Tetanus Neonate.scrip

download Tetanus Neonate.scrip

of 16

Transcript of Tetanus Neonate.scrip

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    1/16

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Angka kematian dan kesakitan bayi merupakan salah satu indikator

    keberhasilan pembangunan kesehatan. Kematian bayi di dunia 48 %nya adalah

    kematian neonatal, seluruh kematian neonatal sekitar 60 % merupakan kematian

    bayi umur kurang dari 7 hari. Adapun penyebab kematian tertinggi disebabkan

    oleh seperti tetanus neonatorum, sepsis, meningits, pneumonia dan diare.

    (Kanwil Depkes, Prop. Jatim, 2000)

    Tetanus neonatorum masih banyak terdapat di negara-negara sedang

    membangun termasuk Indonesia dengan kematian bayi yang tinggi dengan angka

    kematian 80 %. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang ditolong di rumah

    sakit hanya 10 15 %, 10 % lagi ditolong oleh bidan swasta, sedangkan sisanya

    75 80 % masih ditolong oleh dukun. (Rustam Mochtar, 1998)

    Sebagian besar tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan

    dukun yang belum mengikuti penataran dari Depkes. Dimana dukun sukun ini

    memotong tali pusat hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu, pisau

    atau gunting yang tidak di steril dahulu, sehingga bisa menimbulkan infeksimelalui luka pada tali pusat. Infeksi yahng disebabkan oleh Clostridium Tetani

    dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat trradisional

    seperti abu, kapur sirih, daun-daunan, dsb. (Ngasetiyah, 1997)

    Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality Rate atau

    CFR) sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati 100 %,

    terutama yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian kasus

    tetanus neonatorum yahng dirawat di rumah sakit diindonesia bervariasi dengan

    kisaran 10,8 55 %. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)

    Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat kematian tetanus

    neonatorum dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus toksoid selama

    hamil. Diharapkan bidan dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat

    menurunkan angka kematian bayi karena tetanus sampai akhir tahun 2000,

    menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka kematian karena tetanus

    dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam

    satu daerah dan secara umum pada negara tersebut.(Ida Bagus Gde Manuaba,

    1998)

    Dalam lingkup Jawa Timur , kematian neonatal yang disebabkan tetanus

    neonatorum masih tinggi yaitu sebesar 1,19 % pada neonatal dini dan 3,73 %

    1i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    2/16

    pada neonatal lanjut. Penyebab kemarian neonatal tertinggi di propinsi ini selain

    tetanus neonatorum adalah BBLR, aspiksia, infeksi, trauam lahir dan kelainan

    bawaaan (Kanwil Depkes, Prop. Jatim, 2000)

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah penelitian

    ialah : Apakah ada hubungan antara kualitas pemotongan tali pusat dengan

    kejadian tetanus neonatorum ?.

    2i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    3/16

    BAB 2

    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    2.1.Tujuan Penelitian

    Menganalisis hubungan antara kualitas pemotongan tali pusat dengan

    kejadian tetanus neonatorum.

    2.2. Manfaat Penelitian

    2.2.1.Bagi institusi pelayanan

    Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

    2.2.2.Bagi institusi pendidikan

    Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sehingga menambah informasi informasi baru khusunya dalam bidang ilmu kesehatan anak.

    2.2.3.Bagi peneliti

    Memperoleh pengetahuan baru tentang hubungan antar kualitas

    pemotongan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatorum.

    3i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    4/16

    BAB 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1. Tetanus Neonatorum

    3.1.1. Pengertian

    Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan

    intra uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari 1

    bulan. (Asri Rosad, 1987)

    Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada

    neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang

    mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat.(Abdul Bari Saifuddin, 2000)

    3.1.2. Etiologi

    Penyebab penyakit ini adalah clostridium tetani. Kuman ini

    bersifat anaerobik dan mengeluarkan eksotoksin yang neorotropoik.

    3.1.3. Epidemiologi

    Clostridium tetani berbentuk batang langsing, tidak berkapsul,

    gram positip. Dapat bergerak dan membentuk sporaspora, terminal

    yang menyerupai tongkat penabuh genderang (drum stick). Spora

    spora tersebut kebal terhadap berbagai bahan dan keadaan yang

    merugikan termasuk perebusan, tetapi dapat dihancurkan jika

    dipanaskan dengan otoklaf. Kuman ini dapat hidup bertahun-tahun di

    dalam tanah, asalkan tidak terpapar sinar matahari, selain dapat

    ditemukan pula dalam debu, tanah, air laut, air tawar dan traktus

    digestivus manusia serta hewan.

    3.1.4. Patologi

    Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak pada sumsum

    tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik. Kematian

    disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang

    lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh pengaruh langsung

    pada pusat pernafasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang

    lain ialah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang terakhir

    ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus

    neonatorum di Indonesia.

    3.1.5. Gambaran Klinik

    Masa inkubasi biasanya 3 10 hari. Gejala permulaan adalah

    bayi mendadak tidak mau atau tidak bisa menetek karena mulut

    4i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    5/16

    tertutup (trismus), mulut mencucu seperti ikan, dapat terjadi spasmus

    otot yang luas dan kejang yang umum. Leher menjadi kaku dan

    kepala mendongak ke atas (opistotonus). Dinding abdomen kaku,

    mengeras dan kalau terdapat kejang otot pernafasan, dapat terjadi

    sianosis. Suhu dapat meningkat sampai 390 C. Naiknya suhu ini

    mempunyai prognosis yang tidak baik.

    3.1.6. Diagnosis

    Diagnosis tetanus neonetorum tidak susah. Trismus, kejang

    umum, dan mengkakunya otot-otot merupakan gejala utama tetanus

    neonatorum. Kejang dan mengkakunya otot-otot dapat pula

    ditemukan misalnya pada kernicterus, hipokalsemia, meningitis,trauma lahir, dan lain-lain. Gejala trismus biasanya hanya terdapat

    pada tetanus.

    3.1.7. Pencegahan

    3.1.7.1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih

    tangan, bersih alas, dan bersih alat.

    1. Bersih tangan

    Sebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat

    dan dicuci dengan sabun sampai bersih. Kotoran di

    bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan

    dilakukan selama 15 30 . Mencuci tangan secara

    benar dan menggunakan sarung tangan pelindung

    merupakan kunci untuk menjaga lingkungan bebas dari

    infeksi.

    2. Bersih alas

    Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus

    bersih, karena clostrodium tetani bisa menular dari

    saluran genetal ibu pada waktu kelahiran.

    3. Bersih alat

    Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang

    steril. Metode sterilisasi ada 2, yang pertama dengan

    pemanasan kering : 1700 C selama 60 dan yang kedua

    menggunakan otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 jika

    dibungkus, dan 20 jika alat tidak dibungkus.

    3.1.7.2. Perawatan tali pusat yang baik

    Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah

    lepas, cara yang murah dan baik yaitu mernggunakan

    5i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    6/16

    alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah dibasahi

    dengan alkohol dibungkuskan pada tali pusat terutama pada

    pangkalnya. Kasa dibasahi lagi dengan alkohol jika sudah

    kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres alkohol ditruskan

    lagi sampai luka bekas tali pusat kering betul (selama 3 5

    hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol atau bedak

    kepada bekas tali pusat karena akan terjadi infeksi.

    3.1.7.3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil

    Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh

    melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang mendapatkan

    imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antiboditetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk dalam

    golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk

    dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh

    janin, yang akan mencegah terjadinya tetanis neonatorum.

    Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis).

    Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara

    TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar

    antibodi tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval

    antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara TT

    kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus

    dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang

    panjang akan mempertinggi respon imunologik dan

    diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibodi

    tetanus dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke

    tubuh bayinya.

    TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman

    untuk ibu hamil tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu

    hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang

    mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan

    resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang

    tidak mendapatkan imunisasi .

    6i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    7/16

    Pemberia Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan

    Dosis Saat Pemberian % Perlindungan Lama Perlindungan

    TT1

    TT2

    TT3

    TT4

    TT5

    Pada kunjungan pertama atau sedini

    mungkin pada kehamilan

    Minimal 4 minggu setelah TT1

    Minimal 6 bulan setelah TT2 atau

    selama kehamilan berikutnya

    Minimal setahun setelah TT3 atau

    selama kehamilan berikutnya

    Minimal setahun setelah TT4 atau

    selama kehamilan berikutnya

    0

    80 %

    95 %

    99 %

    99 %

    Tidak ada

    3 tahun

    5 tahun

    10 tahun

    selama usia subur

    3.1.8. Penatalaksanaan

    3.1.8.1. Medik

    1. Mengatasi kejang

    Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau

    pemberian obat anti kejang. Obat yang dapat dipakai

    adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital

    dapat diberikas mula-mula 30 60 mg parenteral

    kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10

    mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal,

    mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan

    dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain

    adalah luminal dan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg

    BB. Obat anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang

    diberikan lewat rektum.

    2. Pemberian antitoksin

    Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi

    A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis 10.000 satuan

    setiap hari serlama 2 hari .

    3. Pemberian antibiotika

    Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin

    200.000 satuan setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari

    panas turun.

    7i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    8/16

    4. Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan alkohol 70

    % atau betadin 10 %.

    5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital.

    Lendir sering dihisap.

    3.1.8.2. Keperawatan

    Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi

    gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi/cairan dan

    kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

    1. Bahaya terjadinya gangguan pernafasan

    Gangguan pernafasan yang sering timbul adalah apnea,

    yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerangotot-otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak

    berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan

    terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga

    memudahkan terjadinya poneumonia aspirasi. Adanya

    lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu

    lintas udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum

    setiap kejang selalu disertai sianosis terus-menerus.

    Tindakan yang perlu dilakukan :

    a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan

    memberikan ganjal di bawah bahunya.

    b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis

    (1 2 L/menit jika sedang terjadi kejang, karena

    sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat

    sampai 4 L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan

    lagi).

    c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk

    mencegah lidah jatuh ke belakang dan memudahkan

    penghisapan lendirnya.

    d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan

    melakukan nafas buatan pada saat apnea dan

    sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.

    e. Observasi tanda vital setiap jam .

    f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan

    hangat.

    g. Jika bayi menderita apnea :

    Hisap lendirnya sampai bersih

    8i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    9/16

    O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/

    menit)

    Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak

    tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus

    jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua

    jari tangan kanan dengan frekuensi 50 6 x/menit.

    Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya,

    lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan

    hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan

    50 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.

    2. Kebutuhan nutrisi/cairan

    Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah,

    untuk memenuhi kebutuhan makananya perlu diberikan

    infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga

    sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas

    natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan

    membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan

    dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya sejalan

    dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara

    bertahap.

    3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

    Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus

    peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit

    berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan

    khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari

    daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang

    diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum

    memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu

    tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya

    mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika

    ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan

    tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan

    persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang

    telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu

    diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik.

    9i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    10/16

    BAB 4

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

    4.1. Kerangka Konseptual

    Keterangan :

    : variabel yang diteliti

    : variabel yang tidak diteliti

    4.2. Hipotesis

    Ada hubungan antara kualitas pemotongan tali pusat dengan kejadian tetanus

    neonatorum.

    sterilitasalat

    Kualitas penolong

    persalinan :

    Bidan

    Dokter

    Dokter

    umum Dokterahli

    Dukun

    Kualitaspemotongan

    tali pusat

    Status

    ekonomi

    Penghasilan

    PerilakuCara perawatan

    tali pusatPengetahuan

    BudayaTingkat

    pendidikan

    Informasi Kunjungan ketempat pely.

    kesehatan

    Frekuensiimunisasi

    TT

    Kegagalanimunisasi

    TT

    Petugas

    kesehatan

    T

    ET

    A

    N

    U

    S

    N

    EO

    N

    AT

    O

    R

    U

    M

    10i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    11/16

    BAB 5

    METODE PENELITIAN

    5.1. Rancang Bangun

    Ditinjau dari sifatnya penelitian ini bersifat analitik observasional case

    control.

    5.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di ruangan neonatus RSUD dr. Soetomo

    Surabaya, dengan beberapa pertimbangan antara lain :

    5.2.1.Kasus yang ditangani cukup banyak

    5.2.2 Merupakan tempat rujukan

    5.2.3 Mempunyai rekam medik yang lengkap

    5.2.4.Lokasi lebih mudah untuk dijangkau.

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2002 sampai dengan 30

    April 2002.

    5.3. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah neonatus dengan status di ruangan

    neonatus RSUD dr. Soetomo Surabaya yang telah tercatat pada register.

    Sedangkan untuk sampel, dari seluruh populasi diambil sampel yaitu neonatus di

    Kualitas pemotongan

    tali pusat baik

    Kualitas pemotongantali pusat buruk

    Kualitas pemotongan

    tali pusat baik

    Kualitas pemotongan

    tali pusat buruk

    Tetanus neonatorum

    Tidak tetanus

    neonatorum

    Dibandingkan

    11i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    12/16

    ruangan neonatus RSUD dr. Soetomo Surabaya pada bulan Januari Desember

    2001 dan mempunyai cacatan lengkap pada register.

    Besar sampel menggunakan rumus Estimasi Proporsi, yaitu :

    2

    2)1(..4

    W

    pPZn

    =

    Keterangan :

    1,0

    03,0

    96,1

    05,0

    =

    =

    =

    =

    W

    P

    Z

    ( ) ( )( )

    ( ) 2

    2

    1,0

    03,0103,096,14 =n

    ( ) ( ) ( )

    01,0

    97,003,08416,34=n

    44=n

    Jadi besar sampelnya adalah sebanyak 44 neonatus yang terdiri dari dua

    kelompok yaitu kelompok neonatus yang tidak mengalami tetanus neonatorum

    sebanyak 22 neonatus, dan kelompok neonatus yang mengalami tetanus

    neonatorum sebanyak 22 neonatus.

    Penagambilan sampel dengasn cara random sampling/secara acak. Kriteria

    sampel :

    5.3.1.Bayi dengan umur 0 28 hari

    5.3.2.Neonatus yang lahir cukup bulan

    5.4. Variabel dan Definisi Operasional

    5.4.1.Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 variabel yaitu :

    5.4.1.1. Variabel tergantung : Tetanus neonatorum

    5.4.1.2. Variabel bebas : Kualitas pemotongan tali pusat

    5.4.2.Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasional Kategori Skala

    Pengukuran

    12i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    13/16

    Tetanus

    neonatorum

    Kualitas

    pemotongan

    tali pusat

    Penyakit tetanus yang

    terjadi pada neonatus

    (bayi berusia kurang dari

    1 bulan) yang disebabkan

    oleh clostridium tetani,

    yaitu kuman yang

    mengeluarkan toksin

    (racun) dan menyerang

    sistem saraf pusat

    Penilaian yang dicapai

    dari suatu usaha

    memutuskan antara tali

    pusat dengan placenta,

    menggunakan alat

    tertentu

    1. Tidak tetanus neonatorum

    2. Tetanus neonatorum

    a. mulut tetutup (trismus)

    b. mulut mencucu

    c. spasmus otot yang

    luas dan kejang

    umum

    d. leher dan abdomen

    menjadi kaku, kepala

    mendongak ke atas,

    posisi punggungmelengkung.

    f. Tali pusat kotor

    g. Peningkatan suhu

    tubuh sampai 390 C.

    1. Kualitas pemotongan tali

    pusat baik

    Alat yang dipergunakan

    untuk memotong tali

    pusat sudah dilakukan

    sterilisasi dengan jalan :

    a. pemanasan kering :

    1700 C selama 60,

    atau

    b. menggunakan otoklaf

    106 kPa, 121oC

    selama 30 apabila

    alat dibungkus, dan

    20 apabila alat tidak

    dibungkus.

    2. Kualitas Pemotongan tali

    pusat buruk

    Alat yang dipergunakan

    untuk memotong tali

    pusat tidak dilakukan

    sterilisasi terlebih

    Nominal

    Nominal

    13i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    14/16

    dahulu.

    5.5. Alat atau Instrumen Penelitian

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : rekam medis.

    5.6. Prosedur Pengumpulan data

    Pengumpulan data didapatkan melalui pengamatan dan pencatatan register

    neonatus yang ada diruangan neonatus RSUD dr. Soetomo Surabaya.

    5.7. Analisis Data

    Setelah dilakukan pengolahan data kemudian hasil penelitian di analisis

    dengan menggunakan uji Chi Square

    dari variabel bebas terhadap variabel tergantung.

    14i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    15/16

    BAB 6

    RENCANA PENELITIAN

    Kegiatan

    Bulan (tahun 2002)Januari Februari Maret April

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    A. Perencanaan

    1. Menyusun proposal

    2. Mengajukan proposal

    3. Mengajukan permohonan ijin

    4. Menentukan sampel

    B. Pelaksanaan

    1. Menganalisis rekam medik

    2. Mengumpulkan data

    C. Analisis

    Analisis data

    D. Pelaporan

    1. Penulisan laporan

    2. Pencetakan laporan

    3. Penyebarluasan laporan

    4. Presentasi hasil penelitian

    5. Revisi laporan penelitian

    +

    +

    +

    +

    +

    + +

    + + +

    + +

    +

    +

    +

    + +

    +

    + +

    +

    +

    15i

  • 7/29/2019 Tetanus Neonate.scrip

    16/16

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ........................................................................................... i

    BAB 1. LATAR BELAKANG

    1.1. Latar Belakang ............................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 2

    BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    2.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 3

    2.2. Manfaat Penelitian ....................................................... 3

    BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 4

    BAB 4. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

    4.1. Kerangka Konseptual ................................................... 12

    4.2. Hipotesis ...................................................................... 13

    BAB 5. METODE PENELITIAN

    5.1. Rancang Bangun .......................................................... 14

    5.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................... 14

    5.3. Populasi dan Sampel .................................................... 15

    5.4. Variabel dan Definisi Operasional ............................... 16

    5.5. Alat atau Instrumen Penelitian ..................................... 17

    5.6. Prosedur Pengumpulan Data ........................................ 17

    5.7. Analisis Data ................................................................ 17

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 19

    16i