdapat kata perbandingan seperti. Fungsi

    seperti ini menerangkan bahwa nasib bocah begitu

    menyakitkan dengan dibandingkan jarum yang menusuk-

    nusuk kulit sepatu tua. Secara tersirat, kulit sepatu tua

    menandai hal yang usang.

    b.

    Metafora

    o Larik Ketiga Bait Pertama Fragmen Pertama

    Dan sebatang anak sungaimengalir ke kejauhan

    Pada larik di atas, terdapat metafora mati yaitu anak sungai.

    Sungai dianggap memiliki cabang sehingga disebut anak

    sungai.

    o Larik Pertama Bait Kedua Fragmen Kedua

    ...dan laut pun menjadi lembaran cermin

    Pada larik di atas, terdapat metafora laut yang dipersamakan

    dengan lembaran cermin.

    c. Alegori

    Puisi ini tergolong alegori, yaitu puisi yang melukiskan kiasan.

    Cerita dalam puisi ini dikiaskan tentang dua anak yang berbeda

    sifatnya, yang satu melepas topinya kemudian hidupnya menjadi

    hambar, sedangkan yang satu menemukan topi bukan miliknya lali

    hidupnya kacau.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    15/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    d. Personifikasi

    o Larik Pertama, Bait Kedua Fragmen Kedua

    Kitab-kitab mendatanginya, buku-buku menuturkanrahasianya

    Larik di atas menggambarkan jika kitab-kitab mendatanginya

    dan buku-buku menuturkan rahasianya padahal kegiatan

    mendatangi dan menuturkan dilakukan oleh manusia.

    o Larik Pertama, Bait Kedua Fragmen Kedua

    Suara-suara peri penggoda berbisik, musik para pecinta

    bergema

    Larik di atas menggambarkan jika peri penggoda berbisik,

    yaitu kegiatan yang dilakukan oleh manusia.

    o Larik Pertama, Bait Kedua Fragmen Kedua

    Di jalan ia bersua seekor kerbau yang tengah tertatih

    memikulbola bumi

    Larik di atas menggambarkan jika kerbau memikul bola bumi,

    jelas itu mustahil. Kegiatan memikul hanya dilakukan oleh

    manusia.

    e. Metonimia

    o Larik Pertama, Bait Kedua Fragmen Kedua

    Di jalan ia bersua seekor kerbau yang tengah tertatihmemikul bola bumi

    Larik di atas menggunakan atribut kerbau untuk mewakili

    rakyat kecil. Seperti telah kita ketahui bahwa kerbau ialah

    binatang yang digunakan untuk membantu petani membajak

    sawah.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    16/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    Citraan

    a.

    Visual

    o

    Ia melihat langit merendah, lembah-lembah terhampar

    Larik di atas menggunakan kata melihat langit yang menandai

    citraan visual.

    o Kota-kota yang tanpa siang tanpa malam, tanpa garis tanpa

    batas

    Larik di atas menggunakan kata siang, malam, garis, dan batas

    yang menandai citraan visual.

    o Sudah puluhan tahun, tapi rambut bocah itu tak pernah

    memutih,

    Larik di atas menggunakan kata memutih yang menandai

    citraan visual.

    o Badannya tak pernah jadi bungkuk, dan wajahnya bersinar

    Larik di atas menggunakan kata bungkuk dan wajahnya

    bersinar yang menandai citraan visual.

    o Bagaikan tak bersentuh waktu: masih saja wajah segar

    seorang bocah

    Larik di atas menggunakan kata wajah segar yang menandai

    citraan visual.

    o Tatapan matanya tak menerima tak menolak, tak senang tak

    sedih

    Larik di atas menggunakan frasa tatapan matanya yang

    menandai citraan visual.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    17/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    o Ketika pertama kali memakainya seketika ia menjadi tua

    Larik di atas menggunakan kata tua yang menandai citraan

    visual.

    o Kerut merut di dahinya berlintasan bagai jalan-jalan sepi kota

    lama

    Larik di atas menggunakan frasa kerut merut di dahi yang

    menandai citraan visual.

    o Matanya rabun karna terlalu letih menatap kejalangan dunia

    Larik di atas menggunakan frasanya matanya rabun yang

    menandai citraan visual.

    o Bocah tua itu memandang laut, dan laut pun menjadi

    lembaran cermin

    Larik di atas menggunakan kata memandang yang menandai

    citraan visual.

    o Yang memantulkan wajah buruknya menjadi ribuan wajah

    buruk yang sama

    Larik di atas menggunakan kata memantulkan yang menandai

    citraan visual.

    o Semuanya serempak balik memandangnya dengan sorot yang

    ganjil

    Larik di atas menggunakan kata sorot yang menandai citraan

    visual.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    18/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    b. Auditoris

    o Suara-suara peri penggoda berbisik, musik para pecinta

    bergema

    Larik di atas menggunakan larik secara keseluruhan menandai

    citraan auditoris.

    o Namun ia hanya menyimak alir sungai yang sama setiap

    harinya

    Larik di atas menggunakan kata menyimak secara keseluruhan

    menandai citraan auditoris.

    o Dawai-dawai yang berbunyi nyaring meski tak seorang pun

    memetiknyaLarik di atas menggunakan larik secara keseluruhan menandai

    citraan auditoris.

    c. Kinestetik

    o Seorang bocah suatu ketika naik ke atas batu besar

    Larik di atas menggunakan kata naik menandai citraan

    kinestetik.

    o Dari alir sungai bocah itu menciptakan ribuan dawai

    Larik di atas menggunakan frasa menciptakan menandai

    citraan kinestetik.

    o Tiap fajar jemarinya tengadah, menyentuh segalanya seperti

    angin

    Larik di atas menggunakan kata tengadah dan menyentuh

    menandai citraan kinestetik.

    o Di sebuah pantai seorang bocah lain memungut topi yang

    didamparkan arus

    Larik di atas menggunakan kata memungut menandai citraan

    kinestetik.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    19/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    o Ketika pertama kali memakainya seketika ia menjadi tua

    Larik di atas menggunakan kata memakainya menandai citraan

    kinestetik.

    o Jemarinya terkulai karna menjamah buah-buahan khuldi dari

    pohon terlarang

    Larik di atas menggunakan kata menjamah menandai citraan

    kinestetik.

    o Bocah tua itu merasa ngeri, lalu berpaling dan lari lari...

    Larik di atas menggunakan kata berpaling dan lari menandai

    citraan kinestetik.

    o Di jalan ia bersua seekor kerbau yang tengah tertatih memikul

    bola bumi

    Larik di atas menggunakan frasa tertatih memikul menandai

    citraan kinestetik.

    o Bocah tua itu menaikinya namun tak lama kemudian kerbau

    itu jatuh dan mati

    Larik di atas menggunakan kata menaikinya menandai citraan

    kinestetik.

    o Bocah tua itu tergeletak di tepi jalan sambil memeluk erat-erat

    bola bumi,

    Larik di atas menggunakan kata tergeletak dan memeluk

    menandai citraan kinestetik.

    o Saat itulah bocah tua itu ingat bahwa topi yang dikenakannya

    bukan miliknyaMaka, ia tinggalkan bola bumi itu terjelempah di tepi jalan,

    Dan ia mulai suatu perjalanan baru

    Ia masuki goa-goa kata yang paling gelap

    Ia arungi jeram makna yang paling rahasia

    Ia tasrifkan ayat-ayat gemintang, pepohonan, mega dan

    sungai

    Bait di atas menggunakan kata tinggalkan, masuki, arungi,

    tasrifkan menandai citraan kinestetik.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    20/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    d. Alam

    Citraan alam dapat ditemukan pada larik-larik berikut:

    o

    Ia melihat langitmerendah, lembah-lembahterhamparo Dan sebatang anak sungai mengalir ke kejauhan

    o Namun ia hanya menyimak alir sungai yang sama setiap

    harinya

    o Dari cahaya kata bocah itu menumbuhkan kota-kotabaru

    o Tiap fajar jemarinya tengadah, menyentuh segalanya seperti

    angin

    o Bocah tua itu memandang laut, dan laut pun menjadi

    lembaran cermin

    o Ia tasrifkan ayat-ayat gemintang, pepohonan, mega dan

    sungai

    Kata-kata langit, lembah, sungai, kota, fajar, laut, pepohonan,

    dan mega mendeskripsikan alam yang menjadi latar puisi

    tersebut.

    Sarana Retorika

    a. Paralelisme

    o

    Tatapan matanya tak menerima tak menolak, tak senang tak

    sedih

    Larik di atas menggunakan pengulangan kata tak dengan

    maksud tujuan sama, yaitu mnerangkan jika tatapan matanya

    kosong.

    o Kota-kota yang tanpa siang tanpa malam, tanpa garis tanpa

    batas,

    Larik di atas menggunakan pengulangan kata tanpa dengan

    maksud tujuan sama, yaitu mnerangkan jika kota-kota

    demikian luasnya tanpa ada jeda dan batas.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    21/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    b. Retorik Retisense

    o Bocah tua itu merasa ngeri, lalu berpaling dan lari lari...

    Larik di atas menggunakan titik-titik banyak untuk

    mengungkapkan kengerian bocah yang tidak terhingga.

    c. Paradoks

    o Dawai-dawai yang berbunyi nyaring meski tak seorang pun

    memetiknya

    Larik di atas memiliki paradoks yaitu perlawanan antara dawai

    yang berbunyi nyaring padahal tidak ada seorang pun

    memetiknya. Kondisi ini paradoks karena dawai tidak akan

    berbunyi jika tidak dipetik.

    3. Faktor Ketatabahasaan

    Pemendekan Kata

    Dalam puisi ini terdapat pemendekan kata tidak menjadi tak.

    Sudah puluhan tahun, tapi rambut bocah itu takpernah memutih,

    Badannya takpernah jadi bungkuk, dan wajahnya bersinar

    Bagaikan takbersentuh waktu: masih saja wajah segar seorang bocah

    Pemendekan ini bertujuan untuk menghemat kata.

    Penghilangan Imbuhan

    Ia masuki goa-goa kata yang paling gelap

    Ia arungi jeram makna yang paling rahasia

    Pada dua larik di atas terdapat penghilangan imbuhan masuki dari kata

    memasuki dan arungi dari kata arungi. Penghilangan imbuhan ini

    untuk mendapatkan irama, kata masuki seirama dengan kata dan

    arungi seirama denganjeram makna.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    22/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    Hubungan Antarunsur dalam Puisi

    Unsur-unsur lapis bunyi, lapis kata, dan faktor ketatabahasaan dalam

    puisi ini saling berhubungan. Pada lapis bunyi, unsur-unsur orkestrasi, simbol

    bunyi, dan persajakan digarap dengan lengkap sehingga berirama. Unsur-

    unsur lapis bunyi ini berkaitan dengan lapis kata yang terdiri dari gaya

    bahasa, citraan, dan sarana retorika. Kemudian dua lapis tersebut pun

    berkaitan dengan faktor ketatabahasan untuk membangun puisi liris Dua

    Bocah Kembar ini. Bangunan puisi tersebut terlihat kompleks, sehingga

    unsur-unsur tersebut menyatu sama lain. Ketika dibaca sekilas, unsur-unsur

    tidak begitu nampak sebab pengarang menulis puisi ini secara liris. Tetapi,

    ketika dianalisis per unsurnya, ternyata hampir seluruh unsur-unsur lapis

    bunyi, lapis kata, dan faktor ketatabahasan tercantum dalam puisi tersebut.

    Simpulan

    Secara keseluruhan, puisi Dua Bocah Kembar ini memiliki banyak

    kelebihan. Kelebihan tersebut bisa didapatkan hasil analisis di atas, hampir

    seluruh unsur yang menjadi kriteria penilaian dapat dipenuhi dengan baik.

    Puisi ini tergolong dalam puisi epik, sebuah puisi yang menceritakan kisah

    tentang dua bocah.

    Cerita yang dikisahkan dalam puisi ini menarik, mengenai dua bocah

    yang memiliki dua kehidupan yang berbeda. Perbedaan kehidupan yang

    dialami oleh kedua bocah tersebut bermula dari bocah pertama yang melepas

    topinya dan diikuti cerita tentang bocah kedua yang menemukan topi

    kembarannya. Secara dangkal, pembaca awam dapat menangkap maksud

    puisi ini. Lalu jika ditelusuri lebih jauh, puisi ini ternyata memiliki makna

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    23/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    yang dalam. Topi yang dijadikan atribut utama sebagai permulaan masalah

    kehidupan yag dialami kedua bocah tersebut merupakan suatu simbol.

    Menurut penyusun, topi adalah simbol kekuasaan. Seperti yang telah kita

    ketahui bahwa kekuasaan menjadi salah satu problematika yang masih, tetap,

    dan akan ada di dalam kehidupan manusia. Sesuatu yang diperebutkan

    dengan cara baik maupun tidak baik. Puisi ini seolah-olah membahas sesuatu

    yang krusial dalam kehidupan manusia dengan peyajian yang sederhana.

    Kesederhanaan tersebut dilambangkan dengan subjek bocah.

    Adapun kekurangan dari puisi ini yaitu penggunaan kata-kata yang

    masih dilekati imbuhan. Menurut penyusun, akan lebih terperas inti kata-kata

    jika menggunakan pemendekan kata, meskipun telah digunakan tak daripada

    tidak. Kemudian kurangnya sarana retorika seperti hiperbola, sehingga kesan

    ekspresivitas perasaan yang dialami bocah kurang menyentuh jiwa pembaca.

    Maka, penggunaan pemendekan kata dan penambahan sarana retorika dapat

    menjadi saran untuk membangun puisi Dua Bocah Kembar yang dahsyat ini.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    24/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    DAFTAR PUSTAKA

    Setiadi, Tia. 2016. Tangan yang Lain. Yogyakarta: Diva Press.

  • 7/26/2019 Analisis Puisi Dua Bocah Kembar Karya Tia Setiadi

    25/25

    Nur Fahmia, Sastra Indonesia UGM 2015

    15/378535/SA/17814

    TEORI PUISI:

    ANALISIS PUISIDUA BOCAH KEMBAR KARYA TIA SETIADI

    Dibuat untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah Teori Puisi

    Disusun oleh :

    Nur Fahmia

    15/378535/SA/17814

    PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2016