tetanus

33
CASE TETANUS Pembimbing : Dr. Charles, SpA. Oleh : TRIAS KUSUMASARI 0561050047 KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT ANAK PERIODE 27 JUNI– 20 AGUSTUS 2011

description

tetanus

Transcript of tetanus

Page 1: tetanus

CASE

TETANUS

Pembimbing :

Dr. Charles, SpA.

Oleh :

TRIAS KUSUMASARI

0561050047

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT ANAK

PERIODE 27 JUNI– 20 AGUSTUS 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2011

Page 2: tetanus

TETANUS

Pendahuluan

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dengan gangguan neuromuscular akut

berupa trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh eksotoksin spesifik dari

kuman Clostridium tetani yang dapat membawa kematian bagi penderita tersebut.

Kebanyakan kasus tetanus yang terjadi dihubungkan dengan jejas traumatis. Luka

tembus yang diakibatkan oleh benda kotor, seperti paku, injeksi tidak steril, gigitan

binatang,abses (termasuk abses gigi), ulkus kulit kronis, luka bakar, fraktur terbuka dll.

Luka yang terkontaminasi oleh spora menyebabkan tetanus, infeksi terjadi ketika spora

menjadi aktif, berkembangbiak dan menghasilkan toksin ( tetanolisin dan tetanospasmin

) yang berefek pada otot dan saraf sehingga menyebabkan otot berkontraksi terus

menerus (spasme). Cirri khas kejang pada penyakit tetanus tanpa disertai penurunan

kesadaran.

DEFINISI

Tetanus adalah penyakit infeksi akut dengan kelainan neurologis yang disebabkan oleh

suatu eksotoksin ( tetanospasmin ) yang dihasilkan kuman anaerob Clostridium tetani.

ETIOLOGI

Tetanus disebabkan oleh kuman Clostridium tetani yang bersifat :

Basil gram positif dengan spora yang ujungnya berbentuk drumstick

Obligat anaerob ( bentuk vegetatif bila berada di lingkungan aerob)

Dapat bergerak menggunakan flagella

Spora dapat tahan dalam suhu tinggi, kekeringan dan desinfektan

Page 3: tetanus

Menghasilkan eksotoksin (tetanopasmin dan tetanolisin) yang dapat merusak

neuromuscular junction, merusak leukosit dan menghancurkan sel darah merah

Dapat ditemukan di tanah, debu, feses manusia atau binatang

PATOGENESIS

Clostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia melalui luka yang tidak bersih, luka

laserasi, luka tusuk, luka tembak, luka gigitan manusia atau binatang, luka suntikan,

luka bakar. Infeksi tetanus dapat juga terjadi melalui ueterus setelah persalinan atau

abortus provokatus, pada bayi baru lahir kuman tersebut masuk melalui umbilicus

setelah pemotongan tali pusar tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Tetanus

terjadi sesudah spora yang sedang tumbuh masuk kedalam luka dan memperbanyak

diri serta berubah menjadi bentuk pregetatif kemudian mengeluarkan eksotoksin yaitu

tetanolisin dan tetanospasin. Tetanolisin dapat menghancurkan sel darah merah tetapi

tidak menimbulkan tetanus secara langsung melainkan menambah optimal kondisi local

untuk berkembangnya kuman. Tetanusspasmin yang terdiri dari protein toksik terhadap

sel syaraf akan melekat erat pada neuromuscular junction perifer kemudian bergerak

kebalikan hantaran akson dari tempat infeksi ke korno anterior medulla spinalis,

kemudian berpindah ke presinaps dan menghambat pelepasan glisin dan GABAH yang

merupakan transmitter inhibisi pada penghambatan presinaps. Hal ini mengakibatkan

tidak terbukanya saluran anion sehingga meningkatkan eksiatsi neuronposinoptik

sehingga terjadinya spasme pada otot agonis dan antagonis. Tetanuspasmin sangat

mudah diikat oleh syaraf dan akan mencapai syaraf melaui 2 cara, yaitu:

1. Secara vokal: toksin diabsorbsi mioneural junction pada ujung syaraf perifer

atau motorik melalui axis silindris ke kornoanterior susunan syaraf pusat dan

susunan syaraf perifer

2. Toksin diabsorbsi melalui pembuluh lympe lalu ke sirkulasi darah dan

seterusnya ke susunan syaraf pusat.

GEJALA KLINIK

Page 4: tetanus

Masa inkubasi biasanya 7-21 hari, tetapi dapat beberapa minggu pada infeksi

ringan, namun rata-rata masa inkubasi berkisar 7hari. Makin lama masa inkubasi,

gejala yang timbul makin ringan dan begitupun sebaliknya. Kekakuan dimulai pada otot

setempat atau trismus kemudian menjalar keseluruh tubuh. Kekakuan tetanus sangat

khas yaitu : dengan tinju menggenggam, kedua tangan fleksi dan hiperekstensi kaki,

fleksi pada telapak kaki, tubuh kaku melengkung.(opstotonus).

Dalam 48 jam tetanus akan menjadi jelas dengan adanya gejala-gejala sebagai

berikut :

1. trismus, karena spasme otot-otot mastikasi.

2. kaku kuduk.

3. ketegangan otot dinding perut.

4. kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksia yang terdapat di kornu

anterior.

5. risus sardonicus karena spasme otot muka, sudut mulut tertarik keatas, bibir

tertekan kuat pada gigi.

6. kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota

badan sering merupakan gejala dini.

7. spasme yang khas, yaitu badan yang kaku dengan opistotonus,ekstremitas

inferior dalam kaeadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat.

Penderita tetap sadar. Spasme mula-mula intermiten diselingi periode relaks.

Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertairasa nyeri. Kadang-

kadang terjadi perdarahan intramuskulus karena kontraksi yang kuat.

8. asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada ototpernafasan dan laring.

9. retensi urin dapat terjadi karena spasme otot sfingler kandung kemih. Fraktur

kolumna vertebralis terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.

10.panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir karena banyak

energi metabolik dihabiskan oleh otot-otot spastik.

11.biasanya terdapat leukositosis ringan.

Dikenal 3 bentuk klinis tetanus :

Page 5: tetanus

1.tetanus generalisata

gejala pertama yang dilihat dan dirasa oleh pasien adalah trismus karena

kekuatan otot masseter dan berlanjut ke kaku kuduk, rigiditas abdomen serta

spasme tetanik pada ekstremitas.trismus dapat menimbulkan spasme wajah yang

dikenal dengan ‘risus sardonikus’, sedangkan karena spasme yang berlanjut dapat

terjadi opistotonus (punggung melengkung). Penderita juga sangat terganggu oleh

gangguan menelan, konstipasi, nyeri kepala, demam, berkeringat, gelisah dan

gangguan pernafasan.

2.Tetanus lokal

terutama terjadi pada orang yang telah mendapat imunisasi, gejalanya berupa

kaku persisten pada kelompok otot di tempat luka yang terkontaminasi oleh basil

tetanus.

3.Tetanus sefalik

terjadi pada otitis media atau luka trauma pada kepala, biasanya ada keterlibatan

syaraf otak tersendiri (N III-XII).

Stadium Tetanus

a. Stadium klinis pada anak dapat dibedakan 3 stadium:

1. Trismus (3 cm) tanpa kejang tonik umum meskipun dirangsang

2. Trismus (<3 cm) dengan kejang tonik umum bila dirangsang

3. Trismus (1 cm) dengan kejang tonik umum spontan

b. Stadium klinis pada orang dewasa terdiri dari:

Std 1 : Trismuss

Std 2 : Opistotonus

Std 3 : Kejang rangsang

Std 4 : Kejang spontan

Menurut derajat penyakitnya,(Cole dan youngman, 1969) terbagi atas:

Page 6: tetanus

1. Derajat 1 : ringan

. Inkubasi > 14 hari

. Onset< 6 hari

. Trismus ringan

. Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.

Lokalisasi kekakuan dengan berupa spasme disekitar luka dan kekakuan

umum terjadi beberapa jam atau hari

2. Derajat 2 : sedang

. Inkubasi 10-14 hari.

. Onset 3-6 hari.

. Trismus ada dan disfagia ada

kekakuan umum dan gangguan pernafasan berat, ketakutan, asfiksia, keringat

banyak dan takikardi.

SCORE PENILAIAN TETANUS

SEVERITY INDEX (Philips and Lond)

Tolak ukur Nilai

Masa inkubasi: kurang 48 jam 5

2-5 hari 4

6-10 hari 3

11-14 hari 2

lebih 14 hari 1

Lokasi infeksi: internal/umbilical 5

Page 7: tetanus

Leher, kepala, dinding tubuh 4

Ekstremitas preksimal 3

Ekstremitas distal 2

Tidak diketahui 1

Imunisasi: tidak ada 10

Mungkin ada/ibu mendapat 8

Lebih 10 tahun yang lalu 4

Kurang 10 tahun 2

Proteksi lengkap 0

Faktor yang memberatkan:

Penykit atau trauma yang membahayakan jiwa 10

Keadaan yang tidak langsungmembahayakan jiwa 8

Keadaan yang tidak membahayakan jiwa 4

Trauma atau penyakit ringan 2

A.S.A**derajat 1

Penilaian:

1. Score <9 tetanus ringan, dapat sembuh tanpa pengobatan

2. Score 9-16 tetanus sedang, dapat sembuh dengan pengobatan baku

3. Score >16 tetanus berat, memerlukan perawatan khusus yang intensif

DIAGNOSIS

Diagnosis cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis, karena pemeriksaan kuman C

tetapi belum tentu berhasil. Anamnesis kemungkinan adanya kelainan yang dapat

Page 8: tetanus

menunjukan tempat masuknya kuman tetanus seperti: adanya riwayat luka

maupunkemungkinan lain sebagai tempat masuknya kuman, adanya trismus, risos

sardonikus, kaku kuduk, opistotonus, perut keras seperti papan dan atau kejang tanpa

gangguan kesadaran cukup untuk menegakkan diagnosa.

Pemeriksaan lab:

Hasil pemeriksaan laboratorium tidak khas, likour serebrospinal biasanya normal,

jumlah leoksit normal atau meningkat bila disertai infeksi sekunder. Kultur kumn

anaerob dan pemeriksaan mikroskopik dapat membantu tetapi Cl. tetani sulit untuk

tumbuh, dan gambaran “drumstick”basil gram positif sering tidak ditemukan

DIAGNOSIS BANDING

Abses parafaring, abses retrofaring, atau abses gigi

Rabies

Meningitis

Keracunan striknin

Hipokalsemia

Reaksi obat lain, misalnya phenothiazine dan metoclopramid

KOMPLIKASI

1. Pada saluran pernafasan

Karena spasme otot-otot pernafasan dan spasme otot laring dan seringnya

kejang menyebabkan asfiksia sekresi salifa serta sukarnya menelan air liur dan

makanan minuman sehingga terjadi aspirasi pneumonia,atelektasis akibat

obstruksi oleh secret

Pneumothorak dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat dilakukannya

trakeostomi

2. Pada kardio vascular

Page 9: tetanus

Aktivitas simpatis yang meningkat, takikardia, hipertensi, vasokontriksi perifer

dan rangsangan miokardium

3. Pada tulang dan otot

Karena spasme otot yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam otot.

Pada tulang dapat terjadi fraktur columna vertebralis akibat kejang terus

menerus terutama pada anak dan orang dewasa

4. Komplikasi yang lain

Laserasi lidah akibat kejang, dekubitus karena pasien berbaring hanya pada

satu posisi saja dan panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin

yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengaturan suhu

PENGOBATAN

Prinip pengobatan

1. mengatasi akibat eksotoksin yang sudah terikat pada susunan saraf

pusat

2. menetralisir toksin yang masih beredar didalam darah

3. menghilangkan kuman penyebab

PENATALAKSANAAN TETANUS

Pemberian antitoksin tetanus

Pemberian serum dalam dosis terapeutik untuk ATS bagi orang dewasa adalah10.000-

20.000 IU IM dan untuk anak 10.000 IU IM.

Penatalaksanaan luka

Debridement : membuang benda asing dalam luka

: sebaiknya dalam narkose

: bersihkan dengan H2O2 dan biarkan luka terbuka

Penanggulangan kejang

Dahulu dilakukan isolasi karena suara dan cahaya dapat menimbulkan serangan

kejang. Saat ini prinsip tersebut ditinggalkan karena dengan pemberian anti kejang

sudah dapat dicegah.

Page 10: tetanus

Jenis obat Dosis anak-anak Dosis orang dewasa

Fenobarbital

(Luminal)

Mula-mula 60-100 mg IM,

kemudian 6x 30 mg per oral. Maks.

200 mg/hr

3 x 100 mg IM

Klorpromazin

(Largaetil)

4-6 mg/kg BB/hr, mula-mula IM,

kemudian per oral

3 x 25 mg IM

Diazepam

(Valium)

Mula-mula 0.5-1 mg/kg BB IM,

kemudian Per oral 1.5-4 mg/kg

BB/hr, dibagi dalam 6 dosis.

3 x10 mg IV

Klorhidrat Mg per rectal

Bila kejang belum juga teratasi dapat digunakan pelemas otot (muscle relaxan)

ditambah alat bantu pernafasan (ventilator). Cara ini hanya dapat dilakukan diruang

perawatan khusus (ICU) dan dibawah pengawasan ahli anestesi.

Pemberian antibiotika

Diberikan penisilin, dosis untuk orang dewasa 1.2 juta IU / 8 jam IM selama 5 hari dosis

untuk anak-anak 50.000 IU / kg BB / Hari dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas.

Bila alergi dengan penisilin diberikan tetrasiklin, dosis orang dewasa 4 x 500 mg/hr,

untuk anak-anak 40 mg/kg/ BB/hr dibagi dalam 4 dosis.

ATS hanya mengikat eksotokin dalam darah sedangkan untuk mencegah terbentuknya

eksotokin dalam darah sedangkan untuk mencegah terbentuknya eksotokin baru maka

sumbernya yaitu Clostridium tetani harus dilumpuhkan dengan antibiotika.

Perawatan penunjang

Yaitu dilakukan tirah baring; diet per sonde, dengan asupan sebesar 2000 kal/hr untuk

orang dewasa, dan sebesar 100 kal/kg BB/hr untuk anak-anak; bersihkan jalan nafas

secara teratur; (diukur dengan cm setiap hari), pemasukan dan pengeluaran cairan,

temperatur, elektrolit, konsultasi kebagian lain bila perlu.

Page 11: tetanus

PENCEGAHAN

1) Perawatan luka

Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora

tetanus

2) Imunisasi pasif

Diberikan anti toksin, ada 2 bentuk anti toksin yaitu:

a. ATS dari serum kuda

b. Tetanus Imunoglobium Human (TIGH) dosis 250-500 u i m pemberian

sebaiknya didahului dengan tes kulit dan mata

3) Imunisasi aktif

Di Indonesia dengan adanya perogram pengembangan imunisasi (PPI) dapat

menurunkan angka kesakitan dan angka kematian tetanus

Imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam DPT, DT atau TT

DPT diberikan untuk imunisasi dasar

DT diberikan untuk booster pada usia 5 tahun, diberikan pada anak

dengan riwayat kejang dan demam

TT diberikan pada ibu hamil bulan ke-5 dan ke-6 (trismeter ke2)

Sesuai dengan PPI, imunisasi dilakukan pada usia 2.4 dan 6 bulan

sedangkan booster dilakukan pada usia 1.5-2 tahun

Dan usia 5 tahun dosis yang diberikan 0.5 cc tiap kali pemberian secara

intramuskuler

Indikasi pemberian imunisasi

Imunisasi

Sebelumnya

Luka bersih

Toksoid ATS

Luka kotor

Toksoid ATS

Tidak ada/udak pasti

1 x DT atau DTP

2 x DT atau DTP

Ya* tidak

Ya* tidak

Ya* tidak

Ya* ya

Ya* ya

Ya* ya

Page 12: tetanus

3 x DT?DTP atau lebih Tidak+ tidak Tidak++ tidak

PROGNOSIS

Dipengaruhi oleh beberpa factor yang memperburuk: 1. Masa inkubasi kurang dari tujuh hari2. Usia lebih mudah dan usia lanjut3. frekuensi kejang yang tinggi4. Suhu tubuh yang tinggi5. Pengobatan yang terlambat6. Letak, jenis luka dan luas kerusakan jaringan7. Period of onset yang pendek8. Sepasme otot pernapasan dan obstruksi saluran pernapasan

GAS GANGREN

PENDAHULUAN

Gas gangren disebabkan oleh bakteri clostridium yang selama pertumbuhannya menghasilkan gas sehingga disebut gas gangren. Pada manusia clostridium umumnya tinggal dalam saluran cerna dan traktus genitalia. Infeksi clostridium terjadi karena spora masuk ke luka dan pembuluh darah dapat menyebabkan iskeni.

DEFINISIGas gangren adalah penyakit infeksi yang mengakibatkan kematian syaraf atau jaringan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran darah ke jaringan tersebut dengan onset yang cepat, diikuti dengan kehilangan persediaan nutrisi dan invasi bakteri serta pembusukan.

ETIOLOGIGas gangren disebabkan oleh Cl. Perfringens/ Cl. Welchii. Kuman tersebut merupakan flora normal di usus dan termasuk sel basil gram positif, anaerob, berbentuk spora dan vegetatif, sprofit yang tahan kering dan desinfektan, tidak selalu mati dalam air mendidih 100 derajat celcius.

PATOPISIOLIGI Bakteri clostridium berproliferasi menghasilkan toksin diantaranya: alfa, beta, epsilon, biota yang menyebabkan gejala-gejala yang berakibat fatal seperti: mikrosis jaringan, hemolisis, vasokontriksi dan kebocoran pembuluh darah. Bila infeksi terbatas pada jaringan subkutan akan terjadi selulitis, radang jaringan erutama jaringan subutan anaerob. Umumnya infeksi meluas ke jaringan otot sehingga terjadi nekrosis otot yang progresif oleh eksotoksin (karbohidrat otot dihancurkan oleh enjim saksarolitik sehingga terjadi gas hydrogen dan karbondioksida serta asam laktat). Lalu terjadi penyebaran infeksi sehingga tekanan dalam jaringan menjadi besar dan memperberat iskenik sehingga nekrosis lebih luas lagi dan pembengkakan semakin lebar dengan cairan

Page 13: tetanus

eksudat dan gas yang semakin banyak. Hal yang khas pada gas gangren adalah infeksi ini tidak pernah mengalami penyebaran hematogen dan tidak membentuk pus.

GAMBARAN KLINIKMasa tunas clostridium adalah 1-3 hari sejak terjadinya luka. Gambaran lokalnya berupa tanda iflamasi akut yang sangat cepat menyebar, nyeri pada permulaan. Kulit terasa hangat dan bengkak bias meluas dibawah kulit, sering membentuk gula dengan cairn berwarna merah muda sampai coklat biasanya berbau, penderita tampak sangat pucat, lemas, apatis, keringat dingin, demam dan sesak. Denyut nadi kecil dan cepat, dan krepitasi tanda adanya gas di jaringan.

Foto rontgen dapat memperlihatkan gambaran khas karena adanya udara bebas dalam jaringan otot. Toksin menyebabkan anemia hemolitik dan syokseptik sehingga mengakibatkan gangguan faal ginjal, jantung dan hati yang segera disusul kematian dalam waktu 2 hari.

1. Kontaminasi sederhana Infeksi superficial Eksudat seropurulent kecoklatan Tidak invasive

2. Gas abses (welch’s Abses) Infeksi local Tidak invasive Eksudat seropurulen kecoklatan, bau busuk dan + gas Oedem ringan dan tidak terlalu nyeri

3. Anaerob celullitis Infeksi invasive dari superficial sampai fascia Perubahan warna kulit Oeden Crepitus

4. Myositis local Kerusakan dan infeksi sampai ke otot Tidak invasive

5. Myositis difuse (Gas Gangren) Inkubasi kurang dari 3 hari Nyeri, oeden, eksudat seropurulen kecoklatan (sangat busuk) sering

disertai bubble Krepitasi positif Takikardi, delirium, hemolitik jaundice Sangat progresif disertai suplai darah yang menurun pada otot yang

terinfeksi

6. Edematous gangren Etiologi: Clostridium Novyi Sangat progresif Tidak berbentuk gas

Page 14: tetanus

DIAGNOSA

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan pemeriksaan fisik (Krepitasi) foto rontgen bias menunjukan adanya gas dibawah kulit. Kultur cairan luka ditemukan clostridium.

DIAGNOSA BANDING

Selulitis Fasitis nekrotikans Miositis

PENGOBATAN

Bila dicurigai suatu gangren segera berikan antibiotik spectrum luas dosis tinggi secara intravena seperti penicillin, clyndamysin dan metronodazol.Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Jika sirkulasi sangat jelek, sebagian atau seluruh anggota tubuh harus diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi. Contohnya: Myositis difuse.Terapi oksigen bertekanan tinggi (Oksigen Hiperbarik). Penderita ditempatkan dalam ruangan yang mengandung oksigen Po2 > 90 mmHg yang akan mencegah produksi alfatoksin. Oksigen tersebut diberikan selama 1-2 jam pada tekanan 3 atm. Kemudian diulang tiap 6-12 jam. Terapi tersebut hanya mencegah invasi kuman dan tetapi tidak menghilangkan focus infeksi.

PENCEGAHANPerawatan luka yang baik, pembuangan jaringan nekrosis secara radikal, pencegahan iskeni jaringan dengan menjaga sirkulasi tetap baik, pembuangan benda asing hal tersebut merupakan upaya pencegahan terjadinya gangren dan gas anaerob lainnya.

PROGNOSISAngka kematian cukup tinggi bila terapi yang diberikan tidak adekuat dan fungsi anggota gerak yang terkena kurang baik.

Page 15: tetanus

IDENTITAS

PASIEN

Nama pasien : An. I

Umur : 5 th

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Betawi

Alamat : Banjar panjer bekasi

ORANG TUA

Ibu

Nama : Ny. S.

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Tukang cuci

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Suku : Betawi

Alamat : Idem

Ayah

Nama : Tn. M

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Page 16: tetanus

Suku : Betawi

Alamat : Idem

RIWAYAT PENYAKIT

• Keluhan utama : Kejang seluruh tubuh

• Keluhan tambahan : Demam, keluar cairan dari telinga

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :

± 2 hari SMRS pasien mengalami kejang pada seluruh tubuh, terus

menerus, selama 2 hari, ibu pasien membawa pasien ke puskesmas, diberi obat

namun kejang tidak berkurang. Tidak ada hal yang mencetuskan kejang

tersebut. Pasien baru pertama kali ini mengalami kejang. Sebelum kejang pasien

mengalami demam naik turun dan keluar cairan berwarna hijau, kental, dan

berbau dari telinga kanan ± 1 minggu SMRS.

Pasien mengalami kesulitan buang air besar, BAB keras, BAK biasa,

nafsu makan baik. Pasien telah dirawat selama 7 hari sebelum dilakukan

pemeriksaan.

RIWAYAT KELAHIRAN

Tanggal lahir : 23 July 2006

Anak ke : 1

Tempat bersalin : Puskesmas

Penolong Persalinan : Bidan

Cara persalinan : normal

Usia kehamilan : cukup bulan (38 minggu)

Berat badan lahir : 3300 gram

Panjang badan lahir : 49 cm

Page 17: tetanus

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Perkembangan fisik/motorikUmur

Gigi pertama 6 bulan

Duduk 4 bulan

Jalan sendiri 8 bulan

Bicara 13 bulan

Membaca -

IMUNISASI DASAR

Jenis I II III Ulangan

BCG √0

DPT

Polio

Hepatitis B

Campak

KESAN : Imunisasi Dasar belum Lengkap

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Infeksi telinga bagian tengah satu minggu SMRS

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA

Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Delirium

Frekwensi Nadi : 180x/menit(cepat,irreguler,tidak kuat angkat, lemah)

Page 18: tetanus

Frekwensi Pernafasan : 40 x/menit (irreguler, cepat dan dangkal)

Suhu tubuh : 38,2 O C (rektal)

Tensi : - mmHg

Berat badan : 16 kilogram

Panjang badan : 108 cm

Kepala : bulat, mesocephali,

Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor,

simetris, refleks cahaya +/+

Telinga : Lapang, secret +/+, warna hijau

Hidung : Lapang, sekret -/-, septum deviasi (-), pernafasan cuping

hidung (-)

Mulut :Mukosa bibir kering, lidah kering, trismus + < 1 cm

Leher :Trakhea ditengah, kelenjar Getah bening tidak teraba

Epistotonus +

ToraksInspeksi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris

Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan sama

Perkusi : Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

Auskultasi : Bising napas dasar vesikuler,Ronki -/--, Wheezing -/-

Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal : 5x/menit

Palpasi : Perut teraba keras, Hepar dan lien tidak teraba. Turgor baik.

Perkusi : Timpani

Genitalia : laki-laki

Ekstremitas : Bentuk biasa,deformitas (-),akral hangat, capillary refill < 2 detik

Page 19: tetanus

Kulit : petekie (-)

Pemeriksaan Laboratorium 23 july 2011

Hb : 11,3 g/dl GDS : 78

Leukosit : 16,6 /mm³ Na : 135

Trombosit :517.000/mm³ K :4,6

Mikro Ht : 35,3 % Cl : 105

MCV : 77,2 fl

MCH : 24,7 pg

MCHC : 32

Diagnosis kerja

Tetanus

OMSK

Diagnosis banding

Kejang demam kompleks

PENATALAKSANAAN

• DIET : NGT/ Cair 100cc/2 jam

• IVFD : KAEN 3 B + Diazepam 3 amp 10 tpm

• ATS 20.000 (2 hari)

• Imun T.T 0,5 cc

• Metronidazol 3 x 125 mg

• Penicilin Procain 1 x 500.000 (10 hari)

• Ranitidin 2 x 1 cc

Page 20: tetanus

FOLLOW UP PASIEN

24 JUNY 2011

S: Kejang (-), demam +, cairan dari

telinga +(kuning)

O : Ku/Kes : tampak sakit

sedang

Suhu : 38oC

Frek. Nadi : 110 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + < 1 cm

A : Tetanus

P : konsul THT

DIET : NGT/ Cair 100cc/2 jam

IVFD : KAEN 3 B + Diazepam 3 amp 10

tpm

ATS 20.000 (2 hari)

Imun T.T 0,5 cc

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari II)

Ranitidin 2 x 1 cc

25 juni 2011

S: Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga +

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 37oC

Frek. Nadi: 110 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + < 1 cm

A : Tetanus , OSMK

P : Diet : Cair 200 cc/2 jam

KAEN 3B + Diazepam 2 amp 10 tpm

ATS 20.000 (2 hari)

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari III)

H2O2 3% cuci telinga 3 kali sehari

Tarividin tetes telinga 3 x 2 tetes

26 juni 2011

S: Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, susah BAB

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 37oC

Frek. Nadi: 100 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + < 1 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Cair 200 cc/2 jam

KAEN 3B + Diazepam 1 amp 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari IV)

H2O2 3% cuci telinga 3 kali sehari

Tarividin tetes telinga 3 x 2 tetes

Page 21: tetanus

Dulcolaxsupp

27 Juni 2011

S: Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, susah BAB

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 37oC

Frek. Nadi: 100 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + < 1 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Cair 200 cc/2 jam

KAEN 3B + Diazepam 1 amp 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari V)

Dulcolax supp

28 Juni 2011

S: Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, susah BAB

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 36,5 oC

Frek. Nadi: 98 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + < 1 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Cair 200 cc/2 jam

KAEN 3B + Diazepam 1 amp 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari VI)

Dulcolax supp

Senam buka tutup mulut minimal 2 jari

29 Juni 2011

S : Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, susah BAB

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 36,2 oC

Frek. Nadi: 98 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + < 1 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Cair 200 cc/2 jam

KAEN 3B + Diazepam 1 amp 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari VII)

Ranitidin 2 x 1 cc

Senam buka tutup mulut minimal 2 jari

30 Juny 2011

S : Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, susah BAB

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 35,6 oC

Page 22: tetanus

Frek. Nadi: 100 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + < 1 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Cair 200 cc/2 jam 1800 kal/hari

KAEN 3B + Diazepam 1 amp 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari VIII)

Ranitidin 2 x 1 cc

Senam buka tutup mulut minimal 2 jari

1 July 2011

S : Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, susah BAB

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 36,9 oC

Frek. Nadi: 100 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + 2,5 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Lunal L/P cincang 1800

kal/hari

KAEN 3B + Diazepam 1 amp 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari X)

Ranitidin 2 x 1 cc

Fisiotherapi

2 July 2011

S : Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, susah BAB

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 36 oC

Frek. Nadi: 110 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + 2,7 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Lunak L/P cincang 1800

kal/hari

KAEN 3B 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Penicilin Procain 1 x 500.000 (hari IX)

Ranitidin 2 x 1 cc

Lactulosa 2 x 1cth

Fisiotherapi

Page 23: tetanus

3 July 2011

S : Kejang (-), demam -, cairan dari

telinga kanan -, BAB +

O : Ku/Kes: tampak sakit sedang

Suhu : 36 oC

Frek. Nadi: 110 x/menit

RR : 20 x/menit

Epistotonus -

Trismus + 3 cm

Abd : palpasi : teraba keras

A : Tetanus, OMSK

P : Diet : Lunak L/P cincang 1800

kal/hari

KAEN 3B 10 tpm

Metronidazol 3 x 125 mg

Eritromycin 4 x 150 mg

Ranitidin 2 x 1 cc

Lactulosa 2 x 1cth

Kenalog Cream 3 x 1

Fisiotherapi

ANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan pasien mengalami kejang terus menerus, tanpa ada hal

yang mencetus (spontan) menandakan tetanus ini stadium III, sebelumnya pasien juga

memiliki riwayat demam naik turun disertai dengan keluarnya cairan berwarna hijau,

kental dan berbau dari telinga kanan, dari pf : telinga kanan, membran tympani tidak

intak, sekret + (OMSK) yang dapat merupakan fokal infeksi masuknya (port de entre)

kuman tetanus. Riwayat imunisasi yang tidak lengkap, memudahkan kuman tetanus

menginfeksi pasien,

Dari pemeriksaan fisik didapat trismus, epistotonus, serta dari palpasi abdomen

teraba keras, menandakan adanya rigirditas yang nyata dari otot punggung dan otot

perut.

Page 24: tetanus